Anda di halaman 1dari 124

BUKU AJAR

ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
EDISI I

Bagian Ilmu Ortopedi dan Traumatologi


Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Makassar
BUKU AJAR

BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2019
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

VISI PROGRAM STUDI

“Menjadi program studi dengan penguatan utama kedokteran komunitas


yang menghasilkan dokter yang bermutu, bermartabat, dijiwai nilai-nilai
Islam, untuk mengabdi kepada kemanusiaan demi kepentingan umat, bangsa
dan negara menuju world class university”

MISI PROGRAM STUDI

1. Menyelenggarakan program pendidikan kedokteran dengan penguatan


kedokteran komunitas yang bermutu dan bercirikan keislaman,

2. Menyelenggarakan program penelitian kedokteran yang berkualitas dan


terpublikasi nasional maupun internasional,

3. Melakukan pengabdian masyarakat di bidang kesehatan demi


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekaligus menjalankan
fungsi dakwah,

4. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia yang berbasis kinerja,

5. Melakukan pengembangan program studi pendidikan dokter menuju


world class university.
YAYASAN WAKAF UMI

RUMAH SAKIT IBNU SINA YW-UMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UMI


Jln. Urip Sumoharjo KM. 05 Telp. (0411) 443280, Fax (0411) 432730 Makassar 90231

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA


DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBNU SINA
Nomor: / /FK-UMI/X/2019
Nomor: / E/RS.IBSI/YW-UMI/X/2019

TENTANG
PENETAPAN BUKU AJAR ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA DAN
RUMAH SAKIT IBNU SINA YW-UMI

DENGAN RAHMAT ALLAH S.W.T.


DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA DAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBNU SINA YAYASAN WAKAF UMI

Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka memantapkan pembinaan dan pengembangan Kurikulum Pendidikan, serta
untuk menjamin kelancaran mekanisme pengembangan akademik dalam lingkup Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, maka dipandang perlu menetapkan Buku Ajar
Ortopedi dan Traumatologi
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan dalam suatu
keputusan Bersama Direktur Rumah Sakit dan Dekan.
Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-undang RI Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
3. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan
Pengelolaan Perguruan Tinggi
6. Peraturan Menristek DIKTI Nomor 18 tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan
Kedokteran
7. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
a. Nomor 745/D/I/2004, tanggal 19 Februari 2004
b. Nomor 475/D/I/2004, tanggal 19 Februari 2004
c. Nomor 743/D/I/2004, tanggal 19 Februari 2004
8. Keputusan yayasan wakaf UMI Nomor : 01 Tahun 1995 yang telah diperbaharui dengan nomor
08 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pokok Kepegawaian Yayasan Wakaf UMI.
9. Hasil Rapat Antara Pimpinan Fakultas Kedokteran UMI, Direksi Rumah Sakit Ibnu Sina dan
Komkordik tanggal 15 Oktober 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Buku Ajar Bagian Ortopedi dan Traumatologi kepada seluruh Mahasiswa Program Profesi,
Dosen, dan Dokter Pendidik Klinik di Bagian Ortopedi dan Traumatologi FK UMI;
2. Keputusan ini akan ditinjau dan diperbaiki sebagaimana mestinya, apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya;
3. Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan
penuh amanah dan rasa tanggung jawab.

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI


iv
YAYASAN WAKAF UMI

RUMAH SAKIT IBNU SINA YW-UMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UMI


Jln. Urip Sumoharjo KM. 05 Telp. (0411) 443280, Fax (0411) 432730 Makassar 90231

Ditetapkan di : Makassar
Pada tanggal : 15 Desember 2019
RS Ibnu Sina YW-UMI
Fakultas Kedokteran UMI Direktur,
Dekan,

Dr. dr. H. Sultan Buraena MS, Sp.Ok


Prof. dr. H. Syarifuddin Wahid, PhD, Sp.PA(K), Sp.F NIPS: 111 12 1204
NIP: 1944.0724.197308.1001

Tembusan:
1. Ketua Pengurus Yayasan Wakaf UMI
2. Rektor Univeristas Muslim Indonesia
3. Arsip

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI


v
PENGANTAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh

Kami bersyukur kepada Allah SWT atas selesainya pembuatan ”Buku Ajar Ortopedi
dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia” bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia tahun 2019. Shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Buku ini, merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi Dokter Indonesia, yang
secara spesifik berisi tentang Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter
pada Bagian Ortopedi dan Traumatologi, di Program Studi Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Tentunya, naskah Buku Ajar ini telah dikaji secara mendalam, walaupun tidak lepas
dari kekurangan. Kedepan, perlu adanya Buku ajar yang khusus untuk tiap jurusan,
terutama yang mendalami Bidang Ortopedi dan Traumatologi, sehingga mahasiswa
akan lebih mudah mempelajari dan mengaplikasikan isi Buku ajar ini.

Ucapan terima kasih kepada Tim Penyusun dan pihak-pihak yang membantu
terselesainya pedoman ini. Semoga amalnya di terima Allah sebagai amal jariyah
dan pedoman ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh

Ketua,

dr. Jufri Latief, Sp.B, Sp.OT

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI vi


PENGANTAR FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Dengan diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi secara terintegrasi pada


Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, maka seluruh rangkaian proses
pendidikan disesuaikan dengan kurikulum termasuk fase kepaniteraan klinik.

Kepaniteraan klinik secara terintegrasi pada fase profesi akan dilakukan melalui lima
semester, yaitu pada tahap pertama untuk bagian yang memerlukan intervensi medis
dan pada tahap kedua untuk bagian yang memerlukan intervensi pembedahan.

Buku Ajar Bagian Ortopedi dan Traumatologi ini merupakan pedoman yang
berisikan kompetensi pengetahuan klinis dan keterampilan klinis yang digunakan
oleh mahasiswa selama menjalani kepaniteraan klinik di bagian Ortopedi dan
Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Harapan saya agar dosen pendidik atau dokter pendidik klinik dan semua pihak
terkait dapat memanfaatkan dan memberi koreksi untuk perbaikan buku ini
selanjutnya.Selamat menjalankan kepaniteraan klinik.

Dekan,

Prof. dr. H. Syarifuddin Wahid, SpPA(K), Ph.D, SpF, DFM

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI vii


TIM PENYUSUN

dr. Arman Bausat, Sp.B, Sp.OT(K)


dr. Muhammad Nasser Mustari, Sp.B, Sp.OT
dr. Muhammad Imran, Sp.OT
dr. Nur Nasri Arsyad, Sp.OT
dr. Ariyanto Arief, M.Kes, Sp.OT
dr. Hendrian Chaniago, M.Kes, Sp.OT
dr. Erick Gamaliel Amba, M.Kes, Sp.OT
dr. Syarif Hidayattullah, M.Kes, Sp.OT
dr. Helmiyadi Kuswardhana, M.Kes, Sp.OT

TIM EDITOR

dr. Jufri Latief, Sp.B, Sp.OT


dr. Andi Dhedie Prasatia Sam, M.Kes, Sp.OT
dr. Muhammad Ihsan Kitta, M.Kes, Sp.OT(K)
dr. Fadil Mula Putra, M.Kes, Sp.OT
dr. Andi Firman Mubarak, M.Kes

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI viii


DAFTAR ISI

Halaman

VISI & MISI PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FK UMI......................... iii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

TIM EDITOR DAN TIM PENYUSUN ............................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR MASALAH KESEHATAN SESUAI SKDI TAHUN 2012 ................. x

DAFTAR DAFTAR PENYAKITSESUAI SKDI TAHUN 2012 .......................... xi

DAFTAR KETERAMPILAN SESUAI SKDI TAHUN 2012 .............................. xiii

Ruptur Tendon Achilles…………………………………………………………. . 1

Sport Injury (ACL, PCL dan Meniskus)……………………………………….. . 10

Fraktur Terbuka…………………………………………………………………….. 24

Fraktur Tertutup…………………………………………………………………… 39

Fraktur Klavikula………………………………………………………………….. . 48

Cedera Sendi………………………………………………………………………. . 56

Ulkus…………………………………………………………………………………. 64

Osteomyelitis……………………………………………………………………… . 78

Osteoarthritis……………………………………………………………………… . 97

Tenosinovitis Supuratif…………………………………………………………. .. 106

Osteoporosis……………………………………………………………………… . 108

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI ix


DAFTAR MASALAH KESEHATAN

SESUAI STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA TAHUN 2012

BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI

NO SISTEM MUSKULOSKELETAL

1 Patah tulang

2 Terkilir

3 Gangguan jalan

4 Terlambat dapat berjalan

5 Gangguan sendi (nyeri, kaku, bengkak, kelainan bentuk)

6 Gerakan terbatas

7 Nyeri punggung

8 Bengkak pada kaki dan tangan

9 Varises

10 Gangguan otot, nyeri otot, kaku otot, otot mengecil

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI x


DAFTAR PENYAKIT

SESUAI STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA TAHUN 2012

BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI

NO DAFTAR PENYAKIT TK

Tulang dan Sendi

1 Artritis, Osteoarthritis 3A

2 Fraktur Terbuka, Tertutup 3B

3 Fraktur Klavikula 3A

4 Fraktur Patologis 2

5 Fraktur dan Dislokasi Tulang Belakang 2

6 Dislokasi Pada Sendi Ekstremitas 2

7 Osteogenesis Imperfekta 1

8 Ricketsia, Osteomalasia 1

9 Osteoporosis 3A

10 Akondroplasia 1

11 Displasia Fibrosa 1

12 Tenosinovitis Supuratif 3A

13 Tumor Tulang Primer, Sekunder 2

14 Osteosarkoma 1

15 Sarcoma Ewing 1

16 Kista Ganglion 2

17 Trauma Sendi 3A

18 Kelainan Bentuk Tulang Belakang (Skoliosis, Kifosis, Lordosis) 2

19 Spondilitis, Spondilodisitis 2

20 Teratoma Sakrooksigeal 2

21 Spondilolistesis 1

22 Spondilosis 1

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI xi


23 Lesi Pada Ligamentosa Panggul 1

24 Displasia Panggul 2

25 Nekrosis Kaput Femoris 1

26 Tendinitis Achilles 1

27 Ruptur Tendon Achilles 3A

28 Lesi Meniskus, Medial, dan Lateral 3A

29 Instabilitas Sendi Tumit 2

Malformasi Kongenital (Genovarum, Genivalgum, Club Foot, Peo


30
Planus) 2

31 Claw Foot, Drop Foot 2

32 Claw Hand, Drop Hand 2

Otot dan Jaringan Lemak

33 Ulkus Pada Tungkai 4A

34 Osteomielitis 3B

35 Rhabdomiosarkoma 1

36 Leiomioma, Leiomiosarkoma, Liposarkoma 1

37 Lipoma 4A

38 Fibromatosis, Fibroma, Fibrosarkoma 1

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI xii


DAFTAR KETERAMPILAN

SESUAI STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA TAHUN 2012

BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI

NO DAFTAR KETERAMPILAN TK

PEMERIKSAAN FISIK

1 Inspeksi Gait 4A

2 Inspeksi Tulang Belakang Saat Berbaring 4A

3 Inspeksi Tulang Belakang Saat Bergerak 4A

4 Inspeksi Tonus Otot dan Ekstremitas 4A

5 Inspeksi Sendi Ekstremitas 4A

6 Inspeksi Postur Tulang Belakang dan Pelvis 4A

7 Inspeksi Posisi Skapula 4A

8 Inspeksi Fleksi dan Ekstensi Punggung 4A

9 Penilaian Fleksi Lumbal 4A

10 Panggul : Penilaian Fleksi dan Ekstensi, Adduksi, Abduksi dan 4A

Rotasi

11 Menilai Atrofi Otot 4A

12 Lutut : Menilai Ligamentum Krusiatus dan Kolateral 4A

13 Penilaian Meniskus 4A

14 Kaki : Inspeksi Bentuk dan Postur 4A

15 Kaki : Penilaian Fleksi Dorsal/Plantar, Inversi dan Eversi 4A

16 Palpation For Tenderness 4A

17 Palpasi Untuk Mendeteksi Nyeri Akibat Tekanan Vertikal 4A

18 Palpasi Tendon dan Sendi 4A

19 Palpasi Tulang Belakang, Sendi Sakro-Iliaka dan Otot-Otot 4A

Punggung

20 Percussion For Tenderness 4A

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI xiii


21 Penilaian Range of Motion (ROM) Sendi 4A

22 Menetapkan ROM Kepala 4A

23 Tes Fungsi Otot dan Sendi Bahu 4A

24 Tes Fungsi Sendi Pergelangan Tangan, Metacarpal, dan Jari-Jari 4A

Tangan

25 Pengukuran Panjang Ekstremitas Bawah 4A

TERAPEUTIK

26 Reposisi Fraktur Tertutup 3

27 Stabilisasi Fraktur (Tanpa Gips) 4A

28 Reduksi Dislokasi 3

29 Melakuka Dressing (Sling, Bandage) 4A

30 Nail Bed Cauterization 2

31 Aspirasi Sendi 2

32 Mengobati Ulkus Tungkai 4A

33 Removal of Splinter 3

BUKU AJAR BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI xiv


RUPTUR TENDON ACHILES achilles-plantaris disebut "kompleks trisep-
surae".
Definisi
Ruptur tendon achilles merupakan Tendon terdiri atas 30% kolagen dan
pecahnya atau terpisahnya serabut tendon 2% elastin yang terdapat di matriks
sehingga tendon achilles tidak dapat lagi proteoglikan ekstraseluler dan terdiri atas 58-
menjalankan fungsinya. 70% air. Kolagen berjalan pararel satu sama
lain dan bergabung di tendon achilles. Bagian
Tendon adalah bagian tubuh yang terkecil dari kolagen adalah kolagen fibril dan
menyatukan tulang dengan otot/muskulus. tenosit. Beberapa kolagen fiber terikat
Tendon achilles merupakan tendon yang bersama membentuk lapisan dalam tendon
melekatkan otot gastrocnemius dan otot disebut fascia. Endotenon mengelilingi fascia
soleus ke salah satu tulang penyusun untuk menstabilkan dan mengikat tendon
pergelangan kaki yaitu calcaneus. achiles. Endotenon terikat bersama oleh
lapisan tendon terakhir yang disebut
peritendon. Peritendon di bentuk oleh 3
Anatomi lapisan, epitenon, mesotenon dan paratenon.
Tendon achilles merupakan tempat Epitenon merupakan lapisan terdalam yang
insersi distal dari muskulus gastrocnemius paling dekat dengan endotenon yang terdiri
dan muskulus soleus. Tendon menginseri dari saraf, pembuluh darah dan limfatik.
masuk ke daerah rectangular di bagian Paratenon merupakan lapisan terluar.
tengah permukaan posterior calcaneus.
Ruang antara tendon dan tuberositas Paratenon terdiri atas beberapa
calcaneus diisi oleh bursa retrocalcanea membran tipis dan membentuk area tipis
(gambar 1.1). Tendon achilles tidak terlihat antara tendon dan fascia crura. Fascia crura
sampai otot soleus berinsersi masuk ke di tutup oleh jaringan subkutan dan kulit.
tendon gastrocnemius sekitar kurang lebih 3- Pada sisi ventral, paratenon terdiri atas
4 cm di bagian distal. jaringan areolar lemak dan terdiri atas
pembuluh darah dan jarinan konektivus.
Bagian ventral sampai tendon achilles
merupakan suatu triangular pre-achilles fat
pad yang dikenal sebagai kager‟s fat pad.

Paratenon memiliki lapisan viseral dan


parietal. Paratenon ini analog dengan
sinovium yang menyediakan nutrisi untuk
tendon, tapi karena tendon achilles tidak
berubah sumbu gerak, maka tidak digunakan
Gambar 1.1 Cruris di lihat dari posterior. Origin tendon
Achilles merupakan persimpangan muskulotendinosa dari unit untuk pelumasan seperti fungsi sinovium.
gastrocnemius-soleus. Insersinya masuk ke bagian tengah
permukaan posterior dari calcaneus. Gambar skematik kaki. a: Paratenon ini di proksimal
tendon achilles. b: bursa subkutan. c: bursa retrocalcanea.
d:calcanea berhubungan dengan fascia dan didistal
dengan periosteum calcaneus.
Tendon plantaris berasal dari
meniskus lateral dan epikondilus femoralis Dua lapisan jaringan fibrosa dengan
lateralis dan berhubungan erat dengan caput pembuluh darah mesotendal internal
muskulus gastrocnemius lateral. Tendon membuat paratenon bergerak keatas. Serat
plantaris menyeberang miring antara anyaman paratenon membuat tendon 6
muskulus soleus dan muskulus meregang hingga beberapa sentimeter dan
gastrocnemius dan berlanjut ke medial menyebabkan tendon bergeser beberapa
sampai ke achilles. Terdapat beberapa derajat.
insersi plantaris, tetapi sebagian besar
berinsersi di aspek medial tuberositas Tendon achilles menerima aliran
kalkaneus superior atau 1 cm dari anterior pembuluh darah dari 3 regio: 1)
dan medial achilles di kalkaneus. Kompleks musculotendinous junction, 2) paratenon
1
yang mengelilingi tendon dan 3) kanan dengan alasan yang tidak diketahui.
osteotendinous junction. Bagian yang kaya Terjadi peningkatan 200 kali lipat resiko pada
pembuluh darah terdapat di anterior tendon kontralateral pada pasien yang
sedangkan yang miskin pembuluh darah sebelumnya pernah menderita ruptur tendon
terdapat di bagian tengah dan posterior distal achilles. Ruptur tendon paling banyak terjadi
dari tendon achilles. Paratenon mempunyai pada laki-laki dengan rasio antara laki-laki
aliran pembuluh darah yang berlebih. Aliran dan perempuan kira-kira 10:1.
darah yang rendah terdapat di insersi
calcaneus. Sepertiga tengah tendon dan Etiologi ruptur tendon achilles
paratenon menerima aliran darah 35% dari Etiologi ruptur tendon achilles
sistem vaskular ekstrinsik dan 65% dari multifaktorial. Diantaranya terdapat beberapa
sistem vaskuler intrinsik. bukti perubahan degeneratif, hipoksia
degeneratif (nekrotik) pada tendon yang
Tendon achilles di persarafi oleh saraf ruptur. Umur mengurangi diameter serat
yang terdapat di muskulus dan sedikit di kolagen. Perubahan ini disertai tingkat
fascia saraf kutan, dan sebagian dari saraf aktivitas yang tinggi, dan hal ini menjelaskan
sural. Saraf didalam tendon jumlahnya relatif kenapa puncak kejadian berhubungan
sedikit, mengikuti aliran pembuluh darah dengan olahraga pada kelompok umur paruh
sepanjang aksis tendon, beranastomosis satu baya. Keausan mekanis dan kekuatan
sama lain secara oblik dan transversal berlebih (mikrotrauma) menyebabkan
mengikuti serat saraf dan berakhir di saraf kelemahan tendon permanen dan regenerasi
sensoris. tendon yang tidak lengkap. Terdapat bukti
penggunaan kortikosteroid sistemik dan lokal
Akhir saraf berbeda tergantung merupakan faktor risiko terjadinya ruptur
stimulus. Fungsi mekanoreseptor merupakan tendo achilles. Terdapat laporan kasus
tranduser energi fisik, mengekspresikan fluorokuinolon terkait ruptur tendon dan bukti
tekanan atau tegangan dalam saraf aferen. laboratorium tentang efek negatif 8
Nosiseptor merupakan resepor yang fluorokuinolon pada tenosit. Namun tidak ada
merespon stimulus dan menyebabkan kesimpulan yang jelas tentang perannya
kerusakan jaringan, banyak terdapat di kulit, dalam manusia. Ruptur tendon achilles
paratenon dan tendon. dapat dikaitkan dengan penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, gout, lupus
Imobilisasi menyebabkan atropi
eritematosus, rheumatoid arthritis, dan
tendon, tetapi karena tendon mempunyai
hiperparatiroid. Mikro trauma yang berulang
metabolisme yang rendah, maka pengaruh
juga merupakan faktor resiko terjadinya
yang dirasakan lama dan tidak sedramatis di
ruptur tendon achilles.
otot betis.
Epidemiologi Teori mekanik disebut sebagai
penyebab terutama pada pasien muda dan
Insiden ruptur tendon achilles
sehat. Pada teori ini tendon sehat dapat
meningkat hingga 50% di negara maju.
ruptur oleh karena makrotrauma pada kondisi
Robekan tendon achilles paling umum terjadi
fungsi dan anatomi tertentu.
di negara-negara maju dengan prevalensi
bervariasi. Insiden meningkat dari 18/100.000 2.1 Mekanisme ruptur
pada tahun 1984 menjadi 37/100.000 pada Mekanisme cedera yang paling umum
tahun 1996. Insiden tertinggi pada kelompok pada ruptur tendon achilles diklasifikasikan
umur 30-39 tahun. menjadi tiga kategori utama. Mekanisme
pertama, pasien push-off dengan menumpu
Tujuh puluh tiga persen cedera
pada kaki sementara lutut merenggang.
berhubungan dengan olah raga. Puncak
Mekanisme ini terjadi pada sebagian besar
cedera yang berhubungan dengan olah raga
pasien. Mekanisme ini terjadi saat sprint,
terjadi pada usia rata-rata 53 tahun.
melompat dan olahraga raket. Mekanisme
. Gangguan pada tendon achilles lebih kedua pada keadaan pergelangan kaki yang
umum terjadi di sebelah kiri dari pada sisi dorsofleksi secara tiba-tiba dan tak terduga,

2
misalnya saat pasien tergelincir ke lubang (gambar 5) dan tes matles (gambar 6)
atau jatuh menuruni tangga. Mekanisme memiliki sensitivitas tinggi, masing-masing 10
ketiga dorsofleksi kaki plantar-fleksi yang 0.96 dan 0.88 dan spesifisitas 0.93 dan 0.85.
terjadi saat jatuh dari ketinggian. Kedua tes ini sifatnya non-invasif, sederhana
dan tidak mahal. Tes calfsqueeze dikenal
Klasifikasi juga sebagai tes Simmond atau Thompson.
Berdasar area anatomi, klasifikasi Pasien posisi terlentang dan pemeriksa
cedera pada tendon achilles dibagi menjadi meremas otot betis yang terkena cedera. Jika
area noninsersional dan area insersional. tendon utuh, kaki akan plantar-fleksi, tetapi
Ruptur tendon achilles termasuk area jika tendon ruptur akan ada reaksi minimal
noninsersional. Selain ruptur tendon Achilles, atau tidak ada reaksi di kaki dan tes
yang termasuk area noninsersional adalah dikatakan positif. Pada uji Matles, pasien
noninsersional tendinosis achilles, disuruh memfleksikan kedua lutut dan diamati
paratendinitis achilles, dan tendinopati adesif. perubahan posisi kaki. Tes ini positif jika kaki
Sedangkan yang termasuk area insersional di sisi cedera bergerak netral atau
adalah insersional tendinosis achilles, bursitis dorsofleksi.
retrocalcanea, bursitis retro-achilles, fascitis
tendo achilles distal, fraktur avulsi calcaneus.
Ruptur tendon achilles dapat terjadi
secara komplet maupun sebagian. Ruptur
dapat dibagi menjadi ruptur traumatik akut,
ruptur kronis, dan ruptur kronik attritional.
Namun ruptur tendon sering disebabkan
karena gabungan dari keausan karena umur
dan adanya insiden traumatik akut.
Gambar 1.2 (kiri) Tes calfsqueeze, (kanan) Tes Matles.
Berdasarkan keparahan dan derajat
retraksinya, ruptur tendon achilles dibagi 2. Pemeriksaan radiologis
menjadi 4 tipe. Tipe 1 ruptur parsial kurang
dari sama dengan 50%. Tipe II ruptur komplet Foto polos radiografi menyediakan
dengan celah tendo kurang dari sama informasi yang terbatas pada struktur
dengan 3 cm. Tipe III ruptur komplet dengan jaringan lunak sehingga tidak di
celah tendo 3-6 cm. Tipe IV ruptur komplet rekomendasikan untuk pemeriksaan rutin
dengan defek lebih dari 6 cm (ruptur yang pada semua pasien dengan suspek
terabaikan). gangguan tendon achilles. Sebelum ada
pemeriksaan USG dan MRI, pemeriksaan
Manifestasi klinis radiografi jaringan lunak merupakan
Pasien dengan ruptur tendon achilles pemeriksaan yang paling sering dilakukan
memiliki riwayat nyeri sifatnya tiba-tiba tanpa untuk mencari adanya tanda Kager‘s triangle
gejala sebelumnya. Sering dilaporkan pasien fat pad pada gangguan tendon achilles.
merasa seolah-olah telah dipukul sesuatu
dari belakang. Pada kasus tertentu, Foto polos radiografi banyak tersedia
diagnosis sangat jelas. Diagnosis di layanan kesehatan, terjangkau, murah dan
berdasarkan klinis adanya celah yang teraba terkadang memberi informasi pada beberapa
di daerah ruptur selama minggu pertama pasien dengan nyeri pada tumit.
disertai kemampuan fleksi plantar di
Pada foto polos radiografi proyeksi
pergelangan kaki tidak ada atau sangat
lateral, normalnya, tepi tendon achilles dan
lemah.
fat pad disekitar pre-achilles (Kager‘s triangle
fat pad) tampak sebagai gambaran
Diagnosis
radiolusen dengan batas tegas terutama di
1. Pemeriksaan klinis
anterior (volar) tepi tendon (gambar 1.3).
Beberapa tes digunakan untuk
diagnosis ruptur achilles. Tes calfsqueeze
3
1. Teknik pemeriksaan USG tendon achilles
USG merupakan teknik pencitraan
yang terbaik untuk muskuloskeletal karena
biayanya murah, resolusi tinggi, tersedia di
rumah sakit–rumah sakit, dapat ditoleransi
dengan baik oleh pasien, dan tidak
menimbulkan radiasi ionisasi. Pemeriksaan
Gambar 1.3 (Kiri) Foto polos lateral ankle normal USG muskuloskeletal menggunakan
menunjukkan tepi anterior tendon Achilles dengan batas tegas
(kepala panah), pre-achilles/kager‘s fat pad(*) dan resessus transduser frekwensi tinggi 12 (sampai 20
retrocalcanea (panah utuh) . (Kanan) Foto polos lateral ankle MHz) untuk mengakses struktur yang paling
dengan rupture tendon Achilles. Tampak penebalan tendon Achilles,
hilangnya batas tegas anterior yang normal (kepala panah) dan pre- superfisial atau menggunakan transduser
achilles fat pad /kager‘s fat pad. multifrekwensi (7,5-12,5 MHz) untuk evaluasi
umum struktur muskuloskeletal yang agak
Secara morfologi, tendon achilles dalam. Pemeriksaan tendon achilles
mempunyai tebal tidak lebih dari 8 mm
menggunakan transduser multifrekwensi (7,5-
dimensi AP, dengan bagian proksimal paling 12,5 MHz) (gambar 1.4).
tebal dan menipis secara bertahap di 1/3
bagian 11 distal sampai berinsersi di
tuberkulum calcaneus. Bursa retrocalcaneus
tampak sebagai area radiolusen di anterior
sampai insersi distal tendon achilles kurang
lebih 2 mm di bawah permukaan superior
calcaneus.
Pemeriksaan foto polos radiografi Gambar 1.4 (kiri) Pemeriksaan tendon Achilles scan
longitudinal, (kanan) scan transversal dengan diberikan sejumlah gel
ruptur tendon achilles menunjukkan adanya
pembengkakan soft tissue dan pengaburan di Pasien diposisikian prone/terlentang
daerah Kager‘s triangle fat pad (gambar 8). dengan kaki menggantung di tepi meja
Namun, selain pada kasus ruptur tendon (Gambar 1.4). Pergelangan kaki diposisikan
achilles, pengaburan Kager‘s triangle fat pad dorsofleksi ringan dan diberi transmisi
tampak pada tendinopati dan tebal/gel untuk membantu mengoptimalkan
inflamasi/perdarahan di dalam fat pad pre- pencitraan. Dilakukan skening potongan
achilles. Adanya kalsifikasi atau osifikasi longitudinal dan transversal (gambar 10A dan
pada tendon Achilles yang terlihat pada foto 10B). Tendon achilles dapat mudah dilihat
polos. merupakan ciri tendinosis kronis atau ketika transduser diletakkan pada posisi
menunjukkan adanya riwayat ruptur tendon sagital (potongan longitudinal untuk serat
sebelumnya. Penonjolan di calcaneus tendon). Transduser dipindahkan ke
merupakan salah satu tanda bursitis proksimal tempat insersi di tuberositas
retrocalcanea. kalkaneus sampai ke myotendinous junction.
Pemeriksaan USG dan MRI dapat Transduser diputar 90 derajat untuk evaluasi
digunakan untuk menegakkan diagnosis potongan transversal.
secara akurat, namun jarang diperlukan pada Perlu membandingkan antara kedua
kasus dengan temuan klinis yang khas. sisi untuk melihat perbedaan jika di curigai
Pemeriksaan USG dan MRI diperlukan untuk adanya robekan pada tendon achilles.
membantu ketika diagnosis meragukan. Kemudian dilakukan pengukuran tendon
Sehingga pemeriksaan USG dan MRI tidak achilles hanya pada potongan transversal.
direkomendasikan untuk penggunaan rutin. Dilakukan evaluasi dinamis untuk melihat
Pemeriksaan USG membantu membedakan adanya perdarahan, cairan, debris, jaringan
tendinitis, paratendinitis, degenerasi, ruptur parut yang mungkin mengisi jarak antara
sebagian (parsial) maupun ruptur komplet. ujung tendon yang robek. Dengan gerakan
kaki pasif menggunakan tes Thompson (tes
dengan meremas otot betis), jarak antara

4
ujung tendon yang robek menjadi lebih jelas. (paratenon). Paratenon bukan merupakan
Salah satu ujung tendon bergerak tanpa serabut synovial sebenanya, tampak sebagai
gerakan translasi ke ujung tendon lainnya. garis reflektif ekogen yang samar di sekitar
Perlu di lihat juga retroachilles dan bursa tendon. Paratenon tidak menimbulkan
retrokalkanes. Selain itu perlu dilihat tendon adanya anisotropi sehingga dapat dibedakan
plantaris karena pada kasus ruptur tendon dengan tendon disekitarnya. Normalnya,
achilles komplet, plantaris bisa menyerupai bursa retrocalcanea dapat terlihat sebagai
residu serabut achilles yang intak. cairan lapisan tipis, namun dinding normal
bursa terlalu tipis untuk dapat terdeteksi
2. Tampilan normal tendon achilles pada dengan USG. Sisi ventral tendon achilles
USG terdapat pre-achilles fat pad yang tampak
sebagai struktur ekogenik sedang yang relatif
Tendon achilles normal terdiri atas
lebih rendah dibanding ekogenitas tendon
fasikula serabut kolagen ekstrseluler padat.
normal dan sifatnya ireguler. Anterior pre-
Pada USG potongan longitudinal tampak
achilles fat pad adalah bagian dari fleksor
garis linear fibrillar hiperekoik (terang)
betis, terutama terdiri dari 14 fleksor otot
tertutup paratenon (gambar 1.5 kiri) dan pada
halusis longus yang terletak diantara tibia
potongan transversal tampak tendon
posterior dan kortek talar (gambar 1.7).
berbentuk bulat sampai ovoid (gambar 1.5
kanan). Tendon sangat reflektif, karena
backscatter kuat dari USG, sehingga tampak
struktur ekogenik. Karena struktur kolagen
ekstraselular, ekogenitas tendon tergantung
sudut balok USG (Gambar 1.6).

Gambar 1.7 (A) Tendon Achilles dengan USG potongan longitudinal


dengan FOV , dari MTJ soleus sampai insersi di calcaneus. (B)
Jaringan lunak ditandai dengan garis bentuk titik. (C) diagram garis
yang sama dengan FOV. Tendon Achilles (AT) dibatasi oleh fleksor
Gambar 1.5 (Kiri) USG potongan longitudinal tendon Achilles hallucis longus (FHL), garis terang kortekstibia dan kager‘s fat pad.
normal. Pola fibril yang parallel dan eksogen (antara kepala panah),
(Kanan) USG potongan transversal tendon Achilles normal
menunjukkan ekogen bentuk ovoid (kepala panah).
Pada pemeriksaan color Doppler
tendon achilles tidak menunjukkan adanya
pembuluh darah. Namun pada kondisi yang
jarang, kemungkinan terdapat minimal aliran
vaskuler masuk ke paratenon. Normalnya,
pembuluh darah sangat kecil terlihat di
jaringan lemak pada pre-achilles fat pad.
Terdapat perkembangan terbaru teknik
Gambar 1.6 USG potongan transversal tendon Achilles. visualisasi tendon menggunakan USG,
(A) probe di arahkan ke tendon dengan sudut 90°menunjukkan diantaranya tissue harmonic imaging,
tendon bentuk oval dengan ekotereng (kepala panah). (B) probe
dimiringkan dengan sudut tidak tegak lurus tendon menunjukkan compound imaging, dan extended field of
hipoekoik (gelap) (kepala arah). view (FOV) imaging.
Normalnya, tendon achilles 3. Temuan USG ruptur tendon Achilles
mempunyai ketebalan dan ekogenitas yang
seragam pada potongan longitudinal dengan Ruptur tendon achilles paling banyak
tepi anterior dominan datar atau cekung pada terjadi kira-kira 2-6 cm proksimal tempat
potongan transversal dengan ketebalan 4-7 insersi calcaneus (sepertiga proksimal)
mm. dibanding sepertiga media dan tengah.
Ruptur tendon achilles parsial pada
Tendon achilles dikelilingi oleh garis pemeriksaan USG khas didapatkan
serabut sinovial atau jaringan ikat padat pembesaran tendon achilles lebih dari 1 cm
5
dan adanya area hipoekoik atau anekoik lokal tendinosis, yang merepresentasikan suatu
intratendinosa dan berkaitan dengan degenerasi tendon bukan inflamasi.
tendinosis disekitarnya (Gambar 1.8). Tendinosis didefinisikan sebagai degenerasi
intratendon berupa hipoksia, mukoid atau
miksoid, lemak, fibrinoid, kalsifikasi atau
gabungan yang disebabkan karena beberapa
penyebab (proses umur, mikrotrauma,
gangguan vaskuler). Insidensinya meningkat
seiring meningkatnya aktivitas kompetisi
olahraga dan rekreasi. Lebih banyak terjadi
pada atlet lari dengan kejadian 10 kali lebih
banyak. Selain itu sering terjadi pada atlet
Gambar 1.8 USG potongan longitudinal ruptur tendon olah raga raket, bola voley, dan sepak bola.
komplet Temuan USG pada tendinopati sulit
Pada ruptur komplet, tendon tampak dibedakan dengan ruptur tendon achilles
tak terdeteksi pada daerah yang mengalami parsial. Terdapat 3 grade berdasarkan
cedera. Ujung robekan tendon tampak pemeriksaan USG. Grade 1, tendon normal;
terpisah/diskontinyu disertai perubahan grade 2, pembesaran tendon; grade 3,
kontur tendon (ekostruktur lusensi) disertai tendon berisi area hipoekoik. Area hipoekoik
adanya perdarahan di celah tendon yang dapat berupa nodul, difus, atau multifokal.
mengalami retraksi. Selain itu tampak Tanda khas USG tendinopati achilles
adanya bayangan akustik di tepi robekan dan adalah penebalan tendon dan adanya area
lesi hipoekoik tendinosis disekitarnya hipoekoik dengan batas tidak jelas di dalam
1,15
(gambar 1.9). tendon, dengan atau tanpa peningkatan
vaskuler pada pemeriksaan doppler
(gambar 1.10).

Gambar 1.9 USG menunjukkan ruptur parsial di 1/3 proksimal


tendon Achilles.

Temuan hasil operasi pada rupture Gambar 1.10 USG transversal dengan color Doppler menunjukkan
tendon komplet adalah tendon yang neovaskularisasi (panah) pada tendon.
mengalami disrupsi komplet, sedang pada
rupture komplet parsial memberikan hasil Normalnya tendon achilles mempunyai tebal
operasi secara makroskopis berupa disrupsi 4-7 mm dan tanpa adanya aliran darah yang
parsial tendon. terdeteksi. Adanya neovaskularisasi pada
tendinopati berhubungan dengan sakit yang
Diagnosa Banding menyangat, fungsi yang jelek, dan gejala
1. Tendinopati yang lama.PE Pada paratendinopati achilles
akut, USG menunjukkan adanya cairan
Tendinopati merupakan kelompok disekitar tendon. Pada adesi peritendinosa
cedera pada tendon achilles yang masuk terlihat adanya penebalan paratenon yang
pada kelompok noninsersional. Sering klinisi hipoekoik, biasanya terjadi pada gangguan
menggunakan istiah tendinosis atau tendon kronis.
tendinitis, yang sebenarnya diagnosis
tendinitis dan tendinosis digunakan setelah 2. Peritendinitis
terdapat pemeriksaan histopatologi.
Tendinopati merupakan kondisi yang Peritendinitis oleh banyak penulis
menyebabkan nyeri, bengkak, kekakuan dan disebut sebagai paratenonitis. Adanya
kelemahan pada tendon achilles. krepitasi di paratenon disebut sebagai
Histopatologi tendinopati berhubungan "peritendinitis crepitans ". Pada peritendinitis
dengan abnormalitas yang sama dengan achilles akut tampak adanya reaksi sel

6
inflamasi, edema, ekstravasasi protein mediator pro-inflamasi yang mengarah ke
plasma, dan akumulasi fibrin di paratenon. angiogenesis dan perekrutan sel inflamasi ke
Pada kasus kronis, ditemukan adanya daerah cedera dan sel-sel ini mulai dengan
penebalan paratenon, proliferasi daerah penghancuran bekuan darah dan debris.
jaringan ikat, bentukan adesi, dan perubahan Tahap kedua, dikenal sebagai proliferasi atau
obliterasi di pembuluh darah. Nyeri mungkin perbaikan, dimulai hari ke dua setelah cedera
terasa di mana saja di sekitar tendon achilles, dan berlangsung hingga 6-8 minggu. Fase ini
tetapi paling sering disepertiga tengah. ditandai dengan aktifitas sintetis oleh
Sering teraba nodul disekitar tendo achilles makrofag dan fibroblas. Terjadi pada
pada peritendinitis kronis disertai penebalan beberapa hari setelah cedera dan
fokal atau difus di jaringan subkutan. menyebabkan perekrutan sel dan
Biasanya peritendinitis timbul bersama melepaskan faktor pertumbuhan. Fibroblas
dengan tendinosis. Secara klinis sangat sulit memproduksi sebagian besar kolagen tipe III
membedakan tendinosis dari paratenonitis untuk stabilitas sementara. Tahap ketiga,
kecuali pada palpasi teraba nodul khas yang dikenal sebagai renovasi atau fase 18
tendinosis akut. pematangan. Dimulai pada bulan 1-2 setelah
cedera dan dapat berlangsung selama lebih
Gambaran USG peritendinitis adalah dari satu tahun. Selama fase ini, kolagen tipe
tampak struktur intratendinosa sedikit I mulai mendominasi dan struktur menjadi
berubah dengan tanda inflamasi, batas tak lebih teratur. Pada akhir fase ini jaringan
tegas. Tendon achilles dapat disertai atau parut matur terbentuk, namun tendon akan
tanpa adanya akumulasi cairan semisirkuler. menyembuh lambat namun mungkin tidak
lengkap.
Terapi kasus ruptur tendon
dapatberupa operasi maupun non operasi
(tindakan konservatif). Berdasar klasifikasi
menurut keparahannya, ruptur tendon
achilles tipe I dengan tindakan konservatif,
Gambar 1.11 USG transversal menunjukkan penebalan paratenon tipe II dengan end to end anastomosis, tipe III
hipoekoik.
dengan tendon graft flap, possible synthetic
Hasil operasi didapatkan adanya paratenon graft, V-Y advancement, Bosworth turndown,
achilles hiperemi menebal dan fibrosis tendon transfer atau kombinasi. Sedang tipe
dengan adesi disekitar struktur tendon. IV dengan resesi gatrocnemius, turndown,
tendon transfer, free endon graft, synthetic
Penatalaksanaan graft atau kombinasi.
Pada saat cedera atau setelahnya,
tubuh memulai proses penyembuhan. 1. Tindakan non operasi
Penyembuhan tendon adalah proses yang Tindakan dengan konservatif sangat
sangat kompleks dengan interaksi antara bervariasi. Secara klasik menggunakan gips
darah dan selasal jaringan, mediator panjang di kaki dengan lutut tertekuk/fleksi
inflamasi dan matriks molekul. Tujuannya dan tumit di equinus (selama 2-3 minggu),
adalah menyembuhkan dan memperbaiki pemasangan gips pendek di kaki (selama 8
proses untuk mencapai hemostasis, integritas minggu). Pasien tidak boleh menumpu
jaringan dan dapat memberikan dukungan beban selama 6 minggu pertama.
terhadap beban.
Pendekatan terkini dengan
Proses penyembuhan dapat dibagi menggunakan bruce fungsional dengan
menjadi tiga tahap penyembuhan. Tahap penahan beban sedang. Tindakan ini
pertama mencakup hemostasis yang merupakan protokol yang agresif, yaitu
berlangsung selama beberapa hari. Fase ini dengan menggunakan penjepit fungsional
dimulai segera setelah cedera. Terjadi atau boot pra-fabrikasi (Gambar 18). Pasien
pembentukan bekuan darah, trombosit aktif dimulai dengan menaikkan pergelangan kaki
dan terjadi vasodilatasi. Terdapat kaskade plantar fleksi sampai 45 derajat. Kemudian
7
secara bertahap diturunkan menjadi netral (6 Komplikasi
sampai 12 minggu). Latihan plantar fleksi Komplikasi dari tindakan konservatif
aktif dengan dorsofleksi selama beberapa pada ruptur tendon achilles antara lain
waktu dan kemudian menjalani protokol terjadinya ruptur ulang dan penurunan
penguatan yang lebih agresif.7,19 kemampuan fleksi dari plantar. Sedangkan
komplikasi tindakan operasi perkutaneus atau
2. Tindakan operasi operasi terbuka adalah adanya infeksi kulit
superfisial, infeksi dalam, ulkus pada tumit,
Tindakan operasi meliputi teknik
ruptur achilles ulang parsial ataupun komplit.
operasi terbuka, operasi terbuka terbatas,
Namun kejadian ruptur ulang pada tindakan
dan perkutaneus. Tindakan operasi terbuka
operasi lebih rendah dibandingkan dengan
dengan membuat sayatan memanjang sekitar
tindakan hanya dengan konservatif.
1 cm di medial ke tendon dengan
menghindari iritasi dialas kaki (gambar 19). Prognosis
Sayatan dilakukan melalui kulit dan jaringan Dengan perawatan yang tepat dan
subkutan selubung tendon (paratenon). rehabilitasi, prognosis ruptur achilles tendon
Perawatan yang hati-hati diparatenon penting baik hingga sempurna (ad bonam). Banyak
untuk proses penyembuhan tendon. Ujung atlet yang mampu kembali ke aktivitas level
tendon dilakukan debridement dan kemudian semula dengan tindakan bedah atau
dijahit dengan nonabsorbable. Terdapat konservatif. Namun, individu yang menjalani
kontraversi untung rugi dilakukan jahitan di pembedahan lebih sedikit mengalami ruptur
epitenon. Perlu diperhatikan tekanan akibat tendon achilles lagi. Tingkat ruptur ulang
tindakan sehingga harus dipikirkan adanya untuk pengobatan operasi adalah 0—5%
kolateral dari bagian sisi yang lain.7 dibandingkan hampir 40% pada pasien yang
menggunakan treatment konservatif.
Plantaris sering digunakan sebagai
suplemen lokal jika jaringan achilles miskin
nutrisi. Gangguan yang signifikan dan ruptur DAFTAR PUSTAKA
yang kronis mengakibatkan fungsi tendon
dialihkan ke fleksor longus digitorum, fleksor 1. Bleakney RR, White LM, Maffuli N.
longus hallucis, atau peroneal.7 Imaging of the Achilles tendon. [cited 20 july
2014]. Available from
Teknik perkutan lebih populer.
http://www.springer.com/978-1-84628-628-5.
Beberapa perangkat (Integra Achillon, Teno-
Lig) dipromosikan untuk meminimalkan risiko 2. Kvist M, Jarvinen M. The operative
terjepitnya saraf sural yang merupakan treatmen of chronic calcaneal peritonitis. J
komplikasi utama tindakan perkutan ini. Bone Joint Surg (Br): 1980; 62: 353-57
Biasanya insisi kecil (1 cm) dibuat di lokasi
ruptur (baik melintang atau membujur) yang 3. Kane V. Ruptur tendon Achilles. [cited 28
memungkinkan ruptur dapat terlihat. Tendon august 2014]. Available from
bagian proksimal dijepit dan dijahit perkutan http://www.kerjanya.net/faq/5475-ruptur-
melalui tendon yang lebih proksimal dan tendon-achilles.html.
ditarik masuk ke selubung tendon. Proses ini
diulang di bagian distal dan kemudian jahitan 4. Schweitzer ME, Karasick D. MR imaging
ini diikat bersama-sama.7,8,19 of disorders of the Achilles tendon. AJR:
2000; 175: 613-25
Teknik terbuka yang terbatas
menggunakan elemen hibrid terbuka dan 5. Jozsa L, Kannus L. Human tendons
teknik perkutan untuk meminimalkan anatomy, physiology, and pathology. Human
gangguan jaringan. Prinsip fiksasi stabil, kinetics. Champaign, Illinois. 1997
panjang tendon yang tepat, penanganan
6. Olsson N. Acute achilles tendon rupture:
jaringan lunak secara hati-hati, dan
outcome, prediction and optimized treatment.
perlindungan terhadap struktur saraf harus
2013. Gothenburg, Sweden.
selalu dilakukan.7,8

8
7. Anonim. Achilles tendon rupture. [cited 01 pseudotenosynovitis appearance. AJR: 2007;
september 2014]. Available from 188: 198-202
https://www.aofas.org/education/Orthopaedic
Articles/Achillesruptures 18. Peer S, Kovacs P, Harpf C, Bodner G.
High-resolution sonography of lower
8. Buono AD, Chan O, Maffulli. Achilles extremity peripheral nerves. J Ultrasound
tendon: functional anatomy and novel Med: 2002; 21; 315-22
emerging models of imaging classification.
2012. International Orthopaedics 19. Pillen S. Skeletal muscle ultrasound.
European Journal Translation Myology: 2010;
9. Wijesekera NT, Calder JD, Lee JCL. 1(4): 145-55
Imaging in the assessment and management
of achilles tendinopathy and paratendinitis.
Seminars in musculoskeletal radiology: 2011;
5(1): 89-100
10. Strauss EJ, Ishak C, Jazrawi L, Sherman
O, Rosen J. Operative treatment of acute
achilles tendon rupture: an institutional review
of clinical outcomes. Inj J.Care Injured: 2006;
1-7. [cited 01 September 2014]. Available
from www.elsevier.com/locate/injury
11. Adler RS, Finzel KC. The complementary
roles of MR imaging and ultrasound of
tendons. Radiol Clin N Am: 2005; 771-807
12. Martino F, Silvestri E, Grassi W, Garlasci
G. Musculoskeletal sonography: technique,
anatomy, semeiotics and pathologica findings
in rheumatic disease. 2007. Springer-Verg,
Italy.
13. Kayser R, Mahlfeld K, Heyde CE. Partial
rupure of the proximal Achilles endon: a
differential diagnostic problem in ultrasound
imaging. Br L Sport Med: 2005; 39: 838-42
14. Karjalainen PT. Magnetic resonance
imaging of Achilles tendon. Academic
Dissertation: 2000. University of Hesinki,
Finland.
15. Ohberg L. The chronic painful Achilles
tendon sonographic finding and new methods
for treatment. Dissertation: 2003. Umea
University, Sweden. 37
16. Hodgson RJ, O‘connor PJ, Grainger AJ.
Tendon and ligament imaging. The British
Journal of Radiology: 2012; 85: 1157-72
17. Robertson BL, Jamadar DA, Jacobson
JA, Brigido MK, Caoili EM, Margaliot Z, et al.
Extensor retinaculum of the wrist:
sonographic characterization and
9
SPORT INJURY cabang olahraga tertentu. Prevalensi ruptur
(ACL, PCL & Meniskus) PCL ini sekitar 45% dari ruptur cedera,
menduduki nomor 2 cedera ligamen
Definisi terbanyak setelah ruptur ACL. Cedera ini
Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) sering dipicu saat lutut mengalami benturan
atau ruptur ACL adalah terputusnya dari arah depan saat posisi lutut dalam
kontinuitas di salah satu ligamen lutut yang keadaan fleksi (menekuk).
menghubungkan os femur dengan os tibia Robekan/lesi meniskus cenderung
dan fibula. ACL berfungsi untuk menjaga lebih sering terjadi pada saat olahraga
kestabilan lutut dan mencegah pergeseran dengan gerakan berputar, contohnya sepak
berlebih dari tulang tibia. Posterior Cruciate bola. Seiring bertambahnya usia, prevalensi
Ligament (PCL) merupakan ligamen yang robekan meniskus ini juga berubah. Pada
saling bersilangan dengan ACL yang usia muda (produktif), robekan meniskus
menghubungkan dan memberikan ikatan lebih sering terjadi pada laki-laki yang masih
antara tulang femur dengan tulang tibia. daripada perempuan dengan rasio 3:1. Pada
Sama seperti ACL, PCL juga memungkinkan wanita lebih sering usia 11-20. Pada orang
mengalami cedera. Selain dari kedua yang bekerja seperti atlet lebih sering terkena
ligamentum cruciatum tersebut, dapat terjadi lesi meniskus. Pada orang tua usia diatas 60
cedera pada kartilago semilunaris (meniskus) tahun, wanita lebih banyak yang mengalami
yaitu tulang rawan berbentuk C kecil yang robekan meniskus karena faktor obesitas,
berfungsi sebagai bantalan dalam persendian karena beban dari tubuh yang juga terpusat
lutut. Robekan meniskus terjadi apabila salah pada area lutut. Tidak hanya itu, faktor
satu kepingan tulang rawan dalam lutut kondisi kerja pada usia lanjut dengan posisi
cedera dan robek. Robeknya kedua jongkok atau posisi yang banyak
meniskus dapat terjadi bersama-sama bila menggunakan lutut lebih rentan terhadap
terjadi robekan ligamentum yang hebat. meniscus degeneratif.

Epidemiologi Etiologi
Prevalensi kejadian cedera ACL dan PCL Ruptur ACL, PCL dan cedera meniskus
menunjukkan bahwa cedera ACL dan PCL secara umum disebabkan oleh berbagai
lebih banyak dialami oleh laki-laki mekanisme seperti mengubah arah dengan
dibandingkan perempuan karena faktor cepat, proses berhenti mendadak, melambat
aktivitas dan olahraga. Kejadian ruptur ACL tiba-tiba saat berlari, mendarat dari lompatan
diperkirakan sebesar 1 dari 3500/tahun, dan yang salah, kontak atau tabrakan langsung,
diperkirakan sebesar 95.000 kasus ruptur seperti saat berolahraga sepakbola, dan
ACL/tahun. Kejadian ruptur ACL banyak mekanisme non kontak seperti twisting
terjadi pada atlet terutama footbalI, (mekanisme puntiran).
sepakbola, ski dan gymnastic. Sekitar
200.000 ACL terkait cedera terjadi setiap Klasifikasi
tahun di Amerika Serikat, dengan sekitar Berdasarkan derajat robekan , ACL
95.000 ruptur ACL. Sekitar 100.000 ACL diklasifikasikan menjadi 3 :
rekonstruksi dilakukan setiap tahun. Kondisi a. Derajat 1 : robekan mikro pada
ruptur ACL juga sering terjadi bersamaan ligamen. Umumnya tidak
dengan ruptur meniskus, dimana pada ruptur menimbulkan gejala ketidakstabilan
ACL akut sering disertai robekan meniskus dan dapat kembali bermain setelah
lateral, sedangkan ruptur ACL kronis sering proses penyembuhan.
disertai robekan meniskus medial. b. Derajat 2 : robekan parsial dengan
Menurut data tahun 2010, ditemukan perdarahan. Terjadi penurunan fungsi
463 kasus cedera PCL. Dari total cedera, dan dapat menimbulkan gejala
sebagian besar penderitanya berkisar antara ketidakstabilan.
usia 18 - 44 tahun, dikarenakan pada usia c. Derajat 3 : robekan total dengan
tersebut, orang masih sangat aktif dalam gejala ketidakstabilan yang
aktivitas fisik maupun menggeluti salah satu bermakna.

10
Klasifikasi ruptur meniskus berdasarkan a. Anterior Cruciate Ligament
arahnya terbagi atas 3 : Istilah cruciate berasal dari kata crux
a. Ruptur meniskus longitudinal/ vertikal yang artinya menyilang dan crucial
merupakan tipe ruptur meniskus yang sangat penting. Ligamen cruciatum saling
paling sering terjadi. bersilangan satu sama yang lain
b. Ruptur meniskus horizontal sering menyerupai huruf X. ACL adalah
terjadi pada orang usia lanjut, dengan stabilizer untuk sendi lutut pada aktivitas
keluhan tersering adalah nyeri dan pivot. ACL berkembang pada minggu ke
seperti rasa terkunci pada lutut. Hal 14 usia gestasi, berukuran sebesar jari
tersebut juga sering dilatarbelakangi kita dan panjangnya rata-rata 38 mm dan
oleh penyakit degeneratif. lebar rata-rata 10 mm, dan dapat
c. Ruptur meniskus radial menahan tekanan seberat 500 pon
sekitar 226 kg.
Anatomi dan Pencitraan Normal Ligamentum ini melekat pada area
Anatomi Normal Lutut intercondylaris anterior tibiae dan berjalan
Secara anatomis knee joint dibentuk oleh ke arah atas, ke belakang dan lateral
tibia bagian proximal, femur bagian distal dan untuk melekat pada bagian posterior
patella. Knee joint terdiri dari tiga bagian permukaan medial condylus lateralis
persendian; medial dan lateral antara condyle femoris. Ligamentum ini akan mengendur
femur dan tibia serta persendian intermediate bila lutut ditekuk dan akan menegang bila
antara patella dan femur. Femur distal terdiri lutut diluruskan sempurna. Ini tidak hanya
dari medial condyle dan lateral condyle, mencegah anterior translasi dari tibia
femoral trochlear groove dan intercondylar pada femur tetapi juga memungkinkan
notcth. Ligamen tersebut melewati anterior, untuk helicoid biasa tindakan lutut,
medial dan distal sendi dari femur ke tibia. sehingga mencegah kemungkinan
Ligamen berputar membentuk spiral yang terjadinya patologi meniscal. Ligamen ini
sedikit mengarah ke luar (lateral), melewati terdiri dari dua bundel, sebuah bundel
bawah ligamentum transversal meniscal di anteromedial yang ketat di fleksi, dan
ujung tibialisnya. Beberapa fasikula mungkin bundel posterolateral, yang lebih
menyatu dengan perlekatan anterior dengan cembung dan ketat dalam ekstensi.
meniskus lateral. Ikatan tibialis lebih lebar Suplai vaskuler ACL berasal dari
dan lebih kuat dari perlekatan femoralis. arteri geniculate middle, serta dari difusi
melalui sheath sinovial nya. Persarafan
dari ACL terdiri dari mechanoreceptors
yang berasal dari saraf tibialis dan
memberikan kontribusi untuk
proprioseptifnya, serabut rasa nyeri
dalam ACL hampir tidak ada, ini
menjelaskan mengapa ada rasa sakit
yang minimal setelah ruptur ACL akut
sebelum terjadinya hemarthrosis yang
Gambar 2.1 . Anatomi lutut menyakitkan.
b. Posterior Cruciate Ligament
Ligamentum Intra Capsular Ligamentum cruciatum posterior
Ligamentum cruciata adalah dua melekat pada area intercondylaris
ligamentum intra capsular yang sangat posterior dan berjalan kearah atas, depan
kuat, saling menyilang didalam rongga dan medial, untuk dilekatkan pada bagian
sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua anterior permukaan lateral condylus
bagian yaitu posterior dan anterior sesuai medialis femoris. Serat-serat anterior
dengan perlekatannya pada tibia. akan mengendur bila lutut sedang
Ligamentum ini penting karena ekstensi, namun akan menjadi tegang
merupakan pengikat utama antara femur bila sendi lutut dalam keadaan fleksi.
dan tibia. Serat-serat posterior akan menjadi

11
tegang dalam keadaan ekstensi. semilunaris lateralis kurang terfiksasi
Ligamentum cruciatum posterior pada tempatnya bila di bandingkan
berfungsi untuk mencegah femur ke dengan cartilago semilunaris medialis.
anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut
dalam keadaan fleksi, ligamentum
cruciatum posterior akan mencegah tibiae
tertarik ke posterior.

Cartilago Semilunaris (Meniscus)


Cartilago semilunaris adalah lamella
fibrocartilago berbentuk C, yang pada
potongan melintang berbentuk segitiga.
Batas perifernya tebal dan cembung,
melekat pada bursa. Batas dalamnya
cekung dan membentuk tepian bebas.
Permukaan atasnya cekung dan
berhubungan langsung dengan condylus
femoris.
Fungsi meniscus ini adalah
memperdalam fascies articularis condylus
tibialis untuk menerima condylus femoris
yang cekung.
a. Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan Gambar 2.2. Gambaran Anatomi Lutut.
A. Articulatio genus dextra dilihat dari aspek lateral.
bagian belakang jauh lebih lebar daripada B. Aspek Anterior, dengan sendi dalam keadaan fleksi.
bagian depannya. Cornu anterior melekat C dan D Aspek Posterior.

pada area intercondylaris anterior tibiae


dan berhubungan dengan cartilago
semilunaris lateralis melalui beberapa
serat yang disebut ligamentum
transversum. Cornu posterior melekat
pada area intercondylaris posterior tibiae.
Batas bagian perifernya melekat pada
simpai dan ligamentum collaterale sendi.
Dan karena perlekatan inilah cartilago
semilunaris relatif tetap.
b. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan
melebar secara merata. Cornu anterior
melekat pada area intercondylaris
anterior, tepat di depan eminentia
intercondylaris. Cornu posterior melekat
pada area intercondylaris posterior, tepat
di belakang eminentia intercondylaris.
Seberkas jaringan fibrosa biasanya Gambar 2.3. Gambaran foto polos normal pada lutut
keluar dari cornu posterior dan mengikuti
ligamentum cruciatum posterior ke
condylus medialis femoris. Batas perifer
cartilago dipisahkan dari ligamentum
collaterale laterale oleh tendon m.
popliteus, sebagian kecil dari tendon
melekat pada cartilago ini. Akibat
susunan yang demikian ini cartilago

12
Gambar 2.4. Posisi Probe USG untuk Melihat ACL

Gambar 2.7. USG PCL Normal

Gambar 2.8. USG Meniskus normal

Gambar 2.5. USG ACL Normal


Panah putih yang menunjukkan ACL yang normal (intak) yang
ditandai dengan adanya gambaran hipoekhoik.

Gambar 2.9. MRI Normal Lutut Potongan Sagital

Gambar 2.6 . USG PCL Normal dengan Posisi Probe


Longitudinal

Gambar 2.10. MRI Normal Potongan Koronal

13
Cedera ligament kompleks yang terjadi
karena trauma berat valgus atau varus
dengan disertai atau tidak internal rotasi atau
eksternal rotasi. Berdasarkan insidensi yang
terjadi mekanisme cedera ACL 70%
Gambar 2.11. Potongan Sagital MRI Knee Joint berhubungan dengan olahraga,
terutama pivoting sports seperti olahraga
basket, sepak bola juga olahraga ski.
Terdapat dua mekanisme yang
menyebabkan isolated ACL rupture terutama
trauma hiperekstensi dan mendarat setelah
melompat dengan sendi lutut slight
Gambar 2.12. Potongan Koronal MRI Knee Joint fleksi. Saat atlet mendarat setelah melompat,
beban otot quadriceps eksentrik dapat
Meniskus terdiri dari dua bagian yaitu merusak ACL secara adekuat. 20,21
meniskus medial dan meniskus lateral. Robekan ACL lebih dari 50 % atau
Meniskus medial memiliki dua tanduk. Kedua robekan total dapat menyebabkan
tanduk berbentuk segitiga dan memiliki titik ketidakstabilan sendi lutut. Atlet akan merasa
yang tajam. Tanduk posterior selalu lebih lututnya sering ―goyang‖, nyeri dan bengkak
besar dari tanduk anterior. Pada meniskus berulang sehingga kinerja berolahraganya
lateral juga memilki dua tanduk. Pada menurun. Ketidakstabilan sendi lutut juga
gambar sagital gambaran meniskus lateral, akan menimbulkan cedera lanjutan berupa
tanduk posterionya lebih tinggi posisinya rusaknya bantal sendi/meniskus dan tulang
daripada tanduk anterior. Kedua tanduk itu rawan sendi. Banyak atlet yang akhirnya
berukuran hampir sama. harus mengakhiri kariernya akibat cedera
ACL sehingga cedera ini sering disebut
career ending injury.
Mekanisme yang sering terjadi pada
ruptur meniscus adalah trapand twist, yaitu
Gambar 2.13. MRI Meniskus Medial ketika varus atau valgus mengalami gaya
yang cukup keras akibat benturan, sehingga
mencederai kondilus femoralis dan tibial
plateu. Cedera ini juga diikuti dengan
mekanisme rotasi eksternal yang dapat
Gambar 2.14. MRI Meniskus Lateral
memperparah cedera meniskus tersebut.

2.6 Patofisiologi Diagnosis


Cedera ACL adalah cedera lutut Anamnesis
tersering yang dialami oleh atlet. Cedera Ruptur Ligamen Cruciatum
yang umumnya terjadi pada olahraga yang Pasien dengan ruptur ACL akut
melibatkan gerakan-gerakan zig-zag, umumnya mengeluhkan nyeri pada lutut
perubahan arah gerak, dan perubahan setelah trauma yang disertai bengkak,
kecepatan yang mendadak (akselerasi- pergerakan terbatas dan kesulitan menahan
deselerasi) seperti sepak bola, basket, bola berat tubuh. Terdapat riwayat seperti bunyi
voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang terjadi ―popping‖ pada lutut, anamnesis mengenai
adalah non-kontak dengan mekanisme penyebab cedera, mekanisme cedera, onset,
valgus lutut dan twisting (puntiran). Situasi ini kondisi sebelum dan stelah cedera, riwayat
sering terjadi ketika atlet menggiring bola ketidakstabilan lutut. Pasien dengan ruptur
atau salah posisi lutut ketika mendarat. ACL kronik sering mengalami bengkak
Trauma juga dapat menyebabkan robeknya berulang dan adanya perasaan ―lutut akan
ACL, terutama trauma langsung pada lutut lepas‖ atau akan terjatuh ketika sedang
dengan arah gaya dari samping. melakukan.

14
Robekan Meniskus
Gejala yang timbul sering dianggap
sebagai 'keseleo' biasa karena pasien masih
bisa jalan. Namun keadaan akan menjadi
buruk karena akan timbul gejala nyeri di
sendi yang makin hebat sehingga
- Nyeri di sepanjang garis sendi lutut
- Jalan menjadi pincang;
- Sendi lutut sulit untuk digerakkan,
- Lutut tidak dapat diluruskan dan tidak
dapat dilipat Gambar 2.15. Lachman test
- Merasa ada yang bergerak-gerak di
dalam sendi. 2. Drawer test juga dilakukan pada pasien
- Terdapat pembengkakan terutama pada dengan posisi supine, tetapi fleksi lutut
bagian lutut yang cidera dilakukan sampai 90o.
- Lutut terasa seperti terkunci Pemeriksa meremas tulang tibia tepat
dibawah sendi lutut, jempol tangan
Pemeriksaan fisik pemeriksa pada kedua sisi tendon
Ruptur Ligamen Cruciatum platellar. Tulang tibia kemudian ditarik ke
Pada saat melakukan pemeriksaan, depan. Peningkatan pergerakan tibia ke
pastikan pasien dalam keadaan nyaman. Jika anterior dibandingkan lutut kontralateral
pasien mengeluhkan nyeri hebat disertai yang tidak cidera atau adanya
bengkak pada lutut yang disebabkan oleh ketidakstabilan pada pasien diduga
hemarthrosis yang luas, dapat dilakukan mengalami ruptur ACL. Ataupun apabila
aspirasi lutut pada suprapatellar pouch tibia didorong ke posterior akan terjadi
menggunakan alat steril. Pemeriksaan lutut translasi jauh ke posterior berarti positif.
yang cidera harus dibandingkan dengan lutut Kedua pemeriksaan lachman test dan
kontralateral yang tidak mengalami cidera. anterior drawer test dilakukan pada
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat pasien dalam keadaan rileks.
dilakukan yaitu,
a. Ruptur ligamentum cruciatum anterior
1. Lachman test dilakukan pada pasien
dengan posisi supine, lakukan fleksi lutut
yang cidera sampai 30o. Kemudian
letakkan satu tangan pemeriksa
dibelakang tulang tibia pasien dengan
jempol pemeriksa berada di tibial tubercle
dan tangan yang lain pada paha bawah
pasien. Kemudian tibia ditarik ke arah
anterior. Peningkatan pergerakan tibia
relatif terhadap femur tanpa batas yang
jelas dibandingkan dengan lutut
Gambar 2.16. Drawer test
kontralateral yang tidak cidera sehingga
dapat diduga pasien mengalami ruptur 3. Pivot shift test dilakukan pada pasien
ACL. dengan posisi supine dan lutut dalam
keadaan ekstensi. Pemeriksa
memberikan tekanan pada sisi lateral
lutut sambil melakukan fleksi lutut secara
perlahan. Sensasi ―pop‖ muncul jika
terjadi subluksasi tulang tibia terhadap
tulang femur, diduga telah terjadi ruptur
ACL pada pasien.

15
b. Ruptur ligament cruciatum posterior bawah. Tungkai tersebut kemudian diputar
1. Tes Drawer Posterior kembali dan seterusnya. Jika rasa nyeri
Tes ini dibentuk dengan lutut difleksikan timbul, maka cedera meniscus terjadi.
pada sudut 90 derajat dan kaki dalam Tercatat bahwa terdapat robekan meniscus
keadaan netral. Daya digunakan ke dalam sebelah medial sewaktu dengan rotasi
arah posterior pada proksimal tibia tanpa ada eksternal dan robekan meniscus lateral
perubahan. Bila terdapat Drawer posterior dengan rotasi internal tungkai bawah.
positif maka dapat diindikasikan terjadi 3. Tes Distraksi Apley
kerusakan pada cruciate posterior. Pada posisi yang sama dengan tes
2. Tes Recurvatum Rotasi Eksternal kompresi apley, pemeriksa menggunakan
Penderita tidur telentang di meja pelatihan traksi pada tungkai saat menggerakkannya
kemudian pemeriksa memegang jari-jari kaki kembali dan seterusnya. Maneuver ini
dan angkat tungkai dari meja. Longgarnya membedakan robekan pada ligamen kolateral
posterior dan rotasi eksternal dari tibia dari robeknya kapsul dan meniscus. Jika
mengindikasikan kerusakan pada ligamen kapsul atau ligament terpengaruh, maka rasa
cruciate posterior dan ketidakstabilan nyeri akan terjadi. Jika meniscus robek, maka
posteropateral. tidak ada rasa nyeri yang terjadi dari traksi
3. Tes “Sag” Posterior dan rotasi.
Posisi penderita telentang di atas meja
pelatihan, kedua lutut di fleksikan pada sudut Pemeriksaan penunjang
90 derajat. Amati sisi lateral pada sebelah Umumnya cedera ligamentum cruciatum
samping cedera, tibia akan terlihat longgar dan meniskus dapat didiagnosis dari
pada sisi posterior ketika dibandingkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Cedera
terhadap eksterimitas jika cruciate sebelah yang berhubungan seperti meniscal tear
posterior mengalami kerusakan (robek meniskus) atau cedera chondral
c. Robekan Meniskus mungkin sulit didiagnosis dari anamnesis dan
1. Tes Meniscal McMurray pemeriksaan fisik sehingga membutuhkan
Tes Mc Murray digunakan untuk pemeriksaan penunjang, seperti MRI,
menentukan adanya bagian tubuh yang lepas Pemeriksaan MRI knee joint dapat
atau longgar pada lutut. Cara pemeriksaan memberikan gambaran jaringan lunak
yaitu penderita diletakkan menghadap ke seperti cruciate ligament yang lebih baik.
atas di atas meja, dengan tungkai yang
cedera difleksikan secara penuh. Pemeriksa
meletakkan salah satu tangan pada kaki
(telapak kaki) dengan tangan yang satunya
diatas ujung lutut, jari-jari menyentuh garis
sendi sebelah medial. Pergelangan tangan
melakukan gerakan seperti menuliskan
lingkaran kecil dan menarik tungkai ke dalam
posisi ekstensi. Pada saat hal ini terjadi atau
dilakukan, tangan pada lutut merasa ada
Gambar 2.17. USG Ruptur ACL
respon bunyi ―klik‖. Meniscus sebelah medial
yang robek dapat dideteksi pada saat tungkai Adanya ruptur ACL dapat dideteksi
bawah diputar secara eksternal sedangkan dengan pemeriksaan USG, dimana pasien
rotasi internal memberikan deteksi dari lateral diposisikan dalamkondisi lutut fleksi 60
yang robek. derajat. Akan tetapi posisi ini membuat
2. Tes Kompresi Apley pasien tidak nyaman karena kondisi ACL akut
Tes kompresi apley dilakukan dengan disertai dengan hemarthrosis. Pada ruptur
posisi penderita berbaring menghadap ACL, terdapat gambaran hipoechoic pada
kebawah (tengkurap) dan tungkai bawah dinding lateral femoral intercondylar notch.
difleksikan sampai 90 derajat. Sementara
tungkai atas distabilkan, tungkai bawah
segera diaplikasikan dengan tekanan ke

16
Gambar 2.21.Radioanatomi MRI ruptur ACL

Potongan aksial oblik juga dapat


Gambar 2.18. USG Ruptur PCL
membantu menunjukkan lebih jelas 2 berkas
ACL, dan menentukan keberadaan, lokasi
dari 1 berkas ACL normal, dan
memungkinkan adanya robekan parsial ACL.
Robekan ACL parsial lebih sulit didiagnosis
daripada komplit.
Robekan parsial ditandai dengan
peningkatan intensitas sinyal dan kelemahan
Gambar 2.19. USG Cedera Meniskus serat peningkatan cekungan ACL (bowing).
Kontinuitas serat menunjukkan robekan
MRI parsial (gambar 10).
Tanda utama dari ruptur ACL adalah Sensitivitas dan spesifitas dari MRI pada
terdapatnya diskontinuitas. Tampilan robekan parsial rendah (40-70% dan 51-
sagital oblik adalah tampilan yang baik 89%). Oleh karena itu, pada kondisi ini dapat
untuk melihat ruptur ACL di dukung oleh digunakan resolusi yang lebih tinggi dengan
tambilan aksial dan koronal. Adanya 3T imaging sehingga dapat meningkatkan
tanda notch kosong pada potongan sensitivitas (77%) dan spesifisitas (97%)
koronal merupakan temuan tersering dalam mendeteksi robekan parsial ACL. Jika
pada ruptur ACL komplit. Pada kondisi robekan lebih dari 50% dapat dimasukkan
cidera akut atau subakut, penebalan dan dalam kategori high grade, 10-50% kategori
edema ACL ditandai dengan peningkatan medium grade, kurang dari 10% kategori low
intensitas sinyal pada rangkaian T2 atau grade.
intermediate weighted. Pada kondisi
kronik serat diserap dengan sempurna
atau sisa ujung ACL dapat melekat pada
synovial envelope menutupi PCL
(posterior crucriate ligament). Karena
orientasi dari ACL membuat visualisasi
seluruh bagian ACL dalam satu bidang
sulit, beberapa ahli menganjurkan
menggunakan bidang oblik, baik parallel
mau pun perpendicular terhadap ACL
untuk membantu ACL dan rupturnya
terlihat lebih jelas.

Gambar 2.22.High resolution imaging dari ACL pada potongan


aksial oblik

Gambar 2.20 Gambaran MRI Ruptur ACL

17
Gambar 2.23.Robekan parsial pada ACL

Pencitraan potongan sagital dalam


keadaan lutut fleksi (30 derajat) dapat Gambar 2.26 Gambaran MRI rupture PCL

membantu lebih rinci dalam menunjukkan Istilah posterior cruciate ligament tegang
robekan pada ACL. Ketika lutut dalam ketika knee joint mengadakn flexi dan
keaadan fleksi akan tampak gap yang berguna untuk membatasi pergerakan femur
menandakan adanya robekan ACL. ke anterior dan tibia ke posterior terutama
ketika knee mengadakan flexi. PCL sangat
kuat maka cedera sangat jarang terjadi.
24,27,32

Ruptur PCL dapat ditentukan melalui


pemeriksaan MRI, tanda yang paling penting
pada gambaran MRI yaitu: terdapat
dikontiniuitas parsial atau total dan bentuk
amorf dan gambaran hiperintens pada
ligamen.
Gambar 2.24. MRI pada lutut dengan fleksi parsial (30°)

Bone Bruise sangat umum terjadi pada


trauma ACL. Adanya bone bruise pada
posterior dari tibial plateu dan pergeseran
horn posterior dari meniskus lateral sangat
spesifik pada robekan ACL. Bone bruise
merupakan akibat dari rotasi interna pada
cidera stres valgus, dimana terjadi tubrukan
antara bagian posterior dari tibial plateu Gambar 2.27 MRI Ruptur PCL
dengan bagian anterior atau mid dari kondilus
femoralis (gambar 12). Pada rupture PCL parsial ditandai dengan
peningkatan sinyal T2 dan pembengkakkan
dalam ligamen, sedangkan pada rupture PCL
total ditandai dengan diskontiniutas
ligamentum serat di beberapa titik di
sepanjang jalurnya.
Dua kriteria terpenting untuk robekan
meniskal adalah bentuk abnormal dari
meniskus dan intensitas sinyal yang tinggi
yang hampir berkontak dengan permukaan
meniskus. Robekan meniskus sering terjadi
karena trauma akut pada lutut. Deteksi dan
Gambar 2.25 Gambaran Radioanatomi MRI pada Bone Bruise klasifikasi ruptur meniskus didasarkan pada
intensitas dan bentuk meniskus.

18
Bentuk gambaran robekan meniskus yaitu: bagian belakang. Robekan radial sulit
1. Robekan longitudinal dikenali, harus menggabungkan temuan pada
Robekan longitudinal sejajar dengan gambar sagital dan koronal untuk membuat
sumbu panjang meniskus yang membagi diagnosis. Kombinasi temuan berikut ini
meniskus menjadi bagian dalam dan luar. adalah diagnostik: pada potongan sagital:
Oleh karena itu, jarak antara robekan dan segitiga hilang tip dan dipotongan lain: dasi
batas luar meniskus selalu sama. Robekan kupu-kupu.
tidak pernah menyentuh margin bagian
dalam. Adanya gambaran abnormal dari
tanduk posterior dan pergeseran dari fosa
intercondilar.

Gambar 2.30 Gambaran MRI Robekan Meniskus Radial

Gambar 2.28 Gambaran Robekan longitudinal cedera


meniskus

2. Robekan Horizontal
Robekan horizontal membagi meniskus di
bagian atas dan bawah (roti pita). Jika
robekan jauh dari apeks ke tepi luar
meniskus, dapat menghasilkan pembentukan
kista meniscal. Cairan sinovial berjalan
perifer melalui robekan horizontal dan
terakumulasi dalam meniscus dan akhirnya
menghasilkan kista. Ada 3 kriteria untuk
diagnosis kista meniscal: robekan horisontal.
Akumulasi cairan dengan sinyal terang
(hiperintens) pada T2. Lapisan datar
terhadap pinggiran meniskus.

