(SYSTEMIC LUPUS
ERYTHEMATOSUS)
Pengertian
Apa itu SLE?
SLE merupakan penyakit yang ditandai dengan produksi
antibdi yang berlebihan terhadap komponen inti sel dan
menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis pada organ
(cleanthous, Tyagi, 2011).
Pada kondisi normal, antibody diproduksi dan digunakan
untuk melindungi tubuh dari benda asing. Namun pada
kondisi SLE, antibody kehilangan kemampuannya untuk
membedakan antara benda asing dan jaringan tubuh sendiri.
Secara khusus, sel B dan sel T berkontribusi pada respon
imun pada SLE (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010).
01 Discoid Lupus
• Dapat dikenali dari ruam yang muncul di kulit dengan berbagai tampilan klinis
• Ruam berbentuk uang logam di muka atau bagian lainnya termasuk kulit kepala
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online, pada tahun 2016 terdapat 858 rumah sakit yang
melaporkan datanya. Jumlah ini meningkat dari dua tahun sebelumnya. Pertambahan jumlah rumah sakit yang melapor
menunjukkan bahwa pelaporan data dan informasi rumah sakit semakin meningkat. Berdasarkan rumah sakit yang
melaporkan datanya tahun 2016 diketahui bahwa terdapat 2.166 pasien rawat inap yang didiagnosis penyakit Lupus,
dengan 550 pasien meninggal dunia.
Pada tahun 2016, Perhimpunan SLE Indonesia (PESLI) mendapatkan rata-rata insiden kasus baru SLE dari data 8 (delapan)
rumah sakit adalah 10,5%. Penyakit Lupus kebanyakan menyerang wanita pada usia 15-50 tahun (masa usia produktif).
Namun, Lupus juga dapat menyerang anak-anak dan pria. Berdasarkan data SIRS Online, proporsi pasien rawat inap
Lupus di rumah sakit di Indonesia tahun 2016 berjenis kelamin laki-laki (54,3%) lebih banyak dibandingkan pasien
perempuan (45,7%). Pada tahun 2014 proporsi pasien perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pasien laki-laki.
Namun, proporsi pasien laki-laki menjadi lebih banyak dibandingkan pasien perempuan pada tahun 2015 dan meningkat
pada tahun 2016.
Prevalensi di Dunia
Estimasi tertinggi dari insiden dan prevalensi SLE di seluruh dunia berada di Amerika Utara yaitu
23.2/100.000 orang per tahun. Insiden SLE yang lebih rendah ada pada Afrika dan Ukraina yaitu
0.3/100.000 orang per tahun. Sedangkan prevalensi terendah adalah Australia Utara dengan 0 kasus
pada sampel 847 orang. Wanita lebih sering terkena SLE dibandingkan dengan pria untuk setiap usia
dan kelompok etnis (Stojan, 2018).
Suatu studi sistemik di Asia Pasifik memperlihatkan insidensi sebesar 0.9-3.1 per 100.000 orang per
tahun. The Lupus Foundation of America memperkirakan sekitar 1.5 juta kasus terjadi di Amerika dan
setidaknya terjadi lima juta kasus di dunia. Setiap tahun diperkirakan terjadi sekitar 16 ribu kasus baru
lupus. Lupus dapat menyerang semua ras, namun lebih sering ditemukan pada ras kulit berwarna
(Afrika, Amerika, Hispanik/Latin, Asia, Alaska, Hawaii, dan Kepulauan Pasifik lainnya) sebanyak 2-3
kali lebih banyak dibanding ras kaukasoid (Pusadatin Kemenkes RI, 2017).
Sumber
Infodatin. (2017). Situasi Lupus di Indonesia. Pusdatin.kemkes.go.id
● Fase Inisiasi
Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang menginisiasi
kematian sel secara apoptosis dalam konteks proimun.
Kejadian ini disebabkan oleh berbagai agen yang
sebenarnya merupakan pajanan yang cukup sering
ditemukan pada manusia, namun dapat menginisiasi
penyakit karena kerentanan yang dimiliki oleh pasien
SLE.
2. Fase Propagase
02 Gejala Konstitusional
Kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat badan
03 Muskuloskeletal
Artritis, artralgia, myositis
04 Kulit
ruam kupu-kupu (butter • ly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi
membrane mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,
vaskulitis.
05 Ginjal
Hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
06 Gastrointestinal
Mual, muntah, nyeri abdomen
07 Paru-paru
Pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
08 Jantung
perikarditis, endokarditis, miokarditis
09 Retikulo-endotel
Organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)
10 Hematologi
Anemia, leukopenia, dan trombositopenia
11 Neuropsikiatri
Psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus,
gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer.
Data subyektif Data obyektif
- Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam - Terdapat ruam
merah pada wajah yang menyerupai - ruam merah pada wajah yang menyerupai
bentuk kupu-kupu. bentuk kupu-kupu.
- Pasien mengeluh rambut rontok. - Nyeri tekan pada sendi.
- Pasien mengeluh lemas - Rambut pasien terlihat rontok.
- Pasien mengeluh bengkak dan nyeri - Terdapat luka pada langit-langit mulut
pada sendi. pasien.
