Anda di halaman 1dari 31

PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL

dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

Perkembangan Psikoseksual

Menurut Sigmund Freud (1856-1939), fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis yang disebut libido

Freud membagi perkembangan manusia menjadi 5 fase: a. Fase oral (0 1 tahun) anak-anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Ibu bagi anak sebagai: - sumber bahan makan - kesenangan erotogenis yang dapat dimanfaatkan lantaran menghisap dengan sedemikian rupa, ibu menjadi obyek cinta yang pertama

b. Fase Anal (1 3 tahun) Pada fase ini pusat kenikmatan terletak di daerah anus, terutama saat buang air besar Usaha anal yang pertama adalah autoerotis. Faeses menjadi obyek libidinal atas evaluasi narsistis
c. Fase Falik (3 5 tahun) Anak memindahkan pusat kepuasannya pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Ibu menjadi tokoh yang memberikan kasih sayang, perlindungan (rasa aman) dan tempat melarikan diri bila menghadapi persoalan.

Pada anak laki-laki keterdekatan pada ibunya menimbulkan pada ibunya menimbulkan perasaan cinta yang disebut Oedipus Kompleks. Tapi perasaan ini terhadang dengan adanya tokoh ayah. Kecemasan Kastrasi (takut dipotong alat kelaminnya) perilaku menurut dan meniru tindak-tanduk saingannya bila sudah dapat menerima, menyukai dan mengagumi saingannya model perilaku (egoideal)
Perbedaan fundamental antara anak lelaki dan gadis kecil muncul, ketika gadis mengetahui, bahwa klitoris yang ia miliki adalah inferior dibanding dengan penis dari lawan jantannya. Perasaan kehilangan serta terluka yang mendalam, diserta iri, yaitu iri penis (penis envy)

Gadis kecil berpaling kepada ayahnya, dengan harapan ayah akan memberi penis kompleks Electra (Elektra complex)
d. Periode Laten (5 12 tahun) Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif. Anak laki-laki lebih banyak bergaul dengan teman sejenis, demikian pula wanita. Oleh karena itu, fase ini disebut juga periode homoseksual alamiah e.

e. Fase Genital (12 keatas) Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikisnya (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawanan jenis Tujuan utama periode genital ialah, pemisahan dari kebergantungan dan keterikatan pada orang tua, memantapkan kematangan (jiwa) dan hubungan obyek heteroseksual.

PERKEMBANGAN MORAL
Ada dua teori perkembangan moral, yaitu teori Lawrence Kohlberg dan Jean Piaget a. Teori Perkembangan Moral Kohlberg Kohlberg membagi perkembangan moral dalam tiga peringkat yaitu: 1. Peringkat prakonvensional mula-mula ditandai dengan wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku anak. Selanjutnya, anak mulai menyesuaikan dengan harapan-harapan lingkungan memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau permen

2. Peringkat Konvensional anak terpaksa mengikuti berbagai harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis 3. Peringkat Purna Konvensional anak mulai mengambil keputusan tentang baik buruk secara mandiri. Penyesuaian diri terhadap aturan disekitarnya didasarkan atas penghargaan serta rasa hormatnya terhadap orang lain

b. Perkembangan moral Piaget 1. Tahap Realisme Moral atau Moralitas berkendala Tahap ini berkembang sampai usia 7 tahun. Anak otomatis menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada tanpa penelaahan rasional. Benar dan salah didasarkan atas konsekuensi dari perilakunya.
2. Tahap Moralitas Otonom atau Moralitas Hasil Interaksi Seimbang

Dimulai kira-kira usia 8 tahun sampai dewasa. Pada masa ini konsep benar dan salah perlahan-lahan mulai berubah tergantung situasi. Ketika anak sudah berusia 12 tahun maka kemampuan untuk berabstraksi memungkinkan anak mengerti alasan tiap-tiap aturan atau harapan orang lain. Oleh karena itu anak dapat mempertimbangkan konsekuensi perilakunya secara lebih rasional

Teori Psikodinamika, Sigmund Freud (1856-1939)


Teori psikologi Freud didasarkan atas keyakinannya bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang amat dinamik, kekal, tidak bisa dihilangkan dan bila dihambat akan mencari saluran lain. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis energi psikis itu bersumber pada fungsi psikis yang berbeda, yaitu: Id, Ego dan Superego

Id merupakan bagian yang paling primitif dalam kepribadian. Dorongan-dorongan biologis dasar seperti untuk makan, minum dan seksual adalah bagian dari Id. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin segera dipuaskan. Ego adalah bagian eksekutif dari kepribadian. Fungsi Ego ini berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan. Superego, pada bagian ini terdapat nilai-nilai moral, yang memberikan batasan baik dan buruk. Nilai-nilai yang ada dalam Superego mewakili nilainilai ideal. Oleh karena itu, Superego selalu berorientasi pada kesempurnaan.

Struktur Kesadaran menurut Freud


Persepsi2 Pikiran2 TINGKAT SADAR

TINGKAT PRASADAR Ketakutan TINGKAT TIDAK DISADARI

Dorongan amoral

Dorongan2 seksual yang tidak diterima

Kebutuhan2 egostik

Harapan2 irasional

Pengalaman2 yg memalukan

Motif2 keji

Freud juga membagi aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan: Tingkat sadar atau kesadaran (conscious level) pada tingkat ini aktivitas mental bisa kita sadari setiap saat. Tingkat prasadar (preconscious level) dimana kita bisa menyadari gejala-gejala psikis yang timbul hanya bila kita memperhatikannya Tingkat tidak disadari (unconscious level) dimana timbulnya gejala-gejala psikis sama sekali tidak kita sadari, sulit untuk dijelaskan.