Gambar 2.29 Gambaran MRI Robekan Meniskus


Horizontal

3. Robekan Radial
Robekan radial tegak lurus dengan poros
panjang meniskus. Melewati bundel kolagen
yang sejajar dengan sumbu panjang
meniskus. Ini adalah robekan yang berenergi
tinggi. Mereka mulai di margin dalam dan
dapat terjadi parsial atau total melalui
meniskus membagi meniskus ke depan dan
19
Gambar 2.31 Pathway imaging pada cedera lutut

20
Tatalaksana b. Komplikasi Robekan Meniskus
Jika cidera ligamentum cruciatum Cedera meniskus yang tidak
dapat dicurigai pada evaluasi awal tertangani dengan baik akan
maka pasien dapat langsung dirujuk mengakibatkan kerusakan kartilago di
untuk terapi lanjutan. Hal ini bertujuan tulang tibia, tulang femur dan pada
untuk mempertahankan range of motion patella mengalami kerusakan akibat
dan perkembangan kekuatan kuadrisep. gesekan dan beban yang berlebih yang
Imobilisasi lutut tidak terlalu penting dan akan mengakibatkan risiko terjadinya
bidai dipasang hanya untuk sementara osteoartritis. Jika meniskus sudah tidak
jika pasien tidak nyaman dalam berfungsi lagi dengan baik maka dapat
perjalanan. Keputusan untuk merujuk ke menghambat kinerja normal pada lutut
bedah ortopedi tergantung pilihan dan dan menyebabkan rasa sakit,
tingkat aktivitas pasien. Pasien usia pembengkakan, kekakuan dan lubrikasi
muda atau atlet biasanya lebih memilih sehingga membuat cairan sendi akan
tindakan bedah daripada konservastif. terhambat.
Pada kasus robekan ACL parsial yang
tidak menimbulkan ketidakstabilan Prognosis
sebaiknya diberikan terapi non-operatif, Berbagai upaya dilakukan dalam
sedangkan pada kasus robekan ACL perbaikan cedera ligamen dan meniskus
lebih dari 50% yang biasanya ini. Keberhasilan terapi tergantung juga
menimbulkan keluhan sebaiknya dari waktu datangnya pasien serta
diberikan terapi operatif. derajat cederanya. Hampir seluruh
Terdapat 3 macam pilihan ketika pasien dengan cedera ligamen dan
seorang atlet cedera meniskus yaitu meniskus yang menjalani terapi
rehabilitasi non-operatif. Pembedahan pembedahan mengalami penyembuhan
dengan cara membersihkan atau yang juga diiringi dengan pembatasan
menghilangkan meniskus yang robek. aktivitas fisik. Namun ada juga pasien
Pembedahan dengan cara menjahit yang masih merasakan keluhan nyeri
meniskus yang robek. lutut dan instabilitas meskipun telah
menjalani pembedahan.
Komplikasi
a. Komplikasi Ruptur Ligamentum
Cruciatum DAFTAR PUSTAKA
Komplikasi pada ruptur ligamentum
1. Jon C. Thompson, Anatomy of
cruciatum berupa luka kambuh, radang
Leg/knee, Netter‘s Concise
sendi, otot melemah dan kekurangan
Orthopedic Anatomy, 2010; 9: 297-
daya gerakan (ROM). Nyeri yang
303.
semakin meningkat karena inflamasi,
2. Smith BA, Livesay GA, Woo SL.
drainase atau pertambahan pendarahan
Biology and biomechanics of the
di lutut. Komplikasi jangka panjang
anterior cruciate ligament. Clin Sports
dapat menyebabkan gangguan berjalan
Med 1993; 12:637–670.
akibat ketidaksatbilan sendi lutut, dan
3. Finalli. G C.The Multiple Ligament
dapat berisiko menjadi osteoarthritis.
Injured Knee, A Practical Guide To
Management, 2003;2-15.
4. Kennedy JC, Alexander IJ, Hayes
KC. Nerve supply of the human knee

21
and its functional importance. Am J 13. Caudhry Sahil and Ganesh K.
Sports Med 1982; 10:329–335. Ultrasound Evaluation of Shoulder
5. Maguire J., 2012 Anterior Cruciate and Knee Joints. AJIMS Mangalore
Ligament Pathology. Townsville Institute. 2012.
Orthopaedics and Sports Surgery, 14. Chon Pei et al. Sonography of the
Australia. Medscape. Normal Cruciate Ligament: A
http://emedicine.medscape.com/articl Preliminary Report. Journal of
e/307161-overview#showall Medical Ultrasound 2009 ; 21, 12-9)
6. Klaud Miller , 2000. Acute Knee And 15. Lalitha Palle, et al. Ultrasound
Chronic Ligament Injuries. Available Evaluation of Normal and Abnormal
from: Posterior Cruciate Ligament - A
http://www.jockdoc.ws/subs/kneeliga Prospective Study : Original Article.
ment.htm Pakistan Journal of Radiology.
7. Garrick, J. G. (Ed.). 2004. September 2010, 20 (3). 125-9.
Orthopaedic Knowledge Update: 16. Hsu Chih-Chin et al. Ultrasonographic
Sports Medicine (3rd ed.). Rosemont, examination of the normal and injured
IL: American Academy of posterior cruciate ligament. Journal of
Orthopaedic Surgeons. Critical Ultrasound. July-August 2005,
http://www.orthopaedia.com/display/ 33 (6). 277-82.
Main/Anterior+cruciate+ligament+inju 17. Bradley Mike and Paul O‘Donnell.
ries+of+the+knee Atlas of Musculosceletal Ultrasound
8. Chen Pei-Tsen et al. Sonography of Anatomy. Greenwich Media Medical
the Normal Anterior Cruciate Limited , Cambridge : 2002.
Ligament: A Preliminary Report. 18. Padron M, Lacalle ES, Olaso I,
Journal of Medical Ultrasound 2013 ; Weidekamm CS. MRI of the cruciate
21, 16-20) ligament. Dalam: MRI of the knee.
9. Singh Amandeep et al. Diagnostic pp.65-75.
Accuracy of Ultrasonography in 19. Rubin D, Smithuis S. 2010. Knee
Evaluation of Knee Injuries with Meniscus Basics. Radiology
Magnetic Resonance Imaging Department of the Washington
Correlation : Original Article. University School of Medicine, St.
International Journal of Anatomy, Louis. USA.
Radiology and Surgery. Jan 2018, 20. Bernard R.Bach J, T.Provencher M:
Vol-7(1): 50-5 ACL Surgery: SLACK Incorporated,
10. Zein MI. Cedera Anterior Cruciate 2010, pp 39-54.
Ligament (ACL) pada Atlet Berusia 21. H.Fu F, B.Cohen S: Current Concept
Muda. Jurnal Medikora. Oktober in ACL Reconstruction: SLACK
2013. 11 (2). 111-21. Incorporated, 2008, pp 21-61.
11. Greenspan Adams. Orthopedic 22. Hayes Curtis and Claire A Coggins.
Imaging : A Practical Approach, 4th Sports-Related to Injuries of the
edition. Lipppincott Williams and Knee : An Approach to MRI
Wilkins. California, 2004. Interpretation. Clinical Sports Medical
12. Snell, RS. Anatomi Klinis Journal. 2006. pp 659-79.
Berdasarkan Sistem. Jakarta. 2008 ; 23. Panduan Praktik Klinis KSM Bedah
390. Sub Divisi Orthopaedi & Traumatologi
RSUD Dr. Moewardi.

22
24. La Bella CR, Henrikus W, Hewelt TE.
2014. Anterior cruciate ligament
injuries: diagnosis, treatment, and
prevention. American Academy of
Pediatrics; 133(5): 1437-50.
25. Alford JW, Bach BR. 2005.
Examination through familiarity with
basic and a systematic approach
managing ACL tears: evaluation and
diagnosis. The Journal Musculoskel
Med; 21:381G-390.
26. Priyonoadi B. 2014. Berbagai
Pemeriksaan untuk Menentukan
Tingkat Kestabilan Sendi. Universitas
Negeri Yokyakarta. Yokyakarta.
27. Solomon L. Warwick S. 2013. Apley‘s
System of Orthopedics and
th
Fractures. 9 . CRC Press. California.
28. Sulaiman FA, Elangovan V.2010. A
picture is worth a thousand words-
MRI in ACL injury. European Society
of Radiology. Educational Exhibit.
29. Razek et al. Sonography of the Knee
Point. Journal of Ultrasound. June.12
(2) : 53-60.
30. Koe Lee Beom and Shin Woo Nam.
Rupture of Posterior Cruciate
Ligament: Diagnosis and Treatment
Principles. June 2011. 23 (3). 135-41.
31. Alex WA, et al. Imaging of the
anterior crucriate ligament. World J
Orthop. 2011 August;2(8):75-84.
32. Cimino F, Volk BS, Setter D. 2010.
Anterior crucriate ligament injury:
diagnosis, management, and
prevention. Amer Fam Phy.;
82(8):917-22.
33. Wasserman PL, Pope TL. 2011.
Imaging of Joints. In: Basic
Radiology. 2th. Mc Graw Hill. New
York.
34. http://www.imagingpathways.health.w
a.gov.au/index.php/imaging-
pathways/musculoskeletal-
trauma/bone-and-joint-trauma/post-
traumatic-knee-pain.

23
FRAKTUR TERBUKA khususnya bakteri gram (-). Golongan
flora normal kulit, seperti Staphylococus,
Definisi Propionibacterium acne, Micrococus
Fraktur atau patah tulang adalah dan dapat juga Corynebacterium. Selain
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dari flora normal kulit, hasil juga
dan/atau tulang rawan yang umumnya menunjukan gambaran bakteri yang
disebabkan oleh tekanan yang bersifat pathogen, tergantung dari
berlebihan. Trauma yang menyebabkan paparan (kontaminasi) lingkungan pada
tulang patah dapat berupa trauma saat terjadinya fraktur. Fraktur terbuka
langsung dan trauma tidak langsung. memiliki beberapa konsekuensi seperti:
Trauma langsung menyebabkan 1. Adanya kontaminasi pada luka dan
tekanan langsung pada tulang dan fraktur dari lingkungan luar
terjadi fraktur pada daerah tekanan. 2. Adanya kehancuran jaringan lunak
Trauma tidak langsung, apabila trauma dan devaskularisasi yang
dihantarkan ke daerah yang lebih jauh memperbesar suseptibilitas
dari daerah fraktur. terhadap infeksi
Fraktur secara klinis dibedakan atas 3. Disrupsi dari jaringan lunak yang
fraktur tertutup dan fraktur terbuka. dapat yang dapat mempengaruhi
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur penyembuhan fraktur akibat
dimana terjadi hubungan dengan hilangnya kontribusi dari sel
lingkungan luar melalui kulit sehingga osteoprogenitor yang berasal dari
terjadi kontaminasi bakteri sehingga jaringan lunak di sekitarnya
timbul komplikasi berupa infeksi. Luka 4. Hilangnya fungsi dari otot, tendon,
pada kulit dapat berupa tusukan tulang saraf, pembuluh darah, serta
yang tajam keluar menembus kulit (from struktur ligament yang berada di
within) atau dari luar oleh karena sekitarnya.
tertembus misalnya oleh peluru atau
trauma langsung (from without). Epidemiologi
Fraktur terbuka merupakan suatu Frekuensi dari fraktur terbuka
keadaan darurat yang memerlukan bervariasi tergantung dari faktor
penanganan yang terstandar untuk geografis dan sosioekonomis, populasi
mengurangi resiko infeksi. Selain penduduk, dan trauma yang terjadi. Dari
mencegah infeksi juga diharapkan data yang diambil dari Universitas
terjadi penyembuhan fraktur dan Gadjah Mada didapatkan insidensi
restorasi fungsi anggota gerak. fraktur terbuka sebesar 4% dari seluruh
Beberapa hal yang penting untuk fraktur dengan perbandingan laki-laki
dilakukan dalam penanggulangan dan perempuan 3,64 : 1 dan kelompok
fraktur terbuka yaitu operasi yang umur mayoritas dekade dua atau
dilakukan dengan segera, secara hati- dekade tiga, dimana mobilitas dan
hati, debrideman yang berulang-ulang, aktifitas fisik tergolong tinggi.
stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan Sedangkan insiden fraktur terbuka di
bone grafting yang dini serta pemberian Edinburgh Orthopaedic Trauma Unit di
antibiotik yang adekuat. Fraktur terbuka Skotlandia mendata sebanyak 21.3
sering timbul komplikasi berupa infeksi. kasus per 100.000 dalam setahun.
Infeksi bisa berasal dari flora normal di Fraktur diafisis menduduki peringkat
kulit ataupun bakteri pathogen terbanyak pada tibia (21,6%), disusul

24
oleh femur (12,1%), radius dan ulna trauma yang hebat pada jaringan
(9,3%), dan humerus (5,7%). Pada lunak. Fraktur yang terjadi biasanya
tulang panjang, fraktur terbuka diafiseal bersifat simple, transversal, oblik
lebih sering terjadi dibanding metafiseal pendek atau sedikit komunitif.
(15.3 % versus 1.2%).  Grade II : Laserasi kulit
melebihi 1cm tetapi tidak ada
Lokasi Jumlah Fraktur % Fraktur
kerusakan jaringan yang hebat atau
kasus terbuka terbuka
avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang
fraktur
sedang dari jaringan dengan sedikit
Ekstremitas 15,406 503 3,3
kontaminasi fraktur.
atas
 Grade III : Terdapat
Ekstremitas 13,096 588 3,7
kerusakan yang hebat dari jaringan
bawah
lunak termasuk otot, kulit dan struktur
Lingkar bahu 1,448 3 0,2 neurovaskuler dengan kontaminasi
Pelvis 942 6 0,6 yang hebat. Tipe ini biasanya di
Tulang 683 0 0,0 sebabkan oleh karena trauma
belakang dengan kecepatan tinggi. Tipe 3 di
Total 31,575 1,000 3,17 bagi dalam 3 subtipe:
 Tipe IIIA : Jaringan lunak cukup
Tabel 3.1. Frekuensi Relatif dari Fraktur menutup tulang yang patah
Terbuka di Edinburgh Orthopaedic Trauma Unit
walaupun terdapat laserasi yang
hebat ataupun adanya flap.
Klasifikasi
Fraktur bersifat segmental atau
Klasifikasi dapat dibedakan
komunitif yang hebat
jenisnya berdasarkan hubungan tulang
dengan jaringan disekitar, bentuk
patahan tulang, dan lokasi pada tulang
fisis.

Berdasarkan hubungan tulang


dengan jaringan disekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi :
1. Fraktur tertutup (closed), bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (open/compound), Gambar 3.1 Fraktur Terbuka tipe IIIA
bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar  Tipe IIIB: fraktur disertai dengan
karena adanya perlukaan di kulit. trauma yang hebat dengan
Fraktur terbuka terbagi atas tiga kerusakan dan kehilangan
derajat (menurut R. Gustillo), yaitu: jaringan, terdapat pendorongan
 Grade I : Luka kecil kurang periost, tulang terbuka,
dari 1cm panjangnya, biasanya kontaminasi yang hebatserta
karena luka tusukan dari fragmen fraktur komunitif yang hebat.
tulang yang menembus kulit.
Terdapat sedikit kerusakan jaringan
dan tidak terdapat tanda-tanda

25
Gambar 3.2 Fraktur Terbuka tipe IIIB

Gambar 3.3 Fraktur Terbuka tipe IIIC


 Tipe IIIC: fraktur terbuka yang
disertai dengan kerusakan arteri
yang memerlukan perbaikan
tanpa memperhatikan tingkat
kerusakan jaringan lunak.2

Gambar 3.4 Klasifikasi Fraktur Terbuka Berdasarkan Gustilo dan Anderson

Berdasarkan bentuk patahan tulang

26
1. Transversa : fraktur yang garis 5. Kominuta : fraktur yang mencakup
patahnya tegak lurus terhadap sumbu beberapa fragmen, atau terputusnya
panjang tulang atau bentuknya keutuhan jaringan dengan lebih dari
melintang dari tulang. Fraktur dua fragmen tulang.
semacam ini biasanya mudah 6. Greenstick : fraktur tidak sempurna
dikontrol dengan pembidaian gips. atau garis patahnya tidak lengkap
2. Spiral : fraktur meluas yang dimana korteks tulang sebagian
mengelilingi tulang yang timbul akibat masih utuh demikian juga
torsi ekstremitas atau pada alat periosterum. Fraktur jenis ini sering
gerak. Fraktur jenis ini hanya terjadi pada anak – anak.
menimbulkan sedikit kerusakan 7. Impaksi : fraktur yang terjadi ketika
jaringan lunak. dua tulang menumbuk tulang ketiga
3. Oblik : fraktur yang memiliki patahan yang berada diantaranya, seperti
arahnya miring dimana garis pada satu vertebra dengan dua
patahnya membentuk sudut terhadap vertebra lainnya.
tulang. 8. Fissura : fraktur yang tidak disertai
4. Segmental : dua fraktur berdekatan perubahan letak tulang yang berarti,
pada satu tulang, ada segmen tulang fragmen biasanya tetap di tempatnya
yang retak dan ada yang terlepas setelah tindakan reduksi.
menyebabkan terpisahnya segmen
sentral dari suplai darah.

Gambar 5. Klasifikasi Fraktur Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang

Gambar 3.5 Klasifikasi fraktur terbuka berdasarkan bentuk patahannya.


Berdasarkan lokasi pada tulang fisis a) Tipe I : fraktur transversal melalui
Tulang fisis adalah bagian tulang sisi metafisis dari lempeng
yang merupakan lempeng pertumbuhan, prognosis sangat baik
pertumbuhan, bagian ini relatif lemah setelah dilakukan reduksi tertutup.
sehingga strain pada sendi dapat b) Tipe II : fraktur melalui sebagian
berakibat pemisahan fisis pada anak – lempeng pertumbuhan, timbul melalui
anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat tulang metafisis , prognosis juga sangat
jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis baik denga reduksi tertutup.
juga kebanyakan terjadi karena c) Tipe III : fraktur longitudinal melalui
kecelakaan lalu lintas atau pada saat permukaan artikularis dan epifisis dan
aktivitas olahraga. Klasifikasi yang kemudian secara transversal melalui sisi
paling banyak digunakan untuk cedera metafisis dari lempeng pertumbuhan.
atau fraktur fisis adalah klasifikasi Prognosis cukup baik meskipun hanya
fraktur menurut Salter – Harris : dengan reduksi anatomi.

27
d) Tipe IV : fraktur longitudinal melalui  Kekerasan akibat tarikan otot
epifisis, lempeng pertumbuhan dan Kekerasan tarikan otot dapat
terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi menyebabkan dislokasi dan patah
terbuka biasanya penting dan tulang. Patah tulang akibat tarikan
mempunyai resiko gangguan otot biasanya jarang terjadi.
pertumbuhan lanjut yang lebih besar. Contohnya patah tulang akibat
e) Tipe V : cedera remuk dari lempeng tarikan otot adalah patah tulang
pertumbuhan, insidens dari gangguan patella dan olekranom, karena otot
pertumbuhan lanjut adalah tinggi. triseps dan biseps mendadak
berkontraksi.
Etiologi
Etiologi fraktur yang dimaksud adalah Peristiwa Patologis
peristiwa yang dapat menyebabkan  Kelelahan atau stres fraktur
terjadinya fraktur diantaranya peristiwa Fraktur ini terjadi pada orang yang
trauma(kekerasan) dan peristiwa yang melakukan aktivitas berulang –
patologis. ulang pada suatu daerah tulang atau
Peristiwa Trauma (kekerasan) menambah tingkat aktivitas yang
 Kekerasan langsung lebih berat dari biasanya. Tulang
Kekerasan langsung dapat akan mengalami perubahan struktural
menyebabkan tulang patah pada titik akibat pengulangan tekanan pada
terjadinya kekerasan itu, misalnya tempat yang sama, atau peningkatan
tulang kaki terbentur bumper mobil, beban secara tiba – tiba pada suatu
maka tulang akan patah tepat di daerah tulang maka akan terjadi retak
tempat terjadinya benturan. Patah tulang.
tulang demikian sering bersifat  Kelemahan Tulang
terbuka, dengan garis patah Fraktur dapat terjadi oleh tekanan
melintang atau miring. yang normal karena lemahnya suatu
 Kekerasan tidak langsung tulang akibat penyakit infeksi,
Kekerasan tidak langsung penyakit metabolisme tulang
menyebabkan patah tulang di tempat misalnya osteoporosis, dan tumor
yang jauh dari tempat terjadinya pada tulang. Sedikit saja tekanan
kekerasan. Yang patah biasanya pada daerah tulang yang rapuh maka
adalah bagian yang paling lemah akan terjadi fraktur.
dalam hantaran vektor kekerasan.
Contoh patah tulang karena
kekerasan tidak langsung adalah bila Patofisiologi
seorang jatuh dari ketinggian dengan Tulang bersifat rapuh namun cukup
tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah mempunyai kekuatan dan gaya pegas
selain tulang tumit, terjadi pula patah untuk menahan. Apabila tekanan
tulang pada tibia dan kemungkinan eksternal lebih besar dari yang diserap
pula patah tulang paha dan tulang tulang, maka terjadilah trauma pada
belakang. Demikian pula bila jatuh tulang yang mengakibatkan rusaknya
dengan telapak tangan sebagai atau terputusnya kontinuitas tulang.
penyangga, dapat menyebabkan Fraktur dapat disebabkan oleh trauma
patah pada pergelangan tangan dan langsung, trauma tidak langsung, atau
tulang lengan bawah. kondisi patologis. Setelah terjadi fraktur,

28
periosteum dan pembuluh darah serta disebabkan oleh peningkatan tekanan
saraf dalam korteks, marrow dan sumsung tulang dibanding tekanan
jaringan tulang yang membungkus kapiler. Faktor-faktor yang
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena mempengaruhi fraktur yaitu faktor
kerusakan tersebut dan terbentuklah ekstrinsik (adanya tekanan dari luar
hematoma di rongga medulla tulang. yang bereaksi pada tulang yang
Akibat hematoma yang terjadi dapat tergantung terhadap besar, waktu dan
menghambat suplai darah/nutrisi ke arah tekanan yang dapat menyebabkan
jaringan tulang yang berdekatan, fraktur) dan faktor intrinsik (yang
sehingga jaringan tulang mengalami menentukan daya tahan untuk
nekrosis dan menstimulasi terjadinya timbulnya fraktur) seperti kapasitas
respon inflamasi yang ditandai dengan absorbsi dari tekanan, elastisita,
vasodilatasi, eksudasi plasma dan kelelahan dan kepadatan atau
infiltrasi sel darah putih. Tahap ini kekerasan tulang.
menunjukan tahap awal penyembuhan
tulang. Hematoma yang terjadi juga
menyebabkan dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler,
kemudian menstimulasi histamin pada
otot yang iskemik dan menyebabkan
protein plasma hilang dan masuk ke
interstitial. Hal ini menyebabkan
terjadinya edema. Edema yang
terbentuk akan menekan ujung saraf
yang dapat menyebabkan nyeri yang
bila berlangsung lama bisa
menyebabkan sindroma kompartement.
Fraktur yang hebat menyebabkan
diskontinuitas tulang yang dapat
merubah jaringan sekitar seperti
merusak integritas kulit atau terjadi
laserasi kulit hal ini menyebabkan
fraktur terbuka. Fraktur juga
menyebabkan terjadinya pergeseran
fragmen tulang yang dapat
mempengaruhi mobilitas fisik sehingga
terjadi gangguan pergerakan dan
gangguan perfusi jaringan jika terjadi
penyumbatan pembuluh darah oleh
emboli lemak dan trombosit yang terjadi
akibat reaksi stress dan memicu
pelepasan katekolamin yang

29
Gambar 3.6 Skema terjadinya komplikasi pada fraktur terbuka

Proses penyembuhan fraktur pada 3. Fase pembentukan kalus (terjadi 6-


tulang kortikal terdiri atas lima fase 10 hari setelah trauma)
yaitu: Sel yang berkembangbiak
Stadium Penyembuhan Fraktur memiliki potensi krondrogenik dan
1. Fase hematoma (dalam waktu 24 osteogenik: bila diberikan kedaan
jam timbul perdarahan) yang tepat, sel itu akan mulai
Pembuluh darah robek dan membentuk tulang dan dalam
terbentuk hematoma di sekitar dan di beberapa keadaan, juga kartilago.
dalam fraktur. Tulang pada Populasi sel sekarang juga
permukaan fraktur, yang tidak mencakup osteoklas (mungkin
mendapat persediaan darah, akan dihasilkan pembuluh darah yang
mati sepanjang satu ata dua baru) yang mulai membersihkan
milimeter. tulang yang mati. Massa sel yang
2. Fase proliferasi/inflamasi (terjadi 1-5 tebal, dengan pulau-pulau tulang
hari) yang immatur dan kartilago,
Dalam 8 jam setelah fraktur membentuk kalus atau bebat pada
terdapat reaksi radang akut disertai permukaan periosteal dan
proliferasi sel di bawah periosteum endosteal. Sementara tulang fibrosa
dan di dalam saluran medula yang yang imatur menjadi lebih padat,
tertembus. Ujung fragmen dikelilingi gerakan pada tempat fraktur
oleh jaringan sel, yang semakin berkurang dan pada empat
menghubungkan tempat fraktur. minggu setelah cidera fraktur
Hematoma yang membeku menyatu.
perlahan-lahan diabsorbsi dan 4. Fase konsolidasi (2-3 minggu
kapiler baru yang halu berkembang setelah fraktur sampai dengan
ke dalam daerah itu. sembuh)

30
Bila aktivitas osteoklasik dan oleh proses resorbsi dan
osteoblastik berlanjut, anyaman pembentukan tulang yang terus-
tulang berubah menjadi tulang menerus. Lamela yang lebih tebal
lamelar. Sistem itu sekarang cukup diletakkan pada tempat yang
kaku untuk memungkinkan tekanannya tinggi: dinding-dinding
osteoklas menerobos melalui yang tak dikehendaki dibuang;
reruntuhan pada garis fraktur, dan rongga sumsum dibentuk. Akhirnya,
dekat di belakangnya osteoblas tulang akan memperoleh bentuk
mengisi celah-celah yang tersisa di yang mirip bentuk normalnya.
antara fragmen dengan tulang yang
baru. Ini adalah proses yang lambat
dan mungkin perlu beberapa bulan
sebelum tulang cukup kuat untuk
membawa beban yang normal.
5. Fase remodelling (waktu lebih dari
10 minggu)
Fraktur telah dijembatani oleh
suatu manset tulang yag padat.
Selama beberapa bulan, atau Gambar 3.7 Fase penyembuhan fraktur pada tulang kortikal
nahkan beberapa tahun,
pengelasan kasar ini dibentuk ulang
Manifestasi Klinis Diagnosis
 Deformitas karena adanya Diagnosis fraktur ditegakkan
pergeseran fragmen pada fraktur berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
 Nyeri terus menerus dan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
bertambah berat terutama bila  Anamnesis
digerakan Pada anamnesis, perlu dilakukan
 Pembengkakan, memar dan anamnesis yang detail mengenai
perubahan warna local pada kulit apa yang terjadi pada pasien dan
terjadi sebagai akibat trauma dan kemungkinan cidera yang terjadi
perubahan yang mengikuti padanya. Anamnesis yang perlu
fraktur. dilakukan antara lain: riwayat cidera,
 Ketidakmampuan untuk manisfestasi klinis dari apa yang
menggunakan anggota gerak dirasakan pasien, menyingkirkan
akibat terputusnya kontinuitas kemungkinan adanya cidera pada
jaringan tulang dan/atau tulang lokasi tertentu, seperti abdomen,
rawan. pelvis, thoraks, servikal, dan ada
 Krepitasi yaitu derik tulang yang tidaknya penurunan kesadaran
teraba akibat gesekan antara setelah cidera.
fragmen satu dengan fragmen  Pemeriksaan fisik
lainnya. Pada status generalis, perlu
diperhatikan ABCs pada pasien.
Lihat apakah terdapat gangguan
pada Airway, Breathing, Circulation,
dan Cervical injury. Setelah
memeriksa status generalis, maka

31
dilakukan pemeriksaan pada status untuk membantu menegakkan
lokalis. Pada pemeriksaan lokalis diagnosis. Untuk foto polos,
dilakukan pemeriksaan berupa terdapat prinsip rule of two yaitu8 :
inspeksi, palpasi, dan movement. - dua posisi proyeksi (minimal AP dan
- Inspeksi (Look) pembengkakan, lateral)
memar, dan deformitas mungkin - 2 sendi pada anggota gerak dan
dapat terlihat namun, hal yang sangat tungkai harus difoto, dibawah dan
penting adalah apakah kulit pada diatas sendi yang mengalami fraktur
daerah tersebut intak atau tidak. - 2 anggota gerak
Apabila kulit tersebut tidak intak maka - 2 trauma, pada trauma hebat sering
fraktur tersebut memiliki hubungan menyebabkan fraktur pada 2 daerah
dengan dunia luar yaitu fraktur tulang. Misal: fraktur kalkaneus dan
terbuka (compound fracture). femur, maka perlu dilakukan foto
- Palpasi (Feel) Palpasi harus pada panggul dan tulang belakang
dilakukan pada seluruh ekstremitas - 2 kali dilakukan foto. Pada fraktur
dari proksimal hingga distal termasuk tertentu misalnya tulang skafoid foto
sendi di proksimal maupun distal dari pertama biasanya tidak jelas
cedera untuk menilai area rasa sakit, sehingga biasanya diperlukan foto
efusi, maupun krepitasi. Seringkali berikutnya 10-14 hari kemudian.
akan ditemukan cedera lain yang
terjadi bersaman dengan cedera 2. Darah lengkap
utama. Untuk melihat keadaan sistemik
- Pergerakan (Movement). Krepitus pasien setelah cidera.
dan gerakan abnormal dapat Namun untuk mendiagnosis fractur
ditemukan, tetapi lebih penting untuk tidaklah cukup hanya dengan
menanyakan apakah pasien dapat menggunakan foto polos saja sehingga
menggerakan sendi – sendi di bagian dibutuhkan modalitas lain seperti :
distal cedera. Pergerakan dengan a. CT-Scan, untuk melihat lebih detail
mengajak penderita untuk mengenai bagian tulang atau sendi,
menggerakkan secara aktif dan pasif dengan membuat foto irisan lapis
sendi proksimal dan distal dari demi lapis.
daerah yang mengalami trauma. b. MRI, dapat digunakan untuk
Pada penderita dengan fraktur, setiap memeriksa hampir seluruh tulang,
gerakan akan menyebabkan nyeri sendi, dan jaringan lunak. MRI
hebat sehingga uji pergerakan tidak dapat digunakan untuk
boleh dilakukan secara kasar, mengidentifikasi cedera tendon,
disamping itu juga dapat ligamen, otot, tulang rawan dan
menyebabkan kerusakan pada tulang.
jaringan lunak seperti pembuluh c. Radioisotop scanning, untuk melihat
darah dan saraf. adanya lesi spinal atau fraktur
 Pemeriksaan penunjang kondilus tibia
1. Foto Polos d. Tomografi, untuk melihat adanya
Dengan pemeriksaan klinik kita stressed fracture
sudah dapat mencurigai adanya
fraktur. Walaupun demikian
pemeriksaan radiologis diperlukan

32
Penatalaksanaan jantung; b) perdarahan baik perdarahan
Prinsip-prinsip Penanganan fraktur luar maupun perdarahan dalam,
Kasus fraktur biasanya terjadi perdarahan luar harus diatasi dengan
akibat adanya trauma oleh karena itu balut tekan.
sebelum dilakukan pengobatan definitif
suatu fraktur, maka perlu dilakukan D: Disability (evaluasi neurologis),
penatalaksaan sesuai dengan prinsip evaluasi neurologis secara cepat
trauma, sebagai berikut: setelah satu survei awal, dengan
menilai tingkat kesadaran, besar dan
Penilaian awal (primary survey / survei reaksi pupil. Menggunakan metode
awal) AVPU: A (alert / sadar), V (vokal /
Survei awal bertujuan untuk adanya respon terhadap stimuli vokal),
menilai dan memberikan pengobatan P (painful, danya respon terhadap
sesuai dengan prioritas berdasarkan rangsang nyeri), U (unresponsive / tidak
trauma yang dialami. Fungsi-fungsi vital ada respon sama sekali). Hasinya dapat
penderita harus dinilai secara tepat dan diketahui GCS (glasgow coma scale).
efisien. Penanganan penderita harus
terdiri atas evaluasi awalju yang cepat E: Exposure (kontrol lingkungan), untuk
serta resusitasi fungsi vital, penangan melakukan pemeriksaan secara teliti
trauma dan identifikasi keadaan yang pakaian penderita perlu dilepas (pada
dapat menyebabkan kematian. pasien tidak sadarkan diri), selain itu
perlu dihindari terjadinya hipotermi
A: Aiway (saluran napas), penilaian
terhadap patensi jalan napas. Apabila I. Resusitasi
terdapat obstruksi jalan napas, maka Resusitasi adalah suatu tindakan
harus segera dibebaskan. Apabila untuk mengembalikan fungsi tubuh
dicurigai kelaian vertebra servikalis kepada keadaan fisiologi. Kehilangan
maka dilakukan pemasangan collar cairan dapat berupa kehilangan yang
neck. normal (keringat, penguapan, urin ) atau
kehilangan yang patologis.Kehilangan
B: Breathing (pernapasan), perlu cairan yang patologis bisa disebabkan
diperhatikan dan dilihat secara karena perdarahan atau non
keseluruhan daerah thorak untuk perdarahan (dehidrasi).Resusitasi
menilai ventilasi. Jalan napas yang cairan adalah tindakan mengganti
bebas bukan berarti ventilasi cukup. Bila kehilangan cairan tubuh yang hilang
ada gangguan atau instabilitas oleh sebab patologis kembali menjadi
kardiovaskuler, respirasi, atau normal.
gangguan neurologis, kita harus
melakukan ventilasi dengan bantuan II. Dasar terapi cairan
alat pernapasan berupa kantong yang Terapi cairan : resusitasi dan
disambung dengan masker atau pipa rumatan
endotrakeal.
Resusitasi dapat dilakukan dengan
cairan kristaloid atau koloid
C: Circulation (sirkulasi), sirkulasi
adalah kontrol perdarahan meliputi 2 Rumatan dilakukan dengan kristaloid
hal: a) Volume darah dan output

33
III. Komposisi cairan tubuh yang menyebabkan ketidakcukupan
Total body water : 60 % BB perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan,
 Intraseluler (ICF) : 40% dengan akibat gangguan mekanisme
 Ektraseluler (ECF) : 20 % homeostasis.
o Interstitial (ISF) : 15 % Syok hipovolemik disebabkan oleh
o Intravascular (IVF) : 5% tidak cukupnya volume sirkulasi seperti
akibat perdarahan dan kehilangan
IV. Syok Hipovolemik cairan tubuh lain.
Syok adalah suatu sindrom klinis
akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi

Kehilangan cairan oleh karena perdarahan (derajat syok hipovolemik):

(tabel ini digunakan untuk menentukan derajat perdarahan yang sudah terjadi
berdasarkan hasil pemeriksaan pada saat ini) menurut ATLS 2001
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Volume darah < 750 750-1500 1500-2000 ≥2000
hilang (ml)
Volume darah < 15 % 15-30% 30-40 % >40%
hilang (%)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
(kali/menit)
Tekanan darah Normal Turun Turun Turun
Frekuensi 14-20 20-30 30-40 >35
napas(x/menit)
Tekanan nadi Normal Turun Turun Turun
Urin output >30 20-30 5-15 Sangat
(ml/jam) kurang
Kesadran normal Gelisah Bingung Tidak sadar
Penggantian Tidak perlu RL atau Cairan Cairan
cairan penggantian NaCl 0,9% kristaloid,koloid,dan kristaloid,
volume sejumlah 3 darah koloid dan
cairan secara kali volume darah
IVFD darah yang
hilang

EBV (estimated blood volume) : 70 = 25 % x 4200 = 1000 ml (Blood loss)


ml/kgBB
Penggantian cairan pada perdarahan
contoh BB 60 kg, maka EBV = 70 x 60 :
=4200 ml
Persiapan yang dilakukan sebelumnya :
Perdarahan 25 % EBV (dilihat dari TD,  Infuse set (jarum besar 16 G atau
RR, nadi, urin output pada tabel diatas) 18 G),2 set
 Pemanas cairan

34
 Oksigen nasal Transfusi darah
 Kateter urin
Mengikuti rule of 5
konsensus :  Jumlah ml WB = BB (kg) x 5x delta
Kristaloid 3:1 Hb (selisih Hb target dengan Hb
Koloid (HES) 1:1 saat ini)
 Target Hb 9%
sampai dengan perdarahan 25 % EBV
 PRC = ½ WB
 penggantian dengan cairan kristaloid
 Contoh :
contoh : BB 60 kg ,Hb 3g%,target 9g%
Maka kebutuhan WB = 60x 5x (9-3)=
 pasien dengan BB 60 kg, perdarahan 1800ml
s/d 25 % EBV (1000 ml) Bila PRC =900 ml
diganti 3000 ml RL (ringer laktat) atau
NaCl 0.9% Prinsip Pengobatan ada 4, yaitu:
 selebihnya (diatas 25 % EBV) diganti 1. Recognition (diagnosis dan penilaian
dengan cairan kristaloid + koloid. fraktur)
Cairan yang pertama diberikan Awal pengobatan perlu diperhatikan :
adalah RL /NaCL 0,9 %(3 :1) sampai  Lokalisasi fraktur
3-4 liter kira-kira 1 jam diguyur, lalu  Bentuk fraktur
dilanjutkan HES 6% ( 1:1) pantau  Menentukan teknik yang sesuai
tanda klinis (frekuensi nafas,tekanan dengan pengobatan
darah,nadi dan produksi urin) bila  Komplikasi yang mungkin selama
hemodinamik belum normal dan sesudah pengobatan
persiapkan transfusi darah. 2. Reduction
 Contoh pada syok hipovolemik Mengurangi fraktur dengan cara
derajat III (30-40 % EBV) yang dilihat reposisi fraktur. Harus dengan posisi
dari gejala klinis seperti tekanan yang baik yaitu:
darah, nadi, frekuensi nafas,  Alignment yang sempurna
kesadaran, dan urin output.  Aposisi yang sempurna
3. Retention
EBV= 35 % x 60 x70ml = 1500 ml Imobilisasi fraktur
(kehilangan darah) Dilakukan 4. Rehabilitation
resusitasi cairan yaitu 1000 cc Mengembalikan aktifitas fungsional
perdarahan diganti 3000 ml RL, guyur semaksimal mungkin
kira-kira 1 jam lalu dilanjutkan
pengganti sisa perdarahan dengan Penanggulangan fraktur terbuka
cairan koloid 500 ml diganti dengan Beberapa prinsip dasar pengelolaan
500 ml HES 6%(1:1)9 fraktur tebuka:
1. Obati fraktur terbuka sebagai satu
kegawatan.
2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis
akan adanya kelainan yang dapat
menyebabkan kematian.

35
3. Berikan antibiotic dalam ruang gawat serta pemasangan drainase isap
darurat, di kamar operasi dan setelah untuk mencegah akumulasi darah
operasi. dan serum pada luka yang dalam.
4. Segera dilakukan debrideman dan luka dapat dibiarkan terbuka setelah
irigasi yang baik beberapa hari tapi tidak lebih dari 10
5. Ulangi debrideman 24-72 jam hari. kulit dapat ditutup kembali
berikutnya disebut delayed primary closure.
6. Stabilisasi fraktur. yang perlu mendapat perhatian
7. Biarkan luka tebuka antara 5-7 hari adalah penutupan kulit tidak
8. Lakukan bone graft autogenous dipaksakan yang mengakibatkan
secepatnya sehingga kulit menjadi tegang.
9. Rehabilitasi anggota gerak yang 5. Pemberian antibiotik
terkena 6. Pencegahan tetanus
Semua penderita dengan fraktur
Tahap-tahap penatalaksanaan terbuka perlu diberikan pencegahan
Fraktur terbuka tetanus. pada penderita yang telah
1. Pembersihan luka mendapat imunisasi aktif cukup
Pembersihan luka dilakukan dengan dengan pemberian toksoid tapi bagi
cara irigasi dengan cairan NaCl yang belum, dapat diberikan 250 unit
fisiologis secara mekanis untuk tetanus imunoglobulin (manusia)
mengeluarkan benda asing yang Perawatan lanjut dan rehabilitasi fraktur
melekat. terbuka :
2. Eksisi jaringan yang mati dan 1. Menghilangkan nyeri.
tersangka mati (debridemen) 2. Mendapatkan dan mempertahankan
Semua jaringan yang kehilangan posisi yang memadai dari fragmen
vaskularisasinya merupakan daerah fraktur
tempat pembenihan bakteri 3. Mengusahakan terjadinya union.
sehingga diperlukan eksisi secara 4. Mengembalikan fungsi secara
operasi pada kulit, jaringan optimal dengan mempertahankan
subkutaneus, lemak, fascia, otot fungsi otot dan sendi, mencegah
dan fragmen2 yang lepas atrofi otot, adhesi dan kekakuan
3. Pengobatan fraktur itu sendiri sendi, mencegah komplikasi seperti
Fraktur dengan luka yang hebat dekubitus, trombosis vena, infeksi
memerlukan suatu fraksi skeletal saluran kencing serta pembentukan
atau reduksi terbuka dengan fiksasi batu ginjal.
eksterna tulang. fraktur grade II dan 5. Mengembalikan fungsi secara
III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi maksimal dengan fisioterapi untuk
eksterna. memperkuat otot-otot serta gerakan
4. Penutupan kulit sendi baik secara isomeric (latihan
Apabila fraktur terbuka diobati dalam aktif static) pada setiap otot yang
waktu periode emas (6-7 jam mulai berada pada lingkup fraktur serta
dari terjadinya kecelakaan), maka isotonic yaitu latihan aktif dinamik
sebaiknya kulit ditutup. hal ini pada otot-otot tungkai dan
dilakukan apabila penutupan punggung.
membuat kulit sangat tegang. dapat
dilakukan split thickness skin-graft

36
Tindakan Pembedahan tersisa untuk revaskularisasi sangat
Hal ini penting untuk menstabilkan minimal
patah tulang sesegera mungkin untuk  Kerusakan neurologis dan soft tissue
mencegah kerusakan jaringan yang yang berat, dimana hasil akhir repair
lebih lunak. Tulang patah dalam fraktur tidak lebih baik dari penggunaan
terbuka biasanya digunakan metode prosthesis.
fiksasi eksternal atau internal. Metode  Cedera multipel dimana amputasi
ini memerlukan operasi. dapat mengontrol perdarahan dan
a. Fiksasi Internal mengurangi efek sistemik/life saving
Selama operasi, fragmen tulang  Kasus dimana limb salvage bersifat
yang pertama direposisi (dikurangi) ke life-threatening dengan adanya
posisi normal kemudian diikat dengan penyakit kronik yang berat, seperti
sekrup khusus atau dengan diabetes mellitus dengan gangguan
melampirkan pelat logam ke permukaan vaskular perifer berat dan neuropati.
luar tulang. Fragmen juga dapat  Kondisi bencana / mass disaster
diselenggarakan bersama-sama dengan
memasukkan batang bawah melalui Komplikasi
ruang sumsum di tengah tulang. Karena Komplikasi dari fraktur terbuka dapat
fraktur terbuka mungkin termasuk dibagi dalam dua fase yaitu:
kerusakan jaringan dan disertai dengan 1. Fase dini komplikasi ini timbul
cedera tambahan, mungkin diperlukan dalam waktu beberapa hari atau
waktu sebelum operasi fiksasi internal beberapa minggu setelah terjadinya
dapat dilakukan dengan aman. fraktur. Komplikasi yang muncul pada
b. Fiksasi Eksternal fase dini ini antara lain; kerusakan
Fiksasi eksternal tergantung pada lapisan visceral, kerusakan pembuluh
cedera yang terjadi. Fiksasi ini darah, kerusakan pembuluh saraf,
digunakan untuk menahan tulang tetap sindroma kompartemen,
dalam garis lurus. Dalam fiksasi haemarthrosis, infeksi, gas gangrene.
eksternal, pin atau sekrup ditempatkan 2. Fase lambat  komplikasi ini timbul
ke dalam tulang yang patah di atas dan dalam waktu beberapa minggu
di bawah tempat fraktur. Kemudian hingga beberapa bulaan setelah
fragmen tulang direposisi. Pin atau terjadinya fraktur. Komplikasi yang
sekrup dihubungkan ke sebuah muncul pada fase lambat ini antara
lempengan logam di luar kulit. lain; delayed union, non-union,
Perangkat ini merupakan suatu malunion, avascular necrosis,
kerangka stabilisasi yang menyangga gangguan pertumbuhan, lesi tendon,
tulang dalam posisi yang tepat. kompresi saraf, osteoarthritis.
Pada beberapa kasus, amputasi
menjadi pilihan terapi. Immediate Prognosis
amputation biasanya diindikasikan pada Prognosis pada fraktur terbuka
keadaan berikut: tergantung dari derajat fraktur, dan
 Fraktur terbuka derajat IIIC dimana penanganan pada fraktur tersebut.
lesi tidak dapat diperbaiki Semakin berat derajat fraktur, semakin
daniskemia sudah terjadi >8 jam lama dan buruknya penanganan maka
 Anggota gerak yang mengalami prognosis akan buruk.
crush berat dan jaringan viable yang

37
DAFTAR PUSTAKA Tulang. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone.2009.p.325-34
1. Helmi Z. Buku Ajar Gangguan 12. Solomon Louis, Warwick David,
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Nalyagam S. 2010. Apley‘s
Medika. 2011. P411-55 System Of Orthopaedics And
2. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Fractures. Ninth Edition.
Ortopedi: Trauma, Fraktur Uk.2010.p.707
Terbuka, Edisi ke-3. Jakarta: PT
Yarsif Watampone. 2008; 317-478.
3. Brien PJO dan Mosheiff R.Open
Fractures-Principles. Available
From:[URL]:
http://www.aopublishing.org/ .
Accessed 30 Dec 2014
4. Court-Brown CM, Brewster
N (1996) Epidemiology of open
fractures. Court-Brown CM,
McQueen MM, Quaba AA (eds),
Management of open
fractures. London: Martin Dunitz,
25-35
5. Rasjad, Chairuddin. Pengantar
Ilmu Bedah Ortopedi,Cetakan Ke-
V. Jakarta: Yarsif Watampone,
2008. 332-334.
6. Solomon Louis, Warwick David,
Nalyagam S.Apley‘s System Of
Orthopaedics And Fractures. Ninth
Edition. Uk. 2010.P: 692-693
7. Buckley R. General Principle Of
Fracture Workup. Available At :
Www.Emedicine.Medscape.Com/A
rticle/1270717-Workup. Accesed
On October 10th 2014.
8. Solomon L, Varwick D, Nayagam
S. Principle Of Fracture. In :
Nayagam S, Editor. Apley‘s
System Of Orthopaedics And
Fractures 9th Ed. United States :
Crc Press.2010.P.672-88.
9. Latief S.APetunjuk Praktis
Anastesiologi.Edisi Kedua.
Penerbit FKUI. Jakarta.2007
10. Sunatrio,S.Larutan Ringer Asetat
Dalam Praktik Klinis,Simposium
Alternatif Baru Dalam Terapi
Resusitasi Cairan,bagian
Anastesiologi FKUI/RSCM
11. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi: Struktur Dan Fungsi

38
FRAKTUR TERTUTUP
2. Radang dan proliferasi seluler
Definisi Sel-sel berproliferasi dari
Fraktur adalah terputusnya lapisan dalam periosteum, disekitar
kontinuitas struktur jaringan tulang lokasi fraktur sel-sel ini menjadi
atau tulang rawan yang umumnya precursor osteoblast dan aktif tumbuh
disebabkan trauma, baik trauma ke arah fragmen tulang. Proliferasi
langsung maupun tidak langsung. juga terjadi di jaringan sumsum tulang,
Akibat dari suatu trauma pada tulang terjadi setelah hari kedua kecelakaan
dapat bervariasi tergantung pada jenis, terjadi.
kekuatan dan arahnya trauma. 3. Pembentukan kalus
Fraktur tertutup adalah Osteoblast membentuk tulang
fraktur dimana tidak terdapat lunak/kalus memberikan rigiditas pada
hubungan antara fragmen tulang fraktur, massa kalus terlihat pada X-
dengan dunia luar atau struktur ray yang menunjukkan fraktur telah
jaringan kulit diatas atau disekitar menyatu. Terjadi setelah 6-10 hari
fraktur masih utuh/ intak. setelah kecelakaan terjadi.
4. Konsolidasi
Epidemiologi Kallus mengeras dan terjadi
Suatu penelitian yang dilakukan proses konsolidasi, fraktur teraba telah
oleh Kilbourne et al di Baltimore tahun menyatu, secara bertahap-tahap
2008 mendapatkan pasien fraktur menjadi tulang matur. Terjadi pada
tertutup sebanyak 291 (56%) orang. minggu ke 3-10 setelah kecelakaan.
Menurut Kahlon et al yang melakukan 5. Remodeling
analisis terhadap penanganan Fraktur telah dijembatani oleh
emergensi pasien trauma di bagian manset tulang yang padat. Selama
ortopedi Rumah Sakit Umum Lahore beberapa bulan, atau bahkan
terhadap 1289 pasien tahun 2004 beberapa tahun. Pada fase remodeling
didapatkan jumlah kasus fraktur ini, perlahan-lahan terjadi resorbsi
tertutup sebanyak 915 (71%) pasien. secara osteoklasik dan tetap terjadi
Suatu penelitian yang dilakukan Armis osteoblastik pada tulang dan kalus
di Indonesia tahun 2001 mendapatkan eksterna secara perlahan-lahan
pasien fraktur tertutup sebesar 96 % menghilang. Kalus intermediat
dari seluruh fraktur. Tingginya insiden berubah menjadi tulang yang kompak
fraktur tertutup ini disebabkan karena dan berisi system Haversian dan kalus
tingginya angka kecelakaan lalu lintas. bagian dalam akan mengalami
Di Indonesia kematian akibat peronggaan untuk membentuk ruang
kecelakaan lalu lintas mencapai sumsum.
12.000 orang per tahun.

Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan fraktur terdiri dari 5 fase
yaitu:
1. Kerusakan jaringan dan
pembentukan hematoma
Hematom terbentuk dari darah
yang mengalir dari pembuluh darah
yang rusak, hematom dibungkus Gambar 4.1. Penyembuhan fraktur

jaringan lunak sekitar (periosteum dan


otot) terjadi 1-2 x 24 jam.

39
Klasifikasi fraktur tertutup dari satu korteks dengan
Pada fraktur tertutup ada kompresi tulang spongiosa
klasifikasi tersendiri yang berdasarkan dibawahnya, biasanya pada
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, distal radius anak-anak
yaitu: 3. Greenstick fracture,
- Tingkat 0: fraktur biasa dengan mengenai satu korteks
sedikit atau tanpa ceddera jaringan dengan angulasi korteks
lunak sekitarnya. lainnya yang terjadi pada
- Tingkat 1: fraktur dengan abrasi tulang panjang anak.
dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan. 2. Bentuk garis patah dan
- Tingkat 2: fraktur yang lebih berat hubungannya dengan mekanisme
dengan kontusio jaringan lunak bagian trauma:
dalam dan pembengkakan.  Fraktur Transversal: fraktur yang
- Tingkat 3: cedera berat dengan arahnya melintang pada tulang dan
kerusakan jaringan lunak yang nyata merupakan akibat trauma angulasi
ddan ancaman sindroma atau langsung.
kompartement.  Fraktur Oblik: fraktur yang arah
garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan
meruakan akibat trauma angulasi
juga.
 Fraktur Spiral: fraktur yang arah
garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi.
 Fraktur Kompresi: fraktur yang
terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang ke arah
permukaan lain.
 Fraktur avulsi: trauma tarikan/traksi
otot pada insersinya di tulang,
Gambar 4.2 Gambarklasifikasi frakturr tertutup
misalnya fraktur patela.

Deskripsi Fraktur
Untuk menjelaskan keadaan fraktur,
hal-hal yang perlu dideskripsikan
adalah:
1. Komplit/tidak komplit
 Fraktur komplit, bila garis patah
melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang
seperti terlihat pada foto.
 Fraktur tidak komplit, bila garis
patah tidak melalui seluruh
penampang tulang, seperti:
1. Hairline fracture (patah retak
rambut).
2. Buckle fracture atau torus
fracture, bila terjadi lipatan

40
Gambar 4.3. Deskripsi fraktur

5. Berdasarkan posisi frakur


 1/3 proksimal
3. Jumlah garis patah  1/3 medial
 Fraktur kominutif: garis patah  1/3 distal
lebih dari satu dan saling
berhubungan 6. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat
 Fraktur segmental: garis patah tekanan yang berulang-ulang.
lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan. Bila dua garis 7. Fraktur Patologis: fraktur yang
patah disebut pula fraktur bifokal diakibatkan karena proses patologis
 Fraktur multipel: garis patah lebih tulang.
dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan tempatnya, misalnya Diagnosis
fraktur femur, fraktur kruris, dan Anamnesis
fraktur tulang belakang Biasanya penderita datang
dengan suatu trauma , baik yang hebat
4. Bergeser/tidak bergeser maupun trauma ringan dan diikuti
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser), dengan ketidakmampuan untuk
garis patah komplit tetapi kedua menggunakan anggota gerak.
fragmen tidak bergeser, periosteumnya Anamnesis harus dilakukan dengan
masih utuh cermat, karena fraktur tidak selamanya
b. Fraktur displaced (bergeser), terjadi terjadi di daerah trauma dan mungkin
pergeseran fragmen-fragmen fraktur fraktur terjadi di daerah lain. Trauma
yang juga disebut lokasi fragmen, dapat terjadi karena kecelakaan lalu
terbagi: lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
 Dislokasi ad longitudinum cum dari kamar mandi, penganiayaan,
contractionum (pergeseran tertimpa benda berat, kecelakaan pada
searah sumbu dan overlapping) pekerja oleh karena mesin atau karena
 Dislokasi ad axim (pergeseran trauma olah raga.
yang membentuk sudut)
 Dislokasi ad latus (pergeseran Pemeriksaan fisik
dimana kedua fragmen saling Pada pemeriksaan awal penderita, perlu
menjauhi) diperhatikan adanya:
 Syok, anemia atau perdarahan

41
 Kerusakan pada organ-organ lain,  Pengukuran tungkai terutama pada
misalnya otak, sumsum tulang tungkai bawah untuk mengetahui
belakang atau organ-organ dalam adanya perbedaan panjang tungkai
rongga thorak, panggul dan
abdomen 3. Pergerakan (Move)
 Faktor predisposisi, misalnya pada Pergerakan dengan mengajak
fraktur patologis penderita untuk menggerakkan secara
aktif dan pasif sendi proksimal dan distal
Pemeriksaan lokal dari daerah yang mengalami trauma.
1. Inspeksi (look) Pada penderita dengan fraktur, setiap
 Bandingkan dengan bagian yang gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehat sehingga uji pergerakan tidak boleh
 Perhatikan posisi anggota gerak dilakukan secara kasar, disamping itu
 Keadaan umum penderita secara juga dapat menyebabkan kerusakan
keseluruhan pada jaringan lunak seperti pembuluh
 Ekspresi wajah karena nyeri darah dan saraf.
 Adanya tanda-tanda anemia karena
perdarahan Pemeriksaan radiologis
 Apakah terdapat luka pada kulit dan Dengan pemeriksaan klinik kita
jaringan lunak untuk membedakan sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
fraktur tertutup atau terbuka Walaupun demikian pemeriksaan
radiologis diperlukan untuk menentukan
 Perhatikan adanya deformitas berupa
keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.
angulasi, rotasi, dan pemendekan
Untuk menghindarkan nyeri serta
 Lakukan survei pada seluruh tubuh
kerusakan jaringan lunak selanjutnya,
apakah ada trauma pada organ-
maka sebaiknya kita mempergunakan
organ lain
bidai yang bersifat radiolusen untuk
 Perhatikan kondisi mental penderita imobilisasi sementara sebelum dilalukan
 Keadaan vaskularisasi pemeriksaan radiologis.
2. Palpasi (feel) Tujuan pemeriksaan radiologis:
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh  Untuk mempelajari gambaran normal
karena penderita biasanya mengeluh tulang dan sendi
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu
 Untuk konfirmasi adanya fraktur
diperhatiakan:
 Untuk melihat sejauh mana
 Temperatur setempat yang
pergerakan dan konfigurasi fragmen
meningkat atau menurun
serta pergerakannya
 Krepitasi; dapat diketahui dengan
 Untuk menentukan teknik
perabaan dan harus dilakukan secara
pengobatan
hati-hati
 Untuk menentukan apakah fraktur itu
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah
baru atau tidak
distal trauma. Refilling (pengisian)
 Untuk menetukan apakah fraktur
arteri pada kuku, warna kulit pada
intra-artikuler atau ekstra-artikuler
bagian distal daerah trauma,
temperature kulit  Untuk melihat adanya keadaan
patologis lain pada tulang

42
 Untuk melihat adanya benda asing, 4. Rehabilitasi
misalnya peluru Mengembalikan aktifitas fungsional
semaksimal mungkin
Pemeriksaan radiologis dilakukan Fraktur biasanya menyertai
dengan beberapa prinsip dua: trauma. Untuk itu sangat penting untuk
 Dua posisi proyeksi melakukan pemeriksaan terhadap jalan
 Dua sendi pada anggota gerak dan napas (airway), proses pernapasan
tungkai harus difoto, di atas dan di (breathing), dan sirkulasi (circulation),
bawah sendi yang mengalami fraktur apakah terjadi syok atau tidak. Bila
 Dua anggota gerak sudah dinyatakan tidak ada masalah
 Dua kali dilakukan foto lagi, baru dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara terperinci.
Fraktur vertebra dan pelvis lebih sulit Waktu terjadinya kecelakaan penting
terlihat dengan pemeriksaan radiografi ditanyakan untuk mengetahui berapa
konvensional, CT scan dan MRI lebih lama sampai di RS, mengingat golden
memberikan data yang akurat. period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam,
komplikasi infeksi semakin besar.
Penatalaksanaan Lakukan anamnesis dan pemeriksaan
Ada empat konsep dasar dalam fisik secara cepat, singkat dan lengkap.
menangani fraktur : Kemudian, lakukan foto radiologis.
1. Rekognisi Pemasangan bidai dilakukan untuk
Rekognisi dilakukan dalam hal mengurangi rasa sakit dan mencegah
diagnosis dan penilaian fraktur. terjadinya kerusakan yang lebih berat
Prinsipnya adalah mengetahui riwayat pada jaringan lunak selain memudahkan
kecelakaan, derajat keparahannya, jenis proses pembuatan foto.
kekuatan yang berperan dan deskripsi
tentang peristiwa yang terjadi oleh Pengobatan fraktur bisa konservatif atau
penderita sendiri. operatif.
2. Reduksi Terapi konservatif, terdiri dari:
Reduksi adalah usaha / tindakan  Proteksi saja, misalnya mitela untuk
manipulasi fragmen-fragmen seperti fraktur collum chirurgicum humeri
letak asalnya. Tindakan ini sedapat dengan kedudukan baik
mungkin mengembalikan fungsi normal  Imobilisasi saja tanpa reposisi,
dan mencegah komplikasi serta misalnya pemasangan gips pada
kekakuan, deformitas serta perubahan fraktur inkomplit dan fraktur dengan
osteoarthritis di kemudian hari kedudukan baik
3. Retensi  Reposisi tertutup dan fiksasi dengan
Setelah fraktur direduksi, gips, misalnya pada fraktur
fragmen tulang harus diimobilisasi atau suprakondilus, fraktur Colles, fraktur
dipertahankan dalam posisi dan Smith. Reposisi dapat dalam anestesi
kesejajaran yang benar sampai terjadi umum atau lokal
penyatuan. Immobilisasi dapat  Traksi, untuk reposisi secara
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau perlahan. Pada anak-anak dipakai
interna. Metode fiksasi eksterna dengan traksi kulit (traksi Hamilton Russel,
gips, bidai, traksi dan teknik fiksator traksi Bryant). Traksi kulit terbatas
eksterna. untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.

43
Untuk traksi dewasa/traksi definitif utama dari sindrom kompartemen
harus traksi skeletal berupa balanced adalah rasa sakit yang bertambah
traction. parah terutama pada pergerakan
pasif dan nyeri tersebut tidak hilang
Terapi operatif, terdiri dari: oleh narkotik. Tanda lain adalah
 Reposisi terbuka, fiksasi interna. terjadinya paralysis, dan
 Reposisi tertutup dengan kontrol berkurangnnya denyut nadi.
radiologis diikuti fiksasi eksterna  Neurologis : lesi medula spinalis atau
saraf perifer
Terapi operatif dengan reposisi
anatomis diikuti dengan fiksasi interna 2. Sistemik : emboli lemak. Perubahan
(open reduction and internal fixation), tekanan pada fraktur menyebabkan
artroplasti eksisional, ekssisi fragmen, molekul lemak terdorong dari
dan pemasangan endoprostesis. sumsum ke dalam peredaran darah
Reduksi tertutup diindikasikan untuk sistemik berakibat gangguan pada
keadaan sebagai berikut: respiratori dan sistem saraf pusat.
 Fraktur dengan tak ada pergeseran, Gejalanya : sakit dada, pucat,
 Fraktur yang stabil setelah reposisi/ dyspnea, putus asa, bingung,
reduksi, perdarahan petechie pada kulit dan
 Fraktur pada anak-anak, konjungtiva.
 Cedera jaringan lunak minimal
 Trauma berenergi rendah. Komplikasi lanjut :
Pada tulang dapat berupa
Reduksi terbuka diindikasikan untuk malunion, delayed union atau non
keadaan sebagai berikut : union. Pada pemeriksaan terlihat
 Kegagalan dalam penanganan deformitas berupa angulasi, rotasi,
secara reduksi tertutup, perpendekan atau perpanjangan.
1. Delayed union
 Fraktur yang tidak stabil,
Proses penyembuhan lambat dari
 Fraktur intraartikuler yang mengalami
waktu yang dibutuhkan secara normal.
pergeseran
Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan
 Fraktur yang mengalami terlihat bayangan sklerosis pada ujung-
pemendekan. ujung fraktur. Terapi konservatif selama
6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi.
Komplikasi
Lebih 20 minggu dilakukan cancellus
Komplikasi fraktur yang penting adalah grafting (12-16 minggu)
15
: 2. Non union
Komplikasi dini Dimana secara klinis dan radiologis
1. Lokal tidak terjadi penyambungan tulang.
 Vaskuler : sindrom kompartemen  Tipe I (hypertrophic non union) tidak
(Volkmann iskemia), trauma vaskuler. akan terjadi proses penyembuhan
Sindrom kompartemen terjadi bila fraktur dan diantara fragmen fraktur
pembengkakan akibat fraktur atau tumbuh jaringan fibrus yang masih
tekanan dalam suatu ruang yang mempunyai potensi untuk union
dibatasi oleh kompartemen atau dengan melakukan koreksi fiksasi
inflamasi yang mengakibatkan dan bone grafting.
peningkatan dari dalam. Gejala

44
 Tipe II (atrophic non union) disebut DAFTAR PUSTAKA
juga sendi palsu (pseudoartrosis)
terdapat jaringan sinovial sebagai 1. Roshan A., Ram S., 2008, The
kapsul sendi beserta rongga sinovial Neglected Femoral Neck Fracture
yang berisi cairan, prosesunion tidak inYoung Adults:Review of a
akan dicapai walaupun dilakukan Challenging Problem (Review),
imobilisasi lama. Beberapa faktor Clinical Medicine & Research Volume
yang menimbulkan non union seperti 6, Number 1:33-39, Available from:
disrupsi periosteum yang luas, clinmedres.org, (Accessed: 2010, 18
hilangnya vaskularisasi fragmen- Okt).
fragmen fraktur, waktu imobilisasi 2. Buckley R, Panaro CDA. General
yang tidak memadai, implant atau principles of fracture care. Available
gips yang tidak memadai, distraksi from :
interposisi, infeksi dan penyakit http://www.emedicine.com/orthoped/b
tulang (fraktur patologis) yname/General-Principles-of-
3. Mal union Fracture-Care.htm. (Accessed: 2019,
Penyambungan fraktur tidak normal 16 Okt).
sehingga menimbukan deformitas. 3. Kahlon I.A., Hanif A. and Awais S.M.,
Tindakan refraktur atau osteotomi 2004, Analysis of Emergency Care of
koreksi. Trauma Patients with References to
4. Osteomielitis the Type of injuries, Treatment and
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada Cost, Department of Orthopedics,
fraktur terbuka atau tindakan operasi General Hospital, Lahore, ANNALS
pada fraktur tertutup sehingga dapat Volume 16. No.1 Jan. - Mar. 2010.
menimbulkan delayed union sampai non 4. Alexa. Ilmu Bedah Fraktur
union (infected non union). Imobilisasi Terbuka.www.bedahugm.net/frakturte
anggota gerak yang mengalami rbuka/ (Accessed: 2019, 15 Okt).
osteomielitis mengakibatkan terjadinya 5. Djuantoro D., 2010, Fraktur Femur,
atropi tulang berupa osteoporosis dan Available from:
atropi otot http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/1
5. Kekakuan sendi 6FrakturBatangFemur120.pdf
Kekakuan sendi baik sementara atau (Accessed: 2010, 15 Okt). 16
menetap dapat diakibatkan imobilisasi 6. Kilbourne M.J. et al, 2008, Open
lama, sehingga terjadi perlengketan peri Versus Closed Extremity Fractures In
artikuler, perlengketan intraartikuler, The Trauma ICU: Current Trends In
perlengketan antara otot dan tendon. Morbidity And Mortality, Department
Pencegahannya berupa memperpendek of Surgery, University of Maryland,
waktu imobilisasi dan melakukan latihan Baltimore, Available from:
aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan http://www.jortho.org/2008/5/3/e4,
perlengketan secara pembedahan (Accessed: 2019, 18 Okt).
hanya dilakukan pada penderita dengan 7. Sjamsuhidayat, Wim de jong, 2005.
kekakuan sendi menetap. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2, EGC,
6. Gangguan pertumbuhan (fraktur Jakarta.
epifisis) 8. Solomon L. et al, 2005, Fractures and
7. Osteoporosis post trauma JointInjuries in Apley‘s Concise
System of Orthopaedics and

45
Fractures, Third Edition, Hodder 18. Moesbar Nazar, 2007, Pengendara
Arnold, London., pp. 266-280. dan Penumpang Sepeda Motor
9. Rasjad, Chairuddin, 2003. Pengantar Terbanyak Mendapat Patah Tulang
Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Pada Kecelakaan Lalu Lintas,
Bintang Lamumpatue Fakultas Universitas Sumatera Utara, Medan,
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Available from www.usu.co.id,
Makassar. Hal. 363-370 (Accessed: 2010, 18 Okt)
10. Sukarna L.P. et al, 1994. Patah 19. Naem M.U., Qasim M., Khan M.A.,
Tulang Tertutup dalam Pedoman Sahibzada A.S. and Sultan S., 2009,
Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Management Outcome of Closed
Bedah, Rumah Sakit Umum Daerah Femoral Shaft Fractures by Open
Dokter Soetomo, Surabaya. Hal.136- Surgical Implant Generation Network
140. (Sign) Interlocking Nails on Journal
11. Mansjoer, A (ed), 2001, Kapita Ayub Med Coll Abbottabad 2009;21,
Selekta Kedokteran edisi ketiga, Available from:
Media Aesculapius FKUI, Jakarta http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/P
12. Pamungkas R.W., 2008, AST/21-1/Naeem.pdf, (Accessed:
Penatalaksanaan Terapi Latihan 2010, 18 Okt).
Pada Kasus Fraktur Femur Sepertiga 20. Saikia KC, Bhattacharya TD,
Tengah Dextra Post Operasi ORIF Agarwala V, 2008, Anterior
dengan Pemasangan Plate and compartment pressure measurement
Screw Di RSU Prof. Dr Soeharso, in closed fractures of leg on Indian
Universitas Muhammadiyah, Journal of Orthopaedics, Department
Surakarta. of Orthopedics, Guwahati Medical
13. Susan, Brown. How To Speed College and Hospital, India, Available
Fracture Healing. Available from : from:
www.betterbones.com (Accesed http://www.ijoonline.com/text.asp?200
2010, 24 Sept) 8/42/2/217/40261, (Accessed: 2010,
14. Giza, Eric. Fracture. Available from : 18 Okt).
http://www.webmd.com/a-to-z- 21. Steenvoorde P., Arno P.W. Lieshout
guides/understanding-fractures-basic- V. and Oskam J., 2005, Conservative
information (accesed 2010, 22 Sept) Treatment of a Closed Fracture of the
15. Salter R.B., 1999, Textbook of Clavicle Complicated by
Disorders and Injuries of the Pneumothorax: A Case Report,
Musculoskeletal System Third Department of Surgery, Rijnland
Edition, William dan Wilkins, United of Hospital Leiderdorp, Netherlands,
America. Acta Orthopædica Belgica, Vol. 71 –
16. Reksoprodjo, S (ed), 1999, Kumpulan 4.
Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Ilmu 22. Uvaraj N.R., Vahanan N.M.,
Bedah FKUI/RSCM. Binarupa Sivaseelam A., Sameer M.M. and
Aksara, Tanggerang. Basha I.M., 2007, Surgical
17. Hospital Episode Statistics, Management of Neglected Fractures
Department of Health, England, of the Patella on International Journal
2002-2003. Available from : Care Injured (2007) 38, 979—983,
http://www.google.co.id/ (Accesed: Department of Orthopaedic Surgery
2010, 16 Okt) and Traumatology, Madras Medical

46
College and Government General
Hospital, India, Injury, , Available
from: www.elsevier.com/locate/injury,
(Accessed: 2010, 18 Okt).
23. Wang C.Y., Shen H.C. and Wu H.S.,
2006, Management of Neglected
Traumatic Posterior Fracture-
Dislocation of the Hip on Journal
Medical Science 2006;26(4):153-156,
Department of Orthopaediology, Tri-
Service General Hospital, National
Defense Medical Center, Taipei,
Taiwan, Republic of China, Available
from:
http://jms.ndmctsgh.edu.tw/2604153.
pdf, (Accessed: 2010, 18 Okt). Last
Updated on Friday, 16 September
2011 10:32

47
FRAKTUR KLAVIKULA Mekanisme Trauma

Defenisi Mekanisme trauma dari fraktur


klavikula terjadi karena penderita
Fraktur adalah hilangnya jatuh pada bahu, biasanya tangan
kontinuitas tulang, tulang rawan dalam keadaan terulur. Bila gelang
sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bahu mendapat trauma kompresi dari
bersifat total maupun yang parsial.
Untuk mengetahui mengapa dan sisi lateral, penopang utama untuk
bagaimana tulang mengalami mempertahankan posisi adalah
kepatahan, kita harus mengetahui klavikula dan artikulasinya. Bila
keadaan fisik tulang dan keadaan traumanya melebihi kapasitas struktur
trauma yang dapat menyebabkan ini untuk menahan, terjadi kegagalan
tulang patah. Kebanyakan fraktur
melalui 3 cara, Artikulasi
terjadi karena kegagalan tulang
menahan tekanan terutama tekanan akromioklavikular akan rusak,
membengkok, memutar, dan tarikan. klavikula akan patah, atau sendi
sternoklavikular akan mengalami
Fraktur klavikula adalah cedera dislokasi. Trauma pada sendi
yang sering terjadi terutama pada
sternoklavikular jarang terjadi dan
usia muda dan individu yang aktif.
Insidensinya sekitar 2.6% dari semua biasanya berhubungn dengan trauma
fraktur. Fraktur klavikula merupakan langsung ke klavikula bagian medial
salah satu cedera tulang yang paling dengan arah lebih posterior (dislokasi
sering, yang jarang memerlukan posterior) atau trauma dari arah
reduksi terbuka. posterior yang langsung mengenai
Epidemiologi gelang bahu (menyebabkan dislokasi
proksimal klavikula ke anterior).
Pada anak-anak, klavikula
mudah mengalami fraktur, namun Pada fraktur midshaft, fragmen
hampir selalu terjadi union dengan lateral tertarik ke bawah karena berat
cepat dan tanpa komplikasi. Pada lengan, fragmen medial tertarik oleh
orang dewasa, fraktur klavikula muskulus sternocleidomastoideus.
merupakan injuri yang lebih sulit.
Pada fraktur 1/3 lateral, bila ligamen
Fraktur klavikula pada orang dewasa
sering terjadi, insidensinya 2,6-4% intak, ada sedikit pergeseran; namun
dari semua fraktur dan kurang lebih bila terjadi robekan ligamen
35% merupakan cedera dari gelang korakoklavikula, atau bila garis fraktur
bahu. Fraktur pada midshaft terletak medial dari ligamen ini,
merupakan yang terbanyak 69-82%, pergeseran yang terjadi mungkin
fraktur lateral 21-28%, dan fraktur
lebih berat dan tindakan reduksi
medial yang paling jarang 2-3%.
tertutup tidak mungkin dilakukan.
Klavikula juga merupakan bagian
yang sering mengalami fraktur
patologis.

48
biasanya tidak menyebabkan cedera
organ lainnya atau trauma intra toraks.
Namun, pada kecelakaan lalu lintas dan
jatuh dari ketinggian, harus dicari
cedera lainnya.

Lengan pasien biasanya


didekatkan ke dada untuk mencegah
pergerakan. Biasanya dapat terlihat
adanyan penonjolan pada subkutan
dan kadang-kadang ada fragmen
Gambar 5.1 Mekanisme trauma fraktur klavikula tulang yang melukai kulit. Adanya
deformitas pada gelang bahu paling
baik diperiksa saat pasien berdiri. Bila
terjadi fraktur midshaft dengan
pergeseran besar, tampak gambaran
shoulder ptosis. Meskipun komplikasi
pada vaskular jarang terjadi, perabaan
pulsasi vaskular di leher sebaiknya
dikerjakan. Adanya perlukaan ada
sendi akromioklavikular sering
terlewatkan pada fraktur 1/3 lateral.
Imaging
Pemeriksaan radiologis yang
diperlukan minimal adalah rontgen
dengan proyeksi anterior dan
kemiringan 30 derajat sefalik. Biasanya
didapatkan fraktur pada 1/3 tengah dari
tulang, fragmen bagian luar biasanya
terletak lebih rendah dari fragmen
bagian dalam. Fraktur pada 1/3 lateral
Gambar 5.2 Muskulus dan gaya gravitasi yang terjadi pada dapat terlewatkan, atau perkiraan
fraktur klavikula derajat pergeserannya dapat lebih
rendah, kecuali jika rontgen proyeksi
bahu juga dikerjakan. Rontgen sendi
Gambaran Klinis sternoclavicular pada fraktur 1/3 medial
juga lebih baik dikerjakan. Saat menilai
Anamnesis harus bisa kemajuan klinis, harus diingat bahwa
menggambarkan semua aspek agar ‗clinical‘ union biasanya mendahului
penanganan pasien dapat optimal. „radiological‟ union beberapa minggu
sebelumnya.
Selain data demografik standar,
mekanisme trauma juga penting untuk CT scan dengan rekonstruksi
diketahui. Fraktur klavikula yang tiga dimensi mungkin diperlukan untuk
disebabkan oleh trauma ringan menentukan derajat pemendekan

49
secara akurat atau untuk mendiagnosis ligamentum trapezoid tetap intak
fraktur dislokasi sternoklavikula dan dengan segmen distal)
untuk meyakinkan union dari sebuah  Neer tipe III (intraartikular). Neer
tipe II disubklasifikasikan menjadi
fraktur.
dua oleh Rockwood menjadi tipe
IIA: konoid dan trapezoid melekat
ada fragmen distal dan tipe IIB:
konoid lepas dari fragmen medial.

Gambar 5.3 Rontgen klavikula

(a) fraktur klavikula 1/3 tengah displaced – paling


sering terjadi,
(b) fraktur biasanya menyembuh dalam posisi ini,
1
tampak adanya ‗tonjolan‘

Klasifikasi
Fraktur klavikula biasanya
diklasifikasikan berdasarkan posisi
dari fraktur oleh Allman menjadi
proximal (Group I), middle (Group II),
dan distal (Group III) third fractures.
Pembagian secara general
berhubungan dengan pendekatan
klinis yang akan dikerjakan.
Karena tingginya tingkat
delayed union and non-union pada
fraktur 1/3 distal, Neer membaginya
menjadi tiga subklasifikasi
berdasarkan kondisi ligamentum dan
derajat pergeseran.

 Neer tipe I (ligamentum


korakoklavikular masih intak)
 Neer tipe (ligamentum
korakoklavikular robek atau lepas
dari fragmen medial tetapi

50
Klasifikasi yang lebih detail untuk fraktur midshaft dibuat oleh Robinson, yang
berguna untuk pengolahan data dan membandingkan hasil klinis.

