ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦂꦡꦯꦹ ꦫ
Badan Hukum :
Nomor : AHU.0004624.AH.01.04.Tahun 2022, Tanggal 18 Februari 2022
Sekretariat :
Jl. Taruna Raya,No.9, RT.015, RW.003, Bendungan Jago, Kemayoran, Jakarta
Pusat.
DKI Jakarta, Telp. 0818 0688 8351, Email :
gagakprabumangkuratmas@gmail.com
SUDUT PANDANG
KARTASURA NUSANTARA
Atas dasar berkah Rahmat Allah SWT/Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur, supaya tujuan berkehidupan berkebangsaan,
bernegara dan bermasyarakat menjadi lebih baik lagi. Dan tanpa harus melupakan
JATI DIRI KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGERI INI. Negeri yang merupakan SUATU
RANGKAIAN MUTIARA YANG HILANG.. maka dari itu seluruh anak keturunan
generasi KELUARGA KARTASURA seperti mendapat SETITIK CAHAYA TERANG yang
bagaikan SEBUAH WAHYU/PESAN, IQRO’. BACALAH.. BACALAH WAHAI ANAK
CUCU KETURUNAN DAN GENERASI PENERUS NEGERI INI dari GARIS KELUARGA
KARTASURA. BACALAH dengan MENYEBUT NAMA TUHAN – MU, YANG MAHA
PENGASIH DAN PENYAYANG. Untuk “ NGUMPULKE BALUNG PISAH, DAN DENGAN
BENANG MERAH “ sebagai anak cucu keturunan dan GENERASI PENERUS, agar
supaya segara BERSATU, dan membuat SEBUAH WADAH yang mampu MEWADAHI,
sehingga menjadi MAWADDAH WA RAHMAH. MAMPU MEWADAHI seluruh
ASPIRASI, PEMIKIRAN KEINGINAN, CITA – CITA DAN DOA TERBAIK Sebagai
HARAPAN ANAK CUCU Keluarga Kaartosuro yang juga bagian dari GENERASI
PENERUS NEGERI INI atas pesan “ WAL AWWALU WAL AKHIRU “
WAHYU PESAN DAN PESAN WAHYU yang tersampaikan di ataslah yang
mendasari para PINISEPUH, KASEPUHAN, TOKOH, ALIM, ULAMA dan Seluruh
kalangan yang ada dan tersebar di kehidupan negeri ini, BERUSAHA SALING
MERAPATKAN BARISAN ( atas dasar adat, budaya dan suku ) dan MELURUSKAN
SHAF ( atas dasar keyakinan, kepercayaan dan agama masing – masing ) dalam
WADAH YANG SANGAT KITA JAGA DAN JUNJUNG TINGGI, mampu MENGHIDUPKAN
LAGI KEHIDUPAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN KEPERCAYAAN, BERSOSIAL
DAN BERMASYARAKAT, BERPENDIDIKAN DAN BERBUDAYA, Sehingga membawa
pada sebuah TATANAN BERBANGSA DAN BERNEGARA yang lebih CERDAS LAGI.
Menuju kehidupan TOTO TITI TENTREM GEMAH RIPAH LOH JINAWI
KERTARAHARJA, YANG BALDATUN TOYYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR.
PEMBANGUNAN YANG BERKESINAMBUNGAN SAAT dengan motto hidup di
kehidupan yang berkehidupan yang SMART/CERDAS...
VISI DAN MISI
Berangkat dari sebuah keadaan, siatuasi dan kondisi akhir – akhir ini,
mengingat, menelaah dan menimbang akan arah dan juga kepribadian kehidupan
negeri ini yang yang semakin hari semakin membutuhkan TIDAK CUMA SEKEDAR
ULURAN TANGAN SEMATA, namun juga BERGANDENGAN ERAT TANGAN BAHU
MEMBAHU untuk TURUT serta dalam mengurangi SITUASI DAN KONDISI yang jauh
dari kata NORMAL. Boleh dikatakan dalam SITUASI UP NORMAL..
