Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK)


PROGRAM GURU BELAJAR
SERI ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM

Diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Dalam Jaringan:
Tanggal 4-8 Januari 2021

Disusun Oleh :
BUDI HARTANTO, S.Pd
NIP. 19880701 201503 1 004

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI


DINAS PENDIDIKAN
SMAN15 BUNGO
2021
IDENTITAS DIRI

1. Nama Sekolah : SMAN 15 Bungo


2. Nama Guru : Budi Hartanto, S.Pd., Gr.
3. NIP : 19880701 201503 1 004
4. NRG : 191571116575
5. NUPTK : 3033-7666-6713-0073
6. Jabatan/Golongan : Guru Pertama Tk. 1, III/b
7. Alamat Instansi :
 Alamat Sekolah : : Jalan Punai Dusun Tuo Limbur
 Desa/Kecamatan : Tuo Limbur
 Kabupaten, Provinsi : Bungo
 Provinsi : Jambi
 Telpon/Fax : -
Email : smansallm01@gmail.com

8.  Mengajar Mapel : Bahasa Inggris

9. SK Pengangkatan
a. Sebagai CPNS
 Pejabat yang mengangkat : Bupati Bungo
 Nomor SK : 813/099/BKD
 Tanggal SK : 15 – 05 – 2015
 TMT : 01 – 03 – 2015
b. Pangkat Terakhir
 Pejabat yang mengangkat : Gubernur Jambi
 Nomor SK : 222/KEP.GUB/BKD-3.2/2021
 Tanggal SK : 17 – 04 – 2021
 TMT : 01 – 04 – 2021
11. Alamat Rumah
 Jalan : Jl. Punai
 Kelurahan/Kecamatan : Tuo Limbur
 Kabupaten, Provinsi : Bungo, Jambi
 Telpon/Fax : 085363066260
 Email : Budihartanto17@guru.sma.belajar.id

ii
PENGESAHAN
LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK)


PROGRAM GURU BELAJAR DAN BERBAGI
SERI ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM

Oleh :
Budi Hartanto, S.Pd., Gr.
NIP. 19880701 201503 1 004

Tuo Limbur, 11 April 2021


Kepala Sekolah Penyusun,

DWI SUYONO, S.Pd BUDI HARTANTO, S.Pd


NIP. 19770605 200312 1 010 NIP. 19880701 201503 1 004

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Pengembangan Diri Bimbingan Teknis (Bimtek) ini
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi
Minimum diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 4-8
Januari 2021.
Di dalam Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) ini, penulis telah mendapat banyak
kesempatan, menerima bimbingan, petunjuk, bantuan serta saran-saran yang bermanfaat dari
berbagai pihak, yang semuanya itu dapat memberikan kemudahan dan menunjang dalam
menyelesaikan penulisan laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kepada:
1. Dirjen GTK Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
2. Dwi Suyono, S.Pd., Kepala SMAN 15 Bungo.
3. Panitia, peserta dan narasumber serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu.
Penulis berupaya menyusun laporan sebaik mungkin. Meskipun demikian, jika
terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan laporan pengembangan diri ini,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan
ini.
Akhirnya, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi penulis sendiri khususnya.

Bungo, April 2021


Penulis,

Budi Hartanto, S.Pd., Gr


NIP. 19880701 201503 1 004

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


IDENTITAS.................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI .....................................................
A. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
B. ALASAN MENGIKUTI BIMTEK .................................................... 1
C. PELAKSANA BIMTEK .................................................................... 2
D. TEMPAT DAN WAKTU ................................................................... 2
E. TUJUAN BIMTEK ............................................................................. 2
F. MATERI DALAM BIMTEK ............................................................. 2
G. NARASUMBER ................................................................................. 20
H. PESERTA BIMTEK ........................................................................... 20
I. HASIL / MANFAAT YANG DIPEROLEH ...................................... 20
J. TINDAK LANJUT ............................................................................. 20
K. DAMPAK SETELAH MENGIKUTI BIMTEK ................................ 21
L. PENUTUP............................................................................................ 21

LAMPIRAN - LAMPIRAN

v
PELAKSANAAN KEGIATAN
“Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi
Minimum Tahap 2”

