Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau yang lebih dikenal lupus oleh masyarakat
Indonesia ini merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang kurang populer dibandingkan
penyakit AIDS, jantung atau stroke di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari tingkat pengetahuan
masyarakat yang kurang mengenai penyakit tersebut hingga tak jarang ditemukan masyarakat
Indonesia yang bahkan mengaku belum pernah mendengar tentang istilah lupus sebelumnya.
Sehingga banyak pula yang beranggapan bahwa lupus merupakan penyakit langka dengan
jumlah penderitanya sedikit. Padahal pada kenyataannya, menurut Kertia (dalam Wallace, 2007)
pravelensi lupus tergolong tinggi khususnya menyerang orang pada usia produktif.
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa setidaknya ada lima juta orang dan sebagian
besar adalah perempuan usia produktif merupakan penderita SLE. Dan lebih dari 100 ribu orang
menjadi penderita baru SLE di setiap tahunnya. Dalam hal ini, Indonesia juga turut menyumbang
angka prevalensi penderita SLE namun belum dapat diperkirakan jumlah kasus yang terjadi
(DepKes RI, 2017).
Penyakit SLE atau lupus ini merupakan salah satu penyakit autoimun. Autoimun ialah kondisi
dimana antibodi yang berfungsi mempertahankan tubuh terhadap serangan benda asing dengan
cara menetralkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh ini malah tidak mampu mengenali diri
sendiri. Hal ini menyebabkan sistem imun yang harusnya mempertahankan dan melindungi
imunitas tubuh justru akan menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh itu sendiri. Penyakit
ini juga dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah dikarenakan sulitnya mengenali penyakit
lupus ini karena muncul dengan gejala yang tidak khas dan terkesan samar-samar. Meskipun
90% penderita lupus mendapatkan hasil positif pada pemeriksaan laboratorium ANA (Anti-
Nuclear Antibody), namun tidak ada satupun pemeriksaan laboratorium tunggal yang dapat
memastikan seseorang telah menderita lupus atau tidak. Banyak diantaranya penderita yang baru
benar-benar ditetapkan menderita lupus setelah mengalami gejala-gejala lupus setelah beberapa
tahun lamanya.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) juga disebut sebagai penyakit kronis yang dapat mengenai
banyak organ dalam tubuh penderitanya. Terdapat beberapa manifestasi klinis yang terjadi pada
penderita SLE, diantaranya gangguan system imun, susunan syaraf pusat, gangguan kulit, bagian
mukosa, sendi, darah dan organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan paru-paru. Hal ini
menyebabkan lupus atau SLE ini menjadi penyakit dengan resiko kematian yang cukup tinggi
dan memerlukan pengobatan seumur hidup dengan self efficacy serta penatalaksanaan yang tepat
dan sesuai. Tingginya angka kematian penyakit lupus ini merupakan salah satu alasan
pentingnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit ini serta perlunya perhatian khusus dan
dukungan sosial oleh berbagai pihak dalam menyikapi permasalahan lupus dalam
mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan penderita.

sumber :
Barber, MR, Drenkard, C., Falasinnu, T., Hoi, A., Mak, A., Kow, NY, ... & Ramsey-Goldman,
R. (2021). Epidemiologi global lupus eritematosus sistemik. Ulasan Alam Rheumatology , 17
(9), 515-532.
Tjan, B., Kambayana, G., & Kurniari, P. K. (2022). Gambaran profil systemic lupus
erythematosus (SLE) dan lupus nefritis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Jurnal Penyakit
Dalam Udayana, 6(2), 31-35.

Anda mungkin juga menyukai