Anda di halaman 1dari 4

Nama : Cerry Maura Purwandini

NIM : 11220162000057

Kelas : 3-B Pendidikan Kimia

Mata Kuliah : Praktikum Kimia Organik

Kloter : 2

A. Judul Praktikum

"Identifikasi Deteksi Unsur Tambahan Halogen, Nitrogen, Sulfur"

B. Tujuan

Adapun Tujuan dari praktikum ini ialah :

1. Mengidentifikasi unsur-unsur tambahan yang ada pada senyawa organik.

2. Menganalisis warna-warna yang terbentuk pada uji Nitrogen, Sulfur dan Halogen.

3. Menganalisis keberadaan unsur Nitrogen, Halogen, dan Sulfur pada sampel.

C. Dasar Teori

Senyawa organik adalah senyawa karbon yang terdapat dalam organism dan senyawa yang dibuat
manusia. Dalam senyawa ini, atom karbon menjadi unsure utama dan sering membentuk rantai yang
sambung-menyambung. Pada atom karbon dapat terikat atom lain; seperti hidrogen, oksigen, nitrogen,
belerang, halogen, danfosfor. Akibatnya, senyawa organic sangat bervariasi, baik jenis unsure maupun
jumlah atomnya (Syukri, 1999).

Senyawa organik terutama mengandung atom karbon dan atom hidrogen, ditambah nitrogen,
oksigen, belerang, dan atom unsur lainnya. Senyawa induk untuk semua senyawa organik adalah
hidrokarbon-alkana (hanya mengandung ikatan tunggal), alkena (mengandung ikatanrangkap karbon-
karbon), alkuna (mengandung ikatan rangkap tiga karbon-karbon), dan hidrokarbon aromatik
(mengandung cincin benzene) (Chang, 2005).

Senyawa merupakan zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur dengan pembentuknya.
Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi pembentukan. Senyawa
organik atau senyawa karbon adalah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom
karbon dan atom-atom hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen atau fosfor (Riswiyanto, 2009).

Dalam senyawa organik unsur sering terjadi terjadi bersama dengan karbon dan hidrogen adalah
oksigen, nitrogen, sulfur, klor, brom, dan iodin. Deteksi unsur ini tergantung pada mereka untuk
mengkonversi larut dalam air senyawa ionik dam penerapan tes khusus.Deteksi berbagai unsur hadir
dalam senyawa organik yang disebut analisis kualitatifKarbon dan hidrogen yang hadir di hampir semua
senyawa organik. Unsur lainnya biasanya hadir dalam senyawa organik adalah oksigen, nitrogen,
halogen, silfur, dan kadang-kadang fosfor (Faizar, 2013).

Senyawa organik hanya terdiri dari karbon dan hid ragen dikenal sebagai senyawa hidrokarbon. Jika
suatu atom hidrogen digant oleh suatu atom atau kumpulan atom akan terbentuk turunan hidrokarbondan
gugus ganti inilah yang disebut gugus fungsional. Gugus fungsional bertanggung jawab terhadap sifat
fisika dan kimia suatu senyawa organik. Ciri gugus fungsional adalah atom diluar C dan H seperti
Oksigen, Nitrogen, Halogen, Fusfor, Belerang dan beberapa logam yang akan membentuk senyawa
organo logam (organo metalik) yang dikenal sebagai heteroatom (Sitorus,2010)

Halogen memiliki sifat tertentu dan berubah dengan teratur dari satu unsur ke unsur
berikutnyaKenaikan titik leleh dan titik didih dengan bertambahnya nomor atom, dijelaskan dengan fakta
bahwa molekul-molekul yang lebih besarmempunyai gaya tarik menarik Van Der Walls yang lebih besar
dari pada yang dimiliki molekul-molekul yang lebih kecilKecuali gas mulia, halogen memiliki energi
pengionan dan keelektronegatifan yang paling tinggi dari semua unsur (Keenan, 1984).

Nitrogen merupakan molekul diatomik yang memiliki ikatan rangkap tiga serta memiliki energi
ikatan yang cukup tinggi, sehingga sangat stabl dan cenderung sangat sulit bereaksi. Oleh karena itu,
kebanyakan entalpi dan energi bebas pembentukan senyawa nitrogen bernilai positif. Nitrogen merupakan
gas yang tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu, nitrogen sangat diperlukan dalam pembuatan senyawa
penting, contohnya ammonia dan urea. Kestabilan yang sangat tinggi, menyebabkan nitrogen sering
digunakan untuk gas pelindung dalam pabrik kimia, industri loga, dan pembuatan komponen elektronika
(Syukri, 1999).

Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor
atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalentBelerang dalam bentuk
aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni
atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat. Banyaknya valensi sulfur (dari S2 sampai S6+)
memungkinkan sulfur berpartisipasi dalam berbagai proses geokimia dan biokimia. Belerang banyak
terdapat pada dalam kerak bumi kira-kira 0,1 persen bobot, termasuk didalamnya selenium dan tellurium
yang merupakan keluarga belerang. Secara kimia, belerang dapat bereaksi baik dengan oksidator maupun
reduktorIa mengoksidasi hampir sebagian besar logam dan beberapa non logam (Rompas, 2018).

D. Alat dan Bahan

1. Tabung reaksi 10. FeCl3


2. Pinset 11. FeSO4
3. Spatula 12. Na(Fe(CN)2NO
4. Pembakar bunsen 13. Pb (CH3COO)2
5. Cawan petri 14. AgNO3
6. Korek api kayu 15. NH4OH
7. Pipet tetes
8. Rak tabung reaksi
9. Baskom

E. Langkah Kerja

 Pembuatan sampel (peleburan Natrium)


1. Logam Na diletakkan pada cawan petri dan dipotong menggunakan spatula
2. Logam Na dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilelehkan diatas bunsen
3. Lalu jika logam Na sudah meleleh, campur dengan sulfur
4. Setelah itu, logam Na yang ada di tabung reaksi dibakar diatas bunsen sampai kemerah-merahan
5. Llu, tabung reaksi dipecahkan
 Percobaan uji Nitrogen
1. Memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 tetes
2. Lalu, beri FeCl3 sebanyak 1 tetes ke dalam tabung reaksi
3. Setelah itu, beri FeSO4 sebanyak 1 tetes
4. ke dalam tabung reaksi
 Percobaan uji Sulfur
1. Memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 tetes
2. Lalu, beri Na2(Fe(CN)2NO) sebanyak 1 tetes ke dalam tabung reaksi
 Percobaan uji Halogen
1. Memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 tetes
2. Lalu, beri AgNO3 sebanyak 2 tetes ke dalam tabung reaksi
3. Setelah itu, beri NH4OH sebanyak 1 tetes ke dalam tabung reaksi

E. Daftar Pustaka

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Farid, Faizar. (2013). Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi : Universitas Jambi.

Keenan. (1984). Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Riswiyanto, S. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Sitorus, Marham. (2010). Kimia Organik Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syukri. (1999). Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

Rompas, Christian Th. (2018). Pengaruh Pencampuran Belerang terhadap Kuat Geser Tanah.

Jurnal Sipil Statik, 6(10.)

Anda mungkin juga menyukai