Gambar 5.4 Klasifikasi fraktur klavikula

51
Patoanatomi yang Berhubungan dengan medial, klavikula dan sternum dibatasi oleh
Fraktur Klavikula kapsul sternoklavikula, penebalan kapsul
bagian posterior merupakan jaringan lunak
Anatomi tulang klavikula yang terpenting yang membatasi bagian
anterior dan posterior dari klavikula.
Tulang klavikula relatif tipis, bagian
paling lebar adalah sisi medial dan lateral Ligamentum interklavikular yang
tempatnya berartikulasi dengan sternum dan berjalan dari ujung medial klavikula pada
akromion. Tulang ini mempunyai dua aspek superior dari sternum di bagian
lengkungan: yang lebih besar adalah bagian sternal notch, dan melekat pada ujung
koronal yang memberi bentuk huruf S medial klavikula kontralateral. Ligamentum
(konveks anterior sisi medial dan konkaf ini bekerja seperti tension wire pada basis
anterior sisi lateral). klavikula, yang mencegah terjadinya
angulasi inferior atau translasi dari
klavikula. Selain itu, terdapat ligamentum
besar yang berasal dari costa pertama
yang berinsersi di aspek inferior dari
klavikula. Fossa rhomboideus, fossa kecil
yang terletak infero-medial merupakan
tempat perlekatan dari ligamentum
tersebut, yang menahan translasi dari
klavikula medial.
Lateral
Ligamentum korakoklavikular
adalah trapezoid (lebih lateral) dan konoid
(lebih medial) merupakan ligamentum tebal
Gambar 5.5 Potongan cross-sectional dan anatomi topografik dari yang berasal dari basis korakoid dan
klavikula berinsersi ke tonjolan kecil di inferior
klavikula (trapezoid) dan tuberkulum
Bentuk topografik anatomi dari
konoid klavikula (konoid). Ligamentum ini
klavikula ini diperlukan untuk menentukan sangat kuat dan merupakan penahan
implan yang akan digunakan dengan tepat. utama untuk terjadinya pergeseran ke
Pada bagian diafisis yang tipis yang superior dari klavikula lateral. Integritas
merupakan tulang kortikal yang keras, ligamentum ini merupakan penentu
implan yang digunakan adalah cortical tindakan fiksasi yang akan dikerjakan pada
screw; sedangkan untuk sisi medial dan fraktur 1/3 distal klavikula displaced. Sering
terdapat avulsi fragmen inferior bila terjadi
lateral yang merupakan tulang cancellous fraktur pada daerah ini, terutama pada
yang lebih lunak, digunakan larger pitch pasien usia muda. Inklusi fragmen ini
cancellous screws yang dapat diinsersi dalam fiksasi surgikal akan menjamin
tanpa tapping. stabilitas fiksasi. Kapsul sendi
akromioklavikula menebal di bagian
Anatomi Ligamentum dari Klavikula superior dan berfungsi menahan
pergeseran sendi ke antero-posterior.
Medial Sangatlah penting untuk memperbaiki
Hanya ada sedikit gerakan pada struktur ini, yang merupakan lapisan
sendi sternoklavikula dan struktur jaringan miofasial profunda, saat melakukan
lunak yang menyokongnya tebal. Di sisi pembedahan sisi lateral klavikula. Saat
memasang fiksasi hook plate untuk fraktur
52
yang sangat distal, defek kecil dapat dibuat lebih sulit adanya terbentuknya neuroma
di aspek posterolateral kapsul untuk insersi yang nyeri pada bekas luka operasi, yang
bagian hook ke ruang subakromial walaupun jarang terjadi, dapat memperburuk
posterior. outcome operasi.
Anatomi Muskulus dari Klavikula Struktur neurovaskular yang lebih
vital terletak inferior dari klavikula. Vena
Klavikula tidak sepenting skapula subklavia berjalan di bawah muskulus
dalam hal origo muskulus, namun subklavius dan di atas costa pertama, yang
merupakan insersio dari beberapa mudah diakses (untuk akses vena sentral)
muskulus besar. Di sisi medial, muskulus dan rentan terhadap trauma. Arteri
pektoralis mayor berorigo di shaft klavikula subklavia dan pleksus brakialis terletak
anteroinferior, dan muskulus lebih posterior, terpisah dari vena dan
sternokleidomastoideus berorigo di bagian klavikula oleh lapisan muskulus skalenus
superiornya. Origo pektoralis dan origo anterior di bagian medial. Pleksus terletak
anterior deltoid bergabung di bagian paling dekat dengan klavikula pada bagian
lateral, sementara insersi trapezius tengahnya, sehingga tidak dianjurkan
bergabung dengan origo deltoid. Insersio menggunakan bor, screw, atau instrumen
muskulus memegang peranan yang lain pada subclavicular space.
signifikan terhadap terjadinya deformitas
setelah fraktur: fragmen medial klavikula
terangkat oleh tarikan muskulus
sternokleidomastoideus, sedangkan
fragmen distal tertarik ke bawah oleh
deltoid, dan ke medial oleh pektoralis
mayor. Di sisi bawah klavikula merupakan
insersi dari muskulus subklavius, yang
fungsinya sedikit, namun merupakn soft
tissue buffer pada ruang subklavikula
superior dari pleksus brachialis dan
pembuluh subklavia. Plastisma atau
“shaving muscle‖ bervariasi dalam
ketebalan dan panjangnya, biasanya
membungkus aspek anterior dan superior
klavikula, berada di jaringan subkutan,
yang dibelah saat operasi, dan dijahit Gambar 5.6 Anatomi klavikula
kembali.
Penatalaksanaan
Anatomi Neurovaskular dari Klavikula
Fraktur Klavikula 1/3 Tengah
Nervus supraklavikula berasal dari
cabang servikal C3 dan C4 dan keluar dari Terdapat kesepakatan bahwa
common trunk di belakang batas posterior fraktur klavikula 1/3 tengah non displaced
dari muskulus sternokleidomastoideus. seharusnya diterapi secara non operatif.
Terdapat tiga buah cabang besar (anterior, Sebagian besar akan berlanjut dengan
media, dan posterior) yang melewati klavikula union yang baik, dengan kemungkinan non
dari medial ke lateral, dan berisiko cedera
saat tindakan operasi. Jika saraf ini union di bawah 5% dan kembali ke fungsi
terpotong, maka terdapat area yang mati rasa normal.
inferior dari luka operasi, yang akan membaik
dengan berjalannya waktu. Masalah yang
53
Manajemen non operatif meliputi
pemakaian simple sling untuk
kenyamanan. Sling dilepas setelah nyeri
hilang (setelah 1-3 minggu) dan pasien
disarankan untuk mulai menggerakkan
lengannya. Tidak ada bukti yang
menyatakan bahwa penggunaan figure-of-
eight bandage memberikan manfaat dan
dapat berisiko terjadinya peningkatan
insidens terjadinya luka akibat penekanan
pada bagian fraktur dan mencederai
struktur saraf; bahkan akan meningkatkan
risiko terjadinya non-union.
Gambar 5.8 Fraktur klavikula 1/3 tengah dengan pergeseran
berat yang dilakukan fiksasi dengan lockable, large diameter
Terdapat lebih sedikit kesepakatan intramedullary nail
mengenai manajemen fraktur 1/3 tengah.
Penggunaan simple splintage pada fraktur Fraktur Klavikula 1/3 Distal
dengan pemendekan lebih dari 2 cm
Sebagian besar fraktur 1/3 distal
dipercaya menyebabkkan risiko terjadinya
klavikula mengalami pergeseran minimal
malunion simptomatik – terutama nyeri dan
dan ekstra-artikular. Ligamentum
tidak adanya tenaga saat pergerakan bahu
korakoklavikula yang intak mencegah
– dan peningkatan insidens terjadinya non-
1 pergeseran jauh dan manajemen non
union. Sehingga dikembangkan teknik operatif biasanya dipilih.
fiksasi internal pada fraktur klavikula akut Penatalaksanaannya meliputi pemakaian
yang mengalami pergeseran berat, sling selama 2-3 minggu sampai nyeri
fragmentasi, atau pemendekan. Metode menghilang, dilanjutkan dengan mobilisasi
yang dikerjakan berupa pemasangan plat dalam batas nyeri yang dapat diterima.
(terdapat plat dengan kontur yang spesifik)
dan fiksasi intramedular. Fraktur klavikula 1/3 distal displaced
berhubungan dengan robeknya
ligamentum korakoklavikula dan
merupakan injuri yang tidak stabil. Banyak
studi menyebutkan fraktur ini mempunyai
tingkat non-union yang tinggi bila
ditatalaksana secara non operatif.
Pembedahan untuk stabilisasi fraktur
sering direkomendasikan. Teknik operasi
menggunakan plate dan screw
korakoklavikular, fiksasi plat hook,
penjahitan dan sling techniques dengan
Gambar 5.7 Fraktur klavikula 1/3 tengah dengan pergeseran
berat (dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi internal dengan graft ligamen Dacron dan yang terbaru
plate dan screw) adalah locking plates klavikula.

54
mempunyai tingkat non-union yang tinggi
(11,5-40%). Pilihan terapi untuk non-union
simptomatik adalah eksisi bagian lateral
dari klavikula (bila fragmen kecil dan
ligamentum korakoklavikular intak) atau
reduksi terbuka, fiksasi interna dan graft
tulang bila fragmen besar. Implan yang
digunakan adalah locking plates and
hooked plates.
Gambar 2.9 Fraktur klavikula 1/3 distal

Malunion
Fraktur Klavikula 1/3 Proksimal
Semua fraktur yang mengalami
Sebagian besar fraktur yang jarang
pergeseran akan sembuh dengan posisi
terjadi ini adalah ekstra-artikular.
non-anatomis dengan pemendekan dan
Penatalaksanaan yang dilakukan sebagian
angulasi, meskipun tidak menunjukkan
besar adalah non operatif kecuali jika
gejala. Beberapa akan mengalami nyeri
pergeseran fraktur mengancam struktur
periskapular, yang biasanya terjadi pada
mediastinal. Fiksasi pada fraktur
pemendekan lebih dari 1,5 cm. Pada kasus
berhubungan dengan komplikasi yang
ini, operasi osteotomi korektif dan
mungkin terjadi seperti migrasi dari implan
pemasangan plat dapat dipertimbangkan.
ke mediastinum, terutama pada
penggunaan K-wire. Metode stabilisasi lain Kekakuan bahu
yang digunakan yaitu penjahitan dan teknik
graft, dan yang terbaru locking plates. Hal ini sering terjadi namun biasanya
hanya sementara.
Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Awal
1. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR,
Meskipun klavikula bagian proksimal editors. Apley & Solomon‘s System of
terletak dekat dengan struktur vital, th
kejadian pneumotoraks, ruptur pembuluh Orthopaedics and Trauma (10 edition).
darah subklavia, dan cedera pleksus New York: CRC Press, 2018
brachialis jarang terjadi. 2. Court-Brown CM, Heckman JD, McQueen
MM, Ricci WM, Tornetta III P, editors.
Rockwood and Green‘s Fracture in Adults
Lanjut th
(8 edition). Philadelphia: Wolters Kluwer,
Non-union 2015
Pada fraktur shaft yang mengalami 3. Canale ST, Beaty SH, editors. Campbell‘s
pergeseran, non-union terjadi pada 1-15% th
kasus. Fraktur risiko meliputi usia yang Operative Orthopedics (13 edition).
bertambah tua, besar pergeseran, Tennessee: Elsevier, 2016
komunitif fraktur, dan pasien perempuan, 4. Paladini P, Pellegrini A, Merolla G, Campi
namun prediksi akurat mengenai fraktur F, Porcellini G. Treatment of Clavicle
yang akan mengalami non-union sulit Fracture. Translational Medicine @ UniSa
dikerjakan. 2012; 2(6):47-5
Non-union yang simptomatik
diterapi dengan fiksasi plat dan graft tulang
jika diperlukan. Tindakan ini biasanya
memuaskan dan memiliki tingkat union
yang tinggi. Fraktur klavikula 1/3 lateral
55
CEDERA SENDI sedikit rotasi. Contohnya adalah sendi
lutut, sendi metakarpophalangeal.
Definisi - Sendi engsel. Sendi ini menyerupai
Cedera sendi adalah cedera yang terjadi engsel pintu sehingga member
pada sendi, dapat berupa trauma ligament, kemungkinan untuk gerakan fleksi dan
occult joint instability, subluksasi dan ekstensi. Contohnya adalah sendi
dislokasi. Mekanisme cedera sendi dapat cubiti, sendi genus, dan sendi
terjadi secara langsung ataupun tidak talocruralis.
langsung. - Sendi pivot. Pada sendi ini terdapat
pasak tulang yang dikelilingi oleh
Jenis- Jenis Persendian cincin ligamentum bertulang. Hanya
Jenis sendi terdiri atas: mungkin dilakukan gerakan rotasi.
a. Sendi sinarthrosis Contohnya adalah sendi radioulnaris
Sendi yang tidak memungkinkan tulang- superior.
tulang yang berhubungan dapat bergerak - Sendi ellipsoid. Pada sendi ini, facies
satu sama lain. articularis berbentuk konveks elips
b. Sendi amfiatrosis yang sesuai dengan facies articularis
Merupakan sendi yang memungkinkan konkaf elips. Gerakan fleksi, ekstensi,
tulang-tulang yang saling berhubungan abduksi, adduksi dapat dilakukan
dapat bergerak secara terbatas, misalnya kecuali rotasi. Contohnya adalah sendi
sendi antara manubrium sterni dengan radiocarpalis.
korpus sterni dan sendi antara tulang - Sendi plana. Pada sendi ini
vertebra. memungkinkan pergeseran anatar
c. Sendi diartrosis (synovial) tulang yang satu dengan yang lainnya.
Sendi dengan pergerakan bebas. Contohnya adalah sendi interkarpalia.
Permukaan sendi diliputi oleh lapisan - Sendi pelana (saddle). Sendi ini dapat
tipis rawan hialin yang ujungnya melakukan fleksi, ekstensi, abduksi,
dipisahkan oleh rongga sendi. Susunan adduksi, dan rotasi. Contohnya adalah
ini memungkinkan pergerakan yang luas. sendi carpometacarpal.
Rongga sendi dibatasi oleh membran
sinovial yang berjalan dari pinggir
permukaan sendi ke permukaan sendi
lainnya. Membran sinovial dilindungi oleh
membran fibrosa yang kuat yang
dinamakan kapsul sendi. Permukaan
sendi dilumasi oleh cairan kental (cairan
sinovial). Bantalan lemak yang terletak
pada beberapa sendi sinovial terletak
antara membran sinovial dan kapsula
fibrosa, misalnya pada sendi panggul
dan sendi lutut. Sendi synovial dapat
dikelompokkan berdasarkan pada bentuk
facies articularisnya dan tipe
peregerakan yang mungkin dilakukan:
Sendi peluru. Pada sendi ini Gambar 6.1 Jenis – jenis sendi

memungkinkan gerakan tiga arah.


Contohnya adalah sendi panggul. Derajat Stabilitas Sendi
- Sendi kondiloid. Gerakan yang Stabilitas sebuah sendi tergantung pada
mungkin dilakukan sendi ini adalah tiga faktor utama, yaitu:
fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan
56
a. bentuk, ukuran, dan susunan facies Penggunaan Ace bandage mungkin
articularies; diperlukan.
b. ligamentum; dan  Elevate. Posisikan lokasi dari sprain atau
c. tonus otot di sekitar sendi strain lebih tinggi dari jantung.
Subluksasi
Derajat stabilitas sendi akibat trauma:
1. Occult joint instability Subluksasi adalah suatu keadaan
Ketidakstabilan sendi hanya dapat dimana sendi mulai mengalami dislokasi.
ditemukan dalam pemeriksaan tes Subluksasi dapat terjadi karena adanya suatu
stress, pada foto rontgen, tampak sendi trauma atau cedera akut. Subluksasi juga
yang normal dapat terjadi akibat sendi yang longgar. Pada
2. Subluksasi5 gambaran klinis, pasien dengan subluksasi
Terjadi gangguan hubungan kedua tidak mengalami gejala sehingga tidak
permukaan sendi, namun masih memerlukan pengobatan. Jika sudah muncul
mempertahankan kontak yang cukup gejala, pengobatan dapat diberikan.
3. Dislokasi-luksasi
Tidak ada lagi hubungan dari kedua Dislokasi
permukaan sendi.
Dislokasi Sendi Bahu
Cedera Sendi yang Sering Dijumpai
Trauma pada ligamen Klasifikasi dislokasi sendi bahu:
Trauma pada sendi juga dapat 1. Dislokasi anterior (dislokasi preglenoid,
menyebabkan kerusakan atau robekan subkorakoid, dan subklavikuler)
ligamen yang bersifat total atau parsial. Merupakan kelainan yang tersering
Robekan pada ligamen yang bersifat parsial ditemukan, biasanya penderita jatuh dengan
disebut sebagai sprain atau strain. Sprain tangan dalam keadaan out stretched atau
adalah cedera pada ligamen sedangkan trauma pada scapula sendiri dan anggota
strain adalah cedera pada otot atau tendon. gerak dalam posisi rotasi lateral sehingga
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kaput humerus menembus kapsul anterior
anamnesis yang baik, gambaran klinis serta sendi. Pada dislokasi anterior, kaput humerus
pemeriksaan rontgen secara stres dengan berada di bawah glenoid, subaraknoid dan
anastesia umum. Pengobatan trauma pada subklavikuler.8
ligamen ini berdasarkan dengan metode Pada gambaran klinis didapatkan rasa
―RICE‖ (Rest, Ice, Compression, Elevate). nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan
 Rest. Pada 24-48 jam pertama dianggap sendi bahu.8,9 Kontur sendi bahu menjadi rata
sebagai masa kritis dan pergerakan harus karena kaput humerus bergeser ke depan.
dibatasi serta aktivitas yang Pada radiologi kaput humerus berada di
menyebabkan nyeri dihindari. depan dan medial glenoid.8
Penggunaan bidai diperlukan untuk
imobilisasi.
 Ice. Pada 48 jam pasca cedera,
dilakukan kompres dengan menggunakan
es pada lokasi cedera selama 20 menit a.
setiap 3-4 jam. Kompres es ini tidak boleh
dilakukan lebih dari 20 menit karena dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan.
 Compression. Pada awal pengobatan Gambar 6.2 Dislokasi anterior sendi bahu dan gambaran radiologi
dilakukan kompresi ketika dislokasi anterior sendi bahu.

mengelevasikan sprain atau strain.

57
Pengobatan dislokasi ini dengan reposisi
tertutup dapat dilakukan dengan dan tanpa
pembiusan umum. Pada pembiusan umum 4. Dislokasi disertai dengan fraktur
dapat digunakan metode hipocrates dan tuberositas mayor humerus
kocher. Pada pengobatan tanpa pembiusan Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe
umum dapat menggunakan teknik anterior disertai fraktur. Apabila dilakukan
menggantung lengan. Setelah reposisi reposisi pada dislokasi, biasanya fraktur akan
berhasil, lengan harus difiksasi di daerah tereposisi dan melekat kembali pada
toraks selama 3-6 minggu dan bila reposisi humerus.
tidak dilakukan dapat terjadi dislokasi
rekuren. A. Dislokasi Sendi Siku
Dislokasi sendi siku sering terjadi pada
2. Dislokasi Posterior anak-anak. Disklokasi sendi diku terjadi
Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan karena penderita jatuh dalam keadaan
dan biasanya disebabkan karena trauma tangan out-streched. Kapsul anterior dan
langsung pada sendi bahu dalam keadaan kolateral ligament mengalami robekan.
rotasi interna. Pada gambaran klinis Bagian distal dari humerus terdorong ke
ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan depan melaului kapsul anterior sedangkan
di bagian belakang sendi. Pada pemeriksaan radius dan ulna mengalami dislokasi ke
radiologis sitemukan tanda khas berupa light posterior, sehingga selalu terjadi kerusakan
bulb karena adanya rotasi interna humerus. yang hebat pada jaringan lunak kapsul dan
Pengobatan dislokasi ini dengan cara muskulus brakialis yang kadang – kadang
dilakukan reduksi dengan menarik lengan ke mengalami robekan pada prosesus koronoid.
depan secara hati-hati dan rotasi eksterna, Dislokasi pada umumnya posterior atau
serta immobilisasi selama 3-6 minggu. posterolateral. Arteri brakialis dan nervus
medialis dapat terangkat bersama – sama
humerus ke depan, dislokasi sering disertai
fraktur prosesus koronoid, kapitulum atau
kaput radius.
Pada gambaran klinis terdapat
pembengkakan yang hebat di sekitar sendi
siku sewaktu siku dalam posisi semifleksi.
Olekranon dapat teraba di bagian belakang.
Gambar 6.3 Dislokasi posterior sendi bahu dan radiologi dislokasi Pada jam-jam pertama, dislokasi dapta
posterior sendi bahu.
direposisi tanpa pembiusan umum. Setelah
3. Dislokasi inferior atau luksasi erekta direposisi, lengan di fleksi lebih 90° dan
Kaput humerus mengalami jepitan di dipertahankan dengan gips selama 3 minggu.
bawah glenoid dimana lengan mengarah ke
atas. Pengobatan dislokasi ini adalah dengan
dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi
anterior dan bila tidak berhasil dapat
dilakukan reposisi terbuka dengan operasi.

Gambar 6.5 Dislokasi posterior sendi siku

Gambar 6.4 Dislokasi inferior sendi bahu dan radiologi dislokasi


inferior sendi bahu.
58
Dislokasi anterior lebih jarang ditemukan,
biasanya terjadi oleh karena jatuh dengan 1. Dislokasi posterior disertai adanya fraktur
trauma langsung pada prosesus olekranon. Kaput femur dipaksa keluar ke belakang
Gambaran klinis pada dislokasi ini berupa asetabulum melalui suatu trauma yang
trauma dengan pembengkakan yang hebat di dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi
sekitar sendi siku sewaktu siku dalam posisi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.
semi fleksi. Selain itu dijumpainya adanya Klasifikasi dislokasi untuk rencana
pemanjangan lengan pada lengan yang sakit. pengobatan menurut Thompson Epstein
Olekranon dapat terbatas di bagian belakang. (1973) :
Pada dislokasi sendi siku harus dilakukan  Tipe I
reposisi secepatnya. Dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen
tulang yang kecil
B. Dislokasi Sendi Panggul
Dislokasi panggul merupakan suatu  Tipe II
trauma yang hebat. Klasifikasi : Dislokasi dengan fragmen tulang ysng besar
 Dislokasi Posterior pada bagian posterior asetabulum
 Tanpa faktur  Tipe III
 Disertai frkatur rim posterior yang Dislokasi dengan frkatur bibir asetabulum
tunggal dan besar yang komunitif
 Disertai fraktur komunitif
asetabukum bagian posterior  Tipe IV
dengan atau tanpa kerusakan pada Dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum
dasar asetabulum
 Disertai fraktur kaput femur  Tipe V
 Dislokasi anterior Dislokasi dengan fraktur kaput femur
 Obturator
 Iliaka
 Pubik
Pengobatan yang dilakukan adalah
 Disertai fraktur kaput femur
 Dislokasi sentral asetabulum mereposisi secepatnya dengan pembiusan
 Hanya mengenai bagian dalam umum disertai relaksasi yang cukup.
dinding asetabulum Perawatan pasca reposisi adalah traksi kulit
 Fraktur sebagian dari kubah selama 4-6 minggu, setelah itu tidak
asetabulum menginjakkan kaki dengan jalan
 Pergesaran menyeluruh ke panggul mempergunakan tongkat selama 3 bulan.
disertai fraktur asetabulum yang
komunitif.

Gambar 6.6 Dislokasi sendi panggul Gambar 6.7 Dislokasi Hip Posterior

59
Pada anak umur 5 tahun, asetabulum
sebagian besar terdiri dari tulang rawan lunak 3. Dislokasi sentral
dan terdapat kerenggangan pada sendi Dislokasi sentral terjadi apabila kaput
termasuk sendi panggul. Apabila otot femur terdorong ke dinding medial
mengalami relaksasi, maka dengan trauma asetabulum pada rongga panggul. Disini
yang ringan dapet terjadi dislokasi panggul. kapsul tetap utuh. Frkatur asetabulum terjadi
Mungkin juga terdapat perbedaan antara karena dorongan yang kuat dari lateral atau
ruang panggul dan kaput femur. Dengan jatuh dari ketinggian pada satu sisi atau suatu
bertambahnya umur, sendi panggul menjadi tekanan yang melalui femur dimana panggul
lebih kuat, sehingga dislokasi hanya terjadi dalam keadaan abduksi.
bila terkena trauma yang lebih besar. Pada dislokasi sentral yang disertai fraktur
Dislokasi tipe posterior terjadi akibat trauma asetabulum tidak terlihat gambaran
hebat pada lutut dan anggota gerak dalam deformitas pada tungkai bawah, hanya
posisi fleksi. Pada gambaran klinis tampak terdapat gangguan pergerakan pada sendi
tungkai atas dalam keadaan fleksi, interna panggul. Pengobatan dislokasi tipe ini dapat
rotasi dan adduksi. Pengobatan pada tipe ini dengan reduksi memerlukan traksi tulang
dengan reduksi tertutup dan dapat dilakukan dengan K-wire untuk beberapa minggu
dengan beberapa metode Bigelow, Stimson, karena dislokasi sentral disertai fraktur
dan Allis. asetabulum.

2. Dislokasi anterior
Dislokasi anterior terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian
atau trauma dari belakang pada saat
berjongkok dan posisi penderita dalam
keadaan abduksi yang dipaksakan. Leher
femur atau trokantermenabrak asetabulum
dan terjungkir keluar melalui robekan pada
kapsul anterior. Bila sendi panggul dalam
keadaan fleksi, maka akan terjadi dislokasi Gambar 6.9 Dislokasi Hip Sentral
tipe obturator dan bila sendi panggul dalam
posisi ekstensi maka terjadi dislokasi tipe
pubik atau iliaka. Pada dislokasi tipe ini gejala C. Dislokasi Sendi Lutut
klinis yang tampak berupa abduksi, rotasi Dislokasi biasanya terjadi apabila
eksterna dan sedikit fleksi. penderita mendapat trauma dari depan
Pengobatan dislokasi tipe ini dengan dengan lutut dalam keadaan fleksi. Dislokasi
reduksi tertutup dengan cara member traksi dapat bersifat anterior, posterior, lateral,
pada tungkai dalam keadaan fleksi dan rotasi medial, atau rotasi. Dislokasi anterior lebih
intern serta abduksi panggul yang sering ditemukan dimana tibia bergerak ke
selanjutnya disusul imobilisasi seperti pada depan terhadap femur. Dengan tanpa
dislokasi posterior. memperrtimbangkan jenis dislokasi sendi
yang terjadi, trauma ini merupakan suatu
trauma hebat yang selalu menimbulkan
kerusakan pada kapsul, ligament yang besar,
dan sendi. Trauma juga dapat menyebabkan
dislokasi yang terjadi disertai dengan
kerusakan pada nervus peroneus dan arteri
poplitea.
Gambar 6.8 Dislokasi Hip Anterior

60
Gambaran klinis dislokasi ini adanya Dislokasi terjadi karena adanya titik lemah
trauma pada daerah lutut disertai pada selaput sendi di sebelah depan dan
pembengkakan, nyeri, dan hemartrosis serta terjadi karena trauma yang ringan.
deformitas. Dislokasi rekuren juga dapat dengan
Oleh karena dislokasi sendi lutut ini dapat mudah terjadi apabila lengan dalam
menyebabkan kerusakan yang hebat pada keadaan abduksi, ekstensi dan rotasi
pembuluh darah dan saraf serta ligamen, lateral.
maka tindakan reposisi dan manipulasi - Kerusakan saraf yaitu saraf aksilaris
dengan pembiusan harus dilakukan sesegera Nervus aksilaris berjalan melingkari leher
mungkin dan dilakukan aspirasi hemartrogis humerus dan dapat mengalami paresis
dan setelahnya dipasang bidai gips posisi 10- atau paralisis.
15° selama satu minggu dan setelah - Gangguan vaskularisasi
pembengkakan menurun dipasang gips Gangguan pembuluh darah dapat terjadi
sirkuler diatas lutut selama 7-8minggu. pada saat trauma atau pada saat traksi
Apabila setelah reposisi ternyata lutut tidak sewaktu reposisi atau karena tekanan
stabil dalam posisi varus dan valgus maka kaput humerus
harus dilakuakn operasi untuk perbaikan - Tidak dapat tereposisi
ligamen. Kegagalan reposisi dapat terjadi karena
adanya cekikan leher botol pada
muskulus skapularis sehingga perlu
dilakukan reposisi secara operasi
- Kaku sendi
Kaku sendi yang terjadi pasca reposisi
perlu dilakukan fisioterapi yang intensif

Sendi Siku
- Kekakuan sendi siku
- Kerusakan arteri brakhialis
- Kerusakan saraf medianus
- Kerusakan saraf ulnaris
- Adanya fraktur yang bersamaan dengan
cedera
- Avulsi dari trisep
- Fragmen tulang yang masuk ke jarak
antar sendi
- Kekakuan sendi dengan penurunan
pergerakan
- Miositis ossifikans
- Kompartemen sindrom
Gambar 6.10 Dislokasi Knee - Dislokasi rekuren sendi siku
- Pembentukan tulang heterotropik pada
anak-anak. Pembentukan tulang ini
Komplikasi Cedera Sendi mengganggu pergerakan sendi siku
Sendi Bahu secara permanen dan lokalisasinya biasa
di bawah epikondilus medialis atau
- Dislokasi sendi bahu yang berulang epikondilus lateralis sepanjang ligament
Dapat bersifat anterior atau posterior. kolateral.
Dislokasi rekuren anterior terjadi karena
pengobatan awal (imobilisasi) yang tidak
adekuat sehingga terjadi dislokasi.
61
Sendi Panggul Sendi Lutut

Komplikasi dibagi dalam: - Osteoartritis patelofemoral, apabila tidak


1. Komplikasi segera dilakukan reposisi patella yang akurat,
a. Trombosis vena ilio-femoral maka akan terjadi
Komplikasi ini sering ditemukan diskonkruensi/ketidaksesuaian antara
dan sangat berbahaya. Apabila patella dan kondilus femur
ada keraguan sebaiknya diberikan - Gangguan fleksi ekstensi
antikoagulan secara rutin untuk Terjadi bila tidak dilakukan fisioterapi
profilaktik serta adanya kerusakan pada ekspansi
b. Robekan kandung kemih ekstensor yang tidak dilakukan koreksi
Robekan dapat terjadi apabila ada penjahitan
disrupsi simfisis pubis atau - Kekauan sendi lutut
tusukan dari bagian tulang panggul - Nonunion
yang tajam
c. Robekan uretra
Robekan uretra terjadi karena DAFTAR PUSTAKA
adanya disrupsi simfisis pubis
pada daerah uretra pars 1. C. Scanlon, v., 2007, Essentials of
membranosa anatomy and physiology, Davis company:
d. Trauma rectum dan vagina Philadelvia. 128-129.
e. Trauma pembuluh darah besar 2. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik
yang akan menyebabkan untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC:
perdarahan massif sampai sok Jakarta. 15.
f. Trauma pada saraf 3. Faller, A., M. Schuenke. 2004. The
Locomotor System (Musculosckeletal
2. Komplikasi lanjut System. The Human Body An Introduction
a. Pembentukan tulang heterotrofik to Structure And Fucntion. Thieme; New
Pembentukan tulang heterotrofik York. 120-122.
biasanya terjadi setelah suatu 4. Salter , Robert Bruce. 1999. Textbook of
trauma jaringan lunak yang hebat disorders and injuries of the
atau setelah suatu diseksi operasi. musculoskeletal system. USA: Lipinccot
b. Nekrosis avaskuler willianm and wilkin. 490
Nekrosis avaskuler dapat terjadi 5. Cluett, J., 2008. Dislocation And
pada kaput femur beberapa waktu Subluxation.
setelah trauma http://orthopedics.about.com/od/dislocatio
c. Gangguan pergerakan sendi serta ns/g/subluxation.htm [Diakses 25 Mei
osteoarthritis sekunder 2011].
Apabila terjadi fraktur pada daerah 6. Cluett., J., 2008. Sprain Ligamen.
asetaulum dan tidak dilakukan http://orthopedics.about.com/cs/sprainsstr
reduksi yang akurat sedangkan ains/a/sprain.htm [Diakses 25 Mei 2011].
sendi ini menipang berat badan, 7. Corwin, E J., 2009. Sistem
maka akan terjadi ketidaksesuaian Muskuloskeletal. Buku Saku Patofisiologi.
sendi yang akan memberikan EGC: Jakarta. 332.
gangguan pergerakan serta 8. Rasjad, Chairuddin., 2007. Pengantar
osteoarthritis dikemudian hari Ilmu Bedah Ortopedi. Yasrif Watampone:
d. Skoliosis kompensatoar Jakarta. 10; 346-347; 391-442.
9. Wilson, S R., 2009. Shoulder Dislocation
In Emergency Medicine.

62
http://emedicine.medscape.com/article/82
3843 [Diakses 30 Mei 2011].
10. Halstead, M A., 2008. Elbow Dislocation.
http://emedicine.medscape.com/ [Diakses
30 Mei 2011].
11. De Jong, Wim. 2005. Sistem
Muskuloskeletal. Buku Ajar Ilmu Bedah
Edisi 2. EGC: Jakarta. 865; 876-878.

63
ULKUS Proses Penyembuhan Ulkus
Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
Definisi 1. Fase aktif ( ± 1 minggu)
Ulkus adalah ekskavasi yang berbentuk Leukosit secara aktif akan memutus
lingkaran maupun ireguler akibat dari kematian jaringan, khususnya monosit akan
hilangnya epidermis dan sebagian atau memutus pembentukan kolagen dan protein
seluruh dermis. lainnya. Proses ini berlangsung hingga
mencapai jaringan yang masih bagus.
Proses Terjadinya Ulkus Penyebaran proses ini ke dalam jaringan
Komposisi jaringan lunak bervariasi pada menyebabkan ulkus menjadi semakin dalam.
satu anggota tubuh dengan anggota tubuh Undermined edge dianggap sebagai tanda
lainnya sehingga pada aktivitas normal dapat khas ulkus yang masih aktif.
melakukan adaptasi pada tekanan yang Di samping itu juga, terdapat transudat
beragam tanpa terjadi kerusakan. Kolagen yang creamy, kotor, dengan aroma tersendiri.
dan elastin merupakan dua komponen yang Kemudian saat terikut pula debris dalam
memperkuat jaringan lunak. Secara fisiologis, cairan tersebut, maka disebut eksudat. Pada
jaringan mengalami tekanan yang berlebihan fase aktif, eksudat bersifat steril. Selanjutnya,
maka akan memicu sel saraf untuk sel dan partikel plasma berikatan membentuk
mengirimkan impuls ke otak. Tekanan yang necrotix coagulum yang jika mengeras
berlebihan akan diartikan sebagai nyeri dinamakan eschar.
sehingga tubuh akan berespon untuk 2. Fase proliferasi
mengistirahatkan daerah tersebut. Fase ini ditandai dengan adanya
Respon lokal yang terjadi di jaringan granulasi dan reepitelisasi. Jaringan granulasi
tersebut berupa pelepasan fibrin, neutrofil, merupakan kumpulan vaskular (nutrisi untuk
platelet, dan plasma beserta peningkatan makrofag dan fibroblast) dan saluran getah
aliran darah yang menyebabkan edema. bening (mencegah edema dan sebagai
Edema ternyata dapat menekan pembuluh drainase) yang membentuk matriks granulasi
kapiler yang menyuplai nutrisi sehingga yang turut menjadi lini pertahanan terhadap
jaringan dapat mengalami kematian. infeksi. Jaringan granulasi terus diproduksi
Kematian jaringan ini justru akan semakin sampai kavitas ulkus terisi kembali. Pada
meningkatkan pelepasan mediator inflamasi. fase ini tampak epitelisasi di mana terbentuk
Kulit memberikan tekanan internal untuk tepi luka yang semakin landai.
mengeluarkan akumulasi sel-sel debris dan 3. Fase maturasi atau remodelling
radang tersebut. Saat inilah jaringan ikat (skar) mulai
terbentuk.

(a) (b) (c)

Gambar 7.1 Tahap Penyembuhan Ulkus


a. Fase aktif b. Fase prolifersi c. Fase maturasi atau remodelling

64
Menilai Luas Ulkus

Di samping itu, tiga hal yang perlu dinilai untuk menentukan intervensi yang akan diberikan
pada ulkus tersebut adalah tepi ulkus, dasar ulkus dan jenis discharge. Berikut Interpretasi dari
ketiganya :

65
Jenis Ulkus 4. Ulkus bakteriil
Yang termasuk dalam golongan ulkus kulit ini 5. Ulkus mikotik
adalah: 6. Ulkus karsinogenik
1. Ulkus neurotropik Dalam makalah ini akan lebih banyak
2. Ulkus varikosus membahas ulkus neurotropik.
3. Ulkus arterial
2. Diabetes Mellitus dengan neuropati
A. Ulkus Neurotropik perifer (ulkus neurotropfik DM)
Ulkus neurotrofikum adalah ulkus kronik 3. Piloneuritis pada pecandu alcohol
anestetik pada kulit karena neuropati saraf berat (ulkus neurotropfik alkoholik)
sensorik di daerah tekanan dan trauma 4. Malnutrisi (ulkus neurotropfik
ekstremitas. Ulkus neurotropik timbul pada Malnutritik)
stadium lanjut dari beberapa penyakit 5. Taber dorsalis pada LUES IV (ulkus
sistemik kronik. Frekuensi terbanyak terjadi neurotropfik luetik)
pada ekstremitas bawah, terutama pada 6. Amiloidosis
telapak kaki karena daerah ini sering 7. Artritis non diabetik, antara lain radang
mengalami tekanan dan trauma. setempat, trauma, trombo-emboli
bakteriil
8. Penyakit-penyakit infeksi , trauma atau
atumor di daerah serebral atau spinal,
seperti sindrom ganggguan trofik
nervus trigeminus (trigeminal trophic
syndrome)
9. Neuropathi sensorik
a. Congenital
b. Neuropathi sensorik herediter:
Gambar 7.2 Tempat dan luas penahan
beban di kaki
akropati pada mutilans, Sindrom
thevenard
Diagnosis banding ulkus neurotropik
Etiologi ulkus neurotropic adalah Kalositis/osteomielitis, ulkus karena
Penyakit sistemik yang erring menyebabkan iskemia vaskuler, ulkus dari TB kutis, guma
ulkus neurotrofik: lues, neoplasma, klavus yang mengalami
1. Morbus Hansen (ulkus neurotropfik ulserasi, ulkus sinar rontgen, mikosis
MH) profunda.

