Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Tanggal Praktikum : 14 Mei 2023


Judul Praktikum : Hukum Hess

Disusun Oleh :
Kelompok : 18 (Delapan Belas)
Program Studi : Teknik Kimia

Nama :
Indriani (2109066042)

Asisten Praktikum :
Putri Dwi Warna (2109066008)

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess dalam
siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum
kekekalan energi. Karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu
reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk
memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang
berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan
untuk mencapai suatu perubahan.

Dasar dari Hukum Hess ini adalah entalpi atau energi internal artinya besaran yang
tidak bergantung pada jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya
berlangsung melalui satu jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain dengan hasil
yang diperoleh adalah sama. Pada nilai terjadinya perubahan entalpi di nyatakan
sebagai fungsi keadaan (∆H).

Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak ditentukan
oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi oleh keadaan awal dan akhir suatu reaksi. Setelah
itu hukum hess juga menyatakan bahwa entalpi suatu reaksi merupakan jumlah total
dari penjumlahan kalor reaksi tiap satu mol dari masing-masing tahap atau orde
reaksi. Termokimia terutama berhubungan dengan pengaruh kalor yang menyertai
reaksi-reaksi kimia. Dalam termokimia diketahui beberapa gagasan tentang sifat
kalor dan pengukurannya, serta perbedaan antara kalor dan kerja yaitu dua bentuk
perpindahan energi dalam reaksi-reaksi kimiawi sehingga besarnya H dapat
ditentukan hanya dengan mengetahui kalor reaksinya saja. Dasar dari hukum Hess
adalah entalpi atau energi internal artinya besaran yang tidak tergantung pada
jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang- kadang tidak hanya berlangsung melalui satu
jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain dengan hasil sama.
Oleh karena itu, pada praktikum modul ini dilakukan untuk mengetahui cara kerja
dan prinsip hukum Hess dan juga dilakukan agar praktikan dapat mengetahui dan
membedakan arah 1 dan arah 2 suatu reaksi dan dapat mengetahui cara pengukuran
suatu kalor dan entalpi dan mengetahui peran bahan-bahan suatu reaksi untuk
mencari kalor dan entalpi pada percobaan praktikum ini.

1.2 Tujuan Percobaan


a. Untuk mengetahui entalpi pada reaksi arah 1 dan arah 2
b. Untuk mengetahui prinsip dari Hukum Hess..
c. Untuk mengetahui suhu akhir pada arah 1 dan arah 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suatu reaksi yang berlangsung melibatkan kalor. Kalor reaksi dapat diukur dengan
menggunakan alat yang dinamakan dengan kalorimeter, namun terdapat beberapa reaksi
yang tidak dapat diukur menggunakan alat yaitu reaksi yang berlangsung lambat sehingga
sulit untuk diukur menggunakan alat ini. Reaksi seperti ini dapat diukur kalornya dengan
menggunakan hukum Hess, yaitu hukum Hess menyatakan bahwa kalor yang menyertai
suatu reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi yang ditempuh, melainkan bergantung
pada keadaan awal dan keadaan akhir dari reaksi tersebut. Kalor yang menyertai suatu
reaksi dapat ditentukan dengan percobaan laboratorium zat pereaksi yang diukur dalam
kalorimeter. Besarnya kalor dapat dihitung dari perubahan suhu dan massa air dalam
kalorimeter (Syukri, 2014).

Perubahan entalpi reaksi (∆H) adalah Q untuk jumlah mol pereaksi atau hasil suatu reaksi
sesuai standar reaksi, istilah tanda positif (endoterm) dan negatif (eksoterm). Banyaknya
kalor yang dihasilkan dalam suatu reaksi bisa dihitung dengan menggunakan kalorimeter.
Kalor bisa menggunakan jalan jumlah total kalor yang diserap lingkungan dan yang
diserap udara, menurut hukum Hess menunggu suatu reaksi bisa dinyatakan sebagai
penjumlahan aljabar (Keenan, 2010).

