Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika menggunakan suatu pendekatan deduktif dalam menurunkan teori-


teori yang ada di dalamnya. Mendidik melalui matematika dan mendidik dalam
matematika merupakan suatu wahana dalam mempersiapkan anggota masyarakat agar
dapat menikuti perkembangan teknologi serta dapat memecahkan masalah yang
ditemukan dalam bermasyarakat.
Bekerja secara matematis tidak hanya sekedar berfikir sistematis, mengumpulkan
aksioma, atau proses mental dan keterampilan berargumentasi, tetapi dalam matematika
juga memberikan ketrampilan berteknologi dalam menyelesaikan masalah disampin juga
kecakapan hidup lainnya.
Dengan demikian kurikulum Matematika yang dikembangkan sudah sepantasnya
mempertimbangkan hal-hal yang sudah dikemukakan di atas. Diharapkan, setelah peserta
didik mengkaji seluruh komponen dalam kurikulum dan memperdalam konten
matematika, peserta dapat memiliki kompetensi sesuai dengan yang telah
dirumuskan.Karena itu pendalaman matematika Tsanawiyah ini diawali dengan analisa
kurikulum, sehingga sejauh mana ruang lingkup minimal matematika yang harus dikuasai
siswa.
Strategi pembelajaran dirumuskan berdasarkan silabus yang dikembangkan
dengan memberdayakan sebesar-besarnya sumber belajar yang ada di sekitar sekolah.
Pemberdayaan berbagai sumber belajar ini memungkinkan masing-masing guru akan
memilih strategi pembelajaran sesuai dengan kasrakteristik siswa bersangkutan.
Secara keseluruhan dalam pendalaman untuk mata pelajaran matematika haruslah
diawali dengan memahami peta konsep matematika Tsanawiyah, sehingga pendalaman
matematika selanjutnya, benar-benar mengembangkan dan memberikan pengayaan bagi
guru untuk disampaikan kepada siswa.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 1


B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membahas tentang Pendalaman materi dasar pada mata pelajaran
Matematika di Madrasah Tsanawiyah

C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan memiliki
pengetahuan dan memahami tentang bagaimana Konsep-konsep minimal yang sesuai
Standar pada mata pelajaram matematika di Madrasah Tsanawiyah
Adapun Kompetensi Dasar yang diharapkan adalah :
1. Memahami Standar Isi pada Matematika Tsanawiyah
2. Memahami Standar Proses pada Matematika Tsanawiyah
3. Memahami Daya Matematika
4. Memahami Konsep Matematika Tsanawiyah

D. Pokok Bahasan dan sub Pokok Bahasan


1. Matematika Madrasah Tsanawiyah
1.1. Matematika
1.2. Standar Isi Matematika Madrasah Tsanawiyah
1.3. Standar Proses pada Matematika
1.4. Daya Matematika
2. Peta Konsep dan Ruang lingkup matematika Tsanawiyah
2.2. Peta Konsep Bilangan dan materi Bilangan pada Tsanawiyah

E. Metode Pembelajaran
Proses pembelajaran antara lain menggunakan :

Ceramah

Tanya jawab

Penugasan

Diskusi

Latihan

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 2


F. Manfaat

Anda sebagai Guru matematika Tsanawiyah dan Warga Sekolah akan memperoleh
manfaat dari modul ini berupa pendalaman matematika dasar pada Tsanawiyah pada
konsep Bilangan yang diterapkan dan diakui, baik secara nasional. Disamping
pemahaman tersebut dengan contoh-contoh yang dikemukakan pada modul ini, anda
akan memiliki ketrampilan mambina dan mengembangkan diri agar menjadi guru yang
dapat mengembangan matematika yang sesuai Standar Isi . Selanjutnya Anda akan
mengetahui pula cara melakukan perubahan kaitannya dengan kebutuhan dan
perkembangan IPTEK sehinggga berdampak bagi pendidikan ke arah perbaikan dan
kemajuan.

G. Petunjuk Penggunaan Modul


Bagi Widyaiswara/Fasilitator

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik sesuai yang tercantum di atas pada
modul ini, maka hendaknya Anda memperhatikan petunjuk di bawah ini :

Sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan hendaknya Anda terlebih dahulu


mempelajari modul ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam proses belajar mengajar kediklatan hendaknya Anda menggunakan pendekatan
andragogi dan memiliki metode-metode yang mampu mengaktifkan peserta diklat,
antara lain metode tanya jawab, diskusi, latihan dan penugasan.
Pada penjelasan hubungan antara standar isi matematika dengan pendalaman materi
dasar matematika ini sebaiknya dilakukan variasi antara metode latihan penugasan
dan diskusi.
Pada metode diskusi dilakukan dua tahap yaitu diskusi kelompok dan diskusi pleno.
Ketika diskusi kelompok agar ditetapkan lokus atau andalan dari salah seorang
anggota kelompok diskusi untuk memperoleh Pendalaman materi minimal pada
matematika Tsanawiyah sesuai Standar Nasional.

Bagi Peserta Diklat

Untuk memahami isi modul ini dan mampu menerapkannya dalam kegiatan belajar
mengajar pada kegiatan diklat, maka diharapkan Anda mengikuti petunjuk di bawah ini :

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 3


Pelajari dengan seksama setiap materi kegiatan pembelajaran dari pembelajaran 1
sampai dengan kegiatan pembelajaran 2 berikut lampiran modul ini.
Laksanakan kegiatan latihan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran pada modul ini
sehingga Anda merasakan memiliki kemampuan dalam memahami dan
menerapkannya
Jawablah dengan cermat setiap soal-soal yang terdapat pada evaluasi, jika Anda
mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut Anda dapat mencocokkan
dengan kunci jawaban yang terlampir pada modul ini.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 4


BAB II
Kegiatan Belajar 1
KEGIATAN PEMBELAJARAN-1
MATEMATIKA PADA MADRSAH TSANAWIYAH

A. Kompetensi Dasar 1
Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta mampu mendeskripsikan esensi
Matematika pada pembelajaran matematika pada Tsanawiyah.

B. Materi Pokok

1. Matematika Madrasah

2. Peta Konsep pada MatematikaTsanawiyah

3. Ruang lingkup Matematika Tsanawiyah

4. Standar Proses Matematika

5. Daya Matematika

C. Uraian Materi

1. Matematika Madrasah
Pada Matematika Madrasah Tsanawiyah ada enam prinsip dasar harus diperhatikan
dalam pengembangan silabus matematika berdasar kompetensi, yakni : (1) kesempatan
belajar bagi semua subyek didik tanpa kecuali, (2) kurikulum tidak hanya merupakan
kumpulan materi ajar melainkan dapat merefleksikan kegiatan matematika secara koheren,
(3) pembelajaran matematika memerlukan pemahaman tentang kebutuhan belajar siswa,
kesiapan belajar dan pelayanan fasilitas pembelajaran, (4) kesempatan bagi siswa untuk
mempelajari matematika secara aktif untuk membangun struktur konsep melalui
pengetahuan dan pengalamannya, (5) perlunya kegiatan asesmen untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dari waktu ke waktu, dan (6) pemanfaatan berbagai macam strategi
dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan
konteks pembelajaran.

Pendidikan matematika berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang


seyogyanya dimiliki oleh lulusan; sehingga kurikulum dikembangkan berdasar penjabaran

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 5


dari standar kompetensi menjadi kompetensi dasar. Standar kompetensi merupakan
kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan dalam pembelajaran matematika;
sedangkan kompetensi dasar merupakan kemampuan minimal dalam mata pelajaran
matematika yang harus dimiliki oleh siswa. Kompetensi dasar dapat berupa kemampuan
afektif, kognitif maupun psikomotor.

Permasalahan pokok dalam pembelajaran matematika berkaitan dengan tujuan


pembelajaran, cara mencapai tujuan tersebut serta bagaimana mengetahui bahwa tujuan
tersebut telah tercapai. Oleh karena itu, silabus mata pelajaran matematika perlu disusun
sehingga memuat garis-garis besar materi pembelajaran yang mengacu pada karakteristik
matematika sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Nafas dari Standar Isi adalah pada pengembangan pengalaman belajar tangan pertama,
contextual teaching and learning (CTL), meaningful teaching, dengan memperhatikan
kecakapan hidup (life skill) baik berupa generic skill (kecakapan personal, kecakapan
sosial, kecakapan akademik dan kecakapan ketrampilan). Semua kemampuan/kompetensi
yang dikembangkan dinilai dengan prinsip penilaian/asesmen otentik tidak hanya pada
tingkat ingatan dan pemahaman tetapi sampai ke penerapan.

2. Peta Konsep matematika Tsanawiyah


Sebagaimana dalam Standar Isi yang ditetapkan secara Nasional pada mata
pelajaran matematika dituliskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika


dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 6


3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain


untuk memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu


memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari tujuan sebagaimana dituliskan di atas maka kita mencoba menganalisa


Standar Isi Matematika yang telah ditetapkan (Lihat lampiran 1) maka akan kita
peroleh

Peta konsep Standar Isi matematika Tsanawiyah sebagai berikut :

Aljabar :
1. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
2.1 Mengenali bentuk aljabar dan unsur-unsurnya
2.2 Melakukan operasi pada bentuk aljabar
2.3 Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
2.4 Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel
2. Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel,
dan perbandingan dalam pemecahan masalah
3.1 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
3.2 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
3.3 Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika
sosial yang sederhana
3.4 Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah
3. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah
4.1 Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya
4.2 Memahami konsep himpunan bagian
4.3 Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (difference), dan
komplemen pada himpunan

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 7


4.4 Menyajikan himpunan dengan diagram Venn
4.5 Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah
4. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus
1.1 Melakukan operasi aljabar
1.2 Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya
1.3 Memahami relasi dan fungsi
1.4 Menentukan nilai fungsi
1.5 Membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat
Cartesius
1.6 Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus
5. Memahami sistem persa-maan linear dua variabel dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah
2.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
2.2 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel
2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya

Bilangan :
1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah

2. Memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar serta penggunaannya


dalam pemecahan masalah sederhana
5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar
5.2 Melakukan operasi aljabar yang melibatkan bilangan berpangkat bulat dan
bentuk akar
5.3 Memecahkan masalah sederhana yang berkaitan dengan bilangan
berpangkat dan bentuk akar
3. Memahami barisan dan deret bilangan serta penggunaannya dalam pemecahan
masalah
6.1 Menentukan pola barisan bilangan sederhana

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 8


6.2 Menentukan suku ke-n barisan aritmatika dan barisan geometri
6.3 Menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret geometri
6.4 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan barisan dan deret

