Anda di halaman 1dari 9

J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th.

2017

APLIKASI ASAP CAIR CANGKANG PALA UNTUK PENGOLAHAN IKAN SELAR

[Nutmeg Shells Liquid Smoke Application for Yellowstripe Scad Fish Processing]

Netty Salindeho1), Frans Lumoindong1)


1)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat kimia ikan selar asap yang diasap dengan
menggunakan bahan pengasap asap cair cangkang pala. Penelitian ini menggunakan
Rancangan acak lengkap dengan perlakuan variasi konsentrasi dan lama perendaman. Ikan
selar asap yang diasap dengan perlakuan lama perendaman 30 menit, 40 menit dan 50 menit
pada masing-masing konsentrasi larutan asap cair yaitu 10%, 15%, 20%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ikan selar asap yang direndam selama 40 menit dengan konsentrasi
larutan asap cair 15 % mengandung kadar air terendah sedangkan kadar protein tertinggi
dibandingkan dengan ikan selar asap yang direndam selama 30 menit dan 50 menit.

Kata kunci: asap cair, cangkang pala, ikan selar, pengasapan cair

ABSTRACT

This study aims to analyze chemical features of scad, Caranx sp., smoked using nutmeg shell
liquid smoke. It used Complete Randomized Design under variation of liquid smoke
concentrations and immersion duration. the former applied 30 minutes, 40 minutes, and 50
minutes immersion and the latter used 10%, 15%, and 20%. Results showed that 40 minutes
immersion in 15% liquid smoke had the lowest water content and the highest protein content.

Keywords: liquid smoking, nutmeg shell, scad

PENDAHULUAN dari ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).


Ikan merupakan komoditi hasil perikanan
Ikan selar merupakan salah satu yang dikenal cepat mengalami kerusakan
komoditi hasil perikanan yang berpotensi atau mudah membusuk. Daging ikan
untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan, merupakan bahan biologis yang secara
Potensi produksi perikanan di Indonesia kimiawi sebahagian besar tersusun oleh
sangat besar namun pemanfaatannya masih unsur-unsur organik yaitu oksigen,
rendah sehingga terbuka peluang hidrogen, karbon dan nitrogen Ahmed et
peningkatan produksi dan konsumsi hasil al., (2010). Unsur-unsur tersebut
perikanan (Darmadji, 2002). Pengasapan merupakan penyusun senyawa-senyawa
ikan merupakan salah satu metode protein, karbohidrat, lipida (lemak),
pengawetan dan pengolahan yang telah vitamin dan enzim. Unsur-unsur anorganik
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terbanyak terdapat pada daging ikan adalah
termasuk di Sulawesi Utara. Di Sulawesi kalsium, fosfor, dan sulfur. Komponen-
Utara ikan asap populer dengan sebutan komponen kimiawi daging ikan tersebut
ikan fufu yang secara tradisional diolah tidak berdiri sendiri melainkan merupakan

