Anda di halaman 1dari 3

1.

Latar Belakang

Laju atau kecepatan didefinisikan sebagai besarnya perubahan per satuan waktu. Satuan
waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari, atau tahun. Misalnya seseorang berlari dengan
kecepatan 10 km/jam. Artinya orang tersebut berlari 10 km dalam satu jam. Perubahan konsentrasi
reaktan atau produk per satuan waktu merupakan definisi laju reaksi. Satuan laju reaksi adalah M/s
(mol/detik). Reaksi kimia berlangsung dari reaktan menjadi produk, dan dalam reaksi kimia, reaktan
digunakan (dikonsumsi) dengan terbentuknya serangkaian produk reaksi. Laju reaksi dapat dipelajari
dari penurunan konsentrasi reaktan atau peningkatan konsentrasi produk ( Suarsa, 2017 ).

Beberapa reaksi kimia terjadi sangat cepat, sementara reaksi kimia lainnya terjadi sangat
lambat. Karat pada besi merupakan contoh reaksi lambat, sedangkan reaksi ledakan atau reaksi
nyala kembang api merupakan contoh reaksi cepat. Cepat atau lambatnya reaksi kimia harus
dinyatakan secara kuantitatif dan terukur. Laju reaksi secara kuantitatif dinyatakan sebagai seberapa
banyak reaktan atau produk berubah seiring waktu. Reaksi yang menghasilkan banyak produk dalam
waktu tertentu dapat diartikan sebagai reaksi cepat, sedangkan reaksi yang menghasilkan produk
dalam jumlah sedikit dapat diartikan sebagai reaksi lambat ( Hasan, 2020 ).

Kinetika kimia menggambarkan perubahan laju reaksi yang disebabkan oleh variabel
tertentu seperti luas permukaan, konsentrasi, suhu, dan katalis. Ini terutama akan fokus pada
variabel luas permukaan, konsentrasi, dan suhu ( Pardi, 2023 ). Variabel tersebut diperlukan selama
praktikum pada proses pengaruh luas permukaan dan suhu terhadap kecepatan reaksi. Juga
pengaruh enzim dan konsentrasi terhadap kecepatan reaksi.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Laju Reaksi

Laju reaksi adalah bidang yang mempelajari bagaimana reaksi kimia bekerja dan energi yang
dihasilkannya. Metode yang digunakan untuk mengukur laju reaksi kimia termasuk persamaan laju
reaksi, spektrofotometri, dan pengukuran perubahan warna pada suatu reaksi. Suhu, konsentrasi,
luas permukaan, katalis, dan tekanan adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi
kimia ( Mayasri, 2019 ).

2.1.1 Luas permukaan


Luas permukaan sangat memengaruhi laju reaksi karena dua faktor: jumlah partikel yang
tersedia untuk bertumbukan dan bergerak lebih cepat dan konsentrasi partikel yang dapat
meningkatkan laju reaksi. Semakin luas permukaan, semakin banyak partikel yang tersedia untuk
bertumbukan dan bergerak lebih cepat, sehingga laju reaksi meningkat. Luas permukaan juga
dikaitkan dengan ukuran partikel zat yang lebih kecil, sehingga reaksi akan lebih cepat.

2.1.2 Konsentrasi

Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh konsentrasi larutan nanas. Semakin tinggi konsentrasi
larutan nanas, semakin banyak partikel yang tersedia untuk bereaksi, sehingga reaksi akan lebih
cepat, tetapi konsentrasi reaktan yang lebih tinggi juga dapat menyebabkan reaksi yang lebih cepat.
Oleh karena itu, meningkatkan konsentrasi larutan nanas dapat dilakukan jika ingin meningkatkan
laju reaksi pada reaksi yang melibatkan larutan nanas ( Asiah dan Handayani, 2018 ).

2.1.3 Suhu

Menurut ( Utami, 2014 ) kinetika reaksi kimia, suhu reaksi menentukan kecepatan reaksi.
Suhu meningkatkan laju reaksi karena energi kinetik partikel reaktan meningkat, meningkatkan
frekuensi tumbukan dan kecepatan reaksi. Suhu juga dapat memengaruhi energi aktivasi, yaitu
energi yang diperlukan untuk memulai reaksi, sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Suhu
dapat diatur untuk mengontrol laju reaksi dalam reaksi kimia.