MISI
Sedangkan ARAH SERTA TUJUAN adalah VISI yang harus benar – benar
menjadi PERHATIAN YANG MENJADIKAN KEBERHASILAN arah sebuah perjuangan
hidup, dalam berkehidupan di kehidupan ini. Pendek kata, APA YANG SUDAH
MAMPU DI JADIKAN TUJUAN, tentunya harus memiliki TARGET DAN JUGA HASIL
yang lebih Nyata. Yaitu MENGUMPULKAN BALUNG PISAH, MERANGKAIKANNYA
DENGAN BENANG MERAH, AGAR BISA MENJADI KERANGKA KEHIDUPAN FISIK
YANG DI JIWAI Ruh/Leluhur para pejuang, pemimpin, pendiri, pembangun
pendahulu negeri ini, yang akan membawa kepada sebuah kehidupan TOTO TITI
TENTREM KERTARAHARJA, GEMAH RIPAH LOH JINAWI, Yang BALDATUN
TOYYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR.
Keraton Kartasura, juga dikenal sebagai Istana Kartasura, adalah sebuah kompleks
istana yang terletak di Kartasura, Jawa Tengah, Indonesia. Istana ini didirikan oleh
PRABU AMANGKURAT II, Raja Kasunanan Surakarta pada tahun 1745. Berikut adalah
gambaran tentang Keraton Kartasura tempo dulu.
1. Pemerintahan Susuhunan Agung PRABU AMANGKURAT II: Keraton Kartasura
didirikan oleh PRABU AMANGKURAT II pada tahun 1745 sebagai ibu kota baru
Kerajaan Mataram setelah mengalami keruntuhan pada masa pemerintahan Sultan
Agung. Istana ini didirikan di atas tanah yang diberikan oleh Adipati Cakraningrat
IV, seorang penguasa lokal di Kartasura.
2. Kemakmuran: Di bawah pemerintahan PRABU AMANGKURAT II, Keraton
Kartasura berkembang menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan yang makmur.
Istana ini menjadi pusat kegiatan administratif, militer, ekonomi, dan keagamaan.
Seni dan budaya Jawa berkembang pesat di Keraton Kartasura, termasuk seni tari,
seni lukis, seni ukir, dan sastra.
3. Perang Jawa: Pada tahun 1755, serta geger pecinan atau pemberontakan etnis,
Keraton Kartasura mengalami kekalahan perang yang dikenal sebagai Perang Jawa
melawan Belanda. Perang ini dimulai karena sengketa atas wilayah pesisir utara Jawa,
yang diinginkan oleh Belanda. Keraton Kartasura akhirnya kalah dalam perang ini
dan dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang
mengakibatkan pembagian wilayah Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
4. Pemindahan ibu kota: Setelah perang, Keraton Kartasura mengalami kemunduran dan
pemerintahan Mataram dipindahkan ke Keraton Surakarta, yang saat itu dipimpin
oleh SUSUHUNAN PABKUBUWON III. Keraton Kartasura kemudian hanya
digunakan sebagai tempat tinggal para bangsawan dan keluarga kerajaan.
5. Penyelamatan dan rekonstruksi: Pada tahun 1945, Keraton Kartasura mengalami
kerusakan akibat perang kemerdekaan Indonesia. Namun, pada tahun 1985,
pemerintah Indonesia melakukan upaya penyelamatan dan rekonstruksi Keraton
Kartasura. Beberapa bagian istana berhasil dipulihkan, termasuk pendopo (balai
pertemuan) dan bangunan-bangunan lainnya. Sekarang, Keraton Kartasura menjadi
salah satu objek wisata sejarah yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin
mengetahui lebih lanjut tentang sejarah dan budaya Jawa.
6. Arsitektur: Keraton Kartasura memiliki arsitektur yang khas Jawa, dengan pengaruh
dari arsitektur Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bangunan-bangunan istana terbuat dari
kayu dengan atap sirap (genting alang-alang) yang khas, dan dihiasi dengan ukiran
dan ornamen yang indah. Taman-taman dan kolam-kolam kecil juga menjadi bagian
integral dari kompleks istana.
7. Fungsi: Keraton Kartasura berfungsi sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan
bagi keluarga kerajaan Kasunanan Surakarta. Selain itu, istana ini juga menjadi pusat
kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya. Istana ini menjadi tempat diadakannya
upacara-upacara istana, pertemuan dengan para pejabat kerajaan, dan berbagai
kegiatan kebudayaan seperti tari, musik, dan seni rupa.
8. Penghuni: Penghuni utama Keraton Kartasura adalah keluarga kerajaan Kasunanan
Surakarta, termasuk raja, permaisuri, dan keluarga kerajaan lainnya. Selain itu, istana
ini juga ditempati oleh para abdi dalem atau abdi dalem keraton, yaitu para pengikut
setia keluarga kerajaan yang bertugas dalam berbagai jabatan di istana.
