Anda di halaman 1dari 12

PEMIMPIN HARUS MEMPUNYAI KECAKAPAN DALAM BIDANG ILMU DAN

FISIK: SURAH AL-BAQARAH AYAT 247

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Tafsir Tematik II (Siyasah Imarah)

Oleh:

Kelompok I

Muhammad Fadli

Dosen Pengampu:

Nugraha Andri Afriza, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi kehidupan akhirat kelak. Sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih baik mudah dan
penuh manfaat.
Saya menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa. Rasa terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah selaku pembimbing
yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam
proses penyelesaian karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya dalam bentuk kritik, saran dan masukan demi
kesempurnaan makalah ini nantinya.
Mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta pembaca lainnya yang ingin mengambil hikmah dari judul ini
“Pemimpin Harus Mempunyai Kecakapan dalam Bidang Ilmu dan Fisik:
Surah Al-Baqarah ayat 247” sebagai tambahan dalam referensi yang telah ada.

Panyabungan, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Surat Al-Baqarah Ayat 247 ................................................................ 2


B. Tafsir Mufradat Surat Al-Baqarah Ayat 247 ..................................... 2
C. Pendapat Para Mufassir Tentang Surat Al-Baqarah Ayat 247 ........... 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 8
B. Saran .................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam menghendaki umatnya tumbuh menjadi sosok yang kuat, yaitu kuat
secara fisik dan mental. Kekuatan ini cakupannya sangat luas, Yakni dalam bidang
kesehatan serta kebugaran jasmani dan kebersihan serta kesucian. Apalagi Allah
SWT telah mengingatkan kita untuk tidak menjadi generasi muslim yang lemah
jasmani dan rohani baik individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik
dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan
individu sebagai sebuah kesatuan utuh tidak hanya sebagai seseorang yang terpisah
antara jasmani dan rohaninya.
Pada kenyataannya. Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang
luas. Titik perhatiannya adalah aspek fisiologis dan berbagai aktivitasnya. Lebih
khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia
dan wilayah pendidikan lainnya; hubungan antara perkembangan tubuh-fisik
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap
wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain pada diri manusia.
Permasalahan tentang jasmani, Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk
menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam
mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara
memanah, berenang, berkuda, dll.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana surat al-Baqarah ayat 247?
2. Bagaimana tafsir mufradat surat al-Baqarah ayat 247?
3. Bagaimana pendapat para mufassir tentang surat al-Baqarah ayat 247?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui surat al-Baqarah ayat 247.
2. Untuk mengetahui tafsir mufradat surat al-Baqarah ayat 247.
3. Untuk mengetahui pendapat para mufassir tentang surat al-Baqarah ayat 247.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Surat Al-Baqarah Ayat 247

‫ك َعلَْي نَا َوََْن ُن اَ َح ُّق بِا‬ ِ ‫وقَا َل ََلم نَبِيُّ هم اِن ال ّٰلّو قَ ْد ب عث لَ ُکم طَا لُو‬
ُ ‫ت َمل ًكا قَا لُْْۤوا اَ ّّٰن يَ ُك ْو ُن لَوُ الْ ُم ْل‬ َ ْ ْ َ ََ َ ْ ُ ُْ َ
ِ
‫اْل ْس ِم َوا‬ ِ ِ
ْ ‫اصطَ ّٰفوُ َعلَْي ُک ْم َوَزا َده بَ ْسطَةً ف الْع ْل ِم َو‬ ّٰ ِ ِ ِ ِ
ْ َ‫ت َس َع ًة م َن الْ َما ل قَا َل ان اللّو‬ َ ‫لْ ُم ْلك مْنوُ َوَلْ يُ ْؤ‬
‫ت ُم ْل َکو َم ْن ي َشاءُ َوا ل ّٰلّوُ َوا ِسع َعلِْيم‬ ِ ّٰ
ْ ‫للّوُ يُ ْؤ‬
Artinya:“Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Talut menjadi rajamu. Mereka menjawab, Bagaimana Talut
memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas
kerajaan itu darinya dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak? (Nabi)
menjawab, Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan
kelebihan ilmu dan fisik. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”(QS. Al-
Baqarah 2: Ayat 247)1