9
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th. 2017

suatu senyawa yang terkadang kompleks Beberapa kajian yang dilakukan oleh
sifatnya. Senyawa-senyawa tersebut dapat menunjukkan bahwa pengasapan pada
digolongkan sebagai protein, lipida, berbagai produk pangan merupakan
karbohidrat, garam mineral, zat warna, metode pengawetan yang tidak hanya
vitamin dan air. Komponen yang paling meningkatkan daya simpan tetapi juga
banyak terdapat dalam daging ikan adalah memberikan cita rasa dan warna yang
diinginkan pada produk asap karena
air, protein dan lemak (Hadiwiyoto, 2000)
adanya senyawa fenol dan karbonil. Para
melaporkan bahwa antara produk ikan pengolah ikan selar asap hanya
asap, kadar protein dan kadar lemak yang berdasarkan cara-cara yang diajarkan turun
meningkat dikarenakan berkurangnya temurun dan belum mengenal sentuhan
kadar air selama proses pengasapan. teknologi yang dapat diterapkan untuk
Dari sudut pandang ilmu fisika, meningkatkan mutu ikan selar asap yang
proses pengeringan (fase awal pengasapan) dihasilkan, misalkan pengunaan asap cair.
merupakan akibat dari migrasi kandungan Menurut Zaitzev and Mamaev
air yang terjadi dalam 2 tahap yaitu (1997) mengatakan bahwa konsentrasi
penguapan air pada permukaan ikan asap, waktu optimal pengasapan dan suhu
kemudian dilanjutkan dengan difusi air pengasapan pada pengasapan tradisional
dari dalam daging menuju ke permukaan tidak konsisten dan sulit dikontrol.
ikan (Cheftel, 1977). Salah satu faktor Disamping itu terdapat potensi resiko
yang mempengaruhi migrasi air adalah bahaya bagi kesehatan manusia terkait
komposisi kimia dari daging ikan terutama dengan adanya kandungan hidrokarbon
kandungan lemak pada ikan. Kecepatan aromatic polisiklik (HAP). Senyawa HAP
difusi air dari daging ikan akan lebih cepat dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu.
dari pada bagian lemak ikan. Pada kasus Senyawa HAP yang paling bersifat
ikan salmon liar, fenomena penguapan air karsinogenik adalah Benzo(a)piren.
dipermukaan lebih tinggi disebabkan oleh Pszczola (1995) penggunaan asap cair
kadar air tersedia pada fillet daging lebih mempunyai beberapa keuntungan antara
tinggi. lain : Aman karena dapat mengurangi
Proses kemunduran mutu tidak dapat kandungan senyawa PAH (Polisiklik
dihentikan secara total tetapi yang Aromatik Hidrokarbon), mempunyai
dilakukan adalah memperlambat proses aktifitas antioksidan dan dapat
dengan cara pengolahan dan pengawetan. menghambat pertumbuhan bakteri.
Salah satu teknik pengawetan dan Pengasapan yang dapat menggantikan
pengolahan adalah dengan cara proses pengasapan langsung adalah dengan
pengasapan Zaitzev and Mamaev (1997). metode pengasapan cair. Oleh karena itu
Pengasapan ikan di Sulawesi Utara perlu dilakukan penerapan metode
umumnya dilakukan secara tradisional, pengasapan cair. Penggunaan asap cair
yakni menggunakan metode pengasapan mempunyai banyak keuntungan
panas langsung yang bertujuan untuk dibandingkan dengan pengasapan secara
mengawetkan dan memberi cita rasa pada tradisional, yaitu lebih muda diaplikasikan,
ikan asap. Menurut Girard (1992), proses lebih cepat, memberikan
pengasapan ikan dan bahan pangan karakteristik yang khas pada produk akhir
lainnya yang semula bertujuan untuk berupa aroma, warna dan rasa serta
memperpanjang masa simpan produk, penggunaannya tidak mencemari
telah mengalami perkembangan tujuannya lingkungan.
yaitu untuk memperoleh kenampakan
tertentu (Swastawati et al. , 2007).