Struktur Kepribadian Menurut freud


LINGKUNGAN DI LUAR INDIVIDU

ego Super ego

Sadar

prasadar

Id

Tidak disadari

Teori Social Learning Teori kepribadian yang berdasarkan pada social learning menekankan besarnya pengaruh dari lingkungan atau keadaan-keadaan situasional terhadap perilaku. Para teoritis social learning beranggapan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh: - Ciri-ciri khusus dari situasi yang dihadapinya - Penafsiran individu terhadap situasi tersebut - Penguatan yang pernah dialami pada tingkah lakunya dalam situasi serupa

Pendekatan Fenomenologis
Atkinson dkk (1983), menyatakan bahwa teori kepribadian fenomenologis. Yaitu pengalaman subjektif, pandangan pribadi individu terhadap dunianya. Self-theories membahas pengalaman-pengalaman batin, pribadi, yang berpengaruh terhadap proses pendewasaan diri seseorang

Teori Rogers berdasarkan pada kecenderungan individu untuk mengevaluasi semua pengalamannya sehubungan dengan konsep dirinya

Setiap individu, mempunyai citra diri yang ideal (ideal self), tetapi tidak semua pengalamannya menghasilkan citra diri seperti itu. Maka timbul incongruences (ketidaksesuaian2). Meskipun demikian, tiap individu akan selalu berusaha untuk menemukan dirinya sendiri (real self)

Memang ada kalanya seseorang mengalami regresi, tetapi setiap orang lebih suka berkembang dari pada mundur. Tendensi seperti ini disebut aktualisasi diri, yaitu kecenderungan untuk mewujudkan segenap potensi yang ada/ dibawa sejak lahir

Konsistensi Kepribadian Block (1971-1981) menunjukkan bahwa beberapa ciri kepribadian menunjukkan konsistensi sepanjang waktu. Kalaupun ada perubahan yang cukup berarti, itu terjadi pada masa remaja.

KEPRIBADIAN A. Pengertian Kepribadian Dalam bahasa inggris istilah untuk kepribadian adalah personality. Istilah ini berasal dari sebuah kata latin persona, yang berarti topeng Manifestasi kepribadian dapat dilihat dari: 1. kenyataan yang bersifat biologis (umwelt) 2. kenyataan psikologis (eigenwek) 3. kenyataan sosial (mitwelt)

Ketiga kenyataan ini menggejala menjadi satu kesatuan (whole) yang disebut kepribadian Gordon W.Allport (1897-1967) Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan

B. Faktor-faktor yang membentuk Kepribadian Faktor lain yang besar pengaruhnya terhadap kepribadian adalah hasil hubungan kita dengan lingkungan atau pengalaman. Para ahli membedakan dua macam pengalaman yang mempengaruhi kepribadian manusia, yaitu: 1. pengalaman umum (common experiences) yaitu pengalaman yang dihayati oleh hampir semua manusia. 2. pengalaman unik (unique experiences) yaitu pengalaman-pengalaman yang hanya pernah dialami oleh dirinya sendiri

C. Teori-teori Kepribadian Pendekatan Tipologis dan Trait teori kepribadian yang bersifat tipologis maupun trait lebih menaruh perhatian pada ciri-ciri umum dari perilaku seseorang Hipocrates (460-377 SM), membagi kepribadian menjadi empat tipe menurut nama cairan yang mempengaruhinya. yaitu :

a. Melankolik dipengaruhi oleh empedu hitam (murung, depresif) b. Sanguinis dipengaruhi oleh darah (gembira, optimistik) c. Kholerik dipengaruhi oleh empedu kuning (mudah marah) d. Phlegmatik dipengaruhi oleh cairan lendir (tenang, lamban, tidak mudah dirangsang)

Tipologi Kretschmer (1925)

Mereka yang berbentuk tubuh gemuk dan bulat digolongkan sebagai Endomorph yaitu orang-orang yang mudah bergaul, periang dan santai

Sedangkan orangorang yang tinggi kurus digolongkan sebagai Ectomorph yang sangat serius, senang menyendiri, selalu menjaga jarak dengan orang lain dan amat perasa

Kemudian orangorang yang berbadan tegap dan atletis digolongkan sebagai Mesomorph, agak cerewet, agresif dan sangat aktif secara fisik

Pada kutub ekstrim pertama adalah kecenderungan introversi, yaitu menarik diri dan tenggelam dalam pengalaman-pengalaman batinnya sendiri. Kutub ekstrim yang lain adalah ekstroversi yaitu membuka diri dalam kontak dengan orang-orang, peristiwa-peristiwa dan benda-benda disekitarnya. 4 fungsi psikis yang mempengaruhi tipologi yaitu: sensasi dan intuisi sebagai faktor yang mempengaruhi bagaimana individu mencerna informasi dari lingkungannya, pikir dan merasa sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan-pertimbangannya dalam menghadapi pengalaman

Eysenck juga menambahkan dua dimensi baru yaitu stability (keajegan) dan instability (ketakajegan) atau neurotisme.

Anda mungkin juga menyukai