Geometri dan Pengukuran :


1. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut,
serta menentukan ukurannya
 Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut
 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua
garis sejajar berpotongan dengan garis lain
 Melukis sudut
 Membagi sudut
2. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium,
jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
6.4 Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu
3. Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah
3.1 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi
segitiga siku-siku
3.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan Teorema
Pythagoras
4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
4.1 Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran
4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran
4.3 Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam
pemecahan masalah
4.4 Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran
4.5 Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segitiga
5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta
menentukan ukurannya
5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-
bagiannya

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 9


5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas
5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas
6. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah
1.1 Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen
1.2 Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen
1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah
7. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya
2.1 Mengidentifikasi unsur-unsur tabung, kerucut dan bola
2.2 Menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola
2.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut dan bola

Statistika dan Peluang :


1) Melakukan pengolahan dan penyajian data
 Menentukan rata-rata, median, dan modus data tunggal serta penafsirannya
 Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, dan lingkaran
2) Memahami peluang kejadian sederhana
 Menentukan ruang sampel suatu percobaan
 Menentukan peluang suatu kejadian sederhana

3. Ruang Lingkup Matematika pada Tsanawiyah

Proses belajar matematika, tetap mengacu kepada kemampuan siswa untuk


menemukan pola dan kaitan, mengembangkan berpikir logis, kritis dan sistematis,
melakukan kegiatan problem solving serta mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Kemampuan tersebut dituangkan dan dikembangkan dalam proses belajar yang contextual
sehingga mempermudah siswa untuk mengaplikasikannya.
Content/isi yang perlu dicapai oleh siswa Tsanawiyah adalah : (KTSP)

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMP/MTs meliputi aspek-


aspek sebagai berikut.

a. Bilangan
b. Aljabar

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 10


c. Geometri dan Pengukuran
d. Statistika dan Peluang.

4. Standar Proses Pada matematika

Pengajaran matematika tidaklah semudah menyampaikan sesuatu yang bisa di


ulang kemudian dihapal karena banyak bukti yang memperlihatkan bahwa sebagikan
besar siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Pembelajaran
matematika atau matermatika sekolah didefinisikan sebagai berikut (Kurikulum 2004,3):
1) Matematika sebagai kegiatan menemukan pola dan kaitan. Implementasinya adalah :
a) memberikan kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan menemukan dan
menyelidiki pola untuk menentukan (?).
b) membeirkan kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan mencoba dengan
berbagai cara.
c) memotivasi siswa untuk menemukan adanya perbedaan, perbandingan,
pengidentifikasian dsb.
d) memotrivasi siswa untuk mengambil kesimpulan
e) membantu siswa menemukan antara pemahaman satu dengan lainnya.

2) Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan intuisi. Implementasinya adalah :


a) memberikan kesempatan berpikir berbeda serta untuk selalu berinisiatif
b) rasa ingin tahu, bertanya, menyanggah dan kemampuan memperkirakan senantiasa
di motivasi untuk selalu muncul.
c) menghargai penemuan yang di luar perkiraan sebagai hal yang bermanfaat
d) mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika
e) memotivasi siswa menghargai penemuan temannya
f) berfikir refleksif senantiasa dikembangkan
g) menggunakan berbagai metode

3). Matematika sebagai kegiatan problem solving. Implementasinya di dalam


pembelajaran adalah :

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 11


a) lingkungan belajar matematika senantiasa mendorong untuk munculnya masalah
dalam matematika
b) siswa memecahkan permasalahannya sendiri, guru hanyalah mendorong dan
membantu
c) informasi dibuka seluas-luasnya untuk membantu siswa menyelesaikan masalah
dalam matematika
d) memotivasi, mengarahkan siswa untuk dapat berpikir secara logis, konsisten dan
sistematis
e) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah siswa
f) mempermudah menggunakan alat peraga yang diperlukan, contoh : komputer,
calculator dsb

4). Matematika sebagai alat komunikasi. Implementasi dalam pembelajaran:


g) memotivasi siswa untuk menjelaskan matematikaterhadap siswa lain
h) mendorong siswa untuk menjelaskan matematika terhadap guru
i) mendorong siswa untuk membicarakan masalah dalam matematika
j) mendorong siswa untuk membaca dan menulis masalah dalam matematika

5. Daya Matematika
Sumarmo (2004) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika termasuk
evaluasi hasil belajar siswa, hendaknya mengutamakan pengembangan daya matematik.
Dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 1989), kemampuan siswa
yang harus diases adalah daya matematik. Daya matematik meliputi kemampuan
penalaran, koneksi, pemecahan masalah dan komunikasi.
Secara rinci, dalam NCTM (1989) dijelaskan bahwa 1) penalaran siswa
dikembangkan di dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika utamanya
ditujukan sebagai sarana siswa untuk belajar bernalar, membuat dan menyelidiki
konjektur, mengevaluasi dan mengembangkan bukti, menggunakan beragam cara untuk
membuktikan; 2) kemampuan koneksi meliputi kemampuan untuk mencari hubungan
dengan konsep-konsep lain, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari; 3)

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 12


pemecahan masalah meliputi belajar gagasan dan kompetensi melalui permasalahan,
memecahkan permasalahan yang timbul dari matematika atau bidang lain, menerapkan
berbagai strategi untuk memecahkan masalah dan merefleksikan proses pemecahan
masalah; 4) kemampuan komunikasi adalah kemampuan untuk menjelaskan ide
matematik secara lisan dan tulisan dengan menggunakan gambar, grafik atau benda nyata.
Komunikasi matematik sangat berkaitan dengan kemampuan representasi siswa.
Dalam NCTM (2000) representasi merupakan salah satu kunci keterampilan komunikasi
matematik. Dengan demikian, jika pembelajaran matematika menekankan pada
keterampilan dan kemampuan representasi, hal tersebut melatih keterampilan siswa dalam
komunikasi matematik.
Komunikasi matematik meliputi pula kemampuan untuk mendengar, berdiskusi
dan menulis tentang matematika, membuat konjektur dan menyusun argumen serta
merumuskan definisi dan generalisasi, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang
matematika. Ketika siswa menghadapi masalah, siswa diberikan waktu untuk menyatakan
masalahnya dengan kata-kata sendiri. Selanjutnya komunikasi matematik adalah
kemampuan melakukan konjektur dari hasil eksplorasi yang dilakukan siswa diiringi
memberikan alasan terhadap pola yang ditemukan siswa.
Kemampuan siswa untuk memberikan alasan terhadap pola yang ditemukan,
termasuk salah satu daya matematik aspek pemecahan masalah. Secara terperinci, menurut
Polya (1978) langkah-langkah pemecahan masalah adalah kemampuan memahami
masalah, menyusun rencana pemecahan, melaksanakan rencana pemecahan dan meninjau
kembali.
Memahami masalah adalah langkah pertama yang paling penting dalam
pemecahan masalah. Kesalahan memahami masalah akan berakibat tidak selesainya
pemecahan masalah secara tepat. Kemampuan memahami masalah dengan baik,
memberikan dampak terhadap terselesaikannya masalah. Pada tahapan ini siswa
memerlukan waktu untuk bereksplorasi terhadap masalahnya sehingga siswa dapat
merepresentasikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.
Pemahaman terhadap suatu masalah, membutuhkan penguasaan konsep dan
sejumlah strategi. Penguasaan strategi dalam pemecahan masalah secara heuristik
memberikan dampak yang cukup besar untuk rasa percaya diri, tak kenal rintangan dan

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 13


kreativitas dalam pemecahan masalah. Dalam Learning to Think Mathematically
(Schoenfeld, 1992), strategi heuristik antara lain menemukan pola, menyusun tabel,
memperhitungkan semua kemungkinan, melakukan (act it out), membuat model, menduga
dan memeriksa, bekerja mundur, membuat gambar, bentuk atau grafik, memilih lambang
yang cocok, menyatakan masalah dengan kata-kata sendiri, mengidentifikasi informasi
yang dicari, diketahui dan diperlukan, menulis kalimat terbuka, mengidentifikasi bagian
dari tujuan, menyederhanakan masalah, mengubah pandangan dan memeriksa kembali.
Pemahaman terhadap masalah yang dikembangkan dengan penguasaan konsep dan
tahapan strategi diimplementasikan secara bertahap. Pengalaman bereksplorasi,
menemukan pola, dalam pembelajaran akan melancarkan siswa dalam melaksanakan
rencana pemecahan masalah.
Implementasi di lapangan merupakan satu tahapan yang belum tuntas di dalam
proses pemecahan masalah. Sangat mungkin jawaban tidak masuk akal, jawaban dapat
lebih dari satu, adanya proses lain untuk memperoleh jawaban lain merupakan tahapan
meninjau kembali hasil yang telah diperoleh.
Uraian daya matematik di atas merupakan standar proses pembelajaran matematika
yang diimplementasikan melalui isi (content) dalam matematika. Standar isi matematika
adalah bilangan, aljabar, geometri, peluang/data dan pengukuran, dijadikan kendaraan
untuk memproses ditingkatkannya daya matematik. Pada setiap materi matematika
terdapat kekhasan yang bisa direncanakan untuk mengembangkan daya matematik. Guru
sangat sulit untuk mengembangkan semua daya matematik pada setiap tatap muka selama
proses pembelajaran. Tentunya guru harus merancang dan merencanakan daya matematik
yang akan dikembangkan.
Pengembangan daya matematik memerlukan pembelajaran yang diarahkan pada
pengembangan berpikir tingkat tinggi. Menurut Bloom (dalam As’ari, 2005) tahapan
berpikir siswa dalam area kognitif mulai dari pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi, sangat diperlukan implikasinya di dalam pembelajaran. Siswa bukan hanya
diberikan pengetahuan, fakta dan rumus-rumus saja, tetapi mereka dapat berpikir secara
kritis tentang pengetahuan yang mereka peroleh, yang akhirnya sangat membantu siswa
untuk mengembangkan daya matematik.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 14


