Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil dari upaya peneliti dalam

menentukan dan membandingkan beberapa penelitian sebelumnya yang sudah

teruji kebenaran nya. Dan penelitian terdahulu juga membantu peneliti

selanjutnya dalam proses penetuan pemikiran aru guana sebagai kelanjutan

penelitian.

No Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil

1. Irma Nabila1 Analisis 1. Strategi 1.Lokasi Penegembangan dan

Potensi Dan Pengembangan penelitian penegelolaan

Strategi Pariwisata 2. Tahun Desa Sembungan

Pengembangan penelitian Memiliki potensi

Parawisata 3. Peneliti sumber daya alam

Berkelanjutan dan sumber daya

Berbasis manusia sebagai

Komonitas daya tarik pariwisata

DesaSembunga

1
Sri Rahayu ”Analisis potensi dan startegi Pengembangan Pariwisata berkelanjutan
berbasis komunitas di desa sembungan ”( winosobo, jawa tengah:2019),11

9
10

2. Nidya Waras Strategi Strategi 1. Lokasi Pertumbuhan

Sayekti2 Pengembangan Pengembangan penelitian industri pariwisata

Pariwisata Halal Pariwisata Halal 2. Tahun halal di Indonesia

di Indonesia penelitian mengalami

peningkatan. Hal

tersebut

meningkatkan

peringkat Indonesia

setiap tahun dari

posisi ke enam

menjadi posisi

pertama

3. Lilik Maulidya3 Potensi Dan Potensi Dan 1. Lokasi Penelitian

Strategi Strategi penelitian menunjukan potensi

Penegembangan Penegembangan 2. Waktu sumber daya di

Pariwisata Di Pariwisata penelitian pulau mandangin

Pulau Mandangin 3. Penggunaan terdiri dari budaya,

Kabupaten Metode wisata, dan kuliner.

Sampang Analisis Sedangkan strategi

SWOT penegmbangan

wisata pulau

mandangin yaitu

meneyediakan

2
Nidya waras sayekti, “Strategi penegmbangan pariwisata halal di Indonesia”( jurnal
sospol, Indonesia 2019),72
3
L. Maulidya,” Penegmbangan Pariwisata”( journal. Trunojaya:2020), 28
11

fasilitas lengkap

dalam

menanggulangi

persaingan dengan

wisata lain.

B. Kajian Teori

1. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Pariwisata dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili

untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata

merupakan suatu kegiatan perjalanan sementara seseorang ke tempat lain dari tempat

tinggal dan tempat kerjanya serta melakukan berbagai kegiatan selama berada ditempat

tujuan dan memperoleh kemudahan dalam penyediaan berbagai kebutuhan yang

diperlukan. 4

Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang

mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan

wisata dikenal juga dengan pariwisata. Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2009

tentang kepariwisataan5 beberapa istilah yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata

antara lain :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan

daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

4
Gamal Suswantoro, Dasar-Dasar Pariwisata, (Yogyakarta: 2001) 88
5
Kementrian Pariwisata.Tentang Kepariwisataan dalam pasal 1( Undang-Undang
Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009)
12

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di

bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata,

usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.

6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

wisata

7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang

dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Menurut Munasef dalam kegiatan pariwisata terdiri dari tiga unsur,

diantaranya :

1. Manusia (man) yang merupakan orang yang melakukan perjalanan dengan

maksud menikmati keindahan dari suatu tempat (alam).

2. Ruang (space) yang merupakan daerah atau ruang lingkup tempat melakukan

perjalanan.

3. Waktu (time) yang merupakan waktu yang digunakan selama dalam perjalanan

dan tinggal di daerah tujuan wisata. Kelly menyatakan klasifikasi bentuk wisata

yang dikembangkan berdasarkan pada bentuk utama atraksi atau daya tariknya

yang kemudian ditekankan pada pemasarannya. Bentuk wisata tersebut antaralain

ekowisata (ecotourism), wisata alam (nature tourism), wisata petualangan

(adventure tourism), wisata berdasarkan waktu (gateway and stay) dan wisata

budaya (cultural tourism).6


6
Burn, P and Holder, “ Tourism : A New Perspective “ (Prestice Hall International
13

Menurut Gunn, bentuk –bentuk wisata dikembangkan dan direncanakan

berdasarkan hal – hal berikut :

1. Kepemilikan (ownship) atau pengelolaan areal wisata tersebut yang dapat

dikelompokkan ke dalam tiga sektor yaitu sektor pemerintahan,

2. Sector organisasi nir laba, dan perusahaan konvensional.Sumberdaya

(resource), yaitu alam (natural) atau budaya (cultural).

