Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA MAHASISWA (2)

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK


T.A 2023-2024 (GANJIL)
PRODI DIII KEPERAWATAN

Topik : Konsep Tumbuh Kembang Anak


Tanggal : 24 Agustus 2023
Nama Mahasiswa : - Suci Amanda Agustin
- Yanti Puspita s
- Anggie Sulastri
- Suci Nur’aila D
- Tri Wulan S
- (Siti Aliyah)
- (Arya Graha Y)
NPM : -E.0105.22.050
-E.0105.22.075
-E.0105.22.076
-E.0105.22.081
-E.0105.22.082
-E.0105.22.048
-E.0105.22.083
Kelas : D3 Keperawatan 2B

Petunjuk pengisian:
a. Tugas ini merupakan tugas kelompok
b. Pengerjaan di Microsoft Word, kertas A4, Times New Roman 12, spasi 1, margin normal.
c. Tuliskan sumber referensi yang anda gunakan (daftar Pustaka) di bagian akhir tugas
d. Kumpulkan 1 minggu setelah tugas diberikan. Pengumpulan tugas dilakukan secara
kolektif.

Tugas:
1. Bentuk kelas menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok membuatkan ringkasan teori
perkembangan anak dengan topik sebagai berikut:
a. Kelompok 1: Teori Piaget
b. Kelompok 2: Teori Freud
c. Kelompok 3: Erikson
d. Kelompok 4: Kohlberg
2. Buat ringkasan maksimal 5 halaman.
Teori Perkembangan Anak (Teori Freud)

Freud (baca; froid) merupakan sebuah nama yang sudah tidak asing lagi kita dengar
didalam dunia psikologi, dengan nama lengkapnya ialah Sigmund Freud. Freud lahir pada
tanggal 6 Mei 1856 di kota Moravia dan meninggal dunia pada tanggal 23 September
1939 di London. Dia merupakan putera pertama dari ibu yang berusia 20 tahun dan putera
ketiga dari ayah yang berusia 40 tahun. Selain Freud, ayah Freud telah memiliki dua
putera lain yang sudah dewasa dari pernikahan sebelumnya.

1. Konsep Dasar Teori Freud


Meskipun teori Freud sangat sulit diterima oleh komunitas ilmiah, namun Freud tetap
bangkit dari pengucilan itu. Freud percaya bahwa di dalam diri seseorang mempunyai tiga
struktur yaitu id, ego dan superego yang sering disebut sebagai struktur kepribadian. Tanpa
membahas struktur kepribadian ini, rasanya ada sesuatu yang kurang dari penjelasan
kedepannya. Maka alangkah lebih baiknya kita membahas dulu struktur kepribadian
tersebut, agar kita lebih mudah untuk memahami konsep tahap-tahap perkembangan
psikoseksualnya Freud.

a. Id (Das Es)
Id merupakan komponen kepribadian yang primitif, instinktif dan rahim
tempat ego dan superego berkembang. Id menurut Freud terdiri dari insting-insting
yang merupakan tempat penyimpanan energi psikis individu. Selain itu, id juga
merupakan bagian kepribadian yang pada awalnya disebut Freud sebagai
‘ketidaksadaran’. Dalam pandangan Freud id seluruhnya tidak sadar; id tidak
memiliki kontak dengan kenyataan. Jadi id ini merupakan bagian kepribadian yang
paling primitif yang mengandung refleks-refleks dan dorongan-dorongan biologis
dasariah. Freud membayangkan id seperti lubang yang “penuh kesenangan
menggelegak”, semuanya saling mendesak untuk menyembul keluar. Jika
diselidiki motovasinya, maka id bisa dikatakan didominasi oleh prinsip kesenangan
(Pleasure Principle) dengan tujuannya ialah mengurangi tekanan. Struktur
kepribadian id ini terdapat pada bayi, yang mana bayi masih dikuasai oleh prinsip-
prinsip kenikmatan pada bermacam-macam dorongan yang terjadi secara berulang-
ulang; satu dorongan terpuaskan maka akan timbul lagi dorongan lain yang
menuntut pemuasan baru dengan segera dan begitu seterusnya.

b. Ego (Das Ich)


Ego merupakan eksekutif dari kepribadian yang membuat keputusan tentang
insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Peranan utama
ego adalah sebagai mediator yang menjembatani antara id dengan kondisi
lingkungan atau dunia luar yang diharapkan. Ego merupakan bagian dari id yang
kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk
mengecewakannya, dan bertujuan untuk menemukan cara yang realistis dalam
rangka memuaskan id.
Menurut Freud, ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan
tuntutan realitas, berisi penalaran dan pemahaman yang tepat. Selain itu, Freud
juga menyebut ego ini seperti joki penunggang kuda yang harus memahami
kekuatan kuda. Untuk menghidari terjadinya masalah, maka ego harus berusaha
menjinakkan dorongan-dorongan id yang tak terkendali. Dalam upaya memuaskan
dorongan, ego sering bersifat pragmatis dan kurang memperhatikan nilai atau
norma. Namun

1
demikian, ego juga berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang dengan
cara menunda kesenangan sesaat.

c. Super Ego (Das Uber Ich)


Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkaid dengan
standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah.
Menurut Freud, super ego mengandung dua bagian. Yang pertama yaitu “suara
hati” atau “hati nurani”. Ini merupakan bagian yang bersifat menghukum, negative
dan kritis yang mengatakan kepada kita apa yang tidak boleh dilakukan dan
menghukum dengan rasa bersalah jika melanggar tuntutannya. Sedangkan bagian
yang kedua dari super ego tersebut ialah “ego ideal”, karena terdiri dari aspirasi-
aspirasi positif. Contoh ego ideal ialah: ketika anak laki-laki ingin menjadi seperti
pemain basket terkenal, maka atlet adalah ego idealnya. Tapi ego ideal bisa juga
lebih abstrak. Dia bisa berisi ideal-ideal positif kita seperti keinginan untuk
menjadi lebih murah hati, berani, atau berdedikasi tinggi bagi prinsip-prinsip
keadilan dan kebebasan.
Mekanisme terbentuknya suara hati dan ego ideal itu disebut introjeksi, yaitu
proses penerimaan anak terhadap norma-norma moral dari orang tuanya. Dengan
terbentuknya super ego, berarti pada diri individu telah terbentuk kemampuan
untuk mengontrol diri sendiri yang menggantikan pengontrolan dari orang tua. Jadi
dapat disimpulkan bahwa super ego berfungsi:
 Untuk merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan
agresif, karena dalam perwujudannya dikutuk oleh masyarakat.
 Mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan
moralistik.
 Mengejar kesempurnaan.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Psikoseksual

1) Masa Oral (0 – 1 tahun)


Masa oral merupakan tahap pertama perkembangan psikoseksual, yang
mana bayi memperoleh dan merasakan kepuasan melalui mulutnya. Kepuasan
dan kenikmatan tersebut, timbul karena adanya hubungan rasa lapar, kemudian
gelisah dan minuman atau makanan yang diberikan kepada bayi. Pada masa ini,
libido didistribusikan ke daerah oral, sehingga perbuatan mengisap dan
menelan menjadi metode utama untuk mereduksi ketegangan.
Ketidakpuasan pada masa oral dapat menimbulkan gejala regresi yaitu
berbuat seperti bayi atau anak yang sangat bergantung kepada orang tuanya dan
juga perasaan iri hati atau cemburu. Reaksi dari kedua gejala tersebut dapat
dinyatakan dalam beberapa tingkah laku, misalnya mengisap jempol,
mengompol, membandel, dan membisu seribu bahasa. Menurut Freud, fiksasi
pada tahap ini dapat membentuk sikap obsesif yaitu makan dan merokok pada
masa remaja dan dewasa, yang mana pada tahap ini dorongan agresi sudah
mulai berkembang.

