Anda di halaman 1dari 2

Nama: Patricia Cheysia

Kelas, No Absen : 9.4,18

Perubahan Sosial Era Kartini


SEJARAH (KEBAYA)
Ada banyak spekulasi tentang asal usul kebaya. Ada beberapa yang mengatakan bahwa kebaya berasal
dari Timur Tengah, sementara yang lain berpendapat bahwa kebaya juga mungkin berasal dari Cina.
Kebaya berasal dari kata Arab "kaba" yang berarti "pakaian" dan diperkenalkan ke Indonesia melalui
bahasa Portugis. Istilah kebaya telah merujuk pada pakaian yang aslinya tampak seperti blus.
Satu sumber membandingkan kebaya dengan tunik lengan panjang dengan bagian depan terbuka yang
dikenakan oleh perempuan Dinasti Ming. Jadi, pengenalan kebaya diakreditasi untuk dua kejadian
besar, yakni pengaruh yang muncul dari Islam dan kedatangan orang Eropa ke nusantara. Penyebaran
cepat penggunaan kebaya ini juga terkait dengan perdagangan rempah-rempah yang terjadi selama ini
dalam sejarah. Pada zaman R.A Kartini dulu, kebaya digunakan untuk pakaian sehari-hari lalu terjadi
perubahan yang dilakukan Kartini untuk masa ini, kebaya merupakan pakaian yang dikenakan oleh
perempuan dengan kelas sosial tinggi, seperti aristokrat dan keluarga kerajaan. Terdapat banyak
bagian-bagian yang ada di kebaya berupa, kemben, kain tapih pinjung, dan stagen. Bawahannya
berupa kain jarik berbagai corak khas Jawa Tengah.
Kebaya pertama kali digunakan di Indonesia pada beberapa waktu selama abad ke-15 dan ke-16.
Pakaian ini mirip dengan apa yang dideskripsikan sebagai blus panjang, pas, berkobar yang dikenal
sebagai kebaya panjang. Desain kebaya terus berkembang setelah penjajahan Belanda, kebaya
mengambil peran baru sebagai pakaian formal bagi perempuan Eropa di negara tersebut. Selama ini,
kebaya sebagian besar dibuat dari kain mori. Modifikasi yang dilakukan pada kostum tradisional ini
kemudian memperkenalkan penggunaan sutra dan bordir untuk menambah desain dan warna.
STRUKTUR (Keluarga)
Raden Ajeng Kartini merupakan putri dari keluarga priyayi sekelas bangsawan Jawa. Kartini lahir
pada tanggal 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ayah Kartini merupakan Bupati
Jepara yang bernama Raden Mas Adipati Sosroningrat. Sementara ibunya adalah seorang anak gadis
rakyat jelata, putri dari seorang buruh pabrik gula Mayong, namanya Modirono. Gadis itu bernama
Ngasirah. Ibu Kartini yakni Ngasirah merupakan istri kedua Raden Mas Adipati Sosroningrat.
Sebelum menikah dengan Ngasirah, ia telah memiliki empat orang anak. Setelah menikah lagi dengan
Ngasirah, lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Sosrokartono. Beberapa tahun kemudian, lahir
seorang anak perempuan yang diberi nama Kartini.
Lalu terjadi perubahan pada zaman keluarga sekarang Perubahan gaya hidup dan teknologi membuat
budaya serta pola pikir dalam keluarga kian berubah. Terutama bagi perempuan pekerja yang
memiliki kehidupan lebih sibuk. yang menyebabkan perubahan itu adalah adanya aturan yang di
berlakukan oleh pemerintahan.

KONFLIK (Hak wanita untuk mendapatkan pendidikan)


Sebelum perkembangan abad ke-20 kaum perempuan tidak boleh disejajarkan dengan kaum laki-laki
dalam hal apapun, khususnya dalam hal pendidikan. Perempuan tidak diperbolehkan untuk
memperoleh hak pendidikan, Perempuan hanya boleh bertugas di rumah. Bagi Kartini, kaum
perempuan seharusnya memiliki pendidikan karena kaum perempuan sangat berpengaruh bagi
kehidupan anak-anaknya kelak. Kartini merasa kaum perempuan akan memiliki pengaruh dan tugas
besar sebagai seorang ibu yang juga menjadi pendidik bagi anak-anaknya.
Hal ini berkaitan dengan adanya budaya patriarki yang sudah tertanam kuat di kehidupan masyarakat
di mana kaum laki-laki lebih diunggulkan dan diagungkan. Ini menyebabkan kedudukan kaum
perempuan menjadi tidak seimbang dengan laki-laki, contohnya terlihat pada penentuan ketua RT dan
ketua RW. Adanya keterbatasan ini bermula dari nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Hal ini mengakibatkan terciptanya batasan pada ruang gerak kaum perempuan. Bila wanita tidak
boleh mendapatkan pendidikan mereka tidak akan memiliki wawasan apapun sehingga Indonesia
tidak akan maju.
Namun, sekarang zaman sudah berbeda. Tidak ada lagi larangan untuk wanita memperoleh
pendidikan, semua orang bisa bekerja/mendapatkan pendidikan bagi laki laki ataupun perempuan. Itu
semua karena kerja keras serta kepintaran dari seorang Kartini, ia mau mau mengubah peraturan itu
dengan membuat laporan bahwa ingin adanya perubahan peraturan kerena itu sangat tidak adil untuk
zaman yang akan datang ini. Dan sekarang sudah banyak perempuan untuk bisa mendapatkan
pendidikan dan mengerjakan cita-citanya dengan pendidikannya yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai