Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KONSEP FISIKA PADA KEARIFAN LOKAL KALIMANTAN TENGAH

FITRIANI

PRORAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

PENDAHULUAN tentang kejadian-kejadian yang ada di


lingkungan sekitar. Menurut
Pendidikan merupakan langkah Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016,
strategis dalam mencetak generasi muda siswa diharapkan dapat memiliki beberapa
berkualitas yang mampu menghadapi dan pengetahuan berkenaan dengan ilmu
memecahkan masalah dalam kehidupan pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
masyarakat yang beragam disetiap daerah humaniora dan mampu mengaitkan
(Bakhtiar, 2016). Keberagaman yang di pengetahuan tersebut dalam konteks diri
miliki oleh setiap daerah di Indonesia, sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
seharusnya dapat di manfaatkan dalam lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
pembelajaran untuk menghasilkan siswa serta kawasan regional dan internasional,
yang mudah merespon kejadian-kejadian sehingga dalam
di lingkungan sekitar sehingga pembelajaran fisika, pendidik harus
pembelajaran menjadi lebih bermakna. memiliki strategi untuk membentuk siswa
Kehidupan masyarakat yang beragam yang dapat memahami berbagai
disetiap daerah merupakan komponen pengetahuan yang berkaitan dengan materi
penting dalam pembelajaran, karena fisika. Faktanya pendidikan cenderung
menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun menggunakan sistem pembelajaran yang
2016, pendidik harus bisa memberi hanya mentransfer pengetahuan kepada
aplikasi materi ajar dalam kehidupan siswa atau yang disebut sebagai dead
sehari-hari, dengan memberikan contoh knowledge, yaitu pengetahuan yang terlalu
dan perbandingan lokal, nasional maupun bersifat hafalan (textbookish), sehingga
internasional sehingga bukan hanya contoh pengetahuan yang didapat dari
pembelajaran secara nasional maupun pembelajaran tidak menyatu dengan
internasional, keunikan lokal setiap daerah budaya yang ada (Febriyanti, 2017).
juga merupakan contoh penting dalam Pembelajaran dengan mengedepankan
pembelajaran. pengetahuan yang bersifat hafalan, tidak
sejalan dengan tujuan kurikulum yang
Fisika sebagai bagian dari sains berlaku saat ini. Kurikulum yang
adalah ilmu pengetahuan alam yang diterapkan di Indonesia adalah
menjelaskan fenomena teramati kurikulum 2013 dengan menggunakan
(observable) dengan didasarkan pada pendekatan saintifik, pendekatan ini
pengalaman manusia, pikiran rasional, dan mengharuskan siswa memahami sains dari
eksperimen secara detail (Suwindra, 2016). pengetahuan awal yang peseta didik miliki
Hal tersebut menggambarkan bahwa fisika sehingga dapat dikaitkan dengan materi
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. fisika yang dipelajari. Pengetahuan awal
Setiap fenomena yang ada dalam siswa berasal dari lingkungan disekitarnya,
pembelajaran fisika merupakan penjelasan
namun guru masih menggunakan contoh
contoh yang umum sehingga siswa tidak Kurikulum 2013 mengharapkan,
mampu memanfaatkan pengetahuan awal siswa mampu mengaitkan materi fisika
yang dimiliki sebagai dasar untuk dengan pengetahuan daerah, karena
mengkonstruk pengetahuan. Hal ini dengan memahami pengetahuan yang ada
menyebabkan pengetahuan yang diperoleh di daerahnya, maka pembelajaran fisika
siswa kurang bermakna dan cenderung menjadi lebih bermakna. Selain dari bahan
bersifat hafalan sehingga siswa kurang ajar, pemahaman konsep yang rendah dari
peka terhadap peristiwa di sekitar siswa mengakibatkan hasil belajar siswa
daerahnya, yang sebenarnya memiliki tidak memuaskan. Kurangnya pemahaman
kaitan dengan materi pembelajaran fisika. konsep ini karena siswa terbiasa untuk
Permainan tradisional yang dimiliki suku menghafal materi, sehingga ketika siswa
Dayak Ngaju selaras dengan materi fisika dihadapkan dengan permasalahan yang
yaitu Momentum dan Impuls. berbeda dengan yang guru ajarkan, mereka
Permainan tradisional ini sudah akrab tidak mampu untuk memberikan solusi
dengan siswa, namun siswa lebih tertarik yang sesuai dengan materi yang telah
dengan permainan modern yang sedang diajarkan.