2) Tahap Anal (1-3 tahun)


Pada tahap ini libido terdistribusikan ke daerah anus. Anak akan mengalami
ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan. Peristiwa buang
air besar yang dialami oleh anak merupakan proses pelepasan ketegangan dan
pencapaian kepuasan, rasa senang atau rasa nikmat yang mana peristiwa ini

2
disebut dengan erotic anal. Ketika sudah dapat mengontrol otot-otot dubur ini,
kadang-kadang mereka belajar untuk menahan gerakan perutnya, dengan
maksud untuk meningkatkan tekanan di dubur yang dapat menimbulkan
kenikmatan saat fesesnya terlepas.
Pengeluaran kotoran merupakan kegiatan otot-otot pada daerah anus dan
merupakan sumber kepuasan bagi anak untuk “mengotori” lingkungannya
sebagai reaksi terhadap sikap-sikap orang lain yang dianggap tidak
menyenangkan. Ia ingin menentang dan ingin menunjukkan kebebasannya
sendiri.
Beberapa orang tua mungkin mengizinkan anaknya bermain dengan
fesesnya dalam waktu tertentu, namun lebih banyak orang tua merasa jijik
dengan keadaan seperti itu dan segera membuat anak mereka merasakan hal
yang sama. Namun Freud juga tertarik dengan reaksi yang berlawanan dari
tuntutan-tuntutan orang tua ini. Dia mengamati bahwa sejumlah orang
mengembangkan tuntutan berlebihan didalam masalah kebersihan, keteraturan
dan reliabilitas. Dalam kehidupan ini, tentu ada yang mempengaruhi cara
kehidupan seseorang baik keluarga, lingkungan, maupun budaya. Sehingga
menimbulkan pola asuh yang berbeda-beda pula terhadap anak-anaknya.

3) Tahap Phalik (3-5 tahun)


Pada tahap ini anak mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri.
Dimana sumber kenikmatan berpindah ke daerah kelamin. Pada masa ini
terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama yang terkait dengan
perlakuan orang tua kepada anak. Pada masa ini anak juga mulai menaruh
perhatian terhadap perbedaan-perbedaan anatomic antara laki-laki dan
perempuan, terhadap asal-usul bayi dan hal-hal yang ada kaitannya dengan
seks. Hal lain yang muncul pada masa ini adalah tokoh ibu yang dijadikan
sumber segala kasih sayang, terutama oleh anak laki-laki. Hal ini disebabkan
karena semenjak lahir ibu sering bersama anaknya. Melalui keadaan inilah
timbul keinginan yang bersifat seksual pada anak terhadap orang tuanya,
khususnya anak laki-laki terhadap ibunya.

a. Masa phalik pada anak laki-laki


Freud percaya bahwa ibu adalah obyek untuk melakukan hubungan
seks bagi anak laki-laki pada masa ini. Oleh Freud ketertarikan anak
laki-laki terhadap ibunya ini disebut dengan Oedipus kompleks. Nama
Oedipus diambil dari tokoh mitologi Yunani kuno, yang nekat
membunuh ayahnya sendiri kemudian mengawini ibunya.
Ketertarikan anak terhadap ibunya terhalang kerena kehadiran tokoh
ayah dihadapannya. Tokoh ayah bagi anak laki-laki adalah saingan
untuk mendapatkan cinta ibunya dan karena itu muncul sikap-sikap
negarif terhadap ayahnya, seperti takut dihukum karena berusaha
menyaingi ayah untuk mencintai ibu. Ketakutan ini menimbulkan sikap
menyerah pada anak dan memilih untuk mengidentifikasi dirinya
dengan ayahnya. Apabila cinta anak terhadap ibunya tidak berhenti,
maka timbul semacam ikatan antara anak laki-laki dengan ibunya, dan
anak akan menjadikan ibu sebagai tokoh identifikasi bagi dirinya.
Menurut Freud inilah yang menjadi dasar timbulnya homoseksualitas
pada pria, karena telah mengidentifikasi sosok ibu.

3
b. Masa phalik pada anak Perempuan
Seperti pada anak laki-laki, menurut Freud anak perempuan juga
mengalami hal yang sama. Anak perempuan juga mempunyai keinginan
untuk melakukan hubungan seks dengan ayahnya.
Bagi perempuan tokoh ibu merupakan penghalang cintanya terhadap
ayah. Ketidaksamaan antara kelamin anak perempuan dengan laki-laki,
meyebabkan anak perempuan iri hati terhadap struktur kelamin laki-laki
yang dikenal dengan istilah penis envy. Karena iri hati kelamin, maka
anak perempuan akan mengidentifikasi sosok ibunya. Hal inilah yang
akan menjadi dasar munculnya perilaku lesbian ketika sudah dewasa.

