Anda di halaman 1dari 14

Analisis Yuridis Putusan Hakim Peradilan Perdata Yang Menyatakan

Tidak Dapat Diterima N.O (Niet Onvantkelijke Verklaard)

ajukan untuk memenuhi syarat Tugas Akhir Program pada pendidikan S-1

Program Studi Ilmu Hukum Universitas Terbuka

Disusun oleh:

RANI DUWI HARSI

NIM : 041131944

Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Terbuka

KOTA BENGKULU

2022
“Analisis Yuridis Putusan Hakim Peradilan Perdata Yang Menyatakan Tidak Dapat
Diterima (Niet Onvantkelijke Verklaard)”.

Rani Duwi Harsi


Email : raniduwiharsi@gmail.com
Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Terbuka
Kota Bengkulu

ABSTRAK

Di dalam ruang lingkup peradilan ada kalanya putusan pengadilan berupa yang ingin
mengabulkan atau menolak (menang atau kalah) oleh putusan hakim , namun yang di maksud
dengan putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima atau NO (Niet Onvantkelijke
Verklaard) ini adalah Putusan NO sesuai dengan ketentuannya tidak dapat dilakukan
bantahan dengan melakukan upaya hukum biasa seperti verzet (perlawanan), banding dan
kasasi namun dengan cara mengajukan gugatan baru , ketentuan-ketentuan tersebut putusan
yang menyatakan tidak dapat diterima memiliki upaya hukum yang berbeda dengan adanya
putusan yang menyatakan mengabulkan atau menolak. Oleh karena itu adanya perbedaan
upaya hukum tersebut mengenai makna frasa tidak dapat diterima, bagaimana sebab-
sebabnya, apa saja upaya hukumnya dan apa akibat hukumnya bagi para pihak dalam putusan
dalam keputusan yang menyatakan tidakl dapatl diterimal adalahl keputusanl yangl menyatakanl
bahwal suatul gugatanl tidakl dapatl diterimal karenal cacatl formill ,l kemudianl alasanl yang
menyatakan tidak dapat diterima adalah surat kuasa yang tidak sah , sehingga gugatan
(libel)tidak jelas dan sebab gugatan (obscuur libel) tidak lengkap sehingga gugatan tidak
dapat diterima . 1

Kata kunci : analisis putusan hakim peradilan perdata yang menyatakan tidak dapat diterima

1
Penulis , 2022 adalah mahasiswa jurusan ilmu hukum pada Universitas Terbuka , Email :
raniduwiharsi@gmail.com
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Subjek hukum meliputi Orang (recht persoon) danl Badanl Hukuml yangl memilikil hakl
danl kewajiban.l Dalaml kehidupanl sehari-haril antaral subjekl hukuml yangl satul denganl
subjekl hukuml lainnya saling berinteraksi sehingga tidak terlepas dari adanya benturan
atau tidak seimbangnya hak dan kewajiban satu sama lain yang menyebabkan terjadinya
persoalan hukum2.

Istilah subjek hukum berasal dari bahasa Belanda yaitu rechtsubject atau law of
subject dari bahasa Inggris. Secara umum rechtsubject diartikan sebagai pendukung hak
dan kewajiban yaitu manusia dan badan hukum. Dengan demikian subyek hukum adalah
segala sesuatu yang memiliki kewenangan hukum, penyandang hak dan kewajiban dalam
perbuatan hukum. Subyek hukum sangat terkait dengan kecakapan secara hukum atau
rechtsbekwaam, dan kewenangan dalam hukum atau rechtsbevoegd. Subyek hukum
(legal subject) adalah setiap pembawa atau penyandang hak dan kewajiban dalam
hubungan-hubungan hukum. Baik manusia maupun badan hukum semuanya mempunyai
kewenangan menyandang hak dan kewajiban, sehingga manusia dan badan hukum
disebut mempunyai kewenangan hukum. Namun demikian dalam hal tertentu,
kewenangan dalam kaitannya dengan hak-hak yang lahir dari hukum orang dan hukum
keluarga hanya dapat dimiliki oleh subyek hukum orang dan tidak disandang oleh subyek
hukum badan hukum. Kewenangan hukum yang dimiliki orang perorang, pada kondisi
tertentu yang merupakan pengecualian insidentil, seperti keadaan, tempat tinggal, umur,
status dan perbuatan seseorang3.