9. Kehidupan sehari-hari: Kehidupan di Keraton Kartasura tempo dulu sangat terikat
pada aturan-aturan adat dan protokol istana. Para penghuni istana menjalani rutinitas
sehari-hari yang sangat teratur, termasuk dalam hal berbusana, berbicara, dan
bertindak. Upacara-upacara istana, seperti upacara pernikahan, kelahiran, atau
kematian, juga diadakan dengan khidmat sesuai tradisi Jawa.
10. Kebudayaan: Keraton Kartasura tempo dulu juga menjadi pusat kegiatan
kebudayaan. Para seniman dan budayawan diundang ke istana untuk menghibur
penghuni istana dan para tamu kerajaan. Tarian, musik, wayang kulit, dan seni rupa
menjadi bagian penting dari kehidupan istana. Keraton Kartasura juga menjadi tempat
berkembangnya seni dan budaya Jawa, serta menjadi pusat penyebaran nilai-nilai
kebudayaan kepada masyarakat.
11. Lingkungan sekitar: Keraton Kartasura terletak di tengah-tengah daerah yang subur
dan dikelilingi oleh sawah dan perkebunan. Istana ini memiliki taman-taman yang
indah, kolam-kolam kecil, dan area bermain untuk penghuni istana dan tamu istana.
Lingkungan sekitar istana dijaga dengan baik untuk menjaga keamanan dan privasi
Kartasura) adalah bekas keraton dan ibu kota Kesultanan Mataram pada tahun 1680–
1745, setelah Keraton Plered.
Keraton ini didirikan oleh Amangkurat II pada tahun 1680, karena Keraton Plered saat itu
telah diduduki Pangeran Puger yang ditugasi mempertahankan Plered oleh Amangkurat
I, ketika terjadi pemberontakan Trunajaya. Pangeran Puger akhirnya dapat dibujuk untuk
bergabung ke Kartasura dan mengakui kedaulatan kakaknya sebagai Amangkurat II.
Beberapa toponim tersebut antara lain Kemasan (pengrajin emas), Gerjen (tukang jahit),
Sayangan (kerajinan tembaga), Kunden (kerajinan gerabah), Pandean (tukang besi),
Jagalan (tukang jagal hewan), Ngabean (pangeran Ngabehi), Singapuran (pangeran
Singapura), Mangkubumen (pangeran Mangkubumi), Purbayan (pangeran Purbaya).
Etimologi
Nama "Kartasura" diambil dari bahasa Jawa Kuno: karta artinya "makmur", atau
dalam bahasa Sanskerta: kṛta berarti suatu "pencapaian" dan sura yang berarti "berani".
Dengan demikian nama Kartasura yang dimaksud berarti sebuah kota yang berani
berjuang untuk kemakmuran suatu bangsa.
Amangkurat I beserta keluarga dan para pengikutnya sudah berada di daerah Banyumas.
Dalam kondisi yang serba sulit, Amangkurat I jatuh sakit hingga akhirnya wafat. Sesuai
wasiatnya sebelum meninggal, Amangkurat I dimakamkan di dekat gurunya di
Tegalarum.
Sementara itu Raden Mas Rahmat menyatakan diri sebagai susuhunan Mataram
menggantikan Amangkurat I, dia bergelar Amangkurat II. Seluruh kekuatan yang masih
setia segera dikumpulkan dan dipusatkan di Tegal, mereka bersepakat merebut kembali
takhta Jawa. Untuk mewujudkan tujuannya, Amangkurat II meminta bantuan kekuatan
tempur kepada VOC di Batavia.
Pada hari Rebo Pon, tanggal 27 Ruwah, tahun Alip 1603 AJ, bertepatan dengan tanggal 11
September 1680 M, Amangkurat II secara resmi menempati Keraton Kartasura dan
memindahkan pusat pemerintahannya di sana.