Paling tinggi, tingkat berpikir yang selama ini dikembangkan adalah aplikasi, yang
titik beratnya kepada penerimaan konsep. Kebiasaan berpikir analisis, sintesis dan
evaluasi sangat jarang diproseskan dalam pembelajaran.
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis, siswa senantiasa
diberikan waktu untuk melahirkan ide-ide mereka melalui suatu pengamatan. Pengamatan
dilakukan siswa, sehingga siswa dapat mengungkapkan sifat yang ditemukan. Siswa
mencoba memahami apa yang dipelajari dan diamati dengan cara bereksplorasi. Kegiatan
tersebut memerlukan kemampuan berpikir analisis.
Kegiatan eksplorasi dilakukan siswa dengan banyak mencoba dan melakukan
suatu konjektur. Dalam kegiatan tersebut siswa mencoba mengaitkan beberapa hasil
eksplorasinya untuk mengambil suatu kesimpulan tertentu. Kegiatan ini memerlukan
kemampuan berpikir, dalam hal ini adalah berpikir sintesis.
Berpikir evaluasi terjadi ketika siswa dapat membandingkan atau menemukan
hubungan antar dua atau lebih keadaan. Siswa dapat melihat apakah sesuatu lebih efektif,
lebih efisien, lebih mudah, atau lebih besar. Contohnya, cukupkah jika disuguhkan data
yang diketahui hanya rata-rata? Untuk menjawabnya siswa mencoba menghubungkan
dengan kehidupan, kalau ke dalaman suatu danau diketahui rata-rata kedalamannya 1 m,
akankah ada orang yang tenggelam? Dari kejadian itu siswa dapat menemukan tidak
cukup suatu data kalau rata-rata saja yang diketengahkan, tanpa empat serangkai lainnya,
yaitu maksimum, minimum, median dan kuartil.
Pengembangan daya matematik siswa, selain tahapan berpikir siswa diproseskan
dalam pembelajaran, diperlukan penguasaan materi, pembuatan bahan ajar, evaluasi dan
media lainnya yang dapat membantu meningkatkan daya matematik siswa. Ketepatan guru
memilih strategi pembelajaran, salah satunya dimulai dari memahami karakteristik daya
matematik, sehingga guru dapat mengembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi siswa.
Karakteristik daya matematik (dalam NCTM, 1989) merupakan kemampuan keseluruhan
untuk mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan matematika melalui penggalian,
konjektur dan penalaran secara logis melalui pemecahan masalah-masalah non rutin,
mengkomunikasikan ide melalui matematika dalam satu konteks dengan ide-ide
matematika dalam konteks lain atau ide-ide dari disiplin ilmu lain dalam konteks yang
sama atau berkaitan.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 15


Daya matematik dapat dipandang dari berbagai perspektif artinya selama proses
pembelajaran dijadikan sebagai media untuk meningkatkan daya matematik. Dalam
prosesnya siswa diberi kesempatan untuk memecahkan masalah. Ketika memecahkan soal
gagal, siswa dapat memeriksa kembali informasi tersebut, mengerjakannya kembali dan
kemudian menerapkannya ke dalam situasi dengan cara yang lebih produktif.
Proses penyelesaian masalah dari berbagai perspektif memerlukan penalaran,
mengumpulkan informasi baru dan membuat koneksi dengan pemikiran lain. Ciri daya
matematik ini dapat dilihat melalui prestasi siswa dalam materi tertentu melalui tingkat
pemahaman konsep, kemampuan prosedural dan kemampuan pemecahan masalah. Salah
satu prosesnya guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk melaporkan suatu
kegiatan sehingga siswa dapat mengambil kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan
berdasarkan bukti atau fakta. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa daya matematik
adalah fungsi dari pengetahuan dan pengalaman awal siswa serta kemampuan untuk
mengaitkan pengetahuan tersebut dengan cara yang produktif terhadap konteks baru.
Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh siswa melalui suatu kegiatan, dapat
memberikan pengalaman belajar yang berharga, sehingga pemahaman konsep yang
terbentuk akan dimengerti dan diingat siswa. Pemahaman konsep mencerminkan
kemampuan siswa untuk bernalar yang melibatkan definisi konsep, hubungan, atau
representasi keduanya. Kemampuan tersebut tercermin dari pekerjaan siswa yang
menunjukkan contoh yang umum dan unik, atau kemampuan untuk memanipulasi ide-ide
utama tentang pemahaman konsep dalam beragam cara.
Proses pemahaman konsep matematika dapat diawali secara induktif melalui
pengalaman peristiwa nyata atau intuisi, yang dilanjutkan dengan proses deduktif. Konsep
matematika dapat dipelajari melalui proses induktif-deduktif. Kegiatan pembelajaran
dapat diawali melalui eksplorasi atau pengamatan fakta dari beberapa contoh, mencatat
semua sifat yang muncul, membuat suatu konjektur dengan cara memperkirakan hasil
baru yang diharapkan kemudian dibuat generalisasi selanjutnya dibuktikan kebenarannya
secara deduktif. Dalam prosesnya, siswa memerlukan kemampuan prosedural yang dapat
mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Siswa mendemonstrasikan kemampuan prosedural dalam matematika ketika dia
memilih dan menerapkan prosedur, memeriksa dan membenarkan kebenaran suatu

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 16


prosedur dengan menggunakan model konkrit atau metode simbol, memperluas atau
memodifikasi prosedur untuk berhadapan dengan faktor-faktor yang terkait dengan
pemecahan masalah.
Pemecahan masalah tidak terlepas dari kemampuan prosedural yang meliputi
berbagai algoritma numerik dalam matematika yang telah dibuat sebagai alat untuk
memenuhi keperluan tertentu dengan efisien. Kemampuan prosedural juga meliputi
kemampuan membaca dan membuat tabel atau grafik, menghasilkan bangun-bangun
geometri dan melakukan ketrampilan non menghitung. Siswa memiliki pemahaman
konsep dari suatu representasi dan dapat menerapkannya sebagai alat untuk
menyelesaikan masalah dengan kemampuan proseduralnya. Melalui kegiatan ini guru
menilai siswa, dengan cara melihat kemampuan siswa melakukan sebuah prosedur atau
kemampuan siswa memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Kemampuan prosedural sering tercermin dalam kemampuan siswa untuk
mengaitkan sebuah proses algoritma dengan soal yang diberikan, mengerjakan algoritma
tersebut secara benar dan mengkomunikasikan hasilnya. Kemampuan prosedural juga
meliputi kemampuan siswa untuk bernalar melalui sebuah situasi, menggambarkan
mengapa prosedur tertentu akan memberikan jawaban yang benar untuk suatu soal dalam
konteks yang digambarkan.
Mullis, et. al, dkk., (2003) mengemukakan empat ranah kognitif matematik yakni
pengetahuan fakta dan prosedur, penggunaan konsep, pemecahan masalah rutin dan
penalaran matematik. Keempat ranah kognitif ini merupakan standar proses yang secara
efektif akan memunculkan daya matematik pada siswa, serta merupakan output tertinggi
dari daya matematik siswa, dimana di dalamnya mencakup berpikir secara logik dan
sistematik.
Menurut Mullis, et, al, dkk., (2003), penalaran matematik mencakup kemampuan
menemukan konjektur, analisis, evaluasi, generalisasi, koneksi, sintesis, pemecahan
masalah tidak rutin, jastifikasi atau pembuktian, dan kemampuan komunikasi matematik.
Suryadi (2005) menjelaskan bahwa kemampuan-kemampuan tersebut dapat muncul pada
saat berpikir tentang suatu masalah atau penyelesaian masalah matematik.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 17


Berpikir yang dipelajari dari matematika contohnya menghadapi abstraksi. Belajar
untuk berpikir matematik berarti (a) mengembangkan cara pandang matematik,
menghargai proses matematisasi dan abstraksi dan memiliki kesukaan menerapkannya,
dan (b) mengembangkan kompetensi dengan alat-alat penting, dan menggunakan alat-alat
ini dalam memenuhi tujuan struktur pemahaman .
Menurut Stacey (2001) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sejauh mana
efektivitas daya pikir matematik seorang siswa. Ketiga faktor itu adalah kemampuan
bersaing dalam memanfaatkan proses penemuan, kepercayaan diri dalam menangani
situasi, serta pemahaman matematika dimana matematika bisa diterapkan.
Terdapat dua faktor yang saling berhubungan satu sama lainnya, untuk
meningkatkan daya pikir siswa, yaitu proses penemuan dan penanganan situasi. Beberapa
hal yang mendasari berpikir matematik mencakup: melakukan eksplorasi,
menggeneralisasi, membuat dugaan dan memberikan argumen. Salah satu cara untuk
mengasah daya pikir siswa ialah dengan memacu otak siswa untuk bertanya : ”Apa yang
saya ketahui”, ”Apa yang saya inginkan” dan ”Bagaimana saya dapat mengetahuinya”.
Sehingga dalam menumbuhkan daya pikir, sangatlah penting bagi siswa untuk mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan merefleksikannya.
Tiga komponen utama yang sangat berperan menciptakan atmosfir daya pikir
matematik, yaitu: pertanyaan, tantangan dan refleksi. Mengenali masalah dan membuat
asumsi adalah cara untuk memunculkan pertanyaan. Tantangan meliputi hal-hal seperti
membuat dugaan, memberikan argumentasi serta mengecek kembali dan memodifikasi.
Refleksi berarti kritis, mencoba untuk menerapkannya ke dalam bidang lain serta mampu
melakukan sedikit perubahan dan menegosiasi ulang apa yang sudah dikerjakan.
Dari uraian di atas, berpikir matematik merupakan suatu proses dinamis yang
mendorong siswa untuk memunculkan berbagai ide mengenai pemecahan masalah,
memperluas pemahaman siswa terhadap masalah yang dihadapi. Supaya hal tersebut
dimiliki, siswa harus mampu mengenali masalah, menggeneralisasi, membuat dugaan dan
memberikan argumen.
Pembelajaran yang memunculkan tantangan sehingga dapat meningkatkan daya
matematik dalam pembelajaran sangat berkaitan dengan aktivitas matematika (doing
mathematics). Dalam hal ini Henningsen dan Stein (1997) mengemukakan beberapa

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 18


aktivitas matematika yang mendukung tumbuhnya daya matematik siswa yakni mencari
dan mengeksplorasi pola untuk memahami struktur matematika serta hubungan yang
melandasi, menggunakan bahan yang tersedia secara tepat dan efektif pada saat membuat
formulasi dan menyelesaikan masalah, menjadikan ide-ide matematika secara bermakna,
berfikir serta beralasan dengan cara fleksibel, mengembangkan konjektur, generalisasi,
jastifikasi serta mengkomunikasikan ide-ide matematika.
Kegiatan pemecahan masalah melalui aktivitas matematika akan secara efektif
mendorong siswa belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang berfokus pada penggunaan
small-group cooperatif learning dalam pembelajaran matematika, Good, et, al, dkk.,
(1992) menyimpulkan bahwa kegiatan pemecahan masalah dapat digunakan untuk proses
belajar melalui kerjasama kelompok. Kerja kelompok dalam memecahkan masalah
matematika akan memunculkan daya matematik siswa sehingga mendorong siswa untuk
berusaha berfikir aktif sehingga menghasilkan suatu pemahaman dalam kelompok.
Pemecahan masalah meminta siswa untuk mengenal dan merumuskan masalah,
menetapkan kecukupan dan kekonsistenan data, menggunakan strategi-strategi, data,
model dan matematika yang relevan, menggunakan penalaran dalam seting baru, menilai
kebenaran dan kelayakan jawaban. Situasi pemecahan masalah meminta siswa untuk
mengaitkan semua pengetahuan matematik mereka tentang konsep, prosedur, penalaran
dan ketrampilan representasi/komunikasi.
. Menurut Stranic dan Kilpatric (1989) dalam belajar untuk berpikr matematik,
daya matematik diistilahkan juga dengan high other thinking atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi, dimana siswa sebaiknya memiliki ketrampilan yang mereka perlukan untuk
membuat pilihan dan memecahkan masalah dengan menggunakan penalaran logika.
Pemecahan masalah non rutin dicirikan sebagai keterampilan tingkat tinggi yang dapat
diperoleh setelah menguasai keterampilan memecahkan soal-soal biasa.
Uraian di atas menjelaskan berbagai pendapat mengenai daya matematik. Dalam
penelitian ini daya matematik diartikan sebagai adalah kemampuan matematik tingkat
tinggi yang meliputi kemampuan penalaran, koneksi, komunikasi dan pemecahan
masalah.

