Anda di halaman 1dari 34

Sistem Muskuloskeletal

Fajariana Tri Mulya P3.73.26.1.20.017


Nadira Juniariyulisky P3.73.26.1.20.032
Saddam Maulana Putra P3.73.26.1.20.043
Salsabila Putri Wijaya P3.73.26.1.20.044

Dosen Pengampu : Zahra Sativani, S.Tr., Ftr., M.Kes


C-Reactive Protein (CRP)

Rheumatid Factor

ASTO

Rheumatoid Arthritis

Asam Urat
C-Reactive Protein
(CRP)
C-Reactive Protein (CRP)
Protein yang meningkat sesaat setelah
adanya insiden (30.000 jumlahnya di
plasma darah) atau pada kondisi pasca
akut peradangan/ kerusakan jaringan
C-Reactive Protein (CRP)

1 Disintesis oleh sel hati

Melalui rangsangan sitokin (zat yang


2
mendeteksi inflamasi sitokin)

3 Sitokin IL-6, TNF , IL-1

Nilai normal pada kondisi sehat tidak ada


4
cedera ada didalam plasma. Kadar 0,8 mg/dl
Test C-Reactive Protein (CRP)
Suatu pengukuran jumlah protein c-reaktif
di dalam darah. Pemeriksaannya melalui
pengambilan sampel darah pada arteri
Kadar CRP tinggi disebabkan infeksi dan penyakit menahun, tidak
dapat menunjukkan letak peradangan atau penyebab

Misalnya: Hasil laboratorium pasien ada crpnya, CRP tinggi hanya bisa
menunjukkan dia mengalami suatu inflamasi tapi tidak diketahui
informasinya itu ada dimana sehingga konsep awal pemeriksaan
penunjang (tidak bisa berdiri sendiri) jadi seorang dokter mempunyai
wewenang untuk menegakkan diagnosis medis seorang pasien (Tidak
merujuk ke dalam satu pemeriksaan penunjang saja, tetapi perlu adanya
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto x-ray, EMG,
Rontgen, dll). Pemeriksaan penunjang berlaku pada profesi nakes lainnya
termasuk fisioterapi. Fisioterapi menjadikan pemeriksaan penunjang
sebagai salah satu penanda bahwa pasien dalam kondisi yang baik atau
tidak untuk melakukan intervensi
wAKTU
PEMERIKSAAN

Periksa untuk infeksi pasca operasi

(ketika dilakukan pembedahan kemungkinan terjadinya


infeksi tinggi (infeksi berulang). Pembedahan membuat
luka baru, kalau tidak dilakukan perawatan yang tepat
bisa menimbulkan hidupnya bakteri-bakteri yang bisa
menyebabkan infeksi di daerah luka tersebut sehingga
perlu dilakukan CRP (untuk mengetahui adanya infeksi
atau tidak di daerah luka operasi)
Periksa untuk infeksi pasca operasi

(Dalam 2 - 6 jam pasca operasi adalah fase akut yang kemungkinan


pasien memiliki keluhan yang lebih hebat dibandingkan setelahnya
sehingga fisioterapi perlu melakukan suatu intervensi yang bisa
mengurangi keluhan biasanya ditandai adanya nyeri
muskuloskeletal pasien tidak mau bergerak menyebabkan
kekakuan sendi, mobilitasnya menurun akhirnya terjadi kekakuan
sendi akibat dari suatu nyeri yang bisa berdampak panjang pada
seluruh sistem muskuloskeletal)

CRP tetap tinggi 3 hari post operasi ada infeksi

(Perlu kolaborasi dengan dokter diberikan antibiotic agar tidak


menyebar ke organ lain)
Identifikasi infeksi penyakit yang menyebabkan
peradangan (meningkatkan kadar CRP)

1 Kanker kelenjar getah bening

2 Penyakit pada sistem kekebalan tubuh

3 Painful swelling pada jaringan yang melapisi sendi (RA)

4 Infeksi tulang
EVALUASI HASIL
PENGOBATAN

Tingkat CRP normal cepat, jika pasien


menjalani pengobatan

Tes sensitivitas cedera (Hs-CRP) mengetahui


peluang adanya gangguan jantung seseorang

Peradangan merusak lapisan arteri


mengakibatkan miocard infark

Hubungan CRP tinggi & risiko infark miokard


tidak bisa dipastikan
TES DARAH
HS-CRP

Normal 3 mg/L darah Rata-rata risiko (1,0 – 3,0 mg/L)

Risiko rendah < 1,0 mg/L) Risiko tinggi (> 3,0 mg/L)

Jika tingkat > 10 mg/L inflamasi jelas, infeksi berat karena peradangan kronis

Nilai HS-CRP tinggi memiliki risiko kardiovaskuler & Infark Miocard

Nilai CRP >100 mg/L dan nilai CRP 10-50 mg/dL mungkin akibat infeksi bakteri
Rheumatid Factor
RHEUMATID FACTOR

Proses peradangan karena suatu autoimun yang


menyerang sendi

Penegakan kasus ditujukkan hasil pemeriksaan laboratorium


RF dan anti-CCP dalam darah.