Pada reaksi endoterm, sistem akan menyerap kalor dari lingkungannya (memerlukan
energi / menyerap kalor). Reaksi endoterm ditandai dengan adanya suasana dingin pada
reaksinya. Pada reaksi endoterm, entalpi sistem bertambah. Artinya, entalpi produk (Hp)
lebih besar daripada entalpi pereaksi (reaktan). Oleh karena itu, perubahan entalpi (∆H)
merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi. Setiap perubahan dapat
melepaskan energi ke sekelilingnya disebut sebagai perubahan (reaksi eksoterm). Pada
reaksi eksoterm, suhu campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat-zat kimia
yang bersangkutan akan turun. Sistem melepaskan kalor ke lingkungannya
(menghasilkan kalor). Umumnya proses kimia dialam berlangsung secara spontan dengan
melepaskan energi sehingga merupakan energi eksoterm (Rokhimi, 2015).
Panas reaksi bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi hal ini berarti jika
suatu reaksi dapat berjalan secara langsung akan memiliki panas reaksi yang sama
besarnya dengan reaksi yang berlangsung secara bertingkat atau bertahap. Hukum Hess
ini sangat berguna, karena penerapan hukum Hess dapat menentukan perubahan entalpi
dari reaksi-reaksi yang berlangsung spontan yang sukar ditentukan perubahan entalpinya.
Sebagai contoh jika zat A dapat berubah langsung menjadi C tetapi jika zat A dapat
berubah menjadi zat B dahulu yang kemudian menjadi zat C, maka panas reaksi yang
digunakan adalah sama tanpa ada perubahan (Syukri, 2014).

Germain Henry Hess mengeluarkan hukumnya yang menyatakan bahwa jumlah aljabar
panas reaksi yang dibebaskan atau diserap tidak bergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir sistem tersebut. Hukum Hess suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya
berlangsung pada suatu jalur, akan tetapi bisa juga melalui jalur yang lain dengan
memberikan hasil yang sama, tetapi mungkin juga arah yang ditempuh tidak hanya satu
atau dua melainkan terdapat arah tiga dan empat hingga seterusnya. Persamaan-
persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahannya semua
persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Dimana jika suatu persamaan
reaksi dikalikan (dibagi) dengan satu angka, sehingga perubahan entalpinya juga harus
dikali (dibagi) dengan satu angka. Jika persamaan dibalik maka tanda perubahan entalpi
juga harus dibalik. Hukum Hess secara praktis dapat diartikan bahwa jumlah entalpi
reaksi total H dapat diperoleh dengan menjumlahkan entalpi reaksi (Moore, 2015).

Perubahan entalpi reaksi adalah perbedaan bentuk entalpi hasil reaksi (produk) dikurangi
jumlah entalpi pereaksi (reaktan) :

∆H reaksi = (∆AC + ∆BD) – (∆BD + ∆CD)…………………(2.1)

Nilai ∆H bisa bernilai negatif atau eksoterm dan posistif atau endoterm. Hukum Hess
merupakan penunjuk hubungan satu kalor dengan reaksi beberapa kalor pereaksi lainnya,
Hess membuat pernyataan yang disebut dengan hukum Hess (Atkins, 2008).
Suatu reaksi kimia yang digunakan dapat ditulis sebagai rangkaian banyak reaksi kimia
jika seseorang mengetahui panas yang diinginkan dapat dihitung dengan menambahkan
atau mengurangi panas dari masing-masing tahap. Prinsip ini dimana panas reaksi
ditambahkan atau dikurangi secara aljabar disebut hukum hess mengenai penjumlahan
panas konstan (Farrington, 2008).