10
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th. 2017

Menurut Simon et al (2005), asap beragam, secara langsung mempengaruhi


cair mempunyai beberapa kelebihan, yaitu rasa produk ikan asap.
mudah diterapkan, flvor produk lebih Pirolisis merupakan proses
seragam, dapat digunakan secara berulang, pengarangan dengan cara pembakaran
lebih efisien dalam penggunaan bahan tidak sempurna bahan-bahan yang
pengasap, dapat diaplikasikan pada mengandung karbon pada suhu tinggi.
berbagai jenis bahan pangan, polusi Kebanyakan proses pirolisis menggunakan
lingkungan dapat diperkecil dan yang reaktor tertutup yang terbuat dari baja
paling penting adalah senyawa karsinogen sehingga bahan tidak terjadi kontak
yang terbentuk dapat dieliminasi. Asap langsung dengan oksigen. Umumnya
cair dapat diaplikasikan dengan berbagai proses pirolisis berlangsung pada suhu
cara seperti penyemprotan, perendaman, diatas 3000C dalam waktu 4-7 jam
pencelupan atau dicampur langsung ke (Kjällstrand and Petersson (2001). Asap
dalam makanan. cair adalah hasil dari kondensasi asap hasil
Menurut Wibowo (2000), beberapa pembakaran kayu. Komponen yang
faktor penting yang perlu diperhatikan terkandung dalam proses pembakaran
dalam aplikasi asap cair menggunakan terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan
metode perendaman adalah konsentrasi lignin yang mengalami priolisa. Warna
larutan asap, suhu larutan dan waktu dari asap cair adalah kuning cemerlang,
perendaman. Penggunaan asap cair adalah senyawa hasil pirolisa adalah fenol,
salah satu metode pengawetan yang karbonil dan asam yang secara simultan
dipakai untuk mengurangi kendala dari mempunyai sifat antioksidan dan anti
pengasapan tradisional. Asap cair mikroba. Kelompok ini mampu mencegah
dihasilkan dari asap yang diproses secara pembentukan spora dan pembentukan
destilasi dimana melalui proses tersebut bakteri dan jamur.
asap dalam bentuk gas diubah ke dalam Efek pengawetan disebabkan oleh
bentuk cairan (Darmadji, 2000). beberapa senyawa antimikroba dan
Perkembangan produksi dan antioksidan dalam asap serta memberi
penggunaan asap cair pada produk pangan warna dan rasa khas daging atau ikan asap.
sangat pesat, hal ini dapat dilihat Senyawa fenol bertanggung jawab pada
banyaknya penelitian produksi asap cair pembentukan flafor pada produk
dari berbagai macam bahan baku sumber pengasapan dan juga mempunyai aktivitas
asap, berbagai limbah pertanian (Darmadji, antioksidan yang mempengaruhi daya
1996). Beberapa peneliti telah mempelajari simpan makanan. Komponen senyawa
beberapa aspek yang berkaitan dengan fenol yang berperan dalam pembentukan
asap cair, antara lain komposisi kimia asap, flavor adalah guaiakol berperan memberi
aktivitas anti mikroba, antioksidan (Maga, rasa asap sementara sirigol memberi aroma
1987). Huda et al., (2010) melaporkan asap (Giullén, M.D. and Errecalde M.C.
bahwa selama proses pengasapan, lignin 2002). Selama proses pembakaran kayu
pada kayu yang tersusun atas guaiakol untuk pengasapan ada beberapa faktor
propana dan siringil propane, ketika yang mempengaruhi karakteristik asap
dipirolisis menghasilkan campuran yang dihasilkan, Faktor-faktor yang
senyawa fenol yang kompleks, polisiklik mempengaruhi tersebut antara lain : jenis
aromatik hidrokarbon dan senyawa kayu atau material bahan bakarnya
karbonil. Martinez et al., (2007) (Bratzler at al, 1969). Jenis kayu yang baik
menyatakan bahwa senyawa fenolik dan untuk bahan bakar pengasapan adalah
karbonil yang terserap ke dalam daging jenis kayu yang keras. Asap yang
ikan, serta adanya senyawa volatil yang dihasilkan dari hasil pembakaran kayu

11
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th. 2017

keras akan berbeda komposisinya dengan 30 menit, 40 menit dan 50 menit. Sebanyak
asap yang dihasilkan dari pembakaran 9 ekor ikan selar yang digunakan masing
kayu yang lunak. Kayu yang mengandung masing diasap menggunakan bahan
damar atau resin tidak baik untuk pengasap asap cair cangkang pala dengan
digunakan untuk pengasapan ikan karena konsentrasi 10%, 15% dan 20%. Produk
menimbulkan bau dan rasa yang kurang ikan selar yang sudah direndam selama 30
enak dan Cardinal et al., (2006). menit, 40 menit dan 50 menit pada
konsentrasi larutan asap cair 10%, 15%
METODOLOGI dan 20 % selanjutnya dianalisis kadar air,
kadar protein, kadar lemak dan kadar abu.
Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam
Metode analisis
penelitian ini adalah ikan selar (Selaroides
Analisis kimia yaitu: kadar air, kadar
sp), asap cair hasil pirolisis cangkang pala.
protein, kadar lemak dan kadar abu,
Ikan selar yang digunakan sebanyak 27
ditentukan sesuai dengan metode AOAC
ekor (3 kg). Bahan yang digunakan untuk
(2005)
analisis kimia yaitu : H2SO4, NaOH 30%,
H3BO3 2%, Indikator BCG+MM, HCl
Analisis kadar air (Thermogravimetri)
0,05%, Selenium, Akuades.
Cawan kosong dikeringkan dalam
Peralatan untuk proses pembuatan
oven selama kurang lebih satu jam
ikan selar asap cair meliputi : ember
kemudian didinginkan dalam desikator
plastik, pisau, jam. Alat laboratorium yang
dan kemudian ditimbang sampai diperoleh
digunakan untuk analisis : timbangan
berat yang konstan sampai diperoleh
digital, labu Kjeldahl, labu erlemeyer,
cawan konstan, setelah itu sampel
gelas ukur, oven listrik, desikator, cawan
ditimbang sebanyak yang dibutuhkan
poselin, cawan petri, tabung reaksi, pipet
kemudian dimasukkan ke dalam cawan
tetes dan perangkat soxhlet.
konstan kemudian dimasukkan ke dalam
oven selama semalam dengan suhu 110 oC
Pembuatan ikan asap cair
kemudian didinginkan dalam desikator
Ikan selar di cuci bersih dan dibuang
dan ditimbang berat sampel setelah
insang dan isi perut kemudian di rendam
semalam di dalam oven.
dalam asap cair dengan lama perendaman

