Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KIMIA FISIK l
“HUKUM HESS”

Dosen Pengampu:
Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si

Oleh Kelompok 5:

1. M. FADHIL RIYANSAH (A1C121018)


2. RIRIS DESINTA MARSAULINA MANALU (A1C121065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Kimia Fisik I yaitu
tentang “Hukum Hess”.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Yusnaidar,
S.Si., M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah Kimia Fisik I. Semoga tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait materi
kalorimeter ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi penyempurnaan makalah ini.

Jambi, 17 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………..……...ii
DAFTA ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................2

BAB III PEMBAHASAN………………………................................................3


2.1 Pengertian Hukum Hess …………………………........................................3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hukum Hess………………………… 6
2.3 Rumus Hukum Hess………………………………………..……………... .7
2.4 Contoh Hukum Hess......................................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................8


3.1 Kesimpulan..............................................................................................1
3.2 Saran........................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................13
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyaknya kalor yang dihasilkan dalam suatu reaksi kimia dapat diukur
dengan menggunakan kalorimeter, kalau diukur dengan jalan jumlah total kalor
yang diserap lingkungan. Kalor yang diserap air merupakan hasil perkalian antara
massa, kalor jenis dan kenaikan suhu. Kalor yang diserap komponen lingkungan
lain yaitu bom, pengaduk, termometer, dan sebagainya merupakan hasil kali
jumlah kapasitas kalor komponen-komponen ini dengan suhu. Dari sini, dapat
diketahui bahwa penjumlahan kalor dapat diterapkan melalui Hukum Hess. Dan
Hukum Hess itu sendiri merupakan sebuah hukum dalam kimia fisika untuk
ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan tuk memprediksi
perubahan entalpi dari hukum kekekalan energi.
Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak
ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal
dan keadaan akhir suatu reaksi. Selain itu, Hukum Hess juga menyatakan bahwa
entalpi suatu reaksi merupakan jumlah total dari penjumlahan kalor reaksi tiap
satu mol dari masing-masing tahap atau orde reaksi. Oleh karena itu, percobaan
ini dilakukan agar dapat mengetahui fungsi dari hukum Hess yaitu untuk dapat
mengukur perubahan entalpi dari suatu reaksi dengan menggunakan arah 1 dan
arah 2.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apakah pengertian Hukum Hess?
2.Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Hukum Hess??
3.Apa Rumus Hukum Hess?
4.Bagaimana Contoh Hukum Hess ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari hukum Hess
2.Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor Hukum Hess
3.Untuk mengetahui serta memahami rumus dan contoh Hukum Hess
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Hess
Hukum Hess adalah hukum yang digunakan untuk menentukan besarnya
perubahan entalpi suatu reaksi. Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi
tidak dipengaruhi oleh proses reaksi, tapi dipengaruhi oleh keadaan awal dan akhir
reaksi. Dalam hukum Hess, nilai perubahan entalpi dinyatakan sebagai fungsi
keadaan (ΔH). Menurut hukum ini, karena perubahan entalpi merupakan fungsi
keadaan maka perubahan reaksi kimia akan bernilai sama meskipun langkah-langkah
yang diperlukan untuk menghasilkan hasil reaksi berbeda.
Hukum Hess bisa digambarkan melalui cara yang skematis yakni sebagai berikut:
Diketahui diagram Hess reaksi A → C

Perubahan dari A menjadi C bisa berlangsung melalui 2 tahap yakni:.


Tahap I (secara Iangsung)
A → C → ΔH1
Tahap II (secara tidak langsung)
Berdasarkan Hukum Hess maka harga ΔH1 = ΔH2 + ΔH3
Banyak reaksi yang dapat berlangsung berdasarkan pada dua atau lebih tahapan.
Contoh :
Reaksi karbon serta oksigen yang diperlukan untuk membentuk CO2 bisa
berlangsung melalui satu tahap (cara langsung) atau pun dapat berlangsung juga
melalui dua tahap (cara tidak langsung).

Hukum Hess bisa juga diyatakan melalui bentuk diagram siklus ataupun diagram
tingkat energy. Diagram siklus untuk reaksi pembakaran karbon berdasarkan pada
contoh sebelumnya yakni sebgai berikut:

Diagram siklus reaksi pembakaran karbon


Berdasarkan pada siklus reasi yang telah dijelaskan sebelumnya, pembakaran karbon
bisa melalui dua lintasan, yakni lintasan-1 yang dapat langsung membentuk CO2,
sedangkan lintasan-2 pada mulanya membentuk CO, kemudian menjas=di CO2. Jadi,
ΔH1 = ΔH2 + ΔH3.
DIAGRAM TINGKAT ENERGI:

Diagram tingkat energy atas reaksi karbon dengan menggunakan oksigen dam
membentuk CO2 menurut dua lintasan.
Hukum Hess ini bisa digunakan untuk menentukan kalor berdasarkan pda reaksi yang
tak dapat diketahui dengan cara yang langsung. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:

Menurut Hukum Hess:


ΔH1 = ΔH2 + ΔH3 atau x = y + z
Perubahan yang terjadi dari N2(g) dan O2(g) menjadi NO(g) disertai dengan
adanya perubahan entalpi (ΔH1) sebesar +33,85 kJ/mol, walaupun reaksi
telah ditetapkan dalam satu tahap ataupun dua tahap, ΔH1 = ΔH2 + ΔH3.