Proses kembalinya suhu keadaan awal yang terjadi karena sistem melepas kalor dan
reaksinya disebut reaksi eksoterm. Jadi reaksi eksoterm merupakan reaksi yang terjadi
dengan disertai pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan atau reaksi melepas kalor.
Akibat pelepasan kalor ini entalpi dari suatu reaksi akan bertambah sehingga perubahan
entalpinya bernilai negatif. Reaksi eksoterm dapat dinyatakan dalam rumus :

∆H = H produk – H reaktan (∆H < 0).....................................(2.2)

Salah satu ciri khas reaksi eksoterm adalah selama proses reaksi berlangsung suhu sistem
naik, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem akibat penyerapan kalor entalpi dari suatu reaksi akan bertambah
sehingga perubahan entalpinya bernilai positif. Reaksi endoterm dapat dinyatakan dalam
rumus:
∆H = H produk – H reaktan (∆H > 0)......................................(2.3)

Dimana salah satu ciri khas reaksi endoterm adalah selama reaksi berlangsung terjadi
penurunan suhu sehingga untuk kembali dalam keadaan suhu awal sistem harus menyerap
kalor (Keenan, 2010).

Untuk proses-proses tertentu, nilai ∆H dapat ditentukan dalam kalorimeter yang


sederhana. Untuk reaksi lainnya ∆H ditentukan secara tidak langsung. Hukum Hess
mengizinkan suatu proses dipecah-pecah menjadi beberapa tahap dan ∆H proses
diperoleh dengan menjumlahkan nilai ∆H tiap tahap. Penentuan ∆H juga dapat
diselesaikan dengan menetapkan entalpi sebesar nol untuk unsur-unsur yang keadaannya
paling stabil pada 1 atm (Keenan, 2010).
Perpindahan kalor adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau mineral yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan panas.
Perpindahan kalor adalah ilmu untuk menggambarkan perpindahan energi yang terjadi
karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan maka akan terjadi perpindahan energi. Proses dimana
perpindahan energi itu berlangsung disebut perpindahan panas. Perpindahan panas akan
terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara 2 bagian benda. Panas akan pindah dari
temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah di perpindahan panas (Rokhimi, 2015).

Azas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang ditemukan atau dikemukakan
oleh Joseph Black. Azas ini di menjabarkan jika dua benda yang suhunya dicampurkan,
benda yang panas memberikan kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhir pada
kalor benda sama. Perpindahan pada kalor ini terjadi pada benda dengan suhu tinggi ke
benda memiliki suhu rendah kesetimbangan (Syukri, 2014).

Kalorimeter merupakan suatu alat yang fungsinya untuk mengukur kalor jenis suatu zat.
Salah satu bentuk kalorimeter adalah kalorimeter campuran, kalorimeter ini terdiri dari
sebuah bejana logam yang kalor jenisnya diketahui. Bejana ini biasanya ditempatkan
didalam bejana lain yang agak lebih besar kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat
misalnya gabus atau wol. Kegunaan bejana luar adalah sebagai isolator agar pertukaran
kalor dengan sekitar kalorimeter dapat dikurangi (Keenan, 2010).

Kalor adalah suatu bentuk energi yang terima oleh suatu benda yang menyebabkan benda
tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya kalor berbeda dengan suhu, karena suhu
adalah ukuran dalam suatu derajat panas. Kalor merupakan suhu kuantitas atau jumlah
panas baik yang diserap baik yang diserap maupun dilepas oleh suatu benda. Kalor
memiliki satuan kalor (kal) dan kilo kalori (kkal) 1 kal sama dengan jumlah panas yang
dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air naik 1°C pada satuan kalor (Petrucci, 2017).

Hukum kekekalan yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diubah dari suatu bentuk
energi ke bentuk energi lain. Misalnya pada peristiwa gesekan energi mekanik berubah
menjadi panas. Pada mesin uap diubah menjadi energi mekanik. Hukum kekekalan energi
kalor (Azas Black) menyatakan bahwa “pada pencampuran suatu zat atau dua zat,
banyaknya kalor yang dilepas zat suhu tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima
zat bersuhu rendah (Alvarenga, 2008).

Asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif, berbau menyengat, dan
sangat iritatif serta beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia berbahaya. Larutan HCl
termasuk bahan kimia berbahaya atau B3. Asam klorida merupakan larutan gas hidrogen
klorida (HCl) dalam air. Warnanya bervariasi dari tidak berwarna hingga berwarna
kuning muda. Berat molekul HCl yaitu 36,5 g/mol, densitas 1,19 g/mL, titik didihnya
50,5°C, titik lebur -25°C, dan tekanan uap pada 20°C yaitu 16 kpa (Wahyuni, 2012).

Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor sehingga
bersifat murni dalam laboratorium. Akuades memiliki warna bening tidak berbau dan
tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk membersikan alat alat laboratorium
dari zat pengotor dan sebagai pelarut, memiliki berat molekul 18,02 g/mol titik didih
sebesar 100 ° C. Akuades memiliki rumus kimia H2O. Tidak bersifat korosif, iritasi dan
juga tidak berbahaya jika terhirup, akuades tidak memiliki efek terbakar ataupun meledak
dan akuades ini senyawa netral (pH 7). Titik didih akuades 100°C dan merupakan
senyawa yang stabil (Wahyuni, 2012).

KOH atau Kalium Hidroksida adalah basa kuat yang terbuat dari logam alkali. Kalium
yang bernomor atom 19 pada tabel periodik. Kalium hidroksida senyawa berbentuk
kristal dengan warna putih higroskopis. Untuk mendapatkan larutan KOH 10%, kristal
KOH atau kalium hidroksida harus dilarutkan terlebih dahulu. Kalium hidroksida adalah
senyawa yang sangat berbhaya, dapat menyebabkan luka bakar parah atau kebutaan,
untuk itu semua peralatan keselamatan yang tepat, terutama pelindung mata harus
digunakan. KOH memiliki massa molar 56,11 g/mol, kalium hidroksida berwujud
padatan putih, specific gravity sebesar 2,044 dengan titik leleh 380ºC dan dengan titik
didih sebesar 1320ºC. Kelarutan kalium hidroksida dalam air sebesar 97 g/L gr H2O (H2O
= 0ºC) dan dengan keasaman (pKa) sebesar 0 (Wahyuni, 2012).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Termometer
b. Gelas Ukur 25 mL
c. Gelas ukur 10 mL
d. Corong Kaca
e. Kalorimeter
f. Spatula
g. Batang pengaduk
h. Neraca Analitik
i. Mortar
j. Alu
k. Cawan Petri
l. Gelas kimia 50 mL
m. Pipet tetes
n. Bulb
o. Pipet ukur 5 mL
p. Botol semprot
q. Labu ukur 25 mL

3.1.2 Bahan
a. Larutan HCl 37% (asam klorida)
b. Padatan KOH (kalium hidroksida)
c. Akuades
d. Aluminium foil
3.2 Gambar Alat

Gambar 3.1 Kalorimeter (sumber : Dosen Pendidikan)

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Prosedur Arah 1
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Dihaluskan padatan KOH menggunakan mortar dan alu.
c. Ditimbang padatan KOH sebanyak 0,4 gram dalam cawan petri.
d. Diukur 20 mL HCl 0,1 M menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke
dalam kalorimeter.
e. Diamati dan dicatat suhu awal HCl sebagai To1.
f. Dimasukkan KOH yang telah dihaluskan kedalam kalorimeter dan diaduk
sampai larut.
g. Diamati dan dicatat suhu maksimumnya sebagai T 1.

3.3.2 Prosedur Arah 2


a. Diukur 10 mL akuades menggunakan gelas ukur sebagai To2.
b. Dicatat suhu awal akuades pada gelas ukur.
c. Ditimbang padatan KOH sebanyak 0,4 gram ke dalam cawan petri.
d. Dimasukkan 0,4 gram KOH yang telah dihaluskan sebelumnya ke dalam gelas
ukur yang berisi akuades, diaduk hingga larutan homogen.
e. Dicatat suhu larutan KOH yang sudah dihaluskan dalam gelas ukur sebagai T2.
f. Dimasukkan larutan KOH kedalam kalorimeter.
g. Disiapkan 10 mL HCl 0,2 M dan diukur suhunya sebagai To3.
h. Dimasukkan larutan HCl 0,2 M sebanyak 10 mL kedalam kalorimeter yang
berisi akuades dan KOH, diaduk larutan.
i. Diamati dan dicatat suhu maksimumnya sebagai T 3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Suhu Reaksi Arah 1 dan 2

