Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

HUKUM HESS

DOSEN PENGAMPU :
Ni Luh Putu Ananda Saraswati S.Si, M.Si.

DISUSUN OLEH :
Marcel Aristha (2213081007)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
HUKUM HESS

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kalor reaksi yang berlangsung dengan proses yang berbeda-beda.
2. Membuktikan Hukum Hess

II. DASAR TEORI


Kebanyakan senyawa tidak dapat disintesis langsung dari unsur-unsurnya. Dalam
beberapa kasus, reaksi berlangsung terlalu lambat, atau terjadi reaksi samping yang
menghasilkan zat-zat selain senyawa yang diharapkan. Dalam kasus-kasus ini dapat
ditentukan dengan cara pendekatan tidak langsung, yang didasarkan pada hukum
penjumlahan kalor atau Hukum Hess. Hukum Hess (Hess’law) dapat dinyatakan
sebagai berikut: Bila reaktan diubah menjadi produk, perubahan entalpinya sama, hal
ini tidak berkaitan dengan apakah reaksi berlangsung dalam satu tahap atau dalam
tahap beberapa tahap. Dengan kata lain, jika kita dapat membagi reaksi menjadi
beberapa tahap reaksi dimana dapat diukur, kita dapat menghitung untuk keseluruhan
reaksi. Hukum Hess didasarkan pada fakta bahwa karena adalah fungsi keadaan,
hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir (yaitu, hanya pada sifat
reaktan dan produk). Dengan kata lain, jika kita dapat membagi reaksi menjadi
beberapa tahap reaksi yangmana ΔH0reaksi dapat diukur, maka dapat dihitung
ΔH0reaksi untuk keseluruhan reaksi. Hukum Hess didasarkan pada fakta bahwa
karena H (entalpi) merupakan suatu fungsi keadaan, ΔH hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir (yaitu hanya pada sifat reaktan dan produk).
Perubahan entalpi akan sama walaupun reaksi secara keseluruhan dibagi menjadi
beberapa tahap reaksi.
Bentuk lain dari hukum kekekalan energi salah satunya dinyatakan dengan hukum
penjumlahan kalor (panas) atau sering juga disebut hukum Hess. Hukum Hess
menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi untuk setiap
tahapnya. Entalpi merupakan satuan fungsi keadaan maka besaran dari reaksi kimia
tidak bergantung dari lintasan yang dijalani pereaksi untuk membentuk hasil reaksi
(Brady, 2012). Berdasarkan hukum Hess, kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan,
tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir sistem. Secara lebih
sederhana, hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi total tidak bergantung
pada banyaknya tahapan reaksi-reaksi.
Terdapat beberapa aturan untuk penghitungan hukum Hess yang melibatkan
persamaan reaksi kimia yaitu:
1. Untuk menjumlahkan dua persamaan reaksi kimia dengan perubahan entalpi ΔH1
dan ΔH2, maka perubahan entalpi untuk produk akhir ΔH3 dapat dinyatakan
dengan :
ΔH3 = ΔH1 + ΔH2
2. Untuk reaksi yang arah baliknya, nilai perubahan entalpi untuk reaksi akhirnya,
ΔH1 sebaliknya dapat dinyatakan dengan :
ΔH (reaksi balik) = - ΔH (reaksi ke depan)

Dasar dari hukum ini adalah entalpi atau energi internal, yang merupakan suatu
besaran yang tidak tergantung pada jalannya suatu reaksi, yaitu :
ΔHP = qp dan ΔE = qv , Sehingga
ΔH = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3 + …. Atau qp = qpI + qpII + qpIII + ….
Hukum penjumlahan panas Hess, sebenarnya merupakan bentuk lain dalam hal
menyatakan hukum kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa banyaknya
panas yang dilepas ataupun diserap dalam suatu reaksi kimia, akan selalu sama, tidak
bergantung pada jalannya reaksi, apakah berlangsung dalam satu tahap ataukah dalam
beberapa tahap. Syarat berlangsungnya Hukum Hess adalah keadaan awal reaktan dan
keadaan akhir produk pada berbagai proses tersebut adalah sama. Secara diagramatik
Hukum Hess dapat dijelaskan sebagai berikut:

Arah 1

Reaktan Produk

A+B C+D

Arah 2

Gambar 1. Berlangsungnya reaksi dalam dua proses yang berbeda.


III. ALAT DAN BAHAN

NaOH(aq, 4 M)+ HCl (aq, 4 M)

NaOH(s) + HCl (aq, 4M) NaCl(aq, 4 M) + H2O(l)

Anda mungkin juga menyukai