Perjanjian Giyanti adalah perjanjian antara VOC, pihak Kerajaan Mataram yang
diwakili oleh Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi pada 13 Februari 1755. Isi
Perjanjian Giyanti yang ditandatangani di Dukuh Kerten, Desa Jantiharo, Karanganyar,
Jawa Tengah salah satunya membagi kekuasaan Mataram kepada Pakubuwana III di
Surakarta dan Pangeran Mangkubumi di Yogyakarta. Sehingga sejak saat itu Kerajaan
Mataram terpecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Latar belakang lahirnya Perjanjian Giyanti munc dipicu adanya suksesi Kerajaan
Mataram yang mendapat campur tangan licik VOC. Pertikaian itu melibatkan tiga calon
pewaris Kerajaan Mataram yakni Pangeran Prabusuyasa (Pakubuwana II), Pangeran
Mangkubumi, dan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa. Pakubuwana II dan
Pangeran Mangkubumi adalah kakak-beradik, sama-sama putra dari Amangkurat IV,
penguasa Mataram periode 1719-1726. Sementara Raden Mas Said adalah putra Pangeran
Arya Mangkunegara, sementara Mangkunegara adalah putra sulung Amangkurat
IV. Arya Mangkunegara yang seharusnya meneruskan tahta Amangkurat IV justru
diasingkan ke Sri Lanka. Raden Mas Said juga mengklaim berhak dengan tahta Mataram
sebagai salah satu cucu Amangkurat IV, atau keponakan Pakubuwana II dan Pangeran
Mangkubumi. Namun dalam perjalanannya VOC justru menaikkan Pangeran Prabasuyasa
atau Pakubuwana II sebagai raja. Susuhunan Pakubuwana II (1745-1749) kemudian
memindahkan istana dari Kartasura ke Surakarta dan berdirilah Kasunanan Surakarta.
Naiknya Pakubuwono II yang didukung VOC mendapat perlawanan dari Pangeran
Mangkubumi yang berkoalisi dengan Pangeran Sambernyawa. Sebagai memperkuat
jalinan kerjasama itu, Mangkubumi menikahkan putrinya dengan Pangeran
Sambernyawa. Perlawanan Mangkubumi dan Sambernyawa melalu perang gerilya di
sejumlah wilayah Jawa merepotkan Pakubuwono II dan VOC.
Pakubuwono II Wafat Pada tanggal 20 Desember 1749, Pakubuwono II
menginggal dunia. Situasi ini dimanfaatkan Pangeran Mangkubumi untuk mengklaim
tahta Mataram Islam. Namun klaim Pangeran Mangkubumi tidak diakui oleh VOC yang
justru menunjuk Putra Pakubuwono II bernama Raden Mas Soejadi menjadi Pakubuwono
III. Dalam menghadapi pemberontakan Pangeran Mangkubumi dan Pangeran
Sambernyawa sekaligus, VOC merasa kesulitan. VOC lantas melakukan taktik politik
pecah belah untuk memisahkan kedua pangeran tersebut. Pada tahun 1752, rencana VOC
berhasil dengan Pangeran Sambernyawa menghentikan kerja samanya dengan Pangeran
Mangkubumi dan memilih berjuang sendiri. Pangeran Mangkubumi berunding dengan
VOC Akhirnya VOC dapat merayu Pangeran Mangkubumi agar berunding setelah pecah
kongsi dengan kubu Pangeran Sambernyawa. VOC saat itu berjanji untuk memberikan
sebagian kekuasan Mataram yang dipegang Pakubuwono II. Menurut dokumen register
harian milik N Harting, Gubernur VOC untuk Jawa bagian utara itu berangkat menuju
Semarang pada 10 September 1754 untuk menemui Pangeran Mangkubumi. Pertemuan
khusus tersebut dihadiri oleh Pangeran Mangkubumi, Pangeran Notokusumo dan
Tumenggung Rangga. Sementara, Harting didampingi oleh Breton, Kapten Donkel dan
Fockens.
Isi Perjanjian Giyanti hingga Dampaknya Memecah Kerajaan Mataram Islam
Menjadi 2 Isi Perjanjian Giyanti Pada 22-23 September 1754, perundingan pertama
digelar oleh VOC dengan mengundang Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi
dalam satu perundingan. Perundingan itu membahas pembagian wilayah, gelar yang akan
digunakan, hingga terkait kerja sama dengan VOC. Pada 13 Februari 1755, perundingan
mencapai kata sepakat dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti. Melansir
Tribunneswiki.com, berikut 9 poin perjanjian Giyanti:
1. Pangeran Mangkubumi diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono Senopati
Ingalaga Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalifattullah dengan separuh dari
kerajaan Mataram. Hak kekuasan diwariskan secara turun-temurun.
2. Akan senantiasa diusahakan adanya kerja sama antara rakyat yang berada di bawah
kekuasaan VOC dengan rakyat kesultanan.
