Anda di halaman 1dari 33

1

Penulis :
Amir Syaifurrohman, S.Ag., M.Pd.
Fina Aulika Lestari, M.Pd.

Editor : Amir Syaifurrohman, S.Ag., M.Pd.

Tata letak / Layout :

Desain Cover :

ISBN :

15,5 x

23 cmiii

ii + 30

hlm

Cetakan pertama : Oktober 2023

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
penerbit.

Penerbit :

Lembaga KeIslaman

Universitas Aisyah Pringsewu

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

Praktik Ibadah ......................................................................................................................... 1

1. Wudhu ........................................................................................................................... 1

2. Tayamum ....................................................................................................................... 2

3. Sholat Fardhu ............................................................................................................... 5

4. Sholat Jenazah ............................................................................................................ 12

5. Mandi Junub ............................................................................................................... 17

6. Dzikir Pagi dan Petang............................................................................................... 18

7. Doa-doa Pilihan Sehari-hari ...................................................................................... 19

1) Doa berpergian ........................................................................................................ 19

2) Doa keluar rumah ................................................................................................... 19

3) Doa sebelum makan ................................................................................................ 20

4) Doa sesudah makan ................................................................................................ 20

5) Doa masuk wc.......................................................................................................... 20

6) Doa keluar wc .......................................................................................................... 20

7) Doa sebelum tidur ................................................................................................... 20

8) Doa sesudah tidur ................................................................................................... 20

9) Doa kepada kedua orangtua .................................................................................. 21

8. Komunikasi yang baik................................................................................................ 24

9. Adab Berpakaian dalam Islam .................................................................................. 25

10. Pola Pergaulan dengan lawan jenis .......................................................................... 29

ii
WUDHU DAN TAYAMUM

A. WUDHU
Tata Cara Wudhu yang Benar Sesuai Tuntunan:
1. Niat

2. Membasuh telapak tangan 3 kali hingga ke sela-sela jari


3. Berkumur 3 kali
4. Membersihkan lubang hidung 3 kali, dengan cara menghirup air ke dalam hidung
untuk kemudian mengeluarkannya lagi
5. Membasuh muka dari ujung kepala tumbuhnya rambut hingga bawah dagu
6. Membasuh kedua tangan hingga siku sebanyak 3 kali
7. Mengusap kepala 3 kali
8. Mengusap kedua telinga secara bersamaan sebanyak 3 kali
9. Mencuci kaki sampai mata kaki ataupun betis sebanyak 3 kali, diikuti dengan jari-jari
kaki disela-selai dengan jari tangan
10. Membaca doa setelah wudhu sebagai penyempurna, berikut bacaannya:

ُُ ُ َ ً َّ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ ََ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫شيك له َوأش َهد أن ُم َح َّمدا ع ْبد ُه َو َر ُس ْوله‬ ِ ‫أشهد أن ال ِإلـه ِإال هللا وحده ال‬
َ َ ْ ْ َّ َ ْ ‫َ َّ ُ َّ ْ َ ْ ن‬
‫ن ِم َن ال ُمتط ِّه ِر ْي َن‬ ْ ‫ي َو‬
ْ ‫اج َعل ن‬
‫ِي‬
َ‫الت َّواب ْ ن‬
ِ ‫اللهم اجعل ِ ين ِمن‬
Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak
ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan
utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang
bertobat dan jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci
(shalih)."

1
B. TAYAMUM
Tata Cara Tayamum yang Benar Sesuai Tuntunan
1. Niat
2. Siapkan tanah berdebu atau debu yang bersih. Ulama memperbolehkan menggunakan
debu yang berada di tembok, kaca, atau tempat lain yang dirasa bersih
3. Disunnahkan menghadap kiblat, lalu letakkan kedua telapak tangan pada debu,
dengan posisi jari-jari kedua telapak tangan dirapatkan
4. Dalam keadaan tangan masih diletakan di tembok atau debu, lalu ucapkan basmallah
dan niat
5. Usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah dan dianjurkan untuk berusaha
meratakan debu pada seluruh bagian wajah
6. Selanjutnya bagian tangan, sementara lepaskan cincin bila ada di jari, dan letakkan
kembali telapak tangan pada debu, kali ini jari tangan direnggangkan. Lalu
tengadahkan kedua telapak tangan, dengan posisi telapak tangan kanan di atas tangan
kiri. Rapatkan jari-jari tangan, dan usahakan ujung jari kanan tidak keluar dari
telunjuk jari kiri, atau telunjuk kanan bertemu dengan telunjuk kiri
7. Telapak tangan kiri mengusap lengan kanan hingga ke siku. Kemudian, tangan kanan
diputar untuk diusapkan juga sisi lengan kanan yang lain, dan telapak tangan

2
mengusap dari siku hingga dipertemukan kembali jempol kiri mengusap jempol
kanan. Lakukan hal yang sama pada tangan kiri seperti tadi
Pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usapkan di antara jari-jarinya
Setelah tayamum, dianjurkan juga oleh sebagian ulama untuk membaca doa

3
PENILAIAN WUDHU DAN TAYAMUM

NAMA WUDHU TAYAMUM TOTAL NILAI

SCORE DESKRIPSI Indikator


>75 Sangat Memuaskan Sangat lancar wudhu dan tayamum
65 -74 Memuaskan Lancar wudhu dan tayamum
55-64 Cukup Memuaskan Tidak lancar wudhu dan tayamum

4
SHOLAT FARDHU

A. BACAAN SHOLAT

1. Bacaan Takbiratul Ikram


Bacaan saat takbiratul ihram atau takbiratul ula adalah takbir, yakni:
‫َّللاُ أ َ ْمبَ ُز‬
‫ه‬
Artinya: Allah Maha Besar
Rasulullah membaca takbir dengan suara keras hingga makmum di belakang beliau
mendengarnya. Bagaimana dengan makmum? Beliau juga memerintahkan untuk bertakbir.
Apabila imam mengucapkan “Allaahu akbar” maka ucapkanlah “Allaahu akbar.” (HR.
Ahmad dan Baihaqi; shahih)
2. Bacaan Iftitah
Bacaan Iftitah 1

‫ة‬ َ ‫ ٍِ َِ ْاى َخ‬ِّْٚ‫ اىيه ُٖ هٌ َّ ِق‬، ‫ة‬


ُ ْ٘ ‫ اىث ه‬ٚ‫طبيَب َم ََب يَُْقه‬ ِ ‫ق َٗ ْاى ََ ْغ ِز‬ِ ‫ت بَ ْي َِ ْاى ََ ْش ِز‬َ ْ‫ مَ ََب بَبعَذ‬ٙ‫ب‬
َ َ‫طبي‬َ ‫ َٗبَيَِْ َخ‬ِْٚ‫اَىيه ُٖ هٌ بَب ِعذْ بَ ْي‬
‫ج َٗ ْاىبَ َز ِد‬ِ ‫بء َٗاىث ه ْي‬
ِ ََ ‫ بِ ْبى‬ٙ‫ب‬
َ َ‫طبي‬ َ ‫ اىيه ُٖ هٌ ا ْغس ِْو َخ‬، ‫ط ٍَِِ اىذهّ َِس‬ ُ َ‫األ َ ْبي‬
Artinya:
Ya Allah jauhkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana engkaujauh kan antara timur dan
barat. Duhai Allah, bersihkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana bersihnya pakaian
putih dari kotoran. Ya Allah cucilah aku dari dosa-dosaku dengan air, salju dan embun. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Bacaan Iftitah 2
ِ َ ‫َّللا بُ ْن َز َٗأ‬
ً‫يي‬ ِ ‫ب ْب َمبَُ ه‬ ِ ‫َّللاُ أ َ ْمبَ ُز َم ِبيزا َٗ ْاى َم َْذُ ِ ه‬
ُ َٗ ‫هَّل َم ِثيزا‬ ‫ه‬
Artinya:
Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang. (HR. Muslim)