B. Ulkus Diabetik
Defenisi prevalensi penderita ulkus diabetika di
Ulkus diabetika merupakan luka Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%,
terbuka pada permukaan kulit karena adanya angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi merupakan sebab perawatan rumah sakit
vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang yang terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes
lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang mellitus. Di RSCM data pada tahun 2003,
sering tidak dirasakan dan dapat berkembang masalah ulkus diabetika merupakan masalah
menjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri serius, sebagian besar penderia diabetes
aerob maupun anaerob. mellitus dirawat karena mengalami ulkus
diabetik. Angka kematian dan angka
Epidemiologi amputasi masih cukup tinggi, masing-masing
Prevalensi penderita ulkus diabetik di sebesar 32,5% dan 23,5%. Penderita DM
Amerika Serikat sebesar 15-20%, risiko paska amputasi sebanyak 14,3% akan
amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan meninggal dalam setahun dan 37% akan
dengan penderita non DM. Sedangkan meninggal dalam 3 tahun.
66
Patofisiologi keluar kapiler sehingga mengganggu
Salah satu akibat komplikasi kronik atau distribusi darah ke jaringan dan timbul
jangka panjang Diabetes mellitus adalah nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus
ulkus diabetika. Ulkus diabetik disebabkan diabetika. Eritrosit pada penderita DM yang
adanya tiga faktor yang sering disebut trias tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C
yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi. yang menyebabkan deformabilitas eritrosit
Pada penderita DM apabila kadar dan pelepasan oksigen di jaringan oleh
glukosa darah tidak terkendali akan terjadi eritrosit terganggu, sehingga terjadi
komplikasi kronik yaitu neuropati, penyumbatan yang menggangu sirkulasi
menimbulkan perubahan jaringan syaraf jaringan dan kekurangan oksigen
karena adanya penimbunan sorbitol dan mengakibatkan kematian jaringan yang
fruktosa sehingga mengakibatkan akson selanjutnya timbul ulkus diabetika.
menghilang, penurunan kecepatan induksi, Peningkatan kadar fibrinogen dan
parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi bertambahnya reaktivitas trombosit
otot, keringat berlebihan, kulit kering dan menyebabkan tingginya agregasi sel darah
hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati merah sehingga sirkulasi darah menjadi
dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus lambat dan memudahkan terbentuknya
diabetika. trombosit pada dinding pembuluh darah yang
Iskemik merupakan suatu keadaan yang akan mengganggu sirkulasi darah. Penderita
disebabkan oleh karena kekurangan darah Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol
dalam jaringan, sehingga jaringan total, LDL, trigliserida plasma tinggi.
kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan Buruknya sirkulasi ke sebagian besar
adanya proses makroangiopati pada jaringan akan menyebabkan hipoksia dan
pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan cedera jaringan, merangsang reaksi
menurun yang ditandai oleh hilang atau peradangan yang akan merangsang
berkurangnya denyut nadi pada arteri terjadinya aterosklerosis.
dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. darah, akan terjadi penumpukan lemak pada
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL
sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih
dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko
merupakan sebuah kondisi dimana arteri lain yaitu hipertensi akan meningkatkan
menebal dan menyempit karena kerentanan terhadap aterosklerosis.
penumpukan lemak pada bagian dalam Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu
pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki
dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
berkurangnya suplai darah, sehingga Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan
mengakibatkan kesemutan, rasa tidak sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai
nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat dari ujung kaki atau tungkai. Pada penderita
mengakibatkan kematian jaringan yang akan DM apabila kadar glukosa darah tidak
berkembang menjadi ulkus diabetika. Proses terkendali menyebabkan abnormalitas
angiopati pada penderita Diabetes mellitus leukosit sehingga fungsi khemotoksis di
berupa penyempitan dan penyumbatan lokasi radang terganggu, demikian pula
pembuluh darah perifer, sering terjadi pada fungsi fagositosis dan bakterisid menurun
tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi sehingga bila ada infeksi mikroorganisme
jaringan bagian distal dari tungkai menjadi sukar untuk dimusnahkan oleh sistem
berkurang kemudian timbul ulkus diabetika. phlagositosis-bakterisid intra selluler. Pada
Pada penderita DM yang tidak terkendali penderita ulkus diabetik, 50 % akan
akan menyebabkan penebalan tunika intima mengalami infeksi akibat adanya glukosa
(hiperplasia membram basalis arteri) pada darah yang tinggi, yang merupakan media
pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri
bahkan dapat terjadi kebocoran albumin penyebab infeksi pada ulkus diabetik yaitu
67
kuman aerobik Staphylococcus atau 5 Ulkus dengan kematian jaringan tubuh
Streptococcus serta kuman anaerob yaitu pada seluruh kaki.
Clostridium perfringens, Clostridium novy,
dan Clostridium septikum.

Klasifikasi Ulkus Diabetika


Pada penderita diabetes mellitus menurut
Wagner dikutip oleh Waspadji S, terdiri dari 6
tingkatan :
0 Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1 Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2 Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan
inflamasi jaringan.
3 Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi
dan formasi abses. Gambar 7.3 Grade Ulkus Diabetik
4 Ulkus dengan kematian jaringan tubuh
terlokalisir seperti pada ibu jari kaki, bagian
depan kaki atau tumit.
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul Penatalaksanaan
gambaran klinis menurut pola dari fontaine : 1. Pengendalian Diabetes
Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak Langkah awal penanganan pasien ulkus
khas (kesemutan) diabetik adalah dengan melakukan
Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten manajemen medis terhadap penyakit
Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat diabetes secara sistemik karena kebanyakan
Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan pasien dengan ulkus diabetik juga menderita
karena anoksia (ulkus) mal nutrisi, penyakit ginjal kronis dan infeksi
kronis.
Tanda dan Gejala DM jika tidak dikelola dengan baik akan
Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu dapat menyebabkan terjadinya berbagai
sering kesemutan, nyeri kaki saat istirahat, komplikasi kronik diabetes salah satunya
sensasi rasa berkurang. kerusakan Jaringan adalah terjadinya ulkus diabetik. Jika
(nekrosis), penurunan denyut nadi arteri keadaan gula darah selalu dapat
dorsalis pedis/tibialis/poplitea, kaki menjadi dikendalikan dengan baik diharapkan semua
atrofi, dingin dan kuku menebal serta kulit komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah
kering. paling tidak dihambat.
Mengelola DM langkah yang harus
Diagnosis Ulkus diabetika dilakukan adalah pengelolaan non
farmakologis diantaranya perencanaan
Diagnosis ulkus diabetika ditegakkan dengan: makanan dan kegiatan jasmani, baru bila
a. Pemeriksaan Fisik langkah tersebut belum tercapai dilanjutkan
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat dengan langkah berikutnya yaitu dengan
luka/ulkus pada kulit atau jaringan tubuh pemberian obat atau disebut pengelolaan
pada kaki, pemeriksaan sensasi farmakologis.
vibrasi/rasa berkurang atau hilang,
palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis 2. Penanganan Ulkus diabetikum
menurun atau hilang. a. Strategi pencegahan
b. Pemeriksaan Penunjang Fokus pada penanganan ulkus diabetik
X-ray, EMG dan pemeriksaan adalah pencegahan terjadinya luka.
laboratorium untuk mengetahui apakah Strategi yang dapat dilakukan meliputi
ulkus diabetika menjadi infeksi dan edukasi kepada pasien, perawtan kulit,
menentukan kuman penyebabnya. kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki
yang dapat melindungi. Pada penderita
68
dengan resiko rendah boleh atau sekitar 2 sampai 3 orang setiap jam atau
menggunakan sepatu hanya saja sepatu 40 - 80 orang setiap harinya. Di Etiophia, dari
yang digunakan jangan sampai sempit 75 orang penderita kusta, 43 berkembang
atau sesak. Perawatan kuku yang menjadi ulkus pada pedis.
dianjurkan pada penderita Resiko tinggi
adalah kuku harus dipotong secara Patogenesis
tranversal untuk mencegah kuku yang Tiga penyebab terjadinya ulkus :
tumbuh kedalam dan merusak jaringan 1. berjalan pada kaki yang insensitif serta
sekitar. paralisis otot-otot kecil
b. Penanganan Ulkus Diabetik 2. infeksi yang timbul akibat trauma pada
Penangan ulkus diabetik dapat dilakukan kaki yang insensitif
dalam berbagai tingkatan, yaitu: 3. infeksi yang timbul pada deep fissure
Tingkat 0 : Penanganan pada tingkat ini telapak kaki yang insensitif dan kering
meliputi edukasi kepada pasien tentang atau terdapatnya corn atau kalus pada
bahaya dari ulkus dan cara pencegahan. telapak kaki
Tingkat I : Memerlukan debrimen Penyebab pertama menimbulkan
jaringan nekrotik atau jaringan yang sekitar 85% ulkus plantar sedangkan
infeksius, perawatan lokal luka dan penyebab ke 2 & 3 menimbulkan ulkus
pengurangan beban. pada sekitar 15% ulkus plantar. Ini yang
Tingkat II : Memerlukan debrimen disebut ulkus plantar sejati, yang bila
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, sekali terjadi maka proses penyembuhan
perawatan luka dan pengurangan beban tidak mudah, cenderung untuk kambuh
yang lebih berarti. dan potensial merusak kaki secara
Tingkat III : Memerlukan debrimen yang progresif.
sudah menjadi gangren, amputasi Tiga tahap terjadinya ulkus plantar sejati
sebagian, imobilisasi yang lebih ketat dan :
pemberian antibiotik parenteral yang a. tahap ulkus mengancam dimana
sesuai dengan kultur. hanya terjadi peradangan pada
Tingkat IV : Pada tahap ini biasanya tempat yang menerima tekanan
memerlukan tindakan amputasi b. tahap ulkus tersembunyi dimana
sebagaian atau seluruh kaki. terjadi proses kerusakan jaringan,
timbul bula nekrosis, tetapi
C. Ulkus pada Kusta kerusakan ini tertutupi oleh kulit
Definisi & Distribusi ulkus yang masih intak.
Ulkus pada penderita kusta adalah ulkus c. tahap ulkus yang nyata, dimana
plantar atau ulkus tropik. Bagian kaki yang kerusakan terekspos dunia luar.
paling sering dijumpai ulkus adalah telapak Tahap ulkus mengancam ditandai
kaki khususnya telapak kaki bagian depan dengan timbulnya edema yang dapat
(ball of the foot), di mana sekitar 70-90% dikenali dengan meningkatnya gap
ulkus berada di sini. Pada lokasi ini, ulkus antara 2 jari, telapak kaki yang lunak dan
lebih sering ditemukan pada bagian medial hangat pada daerah yang rusak
dibanding dengan bagian lateral, sekitar 30- (contohnya dasar dari falang proksimal );
50% berada di sekitar ibu jari, di bawah dan kemungkinan timbul bengkak pada
falang proksimal ibu jari dan kepala dorsum yang berhubungan. Tahap ulkus
metatarsal. tersembunyi dapat dikenali dengan
timbulnya bula nekrosis, dan pada tahap
Epidemiologi ketiga radang menjadi jelas.
Data dari Departemen Kesehatan Pada 2 jenis ulkus plantar yang
(Depkes)/Kemenkes, secara nasional lain, kulit terbuka akibat luka atau fisura
Indonesia sudah mencapai angka eliminasi kemudian timbul infeksi pada jaringan
kusta pada tahun 2000 lalu. Terdapat sekitar yang lebih dalam dan terdapat fokus
20.000 kasus baru ditemukan setiap tahun peradangan supuratif yang berkembang
69
menjadi ulkus. Tanpa melihat asalnya, terluka ditutup dengan kasa steril.
selanjutnya ulkus memiliki sifat yang Penderita juga dinstruksikan untuk
sama yaitu sulit untuk sembuh, mudah melakukan perawatan diri dan
kambuh dan merusak jaringan lunak dan menggunakan alas kaki pelindung.
skeleton kaki secara progresif. Ulkus Ketika sudah terjadi ulkus yang
plantar akibat trauma dan fisura dapat terbuka, harus ditentukan apakah ulkus
dicegah dengan melindungi telapak kaki tersebut akut, kronik, dengan komplikasi
dari luka dan perawatan diri yang teratur. atau rekuren. Pada ulkus akut
diusahakan secepatnya mengontrol
Klasifikasi Ulkus Kusta infeksi dan meminimalkan kerusakan
Ulkus plantar digolongkan berdasarkan jaringan. Tirah baring, elevasi tungkai,
penanganannya, yaitu irigasi serta pemakaian antibiotika bila
a. Ulkus akut diperlukan. Tindakan pada kasus ini
Ulkus akut adalah ulkus yang terbatas hanya untuk mengambil jaringan
menunjukkan adanya infeksi akut dan yang benar-benar mati dan prosedur
peradangan akut. Daerah terkena drainase, yang harus dilakukan secara
menjadi bengkak dan hiperemi, dan hati-hati. Setelah 10 hari, keadaan
dasarnya kotor. Mungkin dijumpai dievaluasi kembali.
limfadenitis inguinal dan tanda serta Ulkus kronik tanpa komplikasi sulit
gejala infeksi akut seperti demam, untuk sembuh karena penderita terus
leukositosis dsb. berjalan dan terjadi proses pemecahan
b. Ulkus kronik jaringan granulasi. Tujuan pengobatan
Ulkus kronik lebih tenang, sedikit pada tahap ini adalah melindungi ulkus
discharge, terdapat hiperkeratotik, selama berjalan dan membiarkan ulkus
dengan jaringan fibrosa yang padat menyembuh tanpa interfensi. Ini dapat
dan dasar ulkus berwarna pucat dicapai dengan menutup luka dengan
tertutup jaringan granulasi yang tidak pembalut plester dan penderita
sehat. Ulkus tampak statis tanpa diperbolehkan berjalan setelah jaringan
tanda-tanda menyembuh. mengeras. Biasanya dalam waktu 6
c. Ulkus complicated minggu ulkus mulai membaik. Terkadang
Ulkus complicated, dapat akut atau diperlukan perawatan 6 minggu lagi
kronik memperlihatkan gambaran untuk mendapatkan hasil kesembuhan
yang kompleks seperti osteomielitis, yang nyata.
artritis septik, dan tenosinovitis septik, Setelah mengangkat pembalut
sebagai akibat penyebaran infeksi ke penderita harus melakukan perawatan
tulang, sendi dan tendon. diri dan memakai alas kaki pelindung.
d. ulkus rekuren. Untuk ulkus superfisial, pembalut plester
dapat diganti dengan plester yang
Penatalaksanaan mengandung zinc oksida. Plester diganti
Tahap ulkus mengancam biasanya bila diperlukan misalnya bila terdapat
terlewati, dan bila diketahui maka kaki eksudat atau terlepas. Plester dipakai
harus diistirahatkan secara absolut (tidak sampai 2 minggu setelah luka
boleh menahan beban, berjalan atau menyembuh. Selama itu, jalan harus
duduk) dan dilakukan elevasi selama 48- dibatasi dan penderita harus memakai
72 jam, untuk mencegah kerusakan alas kaki pelindung bila berjalan. Bila
jaringan lebih lanjut. Penderita ulkus luas dan bersih penyembuhan
diinstruksikan untuk melakukan dapat dipercepat dengan melakukan
perawatan diri dan memakai alas kaki. tandur kulit dan dibalut selama 4 minggu
Bila ditemukan bula nekrosis, untuk melindungi tandur. Terkadang
pemecahan bula harus dihindari, dan bila ulkus sulit menyembuh karena aliran
terpaksa dilakukan dapat dilakukan darah ke telapak kaki berkurang dari
dengan cara ditusuk dan kulit yang yang seharusnya. Pada kasus seperti ini
70
dapat dilakukan dekompresi a. SCC
neurovaskular tibialis posterior. b. Flail foot
Seperti telah disebutkan terdahulu, c. Fixed deformity
komplikasi yang sering terajadi adalah d. Unhealthy stump
infeksi pada jaringan yang lebih dalam.
Pada kasus seperti ini, bila terdapat fase D. Ulkus Dekubitus
akut diterapi seperti ulkus akut. Bila Definisi dan distribusi
sudah teratasi, dilakukan evaluasi untuk Dekubitus berasal dari bahsa latin
mengidentifikasi komplikasi yang timbul. ―decumbere” yang artinya berbaring. Ulkus
Debridement dilakukan untuk infeksi Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus
yang lebih dalam. Beberapa hari setelah kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang
prosedur ini dilakukan, ulkus dirawat terjadi akibat kekurangan aliran darah dan
seperti ulkus tanpa komplikasi. Pada iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang
kasus ulkus seperti bunga kol harus menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan
dilakukan pemeriksaan histopatologi tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,
untuk menentukan ganas tidaknya. pembidaian atau benda keras lainnya dalam
Dilakukan eksisi lokal, dan bila jangka panjang. 95 % ulkus dekubitus terjadi
diperlukan dilakukan amputasi. Bila pada tubuh bagian bawah, 65% di derah
terdapat ulkus dan deformitas, ulkus pelvis dan 30% di tungkai.
disembuhkan dahulu, baru kemudian Patogenesis
dilakukan koreksi deformitas. Tekanan yang mengenai kulit, jaringan
lunak, otot dan tulang akibat berat badan
Pencegahan kekambuhan seseorang seringkali melebihi tekanan
Tujuan penatalaksanaan ulkus pengisian pembuluh kapiler, hampir
plantar adalah menyembuhkan ulkus dan 32mmHg. Pasien yang memiliki sensistivitas,
mencegah ulkus kambuh. Ulkus sering mobilitas dan mental normal, maka tekanan
kambuh karena terdapat faktor dasar ini tidak terjadi karena ada tekanan pada
(kehilangan sensibilitas, paralisis otot daerah tertentu mersang seseorang untuk
intrinsik dan terus dipakai berjalan); skar melakukan perubahan posisi
yang terbentuk pada ulkus sebelumnya
tidak dapat menahan tekanan selama Saat tekanan dari beberapa
berjalan; dan skar mendapat tekanan permukaan, seperti matras atau kursi
yang lebih besar karena adanya berlangsung terus-menerus kerusakan akan
deformitas serta flare up infeksi yang terjadi yang dimulai dari kulit, lalu
terletak di dalam. berkembang pada pembuluh darah, jarungan
Pencegahan ulkus menjadi subkutan, otot bahkan tulang. Ini disebut the
rekuren dengan cara : top-to-bottom model of pressure ulcer
a) mengurangi tekanan selama berjalan development.
dan menggunakan alas kaki pelindung
b) eradikasi infeksi yang terletak pada Terdapat pula hipotesis lain yaitu
struktur yang lebih dalam bottom-to-top model hypothesizes dimana
c) meningkatkan kualitas skar ulkus berkembang lebih dahulu pada daerah
d) mengurangi beban pada skar dengan terdekat dengan tulang yang tertekan,
cara modifikasi alas kaki dan kemudian ke otot, lemak subkutan dan
melakukan prosedur tindakan pembuluh darah, sebelum akhirnya Nampak
pembedahan. di permukaan kulit.
Indikasi amputasi jika:

71
Gambar 7.4 Daerah pada tubuh yang berpotensi ulkus dekubitus

Klasifikasi Ulkus Dekubitus


Stage Definition Explanatory notes
Observable pressure-related
alteration(s) of intact skin whose
indicators as compared to the adjacent
or opposite area on the body may
include changes in one or more of the The ulcer appears as a defined area of persistent
following: redness in lightly pigmented skin; in darker skin
l
 skin temperature (warmth or tones it may appear with persistent red, blue
coolness) and/or purple hues.
 tissue consistency (firm or boggy
feel)
 sensation (pain/itching).

The pressure ulcer is superficial and presents


clinically as an abrasion, blister or shallow crater.
(Note: such superficial presentations may also
Partial-thickness skin loss involving
ll represent a non-pressure related injury due to
epidermis and/or dermis.
friction and excessive moisture as a result of, for
example, incontinence, wound drainage,
perspiration.)
Full-thickness skin loss involving
damage or necrosis to subcutaneous The ulcer presents clinically as a deep crater with
lll
tissue and extending down to, but not or without undermining of the adjacent tissue.
through, the underlying fascia.
Full-thickness skin loss with extensive
destruction, tissue necrosis or damage
Undermining and sinus tracts may also be
lV to muscle, bone, or supporting
associated with Stage IV pressure ulcers.
structures (for example tendon or joint
capsule).
Beberapa hal yang dapat menjadi
faktor resiko dari terbentuknya ulkus
dekubitus adalah tekanan, friksi dan shear.
72
Penatalaksanaan tungkai bawah maka tekanan vena akan
Prinsip penatalaksanaan ulkus dekubitus meningkat. Akibat keadaan ini akan timbul
adalah: edema yang dimulai dari sekitar pergelangan
1. Mengurangi tekanan kaki. Tekanan kapiler juga akan meningkat
a. Reposisi berkala, dengan dan sel darah merah keluar ke jaringan
mengubah posisi minimal setiap 2 sehingga timbul perdarahan di kulit, yang
jam, semula terlihat sebagai bintik-bintik merah
b. Alas pengaman (protective lambat laun berubah menjadi hitam1. Vena
padding) superfisialis melebar dan memanjang
c. Support surfaces berkelok-kelok seperti cacing (varises).
2. Perawatan ulkus (cleaning & dressing) Keadaan ini akan lebih jelas terlihat ketika
3. Mengatasi nyeri, infeksi dan pasien berdiri. Bila hal ini berlangsung lama,
undernutrition jaringan yang semula sembab akan
Penggunaan analgesik jika diperlukan digantikan jaringan fibrotik, sehingga kulit
dan antibiotik topikal yang sesuai teraba kaku atau mengeras. Hal ini akan
(Silver Sulfa Diazine, triple antibiotic mengakibatkan jaringan mengalami
dan metronidazole). Bacitracin (AK- gangguan suplai darah karena iskemik,
tracin), polymyxin B dengan bacitracin lambat laun terjadi nekrosis.
(Polysporin), dan kombinasi neomycin,
bacitracin dan polymyxin B Manifestasi klinis
(Neosporin) dapat digunakan untuk Tanda yang khas dari ekstrimitas dengan
infeksi kulit. insufisiensi vena menahun adalah edema.
Dikatakan Undernutrition jika Penderita sering mengeluh bengkak pada
albumin < 3.5 mg/dL atau BB < 80% kaki yang semakin meningkat saat berdiri dan
BB ideal. Maka perlu pemberian nutrisi diam, dan akan berkurang bila dilakukan
yang cukup meliputi pemberian protein elevasi tungkai. Keluhan lain adalah kaki
1.25 s.d. 1.5 g/kg/hari, suplementasi terasa pegal, gatal, rasa terbakar, tidak nyeri
zink 50 mg (dalam 3 dosis/hari) dan berdenyut. Biasanya terdapat riwayat
ataupun dengn pemberian vitamin C trombosis vena, trauma operasi dan
1g/hari. Disarankan untuk banyak multiparitas. Juga adanya riwayat obesitas
minum air putih setiap kali dilakukan dan gagal jantung kongestif. Ulkus biasanya
reposisi. memilki tepi yang tidak teratur, ukurannya
4. Terapi tambahan atau bedah bervariasai, dan dapat menjadi luas. Di dasar
ulkus terlihat jaringan granulasi atau bahan
E. Ulcus Varicosum fibrosa. Dapat juga terlihat eksudat yang
Definisi banyak. Kulit sekitarnya tampak merah
Ulkus varikosum adalah ulkus pada kecoklatan akibat hemosiderin. Kelainan kulit
tungkai bawah yang disebabkan oleh ini dapat mengalami perubahan menjadi lesi
gangguan aliran darah vena eksema (dermatitis statis). Kulit sekitar luka
mengalami indurasi, mengkilat, dan fibrotik.
Etiologi Daerah predileksi yaitu daerah
Penyebab gangguan aliran darah balik antara maleolus dan betis, tetapi cenderung
pada tungkai bawah secara garis besar dapat timbul di sekitar maleolus medialis. Dapat
dibagi menjadi dua yaitu, berasal dari juga meluas sampai tungkai atas. Sering
pembuluh darah seperti trombosis atau terjadi varises pada tungkai bawah. Ulkus
kelainan katup vena dan yang berasal dari yang telah berlangsung bertahun-tahun dapat
luar pembuluh darah seperti bendungan di terjadi perubahan pinggir ulkus tumbuh
daerah proksimal tungkai bawah oleh karena menimbul, dan berbenjol-benjol. Dalam hal ini
tumor di abdomen, kehamilan atau pekerjaan perlu dipikirkan kemungkinan ulkus tersebut
yang dilakukan dengan banyak berdiri12. telah mengalami pertumbuhan ganas.
Bila terjadi bendungan di daerah Perubahan keganasan pada ulkus tungkai
proksimal atau terjadi kerusakan katup vena biasanya sangat jarang.
73
Kelainan kulit berupa; ulkus tungkai bawah, dan lebih sering ditemukan
dikelilingi oleh eritema dan hiperpigmentasi. pada anak-anak kurang gizi di daerah tropik.
Ulkus soliter tetapi dapat pula multipel.
Bentuk ulkus bulat atau oval, kadang-kadang Etiologi
berbentuk tidak teratur. Tepi luka lunak dan Penyebab pasti ulkus tropikum belum
meninggi oleh karena radang akut dan dasar diketahui secara pasti. Ada tiga faktor yang
kotor. Pada umumnya ulkus tidak terasa memegang peranan penting dalam
nyeri, kecuali bila disertai selulitis atau infeksi menimbulkan penyakit ini, yaitu trauma,
sekunder lainnya. higiene dan gizi serta infeksi oleh kuman
Bacillus fusiformis yang biasanya bersama-
sama dengan Borrelia vincentii. Trauma
merupakan keadaan yang mendahului
timbulnya ulkus. Ada kemungkinan trauma
tersebut sangat kecil sehingga tidak memberi
keluhan, namun sudah cukup untuk tempat
masuk kuman. Keadaan higiene dan gizi
merupakan faktor yang sangat penting
karena mempengaruhi daya tahan tubuh
seseorang terhadap serangan penyakit.
Demikian pula halnya dengan ulkus tropikum
akan lebih mudah timbul pada penderita yang
Gambar 7.5 Ulkus Varikosum kekurangan gizi, misalnya pada keadaan
malnutrisi akibat kekurangan protein dan
Diagnosis Banding kalori.
Ulkus tropikum yang kronis dapat menyerupai
ulkus varikosum atau ulkus ar1. Manifestasi Klinis
Biasanya dimulai dengan luka kecil,
Penatalaksanaan Umum kemudian terbentuk papula yang dengan
cepat meluas menjadi vesikel. Vesikel
Penatalaksanaan kemudian pecah dan terbentuklah ulkus kecil.
 Tinggikan letak tungkai saat berbaring Setelah ulkus diinfeksi oleh kuman, ulkus
untuk mengurangi hambatan aliran meluas ke samping dan ke dalam dan
vena, sementara untuk varises yang memberi bentuk khas ulkus tropikum.
terletak di proksimal dari ulkus diberi
bebat elastin agar dapat membantu
kerja otot tungkai bawah memompa
darah ke jantung.
 Konsul pasien ke Bagian Penyakit
Dalam untuk mengobati penyebab
(varises).
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Pengobatan Sistemik
Seng Sulfat 2x200 mg/hari Gambar 7.6 Ulkus Tropikum
b. Pengobatan Topikal
Bila terdapat pus kompres dengan Predileksi terutama di tungkai bawah.
larutan permanganas kalikus 1:5000 Kelainan kulit berupa; ulkus solitar, numular,
atau larutan perak nitrat 0,5% atau kadang-kadang ada lesi satelit akibat
0,25%. Teriosum. autoinokulasi. Pinggir ulkus meninggi, dinding
F. Ulkus Tropikum menggaung, dasar kotor, cekung berbenjol-
Definisi benjol, tepi teratur, sekret produktif berwarna
Ulkus tropikum adalah ulkus yang cepat kuning coklat kehijauan dan berbau. Ulkus
berkembang dan nyeri, biasanya pada biasanya nyeri, namun tidak disertai gejala
74
konstitusi. Pemeriksaan sedian langsung dari Mural. Aliran darah terganggu karena
sekret yang diambil dari dinding ulkus untuk kelainan pada dinding pembuluh darah,
mencari Bacillus fusiformis dan Borrelia misalnya vaskulitis atau aterosklerosis.
vincentii, kadang-kadang diperlukan untuk Intra mural. Aliran darah terganggu karena
memperkuat diagnosis. sumbatan lumen pembuluh darah kecil,
misalnya akibat perubahan viskositas darah,
Penatalaksaan perlekatan, platelet, fibrinogenesis, dan
1. Penatalaksanaan Umum sebagainya.
Perbaiki keadaan gizi dengan cara Patogenesis
memberikan makanan yang mengandung Oleh karena gangguan aliran darah
kalori dan protein tinggi, serta vitamin dan arteri, misalnya terjadi penyempitan atau
mineral. penyumbatan lumen, maka jaringan akan
mengalami hipoksia (iskemi), sehingga terjadi
2. Penatalaksaan Khusus
perubahan di kulit. Perubahan tersebut
Penatalaksanaan khusus terdiri dari berupa kulit menjadi tipis, kering dan bersisik,
pengobatan sistemik dan topikal. sianotik, bulu tungkai berkurang, kuku jari
kaki menebal dan distrofik. Akibatnya daya
a. Pengobatan Sistemik tahan terhadap trauma dan infeksi menurun.
Penisillin intramuskular selama 1 Perubahan selanjutnya dapat terjadi
minggu sampai 10 hari, dosis sehari ganggren pada jari kaki, kaki dan tungkai,
600.000 unit sampai 1,2 juta unit. dan akhirnya timbul ulkus.
Tetrasiklin peroral dengan dosis 3x500
mg sehari dapat juga dipakai sebagai Manifestasi Klinis
pengganti penicillin. Ulkus oleh karena hipertensi paling
sering timbul di sebelah posterior, medial
b. Pengobatan Topikal atau anterior; sedangkan yang disebabkan
 Salap salisilat 2% oleh arteriosklerosis obliterans terjadi pada
 Kompres KMnO4 tonjolan tulang. Pada mulanya terlihat lesi
eritematosa yang nyeri, kemudian bagian
G. Ulkus Arteriosum tengah berwarna kebiruan dan menjadi bula
Definisi hemoragik, akhirnya mengalami nekrosis.
Ulkus arteriosum adalah ulkus yang Ulkus yang timbul biasanya dalam, berbentuk
terjadi akibat gangguan peredaran darah plong (punched out), kotor tepi ulkus jelas.
arteri. Rasa nyeri merupakan gejala penting pada
penyakit arteri; rasa nyeri ini terasa lebih
Etiologi hebat pada malam hari, dapat timbul
Penyebab yang paling sering adalah mendadak atau perlahan-lahan, terus
ateroma yang terjadi pada pembuluh darah menerus atau hilang timbul. Bila tungkai
abdominal dan tungkai, di samping penyebab diangkat atau keadaan dingin, rasa nyeri
lain yang belum diketahui secara pasti. bertambah hebat, sehingga bila tidur
Secara garis besar penyebab gangguan penderita lebih suka menggantung kakinya.
tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok, Jika di raba dengan punggung tangan,
yaitu: Ekstra mural, mural dan intra mural. bagian distal lebih dingin daripada bagian
proksimal atau kaki sebelah yang sehat.
Ekstra mural. Aliran darah arteri terganggu Denyut nadi pada dorsum pedis teraba lemah
oleh karena pembuluh darah arteriole terjepit atau sama sekali tidak teraba.
oleh jaringan fibrosis, misalnya karena Predileksi; tungkai bawah. Kelainan
edema yang lama, dapat juga oleh sklerosis kulit berupa: ulkus yang timbul biasanya
karena skleroderma. dalam, berbentuk plong (Punched out), kotor,
dan tepi ulkus jelas. Rasa nyeri merupakan
gejala penting pada penyakit ini.
75
Pemeriksaan flebografi juga dapat dilakukan DAFTAR PUSTAKA
untuk mengetahui letak vena yang terganggu.
1. James WD, Timothy GB & Dirk ME.
Cutaneous Signs and Diagnosis. In:
Andrew‘sDisease of The Skin, Clinical
Dermatology 10th edition. Philadelpia:
WB Saunders Company, 2000; 18.
2. South H. Wound Care for People
Affected by Leprosy: A Guide for Low
Resource Situation. Greenville:
American Leprosy Missions, 2001.
Gambar 7.7 Ulkus Arteriosum 3. Sudirman U. Ulkus kulit dalam
Harahap M (ed.) Ilmu Penyakit Kulit.
Diagnosis Banding Jakarta: Hipokrates, 2000; 280.
Sebagai diagnosis banding adalah
ulkus varikosum. Ulkus ini lebih dangkal, 4. Hastuti RT. Faktor-Faktor Resiko
umumnya tidak nyeri, letaknya sedikit di atas Ulkus Diabetika pada Penderita
maleolus internus. Diabetes Mellitus. Semarang,
Universitas Diponegoro. 2008 [Tesis]
Prognosis 5. Waspaji S. Kaki Diabetes. Dalam:
Umumnya prognosis baik namun Sudoyo A dkk, eds. Buku Ajar Ilmu
tergantung juga pada keadaaan umum Penyakit Dalam jilid III edisi IV.
penderita serta jenis penyakit yang Jakarta: FKUI press, 2007;1911.
mendasarinya. 6. Marison. Ulkus Plantar Pedis pada
Kusta, [online] 2008, [diakses pada 1
Penatalaksanaan April 2019] www.marisonhaji'sblog.htm
1. Penatalaksanaan Umum 7. James WD, Timothy GB & Dirk ME.
 Pengobatan terhadap penyebabnya Dermatous Resulting from Physical
dengan konsul ke Bagian Penyakit Factor. In: Andrew‘sDisease of The
Dalam. Skin, Clinical Dermatology 10th edition.
 Hindari suhu dingin Philadelpia: WB Saunders Company,
 Hindari merokok 2000; 42.
2. Penatalaksanaan Khusus 8. Catherine Anne Sharp. A Discourse on
a. Pengobatan Sistemik Pressure Ulcer Physiology: the
Untuk menanggulangi infeksi dapat Implications of Repositioning and
diberikan antibiotik atau metronidazol Staging, [online], 2005, [diakses pada
(khusus kuman anaerob) dan analgetik 30 Maret 2012]
untuk mengurangi nyeri. 9. http://www.worldwidewounds.com/200
b. Pengobatan Topikal 5/october/Sharp/Discourse-On-
Permanganas kalikus 1:5000, Benzoin Pressure-Ulcer-Physiology.html
peroksida 10%-20% untuk merangsang 10. Hartanto H dkk. Kamus Kedokteran
granulasi, bakterisidal, dan melepaskan Dorland. Jakarta: EGC, 2006; 2326.
oksigen ke dalam jaringan, Vaseline agar 11. Sularsito SA. Ulkus Kruris. Dalam:
kulit normal di sekitar ulkus tidak teriritasi, Djuanda Adi, ed. Ilmu Penyakit Kulit
Seng Oksida untuk mengabsorbsi eksudat dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta: FKUI
dan bakteri. press,. 2007; 247.
12. Lin P, Philips t. Ulcers. In: Bolognia JL
et al, eds. Dermatology. Volume 2.
London: Mosby, 2003; 1631-48.
13. Fajriandi. Kusta di Indonesia Belum
Tuntas, [online] 2010, [diakses pada 5
April 2012] www.fajriandi'sblog.htm
76
14. Anonim. Ulkus Dekubitus (Bedsores), 18. Agustin T, Pusponegoro EHD.
[online] 2010, [diakses pada 1 April Patogenesis dan Penatalaksanaan
2012] www.medicastore.com Ulkus Stasis. Media Dermato-
15. Anonim. Skin Ulcers, Bedsores, Venereologica
Decubitus Ulcer, Leg Ulcer, Pressure Indonesiana:2005;32:87-95.
Ulcer, Venous Ulcer, [online‘, 2010, 19. Mulyana S. Ullkus Diabetik,
[diakses pada 30 Maret 2012] http://www.tentangkedokterandanlinux.
www.truestarhealth.com html [diakses:5 april 2012].
16. Hall John C. Sauers Manual of Skin 20. ellerman K, Rothel H, Ulcus Cruris
Disease. Philadelphia: Lippincott Assosiated With Polidase Deficiency,
Williams and Wilkins, 2000:110-2. http://Dermatology.Colib.org [diakses 4
17. Landow K R. Ulkus Tungkai. Kapita april 2012].
Selekta Terapi Dermatologi. Jakarta:
EGC,1995:201-3.

77
OSTEOMYELITIS
Definisi banyak ditemukan pada anak-anak, anak
laki-laki lebih sering terkena dibanding
Ostemomyelitis adalah suatu proses perempuan (3:1). Tulang yang sering terkena
inflamasi akut maupun kronik pada tulang adalah tulang panjang dan tersering adalah
dan struktur disekitarnya yang disebabkan femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula.
oleh organisme pyogenik. Dalam Pada dewasa infeksi hematogen biasanya
kepustakaan lain dinyatakan bahwa paling banyak pada tulang vertebra
osteomyelitis adalah radang tulang yang dibandingkan tulang panjang.
disebabkan oleh organism piogenik,
walaupun berbagai agen infeksi lain juga Orang dewasa terkena karena
dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap menurunnya pertahanan tubuh karena
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui kelemahan, penyakit ataupun obat-obatan.
tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan Diabetes juga berhubungan dengan
kanselosa dan periosteum. osteomielitis, imunosupresi sementara baik
yang didapat ataupun di induksi
Epidemiologi meningkatkan faktor predisposisi, trauma
menentukan tempat infeksi, kemungkinan
Pada keseluruhan insiden terbanyak
disebabkan oleh hematom kecil atau
pada negara berkembang. Osteomyelitis
terkumpulnya cairan di tulang. Morbiditas
pada anak-anak sering bersifat akut dan
dapat signifikan dan dapat termasuk
menyebar secara hematogen, sedangkan
penyebaran infeksi lokal ke jaringan lunak
osteomielitis pada orang dewasa merupakan
yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi
infeksi subakut atau kronik yang berkembang
infeksi kronis, dengan rasa nyeri dan
secara sekunder dari fraktur terbuka dan
kecacatan; amputasi ekstremitas yang
meliputi jaringan lunak.
terlibat; infeksi umum; atau sepsis. Sebanyak
Kejadian pada anak laki-laki lebih 10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral
sering dibandingkan dengan anak mengembangkan temuan neurologis atau
perempuan dengan perbandingan 4:1. Lokasi kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari
yang tersering ialah tulang-tulang panjang, pasien anak dengan osteomielitis tulang
misalnya femur, tibia, humerus, radius, ulna panjang dapat berkembang menjadi
dan fibula. Namun tibia menjadi lokasi trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan
tersering untuk osteomielitis post trauma DVT juga dapat menjadi penanda adanya
karena pada tibia hanya terdapat sedikit penyebarluasan infeksi.
pembuluh darah.
Komplikasi vaskular tampaknya lebih umum
Faktor-faktor pasien seperti perubahan dijumpai dengan Staphylococcus Aureus
pertahanan netrofil, imunitas humoral, dan yang resiten terhadap methacilin yang
imunitas selular dapat meningkatkan resiko didapat dari komunitas (Community-Acquired
osteomielitis. Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus /
CA-MRSA) dari yang sebelumnya diakui.
Prevalensi keseluruhan adalah 1
kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates 1. Mortalitas
adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang
Sedangkan kejadian pada pasien dengan berhubungan dengan sepsis atau
anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. keberadaan kondisi medis berat yang
Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada mendasari.
kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien
 Ras
dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral
Tidak ada peningkatan kejadian
adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
osteomielitis dicatat berdasarkan ras.
penduduk. Osteomielitis hematogen akut

78
 Jenis kelamin Osteomyelitis merupakan penyakit
Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang yang kompleks, sehingga sistem klasifikasi
meningkatkan melalui masa kanak-kanak, yang bervariasi telah dikembangkan
memuncak pada masa remaja dan jatuh ke disamping kategori umum yaitu akut, sub-
rasio rendah pada orang dewasa. akut, dan kronik. System klasifikasi
Waldvogel membagi osteomielitis dalam
 Usia kategori hematogenous, contiguous and
Secara umum, osteomielitis memiliki chronic, sedangkan klasifikasi yang lebih
distribusi usia bimodal. Osteomielitis akut baru menurut sistem klasifikasi Cierny-Mader
hematogenous merupakan suatu penyakit berdasarkan status dari proses penyakit,
primer pada anak. Trauma langsung dan bukan etiologi, kronisitas, atau factor lainnya
fokus osteomielitis berdekatan lebih sering sehingga istilah akut dan kronik tidak
terjadi pada orang dewasa dan remaja dari dipergunakan pada system Cierny-Mader
pada anak. Osteomielitis vertebral lebih derajat pada system ini bersifat dinamik dan
sering pada orang tua dari 45 tahun. dapat berubah-ubah sesuai sesuai kondisi
medik pasien, keberhasilan terapi antibiotic
dan pengobatan lainnya.
Klasifikasi
Waldvogel Classification System for
Cierny-Mader Staging System for Osteomyelitis
Osteomyelitis

Hematogenous osteomyelitis Anatomic type


Stage 1: medullary osteomyelitis
Osteomyelitis secondary to contiguous Stage 2: superficial osteomyelitis
focus of infection Stage 3: localized osteomyelitis
Stage 4: diffuse osteomyelitis
No generalized vascular disease
Physiologic class
Generalized vascular disease A host: healthy
B host:
Chronic osteomyelitis (necrotic bone) Bs: systemic compromise
Bl: local compromise
Bls: local and systemic compromise
C host: treatment worse than the disease
Factors affecting immune surveillance,
metabolism and local vascularity
- Systemic factors (Bs): malnutrition, renal or
hepatic failure, diabetes mellitus, chronic hypoxia,
immune disease, extremes of age,
immunosuppression or immune deficiency
- Local factors (Bl): chronic lymphedema, venous
stasis, major vessel compromise, arteritis,
extensive scarring, radiation fibrosis, small-vessel
disease, neuropathy, tobacco abuse

Information from Waldvogel FA, Medoff G, Adapted with permission from Cierny G, Mader JT,
Swartz MN. Osteomyelitis: a review of Pennick JJ. A clinical staging system for adult
clinical features, therapeutic considerations osteomyelitis. Contemp Orthop 1985;10:17-37.
and unusual aspects (first of three parts). N
Engl J Med 1970;282:198-206.

