Anda di halaman 1dari 8

TUGAS STUDY KASUS

BUDAYA TENUN SONGKET MASYARAKAT SASAK DENGAN KESEHATAN


REPRODUKSI WANITA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

Ni Ketut Wiriani 099 STYC21 Shyla Salsabila 109 STYC21

Nisa Hidatul Jannah 100 STYC21 Herlina 060 STYC21

Ihdal Ummam 064 STYC21 M. Isda Aditya Ramdani 082 STYC21

Indrayana 070 STYC21 M. Zikri Harizuan 084 STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JENJANG S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Konsep berubah merupakan cara atau langkah untuk membuat individuberubah menuju
ke kehidupan yang lebih baik. Tugas study kasus berjudul “Budaya Tenun Songket
Masyarakat Sasak Dengan Kesehatan Reproduksi Wanita” ini disusun agar dapat membantu
dan mempermudah dalam memahami konsep perubahan dalam keperawatan.

Dalam penyusunan tugas study kasus ini,banyak terdapat kekurangan untuk itu penulis
berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Penyusun,

05 November 2023
BUDAYA TENUN SONGKET MASYARAKAT SASAK DENGAN KESEHATAN
REPRODUKSI WANITA

A. Latar Belakang
Suku Sasak adalah salah satu suku yang bertempat di Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Sebagaimana daerah lainnya, suku ini memiliki tradisi yang unik, seperti
perempuan diharuskan memiliki keterampilan menenun serta menjadi syarat diizinkan
untuk menikah. Serta adanya tradisi kawin lari, dimana seorang lelaki ketika telah
menyukai seorang perempuan, bisa membawanya lari dari rumah, menginap di rumah
saudara dan keesokan harinya akan di lamar. Membahas tentang bagaimana kaum
perempuan suku Sasak dalam menerapkan tardisi yang ada di daerah mereka, tentu
berpengaruh terhadap penilaian mereka terhadap tradisi itu sendiri, harga diri serta
penerimaan diri mereka terhadap tradisi yang berlaku di daerah mereka.
Masyarakat suku sasak memiliki beberapa adat dan tradisi yang hingga kini
masih dilestarikan dan berdampak pada harga diri dan penerimaan diri perempuan
suku sasak. Beberapa tradisi tersebut diantaranya nyesek atau membuat kain
tenun/sesek yang bernilai dan bermakna, pembuatan kain ini dilakukan oleh para
perempuan suku sasak sebagai syarat diperbolehkannya menikah, selain itu juga
sebagai simbol tradisi budaya selama ratusan tahun. Hingga kini tradisi ini menjadi
daya tarik wisata dan mampu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Perempuan suku sasak sejak kecil dipersiapkan menjadi seorang istri dan ibu
yang baik serta mandiri, hal ini dibuktikan dengan dibekalinya anak perempuan
dengan ketrampilan nyesek atau membuat kain tenun / sesek. Hasil nyesek berupa
kain tenun/songket dengan motif yang beraneka ragam, dan masing-masing motif
memiliki makna misalnya motif wayang yang berarti manusia tidak bisa hidup
sendiri, mereka hidup berpasang-pasangan. Kemudian motif subhanale yang memiliki
makna kesabaran dan keihklasan serta sikap berserah diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Selanjutnya motif serat pinang yang berarti setiap manusia harus menjunjung
tinggi kerukunan, dan masih banyak lagi motif kain tenun yang memiliki makna
mendalam dalam tradisi nyesek ini, hal tersebut menjadikan kain tenun memiliki nilai
budaya yang patut untuk dilestarikan.
Nyesek selain sebagai tradisi juga merupakan bentuk pembuktian kedewasaan
bagi perempuan suku sasak, karena sikap seorang perempuan akan dinilai dari hasil
nyesek-nya, hal tersebut berkaitan pula dengan baik / tidaknya seorang perempuan
ketika menjadi istri nantinya. Namun, jika ternyata perempuan suku sasak belum