Kadar Air % = (Berat cawan kosong + Berat sampel) – (Berat cawan + Sampel) x 100 %
Berat Sampel

12
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th. 2017

Analisis kadar protein (Kjeldahl) dimasukkan ke dalam alat destilasi,


Sampel ditimbang sebanyak 1 gram kemudian ditambahkan 10 ml NaOH 30%
dan dimasukkan kedalam labu kjeldahl. sampai menjadi basa. Setelah itu
Setelah itu ditambahkan 1 gram katalis didestilasi selama 5-10 menit atau sampai
selenium ke dalam labu dengan diperoleh volume destilat +150 mL.
perbandingan 1:1 sesuai dengan berat Kemudian destilat diitampung dengan
sampel kemudian ditambahkan 10 mL erlenmeyer yang sudah berisi 25 mL
H2SO4 dan didestruksi di atas kompor larutan asam borat (H3BO3) 2% dan
listrik sampai larutan berwarna hijau diberi 3 tetes indikator BCG +MM.
jernih. Setelah itu cairan jernih diencerkan Sesudah itu larutan campuran destilat
ke dalam labu ukur 100 mL dengan dititrasi dengan HCl 0,05 % sampai warna
penambahan akuades. Kemudian sampel berubah menjadi merah muda.
encer dipipet sebanyak 10 mL dan

Kadar Protein (%) = (Volume Sampel – Volume Blanko) x NHCl x 14 x FP x Konversi Protein x 100%
Berat Sampel (mg)

Analisis kadar lemak (Ekstraksi ditimbang dan diisi dengan n-heksan +50
Soxhlet) mL. Setelah itu dilakukan ekstraksi selama
Sampel ditimbang sebanyak yang  5 jam. Kemudian pelarut dalam labu
dibutuhkan dan dimasukkan ke dalam diuapkan di atas hotplate dan dikeringkan
gulungan kertas saring kemudian sampel dalam oven pada suhu 105oC. Setelah itu
dalam gulungan kertas saring diimasukkan didinginkan dalam desikator dan ditimbang
ke dalam alat Soxhlet. Setelah itu dipasang berat labu beserta isinya.
alat kondensor pada bagian atas. Kemudian
dipasang labu lemak yang telah dioven,

Berat lemak :
Kadar Lemak (%) = (Berat Labu + Lemak) – (Berat Labu Kosong) x 100%
Berat Sampel

Penentuan kadar abu dibutuhkan kemudian dimasukkan ke


Cawan kosong dikeringkan dalam dalam cawan kosong tadi dan ditanur
tanur sampai suhu 600o C kemudian sampai mencapai suhu 600oC. Setelah itu
didinginkan dalam desikator. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan
ditimbang sampai diperoleh berat yang ditimbang.
konstan. Sampel ditimbang sebanyak yang

Kadar Abu (%) = (Berat Cawan + Abu) - Berat Cawan Kosong x 100%

Berat Sampel

13
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th. 2017

Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai dinyatakan sebagai means ± SD
(Standar deviasi) signifikan pada level Deskripsi rata-rata (mean) dan
P<0,05. Software SPSS versi 20 (Chicago, keragaman SD variabel pada ketiga
IL, USA). perlakuan lama perendaman yaitu 30
menit, 40 menit dan 50 menit dengan
konsentrasi larutan asap cair 10 %, 15 %
dan 20 % yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan kimia ikan selar asap menggunakan bahan pengasap asap cair hasil
pirolisis cangkang pala
Parameter Kimia
Perlakuan
Konsentrasi Kadar Air Kadar Protein Kadar Lemak
Lama Kadar Abu (%)
asap cair (%) (%) (%)
Pengasapan
10 % 73,90 ± 0,87 85,91 ± 3,16 6,58±4,17 1,30±0,10
30 menit 15 % 73,24 ± 0,57 81,62±3,83 9,40±2.02 1,20±0,13
20 % 72,74 ± 0,54 77,91±1,44 13,52±1,45 1,20±0,05
10 % 74.13 ± 1,08 79,70±3,10 14,46±4,16 1,43±0,12
40 menit 15 % 72,22 ± 0,14 86,24±4,11 13,24±2,04 1,26±0,13
20 % 72.82 ± 0,75 77,89±1,24 14,76±1,44 1,25±0,02
10 % 73,65 ± 0,91 81,80±3,08 8,17±4,20 1,23±0,11
50 menit 15 % 73,00 ± 0,47 78,64±4,10 10,22±1,98 1,44±0,09
20 % 72,50 ± 0,46 75,41±1,32 11,87±1,40 1,16±0,03