D. Rangkuman

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 19


Pada Matematika Tsanawiyah, nafas dari Standar Isi adalah pada pengembangan
pengalaman belajar tangan pertama, contextual teaching and learning (CTL), meaningful
teaching, dengan memperhatikan kecakapan hidup (life skill) baik berupa generic skill
(kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan ketrampilan).
Semua kemampuan/kompetensi yang dikembangkan dinilai dengan prinsip
penilaian/asesmen otentik tidak hanya pada tingkat ingatan dan pemahaman tetapi sampai
ke penerapan.

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMP/MTs meliputi aspek-


aspek sebagai berikut.

1. Bilangan
2. Aljabar
3. Geometri dan Pengukuran
4. Statistika dan Peluang.
Karakteristik daya matematik (dalam NCTM, 1989) merupakan kemampuan
keseluruhan untuk mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan matematika melalui
penggalian, konjektur dan penalaran secara logis melalui pemecahan masalah-masalah
non rutin, mengkomunikasikan ide melalui matematika dalam satu konteks dengan ide-ide
matematika dalam konteks lain atau ide-ide dari disiplin ilmu lain dalam konteks yang
sama atau berkaitan.

E. Tugas
1. Sebutkan Ruang lingkup Matematika pada Tsanawiyah
2. Apa yang dimaksud keterampilan konsep
3. Apa yang dimaksud dengan daya Matematika
4. Jelaskan Hubungan antara Standar isi dan ruang lingkup materi matematika
Tsanawiyah
F. Tes Mandiri
Jelaskan hasil analisa Anda esensi pembelajaran matematika berkaitan dengan
keterampilan proses matematika, daya matematika dan ruang lingkup matematika

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 20


BAB III
Kegiatan Belajar-2
BILANGAN TSANAWIYAH
A. Kompetensi Dasar 2
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan memahami materi minimal
konsep bilangan Tsanawiyah yang sesuai dengan standar isi

B. Materi Pokok
1. Peta Konsep Bilangan Tsanawiyah
Bilangan
Kelas VII
- menyelesaikan operasi bilangan bulat dan mengenal sifat operasi bilangan bulat
- mengenal bilangan pecahan dan melakukan operasi bilangan pecahan

2. Materi pokok
a. Bilangan Bulat
b. Operasi Hitung Bilangan Bulat
c. Pangkat dan Akar Bilangan Bulat
d. Kelipatan dan KPK suatu Bilangan cacah
e. Fakor dan FPB Bilangan Cacah
f. Menentukan KPK dan FPB dengan Faktorisasi Prima
g. Pecahan dan Lambangnya
h. Perbandingan, Bentuk Desimal dan Persen

C. Uraian Materi Bilangan Tsanawiyan

a. Bilangan Bulat
Kumpulan bilangan negatif, nol, dan bilangan positif, ditulis ...,-3,-2, -1, 0, 1,2,3,...
Contoh 1:
Tuliskan 120C di bawah titik beku air dan 160C diatas titik didih air dalam garis bilangan
horizontal (mendatar).
Jawab :
120C di bawah titikk beku air = 0 – 12 = -120C
1160C di atas titik didih air = 100 + 16 = 1160C

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 21


Hubungan Antara Dua Bilangan Bulat
(i) “a lebih dari b” ditulis a > b
(ii) “a kurang dari b” ditulis a < b
(iii) “a kurang dari atau sama dengan b” ditulis a≤b
(iv) “a lebih dari atau sama dengan b” ditulis a≥b

b. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat


Penjumlahan dan Sifat-sifatnya
1. Metode Penjumlahan
a. Penjumlahan dengan mistar sederhana
b. Penjumlahan bilangan bulat tanpa alat bantu
(i) a + b = b + a
6 + 10 = 10 + 6 = 16
7 + 8 = 8 + 7 = 15

(ii) (-a) + (-b) = –(a + b)


(-8) + (-2) = -(8 + 2) = -10
(-6) + (-10) = -(6 + 10) = -(16)

(iii) a+ (−b )= (−b ) +a=−( b−a )


dengan a< b 6 + (-8) = (-8) + 6 = -(8 – 6) = -2
(-10) + 4 = -(10 – 4) = -6

(iv) a+ (−b )= (−b ) +a=a−b


(-7) + 7 = 7 + (-7) = 0
8 + (-8) = 8 – 8 = 0

dengan a> b

(v) a+ (−b )= (−b ) +a=a−b


8 + (-2) = (-2) + 8 = 8 – 2 = 6
10 + (-3) = (-3) + 10 = 10 – 3 = 7

dengan a> b

- Invers jumlah atau lawan suatu bilangan


Secara umum dapat dituliskan :

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 22


Lawan (invers jumlah) dari bilangan a adalah (-a)
Lawan (invers jumlah) dari bilangan (-a) adalah a

Lawan dari bilangan bulat a adalah (-a) sedemikina sehingga


a+ (−a ) =(−a ) + a=0

Sifat-sifat penjumlahan pada bilangan bulat


a. Sifat tertutup
Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1) 8 + (-3) = 5 → 8 bilangan bulat, (-3) bilangan bulat, dan ternyata
8 + (-3) = 5 juga bilangan bulat.
2) (-3) + 7 = 4 → (-3) pada bilangan bulat, 7 bilangan bulat,
dan ternyata (-3) + 7 = 4 juga bilangan bulat.
3) (-6) + (-9) = -15 → (-16) bilangan bulat, (-9) bilangan bulat, dan
ternyata
(-6) + (-9) = -15 juga bilangan bulat.

Sembarang bilangan bulat bila dijuumlahkan menghasilkan bilangan bulat juga. Dalam
hal ini penjumlahan bilangan bulat dikatakan mempunyai sifat tertutup.

b. Sifat komutatif
Untuk sembarang bilangan bulat a dan b selalu berlaku:
a+ b=b+a
sifat ini disebut sifat komutatif penjumlahan.

c. Sifat asosiatif
Untuk sembarang bilangan bulat a, b, dan c selalu berlaku:
( a+ b ) +c=a+ ( b+ c ) . Sifat ini disebut sifat asosiatif penjumlahan.

d. Penjumlahan dengan bilangan nol


Untuk sembarang bilangan bulat a selalu berlaku
a+ 0=0+ a=a
0 disebut unsur identitas pada operasi penjumlahan.

Pengurangan dan Sifat-sifatnya


a−b=a+(−b)
Sifat Tertutup
Perhatikan operasi pengurangan pada bilangan bulat di bawah ini. (Hanya berlaku pada
sifat tertutup saja) :
a. 7 – 12 = –5 → 7 bilangan bulat, 12 bilangan bulat, dan ternyata
7 – 12 = –5 juga bilangan bulat.
b. –5 – 12 = –17 → –5 bilangan bulat, –12 bilangan bulat, dan ternyata
–5 – 12 = –17 juga bilangan bulat.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 23


Pengurangan bilangan bulat selalu menghasilkan bilangan bulat maka operasi
pengurangan pada bilangan bulat bersifat tertutup. Sifat-sifat lainnya pada
penjumlahan berlaku, tidak berlaku pada operasi pengurangan.
Contoh Penggunaan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari :
Suhu suatu kamar pendingin mula-mula 20C di bawah nol, kemudian diturunkan 200C.
berapakah suhu kamar pendingin itu?
Jawab:
Misalkan, suhu kamar pendingin = x maka diperoleh x = –2 – 20 = –22.
Jadi suhu kamar pendingin itu adalah –220C.

Perkalian dan Sifat-sifatnya


1. Arti Perkalian
a. Sifat Tertutup
Jika a dan b adalah sembarang bilangan cacah, maka a×b juga bilangan cacah. Hal ini
berarti: perkalian antara bilangan cacah memenuhi sifat tertutup.
b. Sifat bilangan nol pada perkalian
Jika a adalah sembarang bilangan cacah maka berlaku
0×a=a×0=0
c. Sifat bilangan satu pada perkalian
Jika a adalah sembarang bilangan cacah maka berlaku
a×1=1×a=a
d. Sifat komutatif
Jika a dan b adalah sembarang bilangan cacah selalu berlaku
a×b=b×a
sifat ini disebut sifat komutatif (pertukaran) pada perkalian.
e. Sifat asosiatif perkalian
Jika a, b, dan c adalah sembarang bilangan maka berlaku
( a×b )×c=a×( b×c )=abc
sifat ini disebut sifat asosiatif (pengelompokkan) perkalian.
Contoh :
Selesaikanlah perkalian berikut dengan cara yang paling mudah:
a. ( 6×92 )×50 b. 25×( 675×8 )
Jawab
a. ( 6×92 )×50 = ( 92×6 )×50 (sifat komutatif)
= 92×( 6×50 ) (sifat asosiatif)
= 92×300
= 27.600
b. 25×( 675×8 ) = 25×( 8×675 ) (sifat komutatif)
= (sifat asosiatif)
= 200×675
= 135.000

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 24


untuk sembarang bilangan cacah a,b dan c selalu berlaku:
(1) a×( b+c )=( a×b ) + ( a×c ) (distributif kiri)
(2) ( a+b )×c=( a×c ) + ( b×c ) (distributif kanan)
Sifat ini disebut sifat distributif (penyebaran) perkalian terhadap penjumlahan.