3. Bacaan ketika ruku‟


Bacaan ruku’ 1
Yang pertama adalah bacaan ruku‟ riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad,
dan Thabrani. Berikut ini lafazh dan artinya:
ٌ‫ ْاىعَ ِظ ِي‬ٚ
َ ّ‫ب ْب َمبَُ َر ِب‬
ُ
(Subhaana robbiyal „adhiimi) 3x
Artinya: Mahasuci Tuhanku yang Mahaagung
Baca tasbih ini 3 kali. Dalam sholat tahajud, Rasulullah ruku‟ sangat panjang sehingga
bacaan tasbih ini bisa dibaca lebih dari tiga kali.
Tasbih bacaan ruku’ 2
Selanjutnya, doa ruku‟ ini terdapat dalam hadits shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Rasulullah banyak membaca doa ini dalam ruku‟ dan sujud beliau, dalam rangka
mengerjakan perintah Allah di Surat An Nashr ayat 3.
ٚ‫ِك اىيه ُٖ هٌ ا ْغ ِف ْز ِى‬
َ ‫ب ْب َمبّ ََل اىيه ُٖ هٌ َربهَْب َٗ ِب َم َْذ‬
ُ
Artinya: Mahasuci Engkau, ya Allah Tuhan kami dan segala puji bagiMu. Ya Allah
ampunilah aku.
5
4. Bacaan ketika „itidal
Ketika mengangkat punggungnya dari ruku‟, Rasulullah tidak membaca takbir namun
membaca:
َُٓ‫َّللاُ ِى ََ ِْ َح َِذ‬
‫ب َِ َع ه‬
َ
Artinya: Allah Maha Mendengar orang yang memujiNya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Bacaan ‘itidal 1
Setelah tegak berdiri, kemudian beliau melanjutkan dengan membaca:
ُ‫َربهَْب َٗىَ َل ْاى َم َْذ‬
Artinya: Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika menjadi makmum, cukup membaca yang terakhir ini tanpa mengulangi “sami‟allahu
liman hamidah.” Sebagaimana sabda Rasulullah, “Sesungguhnya imam itu diangkat untuk
diikuti… jika imam mengucapkan sami‟allaahu liman hamidah, maka ucapkanlah Robbanaa
walakal hamdu…” (HR. Muslim)
Selain bacaan di atas (Robbanaa walakal hamdu), ada pula beberapa baca‟an i‟tidal yang
Rasulullah ajarkan, antara lain:
Bacaan I’tidal 2:
Bacaan ini bersumber dari hadits shahih riwayat Imam Muslim:
َ ِْ ٍِ ‫ث‬
ُ ‫ءٍ بَ ْعذ‬ْٚ ‫ش‬ ِ ‫ت َٗاأل َ ْر‬
َ ْ‫ض َٗ ٍِ ْو َء ٍَب ِشئ‬ ‫َربهَْب ىَ َل ْاى َم َْذُ ٍِ ْو َء اى ه‬
ِ ‫س ََ َ٘ا‬
Artinya: Wahai Tuhan kami, segala puji bagiMu, sepenuh langit dan sepenuh bumi dan
sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki setelah itu
Bacaan I’tidal 3
Bacaan i‟tidal ini bersumber dari hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
ِٔ ‫برمب فِي‬ َ ‫ َح َْذا َمثِيزا‬، ُ‫َربهَْب َٗىَ َل ْاى َم َْذ‬
َ َ‫ط ِيّبب ٍُب‬
Artinya: Ya Tuhan kami, segala puji hanyalah bagimu, aku memujiMu dengan pujian yang
banyak, yang baik dan penuh berkah
Awalnya bacaan sholat ini dibaca oleh salah seorang sahabat saat i‟tidal. Selesai shalat,
Rasulullah mensabdakan bahwa bacaan ini mengundang 30 malaikat untuk berebut mencatat.
5. Bacaan ketika sujud
Bacaan sujud 1
Bacaan sujud ini bersumber dari hadits riwayat Imam Muslim. Juga Abu Dawud, Ibnu Majah,
dan Thabrani. Berikut ini lafazh dan artinya:

َٚ‫ ْاأل َ ْعي‬ٚ


َ ّ‫ب ْب َمبَُ َر ِب‬
ُ
(Subhaana robbiyal „a‟la) 3x
Artinya: Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi
Bacaan sujud 2
Bacaan sujud bersumber dari riwayat Abu Dawud, Ahmad, Baihaqi, Thabrani, Daruquthi.
Bedanya dengan bacaan di atas, dalam bacaan ini ada tambahan wabihamdih. Berikut ini
lafazh dan artinya:
ِٓ ‫ َٗبِ َم َْ ِذ‬َٚ‫ ْاأل َ ْعي‬ٚ
َ ّ‫ب ْب َمبَُ َر ِب‬
ُ
(Subhaana robbiyal „a‟la wabihamdih) 3x
Artinya: Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi dan segala puji bagiNya
Doa sujud 3
Doa sujud ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Rasulullah banyak
membaca doa ini dalam ruku‟ dan sujud beliau, dalam rangka mengerjakan perintah Allah di
Surat An Nashr ayat 3.
ٚ‫ِك اىيه ُٖ هٌ ا ْغ ِف ْز ِى‬
َ ‫ب ْب َمبّ ََل اىيه ُٖ هٌ َربهَْب َٗ ِب َم َْذ‬
ُ
Artinya: Mahasuci Engkau, ya Allah Tuhan kami dan segala puji bagiMu. Ya Allah
6
ampunilah aku.
6. Bacaan duduk diantara dua sujud
Dari sujud kemudian duduk, Rasulullah juga membaca takbir. Adapun sewaktu duduk ini,
bacaannya adalah sebagai berikut:
ِْٚ ‫ار ُس ْق‬
ْ َٗ ِّٚ ‫ َٗا ْٕ ِذ‬ِْٚ ‫عب ِف‬ ْ َٗ ٚ‫اىيه ُٖ هٌ ا ْغ ِف ْز ِى‬
َ َٗ ِْٚ َْ ‫ار َح‬
Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, lindungilah aku, berilah aku petunjuk
dan berilah aku rezeki (Abu Dawud)
ِْٚ ‫ار ُس ْق‬ ْ َٗ ٚ‫اىيه ُٖ هٌ ا ْغ ِف ْز ِى‬
ْ َٗ ِّٚ‫ َٗا ْٕ ِذ‬ِّٚ ‫ َٗاجْ ب ُْز‬َِْْٚ ‫ار َح‬
Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, penuhilah kebutuhanku, berilah aku
petunjuk dan berilah aku rezeki (Abu Dawud)
ْ َٗ ِْٚ‫ار ُس ْق‬
ِْٚ‫ارفَ ْع‬ ْ َٗ ٚ‫ة ا ْغ ِف ْز ِى‬
ْ َٗ ِّٚ‫ َٗاجْ ب ُْز‬َِْْٚ ‫ار َح‬ ِ ّ ‫َر‬
Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, penuhilah kebutuhanku, berilah aku
petunjuk dan tingikanlah aku (Abu Dawud)
7. Bacaan tasyahud awal
Adapun sewaktu duduk tasyahud, bacaannya adalah sebagai berikut:
َٚ‫عي‬
َ َٗ ‫عيَ ْيَْب‬ ِ ‫ َٗ َرحْ ََةُ ه‬ٚ
‫َّللا َٗبَ َزمَبجُُٔ اى ه‬
َ ًُ ًَ‫س‬ ُّ ‫عيَي َْل أَيُّ َٖب اىْه ِب‬
َ ًُ ًَ‫س‬ ‫صيَ َ٘اتُ ه‬
ِ ‫اىط ِيّبَبتُ ِ ه‬
‫هَّل اى ه‬ ‫بر َمبتُ اى ه‬ َ َ‫اىح ه ِميهبتُ ْاى َُب‬
‫ب٘ ُه ه‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫َّللاُ َٗأ َ ْش َٖذ ُ أ َ هُ ٍُ َم هَذا َر‬
‫صب ِى ِميَِ أ َ ْش َٖذُ أ َ ُْ الَ ِإىََٔ ِإاله ه‬ ‫ِعبَب ِد ه‬
‫َّللاِ اى ه‬
Artinya: Segala penghormatan, keberkahan, shalawat dan kebaikan hanya bagi Allah.
Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai Nabi, demikian pula rahmat
Allah dan berkahNya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-
hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah (HR. Muslim)

Dalam riwayat An Nasa‟i, kalimat terakhirnya: Muhammadan „abduhu warosuuluh.