berkembang saat ini. Pembelajaran fisika Solusi yang tepat dari uraian
yang bermakna seharusnya mampu permasalahan yang telah dijabarkan
membuat siswa memahami materi tentang penulis adalah dengan mengembangkan
momentum, impuls dan hubungannya bahan ajar berupa modul. Penelitian
dengan permainan tradisional yang sebelumnya yang dilakukan oleh
dimiliki oleh daerahnya, sehingga tujuan Febriyanti (2017) memperoleh hasil bahwa
kurikulum 2013 dapat terealisasikan modul berbasis kearifal lokal kuningan,
dengan baik. memiliki kriteria
Pembelajaran yang ada seharusnya mampu valid dan praktis sehingga dapat digunakan
membuat siswa memahami dan dalam pembelajaran sains, juga mampu
menerapkan pengetahuan yang telah meningkatkan hasil belajar siswa pada
mereka miliki dalam kehidupan sehari- materi suhu dan kalor di SMP Negeri 2
hari, terutama pada kearifan lokal yang Tapen. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memang menjadi keunikan setiap daerah mendeskripsikan hasil belajar siswa
di Indonesia. setelah menggunakan modul berbasis
kearifan lokal permainan tradisional
Berdasarkan wawancara dengan Kalimantan Tengah.
guru fisika SMA Negeri 1 Sampit, dalam
proses pembelajaran fisika di sekolah,
masih menggunakan bahan ajar yang METODE
kurang kontekstual. Kendala yang
Penelitian ini termasuk penelitian
dihadapi oleh sebagian guru sehingga
pengembangan pendidikan yang
masih menggunakan bahan ajar seadanya
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sampit
adalah biaya, dan dinilai lebih praktis
dengan subjek penelitian siswa kelas X
sehingga langsung bisa digunakan. Bahan
semester genap tahun jaran 2018/2019.
ajar yang pernah digunakan yaitu modul,
Pada penelitian ini metode untuk
namun modul ini memiliki beberapa
menentukan daerah penelitian adalah
kelemahan, salah satunya adalah tidak
purposive sampling area. Daerah
mengaitkan materi dengan peristiwa nyata
penelitian dipilih dengan beberapa
di setiap daerah sehingga siswa tidak
pertimbangan,
mengetahui bahwa peristiwa yang ada di
antara lain: a. Permasalahan yang dialami
sekitarnya merupakan penerapan dari
siswa sesuai dengan masalah latar
materi fisika itu sendiri.
belakang
peneliti; b. Kesesuain pengetahuan dasar ( Hake, 1998)
siswa terkait kearifan lokal yaitu
permainan HASIL DAN PEMBAHASAN
tradisional Kalimantan Tengah. Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam
ini menggunakan desai model tahap analisis permasalahan awal dengan
pengembangan Nieveen. melakukan observasi dan melaksanakan
Desain model pengembangan wawan cara dengan salah satu guru fisika
menurut Nieveen terdiri dari tiga tahap di SMA Negeri 1 Sampit. Berdasarkan
yaitu preliminary research (Tahap hasil observasi dan wawancara dengan
Pendahuluan), prototyping Stage (Tahap salah satu guru fisika di SMA Negeri 1
Perancangan), dan assesment Stage (Tahap Sampit, untuk mencapai tujuan
Penilaian).Studi pendahuluan dilaksanakan pembelajaran digunakan
untuk memperoleh gambaran awal yang bahan ajar berupa buku cetak fisika. Bahan
berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, ajar yang digunakan masih menggunakan
mengumpulkan informasi tentang bahasa yang kurang sederhana serta
kebutuhan dalam pembelajaran. kurang kontekstual dengan peristiwa yang
Pada tahap perancangan ada disekitar daerah SMA Negeri 1
(prototyping stage) akan dibuat draft Sampit, padahal beberapa fenomena unik
modul berorientasi kearifan lokal, dan seperti permainan tradisional sangat erat
dilakukan validasi untuk mengetahui kaitannya dengan materi momentum dan
kelayakan modul yang dikembangkan. impuls.
