Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS


NYERI PADA BAYI PASCA IMUNISASI CAMPAK

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh:
ZENALIDIA ERMILDA
NIRM: 18048

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2021
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS
NYERI PADA BAYI PASCA IMUNISASI CAMPAK

Zenalidia Ermilda1, Susiana Jansen2, Elfira Awalia Rahmawati3


Program Studi Diploma Tiga Keperawatan1
Akademi Keperawatan PELNI Jakarta2
Email : ermildazenalidia@gmail.com

Abstrak
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
kerusakan tersebut. Tindakan medis seperti imunisasi campak yang dilakukan dengan
menggunakan jarum merupakan sumber rasa nyeri untuk anak-anak. Salah satu terapi
nonfarmakoterapi yang digunakan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri adalah kompres
dingin. Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
pemberian kompres dingin pada bayi yang mengalami nyeri pasca imunisasi campak. Metode
penulisan ini menggunakan literature review, dengan jumlah lima literature review yang terkait
dengan pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian kompres dingin pada
bayi yang mengalami nyeri pasca imunisasi. Hasil yang didapatkan setelah melakukan
literature review yaitu dapat mengembangkan SOP kompres dingin terhadap intesitas nyeri
pada bayi yang mengalami nyeri pasca imunisasi berdasarkan jurnal – jurnal terkait dengan
hasil 16 langkah pengembangan SOP. Sehingga disimpulkan bahwa tersusunya
pengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian kompres dingin pada bayi
yang mengalami nyeri pasca imunisasi campak.
Kata Kunci : Bayi; Imunisasi Campak; Kompres Dingin; Nyeri; Standar Operasional
Prosedur.

Abstract
Pain is an unpleasant sensory and emotional experience resulting from actual or
potential tissue damage or described in terms of the damage. Medical procedures such as
measles immunization using a needle are a source of pain for children. One of the non-
pharmacotherapeutic therapies used to relieve or eliminate pain is cold compresses. This
writing aims to develop a Standard Operating Procedure (SOP) for giving cold compresses to
infants who experience pain after measles immunization. This writing method uses a literature
review, with a total of five literature reviews related to the development of Standard Operating
Procedures (SOP) for giving cold compresses to infants who experience post-immunization
pain. The results obtained after conducting a literature review were being able to develop a
cold compress SOP for pain intensity in infants who experienced post-immunization pain based
on journals related to the results of the 16 steps of developing SOP. So it was concluded that
the development of Standard Operating Procedures (SOP) for giving cold compresses to infants
who experienced pain after measles immunization was done.
Keywords: Cold compress; Infants; Measles Immunization; Pain; Standard Operating
Procedure.
Pendahuluan