A. PENDAHULUAN
Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan
menengah kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi
literasi membaca di bawah minimum. Sama halnya dengan keterampilan matematika dan
sains, 71% siswa berada di bawah kompetensi minimum untuk matematika dan 60% siswa
di bawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan
dalam 10-15 tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
negara yang konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah. Bagaimana pendapat
Anda?
Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong
peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh
dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021 mendatang, Asesmen Nasional (AN) akan resmi
diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Ujian Nasional (UN) sudah
tidak lagi diberlakukan. Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.
Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem
pendidikan. Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada
pencapaian proses belajar siswa namun memberikan umpan balik untuk tindak lanjut
pembelajaran dan kompetensi siswa.
Kebijakan terkait penerapan Asesmen Nasional (AN) ini telah disampaikan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Anda dapat mendengarkan penjelasannya lebih
detail dengan menyaksikan video yang disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Silakan cermati dengan seksama dan mencatat poin
penting yang Anda peroleh..

B. ALASAN MENGIKUTI BIMTEK


1. Surat Undangan/Brosur Bimtek dari Dirjen GTK Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
2. Surat Tugas dari Kepala SMAN 15 BUNGO
3. Mengetahui bagaimana Konsep AKM
4. Dapat menerapkan AKM di masa Pandemi
5. Meningkatkan profesionalisme sebagai guru.

1
C. PELAKSANA BIMTEK
Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum
Tahap 2 dilaksanakan oleh Dirjen GTK Kementrian Penidikan dan Kebudayaan.

D. TEMPAT DAN WAKTU


Kegiatan Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi
Minimum Tahap 2 dilaksanakan tanggal 4 – 8 Januari 2021 , bertempat di
https://gurubelajar.kemdikbud.go.id/

E. TUJUAN BIMTEK

Tujuan dilaksanakannya Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen


Kompetensi Minimum Tahap 2 adalah untuk :
1. Memahami konsep Asesmen Nasional.
2. Memahami bentuk pelaksanaan Asesmen Nasional.
3. Menganalisis contoh asesmen literasi membaca pada Asesmen Kompetensi Minimum.
4. Menganalisis contoh asesmen numerasi pada Asesmen Kompetensi Minimum.
5. Membaca dan menindaklanjuti laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum.
6. Melakukan pengimbasan dengan mengajak rekan guru yang lain untuk mengikuti
program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum.

F. MATERI DALAM BIMTEK


Materi pokok yang disajikan Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri
Asesmen Kompetensi Minimum Tahap 2 adalah sebagai berikut: Orientasi Guru Belajar
Seri Asesmen Kompetensi Minimum, Pengantar Program Bimtek Guru Belajar Seri
Asesmen Kompetensi Minimum, Konsep Asesmen Nasional Teknis Pelaksanaan Asemen
Nasional, Asesmen Literasi Membaca Tingkat SMA, Asesmen Numerasi pada Tingkat
SMA, Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen Kompetensi Minimum, Asesmen Pasca
Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum.
Adapun Ringkasan materi pokok di atas adalah sebagai berikut
1. Orientasi Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum
a. Latar Belakang dan Kebijakan Asesmen Nasional
Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan
menengah kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki
kompetensi literasi membaca di bawah minimum. Sama halnya dengan
keterampilan matematika dan sains, 71% siswa berada di bawah kompetensi
minimum untuk matematika dan 60% siswa di bawah kompetensi minimum untuk
keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan dalam 10-15 tahun terakhir.
2
Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang konsisten
dengan peringkat hasil PISA yang terendah. Bagaimana pendapat Anda?
Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong
peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh
dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021 mendatang, Asesmen Nasional (AN) akan
resmi diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Ujian
Nasional (UN) sudah tidak lagi diberlakukan. Kebijakan ini ditetapkan
berdasarkan hasil koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan
sejumlah dinas dan lembaga terkait.
Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem
pendidikan. Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun
pada pencapaian proses belajar siswa namun memberikan umpan balik untuk
tindak lanjut pembelajaran dan kompetensi siswa.
Kebijakan terkait penerapan Asesmen Nasional (AN) ini telah disampaikan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Anda dapat mendengarkan penjelasannya
lebih detail dengan menyaksikan video yang disampaikan langsung oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Silakan cermati dengan seksama
dan mencatat poin penting yang Anda peroleh.
b. Pentingnya Asesmen Nasional
Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian
siswa dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir, apapun sebutannya.
Keberhasilan sistem pendidikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi
siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Terlebih pada era
transformasi pendidikan abad ke-21, dimana arus perubahan menuntut siswa
menguasai berbagai kecakapan hidup yang esensial untuk menghadapi berbagai
tantangan abad ke-21 dimana siswa memiliki kecakapan belajar dan berinovasi,
kecakapan menggunakan teknologi informasi, kecakapan hidup untuk bekerja dan
berkontribusi pada masyarakat.