- Pasien mengeluh sendi merasa kaku - Pembengkakan pada sendi.
pada pagi hari. - Pemeriksaan darah menunjukkan adanya
- Pasien mengeluh nyeri antibodi antinuclear
Sumber :
Muthusamy, Vicneshawaran. 2012. Systemic Lupus
Erythematos. UNUD
Pengobatan
Pengobatan SLE meliputi
terapi nonfarmakologi
dan terapi farmakologi
(Herfindal et al., 2000).
Informasi yang benar dan dukungan dari orang
sekitar sangat dibutuhkan oleh pasien SLE
dengan tujuan agar para pasien dapat hidup
Tes komplemen C3
dan C4 Foto Rontgen
Komplemen adalah senyawa dalam darah Lupus dapat menyebabkan peradangan pada paru-
yang membentuk sebagian sistem paru, ditandai dengan adanya cairan pada paru-
kekebalan tubuh. Level komplemen dalam paru. Pemeriksaan Rontgen dapat mendeteksi
darah akan menurun seiring aktifnya SLE. adanya cairan paru-paru tersebut.
Penilaian Fungsi
Ginjal
Tes yang perlu dilakukan untuk mengetahui
fungsi ginjal yaitu :
Sendi
Arthritis sangat umum terjadi pada orang yang menderita lupus. Dapat menyebabkan rasa
sakit, dengan atau tanpa pembengkakan. Kekakuan dan nyeri mungkin lebih buruk di pagi
hari. Arthritis mungkin menjadi masalah hanya dalam beberapa hari atau minggu, atau
mungkin permanen. Biasanya tidak parah.
Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
• Identitas Klien
• Riwayat Kesehatan Sekarang
• Riwayat Kesehatan dahulu
• Riwayat Keluarga dan adanya faktor risiko
• Pemeriksaan Fisik
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri,
kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta
citra diri pasien.
• Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
• Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi
eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan.
• Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada
pagi hari.
• Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang
pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum
durum.
• Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
• Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous
dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
• Sistem Renal
Edema dan hematuria.
• Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun
manifestasi SSP lainnya
Analisa data
No. Data Masalah Etiologi
1. Ds. Nyeri Agen Cedera Biologis
1. Pasien mengeluh bengkak dan nyeri pada sendi.
2. Pasien mengeluh sendi merasa kaku pada pagi hari.
3. Pasien mengeluh nyeri
Do.
4. Nyeri tekan pada sendi.
5. Terdapat luka pada langit-langit mulut pasien.
6. Pembengkakan pada sendi.
Nyeri berhubungan dengan Agen Setelah dilakukan tindakan selama Pain management
cedera biologis 2x24 jam pasien diharapkan dapat Aktivitas
mengontrol nyeri. - Melakukan pengkajian nyeri
termasuk lokasi, karateristik,
Dengan kriteria hasil: onset/durasi, frekuensi, kualitas
Pain control atau
Indicator keparahan nyeri, dan faktor
- Mengenali onset nyeri pencetus nyeri
- Melaporkan perubahan nyeri - Observasi tanda nonverbal dari
- Melaporkan gejala yang tidak ketidaknyamanan, terutama pada
terkontrol pasien yang tidak bisa
- Menggunakan sumber daya yang berkomunikasi secara efektif
tersedia untuk mengurangi nyeri - Gunakan strategi komunikasi
- Mengenali gejala nyeri yang terapeutik untuk mengetahui
berhubungan dengan penyakit pengalaman nyeri pasien dan
- Melaporkan nyeri terkontrol respon pasien terhadap nyeri
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Body image enhancement
tubuh keperawatan selama 1x24 jam Aktivitas:
Karakteristik: diharapkan pasien dapat - Tentukan harapan pasien tentang citra
- Perilaku memahami kondisinya. tubuhnya berdasarkan tingkat
menghindari salah Dengan kriteria hasil: perkembangan
satu bagian tubuh Body image Indicator: - Bantu pasien mendiskusikan
- Respon nonverbal - Gambaran internal diri penyebab
terhadap perubahan - Keserasian anatara realitas penyakit dan penyebab terjadinya
pada tubuh tubuh, ideal tubuh, dan perubahan pada tubuh
penampilan tubuh - Bantu pasien menetapkan batasan
- Kepuasan terhadap perubahan actual pada tubuhnya
penampilan tubuh - Gunakan anticipatori
- Perilaku menggunakan guidance untuk menyiapkan pasien
strategi untuk meningkatkan untuk
fungsi tubuh perubahan yang dapat diprediksi pada
tubuhnya
- Bantu pasien menentukan pengaruh
dari kelompok sebaya dalam
mempresentasikan citra Tubuh.
Keletihan Setelah dilakukan tindakan Energy Management
berhubungan keperawatan 1x24 jam v Observasi adanya pembatasan
dengan Penyakit dan diharapkan rasa lemas klien dalam melakukan aktivitas
peningkatan pasien dapat teratasi v Dorong anal untuk
kelelahan fisik
mengungkapkan perasaan
Kriteria Hasil : terhadap keterbatasan
v Memverbalisasikan v Kaji adanya factor yang
peningkatan energi dan menyebabkan kelelahan
merasa lebih baik v Monitor nutrisi dan sumber
v Menjelaskan energi tangadekuat
penggunaan energi untuk v Monitor pasien akan adanya
mengatasi kelelahan kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
v Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
v Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien