Anda di halaman 1dari 9

PEMIKIRAN KALAM SALAFIYAH

Salafiyah adalah orang yang mengidentifikasikan pemikiran mereka dengan pemikiran para
salaf(orang terdahulu).Muncul pertama kali pd abat ke-4 hijrahyg didirikan oleh ulama madzab hanbali
yg bermuara pd pemikiran imam ahmad ibn hanbal.Kedu kalinya muncul pd abad ke-7 oleh syaikh al-
islam ibn taimiyah.Ketiga kalinya muncul pd abad ke-12 oleh muhammad ibn abdul wahhab.

Para kaum shalaf menginginkan agar pengkajian aqidah kembali kpd prinsip-prinsip yg dipegang
oleh sahabat dan nabi,Dan mengambil prinsip-prinsip aqidah dan dalil-dalil yg mendasarinya adalah
alquran dan assunah,serta melarang para ulama untuk mempertanyakan dalil-dalil quran.

Ibn taimiyah merumuskan dan membagi aqidah menjadi 4 kategori:

1.Para filosofi mengatakan bahwa alquran datang dgn metode instruksional dan premis-premis yg dapat
diterima masyarakat.

2.Para pakar ilmu kalam yaitu:mutazilah,mengemukakan berbagai kesimpulan yg rasional sebelum


mengadakan penalaran terhadap ayat-ayat alquran ,dan tetap mendahulukan penalaran rasional dr pd
dalil quran.

3.Kelompok ulama yg mengadakan penalaran terhadap aqidah yg terdapat dlm alquran untuk diimani
dan dalil-dalil yg terdapat didalamnya untuk digunakan .

4.Orang yg beriman kepada alquran maupun dalilnya,tetap mempergunakan dalil rasional disampinng
dalil quran.

Setelah pembagian ,ibn taimiyahmenegaskan bahwa metoda shalaf bukanlah salah satu dr
keempat kategori karena aqidah dan dalil hanya dapat diambil dr nash.

Metode shalaf adalah menempatkan akal berjalan dibelakang dalil naqli,mendukung dan
menguatkannya,akal tidak berdiri sendiri untuk dipergunakan menjadi dalil,tetepi mendekatkan makna-
makna nash.

PEMIKIRAN KAUM SHALAF

1,Keesaan Tuhan

Shalafmemandang wahdaniyah sebagai asas pertama islam.

2.Keesaan dzat dan sifat

Mereka mengatakan bahwa Allah akan dapat dilihat atau mempunyai kalam

3.Tawil dan tafwidh

Tafwidh adalah pasrah tanpa mentawilkan .

4.Kemahlukan alquran
SALAFIYAH

Salafiahsbg kelanjutan dr pemikiran imam Ahmad bin hambal kemudian di formulasikan oleh Imam
Ahmad Ibn taymiah membrikan reaksi keras thd metode rasional kmudian salafiah menggunakan
metode tekstual yg mengharuskan tunduk di bawah naqal

Dalam aliran ini muncul brbgai golongan yi AL-hasyawiah cenderung pd antropomorfisme Al-kabiyah
pengikut Ibn kullah menganut filsafat yaitu sifat tuhan bukan sesuatu yang lain dari dzatnya kemudian
Ibn Taymiyah berusaha memilah’’ golongan yg tidak sepaham dengannya.

6.KEESAAN DALAM PENCIPTAAN

ALLAHmenciptakan langit & bumi serta isinya.Tidak ada kehendak makhluk yang manentang atau
memperbarui kehendaknya sang pencipta & segala perbuatan berasal dari ALLAH & kepadaNYAlah
makhluk kembali.

7. KETERPAKSAAN & IKHTIAR.

Dari uraian terdahulu yang berkenaan dengan pendapat jahmiyyah , mu’tazilah & maturridiyah
,persoalan itu telah cukup jelas.

 Ibn Taimiyyah berangapan bahwa perbuatan diciptakan oleh ALLAH & kasab adalah milik
hamba.
 Ibn Taimiyyah mengkritik mu’tazilahyang memandang mahzab mereka dalam hal ini lebih
rasional daripada asyariah .
 Ibn Taimiyah menegaskan bahwa mahzab salaf ialah mengimani qadar yang baik maupun yang
buruk,kekuasaan ALLAH & kehendaknya yang bersifat mutlak.

Ibn taimiyyah mengakui bahwa ALLAH mempunyai kekuasaan daya serta dapat merasakan efek
kekuasaan ALLAh.dengan demikian Ibn taimiyyah mengakui 3 hal:

1. Allah adalah penciptasegala sesuatu.


2. Hamba adalah pelaku perbuatan yang sebenarnya serta mempunyai kemauan untuk
kehendak yang sempurna yang membuatnya bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukan.
3. Allah memudahkan,meridhai & menyukai.

Mahzab Ibn taimiyyah dalam hal itu merupakan jalan tengah antara Mu’tazilah&Asy’ariah.

8.SEBAB PERBUATAN ALLAH.

 Mu’tazilah ber mengatakan bahwa allah tidak akan melakukan tindakan, perintah & larangan
kecuali yang baik.Allah menjauhi yang buruk& tidak di perintahkan mlakukannya.
 Menurut Asy’ariah mengatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu bukan karna suatu
alas an tertentu.
 Maturidiyah mengatakan makhluk ,memerintahkan berbagai larangan di sebabkan suatu
hikmah yang terpuji.

9.KEESAAN DALAM IBADAH

Wahdaniyah dalam ibadah berarti seorang hamba tidak mengarahkan ibadhnya kepada selain
Allah,Wahdaniyah menuntut 2 hal yaitu:

Pertama: seorang tidak menyembah selain Allah & tidak mengakui ketuhanan selain Allah maka mereka
musyrik.
Kedua : Kita menyembah Allah berdasarkan apa yang telah di syari’atkannya melalui para rasulnya.

10 LARANGAN MENDEKATI DIRI Kepada ALLAH MELALUI ORANG SALEH.

Ibn taimiyyah bahwa sebagian orang memiliki karamah (keistimewaan sufistik) & sebagian dari
mereka diperlakukan oleh Allah secara khusus sehingga mempunyai hal-hal yang luar biasa pada dirinya.
Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa mereka adalah orang- orang yang terpelihara dari
kesalahan.karamah itu lebih baik daripada Istiqamah (ketetapan hati ).

11 MEMOHON PERTOLONGAN KEPADA SELAIN ALLAH.

Menurut kaum salaf dilarang secara mutlak sebagaimana istighasah ( permohonan pertolongan
hanya di tujukan kepada Allah) Ibn taimiyyah menyatakan “sesungguhny kita tidak boleh meminta
sesuatu kepada para nabi dan orang-orang saleh.setelah mereka meninggal dunia sekalipun mereka
hidup dalam kuburan mereka dan sekalipun mereka mampu untuk mendoakan orang yang masih hidup.

12 ZIARAH KEKUBURA ORANG SALEHDAN KUBURAN NABI.

Ibn taimiyyah menegaskan bahwa ziarah kekubur nabi untuk mendapatkan keberkahan tidk boleh
karena nabi melarang menjadikan kuburannya sebagai masjidagar tidak berziarah.

