Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL

PURSED LIPS BREATHING TERHADAP PENINGKATAN ARUS PUNCAK


EKSPIRASI (APE) PASIEN ASMA

Disusun Oleh:

Farida

STIKes PERTAMEDIKA JAKARTA


Program S1-Keperawatan Non Reguler Angkatan XVII
Jl. Bintaro Raya No.10, RT.4/RW.10, Tanah Kusir, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta
Selatan, DKI Jakarta 12240 (021) 7232122
TA 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah Analisa Jurnal EBN yang berjudul
“PURSED LIPS BREABREATHING TERHADAP PENTINGKAN ARUS PUNCAK
EKPIRASI (APE) PASIEN ASMA"
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Medikal Bedah dalam
Program Studi Pendidikan S1 Keperawatan di STIKes PERTAMEDIKA. Tak lupa juga
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat dapat menambah, memperluas, dan memperkaya
pengetahuan perawat tentang bagaimana menerapkan intervensi tersebut sebagai evidence
base nursing terutama dalam Keperawatan Medikal Bedah. Penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis berterimakasih bila
terdapat masukan yang konstruktif sebagai perbaikan makalah berikutnya.

Jakarta, 8 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 5

A. Latar Belakang 5

B. Tujuan 6

C. Manfaaat 6

BAB II ANALISA JURNAL 7

A. Jurnal Utama 7

B. Jurnal Pendukung 7

1. Problem 8

2. Intervention 8

3. Comparison 8

4. Outcome 8

BAB III TINJAUAN TEORI 9

A. Asma 9

1. Definisi 9

2. Patofisiologi 9

3. Manifestasi Klinis 10

4. Komplikasi 10

5. Penatalaksanaan 10

B. Pursed Lips Breathing 12

1. Definisi 12

2. Tujuan 12

3. Prosedur 12

BAB IV PENUTUP 14

3
A. Kesimpulan 14

B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan napas yang dikarakteristikkan
dengan hiperresponitas, edema mukosa, dan produksi mucus, inflamasi ini pada akhirnya
berkembang menjadi episode gejala asma yang berulang. Pasien asma mungkin
mengalami periode bebas gejala bergantian dengan eksaserbasi akut yang berlangsung
dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth 2016) .
The Global Asthma Report pada tahun 2016 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah
asma seluruh dunia adalah 325 juta orang, dengan angka pravelensi yang meningkat
terutama pada anak-anak. Hasil penelitian berdasarkan informasi rumah sakit (SIRS) di
Indonesia di dapatkan bahwa angka kematian akibat peyakit asma adalah sebanyak
63.584 orang (Kemenkes, 2016)
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada pasien asma dapat berupa tindakan
farmakologis dan tindakan nonfarmakologis. Salah satu tindakan yang bisa dilakukan
berupa nonfarmakologis adalah latihan pernapasan (Atmoko et al., 2011). Latihan
pernapasan dilakukan untuk melatih cara melakukan pernapasan dengan baik dan benar,
meningkatkan fungsi pernapasan, meningkatkan sirkulasi, serta meningkatkan kualitas
hidup pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Pada pasien asma, latihan pernapasan
selain digunakan untuk memperbaiki pernapasan juga mempunyai tujuan untuk melatih
pasien pada saat terjadi serangan (Atmoko et al., 2011).
Salah satu tindakan nonfarmakologis yang bisa dilakukan pada pasien asma
dengan latihan napas berupa pursed lips breathing. Pursed lips breathing merupakan
salah satu teknik latihan pernapasan yang dilakukan dengan bernapas melalui hidung dan
mengeluarkannya melalui mulut dengan bentuk mulut seperti meniup lilin. Pursed lips
breathing akan meningkatkan pertukaran udara di paru sehingga memudahkan pasien
asma dalam bernapas. Pursed lips breathing dapat memperlancar proses oksigenasi di
dalam tubuh (Widowati, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka, pursed lips breathing dapat dijadikan alternatif
dalam pelaksanaan non farmakologi pada pasien dengan asma.

5
B. Tujuan
Tujuan dari Analisa Jurnal Evidance Based Nursing ini adalah :
1. Menambah wawasan perawat terhadap pemberian pursed lips breathing pada klien
dengan asma
2. Perawat dapat mengaplikasikan pursed lips breathing terhadap peningkatan arus
puncak ekspirasi pada klien dengan asma.

C. Manfaaat
1. Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga tentang penyakit
asma agar mampu merawat penyakit tersebut sehingga tercipta peningkatan status
dan derajat kesehatan.
2. Bagi Pelayan Kesehatan
Diharapkan perawat dapat mengaplikasikan pemberian pursed lips breathing
sebagai tindakan mandiri keperawatan dalam meningkatkan arus puncak ekspirasi
pada klien dengan asma.