Hukum Hess berbunyi “perubahan entalpi reaksi hanya tergantung keadaan awal
dan keadaan akhir sistem yang tidak tergantung pada jalannya reaksi”. Entalpi
satndar reaksi individu dapat digabungkan untuk memperoleh entalpi reaksi lain.
Penerapan Hukum pertama ini disebut Hukum Hess:
Entalpi standar suatu reaksi keseluruhan adalah jumlah entalpi standar masing-
masing reaksi yang dapat digunakan untuk membagi suatu reaksi.
Individual tidak perlu diwujudkan dalam praktik:langkah-langkah tersebut mungkin
merupakan reaksi hipotess, satu-satunya persyaratan adalah persamaan kimianya
harus sembang. Dasar termodinamika dari hokum ini adalah indepedensi jalur dari
nilai ΔH dan implikasinya bahwa kita dapat mengambil reaktan tertenu, dan secara
keseluruhan memperoleh perubahan entalpi hasil yang sama. Pentingnya Huku hess
adalah informasi tentang reaksi yang diinginkan, yang mungkin sulit ditentukan
secara langsung, dapat dikumpulkan dari informasimengenai reaksi lain.
Perubahan keadaan suatu system yang dihasilkan oleh reaksi kimia tertentu adalah
pasti. Perubahan entalpi yang bersangkutan juga pasti, karena entalpi merupakan
fungsi keadaan. Jadi, jika kita mengubah sekumpulan reaktan tertentu menjadi
sekumpulan produk tertentu melalui lebih dari satu rangkaian reaksi, prubahan entalpi
total harus sama untuk setiap rangkaian. Aturan ini, yang merupakan konsekuensi dai
hukum pertama termodinamika, awalnya dikenal sebagi hukum penjumlahan panas
konstan Hess. Misalnya kita membandingkan dua dengan berbagai metode sintesis
natrium klorida dari natrium dan klorin.

Perubahan kimia bersih diperoleh dengan menjumlahkan semua reaksi dalam


rangkaian tersebut. Perbahan entalpi bersih diperoleh dengan menjumlahkan semua
perubahan entalpi dalam barisan tersebut. Perubahan entalpi bersih harus sama untuk
setiap barisan yang mempunyai perubahan kimia bersihyag sama sejumlah reaksi
dapat ditambahkan atau dikurangi untuk menghasilkan reaksi kimia yang diinginan.
Perubahan entalpi reaksi ditambahkan atau disubstitusi, disusutkan secara aljabar
dengan cara yang sesuai.
Jika suatu reaksi kimia tertentu digabungkan secara berurutan dengan kebalikan
dari reaksi yang sama, tidak ada efek kimia total, dan ΔH = 0 untuk kombinasi
tersebut. Itu mengikuti segera bahwa ΔH dari reaksi balik sama besarnya tetapi
berlawanan tandanya dengan reaksi maju. Kegunaan dari sifat barisan ini, yang
sebenarnya tidak lebih dari fakta bahwa perubahan entalpi suatu system tidak
bergantung pada jalurnya, diilustraskan oleh urutan.

1. C(grafit) + O2(g) CO(g), ΔH1


2. CO(g) + O2(g) CO(g), ΔH2
Perubahan bersih barisan tersebut adalah
3. C(grafit) + O2(g) CO2(g), ΔH3
4. Oleh karena itu, ΔH3 = ΔH1 + ΔH2 . Dalam kasus khusus ini, ΔH2 dan ΔH3 dapat
diukur dengan mudah dalam kalorimeter, sedangkan ΔH1 tidak. Karena nilai
ΔH1 dapat dihitung dari dua nilai lainnya, maka tidak perlu mengukurnya.
Demikian pula dengan mengurangkan reaksi (2) dengan reaksi (1), maka
diperoleh
5. C(grafit) + CO2(g) 2CO2(g), ΔH4 = ΔH1 – ΔH2,
dan panas reaksi ini juga dapat diperoleh dari nilai yang diukur

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hukum Hess


Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum hess yaitu:
1. Jumlah zat yang bereaksi, jumlah zat yang bereaksi di dalam kalorimeter akan
mempengaruhi panas yang dihasilkan.
2. Suhu atau temperatur, semakin tinggi suhu yang dihasilkan maka menyebabkan
perubahan entalpinya semakin meningkat.
3. Jenis reaksi, suatu jenis reaksi yang dihasilkan apakah endoterm atau eksoterm
mempengaruhi perubahan entalpi.
4. Pelarut, pelarut yang memiliki titik didih tinggi akan mempengaruhi reaksi
yang terjadi di dalam calorimeter
5. Sifat zat, sifat zat yang beraksi, sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan
menentukan kecepatan berlangsung reaksi. Secara umum, dinyatakan bahwa yang
pertama reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal ini
disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya
berlawanan dan yang kedua reaksi antara senyawa kovalen umumnya
berlangsung lambat. Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi
tersebut dibutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikata kovalen yang terdapat
dalam molekul zat yang bereaksi.
6. Konsentrasi, konsenstrasi dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa
semakin cepat reaksi berlangsung. Semakin besar konsentrasi semakin banyak
zat-zat yang bereaksi sehingga semakin besar pula kemungkinan terjadi reaksi.
7. Perubahan tekanan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kelarutan suatu
zat cair atau zat padat dalam pelarut cair tetapi pada kelarutan gas selalu
bertambah dengan bertambahnya tekanan.
8. Katalisator, zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi akan
tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen dengan kata lain akhir
reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti
sebelum reaksi.
9. Kalor, kalor metupakan panas yang mempengaruhi hukum hess, karena kalor
akan mempengaruhi saat perhitungan untuk menentukan arah 1 dan arah 2
10. Pengadukan dan pengocokan, semakin continue atau cepat pengadukan yang
dilakukan semakin besar nilai entalpi baik pada arah 1 dan arah 2.

2.3 Rumus Hukum Hes


(ΔH 1 +ΔH 2 = ΔH3 +ΔH4 )
Jika perubahan kimia tersebut berlangsung pada sejumlah jalur yang berbeda.
Maka perubahan entalpi dari semuanya juga akan sama. Sehingga ΔH untuk
reaksi tunggal dapat di rumuskan sebagai berikut:
ΔH reaksi= Σ ΔH°f (produk) - Σ ΔH°f (reaktan)

2.4 Contoh-contoh soal Hukum Hess


1. Entalpi reaksi standar untuk hidrogenasi propena,
CH2 = CHCH3(g) + H2(g) CH3CH2CH3(g)
Adalah -124 kJ/mol. Entalpi reaksi standar untuk pembakaran propane,
CH3CH2CH3(g) + 5H2O(g) 3CO2(g) + 4H2O(l)
Adalah -2220 kJ/mol. Hitung entalpi pembakaran standar propena, Metode
keterampilan yang perlu dikembangkan adalah kemampuan menyusun
persamaan termokimia tertentu dari persamaan termokimia lainnya.
Tembahkan atau kurangi reaksi yang diberikan, bersama dengan reaksi apa
pun yang diperlukan, sehingga dapat menghasilkan reaksi yang diperlukan.
Kemudian tambahkan atau kurangi entalpi reaksi dengan cara yang sama.
Data tambahan terdapat pada table 2.5
Pembahasan
Reaksi pembakaran yang kita perlukan adalah

C3H6(g) + O2(g) 3CO2(g) + 3H2O(l)

Reaksi ini dapat dibuat kembali dari penjumlahan berikut:


ΔH˚/(kJ/mol)
C3H6(g) + H2(g) C3H8(g) -124
C3H8(g) + 5O2(g) 3CO2(g) + 4H2O(l) -2220

H2O(l) H2(g) + O2(g) +286

C3H6(g) + O2(g) 3CO2(g) + 3H2O(l) -2058

2. hitung entalpi hidrogenasi benzena dari entalpi pembakarannya dan entalpi


pembakaran sikloheksana. [-205 kJ/mol]

Pembahasan:
Untuk menghitung entalpi hidrogenasi benzena dari entalpi pembakarannya dan
entalpi pembakaran sikloheksana, dapat digunakan hukum Hess. Berikut adalah
langkah-langkahnya:
a. Tuliskan persamaan reaksi pembakaran benzena dan sikloheksana:
C6H6 + 15/2 O2 → 6 CO2 + 3 H2O
C6H12 + 9 O2 → 6 CO2 + 6 H2O
b. Tuliskan persamaan reaksi hidrogenasi benzena:
C6H6 + 3 H2 → C6H12
c. Hitung entalpi pembakaran benzena dan sikloheksana dengan menggunakan
data entalpi pembakaran standar:
ΔHc°(C6H6) = -3267,6 kJ/mol
ΔHc°( C6H12) = -3930,3 kJ/mol
d. Hitung entalpi hidrogenasi benzena dengan menggunakan data entalpi
hidrogenasi standar:
ΔHh°( C6H6) = -208 kJ/mol
e. Gunakan hukum Hess untuk menghitung entalpi hidrogenasi benzena:
ΔHh°(C6H6) = ΣnΔHc°(produk) - ΣmΔHc°(reaktan)
ΔHh°(C6H6) = [6ΔHc°(CO2) + 3ΔHc°(H2O)] - [ΔHc°(C6H6) +
3/2ΔHc°(H2)]
ΔHh°(C6H6) = [6(-393,5) + 3(-285,8)] - [-3267,6 + 3/2(0)]
ΔHh°(C6H6) = -205,3 kJ/mol
Dengan demikian, entalpi hidrogenasi benzena adalah -205,3 kJ/mol.

3. Hitunglah dan tentukanlah berapakah jumlah kalor yang dikeluarkan pada ketika
terjadi suatu pembakaran 1 mol Hindrokarbon C²H² (mr=26). Apabila telah
diketahui bahwa entalpi jumlah pembentukan H ² O(g)=-285Kj/mol, Lalu CO² (g)
mol/Kj dan kemudian C²H²(g)=+227mol/Kj
Pembahasan :
Langkah awal adalah membentuk sebuah persamaan reaksi untuk pembakaran
C2H2.
Dalam istilah pembakaran ini disini bermaknakan suatu senyawa yang
direaksikan dengan sebuah oksigen(O2).
Lalu dari rekasi hidrokarbon biasanya bisa selalu memperoleh hasil adalah
karbondioksida dan juga uap air.
Jika sudah disetarakan maka kemudian akan memperoleh sebuah hasil
persamaan reaksi, adalah sebagai berikut.
C2H2 + 5/2O2(g) → 2CO2(g) + H2O
ΔHreaksi = ΔH hasil - ΔH pereaksi
ΔHreaksi = 2ΔHfCO2 + ΔHf H2O – ΔHf C2H2 - 5/2ΔHf O2
ΔHreaksi = 2(-393)+(-285)-227-5/2(0)
ΔHreaksi = -1298kj/mol
Tetapi harus di ingat bahwa ΔH adalah suatu unsur yang bernilai 0 maka ΔHf O2
=0
4.

Penyelesaian:
Berdasarkan Hukum Hess
ΔH1 = ΔH2 + ΔH3
ΔH1 = -222 + (-566)
ΔH1 = -788 kJ.
ΔHf CO2 = -788/2 = -394 kJ/mol

5. Diketahui Benzena (C6H6) terbakar di udara dan menghasilkan karbon dioksida


dan air cair. Berapa panas yang dilepaskan per mol oleh pembakaran benzena?
Entalpi pembentukan standar benzena adalah 49,04 kJ/mol.
ΔH˚f C6H6 = 49,04 kJ/mol
ΔH˚fCO2 = 393,5 kJ/mol
ΔH˚fH2O = 187,6 kJ/mol
Ditanya: ΔH˚rea....?
Jawab:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu:
1. Hukum hess adalah hukum yang digunakan untuk menentukan besarnya
perubahan entalpi suatu reaksi. Dalam hukum Hess, nilai perubahan entalpi
dinyatakan sebagai fungsi keadaan (ΔH).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum hess yaitu jumlah zat yang bereaksi,
suhu, jenis reaksi, pelarut, sifat zat, konsentrasi, perubahan tekanan, katalisator,
kalor, dan pengadukan atau pengocokan.
3. ΔH untuk reaksi tunggal dapat di rumuskan sebagai berikut:
ΔH reaksi= Σ ΔH°f (produk) - Σ ΔH°f (reaktan)
Contoh-contoh soal hukum hess adalah:

Penyelesaian:
Berdasarkan Hukum Hess
ΔH1 = ΔH2 + ΔH3
ΔH1 = -222 + (-566)
ΔH1 = -788 kJ.
ΔHf CO2 = -788/2 = -394 kJ/mol
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah
itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

W. Castellen Gilbert, 1983, Physical Chemistry, Canada, Wesley Publishing


Company
Atkins Peter, Julio de Paula, 2006, Physical Chemistry, New York, W. H.
Freeman and Company
Nugroho Fajar, Muhamad Sodiq Ibnu, Santosa, 2016, Analisis Pemahaman
siswa kelas IX IPA terhadap materi termokimia di SMAN 1 Glagah kabupaten
Banyuwangi, Jurnal penelitian, vol. 1 ISBN: 978-602-9286-21-2

Anda mungkin juga menyukai