T WILMAR
KELOMPOK 3
MANAJEMEN AGRIBISNIS
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu mewujudkan makalah
ini. Khususnya kepada dosen dan asisten dosen yang telah memberikan saran dan nasehatnya dalam
menyelesaikan makalah ini. Serta ucapan terima kasih dan dalam kami sampaikan kepada semua
pihak yan telah terlibat dalam penyusuna makalah ini.
Namun demikian kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu kami sangat mengharapkan sekali saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak dan para pembaca umumnya. Karena tidak ada pekerjaan manusia yang sempurna tanpa
bantuan serta izin-Nya.
Serta kami berharap agar karya tulis ini dapat memberikan pencerahan dan manfaat bagi
setiap orang yang membacanya, juga dapat memberikan kami pengalaman yang baik dalam pembuat
karya tulis ilmiah di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Perencanaan................................................................................................6
2.2 Proses Perencanaan........................................................................................................7
2.3 Pengertian Rencana Strategis.....................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................13
2.1 PROSEDUR PERENCANAAN.............................................................................13
2.1.1 WHAT...............................................................................................................13
2.1.2 WHEN...............................................................................................................14
2.1.3 WHERE............................................................................................................15
2.1.4 WHO..................................................................................................................15
2.1.5 WHY..................................................................................................................17
2.1.6 HOW..................................................................................................................18
2.1 HIERARKI PERENCANAAN...............................................................................19
2.2 KURUN WAKTU PERENCANAAN....................................................................20
BAB IV....................................................................................................................................21
KESIMPULAN.......................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Pada tahap ini, perncanaan baru pada tahap inventarisasi sumber manusia
dan materiil yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan yang ada. Perhitungan
biaya. Berdasarkan data biaya tahun sebelumnya, tiap butir kebutuhan dihitung
biayanya dengan memperhitungkan fluktuasi kerja. Jika perhitungan biaya telah
selesai, perencanaan dapat mengetahui, jumlah keseluruhan biaya yang di butuhkan
untuk keseluruhan program. Penentuan target. Merupakan aktivitas perencanaan
untuk mengkkaji dan meneliti kembali kebutuhan yang telah di identifikasikan
menetapkan prioritas program serta menetapkan tingkan pencapaian yang realistic
dari tujuan yang di tetapkan.
f. Tahap evaluasi dan perencanaan ulang. Selama rencana ini dilaksanakan, perlu
ditetapkan mekanisme evaluasi tentang kemajuan yang di capai serta mendeteksi
deviasi atau penyimpangan. Proses evaluasi dilaksanakan secara berkesinambung,
sedang saat pelaporan dapat dilakukan secara berkala. Evaluasi mempunyai dua
makna, yakni:
Uraian diatas, memberikan suatu gambaran bahwa dalam proses perencanaan haruslah
dimulai dengan tahapan pra perencanaan, kemudian perencanaan awal, tahapan evaluasi
rencana, elaborasi rencana, kemudian mengarah pada implementasi rencana dan yang terakhir
adalah tahap evaluasi dan perencanaan ulang.
berikut :
1) Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan-pernyataan umum tentang misi dan
tujuan organisasi.
4) Analisa internal perusahaan – kekuatan dan kelemahan organisasi. Analisis ini dilakukan
dengan memperbandingkan profil perusahaan dengan lingkungan eksternal. Tujuan proses
analisa internal adalah untuk mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan strategik yang penting bagi perumusan strategi perusahaan
7) Pengembangan strategi perusahaan. Setelah tujuan jangka panjang dan strategi dipilih dan
ditetapkan, organisasi perlu menjabarkannya ke dalam sasaran-sasaran jangka pendek
(tahunan) dan strategi-strategi operasional
9) Peninjauan kembali dan evaluasi, untuk menilai apakah organisasi berjalan ke arah tujuan
yang telah ditetapkan atau tid
BAB III
PEMBAHASAN
2.1.1 WHAT
Dalam merumuskan prosedur perencanaan, salah satu pertanyaan yang bisa
digunakan adalah What atau Perencanaan apa yang akan dibuat oleh
Perusahaan. Berdasarkan kasus permasalahan yang ada dan solusi yang telah
dibuat, perusahaan/organisasi akan membuat perencanaan berkelanjutan yang
mencakup langkah-langkah berikut:
Pengembangan Peraturan
Perusahaan akan mengembangkan Peraturan yang berfokus pada praktik
pertanian berkelanjutan, yang akan mencakup panduan operasional yang jelas
untuk semua aspek perkebunan kelapa sawit.
Penjadwalan Pelaksanaan
Perusahaan akan membuat jadwal implementasi Peraturan, yang akan
mencakup tahapan awal, pengembangan Peraturan, pelatihan personel,
pelaksanaan, dan penyebaran luas Peraturan ke seluruh operasi.
Pendanaan dan Alokasi Sumber Daya
Perusahaan akan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan, termasuk
anggaran untuk pelatihan, peralatan, dan personel yang diperlukan untuk
menjalankan Peraturan.
Pelatihan Personel
Pelatihan akan diberikan kepada personel perusahaan untuk memastikan
pemahaman yang baik tentang Peraturan dan praktik pertanian berkelanjutan.
Monitoring dan Evaluasi
Perusahaan akan mengembangkan sistem pemantauan dan evaluasi yang
memungkinkan untuk mengukur kepatuhan terhadap Peraturan dan
dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Komunikasi dan Keterlibatan Pihak Berkepentingan
Perusahaan akan mengembangkan strategi komunikasi yang efektif untuk
menjelaskan kepada semua pihak berkepentingan, termasuk masyarakat lokal,
organisasi lingkungan, dan pemegang saham, tentang implementasi praktik
pertanian berkelanjutan.
2.1.2 WHEN
Terkait dengan waktu pelaksanaan kegiatan berdasarkan aturan yang telah
dibuat sebelumnya, maka diperlukan Tindakan cepat untuk melaksanakakan
hal tersebut.
2.1.3 WHERE
Pada tahap ini kami menganalisis tempat dimana nanti kegiatan yang telah
kami rancang akan dilaksanakan. Peraturan yang telah dibuat nantinya akan
diimplementasikan pada beberapa sektor tempat di lingkungan Perusahaan.
Lahan Perkebunan
Sebagian besar kegiatan praktik pertanian berkelanjutan akan dilaksanakan di
lahan perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Hal Ini mencakup pengelolaan
lahan, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida yang ramah lingkungan, dan
praktik-praktik lain yang berdampak pada pertanian.
Pabrik Pengolahan
Bagian dari implementasi praktik berkelanjutan mungkin juga terkait dengan
pabrik pengolahan kelapa sawit. Ini termasuk pengelolaan limbah, efisiensi
energi, dan praktik-proses lainnya yang dapat berdampak pada keberlanjutan.
Area Pengembangan Baru
Jika perusahaan memiliki rencana ekspansi ke area baru, implementasi praktik
berkelanjutan dapat dimulai dari tahap perencanaan dan pengembangan awal
di area ini.
2.1.4 WHO
Dalam pengimplementasian peraturan yang telah dibuat, ada beberapa pihak
yang terlibat dalam pengimplementasian keputusan tersebut. Dimulai dari
pihak manajemen Perusahaan hingga ke berbagai pihak terkait.
1. Direktur/Direktur Utama (CEO):
Keterlibatan: Memberikan dukungan dan komitmen tingkat tinggi terhadap
praktik pertanian berkelanjutan. Membuat keputusan strategis terkait dengan
alokasi sumber daya dan penentuan tujuan berkelanjutan perusahaan.
Kontribusi: Menetapkan visi dan misi perusahaan dalam konteks
keberlanjutan. Mengkomunikasikan komitmen perusahaan kepada seluruh
organisasi dan pemangku kepentingan eksternal.