Keterangan T awal (°C) T akhir (°C)


Arah 1
Ditambahkan HCl 0,1 M (20 mL) 28°C -
Ditambahkan 0,4045 gram KOH - 34°C

Arah 2
Akuades (10 mL) 28°C -
Ditambahkan 0,4028 gram KOH - 31°C
Ditambahkan HCl 0,2 M (10 mL) 28°C 34°C

4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Arah 1
KOH(s) + HCl(aq) → KCl(aq) + H2O(aq)..........................(4.1)

4.2.2 Reaksi Arah 2


KOH(s) + H2O(l) → KOH(aq) + H2O(aq)............................(4.2)

KOH(aq) + H2O(aq) + HCl(aq) → KCl(aq) + 2H2O(aq)....................(4.3)

4.3 Perhitungan
4.3.1 Pembuatan Larutan
Diketahui :
Densitas HCl = 1,19 gr/cm3
Mr HCl = 36,5 g/mol
Kadar = 37%
Volume air = 25 mL

Ditanya : V1 ?
10 × % × densitas HCl
Dijawab : M1 = Mr HCl
10 × 37 × 1,19 g/cm3
=
36,5 g/mol

= 12,06 M

a. Pengenceran HCl 0,1 M = M1 × V1 = M2 × V2


12,06 M × V1 = 0,1 M × 25 mL
2,5 mL
V1 =
12,06 M

= 0,2 mL

b. Pengenceran HCl 0,2 M = M1 × V1 = M2 × V2


12,06 M × V1 = 0,2 M × 25 mL
5 mL
V1 = 12,06 M

= 0,4 mL

4.3.2 Perhitungan Reaksi arah 1 dan 2


Diketahui :
Massa KOH = Arah 1 (0,4045 gram) Arah 2 (0,4028 gram)
Mr KOH = 56 g/mol
Mr HCl = 36,5 gr/mol
V HCl = Arah 1 (20 mL) Arah 2 (10 mL)
Vakuades = 10 mL

Ditanya :
Mol KOH arah 1 dan arah 2, mol HCl arah 1 dan arah 2 ?

gram
Jawab : Mol KOH (n) arah 1 = Mr
0,4045 gram
=
56 g/mol

= 0,0072 mol
gram
Mol KOH (n) arah 2 =
Mr
0,4028 gram
=
56 g/mol

= 0,0072 mol
Mol HCl (n) arah 1 =M×V
= 0,1 M × 0,02 L
= 0,002 mol
Mol HCl (n) arah 2 =M×V
= 0,2 M × 0,01 L
= 0,002 mol

4.1.1 Arah 1 (∆H1)


Diketahui :
Mr HCl = 36,5 g/mol
Cair = 4,2 J/gºC
mol KOH (n) = 0,0072 mol
mol HCl (n) = 0,002 mol
Massa KOH = 0,4045 gram
∆T1 = T1 – T01 = 34ºC – 28ºC = 6ºC

Ditanya : ∆H1 ?

Jawab : Massa HCl = n × Mr


= 0,002 mol × 36,5 g/mol
= 0,073 gram
Massa larutan = massa KOH + massa HCl
= 0,4045 gram + 0,073 gram
= 0,4775 gram
Q1 = massa larutan × Cair × ∆T1
= 0,4775 gram × 4,2 J/gºC × 6ºC
= 12,033 J
-Q1
∆H1 =
mol
-12,033 J
=
0,002 mol

= -6,016,50 J/mol

4.1.2 Arah 2 (∆H2 dan ∆H3)


Diketahui :
Mr KOH = 56 g/mol
Cair = 4,2 J/gºC
mol HCl (n) = 0,002 mol
mol KOH (n) = 0,0072 mol
Massa HCl = 0,073 gram
∆T2 = T2 – T02 = 31ºC - 28ºC = 3ºC
∆T3 = T3 – T03 = 34ºC - 28ºC = 6ºC

Ditanya : ∆H2 dan ∆H3?