3. Sebelum Pepatih Dalem (Rijks-Bestuurder) dan para bupati mulai melaksanakan
tugasnya masing-masing, mereka harus melakukan sumpah setia pada VOC di tangan
gubernur. Pepatih Dalem adalah pemegang kekuasaan eksekutif sehari-hari dengan
persetujuan dari residen atau gubernur.
4. Sri Sultan tidak akan mengangkat atau memberhentikan Pepatih Dalem dan Bupati
sebelum mendapatkan persetujuan dari VOC.
5. Sri Sultan akan mengampuni Bupati yang memihak VOC dalam peperangan.
6. Sri Sultan tidak akan menuntut haknya atas Pulau Madura dan daerah-daerah
pesisiran yang telah diserahkan oleh Sri Sunan Pakubuwana II kepada VOC dalam
kontraknya tertanggal 18 Mei 1746. Sebaliknya, VOC akan memberi ganti rugi
kepada Sri Sultan sebesar 10.000 real tiap tahunnya.
7. Sri Sultan akan memberi bantuan kepada Sri Sunan Pakubuwana III sewaktu-waktu
jika diperlukan.
8. Sri Sultan berjanji akan menjual bahan-bahan makanan dengan harga tertentu kepada
VOC.
9. Sultan berjanji akan menaati segala macam perjanjian yang pernah diadakan antara
penguasa Mataram terdahulu dengan VOC, khususnya perjanjian-perjanjian yang
dilakukan pada tahun 1705, 1733, 1743, 1746, dan 1749.
Penetapan hari jadi Kota Yogyakarta berkaitan erat dengan keraton. Berdirinya
Kesultanan Yogyakarta sendiri bermula dari Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755.
Perjanjian ini membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta
Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
TATANAN
I. TATANAN SEJARAH
1. Dalil IQRO’
2. Al Asr
Dan demi masa sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
(QS. 103. Al Asr )
Arti surat Al Ashr adalah menjelaskan tentang apabila Allah telah
bersumpah atas nama waktu, celakalah bagi manusia yang menyia-nyiakan
waktu untuk melakukan hal kurang bermanfaat, kecuali orang yang
memiliki keiman, selalu menjalankan amal soleh saling berwaiat terhadap
kebenaran dan kesabaran.
3. Ayat Kursi
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-
menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada
yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui
apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan
mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan
apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar.”
(QS: Al-Baqarah [2] : 255).
Dari ayat firman Allah yang sudah tersurat tersebut, seharusnya
kita semua sudah bisa memaknainya dengan baik. Arti yang mengiringi
firman dalam bahasa kalamullah tersebut DENGAN SANGAT JELAS
Bagaimana Allah SWT Sebagai Sang Maha Pencipta dan Sebagai Sang
Maha Kuasa, memiliki TATANAN YANG JELAS. Dengan kedudukan – NYA
sebagai SANG MAHA KUASA atas apa yang ALLAH SWT KUASAI dari SANG
MAHA PENCIPTA, yang sudah menciptakan semua makhluk di alam
kehidupan ini. ALLAH SWT telah mencontohkan TATANAN YANG TERBAIK
dalam mengatur semua makhluk dalam kehidupan ini. Dengan Sebuah
SISTEM, ATURAN, yang menjadi TATANAN – NYA.
Yang menjadi pertanyaan besar bagi kita semua, SADARKAH KITA
?, atau sudah DI SADARKAN kah kita akan 3 hal POKOK, yang menjadi
pemikiran YAYASAN KELUARGA KARTASURA NUSANTAR terbentuk agar
menjadi WADAH yang memiliki TIGA PILAR UTAMA berdasarkan 3 Firman
Allah SWT/Tuhan YMK tersebut diatas. Ataukah Kita semua HARUS
MENUNGGU Allah SWT dengan firman2 yang lain UNTUK MENYADARKAN
KITA SEMUA, agar supaya TATANAN tersebut bisa TERAPLIKASI dalam
BERKEHDUPAN di Dunia ini. Kita semua pasti sudah MENIKMATI
bagaimana TATANAN BERKEHIDUPAN DI NEGERI ini, atau bahkan
TATANAN Kehidupan di dunia ini, hasil IQRO’ dari Al Asr kita. Bagaiman
menurut pemikiran ecowantahan dalam berkehidupan saat ini..? Mari kita
semua Coba Tafakuri, renungkand alam Dzikrullah kita. Lalu Kita
TADABURI, bicarakan pada Alam Kehidupan kita semua saat ini. Tentang
kondisi, keadaan, suasana, iklim kehidupan di berkehidupan saat ini.