World Health Organization (WHO), tahun 2019 cakupan imunisasi difteri-tetanus-


pertusis dan campak pada dosis pertama (MCV1) secara global terdapat 85 %. Terdapat 14 juta
anak didunia yang ketinggalan vaksinasi campak, difteri, dan tetanus. Di Indonesia cakupan
imunisasi campak terdapat 88% dan imunisasi difteri-tetanus-pertusis sebanyak 85% diantara
anak usia satu tahun(1). United Nations Children’s Fund (UNICEF), tahun 2020 cakupan
imunisasi di indonesia difteri, pertusis dan tetanus (DPI3) dan campak berkurang lebih dari 35
% pada bulan mei 2020. Sebanyak 23 % orang tua dan pengasuh di Indonesia memutuskan
untuk tidak membawa anak mereka imunisasi dikarenakan khawatir akan layanan imunisasi(2).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2018 cakupan imunisasi lengkap di
Indonesia anak umur 12-23 bulan yaitu 57,9 %, sedangkan imunisasi yang tidak lengkap
sebanyak 32,9 % dan yang tidak di imunisasikan sebanyak 9,2 %. Di Jakarta cakupan imunisasi
lengkap sebanyak 68,0 %, sedangkan imunisasi yang tidak lengkap sebanyak 30,4 % dan yang
tidak di imunisasikan sebanyak 1,5 %. Adapun alasan orang tua tidak imunisasikan anaknya
yaitu takut panas, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu
tempat imunisasi serta sibuk / repot(3).
Orang tua yang tidak mengimunisasikan anaknya akan berdampak buruk terhadap
anaknya dan memungkinkan anak terjangkit penyakit menular seperti hepatitis b, tuberculosis,
dan berbagai penyakit menular lainnya. Tindakan medis seperti imunisasi yang dilakukan
dengan menggunakan jarum merupakan sumber rasa nyeri untuk anak-anak. Dampak nyeri saat
imunisasi dapat menimbulkan tekanan, kecemasan dan rasa takut pada imunisasi juga dapat
menjadi trauma yang akan berlangsung hingga dewasa(4). Nyeri setelah imunisasi dapat diatasi
dengan cara memberikan kompres dingin. Memberikan kompres dingin pada setelah imunisasi
dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang memblok transmisi stimulus nyeri sehingga
menurunkan sensasi nyeri, juga memberikan efek fisiologis seperti menurunkan aliran darah,
mengurangi edema dan menurunkan respon inflamasi jaringan(5).
Berdasarkan uraian diatas melihat tingginya angka kejadian dan dampak dari nyeri pasca
imunisasi. Maka penyusun tertarik untuk mengambil judul pengembangan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pemberian kompres dingin terhadap intensitas nyeri pada bayi pasca imunisasi
campak dengan bertujuan dapat mengembangan SOP pemberian kompres dingin terhadap
intensitas nyeri pada bayi pasca imunisasi campak.
Metode

Metodelogi yang digunakan dalam pengembangan SOP pemberian kompres dingin pada bayi
yang mengalami nyeri pasca imunisasi campak ini adalah literature review. Literature review
pada penulisan ini digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat dalam
menangani masalah nyeri pasca imunisasi campak pada bayi dengan memberikan kompres
dingin. Dengan menganalisis lima jurnal menggunakan pendekatan PDSA (Plan, Do, Study &
Act) yaitu Penulis melakukan study literature minimal lima jurnal terkait pemberian kompres
dingin pada bayi yang mengalami nyeri pasca imunisasi, penulis mencari jurnal atau teori
pendukung sebagai bentuk rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang penulis kembangkan, Penulis menganalisis
hasil pencarian literature review terkait pemberian kompres dingin pada bayi pasca imunisasi,
Penulis menentukan prosedur dan langkah – langkah yang tepat efektif dan efisien sehingga
terbentuk SOP yang baru.

Hasil

Hasil analisis dari 5 jurnal literature review menghasilkan Standar Operasional


Prosedur (SOP) pemberian kompres dingin pada bayi yang mengalami nyeri pasca
imunisasi.dan didapatkan 16 langkah pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)
pemberian kompres dingin sebagai berikut :

No SOP Rasional
1. Memberi salam terapeutik kepada Komunikasi dengan memberi salam dapat membina
anak dan orang tua /wali. hubungan saling percaya kepada orang tua dan
pasien agar kooperatif dan dapat membangun kerja
sama dengan tukar menukar pikiran dan perasaan,
sehingga tujuan dan kegiatan dapat dipusatkan untuk
kesembuhan pasien(6,7,8).
2. Memberikan lembar persetujuan Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
atau informed consent kepada keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
orang tua atau wali tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya,
sehingga dapat memberikan rasa aman pada pasien,
tenaga medis juga dapat membela diri apabila ada
tuntutan dari pasien atau keluarga jika timbul hal
yang tidak dikehendaki(9,10,11).
3. Persiapan alat dan bahan yaitu Menyiapkan alat dan bahan sebelum tindakan guna
1. Es batu ukuran kecil mempersingkat waktu serta menghindari
2. Plastik kecil konsekuensi ketinggalan alat dan bahan saat
3. Media kain katun yang melakukan prosedur dan mempermudah saat akan
dibentuk menyerupai kantung dilakukannya tindakan(12,13,14).
No SOP Rasional
dibuat sesuai dengan luas
permukaan lengan anak
4. Sarung tangan
5. Penyimpanan es
6. Alat ukur nyeri FLACC
4. Mencuci tangan Mencuci tangan guna mencegahan dan mengontrol
penularan infeksi, sehingga menjadi prosedur wajib
tenaga kesehatan dalam setiap kegiatan pelayanan
Kesehatan(15,16,17).
5. Memakai sarung tangan Pemakaian sarung tangan dapat melindungi tangan
pengguna dari paparan droplet / virus yang terdapat
pada benda-benda yang disentuh oleh tangan selama
melakukan prosedur dan juga menghindari transmisi
virus dari tangan ke benda-benda yang disentuh yang
dapat menginfeksi orang lain(18,19,20).
6. Mengatur posisi anak dengan cara Pemberian posisi dengan dipangku oleh ibu akan
anak dipangku oleh ibu, tangan memberikan rasa nyaman dan senang kepada anak
kanan anak melingkar ke badan saat dilakukan prosedur melalui kontak langsung
ibu, tangan kiri ibu merangkul dengan orang tua, sehingga dapat mengatasi
anak prosedur yang menyakitkan dengan mudah dan
efektif(21,22,23).
7. Memasukkan es batu dalam Membungkus es dengan kain katun guna
pelastik dan tempatkan pada media memberikan rasa nyaman dan aman saat tersentuh
kantung kain katun yang telah oleh kulit anak karena kain katun berbahan lembut
dibuat. dan lentur, sehingga dapat mempermudah saat
dilakukan prosedur tindakan kompres dingin (24,25,26).
8. Letakan / pasang media kain katun Pemakaian kompres dingin sebelum imunisasi dapat
yang telah berisi es dibagian yang mengurangi produksi prostaglandin dan
telah diimunisasikan. mempersempit aliran darah di sekitarnya sehingga
tindakan kompres dingin sebagai pengganti
anestesi(27,28,29).
9. Lakukan kompres dingin kembali Pemberian kompres dingin selama 3-5 menit guna
selama 3 menit setelah dilakukan menghindari berkurangnya kerja sama dari sikap
imunisasi 3 menit setelah anak dan menghindari ketidaknyamanan anak dalam
penyuntikan diberikan kompres dingin yang terlalu lama.
Memberikan kompres dingin yang optimal, dan
memberikan kompres dingin setelah imunisasi dapat
meredakan nyeri dengan membuat area menjadi
baal(26,30,29).
10. Pantau kondisi anak selama Kondisi dari pasien perlu untuk dipantau secara
dilakukan kompres dingin berkala dan hasil dari pemantauan dan keluhan
kelainan yang dirasakan pasien perlu untuk
diketahui. Untuk mengetahui kelainan yang timbul
akibat pemberian kompres dingin, seperti
kemerahan, ketidaknyamanan(31,32,33).
11. Lakukan pengukuran nyeri Mengukuran nyeri secara observasi memiliki metode
menggunakan FLACC setelah yang mengandalkan penilaian berdasarkan tanda-
dilakukan kompres dingin tanda non-verbal, dengan tipe spesifik dari perilaku
anak terhadap nyeri (seperti vokalisasi, ekspresi
No SOP Rasional
wajah, dan pergerakan tubuh) yang memiliki
hubungan terhadap intensitas nyeri yang dirasakan
anak(34,4,35).
12. Berpamitan kepada anak dan orang Berpamitan guna mengakhiri interaksi / komunikasi
tua / wali atau merupakan akhir dari pertemuan perawat dan
klien dengan salam dan berjabat tangan(12,8,36).
13. Merapihkan kembali alat dan Merapikan alat setelah melakukan tindakan dapat
bahan memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan
sehingga mencegah dan meminimal kan terjadinya
infeksi silang, serta menumbuhkan kepercayaan dan
kesan baik kepada pasien dan keluarganya maupun
masyarakat(37,38,39).
14. Melepaskan sarung tangan Melepas sarung tangan setelah melakukan tindakan
agar mencegah kemungkinan trasmisi kuman,
dikhawatirkan sarung tangan terdapat robekan yang
tidak terlihat. Sarung tangan harus segera dilepas
setelah tindakan perawatan selesai dan segera
melakukan hand hygiene agar cegah kontaminasi
yang berada disarung tangan(19,20,18,40).
15. Mencuci tangan Mencuci tangan dapat mencegahan dan mengontrol
penularan infeksi melalui tangan serta
membersihkan dan membunuh kuman yang
menempel secara cepat dan efektif ke semua bagian
tangan(17,15,16).
16. Dokumentasikan Dokumentasi dibutuhkan untuk keamanan pasien
dan menjaga catatannya untuk tetap jelas, akurat, dan
komprehensif menjadi bermanfaat bagi perawat
dalam pekerjaan sehingga dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan(41,42,43).