Jawab : Massa larutan KOH = n × Mr


= 0,0072 mol × 56 g/mol
= 0,4032 gram
Q2 = massa larutan KOH × Cair × ∆T2
= 0,4032 gram × 4,2 J/gºC × 3ºC
= 5,0803 J
-Q2
∆H2 =
mol
-5,0803 J
=
0,002 mol

= - 2.540,15 J/mol

Massa larutan campuran = massa larutan KOH + massa HCl


= 0,4032 gram + 0,073 gram
= 0,4762 gram
Q3 = massa larutan campuran × Cair × ∆T3
= 0,4762 gram × 4,2 J/gºC × 6ºC
= 12,0002 J
-Q
∆H3 =
mol
-12,0002 J
=
0,002 mol

= - 6.000,12 J/mol

∆H2 + ∆H3 = - 2.540,15 J/mol + - 6.000,12 J/mol


= - 8.540,27 J/mol

4.4 Pembahasan
Praktikum ini dilakukan percampuran antara asam kuat HCl dan basa kuat KOH
menggunakan kalorimeter. Hal ini bertujuan untuk mencari kalor reaksi
netralisasi. Proses reaksi netralisasi HCl dan KOH dilakukan dengan dua arah
reaksi akan menghasilkan KCl. Reaksi yang dilakukan merupakan suatu reaksi
dari suatu reaksi tidak tergantung pada jelasnya reaksi, tapi dari keadaan awal dan
keadaan akhir.

Prinsip percobaan Hukum Hess adalah pada percobaan kalor yang dihasilkan dari
jalannya suatu reaksi yang berbeda dari arah 1 dan arah 2. Arah 1 ialah
penambahan padatan KOH kemudian larutan HCl, sedangkan arah 2 berjalan
sebaliknya. Dari percobaan ini praktikan mencoba untuk membuktikan bunyi
Hukum Hess apakah hasil arah 1 dan arah 2 memiliki hasil yang sama atau tidak.
Bunyi Hukum Hess yaitu jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada
suatu reaksi kimia tidak bergantung pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh
keadaan awal dan akhir.

Kemudian, dibuat larutan HCl dengan cara melakukan homogen antara akuades
sebanyak 10 mL dan larutan HCl pekat 37% M sebanyak 0,4 mL di dalam gelas
kimia. Larutan KOH dimasukkan ke dalam kalorimeter, diaduk dan dicatat suhu
pada termometer. Didapatkan suhu 31ºC. Suhu awal larutan HCl 0,2 M diukur
dengan termometer didapatkan suhu 28ºC. Larutan HCl 0,2 M dimasukkan ke
dalam kalorimeter, diaduk dan dicatat suhu, didapatkan suhu 34ºC. Setelah
didapatkan data suhu tersebut kemudian dilakukan perhitungan dan di dapatkan
hasil Q2 ialah 5,0803 J dan Q3 ialah 12,0002 J. Hasil ∆H2 ialah -2.540,15 J/mol dan
∆H3 ialah -6.000,12 J/mol.

Percobaan pertama adalah hukum Hess reaksi arah 1, dimasukkan HCl sebanyak
20 mL ke dalam kalorimeter dengan suhu awal 28°C. Kemudian ditambahkan
padatan KOH yang telah dihaluskan sebanyak 0,4045 gram. Pada percobaan arah
1, KOH yang ditimbang didapatkan sebanyak 0,4045 gram. Kemudian diaduk
campuran dan suhu maksimum yang didapatkan adalah 34°C. Kenaikan suhu ini
terjadi karena reaksi HCl dan KOH bersifat eksoterm. Penambahan bahan berupa
larutan HCl ke dalam larutan KOH harus dilakukan dengan cepat agar reaksi dapat
berlangsung dengan sempurna, setelah didapatkan data suhu tersebut kemudian
dilakukan perhitungan dan di dapatkan hasil Q1 ialah 12,033 J dan hasil ΔH1 ialah
-6.016,50 J/mol. Pada reaksi KOH dan HCl arah 1 diperoleh perubahan nilai entalpi
yaitu sebesar -6.016,50 j/mol.