Persoalan ini merupakan ranah keperdataan yang biasa disebut sebagai sengketa,
misalnya sengketa mengenai hak atas tanah, sengketa karena ingkar janji atas perjanjian
yang sudah disepakati (wanprestasi) dan sengketa karena melanggar hak keperdataan
hingga merugikan orang lain atau biasa disebut perbuatan melawan hukum (PMH).

Penyelesaian sengketa secara hukum dapatl dilakukanl diluarl pengadilanl (nonl litigasi)l
maupunl dil dalaml pengadilan (litigasi). Non litigasi biasanya dilakukan dengan cara
bermusyawarah hingga tercapainya kesepakatan untuk menyelesaikan persoalan,
sedangkan Litigasi adalah salah satu pihak yangl merasal dirugikanl haknyal mengajukanl
gugatanl terhadapl pihakl lainl yangl merugikannyal kel pengadilan.l Dalaml hall inil Pihakl yangl
mengajukanl gugatanl inil nantinyal .disebutl sebagail Penggugatl danl yangl digugatl disebutl
sebagail Tergugat. Pada akhirnya gugatan yang diajukan ke pengadilan akan diadili oleh
hakim dan melahirkan suatu putusan. Putusan ini ada kalanya menyatakan salah satu
pihak dimenangkan sedangkan di pihak lain di kalahkan. Putusan yang memenangkan
adalah penggugat yang gugatannya dikabulkan atau tergugat yang bantahannya diterima
sehingga gugatan lawannya ditolak sedangkan putusan yang mengalahkan adalah gugatan
penggugat yang ditolak atau tergugat yang bantahannya ditolak. Namun demikian baik
kalah atau menang putusan tersebut tetap harus dipatuhi oleh para pihak yang
bersengketa.

Pasal 84 ayat (3) UUPPLH-2009 menyatakan “Gugatan melalui pengadilan hanya


dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih
dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa”, artinya
bahwa upaya penyelesaian lewat jalur pengadilan (litigasi) adalah pilihan alternatif
terakhir ketika penyelesaian melalui jalur di luar pengadilan (non litigasi) dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa4..

Putusan pengadilan yang mengabulkan atau menolak (menang atau kalah) akan
berlaku setelah mempunyai kekuaatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) setelah
melewati tenggang waktu 14l (empatl belasl hari)l sejakl putusanl diucapkanl dalaml sidangl
yangl terbukal untukl umum atau sejak diterima oleh para pihak . Selama putusan tersebut
belum berkekuatan hukum tetap para pihak yang tidak menerima masih dapat membantah
dengan melakukan upaya hukum biasa yaitu verzet (perlawanan), banding dan kasasi ,
namun bila telah berkekuatan hukum tetap dapat melakukan upaya l hukuml luarl biasal yaitul
peninjauanl kembalil dan Derden Verzet bagi pihak ketiga6.

Dalam praktek peradilan ada kalanya putusan pengadilan berupa mengabulkan atau
menolak (menang atau kalah) namun berupa putusan yang menyatakan l gugatanl tidakl
dapatl diterimal ataul NO (Niet Onvantkelijke Verklaard). Putusan NO ini sesuai dengan
ketentuannya tidak dapat dilakukan bantahan dengan melakukan upaya hukum biasa
seperti verzet (perlawanan), banding dan kasasi namun dengan cara mengajukan gugatan
baru.

Terdapat dua metode penemuan hukuman yaitu interpretasi dan konstruksi. Dengan
dua metode tersebut, dalam memutuskan perkara hakim dapat menghasilkan bebarapa
jenis putusan, diantaranya putusan yang Niet Onvankelijk Verklaart (N.O) yaitu putusan
pengadilan yang tidak dapat diterima, karena ada alas an yang dibenarkan oleh hukum.
Beberapa alasan yang menyebabkan tidak diterimanya gugatan penggugat, dengan
kemungkinan: 1) Gugatan tidak beradasarkan hukum. Jadi kalua tidak ada dasar hukum
dari gugatan yang diajukan, maka gugatan-gugatan tersebut tidak dapat diterima. 2)
Gugatan tidak memiliki kepentingan hukum secara langsung yang melekat pada diri
penggugat. 3) Gugatan kabur (obscuur libel). 4) Gugatan masih prematur, gugatan belum
semestinya karena ketentuan undang-undang belum terpenuhi. 5) Gugatan Nebis In Idem;
gugatan yang diajukan oleh penggugat sudah pernah diputus oleh pengadilan yang sama
dan pihak yang bersengketa juga sama. 6) Gugatan salah alamat (eror in persona). 7)
Gugatan telah lampau batas atau kadaluwarsa. 8) Pengadilan tidak berwenang mengadili 7.

