Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PEMANGKAT
Jalan Raya Perapakan Kode Pos 79453
Call Center : 08115675545
E-mail : puskesmaspemangkat@gmail.com

KERANGKA ACUAN
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)
PUSKESMAS PEMANGKAT
TAHUN 2023

A. Pendahuluan
Permenkes nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, ditujukan untuk
seluruh fasilitas kesehatan baik FKTP maupun untuk rumah sakit, tanpa
kecuali milik pemerintah maupun swasta. Pada Pasal 3 ayat (4) Permenkes 27
tahun 2017 tersebut, menyebutkan bahwa Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi mencakup infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs) dan infeksi
yang bersumber dari masyarakat. Penjelasan tentang PPI terkait HAIs cukup
detail, dengan asumsi penerapan PPI berlaku sama baik untuk FKTP maupun
rumah sakit. Sementara itu, PPI yang bersumber dari masyarakat belum diatur
secara jelas baik bentuk program maupun kegiatannya. Meskipun penerapan
PPI di fasiltas pelayanan kesehatan berlaku sama, namun karena adanya
perbedaan ketersediaan sumber daya manusia, kompetensi dan kewenangan,
ketersediaan alat kesehatan, sarana, prasarana, pembiayaan, lingkungan,
sasaran maupun pelaksanaan kegiatan maka penatalaksanaannya perlu
penyesuaian. Kemkes kemudian mengeluarkan Pedoman Teknis Penerapan PPI
di FKTP tahun 2022, agar dapat menjadi acuan bagi FKTP, khususnya
Puskesmas dalam menyusun perencanaan dan pelayanan PPI. Atas berbagai
pertimbangan tersebut maka Puskesmas Pemangkat telah menyusun Kerangka
Acuan PPI ini sebagai dasar dalam memberikan pelayanan baik dalam fasilitas
kesehatan maupun pelayanan yang diluar faskes agar sesuai dengan standar
PPI dimaksud.

B. Analisis Masalah PPI di Puskesmas Pemangkat


 Pada paragraph ini puskesmas bisa mulai membahas sedikit tentang 10
besar kasus penyakit terbanyak di puskesmasnya
 Selanjutnya memberikan gambaran tentang kejadian infeksi yang terjadi
akibat pelayanan yang diberikan oleh puskesmas selama ini (sangat bagus
jika didukung data hasil surveilans PPI-nya).
C. Tujuan
Tersusunya kerangka acuan PPI sebagai acuan bagi seluruh petugas baik
dalam menyusun kegiatan, memberikan pelayanan, melakukan monitoring dan
evaluasi agar pelayanan yang diberikan memenuhi standar mutu dan prinsif
pelayanan sesuai dengan standar PPI.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kerangka Acuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di FKTP
ini mencakup penerapannya di dalam fasilitas kesehatan maupun pelayanan
diluar fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring Program PPI terhadap penerapan, sbb:
1. Kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan kewaspadaan
transmisi).
a. Kebersihan tangan (hand hygiene)
b. Penggunaan alat pelindung diri (APD)
c. Pengendalian Lingkungan
d. Pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan
e. Pengelolaan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainya
f. Peneglolaan linen
g. Penyuntikan yang aman
h. Kebersihan pernapasan atau etika batuk
i. Penempatan pasien
j. Perlindungan kesehatan petugas
Kewaspadaan berdasarkan Transmisi
k. Kewaspadaan transmisi kontak
l. Kewaspadaan transmisi droplet
m. Kewaspadaan transmisi udara (airbone)
n. (silahkan mengambil dan mengadaptasi bahan dari
Pedoman Teknis PPI di FKTP Kemkes 2020)

2. Pencegahan dan pengendalian infeksi dengan penerapan bundles HAIs


dan PPI pada penggunaan peralatan kesehatan lainya di FKTP :
Penerapan bundels dilaksanakan pada tindakan atau pelayanan yang
tersedian di FKTP, sebagai berikut :
a. Bundels HAIs :
- infeksi saluran kemih (ISK)/Catheter Urinary Tract Infection(CAUTI)
Pemasangan kateter urine yang dilakukan sesuai standar PPI yang
meliputi tindakan insersi, pemeliharaan kateter dan pelepasan
kateter dapat mencegah akan mengurangi resiko terjadinya infeksi
saluran kemih atau komplikasi lain yang dapat terjadi pada pasien
yang terpasang kateter yang secara menetap.
-Peripheral line associated bloodstream infection (PLABSI
Pemasangan infus pembuluh darah vena yang meliputi pemasangan
pemeliharaan dan pelepasan infus kateter yang dilakukan sesuai
standar PPI dapat mencegah terjadi infeksi aliran darah pada pasien
yang terpasang infus dan resiko lainya seperti phlebitis,emboli dan
lain-lain. Phlebitis dapat terjadi karena reaksi peradangan akibat
obat-obatan yang dimasukan dalam infus (phlebitis kimia),
traumapada dinding pembuluh darah vena (plebitis mekanik), atau
akibat peradangan pada area insersi yang berhubungan dengan
adanya kolonisasi bakteri. (gambar hal.86 buku pedoman PPI)
- Infeksi Daerah Oprasi (IDO) khusus nya pada Supervicial
Incisional Surgical Site Infection
Pelaksanaan bedah minor dan perawatan luka pasca oprasi yang
sesuai standar PPI dapat mencegah terjadinya infeksi daerah oprasi
pada tindakan superficial insicional surgical site infection pada
daerah sebelum selama dan setelah oprasi.
b. PPI pada penggunaan peralatan kesehatan lain nya seperti:
- Penggunaan alat bantu pernafasan
Penggunaan alat bantu napas yang terdiri dari tabung oksigen,
selang, kanul hidung, masker oksigen,dan NRM sesuai dengan
standar peralatan dan penerapan prinsip PPI sehingga dapat
mencegah terjadinya infeksi silang akibat penggunaan alat bantu
napas yang tidak sesuai dengan standar PPI.
- Terapi inhalasi
Penggunaan terapi inhalasi yang sering digunakan seperti nebulizer
dengan baik dan benar sesuai standar PPI dapat mencegah terjadinya
transmisi penularan penyakit infeksi akibat penggunaan nebulizer
yang tidak sesuai standar.
- PPI pada Perawatan luka
Perawatan luka yang berkualitas dapat mencegah terjadinya infeksi
skunder atau infeksi silang akibat pengelolaan luka yang tidak sesuai
standar.

3. Penerapan PPI pada pelayanan di dalam dan di luar gedung baik


yang bersifat UKP maupun UKM.
Kegiatan pelayanan PPI diluar fasilitas kesehatan dibagi dalam 8
kelompok kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan pendataan (hal 145)
b. Kegiatan penjaringan atau screening (hal 146)
c. Kegiatan kunjungan sasaran (rumah) (hal 148)
d. Kegiatan vaksinasi dan tindakan medis lainya (hal 149-150)
e. Kegiatan distribusi dan pemberian obat (hal 151)
f. Kegiatan distribusi dan pemberian PMT(hal 152-153)
g. Kegiatan pelatihan penyuluhan dan konseling (154)
h. Kegiatan pemantauan pembinaan dan pemberdayaan (Tabel
hal.156)

4. Penggunaan antimikroba yang bijak.


a. Pengetian
Penggunaan antibiotic secara bijak merupakan penggunaan
antibiotic secara rasional sesuai dengan penyebab infeksi dengan
rejimen dosis optimal, lama pemberian optimal, efek samping
minimal dan dengan mempertimbangkan dampak muncul dan
menyebarnya mikroba resisten. Sebagai upaya untuk mengendalikan
penggunaan antibiotic, perlu ditetapkan kebijakan penggunaan
antibiotic di masing-masing FKTP dan disusun serta diterapkan
panduan penggunaan antibiotic profilaksis dan terapi di tiap FKTP
dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undagan.
b. Prinsip penggunaan mikroba yang bijak :
 Penggunaan antibiotic bijak yaitu : penggunaan antibiotic
dengan spectrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis
yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.
 Kebijakan penggunaan antibiotic ditandai dengan pembatasan
penggunaan antibiotic dan mengutamakan penggunaan
antibiotic lini pertama.
 Pembatasan penggunaan antibiotic dapat dilakukan dengan
menerapkan panduan penggunaan antibiotic, penerapan
penggunaan antibiotic secara terbatas, dan penerapan
kewenangan dalam penggunaan antibiotic tertentu.
 Indikasi ketat penggunaan antibiotic dimulai dengan menegakan
diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan
hasil pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi,
dan penunjang lainnya. Antibiotic tidak diberikan pada penyakit
infeksi yang disebabkanoleh virus atau penyakit yang dapat
sembuh sendiri.
Pemilihan jenis antimikroba berdasar pada, sebagai berikut:
 nformasi tentang spectrum kuman penyebab infeksi dan
pola kepekaan kuman terhadap antibiotic
 Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman
penyebab infeksi
 Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotic
 Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil
mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan
obat.
 Cost effective : Obat di pilih atas dasar cost effective dan
aman.
c. Klasifikasi Antibiotic berdasarkan WHO
Tahun 2017 who memperkenakan klasifikasi antibiotic menjadi
3 yaitu Acces, watch, reserve ( aware ) yang berfungsi sebagai alat
untuk memantau penggunaan antibiotic dan mengurangi resetensi
antibiotic. Tujuanya adalah mengurangi penggunaan antibiotic
kelompok watch dan reserve serta meningkatkan penggunaan
antibiotic kelompok acces.
d. Penggunaan antimikroba berdasarkan indikasi
 Antibiotika terapi
 Antibiotic terapi empiris
 Antibiotic terapi definitive
 Antibiotic profilaksis
e. Tahapan penerapan penggunaan antibiotic secara bijak di FKTP

E. Pendidikan dan pelatihan


Pelatihan dan pendidikan PPI untuk meningkatkan kompetensi petugas melalui
in house training ,workshop,sosialisasi yang sesuai dengan peran dan fungsi
serta tanggung jawab masing-masing petugas sebagai berikut:
a. Ketua atau penanggung jawab PPI harus mengikuti pelatihan PPI
minimal pelatihan dasar PPI di FKTP yang diselanggarakn
kementrian kesehatan dinas kesehatan organisasi profesi lembaga
pelatihan yang tersertifikasi oleh PPSDM.
b. Semua petugas pelayanan kesehatan memahami dan mampu
melaksanakan prinsip-prinsip PPI minimal yang diberikan melalui
sosialisasi secara internal yang dilaksanakan oleh ketua tim PPI atau
penanggung jawab PPI yang kompeten dan tersertifikasi.
c. Semua petugas non pelayanan memahami dan mampu
melaksanakan upaya pencegahan infeksi meliputi kebersihan
tangan, etika batuk, penanganan limbah, penggunaan APD yang
sesuai.
d. Semua karyawan baru, mahasiswa harus mendapatkan orientasi
tentang program PPI di FKTP.
Sosialisasi PPI kepada masyarakat meliputi :
 Penularan penyakit infeksi untuk penggunaan layanan dan
masyarakat di wilayah FKTP masing-masing.
 Kewaspadaan isolasi meliputi praktek atau simulasi kebersihan
tangan, etika batuk, penggunaan APD untuk masyarakat,
pembuagan limbah dan pengendalian lingkungan.
 Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan gerakan masyarakat
hidup sehat (GERMAS)

F. Surveilans PPI
a. Pengertian
Surveilans adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus menerus
dalam pengumpulan, identifikasi, analisisdan interpretasi dari data
kesehatan yang penting pada suatu spesifik yang didiseminasikan secara
berkala kepada pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam
perencanaan,penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan dalam upaya penilaian resiko HAIS
b. Tujuan
Mendapatkan data dasar inpeksi dipelayanan, untuk menurunkan laju
infeksi yang terjadi, identifikasi dini kejadian luar biasa ( KLB ) infeksi di
FKTP
c. Sasaran
Difokuskan padakejadian HAIS yang berhubungan erat dengan
prosespelayanan medis dan keperawatan di FKTP
 Infeksi saluran kemih ( ISK )
 Infeksi daeerah operasi (IDO )
 Phlebitis
 Kejadian ikutan pasca imunisasi ( KIPI )
 Gejala KIPI ringan
 Gejala KIPI berat
 Abses gigi
d. Penetapan numerator dan denominator
e. Tahapan surveilans
 Perencanaan
 Pengumpulan data
 Analisis
 Interpretasi data survailans insidaden rate ( kejadian infeksi )
 Laporan dan rekomendasi ( setiap bulan, triwulan, tahunan )
 Hasil laporan data surveilans dilakukan disieminasi dan
dikomunikasikan kepada unit terkait untuk dilakukan tindak
lanjut perbaikan
f. Indicator kinerja PPI
 Infeksi saluran kemih ( ISK )
 Infeksi daeerah operasi (IDO )
 Phlebitis
 Kejadian ikutan pasca imunisasi ( KIPI )
 Gejala KIPI ringan
 Gejala KIPI berat
 Abses gigi
g. Pelaporan hasil surveilans
Laporan hasil kegiatan surveilans PPIdi FKTP dibuat secara lengkap dan
berkesinambungan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan PPI.
Laporan dibuat secaraperiodik, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (bulanan, triwulan, semester,tahunan, atau sewaktu-
waktu jika dierlukan)