3. Perjalanan wisata/lama tinggal (touring/length of stay).

4. Tempat kegiatan yaitu di dalam ruangan (indoor) atau di luar ruangan

(outdoor).

5. Wisatawan utama atau wisatawan penunjang (primary/secondary).

6. Daya dukung (carrying capacity) tampak dengan tingkat penggunaan

pengunjung yaitu intensif, semi intensif dan ekstensif. Dalam kegiatan

pariwisata aspek lingkungan merupakan bagian yang harus diperhatikan.7

Menurut Dahuri, pariwisata pesisir adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan

di sekitar pantai seperti berenang, berselancar, berjemur, berdayung, menyelam,

snorkling, beachombing/reef walking, berjalan – jalan atau berlari sepanjang pantai,

menikmati keindahan suasana pesisir dan bermeditasi.

Dahuri menyatakan bahwa pariwisata pesisir diasosiasikan dengan “3S”

(sun, sea dan sand) yaitu jenis pariwisata yang menyediakan keindahan dan

kenyamanan alami dari kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir bersih.

Hall menyatakan bahwa konsep pariwisata pesisir (coastaltourism) adalah hal – hal

yang terkait dengan kegiatan wisata, hal – hal yang menyenangkan dan aktivitas

rekreasi yang dilakukan di wilayah pesisir dan perairannya. Sementara itu, orams

mendefinisikan pariwisata bahari (marine tourism) sebagai aktivitas rekreasi yang

meliputi perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dan fokus pada lingkungan pesisir
Hampstead A. 1997) 23
7
Faulkner, B. Perkembangan Pariwisata di Indonesia: Perspektif Gambaran Besar.
Didalam Myra P. Gunan, ( Perencanaan Pariwisata :1997). 42
14

Pariwisata pantai merupakan bagian dari wisata pesisir yang memanfaatkan

pantai sebagai objek dan daya tarik pariwisata yang dikemas dalam paket wisata.

Pariwisata pantai meliputi semua kegiatan wisata yang berlangsung di daerah pantai
8
seperti menikmati keindahan alam pantai, olahraga pantai, sun bathing, piknik,

berkemah dan berenang di pantai. Pada perkembangannya, jenis kegiatan wisata yang

dapat dilakukan di pantai sangat beragam tergantung pada potensi dan arah

pengembangan wisata di suatu kawasan pantai tertentu.

2. Pengertian potensi pariwisata

Potensi wisata merupakan segala hal dan kejadian yang diatur dan

disediakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata

baik berupasuasana, kejadian, benda, maupun jasa.

Potensi wisata menurut Pitana (2009) Adalah daya tarik yang

terkandung pada suatu daerah untuk di kembangkan menjadi suatu obyek

wisata yang menarik sehingga dari situ dapat menarik kunjungan

wisatawan untuk dating ke daerah tersebut dan biasanya masih belum di

Kelola dengan baik. Potensi pada destinasi wisata di pengaruhi adanya 4A

antara lain : Atraksi, aksebilitas, amelitas, dan aktivitas.

Potensi wisata di sini di bagi menjadi tiga macam yaitu sebagai

berikut: potensi alam, potensi kebudayaan, dan potensi manusia. Hal

tersebut di jelaskan bahwa potensi wisata sebagai berikut :

1) Potensi alam adalah keadaan dan jenis flora fauna suatu daerah,

bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan lain-lain.

2) Potensi kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa

manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian,

peninggalan bersejarah berupa bangunan atau monument.


8
Adi Wibowo, Adam Idris, Syahrani, “Strategi Kebijakan Pengembangan Kawasan
Wisata Pantai Manggar ( Balikpapan: 2015),36.
15

3) Potensi manusia adalah potensi yang dapat di gunakan sebagai

dya tarik wisata, lewat pementasan tarian/pertunjukan dan

pementasan seni budaya suatu daerah.

Potensi wisata menurut merioti dalam yeoti (2002) adalah segala

sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik

sehingga wisatawan berminat mengunjungi tempat tersebut. Jadi yang di

maksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat di kembangkan

menjadi daya tarik wisata. 9

3. Strategi Pengembangan Pariwisata

Strategi pariwisata yang berhasil adalah terpenuhinya manfaat

maksimal ketika preservasi lingkungan terlaksana dengan dengan baik.

Manfaat maksimal dari kegiatan pariwisata tersebut diindikasi oleh adanya

sejumlah kunjungan turis atau wisatawan baik dari luar maupun dalam negeri

dari objek wisata

a. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata

wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan sementara waktu ke

tempat atau daerah yang sama sekali masih asing baginya. Oleh karena itu,

sebelum seorang wisatawa melakukan perjalanan wisatanya, terlebih dahulu kita

menyediakan prasarana dan sarana pariwisata seperti berikut:

1. Fasilitas transportasi

2. Fasilitas akomodasi

3. Fasilitas catering service

4. Obyek dan atraksi wisata

5. Aktivitas rekreasi

6. Fasilitas pembelanjaan

9
Siti Fadjarajani Analisis potensi pariwisata di kabupaten cianjur ( Universitas
siliwangi :2021) 76-78
16

Semua ini merupakan prasarana dan sarana kepariwisataan yang harus

diadakan sebelum kita mempromosikan suatu daerah tujuan wisata. Sedangkan

mengenai prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas yang dapat

memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikan rupa.

Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata di

daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan

sarana dan prasarana pariwisata. Sarana pariwisata terbagi menjadi tiga bagian

penting, yaitu:

1) Sarana pokok pariwisata (Main Tourism Superstructures) adalah: hotel,

villa, restoran.

2) Sarana pelengkap pariwisata (Suplementing Tourism Superstructures)

adalah: wisata budaya dan wisata alam.

3) Sarana penunjang pariwisata (Supporting Tourism Superstructures) seperti

pasar seni, kuliner, oleh-oleh dan cindera mata kerajinan khas daerah.10

Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk

menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam dan industry

kepariwisataan. Kegiatan ekowisata dapat menciptakan dan memuaskan keinginan

akan alam, tentang eksploitasi potensi wisata untuk konservasi dan pembangunan

serta mencegah dampak negatif terhadap ekosistem, kebudayaan, dan keindahan 11

Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang

menginginkan daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan

kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Ekowisata berkembang karena banyak

digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke daerah alami yang

menciptakan kegiatan bisnis.


10
Febrianti Dwi Cahya Nurhadi, Mardiyono, Stefanus Pani Rengu Jurusan Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, (Malang: 2015),57
11
Muttaqin, Yatag. Kajian Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata
(Kawasan Cagar Alam :2012) 60
17

Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan

bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri

pariwisata. Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan

wisata. 12

Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok yaitu :

a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada

pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya

sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan

wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan

perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industry kepariwisataan dalam

kaitannya dengan ekowisata, Damanik dan Weber 13

menyusun tiga konsep dasar tentang ekowisata yaitu sebagai berikut :

pertama,perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan

kerusakan lingkungan. kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas yang

diciptakan dan dikelola oleh masyarakat kaw asan wisata. ketiga, perjalanan

wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal.

Dari definisi tersebut diatas dapat diidentifikasi beberapa prinsip ekowisata

menurut Fandeli, yaitu sebagai berikut:

a. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan

dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

12
A Putu I. Jurnal Strategi Pemberdayaan Masyarakat untuk Pengembangan Ekowisata
Wilayah Pesisr (Kabupaten Buleleng: 2017) 36
13
Hadiwijoyo, Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis
Masyarakat. Sebuah Pendekatan Konsep. Yogyakarta: Graha Ilmu (Suryo Sakti. 2012),96.
18

b. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di

destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun

pelaku wisata lainnya.

c. Menawarkan pengalaman – pengalaman positif bagi wisatawan maupun

penduduk local.

d. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan

konservasi melalui kontribusi.

e. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal

dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai –nilai lokal.

f. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di

daerah tujuan wisata.

g. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti

memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk

menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada aturan

main yang adil dandisepakati bersama dalam transaksi – transaksi wisata.

Kegiatan wisata yang dapat di kembangkan dengan konsep ekowisata

bahari dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisata pantai dan wisata

bahari.14

Menurut Yulianda wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang

mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi,

olahraga dan menikmati pemandangan, sedangkan wisata Bahari merupakan kegiatan

wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut. 15

4. Pariwisata Berkelanjutan

14
Fandeli, C. M. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan (Universitas
Gadjah Mada 2000), 78.
15
Akliyah L.S dan M.Z.Umar. Analisis Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Sebanjar
Kabupaten Alor Dalam Mendukung Pariwisata Yang Berkelanjutan. (Jurnal Perencanaan Wilayah
Kota 2014), 84
19

Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang mengandung semua pihak

terutama anggota masyarakat untuk mengelola sumber daya dengan cara memenuhi

kebutuhan ekonomi, social, dan estetika sambil memastikan berkelanjutan

keberlanjutan budaya local, habitat alam, keanegaragaman hayati, dan sistem

pendukung lain nya.

Union (WCU) adalah proses pembangunan suatu tempat atau daerah tanpa

mengurangi nilai guna dari sumber daya yang ada. Secara umum hal ini dapat dicapai

dengan pengawasan dan pemeliharaan terhadap sumber-sumber daya yang sekarang

ada, agar dapat dinikmati untuk masa yang akan datang. Pembangunan pariwisata

berkelanjutan bertahan lama menghubungkan wisatawan sebagai penyokong dana

terhadap fasilitas pariwisata dengan pemeliharaan lingkungan.

a. Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan mengintegrasikan antara

keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya yang seimbang tanpa

membahayakan kondisi lingkungan. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu

proses untuk pencapaian pengembangan tanpa adanya degradasi dan

penipisan/deplesi sumber daya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan

pengelolaan sumber daya dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya dimasa

mendatang.

b. Konsep pembangunan berkelanjutan didasarkan pada empat prinsip

dasar yaitu : Prinsip Pelestarian lingkungan, dimana dalam pengembangan agar

disesuaikan dengan pemeliharaan ekologi, sumber daya

c. Prinsip keberlanjutan sosial, merupakan pengembangan yang

disesuaikan dengan nilai-nilai tradisional dan penguatan identitas dari

masyarakat.

d. Prinsip keberlanjutan budaya, menyediakan pengembangan budaya yang

disesuaikan dengan nilai-nilai budaya komunitas masyarakat.


20

e. Prinsip keberlanjutan, pengembangan ekonomi dengan menggunakan

biaya dan sumber daya yang efektif untuk dikelola dengan tujuan

generasi saat ini dan generasi yang akan datang. 16

Menurut World Commission on Environment and Development (WCED,

konsep pariwisata berkelanjutan adalah bagian dari pembangunan

berkelanjutan yang memperhatikan kebutuhan saat ini dengan

mempertimbangkan kebutuhan (hidup) generasi yang akan datang. 17

Pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) merupakan suatu bentuk dari

berbagai alternatif wisata yang didasarkan pada: meminimasi dampak dari kegiatan

wisata terhadap lingkungan dengan tujuan untuk mencapai keberlanjutan ekologis

dan berkontribusi dalam upaya mempertahankan kondisi lingkungan. 18

Meminimasi dampak negatif aktivitas pariwisata terhadap komunitas local untuk

mencapai keberlanjutan Meminimasi dampak negatif aktivitas pariwisata terhadap

adatistiadat, budaya maupun tradisi komunitas lokal (local wisdom) untuk

mencapai keberlanjutan optimasi nilai/manfaat ekonomi dari komunitas lokal

sebagai akibat dari pengembangan wisata sehingga mencapai keberlanjutan

ekonomi.

Education, Preparation and Information. Upaya memberikan pendidikan

tentang lingkungan kepada para pengunjung, penduduk setempat, pemerintah

daerah, pedesaan dan penduduk perkotaan untuk meningkatkan kesadaran

lingkunga pada daerah wisata.

16
Yusuf, M. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Nasional
Karimunjawa Secara Berkelanjutan. (Kawasa Taman :2007) 95.
17
Seeley, I.H. Out Door Recreation and the Urban Environment.( Mac Milan 2019)16

18
Haryono, W.Pariwisata Rekreasi dan Entertainment. Ihnu Publisher (Bandung:
2012),123-129
21

Local control, pelibatan masyarakat lokal didalam pengembangan pariwisata

berkelanjutan. Mempertahankan industri pariwisata dalam jangka waktu yang

lama.

