Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL DAN MEMAHAMI

TENTANG SALAF (IBN HANBAL


DAN IBN TAIMIYAH)

K e l o m p o k 6
Kelompok 6

Amanda Putri
Latar Belakang
Pada awalnya ilmu kalam lahir banyak persoalan yang timbul dikalangan masyarakat,
karena itulah muncul berbagai pendapat dan pemikiran, sehingga terbentuk aliran-
aliaran pemikiran para ulama. termasuk aliran teologi yang untuk menyelesaikan
masalah-masalah kalam tersebut.
Hal ini berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap manusia, baik berupa
potensi biologis maupun psikologis dan terus berkembang untuk mencari nilai-nilai
kebaikan. Ilmu kalam dengan perkembangannya menimbulkan permasalaan, kemudian
berkembang menjadi beberapa aliran, hal ini disebabkan karena perbedaan-perbedaan
yang dimulai oleh para ulama kalam.
Rumusan msalah

1.Apa pengertian salaf ?


2. Siapa biografi ulama salaf dan pemikirannya?
3.Bagaimana perkembangan salafiyah di Indonesia ?
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian salaf.
2.Untuk mengetahui biografi dan pemikiran ulama
salaf.
Pembahasan
A.Pengertian Salaf
Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam ilmu, iman,
keutamaan dan kebaikan. Berkata Ibnul Mandzur : “Salaf juga berarti orang-orang yang
mendahului kamu dari nenek moyang, orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan
denganmu dan memiliki umur lebih serta keutamaan yang lebih banyak”. Oleh karena itu,
generasi pertama dari Tabi’in dinamakan As-Salafush Shalih.

Salafiyah adalah sikap atau pendirian para ulama Islam yang mengacu kepada sikap atau
pendirian yang dimiliki para ulama generasi salaf itu.
Ibrahim Madzkur menguraikan karakteristik ulama salaf atau salafiyah sebagai
berikut :
1.Mereka lebih mendahulukan riwayat (naql) daripada dirayah(aql).
2.Dalam persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin) dan persoalan-persoalan
cabang agama (furu’ad-din), mereka hanya bertolak dari penjelasan Al-Kitab
dan As-Sunnah.
3.Mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (tentang dzat-Nya)
dan tidak pula mempunyai faham anthropomorphisme.
4.Mereka mengimani ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan makna lahirnya, dan
tidak berupaya untuk menakwilkannya.
B. Ulama-ulama salaf dan beberapa
pemikirannya
. 1. Imam Ahmad Bin Hanbali
Pemikiran Teori Ibn Hanbal
a) Tentang ayat-ayat Mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an , Ibn Hanbal lebih suka menerapkan pendekatan lafdzi (tekstual)
daripada pendekatan ta’wil, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat tuhan dan ayat-ayat
Mustasyabihat. Hal itu terbukti ketika ditanya tentang penafsiran “(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah,
Yang bersemayam di atas Arsy.”(Q.s. Thaha : 50.) Dalam hal ini Ibn Hanbal menjawab “Bersemayam
diatas arasy terserah pada Allah dan bagaimana saja Dia kehendaki dengan tiada batas dan tiada
seorangpun yang sanggup menyifatinya.”

b) Tentang Status Al-Qur’an


Ibn Hanbal tidak sependapat dengan faham Mu’tazilah, yakni Al-Qur’an tidak bersifat qadim, tetapi
baru dan diciptakan. Faham adanya qadim disamping Tuhan, berarti menduakan Tuhan, Sedangkan
menduakan Tuhan adalah Syirik dan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah.
. 2. Ibn Taimiyah
Pemikiran Teori Ibn Taimiyah
Pikiran-pikiran Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut :
a) Sangat berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist
b) Tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada akal
c) Berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung semua ilmu agama
d) Di dalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja (sahabat, tabi’in, dan tabi’i-
tabi’in)
e) Allah memilih sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentanzihkan-Nya.
kesimpulan

Salaf bukanlah suatu “harakah”, bukan pula manhaj hizbi (fanatisme golongan), dan bukan pula manhaj
yang mengajarkan taklid, kekerasan. Tetapi manhaj Salaf adalah ajaran Islam sesungguhnya yang dibawa
oleh Nabi SAW dan difahami serta dijalankan oleh para salafush-shalih-radhiyalahu ‘anhum, yang ditokohi
oleh para sahabat, kemudian oleh para Tabi’in dan selanjutnya Tabi’i Tabi’in.
Imam hanbali adalah salah seorang tokoh ulama salaf yang mempunyai ciri khas dalam pemikirannya
yaitu lebih menerapkan pendekatan lafdzi (tekstual) daripada pendekatan ta’wil, kemudian beliau
menyerahkan (tafwidh) makna-makna ayat dan hadist mutasyabihat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian ulama salaf lainnya adalah Ibnu Taimiyah, Ibnu Taimiyah merupakan tokoh salaf yang ekstrim
karena kurang memberikan ruang gerak leluasa pada akal. Ia adalah murid yang muttaqi, wara, zuhud,
serta seorang panglima dan penentang bangsa Tartas yang berani. Ibnu Taimiyah tidak menyetujui
penafsiran ayat- ayat mutasyabihat. Menurutnya, ayat atau Hadist yang menyangkut sifat-sifat Allah
harus diterima dan diartikan sebagaimana adanya, dengan cacatan tidak men-tajsim-kan, tidak
menyerupakanNya dengan makhluk, dan tidak bertanya-tanya tentangNya.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima
bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.
Th ank
You

Anda mungkin juga menyukai