Anda di halaman 1dari 17

ANTROPOLOGI KEPERAWATAN

“KEBUDAYAAN CHINA”

Di susun oleh

Kelompok 4:

Kelas E Non regular

Arwit Malasari (21806135)


Boby Lala Piri (21806139)
Marianti Natalia (21806150)
Nur Amina (21806153)
Nurkaya (21806156)
Nur Ulfa Nurman (21806155)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia_Nya  saya diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga
bisa meyelesaikan makalah  yang membahas tentang kebudayaan Cina sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa yang diungkapkan dalam makalah ini masih jauh
dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki
oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun makalah ini sehingga
selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran antropologi
khususnya kebudayaan masyarakat yang sangat beragam dalam segi teoritis
sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan
yang lebih baik di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang
telah diberikan oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.

Makassar, 20 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. ANALISIS KEBUDAYAAN CINA............................................................2
B. HUBUNGAN KEBUDAYAAN CINA DENGAN KESEHATAN.............5
C. SOLUSI DARI SEGI KESEHATAN...........................................................6
D. INOVASI DARI KEBUDAYAAN CINA...................................................7
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. KESIMPULAN...........................................................................................13
B. SARAN.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide


atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-
benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat
dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri, dan kelangsungan
hidup suku mereka.Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan berbagai macam
hal.Dari sudut pandangan modern terutama kesehatan, tidak semua
kebiasaan itu baik.Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Analisis kebudayaan Cina


2. Hubungan Kebudayaan Cina dengan kesehatan
3. Solusi Dari Segi Kesehatan
4. Inovasi Dari Kebudayaan Cina

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANALISIS KEBUDAYAAN CINA

1. Tradisi Mengikat Kaki

Chánzú, berarti "kaki terbalut") adalah tradisi yang dipraktikkan


kepada wanita sebelum awal abad-20. Asal usul praktik ini tak
diketahui secara jelas, namun diperkirakan tradisi ini telah mulai ada
sejak zaman Dinasti Xia.Catatan sejarah mengenai tradisi ini mulai
ditemukan sejak zaman Dinasti Song.
Tradisi ini dibangun atas dasar pandangan masyarakat bahwa
berkaki kecil adalah lambang kecantikan seorang wanita.Di zaman
Dinasti Song, tradisi ini hanya dipraktikkan oleh wanita dari kelas
menengah dan atas.Sampai pada zaman Dinasti Ming baru
dipraktikkan secara luas oleh wanita dari suku Han.Tentunya ada
beberapa pengecualian di beberapa etnis tertentu semisal
etnis Hakka di mana kaum wanitanya harus turun membantu di ladang.
Di zaman Dinasti Qing, kekaisaran mengeluarkan beberapa kali
larangan untuk mengikat kaki, namun karena pengaruh tradisi ini
sangat dalam sehingga larangan ini tidak begitu diindahkan di
kalangan suku Han.Sedangkan tradisi ini tidak begitu populer di
kalangan suku Manchu.

2
Sebuah kecantikan nan sempurna pasti banyak direpresentasikan
dengan banyak hal. Beberapa orang mengukur kecantikan dari
kedalaman dan keindahan hati, beberapa orang lainnya mengukur
kecantikan dari segi fisik.Tak terkecuali yang terjadi di China berabad-
abad lalu, mereka menciptakan wanita cantik dari ukuran kakinya yang
sekecil bunga lotus.
Ini memang benar terjadi di Cina, meskipun menarik namun
caranya sungguh menyiksa kebanyakan wanita cantik di jaman
dulu.Berawal dari Dinasti Shang pada tahun 1700-1027 SM, meskipun
sesudah tahun tersebut tradisi ini tidak lagi diperkenankan namun
banyak orang masih menghalalkan tradisi ini secara diam-diam sampai
sekarang.
Tradisi mengikat kaki atau foot binding ini adalah tradisi
pengikatan kaki agar pertumbuhan kaki perempuan zaman dulu
berhenti. Tradisi ini dimulai sejak wanita muda berusia empat hingga
delapan tahun.Tradisi ini banyak dilakukan oleh keluarga bangsawan,
keluarga miskin juga banyak yang melakukannya meskipun agak
terlambat karena mereka membutuhkan bantuan anak perempuan
dalam mengelola sawah dan perkebunan.

2. Matriarkat

Suku mosuo tinggal di provinsi Yunan dan Sichuan,


Cina.Tepatnya di pinggiran Danau Lugu, di kawasan Yongning,
Yanyuan. Dekat tepi Gunung Himalaya dan berbatasan langsung
dengan Tibet.Desa itu juga dikenal sebagai “Kerajaan Wanita” atau
“Tempat Matriarkat Terakhir di Cina”.

Di tengah dunia yang dikepung sistem patriarkat—sistem sosial


dengan ayah sebagai kepala dan penguasa seluruh keluarga—Mosuo
jadi menarik untuk disorot. Broadly bahkan menyebut Mosuo sebagai

3
tempat terakhir matriarkat terakhir di dunia.Banyak penelitian memang
mengungkapkan bahwa matriarkat adalah kebudayaan langka di dunia.
Di dunia ini memang terdapat banyak suku yang menerapkan
tradisi seksual yang nyeleneh.Salah satu suku dengan budaya seks
yang ekstrem pada suku Mosuo ini yang mendiami propinsi Yunnan
dan Sinchuan, China.Suku yang terdiri dari sekitar 40.000 penduduk
tersebut tersebar di sekitar Danau Lugu.Disebut-sebut suku Mosuo
merupakan penganut tatanan masyarakat di mana perempuan yang
bertindak sebagai pemimpin.Bukan hanya soal pekerjaan fisik,
masalah seksual juga wanita yang jadi penguasa.Untuk lebih detailnya,
berikut ini adalah ulasan tentang suku Mosuo.
Bagi para perempuan yang mulai beranjak dewasa, mereka sudah
dididik untuk melakukan pekerjaan seperti memasak, membersihkan
rumah, mencari kayu bakar, membuat kain tenun, bertani dan juga
mengurus peternakan. Sebaliknya, para kaum laki-laki sama sekali
tidak dituntut untuk melakukan pekerjaan kecuali memberi makan
ternak, selebihnya mereka bersantai sepanjang hari.Suku Masuo tidak
kenal ikatan pernikahan Sejak dulu, suku Mosuo memang tidak
mengenal ikatan pernikahan. Hidup para perempuan tidak bersama
suami, melainkan bersama dengan keluarga besar sepanjang
hayat.Biasanya, satu keluarga terdiri dari sepuluh anggota, bahkan ada
juga yang tediri dari 20 hingga 30 orang.Tiap perempuan memiliki
kamar tidur pribadi yang bisa digunakan untuk melakukan hubungan
dengan lelaki yang dia inginkan.
Si perempuan berhak untuk tidur dengan siapapun laki-laki yang
dipilihnya, namun hanya semalam, besok paginya mereka harus keluar
dari kamar. Perempuan boleh menentukan apa hubungan mereka akan
bertahan setahun, sebulan atau bahkan semalam. Jika si perempuan
sudah bosan dengan seorang laki-laki, maka dia akan memberikan
kode dengan meletakkan sepatu di depan pintu kamar.

4
Para gadis suku Mosuo Menurut penuturan lelaki di desa, mereka
mengaku happy dengan kehidupannya sebagai salah satu suku
Mosuo.Mereka hidup di lingkungan yang tanpa beban.Mereka bisa
bercinta tiap malam sesuai suasana hati si perempuan. Misalnya terjadi
ketidak cocokan dengan hubungannya dengan si perempuan, dengan
mudah mereka berganti pasangan lain tanpa adanya sakit hati. Di suku
Mosuo juga tidak kenal istilah zina, selingkuh, perawan, duda ataupun
janda.
Masyarakat suku Mosuo memang dikenal sebagai suku minoritas
yang memegang teguh adat dan budaya turun temurun sejak ribuan
tahun lalu.Sampai sekarang, sistem matriakal atau menjadikan
perempuan sebagai pemimpin masih dipraktekkan di suku tersebut.
Wanita adalah pemimpin bagi suku mosuo, Orang-orang suku
Mosuo hidup terasing di sekitar wilayah Danau Lugu, kira-kira 2,700
meter di atas permukaan laut.Lokasi tempat tinggal mereka dikenal
sebagai kawasan yang sangat perawan, dikelilingi oleh hutan lebat dan
juga pegunungan.Dalam keseharian, perempuanlah yang mengatur
segala tetek bengek urusan domestik.Sementara pria, tidak pernah
dibiarkan melakukan pekerjaan berat kecuali mengurus ternak.

B. HUBUNGAN KEBUDAYAAN CINA DENGAN KESEHATAN

1. Tradisi Mengikat Kaki


Selama pengikatan, siklus darah tidak lagi lancar, daging kaki akan
membusuk dan mengeluarkan nanah. Namun, menurut kepercayaan
orang Cina, semakin kecil kaki anak perempuan mereka maka semakin
cantik dan semakin cepat mendapatkan suami.Setelah pengikatan ini
selesai, panjang kaki si gadis hanya sepanjang 10-15 cm. Praktik ini
juga sebenarnya mempunyai risiko patah tulang dan terinfeksi bakteri
tetapi tetap harus dilakukan untuk mendapatkan kehormatan

5
masyarakat.Bahkan, golongan wanita yang telah mengikat kaki mereka
harus menghadapi cacat kaki permanen.
Pengikatan kaki yang dilakukan tradisi Cina ini seringkali
menimbulkan kecacatan hingga lumpuh, bahkan infeksi yang berujung
kematian anak-anak perempuan.Anehnya, masyarakat Cina pada
waktu itu menganggap ini sudah normal. Banyak perempuan tua di
Cina juga cacat akibat tradisi ini, bagi wanita muda mereka susah
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Masyarakat Cina pada waktu itu percaya bahwa tradisi ini hanyalah
upaya agar para pria terpikat dengan wanita Cina karena keindahan
kakinya.Setelah berlalu lamanya waktu, banyak perempuan Cina
merasa menyesal melakukan hal ini. Diungkap seorang nenek Cina,
Zhou Guizhen yang berusia 86 tahun yang juga diharuskan mengikat
kaki pada waktu itu. Ketika itu bahkan ada ada petugas khusus yang
memutari setiap desa untuk mengontrol kaki wanita dan memastikan
bahkan kaki mereka sudah dilakukan foot binding.

2. Matriarkat
Di suku mosuo Seorang perempuan yang dianggap beranjak
dewasa adalah dia yang sudah berusia 13 tahun dan bisa berganti-ganti
pasangan sesuai dengan keinginan mereka namun jika di lihat dari segi
kesehatan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan saat
melakukan hubungan seksual dapat menimbulkan penyakit HIV/AIDS,
kanker serviks dan penyakit seksual lainnya.

C. SOLUSI DARI SEGI KESEHATAN

Tujuan pengguanaan keperawatan transkultural adalah


pengembangan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kebudayaan (kultur—culture) yang spesifik dan
universal (Leininger,1978).

6
Meningkatkan kesadaran masyarakat terutama dalam menjaga
kesehatan itu penting dilakukan dan membutuhkan dukungan dari berbagai
pihak untuk segala sisi dalam perubahannya. Memang sulit, terutama ini
adalah budaya atau adat istiadat satu suku atau negara yang sudah lama,
melekat dan turun temurun dalam masyarakat.Tetapi, harus dipahami
bahwa kebiasaan ini bertentangan dengan kesehatan dan dapat merusak
tubuh.
Tradisi mengikat kaki sangat mempengaruhi anatomi tulang kaki,
bahkan dapat mengakibatkan kecacatan.Dan tradisi maktriarkat, jelas
sangat bertentangan dengan kesehatan karena berganti-ganti pasangan
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit terutama penyakit menular.
Oleh karena itu, tradisi ini seharusnya tidak dilakukan lagi. Jika
dengan alasan kecantikan atau alasan-alasan tertentu, maka zaman
sekarang ini banyak hal yang bisa dilakukan yang tidak mengganggu
kesehatan. Sekarang juga bisa melangsungkan pernikahan yang sah agar
tidak selalu berganti-ganti pasangan.

D. INOVASI DARI KEBUDAYAAN CINA

Salah satu peran pendidikan yang utama adalah untuk memperbaiki


kualitas hidup manusia. Apakah melalui riset atau pelayanan kesehatan
primer atau sekunder, kita menanti-nanti akan suatu hari dimana kita
mampu mendiagnosa dan mengobat penyakit medis, mencegah perilaku
abnormal, yang membantu perkembangan keadaan yang positif dalam
keseimbangan dengan orang lain dan lingkungan disekitar kita. Ini
bukanlah suatu tugas gampang. Suatu kekuatan-kekuatan besar
mempengaruhi kesehatan kita untuk mencegah dan mengobati penyakit.
Ketika kita bekerja keras untuk menghadapi tantangan untuk
memperbaiki kualitas manusia dalam kesehatan fisik maupun mental,
peran kultur dalam etiologi, pemeliharaan, dan perawatan penyakit
menjadi semakin jelas. Sementara tujuan kita untuk pencagahan dan
perawatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan mungkin adalah secara

7
lintas budaya, kultur bervariasi dalam mendefinisikan tentang apa yang
dipertimbangkan sehat atau sakit. Salah satu dari pernyataan lintas budaya
yang penting adalah menyelidiki tentang peran kultur dalam memahami,
menafsirkan dan mengobati/merawat perilaku yang abnormal.

Peran perawat dalam menghadapi aneka budaya

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh


orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system.
Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun
dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan.Doheny (1982)
mengudentifikasi beberapa elemen peran perawat professional meliputi:

1. Care giver
Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan
data dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan
berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan
sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah
atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya.
Dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan, perawat
memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic dan unik.Peran
utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang
meliputi intervensi atau tindakan keperawatan, observasi, pendidikan
kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan
pendelegasian yang diberikan.

8
2. Client advocate
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung
antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh
tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi
dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan.Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, antara lain :
a. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi
mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/
sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan
b. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang
dideritanya, tindakan medic apa yang hendak dilakukan, alternative
lain beserta resikonya, dll

3. Counsellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya.Adanya pula interaksi ini
merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya.Memberikan konseling/ bimbingan kepada
klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai
prioritas.Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu,
pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah
perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.

9
4. Educator
Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga
klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi,
kadar kesehatan, dan lain sebagainya.

5. Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencan maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna
memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

6. Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada,
baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga
tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam
menjalankan peran sebagai coordinator perawat dapat melakukan hal-
hal berikut:
a. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
c. Mengembangkan system pelayanan keperawatan
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan
pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan

7. Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,
bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan

10
klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan
klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien

8. Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan
peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang
berkaitan dengan kondisi spesifik lain.
Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan yang ada di
masyarakat, maka perawat dalam menjalankan perannya harus dapat
memahami tahapan pengembangan kompetensi budaya, yaitu:
Pertama:
a. Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.
b. Hal ini merupakan proses kumulatif dan berkelanjutan
c. Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain.
d. Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat
e. Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakna dalam hidup.
f. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi
g. Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak

Kedua:
a. Menjadi peduli dengan budaya sendiri.
b. Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga terjadi pada
yang lain, tetapi dalam bentuk atau arti berbeda.
c. Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal
d. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi
secara sosial dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

11
Ketiga:
a. Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain trerutama
klien yang diasuh oleh perawat sendiri
b. Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam
budaya yang ada sudah sesuai dengan budayanya masing-
masing
c. Penting untuk membangun sikap saling menghargai
perbedaan budaya dan apresiasi keamanan budaya
d. Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang lain
dalam konteks budaya, diluar penilaian etnosentris

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide


atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Tradisi mengikat kaki atau foot binding ini adalah tradisi
pengikatan kaki agar pertumbuhan kaki perempuan zaman dulu berhenti.
Tradisi ini dimulai sejak wanita muda berusia empat hingga delapan tahun
Di Cina juga terdapat Masyarakat suku Mosuo yang dikenal
sebagai suku minoritas yang memegang teguh adat dan budaya turun
temurun sejak ribuan tahun lalu.Sampai sekarang, sistem matriakal atau
menjadikan perempuan sebagai pemimpin masih dipraktekkan di suku
tersebut.Dari sudut pandangan modern terutama kesehatan , kedua
kebiasaan itu tidak baik karena pada kenyataannya malah merugikan.

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka diharapkan pembaca mampi


mengerti dan memahami bahwa kebudayaan, adat-istiadat atau kebiasaan-
kebiasaaan yang ada dalam masyarakat tidak selalu berdampak baik bagi
kesehatan bahkan ada yang merugikan.Oleh karena itu, berusahalah
menghindari kebiasaan yang dapat menghanggu kesehatan.Dan bagi
tenaga kesehatan, kita harus mampu memahami keberagaman budaya baik
dalan negeri maupun luar negeri agar kita bisa menetapkan intervensi dan
implementasi pada setiap kasus kesehatan yang dihadapi.Dan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat, maka dibutuhkan dukungan dari
berbagai pihak.

13
DAFTAR PUSTAKA

James Legge (1880). The religions of China: Confucianism and Tâoism described


and compared with Christianity. LONDON: Hodder and Stoughton. hlm. 111.
Diakses tanggal June 28,2010. (Original from Harvard University)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tradisi_mengikat_kaki)

(https://carapedia.com/
intip_tradisi_aneh_china_tradisi_mengikat_kaki_info5778.html)

http://bukan-dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/budaya-kesehatan-menurut-dr-
suparyanto.html

http://kapanpunbisa.blogspot.com/2011/10/budaya-dan-kesehatan.html

14

Anda mungkin juga menyukai