ِ ‫ ِعبَب ِد َّللاه‬َٚ‫عي‬
َ َٗ ‫عيَ ْيَْب‬ ِ ‫ َٗ َرحْ ََةُ ه‬ٚ
‫ اى ه‬، ُُٔ‫َّللا َٗبَ َزمَبج‬
َ ًُ ًَ‫س‬ ُّ ‫عيَي َْل أَيُّ َٖب اىْه ِب‬
َ ًُ ًَ‫س‬ ‫صيَ َ٘اتُ َٗ ه‬
‫ اى ه‬، ُ‫اىط ِيّبَبت‬ ‫هَّل َٗاى ه‬ ِ ‫اىح ه ِميهبتُ ِ ه‬
ُُٔ‫ب٘ى‬
ُ ‫ع ْبذُُٓ َٗ َر‬َ ‫َّللاُ َٗأ َ ْش َٖذ ُ أ َ هُ ٍُ َم هَذا‬
‫ أ َ ْش َٖذُ أ َ ُْ الَ ِإىََٔ ِإاله ه‬، َِ‫صب ِى ِمي‬
‫اى ه‬
Artinya: Segala penghormatan, shalawat dan kebaikan-kebaikan hanya bagi Allah. Semoga
salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai Nabi, demikian pula rahmat Allah dan
berkahNya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba
Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan rasulNya. (HR. Bukhari dan Muslim)
8. Bacaan tasyahud akhir
Bacaannya sama dengan tasyahud awal dengan ditambah sholawat nabi.
‫آه إِب َْزا ِٕي ٌَْ إِّـ ه َل َح َِيْذ ٍَ ِِيْذ اَىيه ُٖ هٌ بب َ ِر ْك‬
ِ ٚ‫ي‬
َ ‫ع‬
َ َٗ ٌَْ ‫ إِب َْزا ِٕي‬ٚ‫ي‬
َ ‫ع‬ َ ‫ييهي‬
َ ‫ْث‬ َ َ ‫آه ٍُ َم هَ ٍذ مََب‬
ِ ٚ‫ي‬ َ َٗ ‫ ٍُ َم هَ ٍذ‬ٚ‫ي‬
َ ‫ع‬ َ ‫ع‬ َ ٌ‫اَىيه ُٖ ه‬
َ ‫ي ِّو‬
‫آه إِب َْزا ِٕي ٌَْ إِّـ ه َل َح َِيْذ ٍَ ِِيْذ‬
ِ ٚ‫ي‬
َ ‫ع‬
َ َٗ ٌَْ ‫ إِب َْزا ِٕي‬ٚ‫ي‬
َ ‫ع‬ َ ‫آه ٍُ َم هَ ٍذ مََب َ بب َ َر ْم‬
َ ‫ث‬ ِ ٚ‫ي‬ َ َٗ ‫ ٍُ َم هَ ٍذ‬ٚ‫ي‬
َ ‫ع‬ َ ‫ع‬َ
Artinya: Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi
Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah
keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau

7
telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. (HR. Bukhari)

9. Bacaan salam
Terakhir adalah bacaan salam, yakni usai tasyahud akhir. Ketika menoleh ke kanan,
Rasulullah terkadang mengucapkan salam:
‫عيَ ْي ُن ٌْ َٗ َرحْ ََةُ ه‬
ِ‫َّللا‬ َ ًُ ًَ‫س‬
‫اى ه‬
(Assalaamu‟alaikum warohmatullooh)
Artinya: Semoga keselamatan dan rahmat Allah limpahkan kepada kalian (HR. Muslim)
Terkadang mengucapkan:
ُُٔ‫عيَ ْي ُن ٌْ َٗ َر ْح ََةُ َّللاه ِ َٗ بَ َزمَبج‬
َ ًُ ًَ‫س‬
‫اى ه‬
(Assalaamu‟alaikum warohmatulloohi wabarookaatuh)
Artinya: Semoga keselamatan rahmat Allah dan berkahNya limpahkan kepada kalian (HR.
Abu Dawud)
Sedangkan ketika menoleh ke kiri, beliau terkadang hanya mengucapkan
“Assalamu‟alaikum”
Demikian bacaan sholat lengkap beserta tulisan latin dan artinya, mulai dari takbiratul ihram
hingga salam.

8
B. Gerakan Shalat Fardlu

Gerakan shalat diantarnya takbiratul ihram, ruku‟, i‟tidal, sujud, duduk diantara
dua sujud dan tasyahud akhir, berikut gambar gerakan shalat fardlu :

9
PENILAIAN SHALAT

Pelaksanaan

Bacaan Sholat (A) Gerakan Sholat (B)


Nilai
Total
Iftitah Al- Do’a Do’a Do’a Do’a Do’a Takbiratul Ruku’ ‘Itidal Sujud Duduk Tasyahud
Nama (A +
Fatihah Ruku’ ‘Itidal Sujud Duduk Tasyahud Ikram Diantara Akhir
B)
Diantara Akhir Dua
Dua Sujud
Sujud
10 5 5 5 5 10 20 5 5 5 5 10 10

10
11
Sholat Jenazah

Sholat jenazah hukumnya fardhu kifayah berdasarkan keumuman perintah Rasulullah


Shallallahu „alaihi wa sallam untuk menyalati jenazah seorang muslim. Dari Abu
Hurairah radhiallahu‟anhu, ia berkata:

َ َّ
‫وسل َم كان ُي ى‬ َّ
ُ ‫صَّل‬ َ َّ
‫ فيسأل ( هل ترك لدينه‬. ‫ عليه الدين‬، ‫الميت‬
ِ ‫بالرجل‬
ِ ‫ؤت‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫هللا‬
ِ ‫أن رسول‬
ُّ َّ ً
)‫صاحبكم‬
ِ ‫ وإال قال ( صلوا عَّل‬. ‫وفاء صَّل عليه‬ ‫قضاء ؟ ) فإن حدث أنه ترك‬
ٍ ‫من‬
Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam pernah didatangkan kepada beliau jenazah seorang
lelaki. Lelaki tersebut masih memiliki hutang. Maka beliau bertanya: “Apakah ia memiliki
harta peninggalan untuk melunasi hutangnya?”. Jika ada yang menyampaikan bahwa orang
tersebut memilikiharta peninggalan untuk melunasi hutangnya, maka Nabi pun
menyalatkannya. Jika tidak ada, maka beliau bersabda: “Shalatkanlah saudara kalian” (HR
Muslim no. 1619).
Bahkan dianjurkan sebanyak mungkin kaum Muslimin menshalatkan orang yang
meninggal, agar ia mendapatkan syafa‟at. Rasulullah Shallallahu‟alaihi
Wasallam bersabda:
‫يه‬‫ف‬ ‫ا‬‫و‬‫ع‬ُ ‫ون َل ُه إ ََّّل ُش ِّف‬
َ ُ َ ْ َ ْ ُ ُّ ُ ً َ َ ُ ُ ْ َ َ‫ن‬
‫ع‬ ‫ف‬‫ش‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ة‬ ‫ائ‬‫م‬ ‫ون‬‫غ‬ ‫ل‬ ‫ب‬‫ي‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ل‬ ْ ‫َما م ْن َم ِّيت ُت َص َِّل َع َل ْيه ُأ َّم ٌة م ْن ْال ُم‬
‫س‬
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ‫ي‬ ٍ ِ
“Tidaklah seorang Muslim meninggal,lalu dishalatkan oleh kaum muslimin yang
jumlahnya mencapai seratus orang, semuanya mendo‟akan untuknya, niscaya mereka bisa
memberikan syafa‟at untuk si mayit” (HR. Muslim no. 947).
Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam juga bersabda:
ُ ُ ُ َ َّ َ ً ْ َ َ ُ َْ ُ ُ ‫وت َف َي ُق‬
ُ َ َ ُ َ ْ َ ‫وم َع ََّل َج َن‬ ُ َُ ْ ُ ُ َ ْ َ
‫يه‬
ِ ‫شكون ِباهلل شيئا ِإال شفعهم هللا ِف‬
ِ ‫ ال ي‬،‫ازت ِه أربعون رجال‬
ِ ‫ما ِمن رج ٍل مس ِل ٍم يم‬
“Tidaklah seorang Muslim meninggal, lalu dishalatkan oleh empat puluh orang yang tidak
berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, kecuali Allah akan memberikan syafaat kepada
jenazah tersebut dengan sebab mereka” (HR. Muslim no. 948).

Tata Cara Sholat Jenazah


Posisi berdiri
Imam berdiri sejajar dengan kepala mayit lelaki dan bila mayitnya wanita, imam berdiri di
bagian tengahnya. Makmum berdiri di belakang imam. Sebagaimana dalam hadits Abu
Ghalib:
ِ ُ َّ َّ ُ َ
ُ َ ‫كان‬ َ ُ
‫الجنازة‬
ِ ‫صَّل عَّل‬
‫هللا صَّل هللا عليه وسلم؛ ي ي‬
ِ ‫يفعل رسول‬ ‫ هكذا‬،‫ يا أبا حمزة‬:‫العالء بن زياد‬ ‫قال‬
12
‫ن‬
‫ نعم‬:‫وعجّبِة المرأة؟ قال‬ ‫الر ُج ِل‬ ُ
َّ ‫ويقوم عند رأس‬ ،‫بعا‬ ِّ ‫ ُي‬،‫كصالتك‬
ً ‫كّب عليها أر‬ ِ ِ
“Al „Ala bin Ziyad mengatakan: wahai Abu Hamzah (Anas bin Malik), apakahpraktek
Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam dalam shalat jenazah seperti yang engkau lakukan?
Bertakbir 3 kali, berdiri di bagian kepala lelaki dan di bagian tengah wanita? Anas bin
Malik menjawab: iya” (HR. Abu Daud no. 3194, At Tirmidzi no. 1034, dishahihkan Al
Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud).
Jumlah shaf
Sebagian ulama menganjurkan untuk membuat tiga shaf (barisan) walaupun shaf pertama
masih longgar. Berdasarkan hadits:
َ ْ ََ ُ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ
‫وف فقد أ ْو َج َب‬
ٍ ‫من صَّل علي ِه ثَلثة صف‬
“Barangsiapa yang menshalatkan jenazah dengan membuat tiga shaf, maka wajib baginya
(mendapatkan ampunan)” (HR. Tirmidzi no. 1028).
Ulama khilaf mengenai derajat hadits ini. Pokok permasalahannya adalah pada perawi
bernama Muhammad bin Ishaq Al Qurasyi yang merupakan seorang mudallis, dan dalam
hadits ini ia melakukan „an‟anah. Ada pembahasan di antara para ulama mengenai „an‟anah
Ibnu Ishaq.
Wallahu a‟lam, hadits ini lemah karena „an‟anah Ibnu Ishaq. Sebagaimana Syaikh Al
Albani dalam Dha‟if Al Jami„ (no. 5668) menyatakan hadits ini lemah.
Maka yang menjadi ibrah (hal yang diperhatikan) adalah banyaknya jumlah orang yang
menyalati sebagaimana dalam hadits riwayat Muslim, bukan sekedar jumlah tiga shaf.
Jumlah takbir dan mengangkat tangan
Takbir shalat jenazah sebanyak empat kali. Ulama ijma akan hal ini. Dari Jabir bin Abdillah
radhiallahu‟anhu:
َّ ،‫النجاش‬
ً ‫فكّب عليه‬ ِّ َ َ َ ْ َ َّ َّ َّ َ َّ
‫أربعا‬ ِ ‫ي‬ ‫ة‬ ‫رسول هللا صَّل هللا عليه وسلم صَّل عَّل أصحم‬ ‫أن‬
“Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam menshalati Ash-hamah An Najasyi, beliau
bertakbir empat kali” (HR. Bukhari no. 1334, Muslim no. 952).
Ulama ijma mengenai disyariatkannya mengangkat tangan untuk takbir yang pertama. Ibnu
Mundzir mengatakan:
َ
ِّ ‫نازة يرفع يديه نف َّأول تكبّبة ُي‬ ِ َّ َ
‫كّبها‬ ِ ‫ي‬ ‫الج‬
ِ ‫المصَّل عَّل‬
‫ي‬ ‫أن‬ ‫أجمعوا عَّل‬
“Ulama ijma bahwa orang yang shalat jenazah disyartiatkan mengangkat tangan di takbir
yang pertama” (Al Ijma, 44).
Namun mereka khilaf mengenai mengangkat tangan untuk takbir selainnya. Yang rajih,
disunnahkan untuk mengangkat tangan dalam setiap takbir dalam shalat jenazah.

13
Berdasarkan riwayat dari Nafi‟ tentang Ibnu Umar radhiallahu‟anhu, Nafi‟ berkata:
‫الجنازة‬ ِّ ‫ن‬ َ ُ
ِ ‫ديه يف كل تكبّبٍة عَّل‬
ِ ‫كان يرفع ي‬
“Ibnu Umar radhiallahu‟anhu mengangkat tangannya di setiap kali takbir dalam shalat
jenazah” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf [11498], dihasankan Syaikh Ibnu
Baz dalam Ta‟liq beliau terhadap Fathul Baari [3/227]).
Juga riwayat dari Ibnu Abbas:
‫ن‬ َ ُ َّ
‫الجنازة‬
ِ ‫ات‬
ِ ‫ديه يف تكبّب‬
ِ ‫أنه كان يرفع ي‬
“Bahwasanya beliau biasa mengangkat kedua tangannya setiap kali takbir di shalat
jenazah” (dishahihkan Ibnu Hajar dalam Talkhis Al Habir, 2/291).
Tempat sholat jenazah
Sholat jenazah lebih utama dilakukan di luar masjid. Sebagaimana yang umum dilakukan di
zaman Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam. Dari Abu Hurairah radhiallahu‟anhu, ia berkata:
َّ ‫ َخ َر ََ إ ََ ْال ُم َص ََّّل َف َص‬، ‫ات فيه‬
َ َ َّ ْ َ ْ ‫َ َّ َ ُ َ َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َّ ن‬
َّ ِ ِ ِ ‫اش ِ يف اليو ِم ال ِذ م‬
‫اَّلل صَّل اَّلل علي ِه وسلم نع النج ِ ي‬ِ ‫أن رسول‬
َ َ
‫ َوك َِّ َّب أ ْ َرب ًعا‬، ‫ِب ِه ْم‬
“Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam mengumumkan kematian An Najasyi di hari ia
wafat. Kemudian beliau keluar ke lapangan lalu menyusun shaf untuk shalat, kemudian
bertakbir empat kali” (HR. Bukhari no.1245).
Namun boleh juga dikerjakan di dalam masjid. Dari Aisyah radhiyallahu „anha, ia berkata:
ْ َّ َ َ َ َّ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َّ َ َ
‫اَّلل َعل ْي ِه َو َسل َم َعَّل ُس َه ْي ِل ْب ِن َب ْيض َاء َوأ ِخ ْي ِه ِإَّل ِ ن يف ال َم ْس ِج ِد‬ ‫اَّلل صَّل‬
ِ ‫هللا ما صَّل رسول‬
ِ ‫و‬
َ

