MODULMATA KULIAH
BERPIKIR KRITIS DALAM KEBIDANAN
TOPIK : MORAL REASONING
1
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
2
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
URAIAN MATERI
A. PENDAHULUAN
Dalam menentukan alternatif tindakan untuk penyelesaian suatu masalah, seringkali anda
dituntut memberikan alasan pemberian alternatif tindakan tersebut. Melalui pemberian
alasan inilah anda belajar memprediksi konsekuensi dari tindakan dan belajar menganalisis
setiap permasalahan. Disinilah diperlukan penalaran moral yang matang agar tindakan
yang diambil tepat. Moral reasoning atau penalaran moral tidak hanya berkaitan dengan
“apa yang baik dan buruk” melainkan juga berkaitan dengan mengapa dan bagaimana
seseorang bisa sampai pada suatu keputusan bahwa sesuatu itu dianggap baik dan buruk.
Modul ini terdiri dari Kegiatan Belajar Teori yang disusun secara sitematis untuk melatih
pemahaman anda mengenai moral reasoning (penalaran moral). Pada akhir kegiatan belajar
terdapat postest yang harus anda kerjakan secara mandiri guna mengukur pemahaman anda
terhadap materi yang disajikan.
Keberhasilan proses pembelajaran ini tergantung dari kesungguhan anda. Selamat belajar!
3
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Moral reasoning adalah penilaian & perbuatan moral yang bersifat rasional.
(Lawrence Kohlberg,1995). Keputusan moral bukan tentang perasaan atau “nilai”,
melainkan selalu ada unsur tafsiran kognitif / pemikiran. Menurut Sarwono (2007 ) :
seseorang yang menerapkan moral reasoning akan menilai sesuatu itu baik atau buruk
berdasarkan penalaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Moral Reasoning (Penalaran Moral) Kohlberg
(1969), ada 3 faktor utama umum yang memberikan kontribusi pada perkembangan
moral, yaitu:
a. Kesempatan mengambil peran
Perkembangan penalaran moral meningkat ketika seseorang terlibat dalam situasi
yang memungkinkan seseorang mengambil perspektif sosial seperti situasi
dimana seseorang sulit untuk menerima ide, perasaan, opini, keinginan,
kebutuhan, hak, kewajiban nilai dan standar orang lain.
b. Situasi Moral
Setiap lingkungan sosial dikarakteristikkan sebagai hak dan kewajiban
fundamental yang didistribusikan dan melibatkan keputusan. Dalam beberapa
lingkungan, keputusan diambil sesuai dengan aturan, tradisi, hukum, dan figur
otoritas. Dalam lingkungan yang lain, keputusan didasarkan pada pertimbangan
sistem yang tersedia. Tahap penalaran moral ditunjukkan oleh situasi yang
menstimulasi orang untuk menunjukkan nilai moral dan norma moral.
c. Konflik moral kognitif
Konflik moral kognitif merupakan pertentangan penalaran moral seseorang
dengan penalaran moral orang lain. Dalam beberapa studi, subjek bertentangan
dengan orang lain yang mempunyai penalaran moral lebih tinggi maupun lebih
rendah.
4
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Perspektif social :
- Pandangan egosentrik, tidak
mempertimbangkan keinginan dan sudut
pandang orang lain, tidak menyadari bahwa
setiap orang berbeda. Tindakan orang lain
hanya dipandang secara fisik,tidak ada
Tingkat I: Prakonvensional dorongan psikologisnya.
(preconventional morality) Contoh : menganggap bahwa mencuri itu
• Umumnya pada jahat dan harus dihukum tanpa
anak-anak, mempertimbangkan factor lain yang
meskipun dapat pula menyebabkannya.
ditunjukkan oleh
orang dewasa. Tahap 2: Individualisme Makna tahap :
• Seseorang yang dan timbal balik. - Penalaran moral didasarkan atas imbalan dan
(individualism and kepentingan sendiri. ‘Apa untungnya buat
berada dalam
exchange) saya?’ Perbuatan yang benar adalah yang
tingkat pra- memuaskan diri sendiri. Sesuatu dianggap
konvensional baik/benar bila dirasakan olehnya baik/benar.
menilai moralitas - Memberikan perhatian bila hal itu juga
suatu tindakan berpengaruh terhadap kebutuhannya
berdasarkan - Menaati peraturan jika sesuai dengan
konsekuensinya kepentingannya, bertindak untuk memenuhi
langsungnya. Murni keinginan dan kebutuhannya sendiri dan
melihat diri dalam membiarkan orang lain bertindak demikian
bentuk egosentris. juga.
Perspektif social :
- Pandangan individualistic yang konkret.
Usia <10 tahun Menyadari bahwa setiap orang memiliki
keinginan yang mungkin saling
bertentangan.
- Kebenaran bersifat relatif.
- Hubungan antar manusia dipandang seperti
hubungan umum/jual beli dimana terdapat
unsur kewajaran, timbal balik, persamaan
pembagian, dan bukan soal kesetiaan, rasa
terima kasih , dan keadilan. Misalnya “Jika
kamu membantu saya, nanti saya akan
gantian membantu kamu”,
5
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Perspektif social :
Kebutuhan masyarakat lebih penting
daripada kebutuhan pribadi.
6
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Perspektif social :
- Perspektif pandangan moral yang berasal dari
persetujuan sosial.
- Penalaran moral dengan membayangkan apa
yang akan ia lakukan saat menjadi orang lain
dalam situasi/posisi yang sama.
- Tindakan yang diambil adalah
hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan
tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi
hasil → seseorang bertindak karena hal itu
benar, dan bukan karena ada maksud pribadi,
legal, atau sudah disetujui sebelumnya.
Sumber: Lawrence Kohlberg, Moral Stages and Moralization: The cognitive Development
Approach, dalam Reimer, Paolitto, dan Hersh (1983:58-61)
7
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Hukum yang berlaku dalam proses perkembangan moral reasoning dengan 6 tahapan tsb yaitu :
1) Bahwa perkembangan moral terjadi secara berurutan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
2) Dalam perkembangan moral seseorang tidak akan memahami cara berpikir lebih dari dua tahap
perkembangan diatasnya.
3) Seseorang secara kognitif tertarik pada cara berfikir dari satu tahap diatas tahapnya sendiri.
Anak dari tahap 2 merasa tertarik kepada tahap 3. Berdasarkan inilah Kohlberg percaya bahwa
moral reasoning dapat dan mungkin dikembangkan.
4) Perkembangan hanya akan terjadi apabila diciptakan suatu disequilibrium kognitif pada diri
anak. Seseorang yang sudah mapan dalam satu tahap tertentu harus diusik secara kognitif
sehingga ia terangsang untuk memikirkan kembali prinsip yang sudah dipegangnya. Kalau ia
tetap tentram dan tetap dalam tahapannya sendiri, maka tidak mungkin ada perkembangan.
Cohen dan Fairey (1993), penalaran moral dapat diukur dengan menggunakan Multidimensional
Ethics Scale (MES). MES secara spesifik mengidentifikasi rasionalisasi dibalik alasan moral dan
mengapa responden percaya bahwa suatu tindakan adalah etis.
Lima konstruksi moral terefleski dalam MES adalah:
a. Justice atau moral equity.
Konstruk ini menyatakan bahwa melakukan sesuatu yang benar ditentukan oleh adanya
prinsip keadilan moral. Dalam konstruk ini dicerminkan tindakan seseorang itu adil atau tidak
adil. Wajar atau tidak wajar. Secara moral benar atau tidak benar.
b. Relativism.
Kontruk ini merupakan model penalaran pragmatis yang beranggapan bahwa etika dan nilai-
nilai bersifat umum namun terkait pada budaya. Dalam konstruk ini dicerminkan tindakan
seseorang itu secara kultural dapat diterima atau tidak dapat diterima dan secara tradisional
dapat diterima atau tidak.
c. Egoism.
Konstruk ini menyatakan bahwa individu selalu berusaha untukmemaksimalkan
kesejahteraan individu dan memandang sebuah tindakan adalah etis jika memberikan
keuntungan diri sendiri. Dalam konstruk inidicerminkan tindakan seseorang menunjukkan
promosi (tidak) dari si pelaku dan menunjukkan personal yang memuaskan atau tidak
memuaskan si pelaku.
d. Utilitiarinism.
Konstruk menyatakan bahwa penalaran moral adalah salah satu dari filosofi konsekuensi.
Moralitas dari suatu tindakan mserupakansebuah fungsi dari manfaat yang diperoleh dan
biaya yang terjadi. Konsekuensinya adalah bagaimana memaksimalkan biaya dan
meminimalkan biayanya. Dalam konstruk ini dicerminkan tindakan tertentu dari seseorang
apakah menghasilkan manfaat yang besar atau kecil dan tindakan tersebut meminimalkan
keuntungan.
8
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Selanjutnya kita melakukan latihan analisis moral reasoning melalui kasus sbb :
Kasus 1 :
Suatu hari, seorang anak usia 5 tahun bernama Olivia sedang bermain dengan ibunya. Olivia ingin
bermain minum teh dan menikmati biscuit bersama ibu dan bonekanya. Jadi, Olivia pergi ke dapur
dan mengambil menyiapkan tiga cangkir teh. Olivia dengan hati-hati mengatur ketiga cangkir teh di
atas nampan, tetapi ketika dia meraih sekotak biskuit, nampan itu secara tidak sengaja terlepas dari
tangannya dan ketiga cangkir itu pecah berkeping-keping di lantai. Ibunya marah dan memukul
Olivia hingga kesakitan dan menangis keras.
Kasus 2 :
Melissa berumur 4 tahun, sedang bermain dengan ibunya. Melissa ingin bermain marching band di
dapur mengunakan panci dan sendok sayur. Ketika ibunya mengatakan dia tidak ingin bermain
marching band karena suaranya terlalu keras, Melissa menjadi sangat kesal. Dia sangat marah
sehingga membanting sebuah cangkir yang ada di meja hingga pecah berkeping-keping di lantai.
Ibunya berusaha menenangkan Melissa dengan memeluknya dan berjanji akan main marching band
tetapi di luar rumah.
Pertanyaan :
Jika Anda berusia 6 tahun : menurut Anda siapa yang lebih buruk, Olivia atau Melissa?
Jika Anda berusia 12 tahun: menurut Anda siapa yang lebih buruk, Olivia atau Melissa?
9
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
RANGKUMAN
1. Moral reasoning adalah penilaian & perbuatan moral yang bersifat rasional. (Lawrence
Kohlberg,1995). Keputusan moral bukan tentang perasaan atau “nilai”, melainkan selalu ada
unsur tafsiran kognitif / pemikiran. Menurut Sarwono (2007 ) : seseorang yang menerapkan
moral reasoning akan menilai sesuatu itu baik atau buruk berdasarkan penalaran.
2. Tahap-tahap Moral Reasoning (Kohlberg) terdiri dari :
Tingkat I. Prakonvensional (preconventional morality)
– Tahap 1. Penghindaran dari hukuman dan kepatuhan (Punishment-avoidance and
obedience)
– Tahap 2. Individualisme dan timbal balik (individualism and exchange)
Tingkat II. Konvensional (conventional morality)
– Tahap 3. Keserasian hubungan interpersonal(Good interpersonal relationships)
– Tahap 4. Hukum dan aturan /ketertiban (law and order)
Tingkat III. Pascakonvensional (postconventional morality)
– Tahap 5. Kontrak sosial(social contract)
– Tahap 6.Prinsip etika universal ( Universal ethical principle)
POST TEST
Postest akan dilakukan menggunakan google form. Link akan diberikan kemudian.
PENILAIAN
Bila anda telah mendapat nilai 70 atau lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi
selanjutnya untuk mata kuliah Konsep Kebidanan. Tetapi bila nilai anda masih kurang dari 70, anda
harus mengulangi materi kegiatan belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
10