G. Penyakit Infeksi Emerging dan penanggulangan KLB.

 Penyakit infeksi Emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang


suatu populasi untuk pertama kali nya atau telah ada sebelum nya namun
meningkat dengan sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru didalam
suatu populasi, atau penyebarannya kedaerah geografis yang baru
disebabkan oleh virus atau bakteri atau parasite.
 Tujuan penerapan PPI pada penyakit infeksi emegrging bertujuan untuk
membatasi maminimalisir atau memutus rantai penularan penyakit agar
terkendali dan tidak meluas menjadi pandemic atau KLB
 Penyakit infeksi Emerging dibagi menjadi :
1. New emerging infection disease
2. Re-Emerging disease
 Penerapan PPI pada penyakit infeksi emerging, sebagai berikut:
a. Penerapan kewaspadaan standar
1. Menerapkan dan mematuhui kebersihan tangan dengan lima momen
dan enam langkah kebersihan tangan
2. Menggunakan APD
3. Melakukan tindakan kebersihan pernafasan dengan tepat dan benar
4. Menjaga jarak lebih dari satu meter
5. Menjaga dan memperhatikan kebersihan lingkungan
6. Melakukan penanganan linen sesuai standar
7. Melakukan pengelolaan limbah sesuai standar
8. Melakukan dan mengawasi prosedur disenfeksi peralatan perawatan
9. Melaksanakan praktek penyuntikan yang aman
10.Pemberian antimicroba yang bijaksana
11.Pengelolaan kesehatan petugas sesuai standar.
b. Penerpan kewaspadaan transmisi
c. Pengendalian administrative
d. Melakukan pendidikan dan pelatihan
H. Penyusunan Rencana Kegiatan PPI.

Dalam paragraph ini, silahkan puskesmas menulis dan menggambarkan


proses perencanaan PPI Puskesmas. Idealnya Puskesmas mempunyai rencana
kerja 5 tahun (Renstra PPI) dan rencana tahunan PPI, yang mencakup:
 Pengumpulan data, melakukan analisis masalah risiko dan PPI,
menyusun skala prioritas dan menuangkan dalam rencana kerja
(lihat Pedomanb Teknis PPI di FKTP Kemkes 2020)
 Pola dan format perencanaan mengikuti aturan yang berlaku
di masing-masing puskesmas.
 Rencana kegiatan mencakup kegiatan, waktu,
volume kegiatan, pelaksana/penanggungjawab,
sumber pembiayaan, dll.

I. Indikator Kinerja PPI


 Infeksi saluran kemih ( ISK )
 Infeksi daeerah operasi (IDO )
 Phlebitis
 Kejadian ikutan pasca imunisasi ( KIPI )
 Gejala KIPI ringan
 Gejala KIPI berat
 Abses gigi

J. Pengorganisasian dan manajemen Sumber Daya PPI di Puskesmas


a. Kebijakan dan pengorganisasian PPI di FKTP
 Kebijakan
 Pengorganisasian
b. Perencanaan PPI
c. Peaksanaan PPI
d. Monitoring , evaluasi danpelaporan pelaksanaan PPI

K. Monitoring, Audit, ICRA dan pelaporan.


Monitoring dimaksudkan untuk memastikan agar pelaksaan program sesuai
dengan perencanaan kegiatan program PPI bertujuan untuk mengetahui
apakah rencana maupun pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat dapat
terlaksana dengan baik.
Audit adalah kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang actual dan
signifikan melaui interaksi secara sistematis, objektif dan terdokumentasi.
Audit bertujuan untuk menilai kepatuhan terhadap standar dan menilai adanya
kesenjagan antara target yang ditetapkan dengan capaian yang diproleh FKTP
ICRA adalah suatu sytem pengontrolan pengendalian infeksi yang terukur
dengan melihat kontinuitas dan probalitas aplikasi pengendalian infeksi
dilapagan, berbasiskan hasil yang dapat di pertanggung jawabkan.
Laporan kegiatan PPI di fasilitas pelayanan kesehatan dibuat secara
terintergrasi dengan system pelaporan selama ini. Untuk mengukur tingkat
keberhasilan pelaksanaan program PPI dilapangan, laporan harus dibuat secara
periodic, tergantung kebijakan yang berlaku dimasing-masing daerah bias tiap
triwulan semester, tahunan atau sewaktu-waktu diperlukan.

L. Sumber pembiayaan kegiatan


Pelaksanaan kegiatan PPI perlu didukung dengan ketersediaan pembiayaan
yang cukup untuk mendukung rencana yang telah dibuat atau setidaknya
memenuhi standar minimal serta digunakan secara efektif dan efesien.
Anggaran dapat berasal dari sumber-sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan dan dalam pengelolaannya harus dipantau dan dievaluasi oleh
kepala/pimpinan FKTP.

Kepala Puskesmas Pemangkat


02 Januari 2023
Lampiran-lampiran:
 Indikator Kinerja PPI yang telah disiapkan.
 Ceklist atau tabel monev dll

Catatan:
 Pola penulisan KAK mengikuti atau mengacu pada Tatanaskah yang telah
ditetapkan
masing-masing puskesmasnya.
 KAK harus informatif dan detail minimal memuat seperti contoh diatas

Anda mungkin juga menyukai