Untuk sembarang bilangan cacah a, b dan c selalu berlaku:


(1) a×( b−c )=( a×b )−( a×c ) (distributif kiri)
(2) ( a−b )×c=( a×c )− ( b×c ) (distributif kanan)
Sifat ini disebut sifat distributif (penyebaran) perkalian terhadap pengurangan.
Contoh:
Hitunglah:
a. 1.392 x 98 = …… b. 8.375 x 100.001 = ……
Jawab:
Untuk menjawab kedua soal di atas, kita menggunakan sifat distributif
a. 1.392 x 98 = 1.392 x (100 – 2)
= (1.392 x 100) – (1.392 x 2)
= 193.200 – 2.784 = 136..416
b. 8.375 x 100.001 = 8.375 x (100.00 + 1)
= (8.375 x 100.000) + (8.375 x 1)
= 837.500.000 + 8.375
= 837.508.375
Pembagian Sebagai Operasi Kebalikan dari Perkalian
Untuk sembarang bilangan asli a, b dan c selalu berlaku:
a : b=c ⇔a=b×c

Operasi diatas disebut pembagian sebagai operasi kebalikan (invers) dari perkalian.

Contoh:
Tentukan nilai p, bila 9× p=63
Jawab:
9× p=63 ⇔ p=63 :9 ⇒ p=7 atau dapat ditulis sebagai:
63
9× p=63 ⇔ p= ⇒ p=7
9

c. Pangkat dan Akar Bilangan Bulat


Pangkat Dua dan Akar Pangkat Dua
Pengkat dua dari suatu bilangan diperoleh dengan mengalikan bilangan tersbeut secara
berulang sebanyak dua kali.
72 =7×7=49 (−7 )2=(−7 )×(−7 )=49
102 =10×10=100 (−10 )2 =(−10 )×(−10 )=100

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 25


122 =12×12=144 (−12 )2 =(−12 )×(−12 ) =144

1
(−7 )2=49 maka √2 49=49 2 =±7
1
(−10 )2 =100 maka √2 100=100 2 =±10
dapat ditulis sebagai √ saja
2

Pangkat Tiga dan Akar Pangkat Tiga
Pangkat tiga suatu bilangan diperoleh dengan cara mengalikan secara berulang
bilangan tersebut sebanyak tiga kali.
53 =5×5×5=125 (−5 )3 =(−5 )×(−5 )× (−5 )=−125
113 =11×11×11=1331 (−11 )3= (−11 )×(−11 )×(−11 )=−1331

p3 = p× p× p=r r ≥0 jika p≥0


r <0 jika p<0

1
3
Jika p =r maka √ r= p atau r = p ,
3 3

1
3 3
Jika (− p ) =−r maka √ −r=− p atau (−r ) =− p
3

3
53 =125 maka √ 125=5 (−5 )3 =−125 maka √3 −125=−5
1 1
3
3
11 =1331 maka 1331 =11 3 (−11 ) =−1331 maka (−1331 ) 3
=−11

d. Kelipatan dan KPK suatu Bilangan cacah


1) Himpunan Kelipatan Persekutuan Antar Bilangan Cacah
Contoh:
a. Tulislah himpunan kelipatan 4 yang kurang dari 35
b. Tulislah himpunan kelipatan 6 yang kurang dari 35
c. Tulislah himpunan kelipatan 8 yang kurang dari 35
d. Tulislah himpunan kelipatan persekutuan dari 4, 6, dan 8 yang kurang dari 35
Jawab:
a. K4 = {0, 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32}
b. K6 = {0, 6, 12, 18, 24, 30}
c. K8 = {0, 8, 16, 24, 32}
d. Himpunan kelipatan persekutuan (HKP) dari 4, 6, dan 8 adalah

2) Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Antarbilangan Cacah


Kelipatan persekutuan terkecil dari dua atau lebih bilangan cacah adalah bilangan asli
terkecil dari himpunan kelipatan persekutuan bilangan cacah itu.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 26


Contoh:
Tentukan KPK dari 6 dan 8.
Jawab:
Himpunan kepilatan 6 adalah K6 = {0, 6, 12, 18, 24, …}
Himpunan kelipatan 8 adalah K8 = {0, 8, 16, 24, …}
K6 K8 = {0, 24, 48, ….}, maka KPK dari 6 dan 8 adalah 24.

e. Fakor dan FPB Bilangan Cacah


1) Faktor Suatu Bilangan Cacah
Faktor suatu bilangan cacah adalah bilangan yang dapat habis membagi bilangan
cacah tersebut.

¿¿
10=10×1 
Faktor-faktor dari 10 adalah 1, 2, 5, dan 10
F10 = {1, 2, 5, 10}
10=5×2

10=1×2×5

2) Himpunan Faktor Persekutuan Antarbilangan Cacah


Contoh:
Himpunan faktor dari 6 adalah : F6 = {1, 2, 3, 6}
Himpunan faktor dari 8 adalah : F8 = {1, 2, 4, 8}
Maka himpunan faktor persekutuan (HPF) dari 6 dan 8 adalah:
F6 F8 = {1, 2}
3) Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) Antarbilangan Cacah
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan cacah atau lebih adalah bilangan
terbesar dari himpunan faktor persekutuan (HPF) bilangan-bilangan tersebut.

Contoh:
Tentukan FPB dari 14, 28, 42.
Jawab:
F14 = {1, 2, 7, 14} F42 = {1, 2, 3, 6, 7, 14, 21, 42}
F28 = {1, 2, 4, 7, 14, 28}
 FPB dari 14, 28, dan 42 adalah 14.
Bilangan 14 adalha bilangan asli terbesar yang habis membagi 14, 28, 42.

FPB antarbilangan cacah adalah bilangan asli terbesar yang habis membagi bilangan-
bilangan tersebut.

f. Menentukan KPK dan FPB dengan Faktorisasi Prima


1) Menentukan KPK antarbilangan cacah dengan faktorisasi prima
Contoh:
42=2×21=2×3×7
18=2×9=2×3 2

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 27


3
KPK dari 42 dan 18 adalah 2×3 ×7=2×9×7=126
2) Menentukan FPB antarbilangan cacah dengan faktorisasi prima
Contoh:
36=4×9=22 ×32
81=92 =34
FPB dari 36 dan 81 adalah 32 = 9
(22 tidak diambil, karena tidak mempunyai pasangan)

KPK antarbilangan cacah diperoleh dari hasil kali faktor-faktor prima yang
berbeda dengan pangkat tertinggi dari bilangan tersebut.
FPB antarbilangan cacah diperoleh dari hasil kali faktor-faktor prima yang sama
dengan pangkat terendah dari bilangan tersebut.
3) Penggunaan KPK dan FPB
Contoh: (berkaitan dengan KPK)
Tiga orang warga Desa Mustika Jaya bernama Supardi, Momon, dan Toyib diberi
tugas ronda (Siskamling) oleh Pak RW, Supardi bertugas tiap 3 hari sekali,
Momon tiap 4 hari sekali, dan Toyib tiap 6 hari sekali. Saat pertama kali Pak RW
memanggil dan memberi tugas, mereka meronda bersama-sama pada tanggal 17
Oktober 2004. Pada tanggal berapa mereka bertugas secara bersama-sama lagi
untuk kedua kalinya?
Jawab:
Dalam menjawab soal cerita diatas kita dapat menerapkan prinsip KPK dari 3, 4,
dan 6.
Ronda Pak : 3 = 3
Supardi
Ronda Pak : 4 = 2
2
Momon
Ronda Pak Toyib : 6 = 2 X 3

KPK dari 3, 4, dan 6 adalah 22 X 3 = 12. Hal ini berarti perputaran ronda dari ketiga
warga tersebut adalah 12 hari. Jadi, mereka akan meronda bersama-sama lagi pada
tanggal 17 + 12 = 29 Oktober 2004.

Contoh: (berkaitan dengan FPB)


Tentukan perbandingan luas tanah milik Pak Sukri dan Pak Jajang. Bila luas tanah Pak
Sukri adalah 110 m2 dan luas tanah Pak Jajang adalah 150 m2.
Jawab:
Luas tanah Pak Sukri : 110=2×5×11
Luas tanah Pak Jajang : 150=2×3×52 ¿¿ FPB =2×5=10

Perbandingan luas tanah Pak Sukri dan luas tanah Pak Jajang adalah:

110 110:10 11
= =
150 150 :10 15 atau 11 : 15

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 28


g. Pecahan dan Lambangnya
Setiap bilangan ditulis dalam bentuk pembagian disebut pecahan. Bilangan yang dibagi
disebut pembilang dan bilangan yang membagi disebut penyebut. Bila pembilang = a dan
a
penyebut = b, maka pecahan itu adalah b , b≠0

Contoh:
a. Berapa bagian 1 menit dari 1 jam?
2
b. Berapa menitkah 3 jam?
Jawab:
1
a. 1 jam = 60 menit, maka 1 menit = 60 jam
1
Jadi, 1 menit = 60 bagian dari satu jam.
2 2
b. jam =
3
×60
menit = 40 menit.
3

Pecahan Senilai
a
Pecahan yang senilai dengan pecahan b dengan b≠0 dapat dicari dengan aturan berikut
ini:
a a×m a a :m
= =
b b×m atau b b :m
dengan m sembarang bilangan asli.

Menyederhanakan Pecahan
Contoh:
Sederhanakanlah masing-masing pecahan berikut ini!
36 63
a. 72 b. 77
Jawab:
36 36 :36 1
= =
a. FPB dari 36 dan 72 adalah 36, sehingga 72 72: 36 2
63 63 :7 9
= =
b. FPB dari 63 dan 77 adalah 7, sehingga 77 77 :7 11

Membandingkan Dua Pecahan


1. Membandingkan pecahan senama
Untuk membandingkan dua pecahan yang penyebutnya sama (pecahan senama),
bandingkanlah pembilangnya.
3 1 3
>
8 8 3 lebih dari 1, maka 8 lebih dari
1
8
2. Membandingkan pecahan tak senama

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 29


Contoh:
3 5
Bandingkanlah 8 dan12
Jawab:
Kedua pecahan itu mempunyai penyebut 8 dan 12. Maka untuk membandingkan kedua
pecahan itu kita harus mencari pecahan senilai dari masing-masing pecahan itu dengan
3
mempergunakan KPK penyebut. KPK dari 8 dan 12 adalah 24, yaitu 2 ×3=24

¿
3 ? 3 3×3 9
= = =
8 24 maka 8 24 24 9 10
<
X3
24 24 ,
karena
9 < 10, maka
5 ? 5 5×2 10 3 5
= = = <
12 24 maka 12 24 24 8 12
X2

Pecahan di Antara Dua Pecahan


Contoh:
Tentukan sebuah pecahan diantara dua pecahan berikut ini!
4 6
7 dan 7
Jawab:
4 6
Pecahan 7 dan 7 merupakan pecahan senama. Hal ini telah memudahkan kita, karena
tinggal melihat pembilang dari pecahan itu, yaitu 4 dan 6. Bilangan diantara 4 dan 6 masih
4 6 5
ada yang bisa disisipkan yaitu 5. Maka pecahan diantara 7 dan 7 adalah 7 dengan urutan
sebagai berikut:
4 5 6
< <
7 7 7  dalam urutan naik
Pecahan yang disisipkan

6 5 4
> >
7 7 7  dalam urutan turun
Garis bilangan

h. Perbandingan, Bentuk Desimal dan Persen


1) Perbandingan
Untuk menyatakan perbandingan pada bilangan bulat yang penyebutnya tidak nol,
dilakukan dengan membandingkan suatu bilangan terhadap keseluruhan ataupun
membandingkan suatu bagian terhadap bagian yang lainnya.

