Akmal Rufajar4
Akmal Rufajar4
DISUSUN OLEH :
AKMAL RUFAJAR(2105190002)
MUHAMMAD AL HUDDA(2105190010)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan Makalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................…………………………..……………………………. i
DAFTAR ISI..................……….…………………….………….…………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................…………….……………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…….............…………………………………………………………..1
1.3 Tujuan Masalah...…….............…………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA.............………………………………………………………………..8
BAB I
PENDAHULUAN
Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan pengawasan
perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU No. 23/1999 tentang Bank
Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap bank akan
dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk
dengan undang-undang. Dengan melihat ketentuan tersebut, maka telah jelas tentang
pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan independen harus dibentuk. Dan
bahkan pada ketentuan selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukan lembaga pengawasan akan
dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal tersebutlah, yang dijadikan landasan
dasar bagi pembentukan suatu lembaga independen untuk mengawasi sektor jasa keuangan.
Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010. Perintah untuk pembentukan
lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenal dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), masih
belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan dalam kurun waktu hampir satu dekade,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak dapat menjadi pengawas perkembangan perbankan yang
belakangan ada banyak fenomena-fenomena negatif. Seperti Kasus Bank Century yang
melakukan penyimpangan tanpa ada ketakutan bertindak dan dikarenakan memang tidak ada
lembaga tertentu yang menjadi pengawas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa menjadi
penting, apabila dalam perkembangan praktek perbankan dan pengawasan perlu dilakukan
dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kepentingan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pembentukan Status dan Tempat Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
1. Pasal 2
a. Dengan Undang-Undang ini dibentuk OJK.
b. OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Pasal 3
a. OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. OJK dapat mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
Ada beberapa hal yang melatar belakangi lahirnya UU ini selain pertimbangan UU
tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah, yakni:
1. Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi
intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional
merupakan salah satu komponen penting dalam sistem perekonomian nasional.
2. Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang
teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan yang
sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor keuangan baik dalam hal
produk maupun kelembagaan.
3. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai
subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi
antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan
4. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan
moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan
terganggunya stabilitas sistem keuangan.
Harapan penataan melalui UU No. 21 Tentang Otoritas Jasa Keuangan:
Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di
dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih
menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. Agar pengaturan dan pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi.
3.1 Kesimpulan
A. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang dirancang untuk
melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal,
reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Adapun tujuan utama
pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang
jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan.
Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat,
melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai
Visi dan Misi, Tujuan, Fungsi, dan Kewenangan yang semuanya sudah dipaparkan pada Bab
II bagian Pembahasan.
B. Kesimpulan
Rendahnya peran pengawasan OJK dan agar peran OJK dikembalikan lagi ke Bank Indonesia
menjadi masukan paling fundamental.
DAFTAR PUSTAKA