“Demi, Allah! Tidaklah Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam menyalatkan jenazah Suhail bin
Baidha‟ dan saudaranya (Sahl), kecuali di masjid” (HR Muslim no. 973).
Dibolehkan bagi orang yang belum sempat menshalatkan jenazah sebelum dikuburkan, lalu
ia melakukan sholat jenazah di pemakaman. Sebagaimana dalam riwayat dari Ibnu
Abbas radhiallahu‟anhuma:
ُ ‫ َف َل َّما َأ ْص َب َح َأ ْخ َ ُّب‬،‫وه َل ْي ًَل‬
ُ ‫الل ْيل َف َد َف ُن‬
َّ َ َ َ ُ ُ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ُ ُ َ َ َ ٌ ْ َ َ
‫وه‬ ِ ِ ‫ فمات ِب‬،‫هللا صَّل هللا علي ِه وسلم يعوده‬ ِ ‫مات ِإن َسان كان رسول‬
َ َََ َ َ ُ َ ْ َ ٌ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ُ َ ‫ « َما َم َن َع ُك ْم َأ ْن ُت ْعل ُم ن‬:‫ال‬ َ ‫َف َق‬
‫ فأ ىت ق ِْ َّب ُه‬،»‫ «كان الل ْي ُل فك ِرهنا ـ َوكانت ظل َمة ـ أن نش َّق َعل ْيك‬:‫وت؟» قالوا‬ ‫ِي‬ ِ
َ َّ َ
‫ف َصَّل َعل ْي ِه‬
“Seseorang yang biasa dikunjungi Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam telah
meninggal. Ia meninggal di malam hari, maka ia pun dikuburkan di malam hari. Ketika
pagi hari tiba, para sahabat mengabarkan hal ini kepada Rasulullah. Beliau pun bersabda:
apa yang menghalangi kalian untuk segera memberitahukan aku? Para sahabat menjawab:
ketika itu malam hari, kami tidak ingin mengganggumu wahai Rasulullah. Maka beliau pun

14
mendatangi kuburannya dan shalat jenazah di sana” (HR. Bukhari no. 1247).
Demikian juga dalam riwayat Imam Muslim:
َ َ ُ َ ْ َ ُّ َ َّ َ ْ َ َ َّ َ ُ َّ ُ ُ َ َ َْ
‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم ِإَ ق ِْ ٍّب َرط ٍب؛ ف َصَّل َعل ْي ِه َو َصفوا خلفه َوك َِّ َّب أ ْ َرب ًعا‬ ‫هللا َصَّل‬
ِ ‫انتَه رسول‬
“Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam pernah berhenti di sebuah kuburan yang masih
basah. Ia shalat (jenazah) di sana dan menyusun shaf untuk shalat. Beliau bertakbir empat
kali” (HR. Muslim no. 954).

Tata cara shalat


Pertama, niat sholat jenazah. Dan niat adalah amalan hati tidak perlu dilafalkan.
Kedua, takbir yang pertama, membaca ta‟awwudz kemudian Al Fatihah. Berdasarkan
keumuman hadits:
ْ َ
‫الكتاب‬
ِ ‫بفاتحة‬
ِ ‫أ‬
‫ر‬ ‫ال صالة ِل َمن لم يق‬
“Tidak ada shalat yang tidak membaca Al Fatihah” (HR. Bukhari no. 756, Muslim no.
394).
Kemudian riwayat dari Thalhah bin Abdillah bin Auf, ia berkata:
ٌ َّ َّ ََ ُ َّ ‫ض‬ ُ
‫ ِل َي ْعلموا أنها ُسنة‬:‫ قال‬،‫الكتاب‬
ِ ‫بفاتحة‬
ِ ‫أ‬
‫فقر‬ ،‫اَّلل عنهما عَّل ِجنازة‬ َ ‫عباس َر ِن‬
‫ي‬ ٍ ِ
َ
َّ ‫خل َّ ابن‬ ‫صليت‬
“Aku shalat bermakmum kepada Ibnu Abbas radhiallahu‟anhu dalam shalat jenazah.
Beliau membaca Al Fatihah. Beliau lalu berkata: agar mereka tahu bahwa ini adalah
sunnah (Nabi)” (HR. Bukhari no. 1335).
Dan tidak perlu membaca do‟a istiftah / iftitah sebelum Al Fatihah.
Ketiga, takbir yang kedua, kemudian membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu „alaihi
wa sallam. Berdasarkan hadits dari Abu Umamah Al Bahili radhiallahu‟anhu:
َ َ َّ ‫َّ ُّ َّ َ ن‬
‫شا ن يف‬
ًّ ِ -َ‫بعد التكبّبة األو‬ -‫الكتاب‬
ِ ‫بفاتحة‬
ِ
ُ
‫ ثم يقرأ‬،‫اإلمام‬ َ ِِّ ‫الة عَّل الجنازة أن ُي‬
‫كّب‬ ِ ِ ‫أن السنة يف الص‬
ُ َّ َّ ِّ
‫ ال يقرأ نف َش ٍء‬،‫ات‬ ‫َ ُّ َ ِّ ن‬
ِ ‫خلص الدعاء للميت يف التكبّب‬
ُ
ِ ‫ وي‬،‫النن صَّل هللا عليه وسلم‬ َ ِ ‫ ثم ُي‬،‫ْنف ِسه‬
ِ‫صَّل عَّل ي‬
‫ي‬
ِ
‫ ثم ُيسلم‬،‫منهن‬ َّ

“Bahwa sunnah dalam shalat jenazah adalah imam bertakbir kemudian membaca Al
Fatihah (setelah takbir pertama) secara sirr (lirih), kemudian bershalawat kepada Nabi
Shallallahu‟alaihi Wasallam, kemudian berdoa untuk mayit setelah beberapa takbir.
Kemudian setelah itu tidak membaca apa-apa lagi setelah itu. Kemudian salam” (HR. Asy
Syafi‟i dalam Musnad-nya [no. 588], Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra [7209],
dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz [155]).
Keempat, takbir yang ketiga, kemudian membaca doa untuk mayit. Berdasarkan hadits Abu
Umamah di atas. Diantara doa yang bisa dibaca adalah:
15
ِّ َ ْ ْ َّ ْ ُ ْ ْ ُ َ َ ْ َُ ُ َْ ُ ْ ُ ْ َ ُ ُ َ ْ َّ
‫ َّ َعنه َوأ ك ِر ْم ن ُزله َو َو ِّس ْع ُمدخله َواغ ِسله ِبال َم ِاء َوالثل ِج َوال َِ َّب ِد َونق ِه‬ ‫الل ُه َّم اغ ِف ْر له َو ْار َح ْمه َو َع ِاف ِه واع‬
َ َْ َ ًَْ َ َ َ ُْ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َّ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ
‫س َوأ ْب ِدله د ًارا خ ْ ًّبا ِم ْن د ِارِه َوأهَل خ ْ ًّبا ِم ْن أه ِل ِه َوز ْو ًجا‬ ِ ‫ِمن الخطايا كما نقيت الثوب األبيض ِمن الدن‬
َّ ََ ْ َ َْْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ َ ْ ًْ َ
‫اب الن ِار‬
ِ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬
ِ ِ‫ّب‬ ِ ‫ق‬‫ال‬ ‫اب‬
ِ ‫خّبا ِمن زو ِج ِه وأد ِخله الجنة وأ ِعذه ِمن ع‬
‫ذ‬
“Ya Allah, berilah ampunan baginya dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah
ia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air,
es dan salju. Bersihkanlah dia dari kesalahannya sebagaimana Engkau bersihkan baju
yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya,
keluarga yang lebih baik dari keluarganya semula, istri yang lebih baik dari istrinya
semula. Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab
neraka” (HR Muslim no. 963).

َ َ ُْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ِّ َ َ َ ِّ َ ْ َّ ُ َّ
‫اه ِدنا َوغ ِائ ِبنا َو َص ِغ ِّبنا َوك ِب ِّبنا َوذك ِرنا َوأنثانا‬
ِ ‫اللهم اغ ِف ْر ِلحينا ومي ِتنا وش‬
“Ya Allah, ampunilah orang yang hidup di antara kami dan orang yang telah mati, yang
hadir dan yang tidak hadir, (juga) anak kecil dan orang dewasa, lelaki dan wanita di
antara kami” (HR At Tirmidzi no. 1024, ia berkata: “hasan shahih”).
Keempat, takbir keempat. Kemudian diam sejenak atau boleh juga membaca doa untuk
mayit menurut sebagian ulama. Yang lebih utama adalah diam sejenak dan tidak membaca
apa-apa sebagaimana zhahir dalam hadits Abu Umamah radhiallahu‟anhu.
Kelima, salam. Dan sifat salamnya sebagaimana salam dalam shalat yang lain.
Sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas‟ud radhiallahu‟anhu:
ُ َّ َّ َّ َ َ َّ
ُ ‫الن‬ َّ َّ ُ ُ
‫التسليم عَّل‬ :‫إحداهن‬ ‫اس؛‬ ‫ تركهن‬،‫هللا صَّل هللا عليه وسلم يفعلهن‬ ِ ‫الل كان رسول‬
ٍ ‫ثالث ِخ‬
َّ ‫ن‬ َّ
‫الة‬ ِ ‫سليم يف الص‬
ِ ‫الجنازة ِمثل الت‬
ِ
“Ada 3 perkara yang dahulu Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam benar-benar
melakukannya dan kemudian banyak ditinggalkan orang: salah satunya salam di shalat
jenazah semisal dengan salam dalam shalat yang lain..” (HR. Ath Thabrani no. 10022,
dihasankan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz [162]).
Yaitu salam dilakukan dua kali ke kanan dan ke kiri dan yang merupakan rukun hanya
salam ke kanan saja.