1. Pariwisata yang lebih peduli pada skala usaha kecil, peka tarhadap budaya local

dan dampak lingkungan dan adanya keterlibatan masyarakat setempat dalam

pengambilan keputusan kebijakan;

2. Pariwisata sebagai alat pembangunan ekonomi dan sosial. Menurut terdapat tiga

kriteria ideal dalam pencapaian pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu

apabila:

1. Menguntungkan secara ekonomi (economically viable) Pembangunan pariwisata

harus memberikan keuntungan bagi masyarakat. Bentuk keuntungan dapat dilihat

dari peningkatan GNP, daya beli, lapangan pekerjaan dan biaya-biaya lingkungan

yang harus dibayar atas pembangunan tersebut.

2. Adanya penerimaan sosial dan budaya (socially and culturally acceptable)

Pembangunan pariwisata harus diterima secara sosial budaya oleh komponen

yang terlibat dalam pembangunan (pemerintah,industri, masyarakat lokal dan

wisatawan)

3. Berkelanjutan secara ekologis (ecologically sustainable) Pembangunan pariwisata

tidak menghabiskan ketersediaan sumber daya yang ada untuk kebutuhan

generasi mendatang. Selain itu perlu dilakukan penanggulangan dampak-dampak

negatif akibat pembangunan.19

Menurut United Nation World Tourism Organization dalam McKercher ada

4 (empat) prinsip dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan, yaitu:

1) Keberlanjutan secara ekonomi, pemenuhan manfaat ekonomi untuk

kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang;

19
Saputri Anggarini, Fitri. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah
Kunjungan Wisatawan Mancanegara . Fakultas Ekonomi dan Manajemen, (Jakarta:2004) 126
22

2) Keberlanjutan secara ekologi, pembangunan yang mendukung keberadaan

keragaman hayati, pemenuhan akan daya dukung lingkungan dan

pemanfaatan sumberdaya alam yang lestari.

3) Keberlanjutan budaya, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat

bertanggung jawab penuh terhadap hidupnya dengan melalui penguatan

identitas lokal;

4) Keberlanjutan masyarakat lokal, penguatan terhadap keberadaan masyarakat

local dengan keterlibatan secara aktif dalam usaha pengembangan

pariwisata.20

Pembangunan kepariwisataan yang di atur dalam undang-undang tentang

kepariwisataan meliputi industru pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran,

dan kelembagaan kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan berdasarkan

rencana induk kepariwsataan yang terdiri atas nasional, rencana induk

pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan

kepariwisataan Kabupaten/Kota di harapkan menekankan atas berkelanjutan

yang berbasis lingkungan untuk meminimalisirkan dampak negatif

perkembangan industri pariwisata khususnya terhadap lingkungan. Sehigga

penting dikonstruksikan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan

(sustainable tourism development) berbasis lingkungan pada fasilitas

penunjang pariwisata di Kabupaten Tojo Una-una.21

Konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism

Development) berbasis lingkungan kepariwisataan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu,

berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan

20
Commonwealth Coastal Action Program, (coastal Tourism : A Manual for Suistainable
Development, Commonwealth of Australia 1997) 143
21
Arismayanti, Ni Ketut. Arah Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata
Berkelanjutan( Bali :2010) 38
23

terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan

mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Hal ini merupakan dasar dari

dibentuknya Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan.

Keberlanjutan khususnya kerberlanjutan terhadap kelestarian dan mutu. 22

Lingkungan hidup merupakan salah satu hal penting dalam pengembangan

kepariwisataan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) merupakan

pariwisata yang berkembang sangat pesat, termasuk pertambahan arus kapasitas

akomodasi, populasi lokal dan lingkungan, dimana perkembangan pariwisata dan

investasiinvestasi baru dalam sektor pariwisata seharusnyatidak membawa

dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, jika kita memaksimalkan

dampak yang positif dan meminimalkan dampak negatif

Pedoman destinasi pariwisata berkelanjutan disusun sebagai upaya tidak

mengabaikan kebutuhan masa yang akan datang. Hal ini didasarkan pada alasan

bahwa pembangunan kepariwisataan bertumpu pada keanekaragaman, keunikan

dan kekhasan budaya dan alam sehingga pembangunan destinasi pariwisata perlu

dilakukan secara bertanggungjawab penjabaran kriteria berkelanjutan.