Percobaan yang kedua adalah hukum Hess arah 2. Terdapat perbedaan perlakuan
dimana larutan HCl 0,2 M dan larutan KOH dibuat terlebih dahulu. Padatan KOH
dihaluskan dan ditimbang sebanyak 0,4 gram kemudian dimasukkan kedalam gelas
kimia berisi akuades sebanyak 10 mL yang diukur suhunya dan didapatkan suhu
sebesar 28ºC, lalu dihomogenkan hingga larutan menjadi bening. Suhu maksimum
yang dicapai adalah sebesar 34oC. Kenaikan suhu ini disebabkan adanya pelepasan
sejumlah energi proses reaksi. Sesuai dengan Azas black, yaitu saat dua benda atau
lebih dengan suhu berbeda dicampur kan maka benda yang suhunya lebih tinggi
akan melepas kalor dan benda bersuhu lebih rendah akan menyerap kalor sehingga
suhu benda akan sama. Saat ditambahkan KOH terjadi kenaikan suhu karena
terbentuk HCl dan H2O sehingga terjadilah kenaikan suhu. Saat penambahan KOH
suhu meningkat drastis karena reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm.
Berdasarkan perhitungan stoikiometri, jumlah mol yang tersisa akan bergabung
kembali dengan jumlah mol produk sehingga menyebabkan entalpi terakumulasi
secara total dan suhu naik drastis saat ditambahkan KOH.
Perhitungan entalpi dilakukan untuk mencari besaran panas, nilai laju perpindahan
panas dan nilai entalpi total. Q didefinisikan sebagai panas, H didefinisikan sebagai
laju perpindahan panas dalam joule dan entalpi total ∆H. Pada percobaan ini hukum
Hess tidak terbukti karena hasil yang diperoleh berbeda yaitu -6016,50 J/mol untuk
arah pertama dan -8540,27 J/mol untuk arah kedua. Entalpi arah pertama tidak sama
dengan entalpi arah kedua karena perbedaan suhu awal akuades dan larutan HCl.
Hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan menyimpang dari hukum
Hess.

Fungsi alat yang digunakan dalam praktikum ini. Termometer berfungsi sebagai
pengukur suhu yang tepat, sehingga didapatkan hasil yang tepat. Kalorimeter
berfungsi sebagai alat untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia
dalam sistem larutan, berdasarkan perubahan suhu yang signifikan kemudian
diukur kalor reaksi. Cawan petri berfungsi sebagai tempat bahan padatan untuk
ditimbang. Alu digunakan untuk menghaluskan bahan padatan yang ada pada
mortar. Mortar digunakan untuk menghancurkan suatu bahan padatan menjadi
serbuk. Neraca analitik digunakan untuk menimbang padatan yang akan digunakan.
Spatula digunakan untuk mengambil padatan KOH. Gelas ukur digunakan untuk
mengukur larutan dalam jumlah tertentu. Gelas kimia berfungsi untuk menampung
larutan. Corong kaca digunakan untuk mempermudah memasukkan larutan ke
dalam labu ukur. Batang pengaduk digunakan untuk menghomogenkan larutan
dengan pengadukan. Pipet ukur digunakan untuk mengambil larutan dengan ukuran
tertentu. Bulb digunakan untuk mengambil larutan dengan cara disambungkan
dengan pipet ukur. Labu ukur digunakan sebagai tempat menyimpan larutan yang
sudah diukur volumenya. Botol semprot digunakan sebagai tempat meletakkan
akuades. Pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan dengan ukuran yang
berskala lebih sedikit daripada pipet ukur.

Fungsi bahan pada praktikum ini yaitu akuades berfungsi sebagai solvent dari
padatan KOH dan larutan HCl pada kalorimeter, juga digunakan sebagai bahan
yang ditambahkan pada larutan HCl untuk pembuatan larutan HCl 0,1 M dan 0,2
M serta untuk pembuatan larutan KOH. Padatan KOH berfungsi sebagai reagen
bersifat basa kuat dan mudah terlarut dalam air serta melepaskan panas jika
dilarutkan. Larutan HCl berfungsi sebagai larutan asam kuat yang bersifat eksoterm
atau mengeluarkan panas. Aluminium foil berfungsi untuk menutup gelas kimia
yang berisi larutan HCl yang baru dibuat dikarenakan aroma HCl masih menyengat
dan jika tercium atau terhirup akan menyebabkan sesak nafas.