3
Pertanyaannya, bagaimana cara mengukur kompetensi tersebut? Ya,
menggunakan Asesmen Nasional. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat
ukur untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa.
Asesmen Nasional tidak hanya memotret hasil belajar kognitif siswa, sebagaimana
yang terjadi dalam Ujian Nasional namun juga memotret hasil belajar sosial
emosional. Termasuk di dalamnya sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang
dapat memprediksi tindakan dan kinerja siswa di berbagai konteks yang relevan.
Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi
rujukan pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan profil pelajar
pancasila ini sudah merangkum serangkaian kecakapan hidup abad 21. Karakter
pelajar Pancasila yang ingin dicapai oleh siswa yaitu:
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
2) Berkebhinekaan global
3) Mandiri
4) Bernalar kritis
5) Kreatif
6) Gotong royong

Untuk itu, penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran
yang berfokus pada pengembangan kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa
dapat diukur dari pemahaman konsep, dan keterampilan menerapkan konsep
dalam berbagai konteks. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai konten
semata, tetapi lebih menguasai pemahaman secara mendalam terhadap konsep
yang dapat diterapkan di berbagai konteks kehidupan. Hal ini yang diharapkan
sebagai peningkatan hasil pembelajaran siswa. Capaian kompetensi siswa secara
holistik inilah yang ingin dievaluasi melalui Asesmen Nasional.
Bagaimana keterkaitan Asesmen Nasional dengan kecakapan abad 21 dan
profil pelajar Pancasila? Simak penjelasannya pada materi yang telah disediakan
berikut ini.

4
2. Pengantar Program Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum.
Sebelum memulai proses belajar, Anda diharapkan mengisi Asesmen Pra
Program yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman awal Anda. Untuk itu,
Anda diminta menjawab sesuai dengan kemampuan Anda. Anda akan diberikan soal-
soal pilihan ganda yang terdiri atas 30 soal. Silakan memilih jawaban menurut Anda
paling tepat.
Bagaimana jika hasil asesmen pra kurang maksimal? Tidak perlu khawatir bila
mendapat hasil yang kurang memuaskan. Pada akhir program, Anda akan mengisi
kembali kuis ini pada aktivitas Asesmen Pasca Program. Anda dapat membandingkan
hasil yang diperoleh antara asesmen pra dengan asesmen pasca. Dengan demikian,
Anda dapat mengukur perkembangan proses belajar secara mandiri.
3. Konsep Asesmen Nasional
a. Pengantar Asesmen Nasional
Pada topik ini, Anda akan lebih jauh mengenal dan memahami mengenai
Asesmen Nasional. Melalui penjelasan pada fase orientasi, apa yang dapat Anda
simpulkan mengenai Asesmen Nasional?
Ya, benar. Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap
sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah.
Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar
(literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim
satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut
diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar
literasi membaca dan numerasi siswa.
Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang
mencerminkan karakter siswa
Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan
proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.
5
Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang
disampaikan terkait konsep dan pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan
kepala sekolah mulai gelisah terkait penghapusan Ujian Nasional dan
pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk menghindari hal itu, pemahaman yang
utuh dan menyeluruh mengenai Asesmen Nasional pun perlu terus disebarluaskan.
b. Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional
Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional
merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh.
Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk
memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan
hasil belajar siswa.
1) Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a)
perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di
dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok
sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar
daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu).
2) Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi
tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa.
3) Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial
sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini
diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk
memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan
manfaat, bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah
menyatakan bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu
sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk
mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah. Berikut infografis yang menjelaskan
manfaat asesmen nasional.