Berdasarkan ketentuan tersebut putusan yang menyatakan tidak dapat diterima


memiliki upaya hukum yang berbeda dengan putusan yang menyatakan mengabulkan
atau menolak. Hal ini menarik bagi penulis karena adanya perbedaan upaya hukum
tersebut menyebabkan penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai makna frasa tidak
dapat diterima, bagaimana sebab-sebabnya, apa saja upaya hukumnya dan apa akibat
hukumnya bagi para pihak dalam putusan. Untuk mengkaji hal tersebut penulis akan
membahasnya dalam karya tulis ini dengan mengangkat judul “Analisis Yuridis Putusan
Hakim Peradilan Perdata Yang Menyatakan Tidak Dapat Diteriman N.O (Niet
Onvantkelijke Verklaard)”.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peraturan putusan peradilan yang tidak dapat diterima?
2. Apa yang menyebabkan putusan peradilan menyatakan tidak dapat diterima?
3. Bagaimana upaya hukum dan akibat hukum putusan peradilan yang tidak dapat
diterima?

B. Maksud dan Tujuan


Bahwa maksud dibuatnya karya tulis ilmiah inil adalahl untukl memenuhil syaratl
mendapatkanl gelarl sarjanal hukum (SH) bagi Penulis di Universitas Terbuka dan
berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, tujuan karya tulis ini adalah untuk :
1. Mengetahui peraturan putusan peradilan yang tidak dapat diterima
2. Mengetahui penyebab putusan peradilan menyatakan tidak dapat diterima
3. Mengetahui upaya hukum dan akibat hukum putusan peradilan yang tidak dapat
diterima

C. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah ini yang berjudul “Analisis
Yuridis Putusan Hakim Peradilan Perdata Yang Menyatakan Tidak Dapat Diterima
(Niet Onvantkelijke Verklaard)”didasarkan pada metode penelitian hukum normatif ,
dengan melakukan cara pengujian yang biasanya adalah pengujian hukum kepustakaan
dengan cara memeriksa isi bahan-bahan pustaka , buku , jurnal serta menganalisa dari
data data sumber tersebut , sehingga terjawab lah jawaban dari putusan hakim peradilan
perdata yang menyatakan tidak dapat diterima Nie Onvantkelijke Verklaard biasa disebut
dengan putusan N.O

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaturan Putusan Yang Menyatakan Tidak Dapat Diterima


Mahkamah Agung Republik Indonesia No.1149/K/Sip/1975l tanggall 17l Aprill 1975l
menyatakanl tidakl dapatl diterimal sebagaimanal diatur.l Putusanl Mahkamahl Agungl RIl
No.l Republikl Indonesial tanggall 21l Agustusl 1973.l 565/K/Sip/1973,l jo.l Putusanl
Mahkamahl Agungl Republikl Indonesial Nomorl 1149/K/Sip/1979l tanggall 7l Aprill 1979l
menyatakanl bahwa suatu bentuk tidak dapat dikatakan adat jika masalah bentuk itu
tidak pasti.2
Seleksi niet ontvankelijke verklaard, atau biasa disebut seleksi NO, adalah
seleksi. Dikatakan bahwa pernyataan itu berubah menjadi tidak dapat diterima
karena mengandung cacat formal. Ditetapkan pula berbagai macam cacat formil
yang dapat dihubungkan dengan suatu gugatan, yaitu:
1. Perbuatan yang ditandatangani dengan Surat Kuasa semata-mata berdasarkan
Surat Kuasa yang tidak memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam HIR Pasal
123(1);
2. Gugatan tidak memiliki dasar pidana;
3. Kesalahan litigasi persona berupa diskualifikasi atau konsorsium flurium rhitis.