pandai melakukan nyesek sementara mereka ingin menikah akan tetap diperkenankan
dengan membayar denda dan mendapatkan sanksi sosial berupa gunjingan dari
masyarakat, karena hal tersebut menandakan sebuah kekurangan yang ada pada diri
seseorang.
Kesimpulannya adalah dalam budaya tenun songket sangat menjaga kesehatan
reproduksi wanita karena perempuan itu akan menikah setelah memperoleh keahlian
tenun yang mahir, sehingga organ reproduksinya akan dibuahi pada saat yang tepat.
Ini berbeda dengan budaya Sasak yang dikenal dengan pernikahan dini, yang dapat
berdampak negatif pada kesehatan reproduksi wanita karena pembuahan terjadi
terlalu awal atau seringnya pernikahan dengan pasangan yang berbeda karena
perceraian dari pernikahan dini yang juga dapat mengganggu kesehatan reproduksi
wanita.
B. Kelompok Sasaran
Sasaran utama kasus untuk pembelajaran tingkat S1
C. Mata Kuliah yang Relevan dengan Kasus
1. Kesehatan Reproduksi Wanita: Mata kuliah ini akan memberikan landasan utama
dalam pemahaman anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita, serta masalah
kesehatan reproduksi yang mungkin terjadi. Ini membantu perawat memahami
tantangan kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita Sasak dan bagaimana
budaya mereka memengaruhi aspek-aspek ini.
2. Antropologi Kesehatan: Mata kuliah ini akan membantu perawat memahami
budaya Sasak, norma-norma sosial, dan kepercayaan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi. Ini penting untuk memahami cara budaya memengaruhi
keputusan dan praktik kesehatan reproduksi wanita di komunitas Sasak.
3. Pendidikan Kesehatan Masyarakat: Menciptakan program pendidikan dan
penyuluhan kesehatan reproduksi yang sesuai dengan budaya Sasak adalah
keterampilan yang relevan yang dapat dipelajari dalam mata kuliah ini. Ini akan
membantu perawat bekerja sama dengan masyarakat Sasak untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran tentang kesehatan reproduksi.
4. Keperawatan Kultural: Mata kuliah ini membantu perawat memahami pentingnya
sensitivitas budaya dalam perawatan kesehatan. Dalam konteks Budaya Tenun
Songket masyarakat Sasak, ini akan membantu perawat berinteraksi dengan
pasien dengan penuh penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kepercayaan
mereka.
D. Tujuan Pembelajaran dan Isu Kunci
1. Memahami Budaya Sasak dan Tenun Songket: Mahasiswa akan memahami aspek
budaya, norma-norma sosial, dan kepercayaan yang berkaitan dengan Budaya
Tenun Songket masyarakat Sasak. Mereka akan belajar bagaimana budaya ini
memengaruhi pengambilan keputusan dan praktik kesehatan reproduksi wanita di
komunitas ini.
2. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita: Mahasiswa akan mengembangkan
pemahaman yang kuat tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita,
serta masalah kesehatan reproduksi yang umumnya dihadapi oleh wanita. Mereka
akan memahami tantangan kesehatan reproduksi yang dapat terjadi dalam konteks
budaya Sasak.
3. Mengintegrasikan Budaya dan Kesehatan Reproduksi: Mahasiswa akan belajar
cara mengintegrasikan budaya dan nilai-nilai lokal dalam perawatan kesehatan
reproduksi wanita. Mereka akan memahami pentingnya sensitivitas budaya dalam
interaksi dengan pasien.
4. Memajukan Praktik Keperawatan yang Inklusif: Mahasiswa akan dilatih untuk
memberikan perawatan keperawatan yang inklusif dan menghormati budaya
Sasak. Mereka akan memahami bagaimana mendekati perawatan kesehatan
reproduksi dengan rasa hormat terhadap budaya pasien.
5. Mendorong Penelitian dan Inovasi: Tujuan ini melibatkan menginspirasi
mahasiswa untuk terlibat dalam penelitian dan inovasi terkait kesehatan
reproduksi wanita di komunitas Sasak. Mereka dapat melakukan penelitian
tentang dampak budaya Tenun Songket terhadap kesehatan reproduksi atau
mengembangkan inovasi dalam pendekatan perawatan yang relevan dengan
budaya.
E. Strategi Pengajaran
1. Diskusi Kelompok: Bagi mahasiswa ke dalam kelompok kecil dan minta mereka
untuk mendiskusikan temuan penelitian mereka. Kelompok dapat
mempresentasikan temuan mereka kepada kelas dan berbagi perspektif mereka
tentang bagaimana budaya Tenun Songket mempengaruhi kesehatan reproduksi
wanita.
2. Perjalanan Lapangan: Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk mengatur
perjalanan lapangan ke komunitas Sasak di Lombok. Mahasiswa dapat
berinteraksi langsung dengan anggota komunitas dan memahami bagaimana
budaya Tenun Songket tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
3. Diskusi Etika: Diskusikan pertimbangan etika yang terkait dengan penyelidikan
dan perawatan kesehatan di dalam budaya yang berbeda. Ajarkan mahasiswa
tentang pentingnya menghormati nilai-nilai budaya dan mempraktikkan perawatan
kesehatan yang budaya-sensitif.
4. Diskusi Kontemporer: Diskusikan isu-isu kontemporer yang terkait dengan
Budaya Tenun Songket, seperti perubahan sosial, urbanisasi, atau globalisasi, dan
bagaimana ini mempengaruhi kesehatan reproduksi wanita di komunitas Sasak.
5. Pemikiran Kritis: Mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis tentang tantangan
dan peluang yang terkait dengan kesehatan reproduksi wanita dalam budaya
Tenun Songket. Diskusikan bagaimana perawat dapat berkontribusi pada
perbaikan kesehatan reproduksi di masyarakat Sasak.
F. Teori yang Berkaitan dengan Studi Kasus
1. Teori Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson: Teori ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan memahami kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita. Dalam budaya Sasak,
pemenuhan kebutuhan dasar ini dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, seperti
pernikahan dan peran perempuan dalam Tenun Songket.
2. Teori Sistem Kesehatan Transkultural Madeleine Leininger: Teori ini fokus pada
perawatan kesehatan yang mempertimbangkan keanekaragaman budaya. Dalam
konteks budaya Tenun Songket, teori ini dapat membantu perawat memahami
nilai-nilai budaya dan keyakinan yang mungkin memengaruhi keputusan dan
praktik kesehatan reproduksi wanita.
3. Teori Teori Sosial Budaya Madeleine Leininger: Teori ini menekankan
pentingnya pemahaman tentang norma sosial, adat istiadat, dan tradisi budaya
dalam perawatan kesehatan. Dalam kasus ini, perawat dapat memahami
bagaimana norma sosial dalam budaya Tenun Songket masyarakat Sasak
memengaruhi kesehatan reproduksi wanita.
4. Teori Perawatan Kesehatan Budaya Campinha-Bacote: Teori ini mengidentifikasi
lima komponen dalam perawatan kesehatan budaya, termasuk kesadaran budaya,
penilaian budaya, pengetahuan budaya, keterampilan budaya, dan kompetensi
budaya. Dalam kasus ini, perawat dapat mengembangkan kesadaran budaya dan
kompetensi budaya untuk memberikan perawatan kesehatan yang sensitif terhadap
budaya.
G. Pertanyaan Diskusi
1. Apa yang dapat kita pelajari tentang peran perempuan dalam budaya Tenun
Songket dan bagaimana hal ini berkaitan dengan kesehatan reproduksi?
2. Bagaimana budaya dan tradisi lokal, termasuk seni tenun Songket, dapat
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi di
komunitas Sasak?
3. Apa tantangan utama yang dihadapi oleh wanita Sasak dalam menjaga kesehatan
reproduksi mereka, dan bagaimana perawat dapat membantu mengatasi tantangan
ini?
4. Bagaimana perawat dapat memadukan budaya dan kesehatan reproduksi dalam
perawatan mereka untuk memberikan perawatan yang lebih sensitif terhadap
budaya?
5. Bagaimana budaya Sasak mempengaruhi pemahaman dan praktik kesehatan
reproduksi wanita di komunitas tersebut, dan bagaimana hal ini dapat berdampak
pada kesehatan reproduksi mereka?
H. Cara Penyelesaian
1. Apa yang dapat kita pelajari tentang peran perempuan dalam budaya Tenun
Songket dan bagaimana hal ini berkaitan dengan kesehatan reproduksi?
Peran perempuan dalam budaya Tenun Songket sangat penting. Mereka adalah
pemelihara warisan budaya ini dan berperan dalam produksi serta penjualan
Songket. Namun, peran ini juga bisa mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka
karena berdampak pada usia pernikahan dan akses terhadap perawatan kesehatan
reproduksi.
2. Bagaimana budaya dan tradisi lokal, termasuk seni tenun Songket, dapat
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan kesehatan
reproduksi di komunitas Sasak? Seni tenun Songket dapat digunakan sebagai
alat pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan reproduksi.
Komunitas Sasak dapat mengintegrasikan pesan kesehatan reproduksi ke dalam
program pelatihan tenun Songket dan menyelenggarakan penyuluhan kesehatan
terkait.
3. Apa tantangan utama yang dihadapi oleh wanita Sasak dalam menjaga
kesehatan reproduksi mereka, dan bagaimana perawat dapat membantu
mengatasi tantangan ini? Tantangan utama meliputi pernikahan dini, kurangnya
akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, dan norma sosial yang
mempengaruhi keputusan reproduksi. Perawat dapat membantu dengan
memberikan pendidikan kesehatan, meningkatkan akses ke layanan, dan
berkolaborasi dengan komunitas untuk merancang perawatan yang budaya-
sensitif.
4. Bagaimana perawat dapat memadukan budaya dan kesehatan reproduksi
dalam perawatan mereka untuk memberikan perawatan yang lebih sensitif
terhadap budaya? Perawat dapat mengambil pendekatan budaya-sensitif dengan
memahami nilai-nilai dan norma budaya dalam komunitas Sasak. Mereka dapat
berkomunikasi dengan penuh penghormatan terhadap budaya pasien dan
menciptakan perencanaan perawatan yang mempertimbangkan budaya setempat.
5. Bagaimana budaya Sasak mempengaruhi pemahaman dan praktik
kesehatan reproduksi wanita di komunitas tersebut, dan bagaimana hal ini
dapat berdampak pada kesehatan reproduksi mereka? Budaya Sasak
mempengaruhi pemahaman tentang pernikahan, kehamilan, dan peran perempuan
dalam masyarakat. Ini dapat berdampak pada kesehatan reproduksi karena bisa
menyebabkan pernikahan dini, perawatan prenatal yang terlambat, atau kurangnya
akses ke perawatan kesehatan reproduksi yang berkualitas.
I. Daftar Pustaka
Adlina Putri D, Kusumo Habsari S. Devi Adlina Putri dkk. 2020;10(1):1–12.
Available from: http://kafaah.org/index.php/kafaah/index

Subhanale S, Productivity W, Forming IN, Independence E, Sasak OF. Istinbáth


SONGKET SUBHANALE WEAVING PRODUCTIVITY IN FORMING
THE. 2021;20(2):226–40.

Septiana NZ, Sayekti FP, Rahmawati NR, Lukmatus N. SEBAGAI PENJAGA


TRADISI ( STUDI DI DESA SADE LOMBOK TIMUR ) Self-Esteem And
Self-Acceptance of Sasak Women as Custodians of Tradition ( Study in Sade
Village East Lombok ) Pendahuluan. 2022;321–36.

Anda mungkin juga menyukai