B. Tafsir Mufradat Surat Al-Baqarah Ayat 247


‫ نَبِ ُّيهُ ْم‬Kata Nabiyuhum berasal dari naba’a-yanba’u-nab’an. Kata ini jika
berdiri sendiri mempunyai banyak pengertian antara lain, berarti „bersuara pelan‟,
„naik‟ atau „tinggi‟, dan juga berarti „menghindar dan menjauh‟.2 Dari kata ini
muncul bentukan yang lain, seperti anba’ayunbi’u-inba’an yang berarti
„memberitakan‟, „memberitahukan‟, serta „mengusir dan mengasingkan‟ dan
nabba’a-yunabbi’u-tanbi’an yang berarti „memberitakan dan memberitahukan‟.
Kata an-naba‟ merupakan bentuk dasar dari kata itu yang mengandung pengertian
„kabar, berita, dan keterangan‟.
ُ ‫ ْال ُم ْل‬Kata Malik terdiri dari huruf-huruf mim, lam dan kaf yang
‫ك‬
rangkaiannya mengandung makna kekuatan dan keshahihan. Kata itu pada
mulanya berarti ikatan dan penguatan. Malik mengandung arti penguasaan
terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya.
Malik yang biasa diterjemahkan dengan raja adalah yang menguasai dan
menangani perintah dan larangan, anugerah dan pencabutan, dan karena itu
biasanya kerajaan terarah kepada manusia dan tidak kepada barang yang sifatnya
tidak dapat menerima perintah dan larangan.

1
Dawud Al-Attar. Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Hidayah, hlm. 15. 2009.
2
Syaikh Imam Al-Qurtubi. Tafsir al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam, hlm. 24. 2008.

2
‫ ْال ِع ْل ِم‬Kata ‘Ilm adalah bentuk mashdar dari ‘alima-ya’lamu-‘ilman. Menurut
Ibnu Faris, penulis buku Mu’jam Maqayisil-Lughah, kata ‘ilm mempunyai arti
denotatif „bekas sesuatu yang dengannya dapat dibedakan sesuatu dengan sesuatu
lain‟. Menurut Ibnu manzhur, ilmu adalah antonim dari „tidak tahu‟, sedangkan
menurut al-Ashfahani dan al-Anbari, ‘ilm adalah idrakusy-syai’bi haqiqatih =
mengetahui hakikat sesuatu.
‫ ْال ِج ْس ِم‬Kata Jism berarti „badan, tubuh, substansi, dan semua yang
mempunyai panjang, lebar dan kedalaman‟. Kata ini mempunyai akar kata jim, sin,
dan mim yang makna dasarnya adalah „berkumpulnya sesuatu‟. Dari akar kata ini
dibentuk kata jasim dan jusam yang berarti „yang besar tubuhnya‟. Dan jusman
yang semakna dengan jism.
‫ َوا ِسع‬Kata al-Wasi terambil dari akar kata yang menggunakan huruf-huruf
waw, sin, dan ain, yang maknanya berkisar pada antonim kesempitan dan kesulitan.
Dari sini lahir makna-makna seperti kaya, mampu, luas, meliputi, langkah panjang
dan sebagainya. Allah wasi’ dalam arti ilmu-Nya mencakup segala sesuatu dan
rahmat-Nya pun wasi’ dengan keanekaragamannya.
‫ َعلِيْم‬Kata Alim terambil dari kata „ilm yang menurut pakar-pakar bahasa
berarti „Menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya‟. Bahasa
Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf „ain, lam, dan ,mim
dalam berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas
sehingga tidak menimbulkan keraguan. Allah SWT dinamai Alim karena
pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap bagi-Nya hal-hal yang
sekecil apapun.

C. Pendapat Para Mufassir Tentang Surat Al-Baqarah Ayat 247


Surat al-Baqarah (sapi betina) adalah surat kedua dalam al-Qur‟an. Surat ini
terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata dan 25.500 huruf dan tergolong pada surat
Madaniyah.3 Sebagian besar ayat dalam surat ini diturunkan pada permulaan hijrah,
kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat peristiwa haji wada. Surat ini
merupakan surat terpanjang dalam al-Qur‟an. Surat ini dinamai al-Baqarah yang
artinya sapi betina karena di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi
betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74).