2
Pramesti Ayu , 2015 Arti Putusan Niet Onvankelijke Verklaard (NO)
4. mengandung cacat pencemaran nama baik yang tidak jelas adalah bentuk yang
tidak jelas dan tidak pasti.
dalam hal cacat formal, pilihan yang diberikan harus benar-benar dan meyakinkan
termasuk dalam putusan:
Kami mengklaim bahwal gugatanl tersebutl tidakl dapatl diterimal (nietl ontvankelijkel
verklaard/NO).3
Oleh karena itu, saat menangani pernyataan di mana pemilihan yang
diperkenalkan termasuk cacat yang tepat, itu harus bersih dan tidak ambigu, seperti
yang dikatakan dalam penilaian bahwa pernyataan tersebut tidak l dapatl diterimal (l
nietl ontvankelijkel verklaard) . dengan ini putusan peradilan yang tidak dapat
diterima juga dijatuhkan oleh majelis hakim ketika eksepsi terhadap suatu gugatan
dikabulkan sebagaimana di atur dalam Pasal 136 HIR (Herzien Inlandsch
Reglement).

2. Penyebab Putusan Peradilan Menyatakan Tidak Dapat Diterima


Putusanl yangl menyatakanl tidakl dapatl diterimal (nietl onvankelijkel verklaard)l
merupakanl putusanl yang timbul karena tidak dipenuhinya syarat formil suatu
gugatan maupun para pihaknya , sehingga menyebabkan gugatan tidak dapat
diterima dengan ini dalam hal ini putusan yang dijatuhkan belum mempertimbangan
pokok perkaranya sehingga tidak merubah status hukum apapun dari para pihak
yang bersengketa baik Penggugat maupun Tergugat.4
Putusan NO ini juga dapat terjadi apabila hal-hal yang bersifat formil dalam
pengajuan gugatan tidak dipenuhi yaitu sebagai berikut :
a. Gugatan error in persona yaitu penggugat tidak memiliki legal standing
atau dengan “kelirul pihak”l kekeliruanl inil dapatl berupal diskualifikasil
person
b. Legal Standing adalah dasar hukum seseorang menjadi pihak dalam suatu
perkara guna memenuhi, menuntut atau mempertahankan haknya
c. Persoalan surat kuasa tidak memnuhi syarat bagi pihak yang diwakili oleh
kuasanya.

3
Kusumasari Diana , 2011 Arti gugatan di kabulkan di tolak , dan tidak dapat diterima
4
Adrianl Bobil ,l 2021l Maksudl daril Gugatanl Dikabulkanl ,l Gugatanl Ditolakl ,l Gugatanl Tidakl Dapatl
Diterima
d. Energi mutlak, yaitu energi ruang sidang untuk mengadili suatu perkara
terutama didasarkan sepenuhnya pada masalah, pakaian atau masalah yang
disengketakan.
Energi relatif, yaitu energi ruang sidang untuk mengadili kasus-kasus yang
konsisten dengan yurisdiksinya.
e. Hal ini mengacu pada gugatan yang tidak memiliki dasar pidana untuk
gugatan yang tidak pasti terutama didasarkan sepenuhnya pada suatu kasus
atau kebenaran gugatan yang sekarang tidak lagi diatur dalam Pasal 1, dan
melanggar hak. 149 ayat (1) RBg. Deklarasi ambigu, sekarang tidak lagi
bersih.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan gugatan kabur adalah :


1. Klaim dalam gugatan tidak lagi memiliki dasar dan kasus kriminal
yang bersih.
2. Item sengketa tidak selalu bersih.
3. Ada kontradiksi antara posita dan petitum.
4. N e bis in idem atau yurisdiksi (kekuasaan) absolut atau relatif.(telah
ada putusan incraht) yang subyek dan obyek nya sama.
5. Objek sengketa bukan milik para pihak dengan asas tiada seseorang
yang mengalihkan sesuatu benda yg bukan miliknya . dan dalam
pembagian harta bersama objeknya masih kredit artinya bukan milik
par pihak sepenuhnya yang berdasarkan sema surat edaraan Mahkamah
Agung Nomor 3 Tahun 2018 harus menyatakan tidak dapat diterima.5

Dalam hal yang telah di sebutkan alasan-alasan diatas yang


menyebabkan putusan menyatakan tidak dapat diterima pada pokoknya
alasan-alasan tersebut belum mempertimbangan pada pokok perkara
yang disengketakan.