2. Manajer Umum (COO/Chief Operating Officer):
Keterlibatan: Bertanggung jawab atas pengelolaan operasional perusahaan dan
pelaksanaan praktik pertanian berkelanjutan di lapangan.
Kontribusi: Mengkoordinasikan implementasi SOP, pengelolaan tim
operasional, pemantauan pelaksanaan, dan pelaporan kemajuan kepada
manajemen tingkat atas.
3. Manajer Keuangan (CFO/Chief Financial Officer):
Keterlibatan: Merencanakan alokasi anggaran untuk implementasi praktik
berkelanjutan, memantau pengeluaran, dan memastikan keberlanjutan
keuangan dalam pelaksanaan.
Kontribusi: Menyediakan dana yang diperlukan untuk pelatihan, peralatan, dan
sumber daya lainnya yang dibutuhkan untuk implementasi praktik
berkelanjutan.
4. Manajer Sumber Daya Manusia (SDM/HR):
Keterlibatan: Bertanggung jawab atas pengelolaan personel dan pelatihan
karyawan yang terkait dengan praktik pertanian berkelanjutan.
Kontribusi: Mengorganisir pelatihan, mengawasi pengembangan karyawan
dalam hal pemahaman tentang SOP, dan memastikan kepatuhan tim SDM
terhadap praktik berkelanjutan.
5. Manajer Produksi:
Keterlibatan: Bertanggung jawab atas pelaksanaan praktik pertanian
berkelanjutan di lapangan, termasuk pengelolaan lahan, pemilihan pupuk, dan
penggunaan pestisida yang berkelanjutan.
Kontribusi: Memastikan bahwa operasi produksi sesuai dengan SOP yang
ditetapkan dan melibatkan staf produksi dalam pelaksanaan praktik
berkelanjutan.
6. Manajer Pemasaran:
Keterlibatan: Terlibat dalam komunikasi dan pemasaran praktik pertanian
berkelanjutan kepada pelanggan, pemangku kepentingan, dan masyarakat.
Kontribusi: Mengembangkan strategi pemasaran yang menyoroti manfaat
praktik berkelanjutan dan memastikan komunikasi efektif dengan semua
pemangku kepentingan.
7. Staf:
Keterlibatan: Staf di seluruh tingkatan organisasi akan terlibat dalam
pelaksanaan praktik pertanian berkelanjutan sesuai dengan SOP yang
ditetapkan.
Kontribusi: Melaksanakan praktik-praktik sehari-hari di lapangan, melaporkan
masalah atau perbaikan yang diperlukan, serta berpartisipasi dalam pelatihan
dan pemantauan praktik berkelanjutan
2.1.5 WHY
ada beberapa alasan yang mendasari kenapa perencanaan akan pembuatan
keputusan tersebut dibuat, salah satunya adalah untuk mengatasi permasalahan
limbah yang terjadi dan juga sebagai panduan untuk mencegah hal yang serupa
supaya tidak terjadi lagi dikemudian hari. Secara lebih rinci kenapa peraturan
ini dibuat adalah
1. Mengatasi Permasalahan Lingkungan
Perkebunan kelapa sawit, seperti banyak industri pertanian lainnya, dapat
memiliki dampak negatif pada lingkungan, seperti pencemaran air, deforestasi,
dan degradasi lahan. Pembuatan perencanaan praktik berkelanjutan bertujuan
untuk mengurangi dampak-dampak ini, mengelola limbah dengan lebih baik,
dan melestarikan ekosistem alam yang rentan.
2. Pencegahan Masalah Masa Depan
Praktik berkelanjutan juga dirancang sebagai langkah-langkah pencegahan.
Dengan menerapkan SOP dan peraturan yang ketat, perusahaan dapat
mencegah terulangnya masalah seperti pencemaran air, kerusakan lingkungan,
atau konflik dengan masyarakat lokal di masa mendatang.