3
Jujun S. Suriasumarti. Ilmu dalam Perspektif Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 21. 2010.

3
Surat ini juga dinamai Fustatul Qur‟an (puncak al-Qur‟an) karena memuat
beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain.4 Dinamai juga surat
Alif Lam Mim karena surat ini dimulai dengan huruf Arab Alif Lam dan Mim.
Kandungan dalam isi surat ini meliputi tiga golongan manusia (mukmin, kafir,
munafik) dalam al-Qur‟an (ayat 1-20), keesaan dan kekuasaan Allah (ayat 21-39),
peringatan Allah kepada Bani Israil (ayat 40-141), Ka‟bah adalah kiblat bagi kaum
muslimin (ayat 142-214), beberapa hukum syariat (ayat 215-252), tentang Rasul-
rasul dan kekuasaan Allah (ayat 253-260) dan lain sebagainya.
Allah menceritakan kisah ini dengan sangat indah, dimana orang yang
berpendidikan dan mempunyai fisik kuatlah yang pantas menjadi pemimpin dan
melaksanakan titah sebagai khalifah fil ardl. Ayat 247 ini mencakup penolakan
para pemuka bani Israel atas terpilihnya Thalut sebagai pemimpin mereka dengan
alasan bahwa dia itu seorang yang miskin, berasal dari keluarga yang tidak
terpandang, sementara mereka lebih berhak atas posisi itu, Nabi mereka menjawab
pernyataan itu dengan firman Allah:

‫ت ُم ْل َکو َم ْن ي َشاءُ َوا ل ّٰلّوُ َوا ِسع َعلِْيم‬ ِ ّٰ ِ ِْ ‫اصطَ ّٰفوُ َعلَْي ُک ْم وَزا َده بَسطَةً ِف الْعِْل ِم و‬ ّٰ ِ
ْ ‫اْل ْسم َوا للّوُ يُ ْؤ‬ َ ْ َ ْ َ‫ان اللّو‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu
yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya
lagi Maha mengetahui.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 247)
Bani Israel meminta kepada Nabi mereka untuk mengutus seorang raja.
Sebenarnya Nabi dengan mudah memilih salah satu dari mereka untuk menjadi
raja, tapi Nabi ingin menanamkan rasa hormat mereka kepada raja mereka dengan
ungkapan:

‫ت َملِ ًكا‬ ّٰ ِ
َ ‫ث لَ ُک ْم طَا لُْو‬
َ ‫ان اللّوَ قَ ْد بَ َع‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.”(QS. Al-
Baqarah 2: Ayat 247)
Ungkapan ini sekaligus mengindikasikan bahwa memilih Thalut sebagai
raja bukan berasal dari Nabi karena ia manusia seperti mereka yang bisa salah
dalam memilih, tapi yang memilihnya adalah Allah, Tuhan yang maha mengetahui.
Tapi apa jawaban mereka?

4
Amin Suyitno. Ilmu Alamiah Dasar. Semarang: Wicaksana, hlm. 11. 2012.

4
‫ت َس َعةً م َن الْ َما ِل‬ ِ ِ
َ ‫ك َعلَْي نَا َوََْن ُن اَ َح ُّق بِا لْ ُم ْلك مْنوُ َوَلْ يُ ْؤ‬
ُ ‫قَا لُْْۤوا اَ ّّٰن يَ ُك ْو ُن لَوُ الْ ُم ْل‬
Artinya:“Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 247)
Bagaimana ia bisa menjadi raja kami sedangkan kami lebih pantas bila
dibandingkan dengan dirinya yang miskin. Pertanyaan ini sangat arogan dan
mengalihkan permasalahan dari topik sebenarnya, walaupun tidak sesuai dengan
keinginan dan kemaslahatan mereka. Muncul kebiasaan mereka dalam
pembangkangan terhadap para Nabi dan terhadap perintah Allah SWT. Mereka
berkata ‫ اَ ّٰنّى‬maksudnya dari segi apa? Dengan demikian ‫ اَ ّٰنّى‬berada pada posisi
nashab sebagai zharf (menunjukkan tempat), padahal kami dari keturunan raja-raja,
sedangkan dia bukan dari keturunan raja-raja dan dia orang yang fakir.
Mereka menginginkan pemimpin yang kaya sedangkan mereka menghadapi
perang yang membutuhkan pemimpin yang arif dan bijaksana serta tidak perlu
kaya raya. Allah telah memilihkan seorang raja untuk memenuhi kemaslahatan
mereka, tapi mengapa mereka menolak. Selain karena faktor miskin, dari
ungkapan:

ِ ِ
ُ‫َوََْن ُن اَ َح ُّق بِا لْ ُم ْلك مْنو‬
“Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya”
dapat dipahami bahwa Thalut bukan tokoh masyarakat. Biasanya pemimpin dipilih
dari tokoh masyarakat terkenal, makanya mereka menduga bahwa satu diantara
mereka pasti akan dipilih. Tapi, ternyata sesuatu terjadi diluar dugaan, Thalut yang
berasal dari golongan biasa bukan keturunan raja dan bukan pula tokoh masyarakat
terpilih sebagai pemimpin. Tokoh masyarakat pada saat itu berasal dari 2
keturunan: Nabi dari keturunan Bunyamin dan raja dari keturunan Lawi bin Yakub.
Ketika Allah memilih Thalut, mereka menelusuri 2 nasab ini dan ternyata Thalut
bukan keturunan Bunyamin dan Lawi bin Yakub.
Hal ini mengindikasikan bahwa bani Israel ketika menempatkan seseorang
didasarkan pada keturunan walaupun orang itu tidak cakap dan pantas pada posisi
tersebut:

‫اصطَ ّٰفوُ َعلَْي ُک ْم‬


ْ

5
“Allah telah memilih rajamu” Yakni: telah memilihnya dan pilihan Allah
itu adalah keputusan yang pasti berlaku. Kemudian Allah menjelaskan kepada
mereka tentang alasan pemilihan itu, yaitu bahwa Allah telah memberikan
kelebihan padanya dalam hal ilmu yang merupakan kekayaan manusia dan modal
kemuliaannya serta merupakan alasan utama pengunggulannya. Apakah raja itu
diutus untuk bersikap arogan dan sombong? Pada saat terpilihnya Thalut yang
berasal dari rakyat biasa tersirat pesan Allah kepada mukmin agar ketika memilih
pemimpin menjauhkan faktor kekayaan, keturunan, dan pangkat, tapi hendaklah
dipilih orang yang paling pantas dari orang-orang yang berpengalaman.

Dari ayat ini:

‫اْلِ ْس ِم‬
ْ ‫بَ ْسطَةً ِف الْعِْل ِم َو‬
Artinya:“Menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”(QS. Al-
Baqarah 2: Ayat 247)
Maksudnya: Sesungguhnya Allah menganugerahinya ilmu yang luas dan
tubuh yang perkasa, dan memberinya ilmu lebih dari orangorang yang Dia ajak
bicara waktu itu. Hal ini karena Allah memberikan wahyu kepadanya. Sedangkan
dari sisi tubuh, sesungguhnya Allah melebihkan tingginya dibandingkan yang lain.
Bani Israel lupa bahwa mereka butuh raja yang memiliki 2 sifat, yaitu gagah dan
berwawasan luas. Pilihan Allah atas Thalut sesuai dengan dua sifat itu. Dari redaksi
ayat ini terlihat pertama kali Allah mengatakan:

‫ث لَ ُک ْم‬
َ ‫بَ َع‬
Artinya:“Allah mengutus untuk kamu sekalian agar kamu tidak merasa tersinggung
bahwa Thalut lebih baik dari mereka.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 247)

ِ ّٰ
ُ‫ت ُم ْل َکو َم ْن ي َشاء‬
ْ ‫َوا للّوُ يُ ْؤ‬
Artinya:“Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-
Nya.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 247)
Mengindikasikan, jangan kamu menduga bahwa kamu berhak menjadi
calon raja, karena permintaanmu kepada Allah menyebabkan pemilihan mutlak
berada di tangan Allah, dan Ia memutuskannya sesuka hati.