16
MANDI JANABAT

Dalam ayat disebutkan,


‫َٗ ِإ ُْ ُم ْْح ُ ٌْ ُجُْبب فَ ه‬
‫بط هٖ ُزٗا‬

“Dan jika kamu junub maka mandilah …” (QS. Al Maidah: 6).


Kalau kita perhatikan dalam ayat Al-Qur‟an yang membicarakan tentang perihal mandi,
kalimat yang digunakan adalah kalimat perintah fath-thaharu „mandilah‟, punya makna
mengguyur seluruh badan dengan air.
Dalam ayat ini tidak dikhususkan satu anggota tubuh dari anggota lainnya. Akan tetapi,
Allah jadikan bersuci untuk seluruh badan.
Tata cara mandi adalah dengan mengguyur seluruh badan luar dengan air, termasuk pula
bagian bawah rambut, baik rambut yang tipis maupun yang tebal. Mandi dilakukan
dengan membasuh atau mencuci, bukan mengusap.
Juga ayat menunjukkan bahwa mandi besar tidak ada syarat berurutan dan muwalah
(tidak memisah antara bagian yang satu dan lainnya).
Kalau kita lihat dalam hadits di antaranya adalah hadits „Aisyah radhiyallahu
„anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi shallallahu „alaihi wa sallam,
ِٔ ّ‫س ِذ ِٓ ُم ِي‬ َ ‫يط ْاى ََب َء‬
َ ‫ َج‬َٚ‫عي‬ ُ ‫ث ُ هٌ يُ ِف‬
“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i, no. 247.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan,
‫س ِذ ِٓ بِ ْبىغُ ْس ِو‬ َ ‫َٕذَا اىحهأ ْ ِميذ يَذُ ُّه‬
َ ‫ أَّهُٔ عَ هَ ٌَ َج َِيع َج‬َٚ‫عي‬
“Penguatan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau
mengguyur air ke seluruh tubuh.” (Fath Al-Bari, 1: 361)
Jadi kalau ada yang bertanya tata cara mandi yang ringkas adalah cukup mengguyur
air pada seluruh badan, tanpa memulai dengan wudhu. Itu sudah memenuhi rukun
dalam mandi junub.
Adapun tata cara mandi yang sempurna adalah dengan berwudhu terlebih dahulu lalu
dilanjutkan dengan mengguyur air pada seluruh badan seperti disebutkan dalam hadits
„Aisyah berikut ini.
Dari „Aisyah, isteri Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu
„alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak
tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau

17
memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya,
kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya
sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari,
no. 248; Muslim, no. 316)

DZIKIR PAGI DAN PETANG

1. Membaca Sayyidul
َ Istighfar
ِّ ََ ‫ أ ُع ْو ُذ ب َك ِم ْن‬،‫ت‬ ُ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ‫َ َّ ُ َّ َ ْ َ َ ِّ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ ن‬
‫ش‬ ‫ وأنا عَّل عهدك ووعدك ما استطع‬،‫ خلقتن وأنا عبدك‬،‫اللهم أنت رت ال إلـه إال أنت‬
ِ َ ْ َ َّ َ ْ ُ ُّ ُ ِ ْ َ َ ُ َِّ َ ْ ْ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ َ َ ‫َ َ َ ْ ُ ِ ي َ ُ ْ ِ ُ َ ِ َ ْ َ َ َ َ ِ َّ ي‬
.‫ وأبوء ِبذن ِ ين فاغ ِفر ِ يَ ف ِإنه ال يغ ِفر الذنوب ِإال أنت‬،‫ أبوء لك ِب ِنعم ِتك ع يَّل‬،‫ما صنعت‬
Artinya:
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah
yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku
akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku
berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku
mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa
kecuali Engkau.” (Dibaca 1 x)
Faedah: Barangsiapa mengucapkan dzikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia
mati pada hari tersebut sebelum petang hari, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang
mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum pagi, maka ia
termasuk penghuni surga.[ HR. Bukhari no. 6306]

2. َ ‫ََ ْ ٌ ن‬
ُ ‫يع ْال َعل‬
‫يم‬ َّ َ ُ َ َ َّ ‫األ ْر َ َ ن‬
ُ ‫السم‬ ُّ ُ‫اَّلل َّال ِذى َال َي ن‬
ْ ‫ض َم َع‬ َّ
ِ ‫ِب ْس ِم‬
ِ ِ ‫ض وال ِف السم ِاء وهو‬
ِ ‫ف‬ِ ‫ء‬‫ش‬ ‫ه‬
ِ ‫م‬ِ ‫اس‬
Artinya:
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-
lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali
di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba memudaratkannya.[ HR. Abu Daud no.
5088, 5089, Tirmidzi no. 3388, dan Ibnu Majah no. 3869. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
sanad hadits ini hasan.]

3.
ً َ ‫َ َ ُّ َ َ ُّ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ ْ ْ َ ْ ن ْ ُ َّ ُ َ َ َ ْ ن ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ ن‬
‫ي أ َبدا‬
ٍ ‫س طرفة ع‬ ‫ وأص ِلح ِ يَ شأ ِ يت كله وال ت ِكل ِ ين ِإَ نف ِ ي‬،‫ح يا قيوم ِبرحم ِتك أست ِغيث‬
‫يا ي‬
Artinya:
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu),
dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan
kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).” (Dibaca 1 x)
Faedah: Dzikir ini diajarkan oleh Nabi shallallahu „alaihi wa sallam pada Fathimah supaya
diamalkan pagi dan petang. [ HR. Ibnu As Sunni dalam „Amalul Yaum wal Lailah no. 46, An Nasai
dalam Al Kubro (381/ 570), Al Bazzar dalam musnadnya (4/ 25/ 3107), Al Hakim (1: 545). Sanad
hadits ini hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no.
227.]
18
4.
َ َ َ ََ َْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ
‫ َو ِزنة َع ْر ِش ِه َو ِمداد ك ِل َم ِات ِه‬،‫ َو ِرضا نف ِس ِه‬،‫ َعدد خل ِق ِه‬:‫هللا َو ِب َح ْم ِد ِه‬
ِ ‫س ْبحان‬
Artinya:
“Maha Suci Allah, aku memujiNya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan
„Arsy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.” (Dibaca 3 x di waktu pagi saja)
Faedah: Nabi shallallahu „alaihi wa sallam mengatakan pada Juwairiyah bahwa dzikir di atas telah
mengalahkan dzikir yang dibaca oleh Juwairiyah dari selepas Shubuh sampai waktu Dhuha. [ HR.
Muslim no. 2726]
5.

ً ََ ً َ ًْ َ ْ َ ُ َ َ ِّ َّ َ
‫ َو َع َمل ُمتق َّبل‬،‫ َو ِرزقا ط ِّي ًبا‬،‫الل ُه َّم ِإ ن ي ْت أ ْسألك ِعل ًما ن ِاف ًعا‬
Artinya:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain),
rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (Dibaca
1 x setelah salam dari shalat Shubuh)[ HR. Ibnu Majah no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al Hafizh
Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih]

DOA SEHARI-HARI

1) Doa berpergian
َ َ َ َ َ َ َّ َ‫َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ُ َّ َ ُ ُ ْ ن‬ َّ َ
‫ي َو ِإنا ِإَ َ َّربنا ل ْمتق ِل ُبون‬ ‫س ْب َحان ال ِذ سخر لنا هذا وما كنا له مق ِ ِرن‬
Subhaanalladzi sakhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqrinin, wa innaa ilana robbins
lamun olibu.
Artinya: “Maha suci Allah yang memudahkan ini (kendaraan) bagi kami dan tiada kami
mempersekutukan bagi-Nya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.”