4) Masa Laten (6-12 tahun)


Setelah melewati masa phalik, yang mana kenikmatan berpusat pada alat
kelamin. Maka perkembangan selanjutnya ialah masa laten. Masa ini disebut
juga dengan masa sekolah dasar. Karena masa-masa ini memang anak-anak
mulai masuk sekolah. Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuannya
melalui tugas-tugas sekolah, bermain olah raga dan kegitan-kegitan lainnya
yang dapat menigkatkan potensi dirinya. Pada masa ini terjadi perkembangan
yang hebat pada seluruh aspek-aspek diri anak, seperti perkembangan kognitif
melalui pendidikan formal disekolah, perkembangan sosial dan moral, serta ia
juga mempelajari dasar-dasar untuk bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan
sosial.
Oleh karena itu, proses identifasi anak pun akan mengalami perluasan atau
pengalihan objek. Yang pada awalnya objek identifikasi anak adalah orang tua,
sekarang meluas kepada guru-guru mereka, tokoh-tokoh sejarah, atau para
bintang seperti bintang film, musik, dan olah raga.

5) Masa Genital (12 > tahun)


Tahap ini merupakan tahap yang terakhir, yang berlangsung pada masa
pubertas sampai masa dewasa. Tahap ini merupakan masa kebangkitan kembali
dorongan seksual, dimana sumber kesenangan seksual sekarang adalah orang
yang berada di luar keluaraga. Masa ini ditandai dengan matangnya organ
reproduksi anak. Anak mulai mengembangkan motif untuk mencintai orang
lain atau berkembangnya motif untuk memperhatikan kepentingan orang lain.
Motif-motif ini mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan dan persiapan untuk memasuki dunia kerja, pernikahan dan
berkeluarga.

3. Kesimpulan
Teori psikoanalisa dipelopori oleh Sigmund Freud. Freud lahir di Freiberg,
Moravia pada tahun 1856 dan meninggal pada tahun 1939 di London pada usia 83
tahun. Freud membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen yaitu id, ego dan
super ego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen
tersebut. Id berorientasi pada prisip kenikmatan, ego berorientasi pada prinsip realitas
sedangkan super ego bersifat moralitas.
Selain teorinya tentang struktur kepribadian, Freud juga mengembangkan teori
perkembangan psikoseksual. Freud berpendapat bahwa perkembangan kepribadian
manusia sebagian besar ditentukan oleh perkembangan psikoseksualnya. Freud
membagi perkembangan psikoseksual kedalam lima tahap, yaitu tahap oral, anal,

4
phalik, laten, dan genital. Tahapan perkembangan psikoseksual akan memberikan
dampak yang beragam terhadap perkembangan anak ketika ia pada masa dewasa.
Menurut Freud indikator dari karakter yang sehat adalah kesenangan dalam bercinta
dan bekerja.
Tahapan-tahapan perkembangan menurut Sigmund Freud: (1) Masa oral (0-2
tahun),bayi merasakan rasa senang,rangsangan benda, dll; (2) Masa anal (2-4 tahun), bayi
merasakan kesenangan ketika buang air besar; (3) Masa falik (4-6 tahun), anak merasa
senang jika ada rangsangan atau sentuhan pada kelaminnya; (4) Masa latensi (6-12 tahun),
dorongan seksual anak masih belum Nampak; (5) Masa genital (12 tahun sampai dewasa).

5
Daftar Pustaka

Gunarsa,Singgih D. 2003. Dasar dan Teori Perkembangan anak. Jakarta: Gunung


Mulia.

Mukhlis & Hirmaningsih. 2010. Teori-Teori Psikologi Perkembangan. Pekanbaru:


Psikologi Press.

Crain,William. 2007. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. (Terjemahan).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Papalia,Diane E.,Wendkos Old,Selly., & Duskin Feldman,Ruth. 2008. Human


Development (Psikologi Perkembangan, bagian I s/d IV Terjemahan). Jakarta:
Kencana.

Santrock,John W,. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Monks,F,J,R.,Knoers,A,M,P., & Haditono, Siti Rahayu. 2006. Psikologi


Perkembanga: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, (Bandung: Sekolah


Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 2.
https://www.psychologymania.com/2011/09/teori-perkembangan-anak-menurut.html
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/181346-ID-pengaruh-fase-oral-terhadap-
perkembangan.pdf

Anda mungkin juga menyukai