2.1.4 Enzim

Protein yang dikenal sebagai enzim berfungsi sebagai katalisator biologis dengan
mempercepat reaksi kimia. Banyak enzim bromelin ditemukan dalam buah nanas ( Purwaningsih,
2017 ). Enzim bromelin, yang dapat diperoleh dari berbagai bagian buah nanas, seperti bonggol,
daging buah, dan sari buah, dapat membantu melunakkan daging. Enzim bromelin termasuk dalam
kelompok enzim protease yang dapat memutuskan ikatan peptida pada protein dan dapat mencerna
protein sebesar 1000 kali beratnya.

3. Hasil dan Pembahasan

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengaruh luas permukaan dan suhu terhadap kecepatan reaksi

Karena jumlah pergerakan molekul pada air dingin tidak sebanyak pada air panas, gula pasir
dan gula jawa sulit larut pada air dingin. Jika suhu zat cair lebih rendah, gula pasir dan gula jawa akan
lebih lambat larut dalam air dingin. Gula pasir dan gula jawa larut dengan sempurna dalam air panas
karena pergerakan partikel air yang lebih cepat. Ini menyebabkan tumbukan lebih besar antara zat
pelarut dan zat terlarut ( Rustiah, 2023 ). Dapat disimpulkan bahwa suhu air memengaruhi seberapa
cepat atau lambat gula pasir dan gula jawa larut. Semakin tinggi suhu air, semakin cepat gula pasir
dan gula jawa larut karena pergerakan partikel air yang lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
Selain itu, gula pasir dan gula jawa lebih sulit larut dalam air dingin daripada air panas.
3.2.2 Pengaruh enzim dan konsentrasi

Dengan mencerna kolagen pada daging, enzim bromelin dapat membantu mengempukkan
daging. Konsentrasi enzim bromelin dan lama perendaman juga dapat mempengaruhi mutu daging
( Ismanto dan Basuki, 2017 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim bromelin mempengaruhi
kualitas daging itik secara signifikan melalui perbedaan konsentrasi. Sifat kimia dan organoleptik
hidrolisat protein buah nanas dapat dipengaruhi oleh konsentrasi enzim. Konsentrasi enzim
bromelin dalam bubur buah nanas juga mempengaruhi kadar air, protein, lemak, karbohidrat, dan
abu.

Daftar Pustaka

Suarsa, I. W. (2017). Teori tumbukan pada laju reaksi kimia. Departemen Kimia Univeristas Udayana,
Bali.

Hasan, M. (Ed.). (2020). Kinetika Kimia.

Pardi, H., Meilinda, R., Ningsih, P. A., & Anggraini, D. (2023). Kinetika Kimia Dalam Produksi Pulp
Pada Industri Kertas: Tinjauan. INDONESIAN JOURNAL OF CHEMICAL RESEARCH.

Mayasri, A., & Rahmayani, R. F. I. (2019). Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Dan Guided Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Laju
Reaksi. Journal Of Education Science, 5(1).

Asiah, N., & Handayani, D. (2018). Pengaruh konsentrasi dan waktu perendaman dengan larutan
kalsium hidroksida terhadap mutu sensori produk vacuum frying buah nanas. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan, 7(2).

Utami, R. S., Sari, E. P., & Inayati, I. (2014). Pengaruh waktu hidrolisa dan konsentrasi asam pada
hidrolisa pati kentang dengan katalis asam. Ekuilibrium, 13(2), 45-49.

Purwaningsih, I. (2017). Potensi enzim bromelin sari buah nanas (Ananas comosus l.) dalam
meningkatkan kadar protein pada tahu. Jurnal Teknologi Laboratorium, 6(1), 39-46.

Rustiah, W. (2023). BAB 4 LARUTAN DAN JENISNYA. Kimia Dasar II, 59.

Ismanto, A., & Basuki, R. (2017). Pemanfaatan ekstrak buah nanas dan ekstrak buah pepaya sebagai
bahan pengempuk daging ayam parent stock afkir. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 6(2).

*Maaf tidak rapi kak☹. Soalnya terburu-buru. Terimakasih Untuk Revisinya 😊.

Anda mungkin juga menyukai