Validasi dilakukan oleh 3 validator yaitu Tahap perancangan dilakukan
dua dosen dari Pendidikan Fisika, dengan merancang draft modul fisika
Universitas Jember dan satu guru fisika berbasis kearifan lokal permainan
SMAN 1 Sampit. tradisional Kalimantan Tengah yang
Setelah modul divalidasi, modul akan dikembangkan termasuk ke dalam bahan
diperbaiki sesuai dengan masukan yang ajar cetak. Draf I modul fisika berbasis
telah didapatkan dari validator. Modul kearifan lokal yang dihasilkan dalam tahap
yang sudah diperbaiki akan di uji cobakan prototyping stage memuat 2 kegiatan
kepada kelas X MIPA B sejumlah 33 pembelajaran yaitu kegiatan belajar satu
siswa. Tahap terakhir yaitu assesment yang mencangkup materi momentum dan
Stage, dengan melakukan uji coba impuls, serta kegiatan pembelajaran dua
lapangan. Pada tahap ini di didapatkan yang mencangkup materi tumbukan. Pada
data hasil belajar siswa menggunakan tahap ini, juga dilakukan penyusunan
modul berbasis kearifan lokal. Hasil perangkat pembelajaran yang digunakan
belajar di ukur dengan soal pretest-postest, sebagai penunjang dalam penelitian antara
untuk melihat perkembangan hasil belajar lain, silabus, RPP, instumen penilaian
siswa sebelum dan sesudah menggunakan berupa soal pretest-postest, dan instrument
modul fisika yang dikembangkan. Data keterlaksanaan pembelajaran.
nilai yang didapatkan akan dianalisi
dengan menggunakan N-gain dengan Draf I modul yang dihasilkan dari
rumus : tahap perancangan produk, selanjutnya
𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 = dinilai kelayakannya oleh validator ahli.
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡 Data kualitatif berupa penilaian secara
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡 umum serta komentar dari validator,
Keterangan : menjadi data pendukung untuk melakukan
N-gain : Selisih hasil posttest dan pretest perbaikan pada modul fisika berbasis
Spre test : Skor rata-rata pretest kearifan lokal yang dikembangkan.
Spost test : Skor rata-rata posttest Penilaian umum dari validator memiliki
Smaksimum : Skor tes maksimum tiga
kategori yaitu, belum dapat digunakan dan kearifan lokal. Hasil belajar siswa yaitu
memerlukan konsultasi, digunakan dengan nilai dari pretest dan posttest, di analisis
revisi, atau dapat digunakan tanpa revisi. menggunakan N-gain untuk mengetahui
perkembangan nilai siswa sebelum dan
sesudah menggunakan modul berbasis
Data kualitatif berupa penilaian umum kearifan lokal. Data analisa hasil belajar
atau siswa ditunjjukan pada Tabel 3. Berikut :
komentar pada kolom saran yang
didapatkan dari uji validasi oleh validator Komponen
ditunjukan oleh Tabel 1. Berikut Kelas X MIPA B
Pretest Posttest
Tabel 1. Data kualitatif dari validator Jumlah Siswa
33 33
Modul Validator Penilaian Nilai
yang Umum Tertinggi
dikembang 40 90
kan Nilai
Terendah
Dapat 9 55
Validator digunaka Rata-Rata
n 23,64 72,67
1 dengan Standar
revisi Deviasi
9,77 10,73
Selisih Rata-
Modul Dapat Rata
Fisika Validator digunaka 49,03
Berbasis 2 n N-gain 0,65
Kearifan dengan Kategori Sedang
Lokal revisi
Permainan Pada Tabel 2., menunjukan bahwa
Tradisional nilai rata-rata pretest sebesar 23,64
sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar
72,67, terdapat perbedaan nilai, yaitu nilai
Dapat posttest lebih besar daripada nilai pretest,
Validat digunaka hal ini disebabkan karena siswa X MIPA B
or n belum pernah mendapatkan pembelajaran
3 tanpa tentang momentum dan impuls.
revisi Peningkatan hasil belajar dapat dilihat
dalam Tabel 4.6 berdasarkan hasil analisis
data menunjukan adanya peningkatan hasil
Tahap penilaian dilakukan uji coba belajar siswa kelas X MIPA B. Hasil
lapangan di SMA Negeri 1 Sampit analisis dengan uji N-gain kelas X MIPA
Kalimantan Tengah. Subyek yang menjadi B mendapat nilai N-gain sebesar 0,65
penelitian adalah siswa kelas X MIPA B termasuk dalam kriteria sedang, hal ini
tahun ajaran genap 2018/2019 berjumlah sesuai dengan kriteria dari Hake (1998)
33 orang. Siswa akan diberikan soal jika 0,3≤ N-gain < 0,7 termasuk dalam
pretest sebelum menggunakan modul kategori sedang. Peningkatan hasil belajar
berbasis kearifan lokal, dan akan diberikan siswa yang kurang maksimal, disebabkan
soal posttest setelah menggunakan modul
oleh faktor individu dari siswa kelas X belajar siswa. Jurnal Bioterdidik.
MIPA B. 6 (5) : 67-78.
Menurut Bapak Harsono, S.Pd siswa X Ardiansyah, D. 2014. Studi komparasi
MIPA B sangat heterogen, sehingga dalam hasil
penyerapan informasi saat pembelajaran belajar antara kelompok belajar
bervariasi, sesuai dengan karakteristik berdasarkan kecerdasan majemuk
siswa. Hal serupa juga diungkapkan oleh dengan kelompok belajar bebas
Damayanti (2013) yaitu peningkatan hasil pada pembelajaran fisika kelas XI
belajar yang kurang maksimal dapat IPA di MA Unggulan Tlasih
disebabkan karena daya kemampuan Sidoarjo. Jurnal Inovasi
masing-masing individu untuk menyerap Pendidikan Fisika. 3(3): 36-39.
materi yang disampaikan berbeda-beda. Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
SIMPULAN DAN SARAN : Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang Jakarta: PT Raja Grafindo
dilakukan dan pembahasan yang telah Persada.
diuraikan, maka diperoleh kesimpulan Bakhtiar, D. 2016. Bahan ajar berbasis
sebagai berikut: modul fisika berbasis kearifan lokal terintegrasi STM
kearifan lokal permainan tradisional (Sains, Teknologi, dan
Kalimantan Tengah yang dikembangkan Masyarakat) pada mata pelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa fisika. Seminar Nasional
dalam pembelajaran fisika materi Pendidikan. 21 Mei 2016. 650-
momentum dan impuls dengan nilai N- 660.
gain sebesar 0,65 masuk dalam kriteria Bektiarso, S. 2015. Strategi Pembelajaran.
sedang. Yogyakarta: LaksBang
Berdasarkan hasil penelitian yang PRESSindo
dilakukan, maka saran yang diajukan Damayanti, C., N.R. Dewi., dan I. Akhlis.
adalah sebagai berikut: bagi pihak sekolah 2013. Pengembangan CD
dapat mendukung dan memberikan pembelajaran berbasis kearifan
motivasi untuk mengembangkan dan lokal tema getaran dan gelombang
menggunakan modul fisika berbasis untuk siswa SMP kelas VIII.
kearifan lokal pada materi lain dengan Unnes Science Education Journal.
inovatif dan kreatif sesuai kebutuhan siswa 2(2): 274-281.
dan bagi peneliti lain penelitian Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan
pengembangan ini dapat dilakukan dengan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas
materi yang berbeda sehingga didapatkan Febriyanti dan Subiki. 2017. The
modul fisika berbasis kearifan lokal yang development of science learning
beragam. module based on brass local
wisdom in the subject of heat in
DAFTAR PUSTAKA junior high school. International
Journal Of Advanced Research.
Anggis, E.V. 2017. Teknik penyusunan
5(9) : 1036-1041
modul materi sistem ekresi
Fraenkel, J.R. dan E.W. Norman. 2009.
dengan model problem based
How to design and evaluate
learning. Jurnal Pendidikan
research in education. Boston :
Biologi.14(1): 455-458.
McGraw Hill.
Anggramayeni, A., B. Yolida., dan R. R.
Fuad, Z. 2018. Identifikasi Kearifan Lokal
T. Marpaung. 2018. Efektifitas
Kalimantan Selatan Sebagai
bahan ajar berbasis kearifan lokal
Sumber Belajar Fisika Kelas X.
terhadap aktivitas dan hasil
Seminar Nasional Pendidikan. 24

Anda mungkin juga menyukai