Fisioterapi melihat hasil pemeriksaan untuk


memvalidasi apakah pasien bener mengalami RA
Prognosis RA memburuk :

Banyak sendi LED dan CRP RF (+) tinggi dan Erosi sendi pada
terserang tinggi Anti CCP (+) awal penyakit
RF (ANTIBODI TERHADAP
KOMPONEN FC DAN IGG)

Ada didalam diri dalam batasan normal


untuk melindungi sendi tubuh

Harusnya melindungi tubuh dari benda asing


malah terjadi malfungsi apa yang dilindungi
justru dianggap menjadi benda asing jadi
merusak organ karena virus/bakteri
ANTI-CCP (SUATU PROTEIN KECIL)

Didapat 2/3 kasus dokter menegakkan anti


CCP pada kasus RA karena spesifisitasnya
tinggi sehingga diagnosis lebih valid
ASAM URAT
Asam Urat
Berasal dari zat didalam tubuh (purin : suatu
zat hasil metabolisme akhir sintesis protein),
bisa menyerang siapa saja. Purin ada didalam
tubuh manusia dalam jumlah kecil, purin akan
terus menerus disintesis walaupun tidak
mengkonsumsi makanan dengan kandungan
purin. Jika mengkonsumsi makanan tinggi
purin + hasil dari sintesis dalam tubuh maka
purin tinggi akan menumpuk didalam tubuh
membuat kristal di sendi
Asam Urat
1 Asam urat disintesis di hati dan diangkut ginjal

2 Peningkatan asam urat dalam serum urin

Asam urat membentuk kristal dalam


3
saluran kencing membuat batu ginjal

Nilai Normal Laki 2-7 mg/dL, Perempuan


4
1-6 mg/dL
ASTO
ANTI STREPTOLYSIN
Pengertian & Tujuan

oASO - lateks adalah deteksi anti-streptolisin (ASO) dengan


test aglutinasi secara kualitatif dan semi-kuantitatif.

oASO Latex Test Kit digunakan untuk pemeriksaan kualitatif


dan semi kuantitatif terhadap antibodi anti streptolisin O
(ASO) pada serum manusia. Hanya digunakan untuk
pemeriksaan in-vitro dan hanya digunakan oleh tenaga
profesional.
Tes Kualitatif

Diletakkan kit reagen dan sampel serum hingga suhu kamar


1
(ruang)

Reagen ASO lateks dicampur hingga homogen dengan hati


2
hati untuk menghomogenkan partikel

3 Pipet 40 ul serum ke atas lingkaran slide uji

4 Teteskan 1 tetes kontrol positif ke atas lingkaran slide uji

5 Teteskan 1 tetes kontrol negatif ke atas lingkaran slide uji


Metode Semi Kuantitatif
1) Diambil NaCL 0,9% sebanyak 50 ul pada 6 tanda lingkaran slide
2) Pada lingkaran pertama, ditambah 50 ul serum, lalu campur (1/2)
3) Lalu ambil 50 ul dari lingkaran pertama, ditambahkan pada lingkaran ke dua, lalu campur (1/4)
4) Lalu ambil 50 ul dari lingkaran ke dua, ditambahkan pada lingkaran ke tiga, lalu campur (1/8)
5) Lalu ambil 50 ul dari lingkaran ke tiga, ditambahkan pada lingkaran ke empat, lalu campur
(1/16), dan seterusnya. Masing-masing lingkaran ditambahkan 1 tetes reagen ASO Lateks,
kemudian campur hingga homogen dan sebarkan cairan ke seluruh area lingkaran menggunakan
batang pengaduk yang berbeda pada tiap lingkarannya
7) Goyangkang slide secara perlahan selama 2 menit (secara manual) atau letakkan slide pada
rotator dengan kecepatan 100 rpm selama 2 menit
8) Baca hasil yang terbentuk dibawah cahaya yang terang. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya aglutinasi
9) Hasil positif terakhir dikalikan 200 UI/mL adalah hasil yang dilaporkan sebagai titer ASO (tes
ASO metdose semi kuantitatif)
FAKTA TENTANG MASKER WAJAH

RHEUMATOID
ARTHRITIS
RHEUMATOID ARTHRITIS
Penyakit inflamasi yang bersifat sistemik, kronik
dan berlangsung progresif. Lokasi inflamasi
dominan pada membrana sinovia sendi Inflamasi
terjadi karena interaksi faktor predisposisi genetik
(HLA DR-4) & faktor presipitasi dari luar tubuh
(eksogen) yang belum jelas diketahui (diduga
akibat diproduksinya autoantigen tubuh)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Hb = Anemia ringan s/d sedang
 ∑ leukosit N/Tinggi
 Aktif: ∑ trombosit Tinggi
 MCH N/Rendah, MCV N
 ∑ sdm Rendah
 LED Tinggi
 CRP Tinggi
 Cairan sendi: Eksudat (prot tinggi, glukosa
rendah, pmn tinggi)
 RF (+)
Terima Kasih
CRP : https://youtu.be/UnWYg7IQKsU
RF : https://youtu.be/gtwCEzM20sA
ASTO : https://youtu.be/kqNLh2nOTsI
Asam Urat: https://youtu.be/UeMXHJZo_pU

Anda mungkin juga menyukai