Anda di halaman 1dari 2

Materi Bimbingan Penyuluhan

Tema :Hukum Meninggalkan Puasa(Fiqhi Lainnya)

Oleh : Basir.N S.Ag.

Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim
yang mampu. Puasa Ramadan memiliki banyak keutamaan dan hikmah, di antaranya adalah
untuk meningkatkan ketaqwaan, kesabaran, dan kebersihan jiwa.

Namun, bagaimana jika seseorang membatalkan puasanya dengan sengaja tanpa alasan yang
dibenarkan syariat? Apakah hukumnya? Apakah ada kafarat atau denda yang harus dibayarnya?

Hukum Membatalkan Puasa dengan Sengaja

Para ulama sepakat bahwa membatalkan puasa Ramadan dengan sengaja tanpa uzur syar’i
adalah haram dan berdosa. Hal ini karena puasa Ramadan adalah kewajiban yang tidak boleh
ditinggalkan atau dilanggar tanpa alasan yang sah.

Allah SWT berfirman:

َ ‫ﻢ َﺗْﻌَﻠُﻤﻮ‬
‫ن‬ ْ ‫ۖ ِإن ُﻛﻨُﺘ‬ ْ ‫ﺧْﻴٌﺮ َّﻟُﻜ‬
‫ﻢ‬ َ ‫ﺼﻮُﻣﻮا‬
ُ ‫ۖ َوَأن َﺗ‬ ‫ﺧْﻴٌﺮ َّﻟُﻪ‬
َ ‫ن َﻓُﻬَﻮ‬
ٍ ‫ﺴﺎ‬
َ ‫ﺣ‬
ْ ‫َوَﻣﻦ ُﻳِﺮْد ِﻓﻴِﻪ ِﺑِﺈ‬

“Dan barangsiapa yang berbuat kebaikan pada bulan itu, maka itu adalah lebih baik baginya.
Dan berpuasalah itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 184)

Rasulullah SAW juga bersabda:

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak
memerlukan dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

Membatalkan puasa dengan sengaja menunjukkan sikap tidak menghormati bulan suci
Ramadan dan tidak menghargai nikmat Allah SWT. Orang yang melakukan hal ini telah
melanggar hak Allah SWT dan hak dirinya sendiri.

Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja juga telah menyia-nyiakan kesempatan untuk
mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah SWT. Orang ini juga telah merugikan dirinya
sendiri dengan menimbulkan rasa bersalah, malu, dan takut akan azab Allah SWT.

Kafarat Membatalkan Puasa dengan Sengaja

Kafarat adalah denda atau tebusan yang harus dibayarkan oleh orang yang melakukan
pelanggaran tertentu dalam ibadah. Kafarat bertujuan untuk membersihkan dosa dan
menimbulkan rasa takut agar tidak mengulangi kesalahan.

Para ulama berbeda pendapat tentang kafarat bagi orang yang membatalkan puasa dengan
sengaja tanpa uzur syar’i. Ada tiga pendapat utama dalam masalah ini:
– Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja harus membayar kafarat dengan
memerdekakan seorang budak. Jika tidak ada budak atau tidak mampu memerdekakan budak,
maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu berpuasa dua bulan
berturut-turut, maka ia harus memberi makan enam puluh orang fakir miskin. Ini adalah
pendapat mayoritas ulama dari kalangan Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.

– Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja hanya cukup mengqadha atau mengganti
puasanya di hari lain tanpa kafarat. Ini adalah pendapat sebagian ulama dari kalangan Zahiri
dan Syi’ah.

– Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja boleh memilih antara membayar kafarat
atau mengqadha puasanya. Ini adalah pendapat sebagian ulama dari kalangan Hanafi dan
Syafi’i.

Anda mungkin juga menyukai