6
Maksud ditutupnya ayat dengan:

‫َوا ل ّٰلّوُ َوا ِسع َعلِْيم‬


Artinya:“Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.”(QS. Al-
Baqarah 2: Ayat 247)
Allah maha mengetahui orang yang pantas menduduki suatu posisi sesuai
dengan kemampuannya. Namun tatkala mereka masih tidak bisa menerima
keberadaan Thalut, Allah memberikan mukjizat kepadanya.
Dari ayat ini dipahami, bahwa wewenang memerintah bukanlah atas dasar
keturunan, tetapi atas dasar pengetahuan dan kesehatan jasmani, bahkan disini
diisyaratkan bahwa kekuasaan yang direstui-Nya adalah yang bersumber dari-Nya,
dalam arti adanya hubungan yang baik antara penguasa dan Allah SWT. Di sisi
lain, ayat ini mengisyaratkan bahwa bila anda ingin memilih, janganlah terpedaya
oleh keturunan, kedudukan sosial, atau popularitas, tetapi hendaknya atas dasar
kepemilikan sifat-sifat dan kualifikasi yang dapat menunjang tugas yang akan
dibebankan kepada yang anda pilih itu. Raja ataupun pemimpin itu hendaklah
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Kekuatan fisik sehingga mampu untuk melaksanakan tugasnya sebagai kepala
negara.
2. Ilmu pengetahuan yang luas, mengetahui dimana letaknya kekuatan umat dan
kelemahannya, sehingga dapat memimpinnya dengan penuh kebijaksanaan.
3. Kesehatan jasmani dan kecerdasan pikiran.
4. Bertakwa kepada Allah supaya mendapat taufik dari-Nya untuk mengatasi
segala kesulitan yang tidak mungkin diatasinya sendiri kecuali dengan taufik
dan hidayah-Nya.
Manusia sebagai khalifah di bumi bisa melaksanakan amanah
memakmurkan bumi jika manusia tersebut mempunyai 4 karakter di atas. Karakter-
karakter tersebut hanya bisa diperoleh dengan pendidikan yang baik dan usaha
yang terus menerus. Pendidikan jasmani akan menghasilkan raga yang sehat, kuat
dan tangguh. Pendidikan rohani akan menghasilkan pengetahuan yang luas, akhlak
yang baik dan ketakwaan kepada sang Khalik.5

5
Said Agil Husin Al-Munawar. Aktualitas Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam. Ciputat: PT.
Ciputat Press, hlm. 33. 2015.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, kata Nabiyuhum berasal
dari naba’a-yanba’u-nab’an. Kata Malik terdiri dari huruf-huruf mim, lam dan kaf
yang rangkaiannya mengandung makna kekuatan dan keshahihan. Kata ‘Ilm adalah
bentuk mashdar dari ‘alima-ya’lamu-‘ilman. Kata Jism berarti „badan, tubuh,
substansi, dan semua yang mempunyai panjang, lebar dan kedalaman‟. Kata al-
Wasi terambil dari akar kata yang menggunakan huruf-huruf waw, sin, dan ain,
yang maknanya berkisar pada antonim kesempitan dan kesulitan. Kata Alim
terambil dari kata „ilm yang menurut pakar-pakar bahasa berarti „Menjangkau
sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya‟.
Surat al-Baqarah (sapi betina) adalah surat kedua dalam al-Qur‟an. Surat ini
terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata dan 25.500 huruf dan tergolong pada surat
Madaniyah. Sebagian besar ayat dalam surat ini diturunkan pada permulaan hijrah,
kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat peristiwa haji wada. Surat ini
merupakan surat terpanjang dalam al-Qur‟an. Surat ini dinamai al-Baqarah yang
artinya sapi betina karena di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi
betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74).
B. Saran
Demikian hasil makalah saya, pemakalah sadar masih banyak kekurangan
dalam makalah untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah saya berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Attar, Dawud. 2009. Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Hidayah.

Al-Munawar, Said Agil Husin. 2015. Aktualitas Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem
Pendidikan Islam. Ciputat: PT. Ciputat Press.

Al-Qurtubi, Syaikh Imam. 2008. Tafsir al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.

Suriasumarti, Jujun S. 2010. Ilmu dalam Perspektif Islam. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Suyitno, Amin. 2012. Ilmu Alamiah Dasar. Semarang: Wicaksana.

Anda mungkin juga menyukai