Berdasarkan pedoman destinasi pariwisata ini dapat diketahui bahwa pariwisata

berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial

dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung,

industri, lingkungan dan masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan ke semua

bentuk aktifitas wisata di semua jenis destinasi wisata, termasuk wisata masal dan

berbagai jenis kegiatan wisata lainnya.23

Ketentuan pasal 3 peraturan menteri pariwisata Republik Indonesia nomor

14 tahun 2016 tentang pedoman destinasi pariwisata berkelanjutan dapat diketahui

bahwa ruang lingkup pedoman destinasi pariwisata berkelanjutan meliputi


22
Faulkner, B. Perkembangan Pariwisata di Indonesia: (Perspektif Gambaran
Besar.2017) 62-76
23
Spillane, James J. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. (Yogyakarta:2001)
24

pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, pemanfaatan ekonomi untuk

masyarakat lokal, pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung

danpelestarian lingkungan. Keempat hal tersebut tergolong kedalam kriteria

pariwisata berkelanjutan. Kemudian keempat bagian kriteria destinasi pariwisata

berkelanjutan tersebut diperjelas melalui 3 hal yakni kriteria, indikator, dan bukti

pendukung. Dalam pedoman destinasi pariwisata berkelanjutan juga dijelaskan

bahwa kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaianatau penetapan sesuatu

di destinasi pariwisata yang menerapkan pariwisata berkelanjutan. 24 Indikator

adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan dari kriteria di

destinasi pariwisata yang menerapkan pariwisata berkelanjutan. Sedangkan bukti

pendukung adalah sesuatu yang menyatakan suatu kebenaran peristiwa,

keterangan nyata atau tanda baik softcopy atau hardcopy di destinasi pariwisata

yang menerapkan pariwisata berkelanjutan. Lebih lanjut, dalam pedoman

destinasi pariwisata berkelanjutan juga diatur tentang pengelolaan destinasi

pariwisata berkelanjutan yang efektif mencakup kriteria perencanaan,

pengelolaan, pemantauan, dan evaluasi.

Pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu hal yang penting untuk dikaji

dan diterapkan dalam prakteknya. Persoalan ini tidak hanya menjadi topik diskusi

pada ranah nasional namun juga pada ranah internasional yang dapat dilihat

dengan adanya badan independen yang berwenang untuk menetaokan dan

mengelola standar pariwisata global. Global Sustainable Tourism Council (GSTC)

merupakan badan independent internasional yang menetapkan dan mengelola

standar pariwisata global dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan

pariwisata berkelanjutan dan praktek antara para pemangku kepentingan publik

dan swasta.25
24
Peraturan Menteri Pariwisata Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.
(Republik Indonesia 2016)
25
Primadany, Sefira Reylita. dkk. Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah.
25

Pariwisata berkelanjutan berbasis lingkungan akan disusun didasarkan pada

pembangunan kepariwisataan yang meliputi industri pariwisata, destinasi

pariwisata, pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan. Adapun strategi yang

dikonstruksikan terkait dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis

lingkungan adalah melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah,

penerapan Tri Hita Karana, memastikan seluruh pembangunan sesuai dengan

peruntukannya sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan

pemberdayaan komunitas lokal dalam pengembangan pariwisata. Pemerintah

memegang peranan yang sangat penting dalam hal pengembangan pariwisata

berkelanjutan berbasis lingkungan. Pemerintah harus menyediakan lingkungan

yang memungkinkan dan mendorong sektor swasta, wisatawan dan pemangku

kepentingan lainnya untuk menanggapi isu-isu keberlanjutan. Hal ini paling baik

dicapai dengan menetapkan dan menerapkan serangkaian kebijakan untuk

pengembangan dan pengelolaan pariwisata, yang disusun bersama dengan pihak

lain, yang menempatkan keberlanjutan sebagai pusatnya.26

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan potensi pariwisata yang ada di

suatu kawasan, cara yang dilakukan dapat berupa melakukan perbaikan terhadap

infrastruktur yang ada baik itu secara fisik maupun nonfisik, sehingga semua itu

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada disekitar

daerah tujuan wisata. A.Yoeti menyatakan bahwa dalam perencanaan strategis

suatu daerah tujuan wisata dilakukan analisis lingkungan dan analisis sumber

daya, tujuan analisis ini tidak lain adalah untuk mengetahui kekuatan (strength)

