PENGERTIAN
Merupakan sindrom klinis yang terjadi karena abnormalitas struktur dan/atau fungi
jantung yang diturunkan atau didapat sehingga mengganggu kemampuan pompa jantung. Ada
beberapa istilah gagal jantung : :1− 4
Berdasarkan onset tejadinya:
Gagal jantung akut : adalah suatu kondisi curah jantung yang menurun secara tiba-tiba
menyebabkan penurunan tekanan darah tapa disertai edema perifer, disebabkan
sindrom koroner akut, hipertensi berat, regurgitasi katup akut.
Gagal jantung kronik/kongestif : adalah suatu kondisi patofisiologis terdapat kegagalan
jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan, terjadi sejak lama.
Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga curah
jantung menurun dan menyebabkan keluhan hipoperfusi. Gagal jantung diastolik yaitu
gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel atau disebut juga gagal jantung dengan
fraksi ejeksi > 50%.
Gagal jantung kana dan gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri disebabkan kelemahan ventrikel
kiri, sehingga meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan paru, sedangkan gagal jantung
kanan terjadi akibat kelebihan melemahnya ventrikel kanan seperti pada hipertensi
pulmonal primer/sekunder, tromboemboli paru kronik sehingga terjadi kongesti vena
sistemik.
Low output dan high output heart failure (secara klinis tidak dapat disebdakan)
Low output heart failure adalah gagal jantung yang disertai disebabkan oleh hipertensi,
kardiomiopati dilatasi, kelainan katup dan perikardium.
High output heart failure adalah gagal jantung yang disertai penurunan resistensi
vaskular sistemik seperti pad hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula A-V, beri-beri,
dan penyakit Paget.
Berdasarkan klasifikasi NYHA:
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Fatigue, dyspnea, shortness of breath. Keluhan dapat berupa keluhan saluran
pencernaan seperti anoreksia, nausea, dan rasa penuh. Jika berat dapat terjadi konfusi,
disorientasi, gangguan pola tidur dan mood.'
Pemeriksaan Fisik
Posisi pasien dapat tidur terlentang atau duduk jika sesak. Tekanan darah dapat normal
atau meningkat pada tahap awal, selanjutnya akan menurun karena disfungsi ventrikel kiri.
Penilaian perfusi perifer; suhu kulit, peninggian tekanan pengisian vena, adanya murmur
sistolik, murmur diastolik, dan irama gallop perlu dideteksi dalam auskultasi jantung. Kongesti
paru ditandai dengan ronki bash pada kedua basal paru. Penilaian vena jugular dapat normal
sat istirahat tetapi dapat meningkat dengan adanya tekanan pada abdomen (abdominojugular
reflux positif). Pada abdomen adanya hepatomegali merupakan tanda penting pada gagal
jantung, asites, icterus karena fungi hear yang terganggu. Edema ekstremitas yang umumnya
simetris dapat ditemukan.'
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : DPL, elektrolit, urea, kreatinin, gula darah, albumin, enzim hati.
Analisa gas darah
Natriuretic peptide (B type natriuretic peptides/BNP atau NT-pro BNP)
Elektrokardiografi
Foto toraks
Ekokardiografi
Exercise Testing
DIAGNOSIS BANDING
Acute respiratory distress syndrome, gagal ginjal.
TATALAKSANA
Gagal jantung akut 7 ,8
Oksigen
Ventilasi non invasif (dengan PEEP/positive end-expiratory pressure)
- Indikasi : Edema par kardiogenik, gagal jantung akut hipertensif.
- Kontraindikasi : pasien tidak kooperatif, diperkirakan perlu segera pemakai intubasi
endotrakial karena hipoksia yang progresif
- Penyakit obstruksi saluran napas berat leih hati-hati dalam pemberian
Morfin : jika pasien gelisah atau ada nyeri dada. Dosis 2.5-5 mg IU bolus intravel (iv).
Diuretika loop
Vasodilator (tabel 5)
- diberikan jika tidak ada tanda-tanda hipotensi yang simptomatik, tekanan sistolik < 90
mmHg atau penyakit valvuler yang serius
- Nitrat/nitroprusside iv bila tekanan darah > 110 mmHg.
Nesiritide : menurunkan tekanan pengisisan ventrikel kiri.
Obat-obat inotropik (tabel 6)
- Indikasi : tekanan sistolik rendah, cardiac index rendah dengan adanya tanda-tanda
hipoperfusi atau kongesti.
- Dobutamin
- Dopamin
- Milrinone dan enoximone
- Levosimendan
Non farmakologi s4 ,8
a. Diet (hindarkan obesitas, rendah garam: 2 g pada gagal jantung ringan dan 1 g pada gagal
jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung
ringan.
b. Hentikan rokok
c. Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari pada yang lainnya
d. Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis
5 kali/ minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal
jantung ringan dan sedang)
e. Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut
Farmakologi s1 , 4 ,8
a. Diuretik. Kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling sedikit diuretik
regular dosis rendah tujuan untuk mencapai tekanan vena jugularis normal dan
menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan loop diuretic atau tiazid. Bila respons
tidak cukup baik dosis diuretik dapat dinaikkan, berikan diuretik intravena, atau kombinasi
loop diuretik dan tiazid. Diuretik hemat kalium, spironolakton, dengan dosis 25-50 mg/hari
dapat mengurangi mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat (klas
fungsional IV) yang disebabkan gagal jantung sistolik.
b. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi neurohormonal, dan pada gagal
jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai dengan dosis
rendah, dititrasi selama beberapa minggu sampai dosis yang efektif.
c. Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE. Pemberian mulai dosis kecil,
kemudian dititrasi selama beberapa minggu dengan kontrol ketat sindrom gagal jantung.
Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil. Pada gagal jantung klas fungsional Il dan Ill.
Penyekat Beta yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau metoprolol. Biasa digunakan
bersama-sama dengan penghambat ACE dan diuretik.
d. Angiotensin Il antagonis reseptor dapat digunakan bila ada kontraindikasi penggunaan
penghambat ACE
e. Kombinasi hidralazin dengan isosorbide dinitrat member hasil yang baik pada pasien yang
intoleran dengan penghambat ACE dapat dipertimbangkan
f. Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung disfungsi sistolik
ventrikel kiri dan terutama yang dengan fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretik,
penghambat ACE, penyekat beta. Dosis : 0.125 qd dengan dosis maksimal 0.375 qd.
g. Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan untuk pencegahan emboli serebral pada
penderita dengan fibrilasi atrial dengan fungi ventrikel yang buruk. Antikoagulan perlu
diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat emboli, trombosis dan transient
ischemic attacks, trombus intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
h. Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk pasien yang asimptomatik atau aritmia ventrikel
yang tidak menetap. Antiaritmia klas I harus dihindari kecuali pada aritmia yang mengancam
nyawa. Antiaritmia kelas III terutama amiodaron dapat digunakan untuk terapi aritmia atrial
dan tidak digunakan untuk mencegah kematian mendadak.
i. Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakan kalsium antagonis untuk mengobati
angina atau hipertensi pada gagal jantung.
j. Pemakaian alat dan tindakan bedah:
- Revaskularisasi
- Operasi katup mitral
- Aneurismektomi
- Kardiomioplasti
- External cardiac support
- Pacu jantung konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular
- Implantable carioverter defibrillators (ICD)
- Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart
- Ultrafiltrasi, hemodialisis
KOMPLIKASI
Syok kardiogenik, infeksi paru, gangguan keseimbangan elektrolit
PROGNOSIS
Angka kematian dalam 1 tahun setelah terdiagnosis mencapai 30-40 %, sedangkan dalam 5
tahun 60-70 %. Kematian disebabkan karena perburuhkan klinis mendadakan yang
kemungkinan disebabkan karena arimia ventrikel. Berdasarkan klasifikasi, NYHA kelas IV
mempunyai angka kematian 30-70 %, sedangkan NYHA kelas II 5-10 %.'
REFERENSI
1. Anil Chandraker A. Heart Failure. In: Fauci A, Kasper D, Longo D, Braunwald E, HauserS,
Jameson J. Loscalzo J, editors. Harrison's principles of internal medicine. 18' ed. United
States of America; The McGraw-Hill Companies, 2012.chapter 234.
2. Panggabean M. Gagal Jantung. Dalam: Alwi I, Setiati S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo
AW, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Interna Publishing; 2006:
Hal 1513-1514
3. Gary S. Francis, Theodore G. Ganiats, Marvin A. Konstam. 2009 Focused Update: ACCF/AHA
Guidelines for the Diagnosis and Management of Heart Failure in Adults: 2009 Wrint Group
to review http://circ.ahajournals.org/content/119/14/1977pada tanggal19 Juni2012.
4. Sharon Ann Hunt, William T. Abraham, Marshall H Chin. ACC/AHA 2005 Guideline Update for
the Diagnosis and Management of Chronic Heart Failure in the Adult: A Report of the
American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines (Writing Committee to Update the 2001 Guidelines for the Evaluation and
Management of Heart Failure): Developed in Collaboration With the American College of
Chest Physicians and the International Society for Heart and Lung Transplantation: Endorsed
by the Heart Rhythm Society. Circulation. 2005;112:154-235.
http://circ.ahajournals.org/content/112/12/e154
5. Nieminen MS, Bohm M. Cowie MR et all. Executive summary of the guidelines on the
diagnosis and treatment of acute heart failure :The Task Force on Acute Heart Failure of the
European Society of Cardiology. European Heart Journal (2005) 26. 384-416.
6. Greenberg B, Kahn AM. Clinical Assessment of Heart Failure. In : Bonow RO, Mann DL, Zipes
DP. Lib P, editors. Braunwald's Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine.9'h ed.
Unites States of America; Elsevier, 2012. P.517-542
7. Panggabean MM. Dalam BAB 248: Gagaljantung akut. Alwi I, Setiati S, Setiyohadi B,
Simadibrata M. Sudoyo AW, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing: 2010: Hal 1583-1585
8. Ghanie A. Gagal jantung kronik. Dalam: Alwi I, Setiati S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo
AW, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2010:
Hal 1596-1601