Komposisi kimia ikan selar asap (2010) melaporkan bahwa kaitan antara
yang di asap menggunakan asap cair produk ikan asap, kadar protein, kadar
cangkang pala : Hasil analisis kadar air lemak dan kadar abu yang meningkat
ikan selar asap yang di asap dengan asap dikarenakan berkurangnya kadar air
cair pada perendaman 40 menit dengan selama proses pengasapan.
konsentrasi lama perendaman 15 % paling Hasil analisis kadar lemak ikan selar
rendah yaitu 72,22%, dan kadar protein asap cair pada perendaman lama
tertinggi yaitu 86,24 %. sedangkan pada pengasapan 30 menit kadar lemak terendah
lama waktu perendaman 50 menit pada pada konsentrasi larutan asap cair 10 %
konsentrasi larutan asap cair 20 % kadar dan tertinggi pada lama perendaman 40
air 72,50 % dan kadar protein 75,41 %. menit dengan konsentrasi larutan asap cair
Perbedaan kadar air relatif hampir sama. 20 %. Hal ini disebabkan karena lama
Fruentes et al., (2010) melaporkan bahwa waktu proses perendaman yang berbeda.
rata-rata kadar air ikan cakalang yang Fuentes et al., (2010) melaporkan bahwa
diasap menggunakan kayu jenis beech rata-rata kadar lemak ikan cakalang yang
yang terdapat di Spanyol berkisar antara diasap menggunakan kayu jenis beech
56,6% sampai 66,2%. yang terdapat di Spanyol berkisar antara
Hasil analisis kadar protein tertinggi 1,4% sampai 3,8%.
pada lama perendaman 40 menit pada
konsentrasi larutan asap cair 15 %, dan
kadar protein terendah pada lama
perendaman 50 menit dengan konsentrasi
larutan asap cair 20 %. Ahmed et al.,

14
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th. 2017

Kadar abu tertinggi pada lama Drying, Burt, J.R (Ed). Elsevier
perendaman 50 menit pada konsentrasi Applied Science, London, pp:41-52.
larutan asap cair 15 %, dan kadar abu
terenda pada lama perendaman 50 menit Bratzler LJ, Spooner ME, Weathspoon JB,
dengan konsentrasi larutan asap cair 20 %. Maxey, JA. 1969. Smoke Flavour as
Kadar abu yang tinggi tergantung pada related to phenol, carbonil and acid
makanan, variasi komposisi dapat terjadi content to bologna. J. Food Sci.
antara spesies, antar individu dalam suatu 34:146.
spesies dan antara bagian tubuh satu sama
lain (Nurjanah et al., 2009). Ahmed et al., Cardinal MJ, Cornet T, Serot, Baron R.
(2010) melaporkan bahwa kaitan antara 2006. Effects of the smoking
produk ikan asap, kadar protein, kadar process on odour characteristics of
lemak dan kadar abu yang meningkat smoked herring (Clupea harengus)
dikarenakan berkurangnya kadar air and relationships with phenolic
selama proses pengasapan. compound content. J. Food
Chemistry, 96(1): 137 - 146.
KESIMPULAN
Cheftel JC, Cheftel H. 1977. Traitments
Dari hasil penelitian yang telah physiques. in introduction a la
dilakukan dapat disimpulkan bahwa ikan biochimie et a la technologie des
selar asap yang diasap dengan perlakuan aliments. Technique et
lama perendaman 30 menit, 40 menit dan Documentation Lavoisier Paris. 199 -
50 menit pada masing-masing konsentrasi 219.
larutan asap cair 10 %, 15 % dan 20 %.
menunjukkan bahwa ikan selar asap yang Darmadji P. 1996. Aktivitas anti bakteri
direndam selama 40 menit dengan asap cair yang diproduksi dari
konsentrasi larutan asap cair 15 % bermacam-macam limbah pertanian.
mengandung kadar air terendah dan kadar Jurnal AGRITECH, 16 (4): 19 - 22
protein tertinggi dibandingkan dengan ikan
selar asap yang direndam selama 30 menit Darmadji P. 2002. Optimasi pemurnian
dan 50 menit. asap cair dengan metode redistilasi.
Jurnal Teknologi dan Industri
DAFTAR PUSTAKA Pangan 13 (3): 267 - 271.