Pembahasan

Pemberian terapi kompres dingin dapat mengurangi nyeri. Kompres dingin adalah suatu
metode non farmakoterapi yang diberikan untuk mendapatkan efek lokal dengan menggunakan
kentong es(44). Pelaksaaannya dilakukan dengan menggunakan es balok kecil yang dibungkus
kain katun kemudian menempatkan pada bagian yang nyeri. Pemberian kompres dingin ini
selama 3 menit setelah dilakukan imunisasi 3 menit setelah penyuntikan.
Astuti et al (2019), menyebutkan bahwa kompres dingin dapat menurunkan nyeri dengan
prinsip kerja kompres dingin yaitu menyebabkan vasokonstriksi yang dapat menurunkan aliran
darah ke bagian yang terkena dan kemudian dapat mengurangi suplai oksigen, dapat
meningkatkan pelepasan endorfin yang menghalangi transmisi rangsangan nyeri dan juga
merangsang saraf, sehingga memblok transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar
dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta
berdiameter kecil, sehingga gerbang sinap menutup transmisi impuls nyeri(45).
Choirunissa, Widowati & Anandah (2021), menyatakan terapi kompres dingin diberikan
pada bayi dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan akibat penyuntikan, oleh karena
itu dengan memberikan kompres dingin pada area yang akan disuntik dapat mengurangi
produksi prostaglandin dan mempersempit aliran darah di sekitarnya. Menurut Das, Dhital &
Chaudhary (2020), manfaat dalam pemberian kompres dingin yaitu penggunaan kompres
dingin dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena kompres dingin memiliki fungsi
'anti-iritasi' yang dapat melindungi anak dari stimulus nyeri.
Fransiska & Marpaung (2017), bahwa terdapat 36 responden yang terdiri 18 responden
kelompok intervensi yang diberikan kompres dingin dan 18 responden kelompok kontrol tanpa
diberikan kompres dingin. Pada kelompok kontrol tanpa diberikan kompres dingin didapatkan
hasil yaitu sebanyak 2 responden tidak mengalami nyeri dan sebanyak 16 responden mengalami
nyeri sedang, sedangkan pada kelompok intervensi yang diberikan kompres dingin didapatkan
hasil sebanyak 14 responden tidak mengalami nyeri dan 4 responden mengalami nyeri sedang.
Data ini menunjukan bahwa adanya pengaruh pemberian kompres dingin terhadap nyeri.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dapat mengembangkan SOP kompres
dingin terhadap intesitas nyeri pada bayi yang mengelami nyeri pasca imunisasi. Untuk
penulisan selanjutnya, sebelum melakukan penulisan diharapkan lebih banyak mendapatkan
referensi terkait Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian kompres dingin terhadap nyeri
imunisasi pada bayi yang akan dianalisis, agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman.

Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian


kompres dingin pada bayi yang mengalami nyeri pasca imunisasi campak antara lain:
1. Dapat mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian kompres dingin
pada bayi yang mengalami nyeri pasca imunisasi campak berdasarkan jurnal – jurnal terkait
dengan hasil 16 langkah pengembangan SOP.
2. Dapat menentukan langkah-langkah yang tepat dalam memberikan kompres dingin
terhadap intensitas nyeri pada bayi pasca imunisasi campak.
3. Dapat memberikan gambaran penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian
kompres dingin pada bayi yang mengalami nyeri pasca imunisasi campak.
Saran

Bagi pelayanan kesehatan, masyarakat, pengembangan ilmu dan teknologi disarankan untuk
mengaplikasikan pemberian kompres dingin terhadap nyeri imunisasi pada bayi dan dapat
menjadi salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian bidang keperawatan anak.
Sebagai penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman khususnya literature
pengembangan SOP pemberian kompres dingin terhadap nyeri imunisasi pada bayi

Ucapan Terima Kasih


Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada ibu Ns. Susiana Jansen, M.Kep,. Sp.Kep.An sebagai Dosen Pembimbing
Keperawatan Anak sekaligus Penguji Anggota II yang telah membimbing dan memberikan
arahan, ibu Ns. Putri Permata Sari, M.Kep. Sebagai Dewan Ketua Penguji Karya Tulis Ilmiah
dan ibu Ns. Isnayati, M.Kep. sebagai Penguji Anggota I Karya Tulis Ilmiah yang telah
memberikan arahan dan masukan untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini, serta teman – teman
Mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan XXIII dan keluarga saya
khususnya kedua orang tua saya, serta kakak – kakak saya yang telah memberikan saya do’a,
semangat serta dukungannya untuk menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Referensi