2) Doa keluar rumah


َّ َّ َ َّ ُ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ُ ْ َّ َ َ َّ
‫اَّلل‬
ِ ‫ ال حول وال قوة ِإال ِب‬،‫اَّلل‬ ِ ‫ِب ْس ِم‬
ِ ‫ توكلت عَّل‬،‫اَّلل‬

“Bismillahi, tawakkaltu ‟alallah, laa haula wa laa quwwata illaa billaah”

Artinya : “Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan
kecuali dengan Allah.”

19
3) Doa sebelum makan

َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ ُ َّ
‫اب الن ِار‬‫اللهم ب ِارك لنا ِفيما رزقتنا و ِقنا عذ‬
“Alaahumma barik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa „adzaa bannar”

Artinya : “Ya Allah, berkahilah untukku dalam sesuatu yang Engkau rezekikan
kepadaku, dan peliharalah aku dari siksa neraka.” (HR.Ibnu Sunni)

4) Doa sesudah makan


ُ ‫َّلل َّالذ ْ َأ ْط َع َم َنا َو َس َق َانا َو َج َع َل َنا م َن‬
َ‫الم ْسلم ْ ن‬
‫ي‬
ُ ْ َ َْ
ِِ ِ ِ ِ ِ ‫الحمد‬
“Alhamdu lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja‟alanaa minal muslimiin”

Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum serta
menjadikan kami termasuk golongan orang muslim.” (HR.Ahmad, Abu Dawud)

5) Doa masuk wc
َ ْ ُ ْ ُ َ ِّ‫َّ ُ َّ ن‬
‫إت أ ُعوذ ِبك من الخ ْب ِث َوالخ َب ِائ ِث‬ ِ ‫ِب ْس ِم‬
‫هللا اللهم ي‬
“Alloohumma Innii A‟uudzubka Minal Khubutsi Wal Khobaaitsi”

Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan dan
kotoran”

6) Doa keluar wc
َ ْ ْ ِّ‫َ ْ َ َ َ ن‬
ْ ‫األ َذى َو َع َاف ن‬ ُ َ ْ
‫ات‬ِ‫ي‬ ِ ِ ‫الح ْمد‬
‫َّلل الذ أذهب ع ين‬
“Alhamdulillaahil-ladzii Adz-haba „Annil-adzaa Wa‟aafaanii”
Artinya : “Dengan mengharap ampunanMu, segala puji milik Allah yang telah
menghilangkan kotoran dari badanku dan yang telah menyejahterakan”

7) Doa sebelum tidur


ُ َ َ ُ َ ْ
‫الله َّم أ ْح َيا َوأ ُم ْوت‬ ‫ِباس ِمك‬
“Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut

Artinya : “Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup, dan dengan nama-Mu aku mati”.
(HR.Bukhari dan Muslim)”

8) Doa sesudah tidur


ُ ُّ َ ََ َ َ َ َ ًّ ُ َ
‫َّلل ال ِذ ْ أ ْح َيانا َب ْعد َما أ َماتنا َو ِإل ْي ِه النش ْو ُر‬
ِ ِ ‫الح ْمد‬
“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur”

20
Artinya : “Segala puji bagi-Mu, ya Allah, yang telah menghidupkan kembali diriku setelah
kematianku, dan hanya kepada-Nya nantinya kami semua akan dihidupkan kembali.”
(HR.Ahmad, Bukhari, dan Muslim)
9) Do’a Kepada Kedua Orangtua
‫ات َص ِغ ْ َّبا‬ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ ْ ْ َّ ُ ّ َ
ْ ‫ارب َي ن‬
‫اللهم اغ ِفر ِ يَ و ِلو ِالد وارحمهماكم ِ ي‬
“Allahummagh firlii wa liwaa lidhayaa warham humaa kamaa rabbayaa nii shaghiraa”
Artinya: “Ya Allah ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku dan
sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku pada waktu aku kecil.”

21
PENILAIAN DOA SEHARI-HARI

Doa Doa Doa


Doa Doa Doa Doa kepada
Doa Doa
Nama keluar sebelum sesudah masuk sebelum sesudah kedua
berpergian keluar wc
wc tidur tidur orangtua
rumah makan makan

22
23
KOMUNIKASI YANG BAIK

Prinsip penerapan komunikasi Islam dikemukakan pada ayat-ayat Al-Qur‟an


sebagaimana di bawah ini :

a. “Seluruh manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula.” (QS. 16:125)
b. “… dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS. 2:8)
c. “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan perasaan” (QS 61:2-3)
d. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang berserah diri” (QS. 41:33)

24
ADAB BERPAKAIAN

Mengenai adab berpakaian dalam Islam sebenarnya sudah tertuang dalam Al-
Quran surat Al-A‟raf ayat 26 yang menjelaskan tentang seruan bagi anak-anak Adam
untuk berpakaian yang indah dan menutup aurat. Bagi umat muslim, berpakaian bukan
hanya sekedar penutup badan, melainkan juga agar terhindar dari rasa malu. Padahal
Allah SWT telah memerintahkan umatnya agar berpakaian sesuai adab demi kebaikan.
Berbusana yang tidak menutup aurat dikhawatirkan akan mengundang hawa nafsu dari
lawan jenis hingga yang paling parah sampai memancing tindak kejahatan. Oleh karena
itu, sebagai muslim dan muslimah yang taat agama, ada baiknya mulai memperhatikan
adab berpakaian dalam Islam dalam kehidupan sehari-hari.
a. Berpakaian yang Menutup Aurat
Sebagaimana yang disampaikan dalam QS Al-A‟raf ayat 22 bahwa fungsi
utama pakaian bagi umat muslim ialah untuk menutup aurat. Menutup aurat sudah
menjadi fitrah bagi umat manusia yang telah dilakukan sejak Nabi Adam AS dan
istrinya memakan buah larangan Allah yang membuat aurat mereka terlihat. Para
ulama juga menggunakan ayat tersebut untuk menyerukan kewajiban bagi muslim dan
muslimah untuk menutup aurat mereka. Bagi perempuan semua tubuhnya merupakan
aurat, kecuali bagian muka dan telapak tangan. Sementara aurat laki-laki mulai dari
pusar sampai lutut.

Kewajiban berpakaian yang menutup aurat juga dipertegaskan lagi dalam QS


An-Nuur ayat 31. Dalam ayat tersebut disampaikan bahwa hendaknya seorang
muslimah yang beriman menutupkan kain kerudung ke dadanya. Jadi, bagi wanita-
wanita yang menyukai trend fashion modern saat ini hendaknya tetap memperhatikan
gaya busana yang dikenakan agar tetap sesuai dengan adab dalam Islam. Memang
tidak bisa dipungkiri bahwasanya sekarang makin banyak perempuan-perempuan
yang berhijab tapi tidak mengulurkan kerudungnya ke dada.
b. Berpakaian yang Tidak Menyerupai Orang Kafir

Dalam sebuah hadis menyampaikan bahwa seseorang yang berpakaian


menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari kaum tersebut (HR Abu Daud,
4031). Namun seruan ini menimbulkan banyak kebingungan, batasan pakaian seperti
apa yang dianggap menyerupai orang-orang kafir?
Seseorang akan dianggap berdosa jika mereka berpakaian seperti orang kafir
dengan tujuan untuk menyampaikan syi‟ar-syi‟ar terkait hari raya dan peribadatannya.
25
Misalnya seorang muslim yang dengan sengaja mengenakan pakaian biarawati, jubah
pendeta, dan sejenisnya yang bertujuan untuk ikut dalam mengikuti ritual di Hari
Raya Natal. Namun tidak jadi dosa, jika seseorang mengenakan jas atau dasi yang
banyak digunakan oleh orang-orang kafir di Barat apabila tidak ada unsur syiar atau
sengaja ingin menyerupai mereka. Hukumnya makruh atau tidak dosa jika memang
tidak ada niatan sama sekali tasyabbuh.
c. Berpakaian yang Tidak Menyerupai Lawan Jenis