Terdapat beberapa perlakuan pada percobaan ini, yaitu ditimbang padatan KOH
agar massa yang diinginkan akurat. Pengadukan secara terus-menerus, yaitu untuk
menaikkan suhu zat dalam kalorimeter dan agar penyebaran kalor dapat merata
pada kalorimeter. Dihaluskan padatan KOH menggunakan mortar dan alu agar
memudahkan larutan diaduk dan larut di dalam akuades, diukur suhunya agar dapat
diamati data-data yang dihasilkan, di ukur larutan akuades menggunakan gelas ukur
agar volume yang didapat sesuai dengan yang ingin digunakan, ditutup wadah gelas
ukur yang berisi HCL 1 M dengan aluminium foil agar tidak menguap dan ditutup
juga mortar berisi padatan KOH agar tidak menguap.

Faktor kesalahan pada percobaan kali ini yaitu, praktikan tidak menutup mortar
berisi padatan KOH yang telah dihaluskan sehingga menyebabkan padatan KOH
menguap dan habis, hal itu menyebabkan praktikan harus kembali menghaluskan
padatan KOH untuk melakukan percobaan kedua.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Entalpi ∆H1 didapatkan dengan cara membagi -Q1 yaitu sebesar - 12,033 J dengan
mol HCl yaitu 0,002 mol dan didapatkan hasil sebesar - 6.016,50 J/mol. Kemudian
Entalpi ∆H2 dan ∆H3 didapatkan dengan cara yang sama tetapi nilai Q yang
dipakai berbeda yaitu Q2 sebesar 5,0803 J serta Q3 sebesar 12,0002 J kemudian
Q2 dan Q3 dibagi dengan mol HCl sebesar 0,002 mol sehingga didapatkan hasil
∆H2 sebesar - 2.540,15 J/mol.
b. Prinsip hukum Hess yaitu untuk menghitung perubahan entalpi reaksi yang sulit
atau tidak mungkin diukur langsung dengan menggabungkan dua atau lebih reaksi
yang dapat diukur entalpinya. Misalnya, jika reaksi A + B menghasilkan C dengan
perubahan entalpi ΔH₁, dan reaksi C + D menghasilkan E dengan perubahan
entalpi ΔH₂, maka prinsip Hess memungkinkan kita untuk menghitung perubahan
entalpi reaksi A + B → E.
c. Suhu akhir pada arah 1 yang dihasilkan setelah HCl 20 mL ditambahkan KOH
0,4045 gram didapatkan suhu yaitu 34°C. Suhu akhir yang dihasilkan pada arah 2
setelah akuades 10 mL ditambahkan larutan KOH 0,4028 gram, lalu ditambahkan
HCL sebanyak 10 mL didapatkan suhu yaitu 34°C.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum berikutnya dapat menggunakan bahan yang berbeda
untuk membandingkan dan membuktikan Hukum Hess yang terjadi pada
praktikum berikutnya. Contohnya larutan H2SO4 (asam kuat) dan NaOH (basa
kuat) agar hasil yang didapatkan lebih bervariasi lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Alvarenga & Maximo, (2008), Fisika 2, Press Harla, Oxford University, Mexico.

Atkins, P, W, (2008), Kimia Fisika Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Farrington, (2008). Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.

Syukri, S. (2014), Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.

Moore & John, T, (2015). Kimia For Dummies, Pakar Jaya, Indonesia.

Petrucci, (2017), Kimia Dasar Prinsip dan Tetapan Modern Jilid II, Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta.

Rokhimi, (2015), Kimia Fisika Jilid II, Erlangga, Jakarta.

Wahyuni & Ita & Trie, (2012), Kimia Fisika Hukum Hess, Universitas Mulawarman,
Samarinda.

Keenan. (2010). Fisika Kimia Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai