Materi 2 Kelompok 2
Materi 2 Kelompok 2
1. Dokumen Produksi
induk
2. Prosedur
pengolahan induk
3. Prosedur
pengemasan induk
Dokumen Produksi Induk
Merupakan dokumen utama yang berisi formula produksi, spesifikasi bahan baku,
bahan kemas dan cara pembuatan suatu produk dalam bentuk sediaan dan kekuatan
tertentu
Hendaklah mencakup:
1. Nama
2. Bentuk sediaan
3. Kekuatan dan deskripsi
produk
4. Nama penyusun dan
bagiannya
5. Nama pemeriksa
6. Daftar distribusi
DOKUMEN PRODUKSI INDUK
BERISI:
a. informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas primer, pernyataan
mengenai stabilitas produk, tindakan pengamanan selama penyimpanan dan tindakan
pengamanan lain yang harus dilakukan selama pengolahan dan pengemasan produk;
b. komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu sampel ukuran
bets
c. daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang akan mengalami
perubahan selama proses;
d. spesifikasi bahan awal
e. daftar lengkap bahan pengemas;
f. spesifikasi bahan pengemas primer;
g. prosedur pengolahan dan pengemasan;
h. daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pengemasan
i. pengawasan selama-proses pengolahan dan pengemasan;
j. masa edar/simpan.
CONTOH
DOKUMEN
PRODUKSI
INDUK
Prosedur Pengolahan Induk
Merupakan dokumen yang kemudian digandakan untuk pencatatan pengolahan tiap bets produk. Prosedur
Pengolahan Induk ini hendaklah memuat prosedur dan instruksi lengkap dan rinci mengenai pengolahan
Meliputi:
1. Formula pembuatan yang mencakup:
• nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya;
• deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets;
• daftar semua bahan awal yang digunakan, dengan mendeskripsikan masing-
masing jumlahnya; termasuk pencantuman bahan yang hilang selama proses;
dan
• pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas penerimaan,
dan bila perlu, hasil antara yang relevan.
Lanjutan
a. nama produk; termasuk nomor bets produk ruahan dan produk jadi;
b. deskripsi bentuk sediaan dan kekuatan, di mana perlu;
c. ukuran kemasan yang dinyatakan dalam jumlah, berat atau volume produk dalam wadah
akhir;
d. daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan, termasuk jumlah, ukuran dan
jenis bersama kode atau nomor referen yang berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan
pengemas;
e. bila perlu, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan dan spesimen
yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal kedaluwarsa produk;
f. memeriksa bahwa peralatan dan area kerja bersih dari produk, dokumen atau bahan
sebelumnya dalam rencana pengemasan (kesiapan jalur), dan peralatan tersebut bersih
dan dapat digunakan;
g. tindakan pencegahan khusus yang diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara cermat
area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur sebelum kegiatan dimulai;
h. deskripsi kegiatan pengemasan, termasuk kegiatan tambahan yang signifikan serta
peralatan yang harus digunakan; dan
i. pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas
keberterimaan.
CONTOH
DOKUMEN
PROSEDUR
PENGEMASAN
INDUK
Catatan Produksi Bets
Catatan pengolahan
PRINSIP
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar
sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan
yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena
tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain
secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta
menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.
Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin
edar dan spesifikasi produk.
Persyaratan dasar dari CPOB adalah:
N
Keterlibatan dan komitmen semua pihak
yang berkepentingan pada semua tahap
merupakan keharusan untuk mencapai
S sasaran mutu mulai dari awal pembuatan
sampai kepada distribusi produk jadi.
I Pengawasan Mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tapi juga harus
U
tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan
Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif dan
dapat diandalkan.
M
Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua
kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium,
termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan
M
penanganan sampel pertinggal, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta
metode pengujiannya.
U
seluruh pemeriksaan, pengujian dan analisis;
c) menyusun program dan prosedur pengambilan sampel
secara tertulis;
d) memastikan pemberian label yang benar pada wadah
bahan dan produk;
M
e) menyimpan sampel pertinggal untuk rujukan di masa
mendatang;
f) meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk
antara, produk ruahan atau produk jadi;
U
g) melakukan evaluasi stabilitas semua produk jadi secara
berkelanjutan dan bahan awal jika diperlukan, serta
menetapkan kondisi penyimpanan bahan dan produk
berdasarkan data stabilitasnya;
M
h) menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi
berdasarkan data stabilitas serta kondisi penyimpanannya;
i) berperan atau membantu pelaksanaan program validasi;
j) menyiapkan baku pembanding sekunder sesuai dengan prosedur
pengujian yang berlaku dan menyimpan baku pembanding
tersebut pada kondisi yang tepat;
U
k) menyimpan catatan analitis dari hasil pengujian semua sampel
yang diambil;
l) melakukan evaluasi produk jadi kembalian dan menetapkan
apakah produk tersebut dapat diluluskan atau diolah ulang atau
harus dimusnahkan;
M
m) ikut serta dalam program inspeksi diri bersama dengan bagian
lain dari perusahaan; dan
n) memberikan rekomendasi kegiatan pembuatan obat
berdasarkan kontrak setelah melakukan evaluasi kemampuan
U
penerima kontrak yang bersangkutan untuk membuat produk
yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan perusahaan.
M
U
M 5
Personil Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke
area produksi untuk pengambilan sampel dan
penyelidikan yang diperlukan.
U
M
CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU YANG BAIK
(GOOD QUALITY CONTROL LABORATORY PRACTICES)
Personil
a) Tiap personil yang bertugas melakukan supervisi atau melakukan kegiatan
laboratorium hendaklah memiliki pendidikan, mendapat pelatihan dan
pengalaman yang sesuai atau kombinasinya untuk memungkinkan pelaksanaan
tugas dengan baik. Tugas dan tanggung jawab tiap personil hendaklah dirinci
dengan jelas dalam uraian tugas atau dalam bentuk lain yang sesuai.
b) Tiap personil hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti
respirator atau masker, kaca mata pelindung dan sarung tangan tahan asam
atau basa sesuai tugas yang dilaksanakan.
CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU YANG BAIK
(GOOD QUALITY CONTROL LABORATORY PRACTICES)
Peralatan
a) Peralatan dan instrumen laboratorium hendaklah sesuai dengan prosedur pengujian yang
dilakukan.
b) Prosedur tetap untuk pengoperasian tiap instrumen dan peralatan hendaklah tersedia dan
diletakkan di dekat instrumen atau peralatan yang bersangkutan.
c) Peralatan, instrumen dan perangkat lunak terkait hendaklah dikualifikasi/ divalidasi, dirawat dan
dikalibrasi dalam selang waktu yang telah ditetapkan dan dokumentasinya disimpan. Pemeriksaan
untuk memastikan bahwa instrumen berfungsi baik hendaklah dilakukan tiap hari atau sebelum
instrumen tersebut digunakan untuk pengujian analitis.
d) Tanggal kalibrasi, perawatan dan kalibrasi ulang sesuai dengan jadwal hendaklah tertera dengan
jelas pada peralatan atau dengan cara lain yang sesuai.
e) Hendaklah diberi penandaan yang jelas pada alat yang rusak atau dalam perawatan. Alat yang
rusak hendaklah tidak digunakan sebelum diperbaiki.
f) Pancuran air keselamatan dan pembasuh mata hendaklah tersedia di dekat area kerja
laboratorium.
CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU YANG BAIK
(GOOD QUALITY CONTROL LABORATORY PRACTICES)
Baku Pembanding
a) Baku pembanding hendaklah menjadi tanggung jawab personil yang ditunjuk.
b) Baku pembanding hendaklah digunakan sesuai peruntukannya seperti yang diuraikan
dalam monografi yang bersangkutan.
c) Baku pembanding sekunder atau baku pembanding kerja dapat dibuat dan dipakai
setelah dilakukan pengujian yang sesuai dan pemeriksaan berkala untuk mengoreksi
penyimpangan yang terjadi serta menjamin ketepatan hasilnya.
d) Semua baku pembanding hendaklah disimpan dan ditangani secara tepat agar tidak
berpengaruh terhadap mutunya.
e) Pada label baku pembanding hendaklah dicantumkan kadar, tanggal pembuatan, tanggal
daluwarsa, tanggal pertama kali tutup wadahnya dibuka dan bila perlu kondisi
penyimpanannya.
CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU YANG BAIK
(GOOD QUALITY CONTROL LABORATORY PRACTICES)
Catatan Analisis
Catatan analisis hendaklah mencakup: h) tanggal dan tanda tangan petugas yang
a) Nama dan nomor bets sampel dan bentuk melakukan pengujian dan petugas yang
sediaan; memeriksa perhitungan;
b) Nama petugas yang mengambil sampel; i) pernyataan diluluskan atau ditolak dan usul
c) metode analisis yang digunakan; pemusnahan, yang ditandatangani serta
d) semua data, seperti berat, pembacaan buret, diberi tanggal oleh petugas yang berwenang;
volume dan pengenceran yang dibuat; j) nama pemasok, jumlah keseluruhan dan
e) perhitungan dalam unit ukuran dan rumus yang jumlah wadah bahan yang diterima; dan
digunakan; k) jumlah keseluruhan dan jumlah wadah bahan
f) pernyataan mengenai batas toleransi; awal, bahan pengemas, produk antara, produk
g) pernyataan apakah memenuhi atau tidak ruahan, produk jadi dari tiap bets yang
memenuhi spesifikasi; dianalisis.
PENGAWASAN BAHAN
AWAL, PRODUK ANTARA, Spesifikasi
PRODUK RUAHAN DAN a) Tiap spesifikasi hendaklah disetujui dan
PRODUK JADI disimpan oleh bagian Pengawasan Mutu kecuali
untuk produk jadi yang harus disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu). Spesifikasi bahan awal, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi mengacu pada
Butir 10.10 – 10.14; dan
b) Revisi berkala dari tiap spesifikasi perlu
dilakukan agar memenuhi Farmakope Indonesia
edisi terakhir atau kompendia resmi lain.
Dokumentasi penting yang berkaitan dengan
pengawasan mutu berikut ini hendaklah tersedia di
DOKUMENTASI bagian Pengawasan Mutu:
o spesifikasi;
o prosedur pengambilan sampel;
o prosedur dan catatan pengujian (termasuk
lembar kerja analisis dan/atau buku catatan
laboratorium);
o laporan dan/atau sertifikat analisis;
o data pemantauan lingkungan, bila diperlukan;
o catatan validasi metode analisis, bila diperlukan;
dan
o prosedur dan catatan kalibrasi instrumen serta
perawatan peralatan.
Semua dokumentasi Pengawasan Mutu yang terkait
dengan catatan bets hendaklah disimpan sampai
DOKUMENTASI satu tahun setelah tanggal daluwarsa bets yang
bersangkutan.
Kegiatan mencakup :
metode dan pola pengambilan sampel;
peralatan yang digunakan;
Pengambilan jumlah sampel yang diambil;
instruksi pembagian sampel sesuai
sampel kebutuhan;
jenis wadah sampel yang harus digunakan,
yakni apakah untuk pengambilan sampel
secara aseptik atau normal
identitas wadah yang diambil sampelnya;
peringatan khusus yang harus diperhatikan
terutama yang berkaitan dengan
pengambilan sampel bahan steril atau
berbahaya;
kondisi penyimpanan; dan
instruksi tentang cara pembersihan dan
penyimpanan alat pengambil sampel.
Kegiatan
Pengambilan
sampel
Tiap wadah sampel hendaklah diberi label yang menunjukkan:
• nama bahan sampel;
• nomor bets atau lot;
• nomor wadah yang diambil sampelnya;
• tanda tangan petugas yang mengambil sampel; dan
• tanggal pengambilan sampel.
Sebelum dan setelah tiap pemakaian, alat pengambil sampel hendaklah dibersihkan, jika perlu
disterilkan, dan disimpan secara terpisah dari alat laboratorium lain.
Pada saat pengambilan sampel hendaklah dilakukan pencegahan agar tidak terjadi pencemaran
atau campur baur terhadap atau oleh bahan yang diambil sampelnya. Semua alat pengambil
sampel yang bersentuhan dengan bahan hendaklah bersih. Perhatian khusus mungkin diperlukan
untuk penanganan bahan yang berbahaya atau berpotensi tinggi.
Kegiatan
Pengambilan
sampel
Sampel Pertinggal
a) Sampel pertinggal dengan identitas yang lengkap yang mewakili tiap bets bahan awal
untuk tiap penerimaan hendaklah disimpan untuk jangka waktu tertentu.
b) Sampel pertinggal dengan identitas yang lengkap yang mewakili tiap bets produk jadi
dalam bentuk kemasan lengkap hendaklah disimpan untuk jangka waktu tertentu.
Sampel produk jadi hendaklah disimpan dalam kondisi yang sama dengan kondisi
pemasaran sebagaimanatertera pada label.
c) Jumlah sampel pertinggal sekurangkurangnya dua kali dari jumlah sampel yang
dibutuhkan untuk pengujian lengkap, kecuali untuk uji sterilitas.
d) Sampel pertinggal hendaklah mewakili tiap bets bahan atau produk yang diambil
sampelnya. Sampel lain juga dapat diambil untuk memantau bagian proses yang paling
kritis (misalnya awal dan akhir proses).
e) Sampel pertinggal dari tiap bets produk jadi hendaklah disimpan hingga satu tahun
setelah tanggal daluwarsa. Produk jadi hendaklah disimpan dalam kemasan akhirnya
dan dalam kondisi yang ditetapkan. Sampel bahan awal (selain pelarut, gas, dan air)
hendaklah disimpan selama minimal dua tahun setelah tanggal pelulusan produk jadi
terkait, bila stabilitasnya memungkinkan. Jangka waktu penyimpanan dapat dikurangi
bila stabilitasnya lebih singkat daripada yang tercantum dalam spesifikasi.
Persyaratan Pengujian
Bahan Awal
Tiap bahan awal hendaklah diuji
terhadap pemenuhan spesifikasi
identitas, kekuatan, kemurnian dan
parameter mutu lain.
Bahan Pengemas
Bahan pengemas hendaklah memenuhi
spesifikasi, dengan penekanan pada
kompatibilitas bahan terhadap produk
yang diisikan ke dalamnya. Cacat fisik
yang kritis dan dapat berdampak besar
serta kebenaran penandaan yang dapat
memberi kesan meragukan terhadap
kualitas produk hendaklah diperiksa.
Persyaratan Pengujian
Produk Jadi
a) Tiap bets produk jadi hendaklah diuji
terhadap spesifikasi yang ditetapkan dan
dinilai memenuhi syarat sebelum diluluskan
untuk distribusi.
b) Produk jadi yang tidak memenuhi spesifikasi
dan kriteria mutu lain yang ditetapkan
hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat
dilakukan apabila memungkinkan, namun
produk hasil pengolahan ulang harus
memenuhi semua spesifikasi dan kriteria
mutu lain yang ditetapkan sebelum diluluskan
untuk distribusi.
Pengendalian lingkungan hendaklah
Pengendalian dilakukan sebagai berikut:
a) pemantauan teratur air untuk
Lingkungan proses, termasuk pada titik
penggunaan, terhadap mutu
kimiawi dan mikrobiologis.
Jumlah sampel dan metode
pengujian hendaklah mampu
mendeteksi organisme indikator
dalam konsentrasi rendah,
misalnya Pseudomonas;
b) pemantauan mikrobiologis secara
berkala pada lingkungan
produksi;
c) pengujian berkala terhadap
lingkungan sekitar area produksi
untuk mendeteksi produk lain
yang dapat mencemari produk
yang sedang diproses; dan d)
pengendalian cemaran udara.
In Process
Control
Perencanaan Pengendalian
produksi persediaan
(production planning) (inventory control)
PPIC
Perencanaan produksi (production planning)
• Setelah forecast dibuat oleh bagian Marketing,
selanjutnya disusun Perencanaan Produksi
(production planning) serta Rencana Anggaran
Belanja Perusahaan (RABP) sebagai acuan
untuk memenuhi permintaan Marketing
tersebut.
• Perencanaan Produksi, terbagi menjadi
Rencana Produksi Tahunan, yang kemudian di-
break down ke dalam Rencana Produksi
Periodik (misalnya semester atau triwulan).
Selanjutnya Rencana Produksi Periodik di-
break down lagi menjadi Rencana Produksi
Bulanan, Mingguan dan Harian, seperti terlihat
pada gambar sebelumnya.
Sasaran pokok dari perencanaan produksi, antara lain:
(1) ketepatan waktu dalam memenuhi janji (permintaan) pelanggan,
(2) kecepatan waktu penyelesaian pesanan (permintaan) pelanggan,
(3) berkurangnya biaya produksi, dan
(4) new product launching dan divestment (write off) produk-produk
lama berjalan lancar (teratur).
Dengan demikian, yang dimaksud denga sistem JIT adalah usaha-usaha untuk
meniadakan pemborosan dalam segala bidang produksi seperti uang, bahan
baku, suku cadang atau komponen, waktu produksi dan sebagainya sehingga
dapat meghasilkan dan mengurumkan produk jadi tepat waktu untuk dijual.
Sistem JIT diterapkan dengan memanfaatkan kemampuan para pemasok
bahan baku dan suku cadang atau komponen yang dapat memenuhi
kebutuhan industri secara tepat waktu (just-in-time).