3. Upaya Hukum Dan Akibat Hukum Putusan Peradilan Yang Tidak Dapat
Diterima

5
Abdul Hanan , 2012 Penerapanl Hukuml Acaral Perdatal dilingkunganl Peradilanl Jakartal ,l kencana
A. Upaya Hukum dalam Putusan Peradilan Yang Tidak Dapat Diterima
Upaya hukum di bawah Undang-Undang Hukum Acara Perdata terdiri dari
penanganan peraturan tempat yang tidak biasa dan penanganan undang-
undang yang unik.
1. Perlakuan luas Perlakuan umum ini dapat dilakukan pada setiap seleksi
apabilal diajukanl dalaml tenggangl waktul yangl ditentukan dengan
menggunakan peraturan, dan Perlakuan undang-undang dapat digunakan
untuk seleksi yang tidak tetapi tetap berdampak pidana, dan karenanya
merupakan:
a. Verzet adalah undang-undang perawatan untuk pemilihan yang
dilakukan dengan menggunakan berkas pengadilan karena terdakwa
tidak lagi melihat persidangan utama sebagaimana diatur dalam pasal
129(1), 196 dan 197 HIR.
b. Atraksi adalah pemeriksaan ulang pemilihan berkas perkara dengan
menggunakan berkas sidang yang lebih baik atas permintaan penuntut
umum atau tergugat (penggugatl ataul tergugat)l sebagaimanal dimaksudl
dalaml Pasall 21(1)l Undang-Undangl Nomorl 4l Tahunl 2004l tentangl
Kekuasaanl Kehakiman.
c. Kasasi adalah pengumuman dengan bantuan Mahkamah Agung tentang
tidak sahnya atau tidak sahnya suatu pilihan berkas perkara penurunan
putusan mengingat bahwa pilihan itu melanggar atau tidak selalu sesuai
denganl peraturanl perundang-undangan,l sebagaimanal diaturl dalaml
pasall 30l Undang-Undangl Nomorl 14l Tahunl 1985l tentang Mahkamah
Agung.6

2. perawatan unik memiliki dampak kriminal yang sangat bertahan lama dan
tidak dapat diubah dan digunakan dalam pilihan yang tidak dapat disiapkan
perawatan yang tersebar luas, perawatan tersebut diberikan paling
sederhana dalam kasus tertentu yang disebutkan dalam peraturan.
Perlakuan hukum adalah untuk pilihan dengan dampak pidana yang terus-
menerus (inracht van gewijsde) dan perlakuan pidana semacam itu
sekarang tidak lagi, dalam aturan, pemaksaan terbuka. Perlakuan pidana

6
Sujayadil bambangl ,l 2011l Hukuml Acaral Perdatal danl Dokumenl Litigasil Perkaral Perdatal Jakartal
Kencanal Pernadal Medial Group
khusus sekarang tidak lagi menangguhkan pelaksanaannya, yang pada
dasarnya dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
a. Perlawanan pihak ketiga terhadap pemilihan berkas perkara yang
juga mempunyai dampak pidana yaitu merugikan 0,33 peristiwa
(derden verzet), dimana perlawanan 0,33-perayaan biasanya
sekarang tidak lagi tercakup dalam pengaduan dan tidak lagi
mengeluarkan peristiwa pertikaian, akan tetapi barang – barang
pidananya milik pribadi dan barang tidak bergerak disita dengan
bantuan menggunakan map ruang sidang.
b. Karena sidang ulang atau pernyataan perdata adalah upaya kriminal
dengan menggunakan perayaan yang kalah untuk pemilihan
pengadilan yang memiliki dampak kriminal yang permanen,
penarikan dapat dilakukan segera setelah dan sekarang tidak dapat
lagi membatalkan pelaksanaan pemilihan.

Ambil gerakan kriminal menuju pilihan berkas pengadilan yang


tidak dapat diterima atau pilihan NO, seperti:
1. Upaya Hukum Banding terhadap putusan NO dapat dilakukan
selama putusan belum memiliki berkekuatan hukum tetap
(belum inkrah).
2. Mangajukan Gugatan Baru , bahwa putusan NO mengenai
syarat formil dalam isi pokok perkara (sengketa) sehingga yan
diputus bukan mengenai sengketanya . oleh karena itu dalam
prinsip nebis in idem tidak termasuk atau tidak terpenuhi jadi
dapat dilakukan upaya mengajukan gugatan baru dengan
memperbaiki perkaranya , dalam upaya ini dapat dilakukan
tanpa batas waktu setelah putusan NO diputuskan.
3. Peninjauan Kembali dapat di penuhi atas putusan NO dengan
syarat putusan NO tidak berkekuatan hukum tetap dan tidak
menimbulkan bukti yang baru.