Drs.Adeng Muchtar Ghazali,M a g


Ilmu Kalam
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada awalnya ilmu kalam lahir banyak persoalan yang timbul dikalangan masyarakat,
karena itulah muncul berbagai pendapat dan pemikiran, sehingga terbentuk aliran-aliaran
pemikiran para ulama. termasuk aliran teologi yang untuk menyelesaikan masalah-masalah
kalam tersebut.
Salafiyah merupakan genre keagamaan dalam tradisi Islam klasik yang kini banyak hadir
kembali di sejumlah negara muslim. Kehadiran kelompok Islam yang menisbahkan diri
sebagai pengikut jejak generasi panutan pasca Nabi yang saleh (salaf al-shalih) itu, tak
jarang menampilkan corak keagamaan yang keras. Lebih-lebih ketika kelompok Islam
lainnya yang serumpun juga bermunculan ke permukaan dengan tampilan keagamaan yang
tak kalah keras.
Disini kita tidak akan mengklaim aliran yang mana benar, akan tetapi kita akan menggali
lebih dalam tentang pemikiran-pemikiran yang mereka jalani, Aliran-aliran tersebut
masing-masing mempunyai landasan yang dijadikan dasar mereka dalam ber-hujjah. Baik
itu Al-Qur’an maupun Hadits.
Diantara aliran-aliran tersebut adalah aliran Salafiyah yang tokohnya Ibnu Hanbal dan
Ibnu Taimiyah untuk lebih jelasnya kita akan mengkaji pemikiran-pemikiran ini dari awal.
Sejarah, dan tokoh-tokoh serta pemikiran-pemikirannya, yang mereka yakini.
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis membatasi rumusan permasalahan kepada tiga
malah pokok permasalahan, diantaranya :
1. Bagaimana Pengertian dan Sejarah Gerakan Salafiyah?
2. Bagaimana Pokok-pokok Ajaran dari Gerakan Salafiyah ?
3. Siapa Tokoh-tokoh dari Gerakan Salafiyah

C. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dalam makalah ini memakai metode kepustakaan yang
mengambil dari berbagai sumber seperti: buku, internet untuk dijadikan referensi, dan
yang berkaitan pada masalah pokok pembahasan.
.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Gerakan Salafiyah


Sebelum kita mengetahui sejarah gerakan Salafiyah, ada baiknya kita mengetahui terlebih
dahulu pengertian Salafiyah itu sendiri. Kata "Salaf" adalah kependekan dari "Salaf al-Ṣāliḥ"
(‫)الصالح السلف‬, yang berarti "terdahulu". Dalam terminologi Islam, secara umum digunakan
untuk menunjuk kepada tiga generasi terbaik umat muslim: Sahabat, Tabi'in, Tabi'ut
tabi'in. Ketiga generasi ini dianggap sebagai contoh bagaimana Islam dipraktekkan.
Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam ilmu, iman,
keutamaan dan kebaikan. Adapun secara istilah, adalah sifat pasti yang khusus untuk para
sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan karena mengikuti
mereka.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan Salafiyah yaitu suatu gerakan
yang mempunyai sikap atau pendirian yang mengacu kepada sikap atau pendirian yang
dimiliki para ulama generasi salaf itu, yaitu Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut tabi’in.
Aliran Salaf terdiri dari orang-orang Hanabilah yang muncul pada abad IV Hijriah dengan
memperhatikan dirinya dengan pendapat-pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, yang
dipandang oleh mereka telah menghidupkan dan mempertahankan pendirian ulama salaf.
Karena pendapat ulama salaf ini menjadi motif berdirinya, maka orang-orang Hanabilah
menamakan dirinya “aliran Salaf”.
Kelompok Hanabilah terkadang bertentangan dengan kelompok lain seperti Asy’ariyah dan
menamakan dirinya orang yang mewakili ulama salaf karena memperdulikan dirinya
dengan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal.
Pada abad ke VII H, aliran salaf tersebut mendapat kekuatan baru dengan munculnya Ibnu
Taimiyah di Syiria. Kemudian pada abad ke XII H, dikembangkan oleh Muhammad bin
Abdul Wahab di Saudi Arabia.

B. Pokok-pokok Ajaran Gerakan Salafiyah


1. Masalah Aqidah
Aliran Salaf mengakui keesaan Tuhan, mereka berusaha untuk mensucikan Tuhan dari
segala sesuatu yang menyerupaiNya tanpa menhilangkan sifat-sifat yang dimilikiNya.
Tuhan tetap mempunyai beberapa sifat dan Nama tanpa mempermasalahkan lebih jauh.
Begitu pula tentang keyakinan sepenuhnya terhadap kerasulan Muhammad saw dan
syafa’atnya bagi orang-orang yang beriman dikemudian hari.
Selanjutnya mereka juga meyakini adanya hari kebangkitan sebagaimana yang
diberitahukan oleh Al Qur’an dan hadis-hadis Nabi tanpa mempertanyakan lebih jauh.
Begitu pula terhadap rukun Iman yang lain, mereka yakini sepenuhnya.
2. Masalah Muamalat
Hukum mengenai masyarakat yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw. berdasarkan pada:
a. Al Qur’an dan Sunnah mewajibkan permusyawaratan dalam menetapkan hukum.
b. Al Qur’an memerintahkan berbuat adil, kebajikan, menciptakan rasa persamaan dan
persaudaraan dengan memperhatikan prikemanusiaan.
c. Al Qur’an dan Sunnah mencegah peperangan yang bersifat permusuhan antara satu
golongan dengan yang lain.
d. Al Qur’an dan Sunnah berusaha memperbaiki nasib kaum wanita dan orang-orang yang
miskin.
e. Al Qur’an dan Sunnah sudah menjelaskan perbedaan hak dalam masyarakat.
Adapun praktek dasar tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah, sahabat-sahabat dan
tabi’in serta tabi’ tabi’in, dan dapat disesuaikan dengan perkembangan masyarakat tanpa
menyalahi prinsip tersebut di atas.

3. Masalah Ilmu
a. Orang-orang Salaf hanya mempelajari dan mengamalkan ilmu yang bermanfaat.
b. Mereka menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan yang memberi mudharat yang tidak ada
sumbernya dari Al Qur’an dan Sunnah.
c. Mereka hanya menunjukkan ilmu yang bersumber dari al Qur’an dan Hadis.
d. Mereka menghindari tentang hal mempersoalkan masalah qadar
Oleh karena itu, menurut mereka hanya ada tiga macam ilmu yaitu: Al Qur’an, hadis dan
apa yang telah disepakati oleh orang-orang Islam.
C. Tokoh-tokoh Gerakan Salafiyah
Ada dua tokoh yang sangat besar pengaruhnya dalam mengembangkan aliran ini:
1. Ibnu Taimiyah
Nama lengkapnya Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah, lahir pada tahun 661
H di Harran, sebuah kota di Iraq. Tampilnya Ibnu Taimiyah pada abad VII H merupakan
kekuatan baru bagi aliran Salafiyah, karena selain menghidupkan prinsip pemikiran
Salafiyah, juga mengembangkan ajaran-ajaran khususnya dalam hal keyakinan atau aqidah.
• Sistem pemikirannya
Kita telah mengetahui bahwa aliran Mu’tazilah dalam memahami aqidah-aqidah Islam
menggunakan metode filsafat dan banyak pula yang mengambil pikiran-pikiran filsafat,
meskipun sikap itu timbul karena keinginan hendak mempertahankan Islam dari serangan-
serangan lawannya yang bersifat pula. Aliran-aliran yang datang kemudian, yaitu aliran
Asy’ariyah dan Maturidiyah, juga tidak terhindar dari metode tersebut, meskipun tidak
sama tingkatan pemakaiannya.
Ibnu Taimiyah membagi metode ulama-ulama Islam dalam lapangan aqidah menjadi
empat :
1. Aliran filsafat yang mengatakan bahwa al Qur’an berisi dalil “khatabi dan iqnal” (dalil
penenang dan pemuas hati, bukan pemuas pikiran) yang sesuai untuk orang banyak, sedang
filosof-filosof menganggap dirinya ahli pembuktian rasionil (burhan) dan keyakinan, suatu
cara yang lazim dipakai dalam lapangan aqidah.
2. Aliran Mu’tazilah terlebih dahulu memegang dalil akal yang rasionil, sebelum
mempelajari dalil-dalil al Qur’an. Mereka memang mengambil kedua macam dalil tersebut,
akan tetapi mereka lebih mengutamakan dalil-dalil akal pikiran, sehingga mereka harus
menakwilkan dalil-dalil Qur’an untuk disesuaikan dengan hasil pemikiran, apabila terjadi
perlawanan, meskipun mereka tidak keluar dari aqidah-aqidah Qur’an
3. Golongan ulama yang percaya kepada aqidah-aqidah dan dalil-dalil yang disebutkan oleh
Qur’an sebagai suatu berita yang harus dipercayai, tetapi tidak dijadikan pangkal
penyelidikan akal pikiran. Boleh jadi yang dimaksud ialah bahwa pangkal penyelidikan akal
oleh golongan tersebut bukan dari Qur’an, meskipun untuk maksud memperkuat isi Qur’an,
dan boleh jadi pula yang dimaksud dengan golongan ini ialah aliran Maturidiyah
4. Golongan yang mempercayai aqidah dan dalil-dalilnya yang disebut dalam Qur’an, tetapi
mereka juga menggunakan dalil akal pikiran di samping dalil-dalil Qur’an. Boleh jadi yang
dimaksud Ibnu Taimiyah disini ialah aliran Asy’ariyah.
Menurut ibnu Taimiyah, metode aliran Salaf berbeda sama sekali dengan metode keempat-
empat golongan tersebut. Aliran salaf hanya percaya kepada aqidah-aqidah dan dalil-dalil
yang ditunjukkan oleh nash, karena nash tersebut adalah wahyu yang diturunkan oleh
Tuhan kepada Nabi Muhammad saw. Aliran salaf tidak percaya kepada metode logika
rasionil yang asing bagi Islam, karena metode ini tidak terdapat pada masa sahabat dan
tabi’in.
Jadi jalur untuk mengetahui aqidah-aqidah dan hukum-hukum dalam Islam dan segala
sesuatu yang bertalian dengan itu, baik yang pokok ataupun bukan, baik aqidah itu sendiri,
maupun dalil-dalil pembuktiannya, tidak lain sumbernya ialah Qur’an dan hadis Nabi
sebagai penjelasnya. Apa yang telah ditetapkan oleh Qur’an dan di jelaskan oleh Sunnah
Nabi harus diterima dan tidak boleh ditolak.
Akal pikiran tidak mempunyai kekuasaan untuk menakwilkan Qur’an atau menafsirkannya
ataupun menguraikannya, kecuali dalam batas-batas yang di izinkan oleh kata-kata
(bahasa) dan dikuatkan pula hadis-hadis. Kekuasaan akal pikiran sesudah itu tidak lain
hanya membenarkan dan tunduk kepada nash, serta mendekatkannya kepada alam pikiran.
Jadi fungsi akal pikiran tidak lain hanya menjadi saksi pembenar dan penjelas dalil-dalil
Qur’an, bukan menjadi hakim yang akal mengadili dan menolaknya. Demikianlah metode
aliran Salaf yang meletakkan akal pikiran di belakang nash-nash agama yang tidak boleh
