Anda di halaman 1dari 3

Trikomoniasis

PEMERIKSAAN PENUNJANG ( file document ) ( meotde diagnostik trikomoniasis


1. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang lansung dan sederhana dengan biaya yang
terjangkau, pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat parasit dengan gambaran dengan ciri
khas seperti buah pear, melihat pergerakan dari stadium trofozoid Trichomonas vaginalis
melalui pembukaan larutan salin dari sekret vagina maupun sekret uretra. Namun,
pemeriksaan ini mikroskopik ini kurang sensitif dikarenakan pengamatan mikroskopi harus
dilakukan dengan cepat dan apabila terjadi keterlambatan dalam pengumpulan, transport
dan pemeriksaan spesimen, maka akan mengurangi kemampuan pergerakan dari parasit.
Penyimpanan yang dilakukan antara 10-30 menit, penyimpanan spesimen dibawah suhu
22°C akan mengurangi motilitas atau pergerakan parasit. Beberapa penelitian menjelaskan
bahwa pemeriksaan mikroskopik ini hanya memiliki sensitivitas sekitar 44-68% jika
dibandingkan dengan pemeriksaan molekuler.
Sensitivitas pemeriksaan ini rendah karena jika jumlah parasit hanya sedikit atau lebih
rendah dari 104 parasit/mL, maka parasit tidak akan nampak. Pemeriksaan pap semar sering
digunakan dalam praktik klinikdan ditemukannya Trichomonas Vaginalis. Tetapi pap smear
tidak dapat diandalkan untuk mendiagnosis Trichomonas Vaginalis karena memiliki
spesifisitas 83-97%. Jenis pewarnaan lain yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan acridine orange dan giemsa. Oleh karena itu diperlukan tes yang lebih sensitif
dan spesifik untuk mendeteksi trokomoniasis pada wanita asimptomatik.
2. Kultur
Untuk menunjang pemeriksaan mikroskopik, diperlukan pemeriksaan kultur terhadap sekret
vagina dengan menggnakan medium yang sesuai. Beberapa medium kultur yang sering
digunakan seperti medium Diamond’s, Trichosel dan InPounch. Kultur merupakan metode
yang direkomendasikan sebagai “Gold Standart” untuk mendiagnosis trikomoniasis karean
hasil yang mudah untuk diinterpretasikan, diinkubasi pada suhu 37°C dan memerlukan
sekitar 300-500 trikomonas/ml. dibutuhkan waktu sekitar 2-7 hari untuk mendeteksi
Trichomonas Vaginalis. Kontaminasi bakteri bisa saja menjadi masalah pada metode kultur
untuk mendiagnosis.
3. Deteksi Antigen dan Antibodi
Pemeriksaan langsung dengan membuat sediaan basah dari sekret vagina menggunakan
mikroskop dan metode kultur memerlukan penanganan spesimen yang sangat cepat untuk
menemukan stadium trofozoit yang motil/bergerak. Oleh karena itu dikembangkan metode
non-kultur yang dapat mendeteksi Trichomonas Vaginalis seperti deteksi antigen yang di
kenal dengan Rapid Diagnostic Test.
4. Molekuler
NAATs merupakan metode Polymerase Chain Reaction ( PCR) dengan cara
transkripsi,replikasi, dan amplifikasi jutaan copy DNA atau RNA. Sensitivitas NAATs lebih
besar bila dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik, kultur, deteksi antigen, dan
pemeriksaan lainnya untuk mendeteksi Trichomonas Vaginalis, karena alat ini menggunakan
primer nukleotida yang unik sebagai target organisme. Seperti gen ferredoxin, gen beta
tubulin, dan gen ribosom 18S. spesimen dapat diambil dari swab vagina, swab uretra
maupun swab endoserviks yang berasal dari pemeriksaan sitologi, sehingga bakteri yang
menginfeksi endoserviks pun dapat dideteksi seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis. Oleh karena itu, dapat dikatakn bahwa sensitivitas NAATs sekitar 76-100%
sehingga alat ini digunakan untuk skrining pasien laki-laki maupun perempuan asimptomatik
trikomoniasis. Walaupun pemeriksaan ini sangat sensitif, namun memelurkan biaya yang
lebih dan membutuhkan waktu yang panjang karena menggunakan elektroforesis gel
agarosa, memerlukan analis laboratorium yang terlatih, dan belum tentu tersedia di semua
fasilitas laboratorium.
DIAGNOSIS BANDING ( perdoski )
1. Infeksi Genital Nonspesifik
2. servisitis gonokokus
3. kandidosis vulvovaginalis
4. vaginosis bakterial