Akibatnya, dinyatakan bahwa putusan hakim berubah menjadi


tidak dapat diterima dalam perlakuan yudisial, dan hasil akhir
dari pemilihan TIDAK dalam evaluasi yudisial didapat di sini,
negara pelaku tindak pidana di antara masalah dan barang
pidana berubah menjadi benar-benar mirip dengan sebelumnya,
tidak ada peristiwa yang terjadi, dan tidak ada seleksi baru kira-
kira seleksi. Tidak ada batasan kapan pun untuk mengirimkan
pernyataan7

B. Akibat Hukum Putusan yang Menyatakan Tidak Dapat Diterima


Akibat hukum dalam suatu putusan yang menyatakan tidak dapat diterima bisa
dilihat dari jenis putusannya terlebih dahulu yang mana dalam putusan yang tidak dapat
diterima berdasarkan hukum yang mana peristiwa-peristiwa sebagai dasar tuntutan tidak
membenarkan tuntutan.8
Dengan demikian dalam akibat hukum putusan yang menyatakan tidak dapat diterima
terdapat ada 2 jenis putusan yaitu putusan positif dan negatif , yang mana putusan
bersifat positif yang mengabulkan atau ditolak sedangkan negatif putusan yang tidak
dapat diterima N.O (niet onvankelijke verklaard) . putusan positif artinya suatu perkara
yang sudah dipertimbang kan dalam pokok perkaranya dan diputus oleh majelis hakim
sehingga timbul keadaan hukum baru , atas perkara tersebut , terhadap putusan negatif
dalam hal ini putusan N.O majelis hakim hanya mempertimbangkan alasan-alasan yang
mempertimbangkannya putusan N.O blm pada materi pokok perkara sehingga tidak
menimbulkan keadaan hukum baru atau kembali pada keadaan semula sebelum gugatan
di ajukan.9

III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang didapat penulisan karya tulis ilmiah yang
dapat ditarik kesimpulan pada “Analisis Yuridis Putusan Hakim Peradilan

7
Rahim,l 2021l Pokok-Pokokl Upayal Hukuml Terhadapl Putusanl Pengadilanl dalaml Perkaral Perdatal
Humanitiesl Genius
8
Mappongl Zainuddinl ,l 2010l Eksekusil Putusanl Sertal Mertal (Prosesl Gugatanl danl Caral membuatl
Putusanl sertal Pelaksanaanl Ekesekusil dalaml Perkaral Perdatal )l Malangl ,l Tunggall Mandiril Publishing
9
Asikinl ,l Zainall 2015l Bukul Hukuml Acaral Perdatal Dil Indonesial ,l Prenadamedial Groupl ,l Jakartal
13220
Perdata Yang Menyatakan Tidak Dapat Diterima N.O ( Niet Onvantkelijke
Verklaar) adalah :

1. tidak dapat diterima karena pada kenyataannya pemilihan niet


ontvankelijke verklaard , atau biasa disebut Putusan NO , menyatakan
bahwa pemindahan tersebut tidak dapat diterima karena termasuk cacat
yang patut, dan karenanya, Peraturan Putusan di Indonesia tertanggal
17 April 1975 Diatur dalam Jurisprudensi No.1149/K/ Sip/1975 dari
Mahkamah Agung Republik. Putusan Mahkamah Agung RI No.
Republik Indonesia tanggal 21 Agustus 1973. 565/K/Sip/1973, jo.
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.1149/K/Sip/1979
tanggal 7 April 1979 menetapkan bahwa suatu pernyataan tidak dapat
dianggap biasa untuk suatu masalah yang tidak pasti dapat dihitung
dari suatu pernyataan. Ketentuan ini merupakan evolusi dari
pelaksanaan putusan sengketa di ruang sidang pengadilan dan
merupakan ketentuan seleksi yang menyatakan tidak dapat diterima.

2. Alasan pemilihan yang dinyatakan tidak dapat diterima pada


prinsipnya mirip dengan pilihan lain, yaitu itu mengikat dan tidak valid
hanya jika itu dikesampingkan dengan menggunakan pilihan
keputusan. Jika tidak, banding untuk kasus baru dapat dicakup dalam
segmen Banding atau dihitung sebagai banding baru setelah kasus baru
diajukan.