6
BAB II
ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Judul jurnal :
“Pursed Lips Breathing Terhadap Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (Ape)
Pasien Asma”
2. Peneliti : Dian Kartikasari, Emi Nurlaela
3. Desain penelitian : Pretest-Postest Control Group Design
4. Populasi, Sampel, Teknik Sampling :
Sampel penelitian berjumlah 20 subjek penelitian yang dibagi menjadi dua
kelompok, kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
5. Instrumen penilitian :
Instrumen yang digunakan untuk intervensi penelitian berupa Philips respironics
peak flow meter dan lembar observasiP
6. Uji statistik :
Data dianalisis dengan uji Mann-Whitney

B. Jurnal Pendukung
1. Judul jurnal :
“Pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap Fatigue Pasien GGK di Ruang
Hemodialisa RSUD Bahteramas”
2. Peneliti : Maman Indrayana, Armayani, Wa Ode Rahmadania
3. Hasil Penelitian :
Hasil Penelitian pada 20 responden sebelum dilakukan pursed lip breathing terdapat
15 responden (75%) yang mempunyai nilai fatigue 5, sedangkan 2 responden (10%)
yang mempunyai nilai fatigue 6. Hasil Penelitian pada 20 responden setelah dilakukan
pursed lip breathing terdapat 9 responden (45.0%) yang mempunyai nilai fatigue 4,
sedangkan 1 responden (5.0%) yang mempunyai nilai fatigue 5.

7
C. Analisa PICO
1. Problem
Belum ada intervensi pursed lips breathing pada pasien asma untuk meningkatkan
arus puncak ekspirasi
2. Intervention
Kelompok intervensi diberikan obat-obatan sesuai advice dokter dan tambahan
intervensi pursed lips breathing dalam selama 15 menit, sedangkan kelompok kontrol
hanya diberikan obat-obatan sesuai advice dokter.
3. Comparison
a. Judul jurnal :
“Efektifitas Antara Teknik Pernafasan Buteyko Dengan Diafhragmatic
Breathing Exercise Terhadap Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Pada Pasien
Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi Tahun 2017”
b. Peneliti : Yossi Fitrina, Rini Puspita Sari
c. Hasil Penelitian :
Pada teknik buteyko dari 12 responden, 9 responden mengalami peningkatan
arus puncak ekspirasi dan yang tidak mengalami peningkatan 3 orang responden.
Sedangkan pada teknik diafheagmatic breathing exercise ternyata 10 orang
responden mengalami peningkatan dan 2 orang responden tidak mengalami
peningkatan/ tetap.

4. Outcome
Berdasarkan hasil uji terdapat peningkatan APE lebih tinggi pada kelompok
pasein asma yang mendapatkan pursed lips breathing dibandingkan dengan
kelompok pasien yang tidak mendapatkan pursed lips breathing samping pada
pasien asma, sehingga pursed lips breathing bisa dipertimbangkan sebagai salah satu
intervensi untuk meningkatkan APE.

8
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Asma
1. Definisi
Asma adalah penyakit heterogen, yang biasa ditandai dengan adanya peradangan
saluran napas kronis. Asma ditandai oleh riwayat gejala gangguan pernapasan seperti
suara mengi (wheeze), sesak napas, sesak pada dada, dan batuk yang bervariasi dari
waktu ke waktu bersamaan dengan pembatasan jalan napas yang variable (GINA,
2019)

2. Patofisiologi
Menurut Somantri (2012)mengatakan bahwa penyakit asma adalah akibat dari
alergi bergantung kepada respons IgE yang dikendalikan oleh limfosit T dan B
serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang berkaitan
dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetuskanasma bersifat airbone
dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia
dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu.

Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah
aspirin , bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik, dan bahan
sulfat. Sindrom pernapasan sensitive-aspirin khususnya terjadi pada orang dewasa,
walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini
biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis
hiperplastik dengan polip nasal. Baru kemudian muncul asma
progresif.Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme karena penggunaan
aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan
pembentukan leukotriene yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.

Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan napas pada klien


sdma, sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan peningkatan reaktivitas
jalan napas dan hal tersebut harus dihindarkan. Obat sulfat , seperti kalium
metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang

9
secara luas digunakan dalam industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi
serta pengawet dapat menimbulkan obstruksi jalan napas akut pada klien yang
sensitive, pajanan biasanya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang
mengandung senyawa ini, seperti salad, buah segar, kentang, kerang dan anggur.

Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya dari internal


klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibodi. Reaksi antigen-
antibodi ini akan mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya
merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan
dapat berupa histamine, bradikinin, dan anafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut
adalah timbulanya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan
permebilitas kapler, dan peningkatan secret mukus.

3. Manifestasi Klinis
Menurut GINA (2019) tanda dan gejala asma yang dapat ditunjukkan antar lain
mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dada terasa berat, terutama pada orang
dewasa dan gejala sering memburuk malam hari atau menjelang pagi. Gejala
bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitasnya , serta ada faktor pencetus seperti
keadaan lingkungan, alergi debu dan makanan.

4. Komplikasi
Menurut Ferliani et al (2017) terdapat beberapa komplikasi pada asma yaitu
sebagai berikut :
a. Pneumotoraks
b. Gagal napas
c. Bronkitis
d. Fraktur iga
e. Status asmatikus
Status asmatikus adalah istilah untuk suatu keadaan perjalanan asma yang
menjadi berat dan tidak dapat ditanggulangi dengan penatalaksanaan serangan
asma yang biasa. Pada kejadian status asmatikus, penyebab asma yang
memberat dapat disebabkan karena kesalahan pasien jika tidak segera berobat
saat serangan asmanya belum berat. (Djojodibroto, 2014)

10
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Nurarif & Kusuma (2015) sebagai berikut:
a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidit dan mortalit, edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan/ asma, profesi kesehatan.

b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala.


Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan mobitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut oleh factor
antara lain:
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
2) Pajanan pencetus menyebapkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya.
3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu di review,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma scara mandiri.

● Identifikasi dan mengendalikan factor pencetus

● Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang

● Menetapkan pengobatan pada serangan akut

● Control secara teratur

● Pola hidup sehat

Penatalaksanaan menurut Wahid & Suprapto (2013) sebagai berikut:


a. Prinsip umum dalam pengobatan asma

● Menghilangkan obstruksi jalan napas

● Menghindari factor yang bias menimbulkan serangan asma

11
● Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma dan

pengobatannya

b. Pengobatan pada asma


1) Pengobatan farmakologi
a) Bronkodialator: obat yang melebarkan saluran nafas, yang terbagi
menjadi dua yaitu adrnergik (adrenalin dan eferdin) misalnya
terbutalin atau bicasama dan satin atau teofilin (aminofilin)
b) Kromalin
Bukan bronkodilator, tetapi obat pencegahan serangan asma pada
penderita anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma
dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan.
c) Ketofilen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam
dosis dua kali 1 mg/hari. Keuntungannya adalah dapat diberikan
secara oral.
d) Kortikosteroid hidrokortison 100-200mg jika tidak ada respon maka
penderita segera diberi steroid oral.

2) Pencegahan non farmakologik


a) Memberikan penyuluhan
b) Menghindari factor pencetus
c) Pemberian cairan
d) Fisioterapi nafas (senam asma)
e) Pemberian oksigen

B. Pursed Lips Breathing


1. Definisi
Pursed Lips Breathing merupakan latihan pernafasan yang dilakukan dengan cara
penderita duduk dan melakukan inspirasi, dan pada saat melakukan ekspirasi
dihembuskan dengan mulut seperti orang bersiul (Smeltzer, S.C. & Bare, 2013).

12
2. Tujuan
Tujuan dari Pursed Lips Breathing adalah untuk membantu penderita PPOK
memeperbaiki transport oksigen, membantu pasien mengontrol pernafasan,
menginduksi pola nafas lambat dan dalam, meleatih otot-otot ekspirasi untuk
memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan pada jalan nafas selama
ekspirasi (Smeltzer, S.C. & Bare, 2013).

3. Prosedur
a) Mengatur posisi pasien dengan duduk ditempat tidur atau kursi
b) Menginstruksikan pasien untuk rileks dengan melemaskan otot-otot leher dan
bahu
c) Meletakkan satu tangan pasien di abdomen (tepat dibawah proc.sipoideus) dan
tangan lainnya ditengah dada untuk merasakan gerakan dada dan abdomen saat
bernafas
d) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan abdomen
terasa terangkat maksimal lalu jaga mulut tetap tertutup selama inspirasi dan
tahan nafas selama 2 detik
e) Hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit terbuka sambil
mengkontraksikan otot – otot abdomen selama 4 detik Menginstruksikan pasien
untuk melakukan Pursed Lips Breathing selama 10 menit, tiap siklus sebanyak 6
kali pernapasan dengan jeda antar siklus 2 detik, kemudian mengevaluasi kondisi
responden setelah dilakukan intervensi
f) Pursed Lips Breathing dilakukan 3 kali dalam sehari (pagi, sore, malam) selama 3
hari berturut-turut (Smeltzer, S.C. & Bare, 2013).

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pasien asma mengalami pernapasan yang buruk. Hal ini disebabkan karena
adanya penyempitan pada diafragma. Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing
bukan hanya membantu memperbaiki keadaan sesak pada pasien, tetapi juga dapat
meningkatkan fungsi paru salah satunya arus puncak ekspirasi. Gejala yang ditimbulkan
pada pasien asma adalah batuk, sesak napas dan bunyi napas wheezing. Oleh karena itu
pasien asma dengan kondisi tersebut harus mendapatkan penanganan sejak dini untuk
mencegah kerusakan paru yang lebih lanjut.

B. Saran
Makalah yang kami buat semoga bisa menjadi salah satu sumber bagi perawat
selanjutnya untuk menjadi pembelajaran. Dibutuhkan kritik yang membangun untuk kami
dari kekurangan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, R. D. (2014). Respirologi : Respiratory Medicine (2nd ed.). Jakarta: EGC.


Ferliani, H. S., Koesnoe, S., & Shatri, H. (2015). Kepatuhan berobat pada pasien asma tidak
terkontrol dan faktor-faktor yang berhubungan. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia
Vol, 2(3).
GINA. (2019). Global initiative for asthma: Asthma management and prevention, 2019,
Practice Nurse [online]
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan Nanda NIC NOC. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Wahid, A. & Suprapto, I. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV.Trans Media.

15

Anda mungkin juga menyukai