TATALAKSANA (buku fkui) p451


1. Non-Farmakologi

 Memberikan pengobatan kepada pasangan tetap dari pasien.


 Menganjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara laboratorium,
bila tidak Memungkinkan anjurkan penggunaan alat pelindung kontrasepsi.
 Melakukan kunjungan kembali untuk dilakukan followup di hari ke-7
 Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi, dan pentingnya
keteraturan dalam proses pengobatan.
 Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) terhadap infeksi HIV dan
kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lainnya.
 Bila memungkinkan, anjurkan melakukan pemeriksaan untuk penapisan IMS lainnya.

 Treatment education to the permanent partner of patient

 Advocate abstinence until the infection is cure, or recommend the use of


contraception

 Disease control and follow up to the doctor

 Counseling about the infection, complication and the impotance of the medication
 If possible do the screening of other sexually transmitted infection.
2. Farmakologi
Prinsip terapi trikomoniasis berdasarkan rekomendasi Center od Disease Control (CDC) dan
pedoman praktis diagnosis dan tatalaksana Infeksi Menular Seksual Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2015 tatalaksana farmakologi diberikan secara sistemik atau
pemberian secara oral. Obat-obatan yang sering digunakan adalah yang tergolong dalam
derivat nitromidazol.
- Metronidazol : 2 x 500 mg per hari selama 7 har, atau dosis tunggal 2 gram
- Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
- Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
- Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram
Tinidazol memiliki beberapa keunggulan adalah memiliki waktu paruh lebih lebih lama dari
pada metronidazol ( 12,5 jam dibandingkan 7,3 jam ) dan efek samping gastrointestinal yang
minimal. Meskipun lebih unggul dari metronidazol namun ketersediaan obat ini di indonesia
masih terbatas dan lebih mahal. Metronidazol menjadi pilihan pada terapi ini karena relatif
murah, efektif dans ecara umum dapat ditoleransi oleh pasien. Metronidazol bekerja dengan
cara merusak dan menghambat sintesis DNA parasit dan banyak literatur melaporkan tingkat
kesembuhan dengan menggunakan metronidazole cukup tinggi yaitu (84-98%).
Metronidazole dalams ediaan gel intravaginal tidak disarankan dalam terapi trikomoniasis
karena efikasi yang terbatas dalam melawan T. vaginalis. ( trikomoniasis pada remaja )

Prognosis
Pasien yang diobati dengan metronidazole memiliki tingkat kesembuhan 90%-95%. Tingkat
kesembuhan bahkan lebih tinggi ketika pasangan seksual diobati. Namun, infeksi berulang
sering terjadi pada individu yang aktif secara seksual. Trikomoniasis sangan terkait dengan
adanya IMS lain seperti HIV, gonore, HPV, herpes, dan klamidia. Wanita hamil beresiko
mengalami persalinan prematur, bayi berat lahir rendah, dan ketuban pecah dini dan juga
ada risiko tinggi terkena penyakit radang panggul.
Komplikasi trikomoniasis terutama masalah infertilitas yang dapat menjadi morbiditas
terutama bagi remaja wannita dengan trikomoniasis yang asimptomatik dan tidak diterapi
sehingga harus mampu dan paham untuk menjaga hiegenitas personal karena beberapa
kasus infeksi trikomoniasis tidak ditularkan melalui hubungan seksual melainkan dari
personal hiegene yang buruk, kontaminasi air atau barang pribadi. ( juudl file trikomoniasis
pada remaja )

Anda mungkin juga menyukai