Seorang muslim dan muslimah juga harus memilah-milah model pakaian yang
dikenakan agar tidak menyerupai lawan jenis. Sesuai dalam HR. Bukhari 5885 yang
menyampaikan bahwa Rasul melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, begitu juga
dengan laki-laki yang menyerupai wanita. Allah SWT membenci kaumnya yang
menggunakan busana yang menjadi kekhususan lawan jenis mereka. Namun batasan
yang lebih detail tentang larangan tersebut yakni dalam hal model dan gaya, bukan
dalam urusan kebaikan. Berikut pembagiannya:
1) Pakaian khusus wanita meliputi khimar/kerudung, cadar, jilbab, gamis, jubah
wanita, kebaya dan sejenisnya.
2) Pakaian khusus laki-laki meliputi sarung, gamis pria, jubah pria, peci, serban,
sirwal dan sejenisnya.
3) Pakaian yang umum diguanakan wanita maupun laki-laki

d. Berpakaian yang Tidak Transparan dan Ketat


Khususnya bagi wanita-wanita muslimah yang saat ini masih banyak
menggunakan model pakaian ketat dan transparan di muka umum. Desain dan gaya
baju di jaman sekarang memang terlihat modern karena kebanyakan mengikuti
budaya barat. Jika terlena, maka bisa menjadi lubang dosa yang nyata bagi umat
muslim. Gunakanlah desain baju yang tebal dan tidak ketat. Hindari mengenakan
pakaian yang menampilkan lekukan tubuh untuk mencegah pandangan syahwat dari
lawan jenis. Seperti yang ditegaskan dalam Hadist Imam Muslim 2128 bahwa orang-
orang yang berpakaian tapi seperti telanjang (ketat dan transparan) maka tidak akan
masuk surga, bahkan tidak merasakan wanginya sekalipun.
e. Mengawali Dari Kanan
Dalam berpakaian hendaknya mengawali dari tubuh bagian kanan terlebih
dahulu. Adab ini disampaikan dalam HR Bukhari 168 bahwa Nabi selalu
membiasakan diri untuk mendahulukan yang kanan, seperti saat menggunakan sandal,
menyisir rambut, bersuci dan urusan-urusan lainnya.
26
f. Tidak Menimbulkan Perasaan Ria’
Melalui sabda Rasulullah sudah menerangkan bahwa Allah SWT tidak akan
memandang umatnya di hari kiamat jika selama hidupnya sering mengenakan pakaian
berlebih-lebihan yang menimbulkan perasaan ria. Berbusanalah yang sederhana,
sewarjarnya dan sesuai dengan fungsinya. Tidak perlu menggunakan pakaian dengan
harga sangat mahal atau aksesoris langka, karena bisa memicu perasaan sombong
dalam diri sendiri.
g. Larangan Menggunakan Pakaian Sutera
Tahukah Anda, adab berpakaian dalam Islam melarang kaum laki-laki
menggunakan pakaian sutra. Rasulullah SAW dalam sabda-Nya menyampaikan
bahwa umat muslim yang mengenakan pakaian sutra maka tidak akan memakainya di
akhirat nanti (Muttafaq „alaih).

27
PENILAIAN ADAB BERPAKAIAN

Nama :
Prodi :

Isilah tabel berikut dengan memberikan tanda √ pada kolom S (Selalu), K (Kadang-kadang)
dan TP (Tidak Pernah).

No Perilaku S K TP Keterangan

1 Memakai pakaian yang menutup aurat

2 Memakai pakaian yang tidak ketat

3 Memakai pakaian yang tidak transparan

4 Memakai kaos kaki

5 Memakai ciput (bagi perempuan)

6 Jilbab menutup dada (bagi perempuan)

7 Memakai gamis/kemeja (bagi perempuan)

8 Memakai kemeja (bagi laki-laki)

9 Tidak menyerupai lawan jenis

28
POLA PERGAULAN LAWAN JENIS

Pergaulan laki-laki dan perempuan harus berjalan dengan baik karena Allah SWT
menciptakan mereka agar saling mengenal. Sebagaimana yang tercantum dalam surat Al
Hujurat ayat 13 berikut:
َ َّ ‫ٱَّلل َأ ْت َق َٰى ُك ْم ۚ إ َّن‬
َّ َ ُ َ ْ َ َّ ۟ َٰٓ ُ َ َ َ ٓ َ َ ً ُ ُ َ ْ َ َ َٰ ََ ُ َ َ َ ِّ ُ َٰ َ ْ َ َ َّ ُ َّ َ ُّ َ ََٰٰٓ َ
‫ٱَّلل‬ ِ ِ ‫نن وج َعلن َٰ ك ْم ش ُعوبا وق َبا ِئل ِلت َعارفوا ۚ ِإن أ ك َرمك ْم ِعند‬‫ي أيها ٱلناس ِإنا خلقن كم من ذك ٍر وأ‬
َ ٌ َ
‫يم خ ِب ٌّب‬‫ع ِل‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Islam tidak melarang pergaulan lawan jenis selama tidak melanggar larangan
Allah SWT, misalnya untuk bekerja, berorganisasi, berdiskusi, kegiatan sosial, dan lain
sebagainya. Maka dari itu, pergaulan tersebut harus dilandasi dengan etika agar tidak
melanggar syariat yang ada.
Etika Bergaul dengan Lawan Jenis
Etika atau adab pergaulan dengan lawan jenis harus selalu diterapkan agar
terhindar dari hal-hal yang melanggar syariat agama. Dikutip dari buku Pendidikan
Agama Islam : Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas XII karangan Toto
Adidarmo, MA, dan Drs. Mulyadi serta Tausiyah Cinta (Special Edition), berikut etika
bergaul dengan lawan jenis dalam aturan Islam :
a. Menundukkan pandangan
Laki-laki dan perempuan yang bukan mahram sebaiknya menjaga pandangan
ketika berinteraksi. Maksudnya adalah menjaga pandangan dari bagian tubuh lawan
jenis yang dapat mengundang syahwat. Sebagaimana yang tercantum dalam surat An
Nur ayat 30-31
َ َ َ َ َّ َّ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ ُ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ ُّ ُ َ‫ُ ْ ْ ُ ْ ن‬
‫اَّلل خ ِب ٌّب ِب َما َي ْصن ُعون‬ ‫ي َيغضوا ِم ْن أ ْب َص ِار ِهم ويحفظوا فروجهم ذ ِلك أزَك لهم ِإن‬ ‫قل ِللمؤ ِم ِن‬
ْ َ َّ َ َ َ ْ ُ َ َ َّ ُ َ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ َّ َٰ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َٰ َ ْ ُ ْ ِ ُ َ
‫ين ِزينت ُه َّن ِإَّل َما ظ َه َر ِمن َها‬‫وقل للمؤ ِمن ِت يغضضن ِمن أبص ِر ِهن ويحفظن فروجهن وَّل يب ِد‬

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: „Hendaklah mereka


menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.‟ Katakanlah kepada wanita yang beriman: „Hendaklah mereka menahan
29
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.‟”
b. Tidak berkhalwat (berduaan)
Jangan berkhalwat dengan lawan jenis karena dapat menimbulkan fitnah dan
terjerumus dalam perbuatan dosa. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah sekali-kali
kamu berkhalwat (berduaan) dengan perempuan kecuali disertai mahramnya.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
c. Berbusana sopan dan menutup aurat
Busana laki-laki dan perempuan harus sopan dan menutup aurat agar tidak
mengundang syahwat bagi lawan jenisnya. Perempuan dianjurkan mengenakan hijab
dan laki-laki juga menutup auratnya.
d. Tidak menyentuh lawan jenis
Islam tidak memperbolehkan laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya
bersentuhan kulit. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku tidak berjabat
tangan dengan wanita.” (HR. Malik, Nasa‟i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
e. Menjaga etika dan sopan santun
Menjaga akhlak mulia kepada lawan jenis dengan selalu berbicara dengan
sopan dan santun. Berbicara sesuai dengan kepentingan dan menghindari pembicaraan
yang dapat membangkitkan syahwat

30

Anda mungkin juga menyukai