1. WHO. Immunization. [Internet] 2020 [Update 2020 February 28; cited 2021 Maret 5];
Available from: https://www.who.com.
2. UNICEF. Imunisasi Rutin pada Anak Selama Pandemi COVID – 19 di Indonesia: Persepsi
Orang Tua dan Pengasuh. [Internet] 2020 [Update 2020 August 31; cited 2021 Maret 5]
Available from : https://www.unicef.org.
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta, Indonesia:
Kementerian Kesehatan RI; 2019
4. Agustiningrum, R. D., Triharini, M., & Rachmawati, P. D. Efektifitas Kompres Hangat dan
Kompres Dingin terhadap Tingkat Nyeri Balita Pasca Outbreak Response Immunization
(ORI). Pediomaternal Nurs. Journal 2019;5(1):57-62.
5. Wredayanti, D. Pengaruh kompres dingin terhadap respon nyeri pada bayi setelah
imunisasi di puskesmas lerep Kabupaten semarang [Skripsi]. Semarang: Universitas Ngudi
Waluyo; 2017.
6. Kementerian Kesehatan RI. Komunikasi Keperawatan. Jakarta, Indonesia: Kementerian
Kesehatan RI; 2016
7. Walansendow, V. L. Hubungan Antara Sikap Dan Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat
Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Ruang Eunike Rsu Gmim Kalooran Amurang.
journal Keperawatan 2017;5(1)1-7.
8. Muhith, A., & Siyoto, S. Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Health. Yogyakarta,
Indonesia : Penerbit Andi; 2018.
9. Herwanda., Rahmayani, L., & Fadhilla, S. Gambaran Penggunaan Persetujuan Tindakan
Medis (Informed Consent) Oleh Dokter Gigi Muda Di Rsgm Unsyiah Cakradonya. Dent J
2016; 8(2):123-131
10. Hakim, R. A., Busro, A., & Hendrawati, D. Tanggung Jawab Dokter Terkait Persetujuan
Tindakan Medis (Informed Consent) Pada Korban Kecelakaan Dalam Kondisi Tidak
Sadar. Law Journal 2016; 5(3): 1-15.
11. Suryaputra, G. P. Penyampaian Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) oleh
Dokter Spesialis Ortopedi kepada Pasien Pra-Operasi Fraktur Humerus [Tesis]. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret; 2019.
12. Kementerian Kesehatan RI. Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta, Indonesia:
Kementerian Kesehatan RI; 2016
13. Istichomah. Modul Praktikum Keperawatan 1. Indonesia, Bandung : Media Sains
Indonesia; 2020
14. Wijayanti, D., Najihah., & Lukita, A. R. Modul Praktikum Keperawatan 1. Indonesia, Jawa
Barat : Penerbit Adab; 2021.
15. Susantiningsih, T., Yuliyanti, R., Simanjuntak, K., & Arfiyanti. Pkm Pelatihan Mencuci
Tangan Menggunakan Sabun Sebagai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Untuk Masyarakat
Rt 007/Rw 007 Desa Pangkalan Jati, Kecamatan Cinere Kota Depok. Jurnal Bakti
Masyarakat Indonesia 2018;1(2)75-84.
16. Kementerian Kesehatan RI. Panduan cuci tangan pakai sabun. Jakarta, Indonesia :
Kementerian Kesehatan RI; 2020.
17. Panirman, L., Merisca, D. W., Candrayadi., Nugroho, P. B., Samsudin., & Nainggolan, J.
S. Manajemen Enam Langkah Cuci Tangan Menurut Ketentuan WHO Sebagai Upaya
Pencegahan Covid-19. Jurnal Abdi Masyarakat 2021;2(2)105-113.
18. Kementerian Kesehatan RI. Standar Alat Perlindungan Diri (APD) dalam manajemen
penanganan covid-19. Jakarta, Indonesia: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
19. Theopilus, Y., Yogasara, T., Theresia, C., & Octavia, J. R. Analisis Risiko Produk Alat
Pelindung Diri (APD) Pencegah Penularan COVID-19 untuk Pekerja Informal di
Indonesia. Jurnal Rekayasa 2020;9(2)115-134.
20. Azzahri, L. M., & Ikhwan, K. Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung
Diri (Apd) Dengan Kepatuhan Penggunaan Apd Pada Perawat Di Puskesmas Kuok. Jurnal
Kesehatan Masyarakat 2019;3(1)51-57.
21. Wijayanti, F., & Oktarina, N. D. Efektifitas Terapi Dekapan Ibu Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Bayi Yang Menjalani Imunisasi. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat 2021;10(1)51-58.
22. Wahyuni, F., & Suryani, U. Efektifitas Terapi Mendekap Dan Terapi Musik Dalam
Menurunkan Skala Nyeri Pada Bayi Saat Dilakukan Imunisasi Campak. Jurnal
Keperawatan Terpadu 2020;16(1)102-119.
23. Sari, I. Y. Pengaruh Parental Holding Terhadap Distres Anak Selama Prosedur Insertion
Intra Vena (Iv) Diruang Rawat Inap Anak Rsud Dr.Adnan Wd Payakumbuh [Skripsi].
Padang : STIKes Perintis Padang; 2019.