6
Kaitannya dengan infografis tersebut, secara jangka panjang Asesmen
Nasional memberi kesempatan sekaligus menuntut guru dan sekolah untuk
memperbaiki kualitas pengajarannya guna menciptakan siswa yang lebih
kompeten. Hal ini terlihat dari penekanan pembelajaran dan asesmen yang lebih
fokus pada daya nalar dalam bentuk literasi membaca dan numerasi. Hal ini juga
mendorong guru dan sekolah mengubah praktik-praktik pembelajaran lama yang
tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini.
Bagaimana contohnya? Misalnya, guru ingin mengembangkan keterampilan
literasi pada siswa. Dalam hal ini, guru perlu memotivasi siswa untuk membaca
tidak hanya dari buku teks, tetapi bisa dari berbagai sumber. Guru juga perlu
mengajak siswa berdiskusi dan mengevaluasi informasi yang dibaca, tidak sekedar
meringkas dan mengulang kembali. Bagaimana dengan keterampilan numerasi?
Pada keterampilan numerasi, guru perlu memastikan siswa memiliki intuisi angka
(number sense) dan pemahaman aritmatika dasar sejak dini. Guru juga perlu
memandu siswa memecahkan masalah terkait numerasi yang terjadi dalam konteks
kehidupannya. Hal ini disebabkan masalah yang menuntut diskusi dan penalaran
tidak dapat dipecahkan hanya dengan menghafal rumus semata.
c. Membandingkan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional

7
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:
1) Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama.
Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen
Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia,
sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar
siswa secara individu.
2) AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN,
serta program kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan
menengah pertama dan atas saja.
3) Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan
sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu
pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah
melakukan tindak lanjut perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan
hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar
siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
4) Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode
survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari
setiap sekolah. Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan
metode sensus dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5) Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar
pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6) Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional
adalah literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau
minimum yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di
masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret
hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang
memberi kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting dalam
pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar yang
diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
7) Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis
komputer. AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage
Adaptive Testing (MSAT). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi
tes adaptif, dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level
kompetensinya.
d. Evaluasi Ujian Nasional

8
Berdasarkan penjelasan pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah
membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Kebijakan pelaksanaan
Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi yang dilakukan terhadap Ujian
Nasional yang telah berlangsung selama ini. Ujian Nasional menjadi lebih
berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu dan pembelajaran yang
berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan sebagai perbaikan
mutu pendidikan sendiri seringkali terabaikan. Selain itu, beberapa poin evaluasi
berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian
Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional.
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa,
sehingga input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik.
Hal ini belum sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan
Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan untuk
mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan pengetahuan serta konsep
melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan karakter sebagaimana yang
diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan melalui UN
saja.
Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran
pada subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi
dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada
pengembangan kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan
secara nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan
lebih sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai
sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN
tidak bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan
siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari
pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari
ketiga poin tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk
menghadapi Asesmen Nasional adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat
Asesmen Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi
pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi
direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM sebagaimana penilaian
yang berbasis ujian.
4. Teknis Pelaksanaan Asemen Nasional
a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKM

9
Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari penjelasan tentang petunjuk dan teknis
pelaksanaan Asesmen Nasional. Silakan Anda cermati infografik berikut ini.

10
b. Kriteria Peserta Pelaksanaan Asesmen Nasional

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar
dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM.
Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta
didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk
program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik
yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6 program
kesetaraan.
Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa? Hal ini terkait
dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan
untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu.
Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik.
Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen
Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan
sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu
menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari
sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas yang
menjadi target dari Asesmen Nasional.

11
Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI? Hasil
Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan
pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa
yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran
ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga
digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan
pendidikan. Murid kelas V, VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di
sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil
belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh
semua guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta
didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap
tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara
Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai
ujian kesetaraan.
c. Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional
Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.
1) Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
2) Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar
dalam satu
3) Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu
titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4) Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan
nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
5) Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan
jawabannya.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal
yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur
kompetensi mendasar yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan
peminatannya. Oleh karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur
kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata
pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.
5. Asesmen Literasi Membaca Tingkat SMA
a. Konsep Literasi Membaca
Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang
ingin dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih

12
jauh mengenai asesmen Literasi membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu
meninjau kembali apa yang dimaksud dengan literasi membaca dan menulis.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca,
menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk
menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan,
mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan
sosial.
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup
kemampuan yang lebih dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya.
Literasi membaca dan menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan.
Di dalam lingkungan satuan pendidikan, kompetensi literasi yang terus
berkembang memungkinkan siswa untuk dapat menggunakannya dalam berbagai
mata pelajaran.
b. Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Literasi Membaca
Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kompetensi mendasar
yang diperlukan oleh semua siswa untuk mampu mengembangkan kapasitas diri
dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar
yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan numerasi.
Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai
Asesmen Literasi Membaca yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum
yang akan diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca
tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai
konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif.

Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan,


dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi.
Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau
diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca,
level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta
evaluasi dan refleksi. Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau
situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga,
yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.