3. A. Perlakuan Pidana Seleksi yang dalam NO (Niet Onvantkelijke


Verklaard) tidak selalu terakreditasi adalah Perlakuan Pidana yang
diberikan dengan menggunakan Peraturan bagi seseorang atau suatu
Pilihan, demikian juga dengan Perlakuan yang diperoleh dengan susah
payah dengan menggunakan Peraturan untuk seseorang atau Badan
Hukum dalam suatu perkara tertentu. Hakim juga manusia biasa,
sehingga dalam hal salah memilih dengan menggunakan kesalahan,
sudah ada perlakuan pidana yang sudah diatur dalam KUHAP:
perlakuan pidana umum dan perlakuan pidana khusus.
B. akibat hukum putusan yang menyatakan tidak dapat diterima
putusannya mengenai syarat formil suatu gugatan maupun para pihaknya,
sehingga menyebabkan gugatan tidak dapat diterima. Dalam hal ini putusan
yang dijatuhkan belum mempertimbangan pokok perkaranya sehingga tidak
merubah status hukum apapun dari para pihak yang bersengketa baik
Penggugat maupun Tergugat , Oleh karena itu, pengadilan juga dapat
membuat pilihan setelah mendengarkan pengakuan langsung dari
setiap peristiwa dan memikirkan motif yang ditawarkan sebelum
persidangan, dan mungkin membuat pilihan tidak dapat
diterima .demikian pada majelis hakim menjatuhkan putusan dengan gugatan
tidak dapat diterima dalam pokok perkaranya sehingga tidak menimbulkan
keadaan hukum baru atau kembali pada keadaan semula sebelum gugatan di
ajukan.

IV. Saran
Dengan ini saran untuk kedepannya dalam “Analisis Hukum Terhadap Putusan
Hakim Pengadilan Negeri Yang Menyatakan Tidak Dapat Diterima NO ( Niet
Onvantkelijke Verklaar )” atas kinerja dan efektifitas upaya bagi orang-orang
yang sedang mencari keadilan pada suatu tahap pemeriksaan, dengan
mengabaikan masalah dapat dihitung dan di ruang sidang sederhana karena
catatan formal . Dalam pelaksanaannya, ia menciptakan realitas kriminal
tentang hak para pencari keadilan untuk tidak terpengaruh oleh penggunaan
kepentingan kriminal. dengan ini juga sudah seharusnya dibuat hukum acara
perdata dalam putusan yang menyatakan tidak dapat diterima memiliki
kepastian hukum dan memiliki kekuatan hukum yang tetap.
V. Daftar Pustaka

Abdul Muhammad, 2014 Hukum Acara Perdata Indonesia PT Citra Aditya Bakti
Bandung

Asikinl ,l Zainall 2015l Bukul Hukuml Acaral Perdatal Dil Indonesial ,l Prenadamedial Groupl ,l
Jakartal 13220

Bobil Adrianl ,l 2021l Maksudl daril Gugatanl Dikabulkanl ,l Gugatanl Ditolakl ,l Gugatanl Tidakl
Dapatl Diterima

Hananl Abdull ,l 2012l Penerapanl Hukuml Acaral Perdatal dilingkunganl Peradilanl Jakartal ,l
kencana

Kusumasari Diana , 2011 Arti gugatan di kabulkan di tolak , dan tidak dapat diterima

Pramesti Ayu , 2015 Arti Putusan Niet Onvankelijke Verklaard (NO)

Mappongl Zainuddinl ,l 2010l Eksekusil Putusanl Sertal Mertal (Prosesl Gugatanl danl Caral
membuatl Putusanl sertal Pelaksanaanl Ekesekusil dalaml Perkaral Perdatal )l Malangl ,l
Tunggall Mandiri

Rahim,l 2021l Pokok-Pokokl Upayal Hukuml Terhadapl Putusanl Pengadilanl dalaml Perkaral
Perdatal Humanitiesl Genius

Sujayadil bambangl ,l 2011l Hukuml Acaral Perdatal danl Dokumenl Litigasil Perkaral Perdatal
Jakartal Kencanal Pernadal Medial Group

Anda mungkin juga menyukai