3. Kepatuhan terhadap Peraturan dan Regulasi
Perencanaan ini juga dimotivasi oleh persyaratan hukum dan regulasi yang
mengatur industri pertanian. Perusahaan perlu mematuhi aturan-aturan ini dan
menjaga agar operasinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Banyak perusahaan mengadopsi praktik berkelanjutan sebagai bagian dari
tanggung jawab sosial mereka. Ini mencakup kewajiban etis untuk
memberikan manfaat kepada komunitas lokal, dan menjaga integritas
lingkungan.
5. Keberlanjutan Bisnis
Selain keberlanjutan lingkungan dan sosial, praktik berkelanjutan juga terkait
dengan keberlanjutan bisnis. Mengelola sumber daya alam dengan bijak dan
mengurangi dampak negatif dapat membantu menjaga kelangsungan operasi
perusahaan jangka panjang.
6. Citizenship Global dan Reputasi
Dalam era globalisasi, perusahaan juga harus mempertimbangkan reputasi
mereka di tingkat global. Mengadopsi praktik berkelanjutan dapat
meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan dan mitra bisnis di seluruh
dunia.
2.1.6 HOW
Dalam penerapan perencanaan peraturan yang telah dibuat, maka diperlukan
cara untuk mengimplementasikan hal tersebut supaya dapat berjalan secara
baik dan menghasilkan hasil yang optimal dan juga sesuai dengan tujuan
dibuatnya peraturan tersebut. Secara lebih detai Upaya atau cara untuk
memastikan pelaksanaan yang baik adalah :
1. Pengembangan Peraturan yang Tepat
Peraturan atau SOP harus dirancang dengan sangat hati-hati dan
mempertimbangkan semua aspek yang relevan. Mereka harus mencakup
praktik-praktik yang akan diterapkan, panduan langkah-demi-langkah, dan
kriteria kepatuhan.
2. Pelatihan dan Pendidikan
Sebelum peraturan diterapkan, semua personel yang akan terlibat dalam
pelaksanaan peraturan tersebut perlu menjalani pelatihan yang mencakup
pemahaman tentang isi peraturan dan cara melaksanakannya dengan benar.
3. Konsultasi dan Keterlibatan Pihak Terkait
Melibatkan pemangku kepentingan, termasuk staf lapangan, dalam proses
pengembangan peraturan adalah penting. Ini akan memungkinkan mereka
untuk memberikan masukan, mengidentifikasi potensi hambatan, dan merasa
memiliki peran dalam pelaksanaan.
4. Pemantauan dan Pelaporan
Setelah peraturan diterapkan, perlu ada sistem pemantauan yang efektif untuk
memastikan kepatuhan. Staf harus mengikuti peraturan dan melaporkan secara
berkala tentang kemajuan dan masalah yang mungkin muncul.
5. Perbaikan Berkelanjutan
Hasil pemantauan harus digunakan untuk perbaikan berkelanjutan. Jika
terdapat pelanggaran atau masalah, tindakan korektif harus diambil secepat
mungkin. Selain itu, peraturan itu sendiri juga harus dievaluasi dan diperbarui
jika diperlukan.
6. Transparansi dan Komunikasi
Penting untuk menjaga komunikasi terbuka tentang peraturan kepada semua
pihak terkait, termasuk staf, pihak berwenang, dan masyarakat lokal. Ini
menciptakan pemahaman yang lebih baik dan dapat mencegah ketidakpastian.
7. Pendanaan yang Cukup
Memastikan bahwa ada dana yang cukup untuk mendukung implementasi
peraturan dan pemantauan adalah langkah penting. Ini termasuk alokasi
anggaran untuk pelatihan, pemantauan, dan pengadaan peralatan jika
diperlukan.
8. Komitmen Manajemen Tingkat Atas
Manajemen tingkat atas perlu mendukung peraturan dan menunjukkan
komitmen mereka untuk kepatuhan. Ini menciptakan budaya yang
mengutamakan keberlanjutan di seluruh organisasi.