13
6. Asesmen Numerasi pada Tingkat SMA
a. Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi
Pada Numerasi konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan,
Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar. Kemudian,
tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan
untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga level
tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran. Sedangkan konteks
menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks
pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.

14
b. Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi Tingkat SMA
Pada jenjang SD/MI terdapat 1 level pembelajaran. Pada level
pembelajarannya terdapat 3 konten yang dipelajari yakni, bilangan, geometri dan
pengukuran, aljabar, serta data dan ketidakpastian.
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 8, siswa akan belajar merepresentasikan
bilangan cacah. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain
itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi
dan fungsi bilangan, serta rasio dan proporsi.
7. Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen Kompetensi Minimum
a. Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat Penguasaan Kompetensi
Pada topik-topik sebelumnya Anda telah memahami mengenai konsep
Asesmen Nasional, teknis pelaksanaannya, AKM sebagai bagian dari AN, serta
memahami contoh-contoh butir soal AKM literasi membaca dan numerasi.

15
Sekarang Anda akan menggali pemahaman mengenai apa yang terjadi setelah
Asesmen Kompetensi Minimum dilaksanakan.
Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah
tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi
Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi
dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi.
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat
melihat tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi
membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih
memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca
infografik berikut ini:

Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran


untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan
tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat
diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian
siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang
diharapkan pada suatu mata pelajaran.
b. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan Berbasis Konten

16
Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori
kompetensi dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi
pembelajaran. Sejalan dengan tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai
kompetensi siswa dan peningkatan mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran
pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang berbasis
konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan
baik, misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi
juga mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih
beragam. Misalnya memimpin organisasi.
Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu
mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam
dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis
kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran
berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan
penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan
pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses,
pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi
sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan
untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai.
Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya
karena siswa dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini
mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat
literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis
kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi
tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan
hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa.

17
c. Analisis Kategori Penguasaan Kompetensi untuk Tindak Lanjut Pembelajaran
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan.
Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level
yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana
siswa menjadi lebih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran
mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada
kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi.
Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap
situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru.
Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas
pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri.
Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap
kategori kompetensi siswanya.
Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi
berdasarkan kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini
diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan
membaca dan mencermatinya.

18
8. Asesmen Pasca Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum

19
G. NARASUMBER

Narasumber Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi


Minimum Tahap 2 adalah oleh TIM guru belajar di Dirjen GTK Kementrian Penidikan
dan Kebudayaan.

H. PESERTA BIMTEK
Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum
Tahap 2 diikuti oleh Guru semua jenjang di Seluruh Indonesia yang telah mendaftar
kegiatan Bimtek ini, Adapun kriteria peserta yang bisa mengikuti kegiatan ini adalah :
1. Semua Guru SD, SMP dan SMA/SMK
2. Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA/SMK.
3. Pengawas SD, SMP dan SMA/SMK.
4. Semua Guru SDLB, SMPLB, dan SMALB.
5. Kepala Sekolah SDLB, SMPLB, dan SMALB.
6. Peserta yang berasal dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sederajat SD,
SMP, SMA/SMK.
7. Telah memiliki Akun SIMPKB.

I. HASIL / MANFAAT YANG DIPEROLEH


Hasil / manfaat yang diperoleh dalam Bimbingan Teknis Program Guru Belajar
Seri Asesmen Kompetensi Minimum Tahap 2 antara lain :
1. Pengalaman belajar yang seru.
2. Pengalaman belajar bersama sesama guru, kepala sekolah, pengawas, dan PKBM
sederajat.
3. Pemahaman terhadap Asesmen Kompetensi Nasional.
4. Sertifikat Bimtek 32 JP dan Piagam Penghargaan.

J. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut dari Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum Tahap 2 adalah sebagai berikut:
1. Peserta membuat laporan Bimtek dengan baik benar.
2. Mempersiapkan nilai pengembangan diri dan karya dalam pembelajaran untuk
kenaikan pangkat sedini mungkin.
3. Dapat semakin tergerak untuk menerapkan Pendidikan yang mengacu pada Asesmen
Kompetensi Nasional

20
K. DAMPAK SETELAH MENGIKUTI BIMTEK
Dampak yang diharapkan melalui pelaksanaan Bimbingan Teknis Program Guru
Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum Tahap 2 antara lain:
1. Peningkatan profesional guru, terutama di dalam penyusunan program Pembelajaran
di Sekolah.
2. Tidak mengalami kesulitan dalam perolehan nilai angka kredit terutama dalam
pengembangan diri.
3. Peningkatan profesionalitas guru yang dibuktikan dengan perubahan perilaku,
tingginya kreativitas, dan inovasi dalam pengembangan pembelajaran.
4. Dengan adanya kreativitas guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