Contoh: (perbandingan bagian dari keseluruhan)

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 30


Misalkan penduduk suatu kota terdiri atas 65.000 wanita dan 35.000 pria. Tentukan
perbandingan:
a. banyak wanita terhadap seluruh penduduk kota.
b. Banyak pria dari seluruh penduduk kota.
Jawab:
Misalkan jumlah wanita = a dan jumlah pria = b.
Jadi, a = 65.000 dan b = 35.000
a
,
a. Perbandingan banyak wanita terhadap seluruh penduduk kota adalah a+b yaitu:
65 . 000 65 . 000 65 13
= = =
65 . 000+35 . 000 100 . 000 100 20
Jadi perbandingan banyaknya wanita terhadap seluruh penduduk kota adalah 13 :
20.
a
,
b. Perbandingan banyak pria terhadap seluruh penduduk kota adalah a+b yaitu:
35 . 000 35 . 000 35 7
= = =
65 . 000+35 . 000 100 . 000 100 20
Jadi, perbandingan banyaknya pria terhadap seluruh penduduk kota adalah 7 : 20

a
a : s=
Perbandingan a terhadap keseluruhan s adalah: s
Contoh: (perbandingan suatu bagian terhadap bagian lainnya)
Di dalam kotak terdapat 25 kelereng merah dan 15 kelereng putih.
Tentukanlah:
a. perbandingan kelereng merah terhadap putih
b. perbandingan kelereng putih terhadap merah
Jawab:
Misalkan banyak kelereng merah adalah a=25 dan banyak kelereng putih adalah b=15
a 25 5
= =
a. Perbandingan kelereng merah terhadap putih ditulis a : b atau b 15 3
Jadi, perbandingan kelereng merah terhadap putih adalah 5 : 3
b 15 3
= =
b. Perbandingan kelereng putih terhadap merah ditulis b : a atau a 25 5
Jadi, perbandingan kelereng merah terhadap putih adalah 3 : 5

a
Perbandingan dua bilangan a terhadap b ditulis sebagai a : b atau b dengan b≠0
Contoh:
Tinggi suatu menara dibandingkan tinggi pohon cemara adalah 5 : 3. Apabila tinggi pohon
cemara 12 m, berapakah tinggi menara tersebut?
Jawab:
Misalkan tinggi menara x meter, maka:

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 31


x 5 x 5.4
= → =
12 3 12 5 . 3
x
12
∴ x ¿ 20 meter
Jadi, tinggi menara adalah 20 meter

2) Menuliskan Bilangan Bulat sebagai Bilangan Pecahan Campuran


Contoh:
Nyatakan dalam bentuk pecahan dengan penyebut 6.
a. 3 c. 39
b. 5 d. 41
Jawab:
3 3×6 18
3= = =
a. 1 1×6 6
5 5×6 30
5= = =
b. 1 1×6 6
39 39×6 234
39= = =
c. 1 1×6 6
41 41×6 246
41= = =
d. 1 1×6 6

3) Menuliskan Pecahan sebagai Bilangan Bulat dan sebagai Bilangan Campuran


Contoh:
15
Tuliskan pecahan 4 menjadi bilangan campuran!
Jawab:
Cara 1: Cara II:
15 15 12 3
=15 :4=3 = +
4 sisa 3 4 4 4
15 3 3 3
=3 =3+ =3
Jadi, 4 4 4 4

4) Menuliskan Bilangan Campuran dalam Bentuk Paling Sederhana


Contoh:
Tuliskan masing-masing pecahan berikut ini dalam bentuk paling sederhana!
18 18 6
a. 6 b. 4 c. 6
Jawab:
18 18 1 6
=3 =4 =1
a. 6 b. 4 2 c. 6

5) Menuliskan Pecahan dan Bilangan Campuran sebagai Bilangan Desimal

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 32


Contoh:
Nyatakan pecahan berikut ke bentuk decimal!
1 2
a. 6 b. 3
Jawab:
a. b.

1. Bilangan Desimal dengan angka dibelakang koma terbatas


Misalkan: 0,75 = ….
Baca bilangan Tulislah sebagai Tulis dalam bentuk
desimal 0,75. pecahan biasa paling sederhana.

75 per seratus 75 75 75 :25 3


0 , 75= = =
100 100 100 :25 4

Misalkan: 2,6 = ….
Baca bilangan Tulislah sebagai Tulis dalam bentuk
desimal 2,6. pecahan campuran paling sederhana.

Dua enam persepuluh 6 6 3


2 , 6=2 2 , 6=2 =2
10 10 5

2. Bilangan desimal dengan banyaknya angka dibeelakang koma tidak


terbatas tetapi selalu berulang dengan teratur.
6) Menuliskan Pecahan sebagai Bentuk Persen dan Permil
Contoh:
Ubahlah pecahan ke bentuk persen dan permil!
2 6
a. 5 b. 25
Jawab:
Bentuk persen:
2 2
= ×100 %=40 %
a. 5 5
6 6
= ×100 %=24 %
b. 25 25

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 33


Bentuk permil:
2 2
= ×1 . 000 %=400 %
a. 5 5
6 6
= ×1. 000 %=240 %
b. 25 25

a
Pecahan b dengan b≠0 , bila diubah ke dalam persen dan permil adalah sebagai
berikut:
a a
= ×100 %
b b

Bentuk persen Bentuk permil

7) Menuliskan Persen dan Permil sebagai Pecahan


Contoh:
Ubahlah bentuk persen dan permil berikut ini ke bentuk pecahan!
1
12 %
a. 15% c. 2
2
66 %
b. 65% d. 3
Jawab:
1 15 15 :5 3
15 %=15× = = =
a. 100 100 100 :5 20
1 65 65 :5 13
65 %=65× = = =
b. 100 100 100 :5 20

c.

d.

i. Operasi pada Pecahan


Penjumlahan
1. Penjumlahan Pecahan-pecahan Senama
Contoh:
3 5 4 2 3
+ =. .. . . + + =. .. . .
a. 28 28 c. 5 5 5
2 1
b. 3 3
+ =. .. . .
d.
5 −3
7
+
7
+ ( )( )
−2
7
=. .. . .

Jawab:
3 5 3+5 8 2
+ = = =
a. 28 28 28 28 7

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 34


2 1 2+1 3
+ = = =1
b. 3 3 3 3
4 2 3 4 +2+3 9 4
+ + = = =1
c. 5 5 5 5 5 5
5 −3
d. 7
+
7 ( )( )
+
−2 5+(−3 )+(−2)
7
=
7
5−3−2 0
= = =0
7 7

2. Penjumlahan Pecahan-pecahan tak Senama


Contoh:
Tentukan jumlah pecahan-pecahan di bawah ini dalam bentuk yang paling sederhana.
1 3 1 1 1
+ =.. . . + + =. .. .
a. 2 4 b. 4 3 2
Jawab:
1 3 2 3
+ = +
a. 2 4 4 4 (KPK penyebut dari 2 dan 4 adalah 4)
1 1 1 3 4 6
+ + = + +
b. 4 3 2 12 12 12 (KPK penyebut dari 2, 3, dan 4 adalah 12)
3+ 4+6 13 1
= = =1
12 12 12
3. Penjumlahan antarpecahan campuran

2 4 2 4 2 4
3 =3 3 =3 4 3 1 3 =3
3 6 3 6  1 3 6
1 3 1 3 6 6 6 1 3
4 =4 4 =4 4 =4
2 6+ 2 6+ 2 6+
7 7 1
=8
6

Pengurangan
1. Pengurangan pecahan-pecahan senama
Contoh:
7 3
− =.. .
a. 8 8
5 1
− =. .. .
b. 12 12
Jawab:
7 3 7−3 4 1
− = = =
a. 8 8 8 8 2

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 35


5 1 5−1 4 1
− = = =
b. 12 12 12 12 3

2. Pengurangan pecahan-pecahan tak senama


Contoh:
5 1
− =.. .
a. 6 3
5 3
− =.. .
b. 3 5
Jawab:
5 1 5−2 3 1
− = = =
a. 6 3 6 6 2
5 3 5 .5−3 .3 25−9 16 1
− = = = =1
b. 3 5 15 15 15 15

3. Pengurangan pecahan campuran tanpa peminjaman


68 34 =68 34
4 12 =4 24−
3 1 1
68 4 −4 2 =64 4

4. Pengurangan pecahan campuran dengan peminjaman

Misalkan 8
68 1 −12 3 =.. ..
8
Pecahan tak bisa
Pinjam dari
67 18 Kurangkan pecahan dan
dikurangkan bilangan bulatnya
67 18 67 18 =66 98 67 18 =66 98
1 3
12 38 8
<8 12 38 =12 38 12 38 =12 38
¿ ¿ ¿

67 18 − 12 38 =54 68 =54 34

Perkalian
1. Perkalian antar pecahan
a c
Untuk sembarang b dan d dengan b  0 dan d  0 maka berlaku:
a c a×c
× =
b d b×d

2. Perkalian antar pecahan campuran


Contoh:

a.
3×2 23 =. .. . .

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 36


b.
3 34 ×4 25 =. .. ..
1 2 ×2 23 ×4 12 =.. . ..
c. 5
Jawab:
2 3 8 24
3×2 3 = × = =8
a. 1 3 3
3 2 15 22 66 33 1
3 4 ×4 5 = × = = =16 2
b. 4 5 4 2
2 2 1 7 8 9 7×4×3 84 4
1 5 ×2 3 ×4 2 = × × = = =16 5
c. 5 3 2 5×1×1 5

Pemangkatan

()
a n an
b
= n
b

() () ()
m
a a n a m+n
× =
b b b
dimana a, m, n adalah Real, b  0

Pembagian
a b a
b adalah invers (kebalikan) perkalian dari a , karena b
× ba =1 dan sebaliknya.
Contoh:
5 2
: =. . ..
a. 2 3
5
b. 4
:4=. .. .
Jawab:
5 2 5 3
:
2 3
=2 ×2
=15
4
3
=3 4
a.
5
4
:4=54 ×14
=15 ×× 11 =15
b.