79
Gambar 8.1 Klasifikasi Osteomielitis

Ross dan Cole (1985) membagi lesi-lesi - Tipe IIIa merupakan osteomielitis primer
ini sebagai yang bersifat agresif atau rongga pada epifisis dan tampak sebagai
di dalam daerah metafisis atau diafisis. gambaran konsentrik radiolusen. Tipe
Klasifikasi ini membantu dalam perencanaan ini biasanya tampak pada anak-anak
pengobatan sebagai lesi yang sifatnya usia 4-5 tahun.
menyerang yang seharusnya diobati dengan - Tipe IIIb adalah osteomielitis subakut
pembedahan untuk mendiagnosisnya. yang menyilang epifisis dan meliputi
Gledhill mengklasifikasikan osteomyelitis baik epifisis maupun metafisis.
subakut berdasarkan gambaran radiologinya D. Lesi tipe IV merupakan lesi yang sama
(1973), dan klasifikasi ini telah dimodifikasi dengan lesi metafisis, yang didefinisikan
oleh Robert, dkk pada tahun 1982. Klasifikasi sebagai bagian dari tulang yang rata atau
ini berguna untuk pelaporan hasil pengobatan ireguler yang dibatasi oleh kartilago
berdasarkan lokasi dan ini bukan merupakan (pertumbuhan lempeng apofisis, kartilago
suatu prognosis atau rencana pengobatan. artikuler, atau fibrokartilago), seperti
vertebra, pelvis, dan tulang-tulang pendek
A. Tipe I adalah lesi metafisis seperti tulang tarsal dan klavikula (Nixon,
1978).
- Tipe Ia merupakan lesi di sentral
metafisis sebagai gambaran radiolusen, - Tipe IVa meliputi tulang belakang
sering merupakan sugestif dari dengan proses erosi atau destruksi.
histiositosis sel Langerhans. - Tipe IVb meliputi penutup tulang dari
- Tipe Ib merupakan lesi di metafisis pelvis dan paling sklerotik tidak adanya
yang aneh yang berlokasi pada erosi proses erosi maupun destruksi. Ezra,
korteks, yang mungkin memberikan dkk menyebutkan tipe ini pada tahun
gambaran dari sarkoma osteogenik. 1993 dan 1997.
B. Tipe II merupakan lesi diafisis - Tipe IVc meliputi tulang-tulang pendek,
seperti tulang tarsal dan klavikula.
- Tipe IIa berlokasi di korteks dan reaksi
Walaupun sistem klasifikasi osteomielitis
periosteal meniru osteoid osteoma.
membantu mendiskripsikan infeksi dan
- Lesi tipe IIb merupakan abses meduler
menentukan diperlukan atau tidaknya
diafisis tanpa perusakan korteks tetapi
pembedahan, namun kategori ini tidak dapat
merupakan reaksi periosteal yang
digunakan pada keadaan tertentu (infeksi
menyerupai kulit bawang mirip
sarkoma Ewing. pada sendi prostetik, material yang di
implantasi, atau pada tulang-tulang kecil dan
C. Tipe III merupakan lesi epifisis
osteomielitis vertebra).

80
Gambar 8.2 Tipe-tipe osteomielitis

Faktor Risiko usia pasien atau keadaan-keadaan tertentu


yang menyertainya (trauma atau riwayat
Osteomyelitis biasanya tidak operasi). Staphylococcus aureus terlibat pada
membedakan ras atau jenis kelamin. Tetapi kebanyakan pasien dengan osteomielitis
beberapa orang memiliki resiko lebih untuk hematogenous akut dan bertangguang jawab
terkena penyakit ini, resiko tersebut adalah : atas 90% kasus pada anak-anak yang sehat.
Penyebab osteomielitis pada anak-anak ialah
 Diabetes mellitus
Staphylococcus aureus (89-90%),
 Pasien yang mendapat
Streptococcus (4-7%), Haemophillus
hemodialisis
influenza (2-4%), Salmonella typhi dan
 Orang yang daya tahan tubuhnya
Escherichia coli (1-2%). Bakteri penyebab
lemah/buruk
osteomielitis kronik terutama Staphylococcus
 Sickel cell disease
aureus (75%), atau Escherichia coli, Proteus
 Penyalahguna obat – obatan IV
atau Pseudomonas aeruginosa.
 Orang tua.
Staphylococcus epidermidis merupakan
 Alkoholisme
penyebab utama osteomielitis kronik pada
 Penggunaan steroid jangka
operasi-operasi ortopedi yang menggunakan
panjang
implan.
 Penyakit sendi kronik
 Trauma (pembedahan ortopedi Selain disebabkan bakteri piogenik,
atau fraktur terbuka) osteomielitis juga dapat disebabkan oleh
 Pemakaian prosthetic ortopedi infeksi bakteri granulomatosa seperti
tuberkulosis dan siphilis melalui proses
Etiologi spesifik, oleh jamur seperti aktinomikosis
yang pada awalnya seringkali bersifat kronik.
Organisme spesifik yang diisolasi dari Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus.
osteomyelitis seringkali dihubungkan dengan

81
Organism Comments

Staphylococcus aureus Organism most often isolated in all types of


osteomyelitis

Coagulase-negative staphylococci or Foreign-bodyassociated infection


Propionibacterium species

Enterobacteriaceae species or Common in nosocomial infections


Pseudomonas aeruginosa

Streptococci or anaerobic bacteria Associated with bites, fist injuries caused by


contact with another person's mouth, diabetic
foot lesions, decubitus ulcers

Salmonella species or Streptococcus Sickle cell disease


pneumoniae
Bartonella henselae Human immunodeficiency virus infection

Pasteurella multocida or Eikenella corrodens Human or animal bites

Aspergillus species, Mycobacterium avium- Immunocompromised patients


intracellulare or Candida albicans

Mycobacterium tuberculosis Populations in which tuberculosis is prevalent

Brucella species, Coxiella burnetii (cause of Population in which these pathogens are
chronic Q fever) or other fungi found in endemic
specific geographic areas

Organisms Commonly Isolated in Osteomyelitis Based on Patient


Age

Infants (<1 year)


Group B streptococci
Staphylococcus aureus
Escherichia coli

Children (1 to 16 years)
S. aureus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae

Adults (>16 years)


Staphylococcus epidermidis
S. aureus
82
Pseudomonas aeruginosa
Serratia marcescens
E. coli
Adapted with permission from Dirschl DR, Almekinders LC. Osteomyelitis.
Common causes and treatment recommendations. Drugs 1993;45:29-43.

Patogenesis tulang lokal dengan terbentuknya tulang


mati yang disebut sekuestrum.
Osteomielitis primer
Osteomyelitis primer disebabkan Teori terjadinya infeksi pada daerah metafisis
penyebaran secara hematogen dari fokus yaitu:
lain. Osteomyelitis primer disebabkan oleh
implantasi mikroorganisme secara langsung  Teori vaskuler (trueta)
ke dalam tulang dan biasanya terbatas pada Pembuluh darah pada daerah
tempat tersebut. Fraktur terbuka (compound metafisis berkelok-kelok dan membentuk
fracture), luka tembus (terutama disebabkan sinus-sinus sehingga menyebabkan aliran
oleh senjata api), dan operasi bedah pada darah menjadi lambat. Aliran darah yang
tulang merupakan kausa-kausa tersering. lambat pasda daerah ini memudahkan
Terapi operatif biasanya perlu dilakukan, bakteri berkembang biak.
terapi dengan obat antimikroba hanya
sebagai pembantu saja.  Teori fagositosis (rang)
Daerah metafisis merupakan
daerah pembentukan sistem
retikuloendotelial. Bila terjadi infeksi,
Osteomielitis akut bakteri akan difagosit oleh sel-sel fagosit
Osteomielitis hematogenous akut matur di tempat ini. Meskipun demikian, di
daerah ini juga terdapat sel-sel fagosit
Penyebaran osteomielitis dapat terjadi imatur yang tidak dapat memfagosit
melalui dua cara yaitu: bakteri sehingga beberapa bakteri tidak
difagosit dan berkembang biak di daerah
1. penyebaran umum ini.
 melalui sirkulasi darah berupa bakterimia
dan septikemia  Teori trauma
 melalui embolus infeksi yang Bila trauma artifisial dilakukan
menyebabkan infeksi mltifokal pada daerah – pada binatang percobaan, maka akan
daerah lain terjadi hematoma pada daerah lempeng
2. penyebaran lokal epifisis. Dengan penyuntikan bakteri
 subperiosteal abses, akibat penerobosan secara intravena, akan terjadi infeksi pada
abses melalui periost daerah hematoma tersebut.
 selulitis akibat abses subperiosteal
menembus sampai di bawah kulit
 penyebaran ke dalam sendi sehingga Patologi yang terjadi pada osteomielitis
terjadi artritis septik hematogen akut tergantung pada umur, daya
 penyebaran ke medula tulang sekitarnya tahan penderita, lokasi infeksi, serta virulensi
sehingga sistem sirkulasi dalam tulang kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah
terganggu. Hal ini menyebabkan kematian dari fokus tempat lain dari tubuh pada fase
83
bakterimia dan dapat menimbulkan Osteomyelitis subakut
septikemia. Embolus infeksi kemudian masuk
ke dalam juxta epifisis pada daerah metafisis Osteomyelitis subakut adalah bentuk lain
tulang panjang. Proses selanjutnya terjadi dari osteomyelitis, dan abses Brodie adalah
hiperemi dan udem di daerah metafisis salah satu tipe yang paling umum dari
disertai pembentukan pus di tulang panjang. osteomyelitis subakut. Abses ini biasanya
Terbentuknya pus dalam tulang di mana ditemukan dalam spongiosa tulang dekat
jaringan ulang tidak dapat berekspansi akan ujung tulang. Bentuk abses ini biasanya bulat
menyebabkan tekanan dlam tulang atau lonjong dengan pinggiran skleroti,
bertambah, peninggian tekanan dalam tulang kadang-kadang terlihat sekuester. Abses
mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan tetap terlokalisasi dan kavitas dapat secara
timbul trombosis pada pembuluh darah tulang bertahap terisi jaringan granulasi. Abses
yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Brodie juga dapat ditemukan pada
Di samping proses yang disebutkan di atas, osteomielitis kronik.
pembentukan tulang baru yang ekstendsif
Osteomyelitis subakut terjadi lebih
terjadi pada bagian dalam periostem
banyak pada tulang-tulang dibandingkan
sepanjang diafisis (terutama pada anak-anak)
dengan tipe akut, dan itu terjadi pada
sehingga terbentuk lingkungan tulang seperti
bermacam-macam daerah diantara tulang-
peti mayat yang disebut involukrum dengan
tulang yang terinfeksi. Ekstremitas bawah
jaringan sekuestrum di dalamnya. Proses ini
terinfeksi lebih banyak dibandingkan
terlihat jelas pada akhir minggu kedua.
ekstremitas atas. Tibia terinfeksi lebih sering
Apabila pus menembus tulang, maka terjadi
dibandingkan femur.
pengaliran pus atau (discharge) dari
involukrum keluar melalui lubang yang Osteomyelitis subakut mungkin hanya
disebut kloaka atau melalui sinus pada terjadi pada epifisis, yang merupakan
jaringan lunak dan kulit. kebalikan dari yang dipercaya bahwa infeksi
tulang pertama tidak terjadi di epifisis. Diafisis
Direct or contigous inoculation
kadang-kadang terinfeksi, meskipun lebih
osteomyelitis
sering pada dewasa dibandingkan pada
Direct or contigous inoculation anak-anak; daerah yang paling sering
osteomyelitis disebabkan kontak langsung terinfeksi adalah metafisis. Daerah lain yang
antara jaringan tulang dengan bakteri, biasa dilaporkan sebagai osteomielitis subakut
terjadi karena trauma terbuka dan tindakan adalah metafisis sesuai lokasi, seperti di
pembedahan. Manisfestasinya terlokalisasi pelvis, tulang belakang, calcaneus, clavicula,
dan lebih jelas dari pada hematogenous dan talus. Osteomyelitis subakut yang terjadi
osteomyelitis. pada tulang tarsal biasanya terjadi pada
daerah subkondral atau batas apofisis dari
Osteomyelitis sering menyertai calcaneus. Lesi subakut dari tulang belakang
penyakit lain seperti diabetes melitus, anemia terjadi lebih sering pada orang dewasa
sel sabit, AIDS, penggunaan obat-obatan dibandingkan pada anak-anak. Pada
intra vena, alkoholisme, penggunaan steroid osteomyelitis subakut yang terjadi pada
yang berkepanjangan, imunosupresan dan tulang panjang pada orang dewasa, diafisis
penyakit sendi yang kronik. Pemakaian sering terkena sama seperti metafisis,
prostetik adalah salah satu faktor resiko, sedangkan lutut jarang terkena.
begitu juga dengan pembedahan ortopedi
dan fraktur terbuka.

84
fraktur patologis. Gambaran histologis berupa
sebukan sel radang kronis di sekitar daerah
aselular tulang atau sekuestra.
Osteomyelitis sekunder
Osteomyelitis sekunder (perkontinuitatum /
hematogen akut) yang disebabkan
Osteomielitis kronik penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti
bisul dan luka; melalui aliran darah. Kadang-
kadang, osteomielitis sekunder dapat
disebabkan oleh perluasan infeksi secara
langsung dari jaringan lunak di dekatnya atau
dari arthritis septic pada sendi yang
berdekatan.
Infeksi di jaringan lunak kaki atau tangan,
terutama di jari kaki atau jari tangan dapat
menjalar ke dalam tulang dan menyebabkan
osteomielitis. Panarisium subkutan
menyebabkan osteomielitis falang terminal.
Yang sering ditemukan adalah osteomielitis
tulang tangan atau kaki karena neuropati
perifer, misalnya pada lepra atau diabetes
mellitus.
Gambaran Klinik
Osteomyelitis hematogeneus biasanya
memiliki progresivitas gejala yang lambat.
Gambar 8.3 Osteomielitis Kronik
osteomielitis langsung (direct osteomyelitis)
Osteomyelitis akut yang tidak diterapi umumnya lebih terlokalisasi dengan tanda
secara adekuat, akan berkembang menjadi dan gejala yang menonjol. Gejala umum dari
osteomyelitis kronik. Organisme yang biasa osteomielitis meliputi :
berperan adalah Staphylococcus aureus Osteomyelitis hematogenus tulang
(75%), Escherichia coli, Streptococcus panjang
pyogenes, Proteus, dan Pseudomonas.
 Demam yang memiliki onset tiba-tiba
Kebanyakan penyebab dari osteomielitis tinggi (demam hanya terdapat dalam
polimikroba. Kadang-kadang infeksi ini tidak 50% dari osteomielitis pada neonates)
terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak
 Kelelahan
menimbulkan gejala selama beberapa bulan  Rasa tidak nyaman
atau beberapa tahun.  Irritabilitas
Destruksi tulang tidak hanya pada  Keterbatasan gerak (pseudoparalisis
fokus infeksi tetapi meluas. Kavitas berisi anggota badan pada neonates)
potongan tulang mati (sekuestra) yang  Edema lokal, eritema dan nyeri.
dikelilingi jaringan vaskular, dan di luar
jaringan vaskular tersebut ada daerah Osteomyelitis hematogenus vertebral
sklerosis, hasil dari reaksi kronis
 Ø Onset cepat
pembentukan tulang baru.
 Ø Adanya riwayat episode bakterimia
Sekuester berperan sebagai substrat akut
bagi adesi bakteri, lama-kelamaan terbentuk  Ø Diduga berhubungan dengan
sinus. Destruksi tulang dan dengan insufisiensi pembuluh darah
meningkatnya sklerosis berakibat terjadinya disampingnya
 Ø Edema lokal, eritema dan nyeri
85
 Ø Kegagalan pada anak-anak untuk prosedur pembedahan. Manifestasi klinis
berdiri secara normal. dari osteomielitis direk lebih terlokalisasi
dan melibatkan banyak jenis organisme.
Osteomyelitis kronik - Osteomyelitis sub-akut, yaitu
osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan
 Ulkus yang tidak sembuh sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
 Drainase saluran sinus pendahulu timbul.
 Kelelahan kronik - Osteomyelitis kronis, yaitu osteomielitis
 Rasa tidak nyaman yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit
Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pendahulu timbul.
pada stadium lanjut atau jika terjadi infeksi
kronis). Osteomyelitis sub-akut dan kronis biasanya
Berdasarkan lama infeksi, osteomyelitis terjadi pada orang dewasa dan biasanya
terbagi menjadi 3, yaitu: terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya
Osteomyelitis akut, yaitu osteomyelitis osteomielitis yang terjadi pada tulang yang
yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi fraktur. Berikut merupakan beberapa
pertama atau sejak penyakit pendahulu pembagian osteomielitis yang lain :
timbul. Osteomyelitis akut ini biasanya
terjadi pada anak-anak daripada orang 1. Osteomyelitis pada vertebra
dewasa dan biasanya terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi di dalam darah Kelainan ini lebih sulit untuk
(osteomyelitis hematogen) didiagnosis. Biasanya ada demam, rasa
sakit pada tulang dan spasme otot. Proses
ini lebih sering mengenai korpus vertebra
dan dapat timbul sebagai komplikasi
Osteomyelitis akut terbagi lagi menjadi 2, infeksi saluran kencing dan operasi
yaitu: panggul.
- Osteomyelitis hematogen, merupakan Pada stadium awal tanda tanda
infeksi yang penyebarannya berasal dari destruksi tulang yang menonjol,
darah. Osteomielitis hematogen akut selanjutnya terjadi pembentukan tulang
biasanya disebabkan oleh penyebaran baru yang terlihat sebagai skelerosis. Lesi
bakteri darah dari daerah yang jauh. dapat bermula dibagian sentral atau tepi
Kondisi ini biasanya terjadi pada anak- korpus vertebra .
anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa
merupakan daerah yang tumbuh dengan Pada lesi yang bermula ditepi korpus
cepat dan metafisis yang bervaskular vertebra, diskus cepat mengalami
banyak. Aliran darah yang lambat pada destruksi dan sela diskus akan menyempit.
daerah distal metafisis menyebabkan Dapat timbul abses para vertebral yang
thrombosis dan nekrosis local serta terlihat sebagai bayangan berdensitas
pertumbuhan bakteri pada tulang itu jaringan lunak sekitar lesi. Di daerah
sendiri. Osteomielitis hematogen akut torakal, abses ini lebih mudah dilihat
mempunyai perkembangan klinis dan karena terdapat kontras paru. Daerah
onset yang lambat. Lumbal lebih sukar untuk dilihat, tanda
- Osteomyelitis direk, disebabkan oleh yang penting adalah bayangan psoas
kontak langsung dengan jaringan atau menjadi kabur.
bakteri akibat trauma atau pembedahan.
Osteomielitis direk adalah infeksi tulang Untuk membedakan penyakit ini
sekunder akibat inokulasi bakteri yang dengan spondilitis tuberkulosa sukar,
disebabkan oleh trauma, yang menyebar biasanya pada osteomielitis akan terlihat
dari fokus infeksi atau sepsis setelah sklerosis, destruksi diskus kurang dan
86
sering timbul penulangan antara vertebra destruksi yang tidak nyata. Bersifat kronis,
yang terkena proses dengan vertebra di dan biasanya hany satu tulang yang terkena
dekatnya (bony bridging). dengan pelebaran tulang yang bersifat
fusiform. Diagnosis differential yang penting
2. Osteomyelitis pada tulang lain adalah osteoid osteoma.
Tengkorak
4. Osteomyelitis pada neonatus dan bayi
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak
Osteomielitis pada neonatus dan bayi
terjadi sebagai akibat perluasan infeksi di
kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses sering kali hanya dengan gejala klinis yang
detruksi bias setempat atau difuse. Reaksi ringan, dapat mengenai satu atau banyak
periosteal biasanya tidak ada atau sedikit tulang dan mudah meluas ke sendi di
sekali. dekatnya. Biasanya lebih sering terjadi pada
bayi dengan resiko tinggi seperti prematur,
Mandibula berat badan kurang. Tindakan-tindakan
seperti resusitasi, vena seksi, kateterisasi
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur dan infuse secara potensial dapat merupakan
atau abses gigi. penyebab Infeksi. Kuman penyebab tersering
adalah Streptococcus.
Pelvis
Osteomielitis pada bayi biasanya disertai
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering destruksi yang luas dari tulang, tulang rawan
terjadi pada bagian sayap tulang ilium dan dan jaringan lunak sekitarnya. Pada neonatus
dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Pada foto ada hubungan antara pembuluh darah
terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, epifisis dengan pembuluh darah metafisis,
bentuk tidak teratur, biasanya dengan yang disebut pembuluh darah transfiseal,
skwester yang multiple. Sering terlihat Hubungan ini menyebabkan mudahnya
sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering infeksi meluas dari metafisis ke epifisis dan
disertai abses dan fistula. sendi. Kadang-kadang osteomielitis pada
bayi juga dapat mengenai tulang lain seperti
Bedanya dengan tuberculosis, ialah destruksi maksila, vertebra, tengkorak, iga dan pelvis.
berlangsung lebih cepat dan pada Tanda paling dini yang dapat ditemukan pada
tuberculosis abses sering mengalami foto rontgen ialah pembengkakan jaringan
kalsifikasi. Dalam diagnosis differential perlu lunak dekat tulang yang terlihat kira-kira 3
dipikirkan kemungkinan keganasan. hari setelah infeksi. Demineralisasi tulang
terlihat kira-kira 7 hari setelah infeksi dan
3. Tipe khusus osteomyelitis disebabkan hyperemia dan destruksi
Abses Brodie trabekula. Destruksi korteks dan sebagai
akibatnya pembentukan tulang sub-periosteal
Abses ini bersifat kronis, biasanya terlihat pada kira-kira 2 minggu setelah
ditemukan dalam spondilosa tulang dekat infeksi.
ujung tulang. Bentuk abses biasanya bulat
atau lonjong dengan pinggiran sklerotik,
kadang-kadang terlihat skwester. Abses tetap Diagnosis
terlokalisasi dan kavitas dapat secara
bertahap terisi jaringan granulasi. Diagnosis dari osteomyelitis pada awalnya
didasarkan pada penemuan klinik, melalui
data dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
Osteomyelitis sklerosing Garre dan pemeriksaan laboratorium memberikan
data dimana respon terapi dapat diukur.
Pada kelainan ini yang menonjol adalah
sklerosis tulang dengan tanda-tanda
87
Untuk menegakkan diagnosis osteomielitis
dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Pada osteomielitis awal, tidak
ditemukan kelainan pada pemerikSosaan
 Demam (terdapat pada 50% dari radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat
neonates) ditemukan adanya area osteopeni, yang
 Edema mengawali destruksi cancellous bone.
 Teraba hangat Seiring berkembangnya infeksi, reaksi
 Fluktuasi periosteal akan tampak, dan area
 Penurunan dalam penggunaan destruksi pada korteks tulang tampak
ekstremitas (misalnya lebih jelas. Osteomielitis kronik
ketidakmampuan dalam berjalan jika diidentifikasi dengan adanya detruksi
tungkai bawah yang terlibat atau tulang yang masif dan adanya
terdapat pseudoparalisis anggota involukrum, yang membungkus fokus
badan pada neonatus). sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu
 Kegagalan pada anak-anak untuk sequestrum.
berdiri secara normal. Infeksi jaringan lunak biasanya tidak
dapat dilihat pada radiograf kecuali
Pemeriksaan Laboratorium apabila terdapat oedem. Pengecualian
lainnya adalah apabila terdapat infeksi
- Pemeriksaan darah lengkap yang menghasilkan udara yang
Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi menyebabkan terjadinya ‗gas gangrene‘.
sering normal. Adanya pergeseran ke kiri Udara pada jaringan lumak ini dapat
biasanya disertai dengan peningkatan jumlah dilihat sebagai area radiolusen, analog
leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif dengan udara usus pada foto abdomen.
protein biasanya tinggi dan nonspesifik;
penelitian ini mungkin lebih berguna daripada
laju endapan darah (LED) karena
menunjukan adanya peningkatan LED pada
permulaan. LED biasanya meningkat (90%),
namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik.
CRP dan LED memiliki peran terbatas dalam
menentukan osteomielitis kronis seringkali
didapatkan hasil yang normal. Lekositosis,
peningkatan laju endap darah, dan C-reaktif
protein harus diperhatikan.
- Kultur
Kultur dari luka superficial atau saluran
sinus sering tidak berkorelasi dengan bakteri
yang menyebabkan osteomielitis dan
memiliki penggunaan yang terbatas. Darah
hasil kultur, positif pada sekitar 50% pasien
dengan osteomielitis hematogen.
Bagaimanapun, kultur darah positif mungkin
menghalangi kebutuhan untuk prosedur Gambar 8.4 Foto Polos Pada Osteomielitis
invasif lebih lanjut untuk mengisolasi
organisme. Kultur tulang dari biopsi atau
aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77%
pada semua studi.
88
b. Ultrasound d. CT Scan
USG dapat menunjukkan
perubahan sedini mungkin 1-2 hari CT scan dapat menggambarkan
setelah timbulnya gejala. USG dapat kalsifikasi abnormal, osifikasi dan
menunjukkan ketidakabnormalan ketidaknormalan intrakortikal. CT scan
termasuk abses jaringan lunak atau mungkin dapat membantu dalam
penumpukan cairan (seperti abses) mengevaluasi lesi pada tulang
dan elevasi periosteal. vetebra. CT scan juga lebih unggul
dalam area dengan anatomi yang
USG juga dapat digunakan untuk kompleks, contohnya pelvis, sternum,
menuntun dalam melakukan aspirasi. dan calcaneus. CT scan dengan
Tapi, USG tidak digunakan untuk potongan koronal dan sagital berguna
mengevaluasi cortex tulang. Berguna untuk menidentifikasi sequestra pada
untuk mengidentifikasi efusi sendi dan osteomielitis kronik. Sequestra akan
menguntungkan untuk mengevaluasi tampak lebih radiodense dibanding
pasien pediatrik dengan suspek infeksi involukrum disekelilingnya.
sendi panggul. Teknik sederhana dan
murah telah menjanjikan, terutama
pada anak dengan osteomielitis akut.
Ultrasonografi dapat menunjukkan
perubahan sejak 1-2 hari setelah
timbulnya gejala. Kelainan termasuk
abses jaringan lunak atau kumpulan
cairan dan elevasi periosteal.
Ultrasonografi memungkinkan untuk
petunjuk ultrasound aspirasi. Tidak
memungkinkan untuk evaluasi korteks
tulang. Gambar 8.5 USG Osteomielitis

e. MRI
c. Radionuklir
Untuk pencitraan nuclir,
Technetium Tc-99m metilen difosfonat
adalah agen pilihan utama.
Sensitivitas pemeriksaan ini terbatas
pada minggu pertama dan sama sekali
tidak spesifik. Jarang dipakai untuk
mendeteksi osteomielitis akut.
Pencitraan ini sangat sensitif namun
tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi
tulang. Umumnya, infeksi tidak bisa
dibedakan dari neoplasma, infark, Gambar 8.6 MRI Osteomielitis
trauma, gout, stress fracture, infeksi
jaringan lunak, dan artritis. Namun, Magnetic resonance imaging (MRI)
radionuklir dapat membantu untuk sangat membantu dalam mendeteksi
mendeteksi adanya proses infeksi osteomielitis. MRI lebih unggul jika
sebelum dilakukan prosedur invasif dibandingkan dengan radiografi, CT
dilakukan. scan dan scintigrafi tulang MRI
memiliki sensitifitas 90-100% dalam
mendeteksi osteomielitis. MRI juga
memberikan gambaran resolusi ruang
anatomi dari perluasan infeksi. MRI
89
efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi mendiagnosa osteomielitis. Kultur dari
operasi osteomyelitis. Penelitian telah sediaan sinus tidak dapat dipercaya
menunjukkan keunggulannya sepenuhnya untuk mengidentifikasi etiologi
dibandingkan dengan radiografi polos, dari osteomielitis, sehingga biopsi merupakan
CT, dan scanning radionuklida dan anjuran untuk menentukan etiologi dari
dianggap sebagai pencitraan pilihan. osteomielitis. Namun keakuratan biopsi
Sensitivitas berkisar antara 90-100%. seringkali terbatas oleh kurangnya
Tomografi emisi positron (PET) pengumpulan spesimen yang sama dan
scanning memiliki akurasi yang mirip penggunaan antibiotik sebelumnya.
dengan MRI.

f. Radionuklida scanning tulang


Tiga fase scan tulang, scan gallium
dan scan sel darah putih menjadi
pertimbangan pada pasien yang tidak
mampu melakukan pencitraan MRI.
Sebuah fase tiga scan tulang memiliki
sensitivitas yang tinggi dan spesifisitas
pada orang dewasa dengan temuan
normal pada radiograf. Spesifisitas
secara dramatis menurun dalam
pengaturan operasi sebelumnya atau
trauma tulang. Dalam keadaan
khusus, informasi tambahan dapat
diperoleh dari pemindaian lebih lanjut
dengan leukosit berlabel dengan 67
gallium dan / atau indium 111.

Pemeriksaan histopatologi dan


mikrobiologi
Pemeriksaan histopatologi dan
mikrobiologi merupakan gold standard dalam

Diagnosis of Acute Osteomyelitis*

-Pus on aspiration
-Positive bacterial culture from bone or blood
-Presence of classic signs and symptoms of acute osteomyelitis
-Radiographic changes typical of osteomyelitis

*--Two of the listed findings must be present for establishment of the


diagnosis.

Information from Peltola H, Vahvanen V. A comparative study of


osteomyelitis and purulent arthritis with special reference to aetiology and

90
recovery. Infection 1984;12(2):75-9.

yang kadang-kadang menyerupai kulit


bawang yang berlapis-lapis dan massa
jaringan lunak yang besar.
Diagnosa Banding

Diagnosis banding pada masa akut Penatalaksanaan


adalah demam reumatik dan selulitis. Pada
demam reumatik, nyeri cenderung berpindah Osteomyelitis akut
dari satu sendi ke sendi lainnya. Bisa
terdapat carditis, nodul-nodul rematik, atau Osteomielitis akut harus diobati segera.
erythema marginatum. Pada selulitis, Biakan darah diambil dan pemberian
terdapat kemerahan superfisial yang antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu
melebar, terjadi limfangitis. Arthritis supuratif hasil biakan. Karena Staphylococcus
akut dibedakan dari osteomielitis hematogen merupakan kuman penyebab tersering, maka
akut berdasarkan adanya nyeri yang difus , antibiotika yang dipilih harus memiliki
dan semua pergerakan sendi terbatas karena spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah
adanya spasme otot. negatif, maka diperlukan aspirasi
subperiosteum atau aspirasi intramedula
Pada Gaucher‟s Disease. Pseudo- pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan
osteitis dapat timbul dengan manifestasi klinis untuk tirah baring, keseimbangan cairan dan
yang sangat mirip dengan osteomielitis. elektrolit dipertahankan, diberikan antipiretik
Diagnosis ditegakkan terutama dengan bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi
adanya pambesaran hati dan lien. dengan gips. Perbaikan klinis biasanya
terlihat dalam 24 jam setelah pemberian
Gambaran Radiologik osteomielitis antibiotika. Jika tidak ditemukan perbaikan,
dapat menyerupai gambaran penyakit- maka diperlukan intervensi bedah. Terapi
penyakit lain pada tulang, diantaranya yang antibiotik biasanya diteruskan hingga 6
terpenting adalah tumor ganas primer tulang. minggu pada pasien dengan osteomielitis.
Destruksi tulang, reaksi periosteal, LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara
pembentukan tulang baru, dan serial setiap minggu untuk memantau
pembengkakan jaringan lunak, dijumpai juga keberhasilan terapi.
pada osteosarkoma dan Ewing sarkoma.
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di
Osteosarkoma, seperti halnya beberapa tempat untuk mengurangi tekanan
osteomielitis, biasanya mengenai metafisis intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan
tulang panjang sehingga pada stadium dini untuk menentukan jenis kuman dan
sangat sukar dibedakan dengan osteomielitis. resistensinya. Bila terdapat perbaikan,
Pada stadium yang lebih lanjut, kemungkinan antibiotik parenteral diteruskan sampai 2
untuk membedakan lebih besar karena pada minggu, kemudian diteruskan secara oral
osteosarkoma biasanya ditemukan paling sedikit 4 minggu.
pembentukan tulang yang lebih banyak serta
adanya infiltrasi tumor yang disertai Penyulit berupa kekambuhan yang dapat
penulangan patologik ke dalam jaringan mencapai 20%, cacat berupa dekstruksi
lunak. Juga pada osteosarkoma ditemukan sendi, gangguan pertumbuhan karena
segitiga Codman. kerusakan cakram epifisis, dan osteomielitis
kronik. Indikasi untuk melakukan tindakan
Pada tulang panjang, Ewing Sarkoma pembedahan ialah:
biasanya mengenai diafisis; tampak destruksi
tulang yang bersifat infiltratif, reaksi periosteal
91
a. Adanya abses. Literatur yang ada tidak dapat
b. Rasa sakit yang hebat. mendukung pengobatan pada orang dewasa,
c. Adanya sekuester. dikarenakan penyakit ini paling banyak
d. Bila mencurigakan adanya perubahan ke menyerang kelompok usia anak. Operasi
arah keganasan (karsinoma epidermoid). diindikasikan dalam pengobatan pada orang
Saat yang terbaik untuk melakukan dewasa.
tindakan pembedahan adalah bila involukrum
telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya Osteomyelitis kronik
fraktur pasca pembedahan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika
merupakan adjuvan terhadap debridemen
bedah. Dilakukan sequestrektomi
Osteomyelitis subakut (pengangkatan involukrum secukupnya
supaya ahli bedah dapat mengangkat
Pengobatan osteomyelitis subakut sequestrum). Kadang harus dilakukan
tergantung dari diagnosis. Kebanyakan 1/3 pengangkatan tulang untuk memajankan
kasus tidak dapat dibedakan dari keganasan rongga yang dalam menjadi cekungan yang
primer dari tumor tulang. Biopsi dan kuretase dangkal (saucerization). Semua tulang dan
diperlukan untuk penegakan diagnosis pada kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat
kasus-kasus ini. Pada saat diagnosis supaya dapat terjadi penyembuhan yang
ditegakkan, pemberian antibiotik yang sesuai permanen. Pada beberapa kasus, infeksi
dengan kelompok gram, kultur, dan sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-
sensitivitas harus sudah dimulai secara satunya tindakan terbaik adalah amputasi
intravena selama 2-7 hari, diikuti dengan dan pemasangan prothesa.
antibiotik oral selama 6 minggu.
Pengobatan Osteomielitis Kronik: :
Kegagalan gejala untuk timbulnya
perbaikan setelah 6 minggu pengobatan 1. Pemberian antibiotik
dengan antibiotik atau perburukan kondisi Osteomielitis kronis tidak dapat diobati
selama pengobatan harus dipikirkan untuk dengan antibiotik semata-mata
mengevaluasi ulang dan mendiagnosis
secara bakteriologis, diikuti penatalaksanaan Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
operasi dan antibiotik yang sesuai. Indikasi
 Mencegah terjadinya penyebaran
lain untuk operasi adalah perubahan bentuk
infeksi pada tulang sehat lainnya
sinus yang selanjutnya dan drainase ke
 Mengontrol eksaserbasi
dalam sendi sinovial. Tanda-tanda klinis dari
2. Tindakan operatif
pus subperiosteal atau sinovitis
Tindakan operatif dilakukan bila fase
mengindikasikan bahwa infeksi subakut telah
eksaserbasi akut telah reda setelah
berubah menjadi komponen akut, dan ini
pemberian dan pemayungan antibiotik
harus dilakukan drainase secara bedah.
yang adekuat.
Indikasi tindakan bedah :
Operasi yang dilakukan bertujuan:
a. Kegagalan gejala untuk memperbaiki
setelah lebih dari 6 bulan dilakukan  Mengeluarkan seluruh jaringan
nekrotik, baik jaringan lunak maupun
pengobatan dengan antibiotik atau
perburukan kondisi selama pengobatan. jaringan tulang(sekuestrum) sampai ke
b. Lesi yang cepat berkembang (tidak dapat jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya
dibedakan dari keganasan tulang). dilakukan drainase dan irigasi secara
c. Perubahan bentuk sinus atau drainase ke kontinu selama beberapa hari.
Adakalanya diperlukan penanaman
dalam sendi sinovial.
d. Tanda-tanda klinis dari pus subperiosteal rantai antibiotik di dalam bagian tulang
atau sinovitis. yang infeksi

92
 Sebagai dekompresi pada tulang dan mengontrol hematoma dan mebuang debris.
memudahkan antibiotik mencapai Dapat diberikan irigasi larutan salin normal
sasaran dan mencegah penyebaran selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi
osteomielitis lebih lanjut. samping dengan pemberian irigasi ini.
Kegagalan pemberian antibiotik dapat Rongga yang didebridemen dapat diisi
disebabkan oleh : dengan graft tulang kanselus untuk
a. Pemberian antibiotik yang tidak sesuai merangsang penyembuhan. Pada defek yang
dengan mikroorganisme penyebab sangat besar, rongga dapat diisi dengan
b. Dosis tidak adekuat transfer tulang berpembuluh darah atau flup
c. Lama pemberian tidak cukup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan
d. Timbulnya resistensi sekitarnya namun dengan pembuluh darah
e. Kesalahan hasil biakan (laboratorium) yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan
f. Antibiotik antagonis meningkatkan asupan darah; perbaikan
g. Pemberian pengobatan suportif yang buruk asupan darah kemudian akan memungkinkan
h. Kesalahan diagnostic penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
Bila proses akut telah dikendalikan, maka Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara
terapi fisik harian dalam rentang gerakan bertahap untuk menyakinkan penyembuhan.
diberikan. Kapan aktivitas penuh dapat Debridemen bedah dapat melemahkan
dimulai tergantung pada jumlah tulang yang tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau
terlibat. Pada infeksi luas, kelemahan akibat penyokong dengan fiksasi interna atau alat
hilangnya tulang dapat mengakibatkan penyokong eksterna untuk mencegah
terjadinya fraktur patologis. Luka dapat terjadinya patah tulang. Saat yang terbaik
ditutup rapat untuk menutup rongga mati untuk melakukan tindakan pembedahan
(dead space) atau dipasang tampon agar adalah bila involukrum telah cukup kuat;
dapat diisi oleh jaringan granulasi atau mencegah terjadinya fraktur pasca
dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat pembedahan.
dipasang drainase berpengisap untuk

Initial Antibiotic Regimens for Patients with Osteomyelitis

Organism Antibiotic(s) of first choice Alternative antibiotics

Staphylococcus aureus or Nafcillin (Unipen), 2 g IV First-generation


coagulase-negative every 6 hours, or clindamycin cephalosporin or
(methicillin-sensitive) phosphate (Cleocin vancomycin (Vancocin)
staphylococci Phosphate), 900 mg IV every
8 hours

S. aureus or coagulase- Vancomycin, 1 g IV every 12 Teicoplanin (Targocid),*


negative (methicillin- hours trimethoprim-
resistant) staphylococci sulfamethoxazole (Bactrim,
Septra) or minocycline
(Minocin) plus rifampin
(Rifadin)

93
Various streptococci Penicillin G, 4 million units IV Clindamycin, erythromycin,
(groups A and B b- every 6 hours vancomycin or ceftriaxone
hemolytic organisms or (Rocephin)
penicillin-sensitive
Streptococcus pneumoniae)

Intermediate penicillin- Cefotaxime (Claforan), 1 g IV Erythromycin or clindamycin


resistant S. Pneumoniae every 6 hours, or ceftriaxone,
2 g IV once daily

Penicillin-resistant S. Vancomycin, 1 g IV every 12 Levofloxacin (Levaquin)


pneumonia hours

Enterococcus species Ampicillin, 1 g IV every 6 Ampicillin-sulbactam


hours, orvancomycin, 1 g IV (Unasyn)
every 12 hours

Enteric gram-negative rods Fluoroquinolone (e.g., Third-generation


ciprofloxacin [Cipro], 750 mg cephalosporin
orally every 12 hours)

Serratia species or Ceftazidime (Fortaz), 2 g IV Imipenem (Primaxin I.V.),


Pseudomonas aeruginosa every 8 hours (with an piperacillin-tazobactam
aminoglycoside given IV (Zosyn) or cefepime
once daily or in multiple (Maxipime; given with an
doses for at least the first 2 aminoglycoside)
weeks)

Anaerobes Clindamycin, 600 mg IV or For gram-negative


orally every 6 hours anaerobes: amoxicillin-
clavulanate (Augmentin) or
metronidazole (Flagyl)

Mixed aerobic and Amoxicillin-clavulanate, 875 Imipenem


anaerobic organisms mg and 125 mg, respectively,
orally every 12 hours

IV = intravenous.
*--Currently available only in Europe.