Kemudian, mohn TASYAKURI…Syukuri terlebih dahulu, agar kita bisa lebih
mengerti, mengapa ALLAH SWT/TUHAN YMK memberikan kondisi
kehidupan saat ini seperti ini..?
Setelah itu, perbanyaklah membaca Ayat Kursi, agar kita lebih bisa
menjiwai lagi bagaimana ALLAH SWT/TUHAN YMK sudah memberikan
contoh yang nyata dalam KITAB INDUK, KITAB BESAR semua kehidupan
di alam ini yang BERJUDUL FII LAUHI MAHFUDZ. Yang dalam bahasa
INTELEKTUALITA TINGKAT TINGGI ( IQ, EQ dan ESQ ) IPTEK berada di E-
CLOUD SERVER. SERVER INDUK KEHIDUPAN ini. Sudah mampukah kita
sebagai MAKHLUK-NYA, memiliki PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN,
untuk MASUK SERVER INDUK, Kemudian mencari FILE yang bersumber
KEPADA – NYA, kemudian KITA DOWNLOAD dengan baik dan kita SHARE
bersama menjadi sebuah PENGETAHUAN. Walau Manusia dan mahkluk
CIPTAAN –NYA memiliki KEMAMPUAN EXTRA SUPER, saya yakin. TIDAK
AKAN MAMPU MENGHACKER ..SERVER INDUK Milik ALLAH SWT/TUHN
YMK. Kecuali MAKHLUK TERSEBUT Telah diberi izin, restu dan ridho ALLAH
SWT.
Barakallahu li walakum fil qur’anil adzim, wana fa’ni wa iyakum bima
ihi minal ayati wadzikril hakim.
Pada bab ini, mari kita dalam wadah yang sudah terbentuk bisa saling
bertegur sapa, berjabat tangan dan mau duduk bersama untuk TURUT
MEMIKIRKAN ARAH KELANGSUNGAN KEHIDUPAN NEGERI INI kedapan,
bagi anak cucu keturunan generasi negeri ini. Dan dengan WADAH ini pula,
kita bisa BERSAMA – SAMA memberikan KONTRIBUSI bagi kehidupan
negeri ini secara nyata.
Kemudian langkah awal apakah yang perlu kita segera bisa lakukan
untuk memulai berkontribusi untuk TATANAN BARU bagai kehidupan anak
cucu, generasi bangsa ini. Dari hasil olah pemikiran wadah YAYASAN ada
beberapa hal yang menjadi sorootan utama sebagai LANGKAH AWAL
PENATAAN kehidupan ini yang di fokuskan pada bidang yaitu :
1. SUMBER DAYA MANUSIA
2. SUMBER DAYA EKONOMI ( ALAM )
Dari dua Sumber bidang tersebutlah yang akan menjadi motor penggerak
bagi kehidupan yang lebih baik kedepan. Sebab tanpa 2 SUMBER DAYA
tersebut mustahil RODA KEHIDUPAN ini bisa berjalan dengan baik.
7. Beraklaqul Karimah
2. Setelah Bidang Penataan Sumber Daya Manusia melalui sub bidang pokok
pendidikan itu terprogram. Tentu pelaksanaan program tersebut akan
seiiring dengan Penataan dibidang Sumber Daya Alam ( Ekonomi ) sebagai
upaya pengelolaan SUMBER DAYA ALAM yang sudah tersedia agar
mampu dikelola oleh Sumber Daya Manusia yang mumpuni dan memadai.
Adapun dalam pengelolaan Sumber Daya Alam ( Ekonomi ) kita bisa lihat
pembagiannya sesuai dengan bagan di bawah ini :
5. Bidang Industri
Manufactur dan
Pengolahan
3. Selain dari dua Bidang utama yang dititik beratkan pada 2 bidang diatas,
tentunya kita juga tidak lupa bidang – bidang pendukung lainnya yang
akan membantu kinerja aktifitas roda perekonomian negeri ini seperti
yang bisa kita lihat bagan dibawah ini :
3. BIDANG PENDUKUNG
Dari ketiga bagan diatas, setidaknya kita sudah memiliki gambaran dan
kemudian bisa mulai menyusun PROGRAM KERJA, pelaksanaan PENATAAN
pergerakan roda ekonomi negeri ini kedepan.