berdiri sendiri.
• Ajaran-ajarannya
Adapun ajaran yang ditanamkan oleh Ibnu Taimiyah adalah terkait dengan masalah aqidah,
yakni:
a. Keesaan Zat dan Sifat
Semua kaum muslimin sepakat pendapatnya tentang Keesaan Tuhan, tidak ada yang
menyerupai-Nya. Akan tetapi menurut Ibn Taimiyah, konotasi (kandungan) perkataan
‘Keesaan’ (tauhid) dan perkataan-perkataan lainnya yang ada hubungannya dengan
perkataan tersebut, yaitu ‘penyucian’ (tanzih), ‘penyerupaan’ (tasybih), dan ‘penjisiman’
(tajsim anthropomorph) dapat berbeda-beda menurut perbedaan orang yang memakainya,
sebab tiap-tiap golongan mengartikannya dengan arti yang berlainan.
b. Keesaan Penciptaan
Dasar Keesaan Penciptaan ialah bahwa Tuhan menjadikan langit dan bumi, apa yang ada di
dalamnya atau yang terletak di antara keduanya, tanpa sekutu dalam menciptakannya, dan
tidak ada pula yang mempersengketakan kekuasaanNya, tidak ada kemauan makhluk yang
mempersengketakan kemauan Tuhan, atau bersama-sama dengan Dia dalam menciptakan
segala sesuatu, bahkan segala sesuatu dan semua pekerjaan datang dari Tuhan, dan
kepadaNya pula kembali.
Kelanjutan dari kepercayaan tersebut ialah persoalan ‘ Jabar dan Ikhtiar ’ dan ‘apakah
perbuatan Tuhan terjadi karena untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu atau tidak’.
c. Keesaan ibadah
Keesaan ibadah artinya seseorang manusia tidak mengarahkan ibadahnya selain kepada
Tuhan, dan hal ini baru terwujud apabila dua hal berikut dipenuhi :
1. Hanya menyembah Tuhan semata-mata dan tidak mengetahui Ketuhanan selain bagi
Allah.
2. Kita menyembah Tuhan dengan cara yang telah ditentukan (disyaratkan) oleh Tuhan
melalui rasul-rasulNya. Baik ibadah yang wajib, atau sunah maupun mubah, harus
dimaksudkan untuk ketaatan dan pernyataan syukur semata-mata kepada Tuhan,
Kelanjutan dari kedua hal tersebut ialah :
a. Larangan mengangkat manusia, hidup atau mati, sebagai perantara kepada Tuhan.
Dalam hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan sebagai berikut :
“Kita tidak boleh meminta sesuatu kepada Nabi-nabi dan orang-orang saleh sesudah
mereka wafat. Meskipun mereka hidup dikuburnya dan andaikan mereka dapat
mendo’akan untuk orang-orang yang masih hidup, namun seseorang tidak boleh minta
kepada mereka. Seorang Salaf tidak berbuat demikian, karena perbuatan itu mendapatkan
syirik dan berarti menyembah selain Tuhan. Lain halnya dengan permintaan kepada
mereka waktu hidupnya, maka tidak mendatangkan syirik”.
Minta pertolongan (istighatsah) kepada selain Allah juga tidak boleh, sebab yang berhak
dimintai pertolongan hanya Zat yang sanggup mengadakan perubahan dan hal ini hanya
dimiliki oleh Tuhan semata-mata.
b. Larangan memberikan nazar kepada kuburan atau penghuni kuburan atau penjaga
kuburan.
Perbuatan ini haram karena tidak ada bedanya dengan nazar kepada patung berhala. Dalam
hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan sebagai berikut :
“Siapa yang percaya bahwa kuburan mempunyai daya guna atau mendatangkan pahala,
maka ia bodoh atau sesat”
Bahkan ia lebih keras lagi mengatakan sebagai berikut :
“Siapa yang percaya bahwa nazar itu merupakan kunci untuk mendapatkan kebutuhan dari
Tuhan dan dapat menghilangkan bahaya, membuka rizqi atau menjaga pagar batas, maka ia
menjadi musyrik yang harus dihukum mati”.
c. Larangan ziarah ke kubur-kubur orang saleh dan nabi-nabi.
Kelanjutan yang logis dari kedua hal tersebut di atas ialah larangan ziarah kubur orang-
orang saleh dengan maksud minta berkah atau mendekatkan diri kepada Allah. Sedang
kalau untuk maksud mencari suri tauladan dan nasehat (al ‘izhah wa al I’tibar), maka
dibolehkan, bahkan dianjurkan. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ziarah ke kubur Nabi
untuk minta berkah juga tidak boleh karena :
- Nabi melarang kuburnya dijadikan masjid, supaya jangan menjadi tempat ziarah orang.
Karena itu kuburnya terletak di rumah isterinya, yaitu Siti Aisyah. Nabi sendiri pernah
berkata ketika hendak meninggal dunia : “Tuhan mengutuki orang-orang Yahudi dan
Masehi, karena menjadikan kubur nabi-nabinya sebagai masjid”.
- Sepeninggal Nabi, sahabat-sahabatnya apabila hendak memberi salam dan berdoa,
mereka menghadap kiblat. Juga apabila mereka hendak bepergian atau datang dari
bepergian, mereka hanya mengarahkan diri ke kubur Nabi.