Ahmed EO, Ali ME, Kalid RA, Taha HM, Darmadji P, Yudiana HT. 2006. Kadar
Mohammed AA. 2010. investigating Benzopyren Selama Proses
the quality changes of raw and hot Pemurnian Asap Cair dan Simulasi
smoked Oreochromis niloticus and Akumulasinya pada Proses
Clarias lazera. Pakistan Journal of Perendaman ikan. Prosiding Seminar
Nutrition. Nasional PATPI, Yogyakarta, 2 - 3
Agustus 2006.
AOAC. 2005. Official Methods of
Analysis 18thed. Washington DC. Darmadji. P. 2000. Aktivitas anti bakteri
asap cair yang diproduksi dari
Bligh EG, Shaw SJ, Woyewoda AD. 1998. bermacam-macam limbah pertanian.
Effects of Drying and Smoking on Agritech, 16 (4): 19 - 22.
Lipids of Fish. In : Fish Smoking and

15
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th. 2017

Fuentes A, Fernandez-S I, Barat JM, Serra Martinez O, Salmeron J, Guillen MD,


JA. 2010. Physicochemical Casas C. 2007. Sensorial and
characterization of some smoked and physicochemical characteristics of
marinated fish product. Journal of salmon (Salmo salar) treated by
Food Processing and Preservation. different smoking proces during
34: 83 - 103. storage. Food Science and
Technology International, 13 (6):
Girard JP. 1992. Study In Technology of 477 - 484.
Meat and Meat Product. In : JP
Girard and I Morton, Ed. Ellis Nurjanah D, Ariyanti, Nurhayati T,
Harwards, New York. Abdullah A. 2009. Karakteristik
Daging Rajungan (Porturnus
Giullén MD, Errecalde MC. 2002. Volatile pelagieus) Industri Rumah Tangga
components of raw and smoked Desa Gegunung Wetan Lembang
black bream (Brama raii) and Jawa Tengah: di dalam Seminar
rainbow trout (Oncorhynchus Nasional Perikanan Indonesia 2009.
mykiss) studied by means of solid Sekolah Tinggi Perikanan.
phase microextraction and gas
chromatography/mass spectrometry. Pszczola DE. 1995. Tour highlights
J. of the Science of Food and production and uses of smoke based
Agriculture, 82: 945 - 952. flavors. J. Food Tech, (49): 70 - 74.

Hadiwiyoto, Darmadji P, Purwasari SR. Simon R, Calle B, Palmer S, Meler D,


2000. Perbandingan Pengasapan Anklam E. 2005. Composition and
Panas dan Penggunaan Asap Cair analysis of liquid smoke flavouring
Pada Pengolahan Ikan. primary products. J. Food Sci 28:
871 - 882.
Huda N, Dewi RS, Ahmad R. 2010.
Proximate, color and amino acid Swastawati F, Agustini YS, Darmanto,
profile of Indonesian traditional Dewi EN. 2007. Liquid smoke
smoked catfish. Journal of Fisheries performance of lamtoro wood and
and Aquatic Sciences, 5(2): 106 - com cob. Journal of Coastal
112. Development, 10(3): 189-196.

Maga JA. 1987. Organoleptic Properties of Wibowo S. 2000. Industri Pengasapan


Umami Substances. In : Y Ikan. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Kawamura and MR Kare, Ed. Hal 4 -16.
Umami: A Basic Taste. Marsel
Dekker, New York, P 255 - 269. Zaitsev Y, Mamaev V. 1997. Marine
Biological Diversity In The Black
Sea. United Nations Publications,
New York, USA, 208 pp.

16
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 5 No. 1 Th. 2017

17

Anda mungkin juga menyukai