Menyelesaikan Soal Bilangan Desimal


1. Pembulatan
Contoh:
Bulatkan sampai dua angka dibelakang koma masing-masing bilangan berikut ini:
a. 0,536
b. 0,7634

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 37


c. 0,5467
Jawab:
a. 0,536  0,54 (dua angka dibelakang koma)
b. 0,7634  0,76 (dua angka dibelakang koma)
c. 0,5467  0,55 (dua angka dibelakang koma)

2. Penjumlahan dan Pengurangan


Contoh:
a. 0,63 + 0,32 =….
b. 38,59 + 0,746 =….
c. 0,37 – 0,12 =….
d. 10,21 – 3,029 =….
Jawab:
0 , 63 0,37
0 , 32 +
a. 0 , 95 c. 0,12 ¿ ¿0,25
38 , 59 10,21
0 ,746 +
b. 39 , 336 d. 3,029 ¿ ¿ 7,181
3. Perkalian
785 785
a. 0,785 x 10 =1000 x10=100 =7,85
785
b. 0,785 x 100 =1000 x100=78,5
785
c. 0,785 x 1000 =1000 x1000=785
4. Pembagian
Hasil pembagian pecahan bilangan desimal oleh 10 dan kelipatannya diperoleh dengan
menggeser tanda koma ke kiri sebanyak tempat yang yang bersesuaian dengan
banyaknya nol pada 10 dan kelipatannya.
Contoh :
a. 0,785 : 10 = 78,5
b. 0,785 : 100 = 7,85
c. 0,785 : 1000 = 0,785

5. Perluasan Pecahan
Bilangan Rasional, yaitu setiap bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
pecahan
Q={x/x=a/b, b≠0}
Q=bilangan bulat B=bilangan Rasional
Bilangan Irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai pecahan,
contoh: √2, √3, 0,1235612623542…, dll.
Bentuk baku dari bilangan berpangkat dengan bilangan pokok 10;
…., 1/1000, 1/100, 1/10, 1, 10, 100, 1000, ….

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 38


−3 −2 −1 0 1 2 3
…., 10 , 10 , 10 , 10 , 10 , 10 ,10 , ….
Dalam kehidupan sering ditemukan penulisan bilangan yang sangat besar dan sangat
kecil. Untuk itu ditulis dalam bentuk baku. Bentuk baku dinyatakan dengan :
n
 a x 10 dengan 1≤a<10 dan n∈ Asli, untuk bentuk baku bilangan besar
−n
 a x 10 dengan 1≤a<10 dan n∈ Asli, untuk bentuk baku bilangan kecil

D. Rangkuman
Peta konsep materi Bilangan pada Tsanawiyah berdasarkan Standar Isi yang
ditetapkan ruang lingkupnya adalah sebagai berkut:
- menyelesaikan operasi bilangan bulat dan mengenal sifat operasi bilangan bulat
- mengenal bilangan pecahan dan melakukan operasi bilangan pecahan
Guru seharusnya memahami ruang lingkup materi yang ditetapkan sesuai dengan standar
isi yang ditetapkan. Adapun rincian materi minimal yang harus dikuasai oleh guru
sebagaimana di uraikan di atas. Yakni terdiri dari susunan materi sebagai berikut:
1. Bilangan Bulat
2. Pangkat dan Akar Bilangan Bulat
3. Faktor dan FPB Suatu Bilangan Bulat
4. Pecahan dan Lambangnya
5. Operasi dan Pecahan

E. Latihan/Tugas

1. Nilai dari : adalah…


a. -12
b. -2
c. 2
d. 12
2. Hasil dari operasi:
adalah…
a. -12
b. 10
c. 12
d. 21
3. Bila maka sama dengan…
a. 5
b. 9
c. 11
d. 13

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 39


4. Diberikan maka nilai adalah…
a. 12
b. 10
c. -10
d. -12

5. Bila diketahui: maka (2 * 3) * 2 =….


a. 12
b. 16
c. 36
d. 64
6. Bila berarti P pangkat tiga dibagi dengan Q, maka
a. 32
b. 24
c. 8
d. 6
7. Diberikan berarti kuadratkan bilangan pertama dan jumlahkan dengan dua
kali bilangan kedua, maka
a. 11
b. 14
c. 17
d. 25
8. Bila untuk , maka nilai p adalah…
a. -4
b. -3
c. 3
d. 4
9. Jumlah umur ayah, ibu dan anakny adalah 123 tahun. Umur ayah dua kali i\umur
anaknya. Bila umur ibu 48 tahun, maka umur anak itu adalah…
a. 23 tahun
b. 24 tahun
c. 25 tahun
d. 26 tahun
10. Dua bilangan berbanding 3 : 4, jika jumlah kedua bilangan itu sama dengan 28,
maka bilangan terkecilnya sama dengan…
a. 10
b. 12
c. 14
d. 16
11. Bilangan bulat yang memenuhi adalah…
a. hanya -4
b. hanya 4
c. -4 atau 4
d. hanya 8
12. Tito mempunyai sebuah bilangan cacah. Bila bilangan cacah itu dikali dua
kemudian dikurangkan 5 menghasilkan bilangan itu sendiri bilangan manakah itu?
a. 2
b. 3
c. 5
d. 7

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 40


13. merupakan rumus keliling persegi panjang. Bila p = 5 dan l =2, maka
K=…
a. 6
b. 12
c. 14
d. 20
14. Diberikan maka nilai dari
a. -9
b. -6
c. -5
d. 5
15. Suhu suatu benda adalah -250C, kemudian dinaikkan menjadi 300C. Kenaikan
suhu yang terjadi adalah…
a. 550C
b. 300C
c. 250C
d. 150C
16. Sekolah Matematika mempunyai 256 orang siswa. Jika lima per delapan siswa itu
adalah siswa perempuan, maka banyaknya siswa laki-laki disekolah itu adalah…
a. 160 orang
b. 100 orang
c. 96 orang
d. 32 orang
17. Bentuk baku dari bilangan 98,994 adalah…
a.
b.
c.
d.

18. Hasil dari adalah…

a.

b.

c.

d.

19.
a. 8
b. 4
c. 1

d.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 41


20.
a. 1

b.

c.

d.

21. Bila dan maka nilai dari sama dengan…

a.

b.
c. 1
d. 2

22. Bentuk baku dari pecahan adalah…


a.
b.
c.
d.
23. Apabila 5% dari n adalah 20, maka sama dengan…
a. 400
b. 120
c. 100
d. 4
24. Apabila dan maka
a.
b.
c.
d.

25.

a.

b.

c.
d.

26.
a. 2,0

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 42


b. 3,0
c. 3,5
d. 8,5
27. Ateng menerima gaji Rp 400.000,00 setiap bulannya. Sebelum menerima gaji ia

mendapat potongan dari gajinya. Berapa gaji yang ia terima setelah dipotong ?
a. Rp 370.000,00
b. Rp 270.000,00
c. Rp 300.000,00
d. Rp 250.000,00

28. Apabila dari 30,5 meter kain yang tersedia, terjual bagian dan setengah dari
sisanya dipakai sendiri, berapa meter kain yang masih tersisa ?
a. 6,10 meter
b. 6,01 meter
c. 3,05 meter
d. 3,025 meter

29. Nilai a dari barisan adalah


a. 7
b. 8

c.

d.
30. Edi mempunyai koleksi bahan katun yang diukur dalam satuan inci. Ukuran-
ukuran itu adalah:

manakah ukuran yang terbesar ?

a.

b.

c.

d.

F. Tes Mandiri
Pelajari soal-soal di atas, anda diminta untuk menganalisa kesesuaian soal dengan
standar isi dan esensi matetika Tsanawiyah pada konsep Bilangan.

G. KUNCI JAWABAN

1 B 11 C 21 C
2 A 12 C 22 D
3 A 13 C 23 A
4 B 14 C 24 B
5 D 15 A 25 A
6 A 16 C 26 B
7 C 17 B 27 A

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 43


8 D 18 C 28 C
9 C 19 A 29 C
10 B 20 A 30 D

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 44


BAB IV
PENUTUP

Pada dasarnya pada pembelajaran tidak dapat dipisahkan antara standar isi dan
proses pembelajaran matematika.

Sebagaimana dalam Standar Isi yang ditetapkan secara Nasional pada mata pelajaran
matematika dituliskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.

 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah

 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika


dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika

 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,


merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh

 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain


untuk memperjelas keadaan atau masalah

 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu


memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Standar isi tersebut dibuat peta konsepnya, sehingga ruang lingkup materi yang dapat
tegambar. Berkaitan dengan Materi Bilangan pada Tsanawiyah maka peta konsep nya
adalah :
- menyelesaikan operasi bilangan bulat dan mengenal sifat operasi bilangan bulat
- mengenal bilangan pecahan dan melakukan operasi bilangan pecahan

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 45


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1987). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Afriki (2005) ”Berfikir Kritis dalam Matematika”. Makalah disajikan dalam Seminar
Nasional: Peningkatan Kualitas Matematika di Sekolah, 9-11 April 2005. Jakarta:
Himpunan Matematika Indonesia.

As’ari A.R. (2005) “Pembelajaran Geometri untuk Menantang Berpikir Tingkat Tinggi”.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional: Peningkatan Kualitas Matematika di
Sekolah, 9-11 April 2005. Jakarta: Himpunan Matematika Indonesia.

Dahlan (2004)Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar


Rumpun Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Ernest P. (1995) Journal Implikasi dari Pengajaran secara konstruktivis, h.385

Flanders, N.(1970).Teaching Styles. [Online].Tersedia:http://www.garysturt.free-


online,co.uk/teachin.htm [20 januari 2005]

Fraenkel, J.R. & Wallen, N. E. (1990). How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill Publishing Company.

Gravemeijer, K.P.E. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht:


Freudenthal Institute.

Hudoyo, H. (1988) Mengajar Belajar Matematika Jakarta : Depdikbud Dikti PPLPTK.

Hudoyo,H. (1988) Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivisme.


Makalah disajikan dalam Seminar Nasional: Upaya-upaya Meningkatkan Peran
Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globalisasi, 4 April 1998. Malang:
PPS IKIP Malang.

