Kelompok 3
Nama Anggota :
1. Dahlia (1910201061)
2. Rani Khairunnisa (1910201067)
3. Wendy Alwan A (1910201070)
4. Luky Ryanada W (1910201108)
5. Oktario Dwi Pangestu (1910201115)
EVALUASI KEBIJAKAN
6. Responsivitas
Sejauh ini dampak yang ditimbulkan dari kebijakan penyelenggaraan reklame di Kota
Semarang sudah cukup baik. Reklame yang identik dengan perusak keindahan kota
akan menjadi sesuatu yang enak dipandang apabila letaknya sesuai dengan
persyaratan keindahan dan tata ruang yang berlaku. Namun keberadaan reklame
belum sepenuhnya dapat ditata dengan baik. Misalnya seperti pada kawasan Simpang
Lima, meski pemerintah Kota Semarang memberi kesempatan untuk menggunakan
lahan pribadi namun keberadaan reklame di lokasi tersebut sudah melebihi ketentuan
yang berlaku. Kendala permasalahan ini yaitu kurangnya ketegasan oleh pelaksana
kebijakan untuk menindak adanya pelanggaran sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Diskusi Kelompok
Petanyaan Kelompok 1 : Dijelasan bahwa adanya pembentukan konstituen karena dukungan
terhadap kebijakan baru seringkali langka, lalu apa faktor yang menyebabkan hal tersebut dan
seberapa luas konstituen dapat mencakup kepentingan masyarakat?
Jawab :
Kelangkaan konstituen pada kebijakan baru terjadi karena tidak mendapatkan dukungan yang
kuat dari para stakeholder bisa jadi dikarenakan kebijakan tersebut belum memenuhi
kepentingan atau kebutuhan dari pihak pihak tersebut. Manfaat konstituen adalah agar suatu
rancangan kebijakan bisa di setujui berbagai pihak dan bisa diimplementasikan untuk
membawa dampak dan manfaat bagi masyarakat.
Kelompok 4 : Pendekatan terminasi sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu pendekatan besar
dan pendekatan kecil. Berikan contoh kebijakan di Indonesia yang telah diterminasi melalui
kedua pendekatan tersebut dan sebab mengapa kebijakan tersebut harus di terminasi.
Jawab :
Contoh terminasi kebijakan di Indonesia adalah terminasi kebijakan publik tentang Peraturan
Menteri Keuangan (Studi Kasus Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 210/PMK. 10/2018
Terkait E-Commerce).
Kebijakan tersebut adalah kebijakan yang baru sebagai respon atas atas meningkatnya e-
commerce. Pemerintah memandang perlu menbuat aturan perpajakan yang berlaku bagi
semua pengusaha konvensional ataupun marketplace, sebagai pelaksana PMK tersebut adalah
Direktorat Jenderal Pajak. Dalam variasi perubahan kebijakan publik yaitu inovasi, suksesi,
pemeliharaan, dan terminasi.
Kesimpulan:
Evaluasi kebijakan penting untuk dilakukan meskipun suatu kebijakan sudah berjalan
dengan efektif. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan 6 kriteria penilaian
evaluasi menurut William N.Dunn (1981) antara lain yaitu efektifitas, efisiensi,
kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Selain itu, beberapa hal yang perlu
diperhatikan terkait evaluasi yakni tentang dinamika kehidupan kebijakan serta model
perubahan kebijakan. Adanya dinamika kehidupan kebijakan yang terjadi menyebabkan
kebijakan berubah dan diubah, dimana hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa faktor.
Sebagai contoh, untuk saat ini adanya pandemi covid-19 mengakibatkan adanya perubahan
dalam kebijakan penyelenggaraan pelayanan publik yang kemudian dilaksanakan secara
online. Perubahan kebijakan ini tentunya akan berpengaruh pada anggaran baik APBN
maupun APBD yang tidak sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Terjadinya
perubahan dalam kebijakan publik juga dapat dilihat berdasarkan pada model perubahan
kebijakan. Oleh karena, kebijakan yang dapat berubah dengan berbagai model dan faktor
pengaruhnya tersebut maka sangat diperlukan adanya evaluasi terhadap suatu kebijakan. Hal
tersebut agar produk kebijakan yang ada tidak menimbulkan permasalahan baru dalam
masyarakat akibat adanya suatu perubahan.