L. PENUTUP
Melalui Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi
Minimum Tahap 2 diharapkan dapat meningkatkan semangat guru dalam
mengambangkan Perencanaan dan pengembangan Pembelajaran di Sekolah sehingga
mampu menjawab tantangan yang ada terkait perkembangan siswa Asesmen Kompetensi
Minimum . Selain itu guru juga memperoleh angka kredit unsur pengembangan diri nilai
1. Setelah mengikuti Bimtek ini diharapkan Pembelajaran yang dilakukan guru di dalam
kelas semakin kreatif dan menarik, selain itu kenaikan pangkat guru tidak lagi terkendala.

21
LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Surat Perintah Tugas dari Kepala SMAN 15 BUNGO


2. Undangan
3. Jadwal Kegiatan
4. Daftar Peserta Workshop / Daftar Hadir
5. Sertifikat
6. Foto kegiatan
Lampiran 1
PEMERINTAH PROVINSI JAMBI
DINAS PENDIDIKAN
SMAN 15 BUNGO
Jl. Punai, Ds. Tuo Limbur, SP 4, RT 015/01, Kec. Limbur Lubuk Mengkuang, Kab Bungo
Email : smansallmo1@gmail.com NPSN: 10505106

SURAT TUGAS
No:422/15/SMAN15.BGO/I/2021

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : DWI SUYONO, S.Pd
NIP : 19770605 200312 1 010
Jabatan : Kepala Sekolah
Unit Kerja : SMAN 15 BUNGO
Menugaskan kepada :
Nama : BUDI HARTANTO, S.Pd., Gr.
NIP : 19880701 201503 1 004
Pekerjaan : Guru
Unit Kerja : SMAN 15 BUNGO

Untuk mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada
tanggal 4-8 Januari 2021.
Demikian surat tugas ini kami buat untuk dapat dilaksanakan dengan baik dan penuh
tanggung jawab.

Bungo, 2 Januari 2021


Kepala SMAN 15 BUNGO

DWI SUYONO, S.Pd


NIP. 19770605 200312 1 010
Lampiran 2

Pengumuman Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek)


Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum

Pada laman https://gurubelajar.kemdikbud.go.id/


Lampiran 3

JADWAL KEGIATAN
Bimbingan Teknis (Bimtek)
Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum

Pokok Materi Hari, Tanggal

1. Konsep Asesmen Nasional (6 JP) 4 s.d. 8 Januari 2021

2. Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional secara daring pada laman

(4 JP) https://gurubelajar.kemdikbud.go.id

3. Asesmen Literasi Membaca (5 JP) /

4. Asesmen Numerasi (5 JP)

5. Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen

Kompetensi Minimum (10 JP)

6. Asesmen Pra dan Pasca Program (2 JP)


Lampiran 4

Mengikuti Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek)


Program Guru Belajar Seri Masa Pandemi Covid-19

Pada laman https://gurubelajar.kemdikbud.go.id/


Lampiran 6

Foto Kegiatan
Bimbingan Teknis (Bimtek)
Program Guru Belajar Seri AKM
MATRIK KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI
Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Guru Belajar Seri AKM

Tempat Jumlah Jam


Nama Diklat Nama Fasilitator Mata Diklat/ Kompetensi Penyelenggara Kegiatan Dampak
Kegiatan Kegiatan Diklat

Guru Belajar Seri Daring 32 Jam Tim 1. Konsep Asesmen Direktorat Jenderal Guru Guru memiliki
Asesmen /Online /PJJ GTK Kemdikbud Nasional (6 JP) dan Tenaga kemampuan untuk
Kompetensi 2. Teknis Pelaksanaan Kependidikan memahami tujuan,
Minimum (AKM) Asesmen Nasional (4 konsep dan bentuk
JP) pelaksanaan Asesmen
3. Asesmen Literasi Nasional, serta dapat
Membaca (5 JP) menganalisis contoh
4. Asesmen Numerasi (5 asesmen literasi
JP) membaca dan
5. Tindak Lanjut Laporan numerasi pada
Hasil Asesmen Asesmen Kompetensi
Kompetensi Minimum Minimum.
(10 JP)
6. Asesmen Pra dan Pasca
Program (2 JP)

Anda mungkin juga menyukai