Kyeong, H. R. (2003) Problem Based Learning.ERIC. Ericse@osu.edu.www.ericse.org

Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Gonzalez, E.J., Gregory, K.D., Garden,R.A., O’Connor,
K.M., Krostowski,S.J., dan Smith, T.A. (2004). TIMSS 2003: International
Mathematics Report. Boston: ISC

National Council of Teachers of Mathematics. (1989).Curriculum and Evaluation


Standars for School Mathematics. Reston, VA.: National Council of teachers of
Mathematics.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston,VA.: NCTM

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 46


Polya, G (1969) The Goals of Mathematical Education.[Online]. Tersedia:
File:///E/Mathematics School.htm [1/23/2004]

Peterson, P.J. (1988). Teaching for Higher-Order Thinking in Mathematics: The


Challenge for the Next Decade. Dalam D.A. Grouws, T.J. Cooney, & D. Jones
(Eds), Effective Mathematics Teaching. Virginia: NCTM.

PPPG Matematika, Hasil Penelitian, (2001) Yogjakarta

Poe, M. Direct and Indirect Teaching.[Online]. Tersedia:


http://courses.nnu.edu/ed581mp/Direct/indorect.htm [27 Januari 2005]

Poe, M. Observable Indicators of Effective Classroom Teaching.[Online]. Tersedia:


http://courses.nnu.edu/ed581mp/effectiv.htm. [27 Januari 2005]

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004:Standar


Kompetensi: Mata Pelajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah
Pertama dan Madrasah Tsanawiah. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Randall & Charles (1987) How To Evaluate Progres in Problem Solving, Reston, VA,
NCTM.

Ruseffendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam
Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: IKIP Bandung

Ruseffendi, E. T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:


IKIP Bandung Press.

Ratnaningsih, N. (2003). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik


Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah. Tesis, Bandung: PPS UPI.

Rahman, A.A. (2005) “ Pemecahan Masalah Matematika: Pembelajaran dan


Asesmennya”. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional: Peningkatan Kualitas
Matematika di Sekolah, 9-11 April 2005. Jakarta: Himpunan Matematika
Indonesia

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik


Siswa SMA Dikaitkan Dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan
Beberapa Unsur Proses Belajar-Mengajar. Disertasi, Bandung: FPS
IKIP.

Subino, (1987). Konstruksi dan Analisis Tes. Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan
Pengukuran. Jakarta: Depdikbud.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 47


Sumarmo, U. (1999). Implementasi Kurikulum Matematika 1993 pada Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Stacey, K. (2001) Developing Mathematical Thinking

Schoenfeld, A.H. (1992) Learning To Think Mathematically: Problem Solving,


Metacognition, and Sense-Making In Mathematics. New York: MacMillan

Sudijono, A. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumarmo, U.(2004). “ Pembelajaran Matematika untuk Mendukung


Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Makalah pada MGMP
Matematika SMP Negeri 1, Tasikmalaya.

Suryadi, D. (2004). “ Pengembangan Kemampuan Berpikir Matematik Melalui


Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung”. Proceeding Seminar
Nasional Matematika, UPI Bandung.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung


serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak langsung dalam rangka
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa
SLTP. Disertasi pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika. Calon Guru Matematika dan Siswa
dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi PPS. IKIP. Bandung: tidak
diterbitkan.

Yaniawati, P. (2001) Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended dalam Upaya


Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa. Tesis, Bandung: PPS. UPI.

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 48


c. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat

Penjumlahan dan Sifat-sifatnya


2. Metode Penjumlahan
c. Penjumlahan dengan mistar sederhana
d. Penjumlahan bilangan bulat tanpa alat bantu
(i) a + b = b + a
6 + 10 = 10 + 6 = 16
7 + 8 = 8 + 7 = 15

(ii) (-a) + (-b) = –(a + b)


(-8) + (-2) = -(8 + 2) = -10
(-6) + (-10) = -(6 + 10) = -(16)

(iii)
a+ (−b )= (−b ) +a=−( b−a ) 6 + (-8) = (-8) + 6 = -(8 – 6) = -2
dengan a< b (-10) + 4 = -(10 – 4) = -6

(iv) a+ (−b )= (−b ) +a=a−b


dengan a> b (-7) + 7 = 7 + (-7) = 0
8 + (-8) = 8 – 8 = 0

(v) a+ (−b )= (−b ) +a=a−b


8 + (-2) = (-2) + 8 = 8 – 2 = 6
dengan a> b 10 + (-3) = (-3) + 10 = 10 – 3 = 7

- Invers jumlah atau lawan suatu bilangan


Secara umum dapat dituliskan :
Lawan (invers jumlah) dari bilangan a adalah (-a)
Lawan (invers jumlah) dari bilangan (-a) adalah a

Lawan dari bilangan bulat a adalah (-a) sedemikina sehingga


a+ (−a ) =(−a ) + a=0

Sifat-sifat penjumlahan pada bilangan bulat


e. Sifat tertutup
Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1) 8 + (-3) = 5 → 8 bilangan bulat, (-3) bilangan bulat, dan ternyata
8 + (-3) = 5 juga bilangan bulat.
2) (-3) + 7 = 4 → (-3) pada bilangan bulat, 7 bilangan bulat,

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 49


dan ternyata (-3) + 7 = 4 juga bilangan bulat.
3) (-6) + (-9) = -15 → (-16) bilangan bulat, (-9) bilangan bulat, dan ternyata
(-6) + (-9) = -15 juga bilangan bulat.

Sembarang bilangan bulat bila dijuumlahkan menghasilkan bilangan bulat juga.


Dalam hal ini penjumlahan bilangan bulat dikatakan mempunyai sifat tertutup.
f. Sifat komutatif
Untuk sembarang bilangan bulat a dan b selalu berlaku:
a+ b=b+a
sifat ini disebut sifat komutatif penjumlahan.
g. Sifat asosiatif
Untuk sembarang bilangan bulat a, b, dan c selalu berlaku:
( a+ b ) +c=a+ ( b+ c ) . Sifat ini disebut sifat asosiatif penjumlahan.
h. Penjumlahan dengan bilangan nol
Untuk sembarang bilangan bulat a selalu berlaku
a+ 0=0+ a=a
0 disebut unsur identitas pada operasi penjumlahan.

Pengurangan dan Sifat-sifatnya


a−b=a+(−b)
Sifat Tertutup
Perhatikan operasi pengurangan pada bilangan bulat di bawah ini. (Hanya berlaku
pada sifat tertutup saja) :
a. 7 – 12 = –5 → 7 bilangan bulat, 12 bilangan bulat, dan ternyata
7 – 12 = –5 juga bilangan bulat.
b. –5 – 12 = –17 → –5 bilangan bulat, –12 bilangan bulat, dan ternyata
–5 – 12 = –17 juga bilangan bulat.
Pengurangan bilangan bulat selalu menghasilkan bilangan bulat maka operasi
pengurangan pada bilangan bulat bersifat tertutup. Sifat-sifat lainnya pada
penjumlahan berlaku, tidak berlaku pada operasi pengurangan.
Contoh Penggunaan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari :
Suhu suatu kamar pendingin mula-mula 20C di bawah nol, kemudian diturunkan 200C.
berapakah suhu kamar pendingin itu?
Jawab:
Misalkan, suhu kamar pendingin = x maka diperoleh x = –2 – 20 = –22.
Jadi suhu kamar pendingin itu adalah –220C.

Perkalian dan Sifat-sifatnya


2. Arti Perkalian
a. Sifat Tertutup

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 50


Jika a dan b adalah sembarang bilangan cacah, maka a×b juga bilangan cacah.
Hal ini berarti: perkalian antara bilangan cacah memenuhi sifat tertutup.
b. Sifat bilangan nol pada perkalian
Jika a adalah sembarang bilangan cacah maka berlaku
0×a=a×0=0
c. Sifat bilangan satu pada perkalian
Jika a adalah sembarang bilangan cacah maka berlaku
a×1=1×a=a
d. Sifat komutatif
Jika a dan b adalah sembarang bilangan cacah selalu berlaku
a×b=b×a
sifat ini disebut sifat komutatif (pertukaran) pada perkalian.
e. Sifat asosiatif perkalian
Jika a, b, dan c adalah sembarang bilangan maka berlaku
( a×b )×c=a×( b×c )=abc
sifat ini disebut sifat asosiatif (pengelompokkan) perkalian.
Contoh :
Selesaikanlah perkalian berikut dengan cara yang paling mudah:
a. ( 6×92 )×50 b. 25×( 675×8 )
Jawab
a. ( 6×92 )×50 = ( 92×6 )×50 (sifat komutatif)
= 92×( 6×50 ) (sifat asosiatif)
= 92×300
= 27.600
b. 25×( 675×8 ) = 25×( 8×675 ) (sifat komutatif)
= (sifat asosiatif)
= 200×675
= 135.000

untuk sembarang bilangan cacah a,b dan c selalu berlaku:


(1) a×( b+c )=( a×b ) + ( a×c ) (distributif kiri)
(2) ( a+b )×c=( a×c ) + ( b×c ) (distributif kanan)
Sifat ini disebut sifat distributif (penyebaran) perkalian terhadap penjumlahan.

Untuk sembarang bilangan cacah a, b dan c selalu berlaku:


(3) a×( b−c )=( a×b )−( a×c ) (distributif kiri)
(4) ( a−b )×c=( a×c )− ( b×c ) (distributif kanan)
Sifat ini disebut sifat distributif (penyebaran) perkalian terhadap pengurangan.
Contoh:
Hitunglah:
a. 1.392 x 98 = …… b. 8.375 x 100.001 = ……
Jawab:

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 51


Untuk menjawab kedua soal di atas, kita menggunakan sifat distributif
e. 1.392 x 98 = 1.392 x (100 – 2)
= (1.392 x 100) – (1.392 x 2)
= 193.200 – 2.784 = 136..416
f. 8.375 x 100.001 = 8.375 x (100.00 + 1)
= (8.375 x 100.000) + (8.375 x 1)
= 837.500.000 + 8.375
= 837.508.375
Pembagian Sebagai Operasi Kebalikan dari Perkalian
Untuk sembarang bilangan asli a, b dan c selalu berlaku:
a : b=c ⇔a=b×c

Operasi diatas disebut pembagian sebagai operasi kebalikan (invers) dari perkalian.

Contoh:
Tentukan nilai p, bila 9× p=63
Jawab:
9× p=63 ⇔ p=63 :9 ⇒ p=7 atau dapat ditulis sebagai:
63
9× p=63 ⇔ p= ⇒ p=7
9

Draft modul Bilangan Tsanawiyah 52

Anda mungkin juga menyukai