2. Muhammad bin Abdul Wahab


Muhammad bin Abdul Wahab dilahirkan di ‘Ujainah, yaitu sebuah dusun di Najed, daerah
Saudi Arabia sebelah timur. Salah satu tempat belajarnya ialah kota Madinah, pada
Sulaiman al Kurdi dan Muhammad al Khayyat al Sindi.
• Ajaran-ajarannya

a. Ketauhidan
Dalam bidang ketauhidan mereka berpendirian sebagai berikut :
- Penyembahan kepada selainTuhan adalah salah, dan siapa yang berbuat demikian ia
dibunuh.
- Orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan orang-orang saleh,
termasuk golongan musyrikin.
- Termasuk dalam perbuatan musyrik memberikan pengantar kata dalam shalat terhadap
nama Nabi-nabi atau wali atau malaikat (seperti sayyidina Muhammad).
- Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas Qur’an dan Sunnah,
atau ilmu yang bersumber kepada akal pikiran semata-mata..
- Termasuk kufur dan Ilhad juga mengingkari ‘qadar’ dalam semua perbuatan dan
penafsiran Qur’an dengan jalan takwil.
- Dilarang memakai buah tasbih dan dalam mengucapkan nama Tuhan dan doa-doa (wirid)
cukup dengan menghitung keratan jari.
- Sumber syari’at Islam dalam soal halal haram hanya Qur’an semata-mata dan sumber lain
sesudahnya ialah Sunnah Rasul. Perkataan ulama mutakallimin dan fuqaha tentang haram
dan halal tidak menjadi pegangan, selama tidak didasarkan atas kedua sumber tersebut.
- Pintu Ijtihad tetap terbuka dan siapapun juga boleh melakukan ijtihad asal sudah
memenuhi syarat-syaratnya.
b. Masalah Bid’ah
Hal-hal yang dipandang bid’ah oleh mereka dan harus diberantas, ialah antara lain:
berkumpul bersama-sama dalam acara maulid, orang wanita mengiringi jenazah,
mengadakan halakah (pertemuan) zikir, bahkan mereka merampas buku-buku yang berisi
tawashullat, seperti Dalailul Khairat, dan sebagainya. Mereka tidak cukup sampai di situ,
bahkan kebiasaan sehari-hari juga dikatagorikan dalam bid’ah, seperti : rokok, minum kopi,
memakai pakaian sutera bagi lelaki, begambar (foto), mencelup (memacari) jenggot,
memakai cincin dan lain-lainnya yang termasuk dalam soal-soal yang kecil dan yang tidak
mengandung atau mendatangkan paham keberhalaan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, gerakan
Salafiyah yaitu suatu gerakan yang mempunyai sikap atau pendirian yang mengacu kepada
sikap atau pendirian yang dimiliki para ulama generasi salaf itu, yaitu Sahabat, Tabi’in,
Tabi’ut tabi’in.
Aliran Salaf terdiri dari orang-orang Hanabilah yang muncul pada abad IV Hijriah dengan
memperhatikan dirinya dengan pendapat-pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, yang
dipandang oleh mereka telah menghidupkan dan mempertahankan pendirian ulama salaf.
Karena pendapat ulama salaf ini menjadi motif berdirinya, maka orang-orang Hanabilah
menamakan dirinya “aliran Salaf”.
Pokok-pokok ajaran Salafiyah, yaitu mengenai masalah-masalah aqidah, muamalat, dan
ilmu. Mengenai tokoh-tokoh aliran atau gerakan Salafiyah, yaitu Ibn Taimiyah dan
Muhammad bin Abdul Wahab.
B. Saran
Pemakalah menyeru kepada semua yang berada di atas landasan dakwah agar mengelakkan
diri kita daripada cepat menuduh orang lain yang berbeda pendapat dengan kita dengan
tuduhan “LIBERAL” dan sebagainya. Ingatlah pesanan asy-Syahid Imam Hassan al-Banna:
“Jauhilah daripada mengumpat peribadi orang, mengecam pertubuhan-pertubuhan, dan
janganlah bercakap melainkan apa yang memberi kebaikan”. Dan nasihatnya lagi:
“Sesungguhnya kewajiban-kewajiban kita adalah lebih banyak daripada masa yang ada
pada kita; oleh itu gunakanlah masa dengan sebaik-baiknya dan ringkaskanlah
perlaksanaannya”.

Anda mungkin juga menyukai