24. Jannah, S. N. Perbedaan Ketebalan Kain Katun Jepang, Katun Twill Dan Katun Swiss
Terhadap Hasil Jadi Culotte. Jurnal Tata Busana 2017;6(3)67-73.
25. Farikha, A. Y., Widiastuti, Th., & Affanti, T. B. Mainan Anak Berbahan Tekstil
Menggunakan Teknik Rajut Dengan Ide Mainan Balok Susun. Jurnal Ilmiah Tekstil
2015;2(1)1-13.
26. Ati, L. L. Pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri terhadap imunisasi campak pada
bayi usia 9 bulan di desa sanggung sukoharjo [Skripsi]. Sukarjo : STIKes Kusuma Husada;
2016
27. Choirunissa, R., Widowati, R., & Anandah, H. P. Effectiveness of Warm Compress and
Cold Compress For Pain Management in Dpt-Hb-Hib Immunization at BPM “D”
Neglasari Tangerang City Banten In 2020. Jurnal Ilmiah Kesehatan 2021;10(1)943-951.
28. Alano, A. Dasar – Dasar Ilmu Keperawatan. Yogyakarta, Indonesia : KYTA; 2016
29. Astuti, E. D. Mengurangi Nyeri Dengan Cold Pack Saat Pemasangan Infus Pada Anak Usia
Sekolah Dengan Dbd Di Igd Rspanti Wilasa Citarum Semarang [Skripsi]. Semarang :
Poltekkes Kemenkes Semarang; 2019.
30. Lestiawati., Endang., & Krisnanto. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Nyeri
Pemasangan Infus Pada Anak Usia Sekolah [Tesis]. Yogyakarta : Universitas Respati
Yogyakarta; 2016.
31. Firdaus, M. R. Monitoring Detak Jantung, Suhu, dan Infus pada Pasien Berbasis
Mikrokontroler. Telekontran 2017;5(1)55-64.
32. Friska, A. Memantau Perkembangan Kondisi Pasien Melalui Evaluasi Sebagai Tahap
Akhir Dari Asuhan Keperawatan [Tesis]; 2019
33. Nurjanah, S. Keefektifan Kombinasi Terapi Panas Dan Dingin Dengan Terapi Panas,
Terapi Dingin Terhadap Cedera Otot Hamstring [Skripsi]. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta; 2016
34. Renovaldi, D., Novayelinda, R., & Rahmalia, S. Perbandingan Validitas Alat Ukur Nyeri
Antara Self-Report Pain Scale Dan Observational Pain Scale Pada Nyeri Akut Anak Usia
3-7 Tahun .JOM PSIK 2015;1(2)1-10.
35. Yudiyanta., Khoirunnisa, N., & Novitasari, R. W. Assessment Nyeri. 2015;42(3)214-234.
36. Sofianingtyas, L. Gambaran Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Kanker Di Rsud
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta [Skripsi]. Yogyakarta : STIKes Jenderal
Achmad Yani; 2015.
37. Kementerian Kesehatan RI. Sanitasi Rumah Sakit. Jakarta, Indonesia: Kementerian
Kesehatan RI; 2018
38. Manap, U. R. S. Gambaran Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Berdasarkan Parameter Fisik
dan Biologi (Studi Kasus pada 2 Rumah Sakit Tipe A) di Provinsi DKI Jakarta [Skripsi].
Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 2016.
39. Widyasari, I. S., & Yustiawan, T. Manajemen Peralatan Kesehatan Klinik Medical Center
Ptn Di Jawa Timur. Jounal unair 2019;3(2):95-106.
40. Hayati, D. A. Ketepatan Dan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Perawat
Di Bangsal Ar-Royan Rs Pku Muhammadiyah Gamping. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta; 2016.
41. Kementerian Kesehatan RI. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta, Indonesia: Kementerian
Kesehatan RI; 2016
42. Sumilat, N. P. Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Blud Rsud Kota
Baubau [Skripsi]. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin; 2017.
43. Noorkasiani., Gustina, R., & Siti Maryam. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia 2015:18(1)1-8.
44. Wahyudi, A. S., & Wahid, A. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta, Indonesia :
Mitra Wacana Media; 2016
45. Fransiska, D., & Marpaung, H. Pengaruh Pemberian Kompres Blue Ice Terhadap Skala
Nyeri Pada Bayi Yang Telah Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 [Tesis]. Bandung :
STIKes Achmad Yani Cimahi; 2017
46. Astuti, I. T., Wijayanti, K., Nuraini, L., Khasanah, N. N., & Susanto, H. Effects of Cold
Compress on the Heguous Point of Meridian Large Intestine on Pain before Giving
Immunization in Infants. Jurnal Ners 2019;14(3)358-361
47. Das, N., Dhital, R., & Chaudhary, S. Effectiveness of Local Cold Application on Pain
among Infants Receiving Immunization in a Selected Immunization Center, Rajbiraj, Nepal.
International Journal of Science & Healthcare Research 2020; 5(3):434-439.

Anda mungkin juga menyukai