Adapted with permission from Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J Med
1997;336:999-1007, and Mader JT, Shirtliff ME, Bergquist SC, Calhoun J. Antimicrobial
treatment of chronic osteomyelitis. Clin Orthop 1999;(360):46-65.

94
Debridement lebih besar akan terjadi hiperemi pada
daerah metafisis yang merupakan
Debridement pada pasien dengan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada
osteomielitis kronis dapat dilakukan. Kualitas keadaan ini tulang bertumbuh lebih cepat
debridement merupakan faktor penting dalam dan menyebabkan terjadinya pemanjangan
suksesnya pengobatan. Setelah debridement tulang
dengan eksisi tulang, adalah hal yang perlu
untuk menghapuskan/ menghilangkan dead - Osteomielitis Kronik
space yang dilakukan dengan memindahkan Apabila diagnosis dan terapi yang tepat
jaringan di atasnya. Pengobatan dead space tidak dilakukan, maka osteomielitis akut akan
termasuk myoplasty lokal, pemindahan berlanjut menjadi osteomielitis kronik
jaringan dan penggunaan antibiotik.
Pelaksanaan pada jaringan lunak telah - Fraktur Patologis
dikembangkan untuk meningkatkan aliran - Ankilosis
darah lokal dan pendistribusian antibiotik. - Abses Tulang
- Kanker kulit
- Selulitis
Komplikasi
Prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi pada
osteomyelitis adalah: Angka mortalitas pada osteomielitis akut
yang diobati adalah kira-kira 1 %, tetapi
- Septikemia morbiditas tetap tinggi. Bila terapi efektif
Dengan makin tersedianya obat-obatan dimulai dalam waktu 48 jam setelah
antibiotik yang memadai, kematian akibat timbulnya gejala, kesembuhan yang cepat
septikemia pada saat ini jarang ditemukan. dapat diharapkan pada kira-kira 2/3 kasus.
Kronisitas dan kambuhnya infeksi mungkin
- Kematian tulang (osteonekrosis)
terjadi bila terapinya terlambat.
Infeksi pada tulang dapat menghambat
sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan Empat faktor penting yang menentukan
kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada keefektifan terapi antimikroba dalam terapi
area yang luas, kemungkinan harus osteomielitis hematogenous akut, sehingga
diamputasi untuk mencegah terjadinya akan mempengaruhi prognosis adalah :
penyebaran infeksi.
1. Interval waktu diantara onset penyakit dan
- Arthritis septic permulaan terapi.
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam
tuolang bias menyebar ke dalam sendi di Terapi yang dimulai dalam 3 hari pertama
dekatnya. adalah yang paling ideal karena pada tahap
ini area lokal dari osteomielitis masih belum
- Artritis Supuratif menjadi iskemi. Dengan pengobatan dini,
Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi organisme penyebab akan lebih sensitif
muda karena lempeng epifisis bayi (yang terhadap obat yang dipilih dan dapat
bertindak sebagai barier) belum berfungsi mengontrol infeksi sehingga osteolisis,
dengan baik. Komplikasi terutama terjadi nekrosis tulang dan pembentukan tulang baru
pada osteomielitis hematogen akut di daerah akan dihambat. Dengan keadaan seperti ini
metafisis yang bersifat intra-kapsuler maka perubahan gambaran radiologik tidak
(misalnya pada sendi panggul) atau melalui akan muncul kemudian pengobatan dalam
infeksi metastatik tiga sampai tujuh hari akan mengurangi
infeksi baik sistemik maupun lokal, namun
- Gangguan Pertumbuhan
terlalu lambat untuk mencegah kerusakan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi
tulang. Pengobatan yang dimulai setelah satu
dapat menyebabkan kerusakan lempeng
minggu infeksi hanya dapat mengontrol
epifsisis yang menyebabkan gangguan
septikemia dan menyelamatkan jiwa, tetapi
pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena
akan menjadi lebih pendek. Pada anak yang
95
memiliki efek yang kecil dalam mencegah Edisi 3. Penerbit Yarsif Watampone.
kerusakan tulang lebih lanjut. Jakarta.2007. Hal 6-11
9. Anatomi Tulang. www.HealthForAll.com .
2. Keefektifan obat antimikroba dalam Last update March 2009
melawan kuman penyebab
Hal ini bergantung pada jenis kuman
penyebab yang bersangkutan apakah kuman
tersebut resisten atau sensitif terhadap
antibiotik yang digunakan.
3. Dosis dari obat antimikroba
Faktor lokal dari vaskularisasi tulang yang
terganggu memerlukan dosis antibiotik yang
lebih besar untuk osteomielitis daripada
infeksi jaringan lunak.
4. Durasi terapi antimikroba
Penghentian terapi yang terlalu awal
terutama bila kurang dari empat minggu akan
mengakibatkan terjadinya infeksi kronik dan
rekuren dari osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C., Infeksi dan Inflamasi. Dalam
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3.
Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta.
2007. Hal 132- 41.
2. Jong W., Sjamsuhidayat R. 2005. Infeksi
Muskuloskeletal. In Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. Hal 903 – 910.
3. Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staff
Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta.
1995. Hal 472 – 74
4. King R., Johnson D. Osteomyelitis.
www.emedicine.com . Last updated: Nov 4,
2008
5. Lew, Daniel P., Waldvogel, Francis A.
1997. Osteomyelitis. The New England
Journal of Medicine.
6. Khoshhal K., Letts R. M. Subacute
Osteomyelitis (Brodie Abscess).
www.emedicine.com. Last updated: Jul 18,
2008
7. Rasad S., Kartoleksono S, Ekayuda I.
Infeksi Tulang dan Sendi. Radiologi
Diagnostik. Bagian Radilogi FKUI. Jakarta.
1995. Hal: 62-72.
8. Rasjad C. Struktur dan fungsi Tulang.
Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
96
OSTEOARTHRITIS dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan
ini timbul akibat mekanisme abnormal pada
Osteoartritis (OA) adalah gangguan proses penuaan, trauma atau akibat
sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan kelainan lain yang menyebabkan kerusakan
tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak
perlunakan progresif, diikuti pertambahan berkaitan dengan faktor sistemik ataupun
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang infeksi.
rawan sendi yang disebut osteofit, diikuti

A-1 A-2 A-3 B


Gambar 9.1. Gambar skematis kelainan yang dapat menimbulkan osteoartitis.

2. Osteoartritis sekunder
A. Bila terjadi kerusakan pada tulang
sub-artikuler (1), meningkatnya Osteoartritis sekunder dapat disebabkan
tekanan pada titik tertentu pada oleh penyakit yang menyebabkan
tulang rawan (2), sehingga beban kerusakan pada sinovia sehingga
yang diterima pada daerah tersebut menimbulkan osteoartritis sekunder.
berlebihan atau kerusakan tulang
rawan sendi oleh karena suatu hal Beberapa keadaan yang dapat
(3) dapat menyebabkan menimbulkan osteoartritis sekunder adalah:
osteoartritis.  Trauma/instabilitas

B. Gambar skematis tekanan yang Osteoartritis sekunder terutama terjadi


diterima akibat beban tubuh pada sendi akibat fraktur pada daerah sendi,
yang normal. setelah menisektomi, tungkai bawah
yang tidak sama panjang, adanya
Klasifikasi hipermobilitas dan instabilitas sendi,
Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis, ketidaksejajaran dan ketidakserasian
yaitu: permukaan sendi.
1. Osteoartritis primer
 Faktor genetik/perkembangan
Osteoartritis primer tidak diketahui dengan
jelas penyebabnya, dapat mengenai satu Adanya kelainan genetik dan kelainan
atau beberapa sendi. Osteoartritis jenis ini perkembangan tubuh seperti displasia
terutama ditemukan pada wanita kulit epifisial, displasia aseta-buler,
putih, usia pertengahan dan umumnya penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi
bersifat poli-artikuler dengan nyeri yang sendi panggul bawaan, tergelincirnya
akut disertai rasa panas pada bagian epifisis (slipped epiphysis) dapat
distal interfalangeal yang selanjutnya menyebabkan osteoartritis.
terjadi pembengkakan tulang yang disebut
nodus Heberden.

97
 Faktor mekanik serta kelainan
 Penyakit metabolik/endokrin geometri sendi
 Trauma dan faktor okupasi
Osteoartritis sekunder dapat pula
disebabkan oleh penyakit Trauma yang hebat terutama fraktur
metabolik/endokrin seperti penyakit intra-artikuler atau dislokasi sendi
okrono-sis, akromegali, merupakan predisposisi osteoartritis.
mukopolisakaridosis, deposisi kristal
atau setelah suatu inflamasi pada  Cuaca/iklim
sendi, misalnya artritis reumatik atau Gejala lebih sering timbul setelah
artropati oleh inflamasi. kontak dengan cuaca dingin atau
lembab.
 Osteonekrosis
 Diet
Osteoartritis dapat berkembang
akibat osteonekrosis kaput femoris Salah satu tipe osteoartritis yang
oleh bermacam-macam sebab, bersifat umum di Siberia yang disebut
misalnya penyakit Caisson, penyakit penyakit Kashin-Beck yang mungkin
sickle cell. disebabkan oleh karena menelan zat
toksin yang disebut fusaria.
Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya Insidens
osteoartritis dipengaruhi oleh:
Insidens osteoartritis meningkat seiring
 Umur dengan proses penuaan dan terutama
ditemukan pada usia di atas 50 tahun, tetapi
Umumnya ditemukan pada usia lanjut dapat pula ditemukan pada usia muda
(di atas 50 tahun), oleh karena pada akibat kerusakan pada tulang rawan sendi
orang lanjut usia pembentukan oleh salah satu sebab.
kondroitin sulfat yang merupakan
substansi dasar tulang rawan Patologi
berkurang dan dapat terjadi fibrosis Kelainan yang dapat ditemukan pada
tulang rawan. osteoartritis adalah:
1. Tulang rawan sendi
 Jenis kelamin
Kelainan osteoartritis berawal dari
Kelainan ini dapat ditemukan baik berkurangnya/tidak terbentuknya
pada pria maupun wanita dimana substansi tulang rawan sendi (kondroitin
osteoartritis primer lebih banyak sulfat). Terjadi perlunakan dan iregularitas
ditemukan pada wanita pasca pada tulang rawan sendi, permukaan
menopause sedangkan osteoartritis sendi menjadi kasar.
sekunder lebih banyak ditemukan
pada laki-laki. Mikroskopik: terjadi penurunan substansi
penyusun tulang rawan (kondroitin sulfat)
 Ras pada lapisan superfisial dan peningkatan
Lebih sering pada orang Asia sel.
khususnya Cina, Eropa dan Amerika
daripada kulit hitam. 2. Tulang
 Faktor keturunan
 Faktor metabolik/endokrin Terjadi peningkatan vaskularisasi serta
Penderita obesitas, hipertensi, pembentukan osteofit pada ujung
hiperurisemi dan diabetes lebih rentan persendian terutama pada sendi
terhadap osteoartritis. interfalangeal distal. Pembentukan tulang

98
baru ini berupa eburnasi dan
pembentukan kista-kista. Tulang rawan yang nekrosis dapat
Kista ini dapat berhubungan dengan sendi mengalami aberasi, terlepas ke dalam
dan berisi cairan sinovial, melalui defek ruang sendi dan berupa benda-benda
pada tulang subkondral. lepas yang dapat menimbulkan reaksi
pada membran sinovia sehingga timbul
3. Membran sinovial efusi dalam sendi.

Membran sinovial mengalami hipertrofi 6. Efusi


vilus. Pada mikroskop elektron terlihat
retikulum endoplasma yang bertambah, Efusi dapat terjadi pada stadium awal atau
dilatasi sisterna, serta berkurangnya pada stadium eksaserbasi inflamasi akut.
aparatus Golgi dan penambahan lisosom. Cairan bersifat jernih, mempunyai
4. Kapsul sendi viskositas tinggi dengan kadar protein
Terjadi fibrosis dan kontraktur pada kapsul yang rendah (2 g/100 ml) (gambar 9.2).
sendi. Juga dapat terjadi efusi hemoragik,
5. Badan lepas (loose bodies) terutama pada orang tua.

A B

Gambar 9.2. Pada gambar A cairan sendi pada tabung terlihat transparan, yang merupakan ciri khas pada
osteoartritis dan dibandingkan dengan cairan sendi pada gambar B yang tidak transparan pada suatu artritis
akibat infeksi.
1. Nyeri
7. Nodus Heberden dan Bouchard
Nyeri terutama pada sendi-sendi yang
Nodus ini terjadi oleh karena degenerasi menanggung beban tubuh seperti pada
membran kapsul dan jaringan lunak sendi sendi panggul dan lutut. Nyeri ini terutama
yang membentuk kista yang mengandung terjadi bila sendi digerakkan dan pada
asam hialuronat, kemudian terjadi waktu berjalan.
metaplasia tulang dan tulang rawan.
Nyeri yang terjadi berhubungan dengan:
Gambaran klinis Inflamasi yang luas
Kontraktur kapsul sendi
Osteoartritis biasanya mengenai satu atau Peningkatan tekanan intra-artikuler
beberapa sendi. Gejala-gejala klinis yang akibat kongesti vaskuler
ditemukan berhubungan dengan fase Nyeri berkurang setelah dilakukan
inflamasi sinovial, penggunaan sendi serta aspirasi yang mengurangi tekanan intra-
inflamasi dan degenerasi yang terjadi sekitar artikuler.
sendi. Tidak ada hubungan antara beratnya
nyeri yang terjadi dengan luasnya
kerusakan pada pemeriksaan radiologis.

99
2. Kekakuan osteofit. Juga dapat terjadi oleh karena
adanya pembengkakan dan penebalan
Kekakuan terutama terjadi oleh karena pada sinovia yang berupa kista.
adanya lapisan yang terbentuk dari bahan 4. Gangguan pergerakan
elastik akibat pergeseran sendi atau oleh
adanya cairan yang viskosa. Keluhan Gangguan pergerakan pada sendi
yang dikemukakan berupa kesukaran disebabkan oleh adanya fibrosis pada
untuk bergerak setelah duduk. Kekakuan kapsul, osteofit atau iregularitas
pada sendi besar atau pada jari tangan permukaan sendi. Pada pergerakan sendi
menyebabkan gangguan pada aktivitas dapat ditemukan atau didengar adanya
sehari-hari penderita. krepitasi.
3. Pembengkakan
5. Deformitas
Pembengkakan terutama ditemukan pada
lutut dan siku. Pembengkakan dapat Deformitas sendi yang ditemukan akibat
disebabkan oleh cairan dalam sendi pada kontraktur kapsul serta instabilitas sendi
stadium akut atau oleh karena karena kerusakan pada tulang dan tulang
pembengkakan pada tulang yang disebut rawan.

A B

Gambar 9.3. Nodus Heberden; gambaran klinis (A) dan radiologik (B). Proses degeneratif pada sendi interfalangeal distal ini terutama
dtemukan pada wanita dengan osteoartritis primer.

Pemeriksaan laboratorium
6. Nodus Heberden dan Bouchard 1. Laju endap darah biasanya normal.
2. Serum kolesterol sedikit meninggi.
Nodus Heberden ditemukan pada bagian 3. Pemeriksaan faktor reumatoid negatif.
dorsal sendi interfalangeal distal,
sedangkan nodus Bouchard pada bagian Pemeriksaan radiologis
proksimal sendi interfalangeal tangan Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan:
terutama pada wanita dengan osteoartritis 1. Foto polos
primer. Nodus Heberden kadang-kadang Gambaran yang khas pada foto polos
tanpa disertai rasa nyeri tapi sering adalah:
ditemukan parastesia dan kekakuan sendi Densitas tulang normal atau meninggi
jari-jari tangan pada stadium lanjut disertai Penyempitan ruang sendi yang
dengan deviasi jari ke lateral (gambar asimetris karena hilangnya tulang rawan
10.3). sendi
Sklerosis tulang subkondral

100
Kista tulang pada permukaan sendi Gambaran ini terutama jelas ditemukan
terutama subkondral pada sendi-sendi besar (gambar 9.4)
Osteofit pada tepi sendi

Gambar 9.4. Gambaran radiologik osteoartritis pada panggul (panggul kanan). Pada gambar terlihat penyempitan ruang sendi, sklerosis
tulang sub-kondral dan pembentukan osteofit pada tepi sendi (panah).

2. Radionuklida scanning nodus Heberden dan nodus Bouchard yang


tampak sebagai benjolan.
Dilakukan dengan menggunakan 99m Tc-
HDP dan terlihat peningkatan aktivitas Pengobatan
tulang pada bagian subkondral dari sendi
yang terkena osteoartritis. Dapat pula Pada penyakit osteoartritis terutama
ditemukan penambahan vaskularisasi dan pada stadium awal, pemberian pengobatan
pembentukan tulang baru, juga terlihat bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri,
daerah perselubungan sendi vertebra menambah luas pergerakan/mobilisasi sendi
apofisial. dan mengurangi beban tubuh.
Pengobatan terdiri atas:
Diagnosis 1. Penanganan umum
o Istirahat yang teratur untuk
Bentuk klasik osteoartritis monoartikuler mengurangi penggunaan beban pada
berupa nyeri dan disfungsi dari satu sendi, sendi
terutama pada sendi yang menyokong o Mengurangi berat badan dengan diet
beban tubuh yaitu pada sendi panggul dan o Latihan di rumah berupa latihan statis
lutut. Pada osteoartritis sekunder mungkin serta memperkuat otot-otot
dapat ditemukan penyebab sebelumnya
seperti displasia asetabuler, penyakit Legg- o Fisioterapi yang berguna untuk
Calve-Perthes, pasca trauma, atau fraktur mengurangi rasa nyeri, menguatkan
pada daerah panggul. otot dan menambah luas pergerakan
sendi.
Osteoartritis poli-artikuler ditemukan
pada wanita umur pertengahan dengan 2. Pemberian obat-obatan
keluhan nyeri, kekakuan dan pembengkakan
pada sendi tangan yang terutama mengenai o Pemberian obat-obatan analgesik dan
sendi karpometakarpal pertama sendi anti-inflamasi untuk mengurangi nyeri
tangan dan metatarsofalangeal sendi kaki. dan pembengkakan.
Perubahan yang terlihat jelas pada tangan
berupa pembengkakan sendi interfalangeal o Injeksi steroid dilakukan pada
dan pada tingkat awal disertai dengan reaksi sinovitis akut (intra-artikuler) atau bila
inflamasi. Mungkin ditemukan adanya ada nyeri pada ligamen peri-artikuler.
pembengkakan jaringan lunak yang berupa
101
4. Pemasangan bidai apabila ada nyeri pada
3. Aspirasi bilamana ada cairan dalam sendi stadium akut, mengoreksi deformitas
serta mengurangi beban tubuh

Gambar 9.5. Gambaran radiologik suatu osteoartritis yang ringan pada lutut. Pada kelainan ini dilakukan osteotomi tinggi untuk mengoreksi
aksis sendi
Sendi lutut:
A B C Gambar 9.6.
Gambar skematis osteotomi tinggi  Osteotomi tinggi pada tibia untuk
tibia. mengoreksi kelurusan pada sendi
A. Aksis sendi pada lutut yang normal. lutut dimana belum ada kerusakan
yang menyolok pada sendi (gambar
B. Aksis sendi pada genu varum akibat 9.5 & 9.6).
kerusakan kompartemen medial pada  Hemiartroplasti, bila kerusakan satu
osteoartritis. kompartemen sendi (gambar 9.7C.).
 Artroplasti total, bila seluruh
C. Permukaan sendi sejajar kembali setelah kompartemen sendi rusak (gambar
suatu osteotomi. 9.7D.).
 Artrodesis dilakukan bila terdapat
kerusakan pada sendi dan sendi tidak
5. Tindakan operasi stabil pada orang muda (gambar
Tindakan operasi dilakukan apabila: 9.7.E).
o Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan
obat-obatan atau tindakan lokal Sendi panggul:
o Sendi yang tidak stabil oleh karena
subluksasi atau deformitas pada  Osteotomi (operasi menurut Mc.
sendi Murray) dilakukan pada osteoartritis
o Adanya kerusakan sendi pada tingkat yang ringan dengan keluhan nyeri
lanjut untuk mengubah pusat tekanan pada
sendi panggul (gambar 9.9).
o Untuk mengoreksi beban pada sendi
agar distribusi beban terbagi sama  Artroplasti, pada umumnya dilakukan
rata. Tindakan operasi yang dapat artroplasti total untuk melakukan
dilakukan: penggantian sendi panggul secara
keseluruhan baik kaput femur maupun
asetabulum. Tindakan ini dilakukan
pada kelainan panggul yang lanjut
(gambar 9.11A).

102
 Artrodesis, umumnya dilakukan pada
penderita muda dengan kelainan yang
bersifat unilateral (gambar 9.11B).

A B

C D E
Gambar 9.7. Pada kerusakan sendi yang progresif, dimana nyeri bertambah hebat, lutut makin tidak stabil dan deformitas bertambah berat,
dapat dilakukan artroplasti atau artrodesis tergantung keadaannya. Bila kerusakan hanya pada satu kompartemen saja (A) dilakukan
hemiartroplasti (C). Bila seluruh kompartemen lutut rusak (B) dilakukan artroplasti total (D) atau artrodesis (E), tergantung situasinya.

103
Gambar 9.8. Pada osteoartritis panggul yang ringan dilakukan osteotomi pada femur.

A B C
Gambar 9.9. A. Gambar skematis sendi panggul posisi normal. B. Penyempitan pada ruangan sendi bagian atas (panah) akibat osteoartritis,
sehingga Kedudukan femur terhadap panggul berubah dan sebagai akibatnya distribusi tekanan pada permukaan sendi menjadi tidak rata. C.
Osteotomi pada femur untuk mengoreksi keadaan ini

Gambar 9.10. Pada osteoartritis panggul yang berat dengan nyeri yang semakin progresif dan sangat mengganggu serta pada deformitas yang
berat disertai hilangnya kemampuan pergerakan sendi panggul yang progresif, dapat dilakukan artroplasti atau artrodesis tergantung
keadaannya.

104
4. Artritis gout

Pada artritis gout biasanya bersifat poli-


artritis kronik disertai dengan benjolan
berupa tofus dan pada pemeriksaan
radiologis terlihat adanya destruksi tulang
peri-artikuler.

5. Artritis tuberkulosa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley AG, Solomon L, Charles Wakeley


(2010) Orthopaedic Diagnosis. System of
Orthopaedics and Fractures, 9th ed,
A B Hodder Arnold, Hachette UK Company
Gambar. 9.11. Gambaran radiologik artroplasti (A) dan astrodesis 2. Dippe P, Hutton C, Campion G (1951)
(B) pada panggul
What is OA and Why Does the Joint Fail
Diagnosis banding Monographs. Medicine-Rheumatology,
USA, pp. 1-13
1. Nekrosis avaskuler baik yang bersifat
idiopatik ataupun sekunder oleh karena 3. Golding DN (1971) Osteoarthritis. A
sebab lain misalnya pasca trauma atau Synopsis of Rheumatic Disease, 2nd ed,
obat-obatan. John Wright and Sons Limited, Great
Britain, pp. 110-118
2. Artritis reumatoid
4. Koshino T (1983) High Tibial Osteotomy
Pada stadium awal osteoartritis poli- with Fixation by a Bladeplate for Medial
artikuler sering sulit dibedakan dengan Compartment Osteoarthritis of the Knee.
artritis reumatik karena pada stadium ini Orthopaedic Clinics of North America, Vol.
ditemukan pula nyeri dan inflamasi pada 20, No. 2, pp. 227-243
jari tangan.
5. Paturusi IA, Husain A (1993) Efekasi
Pada stadium lanjut kelainan lebih mudah Fisioterapi Terhadap Osteoartritis Lutut.
dibedakan. Pada artritis reumatik kelainan Majalah Kedokteran Unhas, Vol. 14, No. 3
terutama pada bagian distal interfalangeal & 4, Ujung Pandang, hal. 22-29
dan metakarpofalangeal.

3. Artritis psoriatik

Artritis psoriatik mengenai bagian distal


jari tangan berupa artritis erosif yang
menyebabkan destruksi tanpa adanya
osteofit.

105
TENOSINOVITIS SUPURATIF Menurut Chaidir (1998) pada kasus
Tenosynovitis Supuratif, pasien
Definisi dengan luka penetrasi dating dengan
Tenosynovitis adalah suatu sakit kemerahan pada tangan dan
peradangan yang melibatkan tendon demam. Pemeriksaan fisik
dan selubungnya yang mengakibatkan menunjukkan adanya 4 tanda dari
pembengkakan dan nyeri. Beberapa kanavel, yaitu:
penyebab dari pembengkakan ini 1. Jari dalam posisi sedikit fleksi
adalah trauma, penggunaan yang 2. Bengkak dalam bentuk fusiform
berlebihan dari repetitive minor 3. Nyeri tekan sepanjang flexor
trauma, strain atau infeksi. Beberapa tendon sheath
contoh dari tenosynovitis adalah 4. Nyeri pada saat dilakukan pasif
Dequervain‘s, Volar Flexor fleksi jari
Tenosynovitis (trigger finger) dan
flexor tenosynovitis. Gejala kanaval ada beberapa yang
tidak terlihat, seperti pada keadaan:
Epidemiologi
1. Pemberian antibiotika segera
Tenosynovitis supuratif
2. Kondisi yang sangat dini
mempunyai insiden yang lebih tinggi
3. Status immunocompromised
(75%) di kalangan wanita berbanding
4. Infeksi kronik
lelaki. Kebanyakan kasus terjadi pada
individu antara 52 dan 62 tahun.
Interpretasi Pemeriksaan
Penyakit ini sering terjadi pada kedua
Menurut Chaidir (1998), pemeriksaan
tangan.
laboratorium yang perlu dilakukan
Etiologi adalah:
1. Leukosit meningkat pada keadaan
1. Luka tusukan
infeksi proksial atau adanya
2. Laserasi
keterlibatan sistemik. Leukosit tidak
Yang menyebabkan tersedianya pintu meningkat pada keadaan infeksi
masuk bagi bakteri, terutama yang non supuratif, pada fase akut
Staphylococcus aureus menuju akan terjadi pergeseran ke kiri.
tendon. Pada pasien dengan
immunocompromised tidak terjadi
Patofisiologi peningkatan leukosit.
Infeksi flexor tendon adalah suatu 2. LED dapat meningkat pada kasus
infeksi pada bagian tertutup sheat dan ini dan dapat menetap pada kasus
jari telunjuk, jari tengah manis yang nonsupuratif.
berjalan di atas carpal neck pada level 3. Pada pemeriksaan histopatologi
annular pertama. Infeksi pada jari dan synovial biopsy didapatkan
dapat menyebar ke tangan dan inflamasi baik akut maupun kronik.1
pergelangan tangan, infeksi bias
menyebar ke fascia space hand, Diagnosis
struktur tulang yang berdekatan atau Didapatkan adanya penyebab utama
synovial joint space dapat pula yaitu penetrating trauma, infeksi
menembus lapisan kulit dan keluar. tersering disebabkan oleh flora normal
kulit seperti stafilokokus dan
streptokokus. Yang paling sering
adalah streptokokusaureus. Penyebab
Tanda Gejala lain diantaranya:

106
1. Luka gigitan: Hemophilusspesies,
bakteri anaerobdan gram negative.
2. Penyebaran melalui darah:
Mycobacterium Tuberculosa,
neiseria gonorrhea.
3. Miscelanous: pseudomonas
aeroginosa.
Diagnosis banding:
1. De quervain Tenosynovitis.
2. Trigger Finger

Tatalaksana
Menurut Wolf (1999), pada pasien
yang dating dengan keadaan yang
sangat dini, pemberian antibiotic
secara intravena memberikan hasil
yang baik. Antibiotik yang diberikan
antara lain:
1. Cefazolin 1-2 gram IV setiap 6 atau
8 jam
2. Clindamicin 600-900 mg IV tiap 8
jam
3. Ampicilin Surfaktan 1,5-3 gram IV
tiap 8 jam

Prognosis
Prognosis penyakit tenosynovitis
supuratif ini baik. Fungsi normal dapat
kembali setelah pasien mendapatkan
perawatan terhadap inflamasi yang
adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chaidir, MR. 1999. Tenosynovitis.


Bandung: Bag/UPF Orthopaedi &
Traumatologi FKUP/RSHS
2. Hoppenfield, Stanley. 1998.
Orthopaedic Dictionary. Michigan:
JP Lippincott Company
3. Wolf, SW. 1999. Tenosynovitis In
Green‟s Hand Surgery, 4th Edition.
Arizona: Churchill Livingstone.

107
OSTEOPOROSIS - Tidak menstruasi (amenorea) baik
karena post menopause atau induksi buatan
Osteoporosis mempunyai makna - Insufisiensi kalsium dalam pola diet
―tulang keropos‖ merupakan penyakit pada - Gangguan dalam makan
tulang yang mempunyai karakteristik - Gaya hidup seperti peminum alkohol
terjadinya penurunan pembentukan berat, peminum kopi berat dan perokok berat.
osteoblastik pada matrik dan peningkatan - Tidak mempunyai aktifitas yang cukup
proses osteoklastik resorpsi pada tulang, - Obat misalnya kortikosteroid.
dengan hasil terjadinya penurunan jumlah
total tulang. Osteoporosis merupakan suatu Jenis-jenis osteoporosis
kelainan metabolik tulang tanpa disertai
kelainan pada matriks tulang. Dikenal beberapa jenis osteoporosis yaitu:
1. Osteoporosis primer
Insidens Osteoporosis primer terbagi atas 2 tipe,
yaitu:
Osteoporosis merupakan bentuk yang
tersering dari penyakit metabolik pada • Tipe 1
tulang. Diperkirakan ada sekitar 22 juta Adalah tipe yang timbul pada wanita
orang dewasa mengalami osteoporosis di pasca menopause
amerika utara. Dengan biaya tahunan yang
dikeluarkan mencapai 10 milyar pertahun, • Tipe 2
dengan meningkatnya angka harapan hidup Terjadi pada orang lanjut usia baik pada
populasi disana. Pada kenyataannya WHO pria maupun wanita
memperkirakan akan meningkat 4 kali lipat
kasus osteoporosis pada tahun 2050. 2. Osteoporosis sekunder
Kelainan ini 2 - 4 kali lebih sering pada Osteoporosis sekunder terutama
wanita dibandingkan pria. Dari seluruh disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang
penderita, satu diantara tiga wanita yang erosif (misalnya mieloma multipel,
berumur di atas 60 tahun dan satu di antara hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan
enam pria yang berumur di atas 75 tahun akibat obat-obatan yang toksik untuk
akan mengalami patah tulang akibat tulang (misalnya glukokortikoid).
kelainan ini.
3. Osteoporosis idiopatik
Etiologi
Osteoporosis idiopatik adalah
Beberapa faktor penyebab osteoporosis osteoporosis yang tidak diketahui
termasuk diantaranya adalah penyakit penyebabnya dan ditemukan pada:
endokrin, lama tidak digunakan, status post
menopause, dan usia tua, walaupun pada • Usia kanak-kanak (juvenil)
beberapa pasien merupakan kombinasi dari • Usia remaja (adolesen)
2 atau 3 faktor. Lebih jauh lagi, pentingnya
faktor genetik menjadi fokus perhatian • Wanita pra-menopause
kedepannya. • Pria usia pertengahan.
Osteoporosis jenis ini jauh lebih jarang
Faktor-faktor risiko terjadinya osteoporosis terjadi dibanding jenis lainnya.
adalah:
- Jenis kelamin (satu dari empat
perempuan dibandingkan dengan 1 laki-laki
lebih dari 50 tahun diperkirakan mengalami Gambaran klinis
osteoporosis)
108
Gambaran klinis yang dapat ditemukan
adalah: 2. Deformitas tulang

1. Nyeri tulang Dapat terjadi fraktur traumatik pada


vertebra dan menyebabkan kifosis
Nyeri terutama terasa pada tulang anguler yang dapat menyebabkan medula
belakang yang intensitas serangannya spinalis tertekan sehingga dapat terjadi
meningkat pada malam hari. paraparesis (gambar 11.1 A & B).

A B C
Gambar 11.1. Gambaran klinis (A) dan foto lateral tulang belakang penderita osteoporosis (B), serta foto tulang belakang yang
normal sebagai pembanding (C).

 Pemeriksaan komputer tomografi (CT).

Diagnosis • Pemeriksaan biopsi

Pada dasarnya penderita osteoporosis yang Pemeriksaan ini bersifat invasif dan
datang ke dokter dibagi dalam dua keadaan, berguna untuk memberikan informasi
yaitu: mengenai keadaan osteoklas, osteoblas,
ketebalan trabekula dan kualitas
Sebelum terjadi patah tulang mineralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada
tulang sternum atau krista-iliaka.
Penderita (terutama wanita tua) biasanya
datang dengan nyeri tulang terutama tulang • Pemeriksaan laboratorium
belakang, bungkuk dan sudah menopause.
Untuk menegakkan diagnosis yang akurat Pemeriksaan kimia darah dan kimia urin
dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu: biasanya dalam batas normal, sehingga
pemeriksaan ini tidak banyak membantu
• Pemeriksaan non-invasif kecuali pada pemeriksaan biomakers
osteocalcin (GLA protein) dan osteonectin
Pemeriksaan non-invasif yang dapat untuk melihat proses mineralisasi serta
dilakukan adalah: untuk membedakannya dengan nyeri
tulang oleh kausa yang lain.
 Pemeriksaan analisis aktifasi neutron
yang bertujuan untuk memeriksa Sesudah terjadi patah tulang
kalsium total dan massa tulang
 Pemeriksaan absorpsiometri Penderita biasanya datang dengan keluhan
tiba-tiba punggung terasa sangat sakit (nyeri
109
punggung akut), sakit pada pangkal paha
atau bengkak pada pergelangan tangan
setelah jatuh. Dengan pemeriksaan
radiologis dapat dilihat gambaran patah
tulang pada tempat-tempat tersebut.

Penatalaksanaan

Penanganan yang dapat dilakukan pada


penderita osteoporosis meliputi:
• Diet
• Pemberian kalsium dosis tinggi
• Pemberian vitamin D dosis tinggi
• Pemasangan penyangga tulang belakang
(spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung

• Pencegahan :
Menghindari faktor-faktor risiko
osteoporosis misalnya rokok, mengurangi
konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktivitas
fisik
Penanganan terhadap deformitas serta
fraktur yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley AG, Solomon L, Charles Wakeley


(2010) Orthopaedic Diagnosis. System of
Orthopaedics and Fractures, 9th ed, Hodder
Arnold, Hachette UK Company

2. Golding DN (1973) Arthritis Due to Metabolic


and Endocrine Disorders. A Synopsis of
Rheumatic Diseases, 2nd ed, John Wright &
Sons Ltd., London,

3. Salter, RB (1999) The Diagnosis of


Musculoskeletal Conditions. Textbook of
Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
system 3rd Edition, Lippincott Williams &
Wilkins., USA

110

Anda mungkin juga menyukai