dan kelemahan (weakness) organisasi atau lembaga yang bertanggung jawab

terhadap pengembangan pariwisata didaerah tujuan wisata tersebut. Adapun hal

yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan daerah wisata, dengan


JAP (Universitas BrawijayaL:2013) 65
26
Mario Barreto. Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Panas Di Kabupaten
Bobonaro Timor Leste.( Skripsi Universitas Udayana 2015) 29
26

kata lain pengembangan yang dilakukan tidak bisa hanya sembarangan saja harus

ada target dan tujuan yang dicapai, sehingga apa yang diharapkan dari

pengembangan daerah tujuan wisata tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan

harapan. Daerah wisata yang baik yaitu:

a. Daerah tersebut memiliki daya tarik yang lain atau berciri khas, baik itu

obyek wisatanya ataupun atraksi yang ditampilkan. Dalam

mengembangkan potensi pariwisata di suatu daerah harus bertumpu pada

apa yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang dapat menarik

kedatangan wisatawan yaitu: a) Natural resources (alami) b) Atraksi wisata

budaya c) Atraksi buatan manusia

b. Adanya fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti permainan rekreasi

yang dapat membuat wisatawan lebih betah. Segala macam fasilitas sarana

dan prasarana sangat diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah

wisata, seperti penginapan, rumah makan, transportasi, mushola, dll.

Fasilitas-fasilitas di daerah wisata secara khusus ditujukan untuk

mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan

wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata.

c. Tersedianya tempat berbelanja baik itu cinderamata, tempat jual makanan

khas dan lain sebagainya. Cinderamata merupakan salah satu kekuatan

utama pariwisata yang selalu dicari wisatawan. Perbelanjaan wisatawan

saat berwisata berbeda

dengan perbelanjaan mereka saat berada di daerah asal. Wisatawan

cenderung tidak memperhatikan harga melainkan lebih mementingkan dan

keunikan produk.

d. Terdapat fasilitas-fasilitas umum yang vital seperti toilet, tempat parkir,

tempat makan dan sebagainya sehingga mempermudah pengunjung, bukan


27

itu saja tetapi bisa juga dilengkapi dengan ATM dan jalan yang memadai

untuk pengunjung. Dengan adanya fasilitas-fasilitas umum tersebut dapat

menarik minat wisatawan begitu juga dengan fasilitas-fasilitas yang

mendukung. Sarana dan prasarana wisata merupakan kelengkapan daerah

tujuan wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan sehingga mereka

dapat menikmati perjalanan wisatanya. Yoeti menjelaskan bahwa ada tiga

faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan kepariwisataan yaitu

tersedianya objek dan daya tarik wisata, kemudian adanya fasilitas

accesibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan

wisatawan mengunjungi kawasan wisata tersebut, terjadinya adminities

yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan kenyamanan

pelayanan kepada masyarakat. Dalam pengembangan pariwisata terdapat

komponen-komponen yang harus diiringi kinerja yang baik, oleh karena

itu harus pihak-pihak yang saling bekerjasama yakni pemerintah, dalam

hal ini dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten trenggalek serta pihak

swasta sebagai investor, dan masyarakat itu sendiri sebagai ujung tombak

dalam pengembangan pariwisata.27

Sebagaimana dijelaskan Dalam Q.S. Al-Mulk: 15:

‫ُهَو اَّلِذ ْي َجَعَل َلُك ُم اَاْلْر َض َذ ُلْو اًل َفاْم ُش ْو ا ِفْي َم َناِكِبَها َو ُك ُلْو ا ِم ْن ِّر ْز ِقٖۗه َو ِاَلْيِه‬
‫الُّنُش ْو ُر‬
Terjemahnya:
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka
jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.
Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

27
Pengembangan dan Pengelolaan Desa Wisata (Bandung:2010), 66-71
28

C. Kerangka Berpikir

Adapun gambaran kerangka berpikir merupakan penjelasan tentang apa yang

menjadi objek permasalahan dan didasarkan pada hasil studi pustaka dan hasil

penelitian yang relevan. 28

Gambar 2.1

Kerangka berpikir

Pariwisata

Strategi Potensi

Pengelola Wisata

28
Astuti, Indri Posisi Penawaran dan Permintaan Wisata Menurut Pendapat Wisatawan
Klenteng Sam Poo Kong (Semarang:2010), 50

Anda mungkin juga menyukai