Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS NASIONAL
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

MATA KULIAH : Hukum Ketenagakerjaan


HARI & TANGGAL UJIAN : Senin, 1 Februari 2021
WAKTU : Pukul. 13.30-15.00
KELAS : K.01 & R02.
SIFAT UJIAN : Open Books
DOSEN PENGUJI : Dr. Mustakim, S.H., M.H.

NAMA MAHASISWA : KEMAL SATRIA WIJAYA


NPM : 203300416082
KELAS : K.01 KARYAWAN
MATA KULIAH : HUKUM KETENAGAKERJAAN

1. Jelaskan perubahan alalasan-alasan dalam UU Cipta Kerja dan Turunannya terkait


dengan perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ? dan apakah
perusahaan dapat langsung memutus hubungan kerja terhadap karyawan yang
melakukan pelanggaran ? bobot 25%

Jawaban :
Menurut pasal 154A ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU 13/2003) jo.
Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2021) dan peraturan
turunannya yakni Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP
35/2021), pada pasal 36 mengatur demikian:

Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi karena alasan:

1. Perusahaan melakukan penggabungan,peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan


perusahaan dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja atau pengusaha
tidak bersedia menerima pekerja/buruh.
2. Perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan perusahaan atau tidak diikuti
dengan penutupan perusahaan yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian.
3. Perusahaan tutup yang disebabkan karena perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama 2 (dua) tahun.
4. Perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa (force majeure).
5. Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang.
6. Perusahaan pailit.
7. Adanya permohonan pemutusan hubungan kerja yang diajukan oleh pekerja/buruh dengan
alasan pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut:
i. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja/ buruh.
ii. Membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
iii. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut atau lebih, meskipun pengusaha membayar upah secara tepat waktu
sesudah itu.
iv. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/ buruh.
v. Memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan; atau
vi. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan
kesusilaan pekerja/buruh sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada
perjanjian kerja.
8. Adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang menyatakan
pengusaha tidak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf g terhadap
permohonan yang diajukan oleh pekerja/buruh dan pengusaha memutuskan untuk
melakukan pemutusan hubungan kerja;
9. Pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan harus memenuhi syarat:
i. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri.
ii. Tidak terikat dalam ikatan dinas, dan
iii. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
10. Pekerja/buruh mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan
secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2
(dua) kali secara patut dan tertulis.
11. Pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama dan sebelumnya telah diberikan surat
peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut masing-masing berlaku untuk
paling lama 6 (enam) bulan kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
12. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat ditahan pihak
yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana.
13. Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak
dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan.
14. Pekerja/buruh memasuki usia pensiun; atau
15. Pekerja/buruh meninggal dunia.
2. Setelah melakukan tahapan Tripartit (Mediasi dan Konsliasi) dalam sengketa bidang
hubungan industrial akan tetapi tidak berhasil, para pihak dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Hubungan Industrial. Jelaskan kewenangan dan tahapan proses
persidangan Pengadilan Hubungan Industrial dalam menyelesaikan perselisihan
dalam bidang perburuhan ? bobot 25%
Jawaban:
Aturan Ketenagakerjaan menegaskan penyelesaian perselisihan hubungan industrial
wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
buruh melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mufakat. Namun dalam
hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha
dan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang diatur dengan undang-undang yakni Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Hubungan Industrial (UU 2/2004).

Prosedur yang disediakan antara lain melalui mediasi hubungan industrial atau
konsiliasi hubungan industrial atau arbitrase hubungan industrial. Bila masih juga
gagal, maka perselisihan hubungan industrial dapat dimintakan untuk diselesaikan
pada Pengadilan Hubungan Industrial yang ada pada setiap Pengadilan Negeri
Kabupaten/Kota yang berada di setiap Ibukota Provinsi, yang daerah hukumnya
meliputi tempat kerja pekerja.
3. Anton adalah pekerja di Perusahaan PT. Angin Ribut. Telah bekerja mulai 4 Januari
2017. Pada suatu hari Ibu Kandunya mendadak sakit keras dan harus dibawa Anton
ke RS. Harapan Hidup. Karena harus di menginap Anton terpaksa diminta dokter
menemani Ibunya. Dokter menyampaikan pesan bahwa Ibunya harus terus
didampingi dan tidak boleh ditinggal. Besoknya Anton berencana menelpon ke tempat
dimana dia bekerja, akan tetapi lupa bawa HP. Akhirnya Anton minjam telepon RS
dan menelpon ke rekan kerjanya, karena hanya rekan kerja yang dia ingat no.
kontaknya dan menyampaikan agar diinformasikan ke pimpinan bahwa dia sedang di
RS.. Akbhirnya selama 5 hari di RS. Ibunya sudah bisa di bawa pulang. Besoknya
Anton masuk kerja dan alangah terkejutnya ketika pimpinan perusahaan
memanggilnya dan menyerahkan surat pemberhentian dengan alasan pengunduran
diri.
Pertanyaan : Dikualifikasi sebagai perselisihan apakah dalam kasus tersebut dan
apakah alasan dan prosedur yang digunakan tersebut telah sesuai dengan hukum ?
Jelaskan. bobot 50%
Jawaban :
Pasal 168 ayat (1) UU Ketenagakerjaan juga menerangkan:
“Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil
oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri.”

Contohnya Tergugat menyampaikan bahwa PHK dilakukan karena Penggugat tidak


hadir bekerja tanpa pemberitahuan yang sah secara berturut-turut dari tanggal 12 – 17
Februari 2022 dan Tergugat telah melakukan upaya menelepon rekan kerjanya
karena ponselnya tidak aktif.
Namun, diketahui dalam persidangan bahwa alasan Penggugat tidak hadir adalah
karena sedang menajaga ibunya yang sakit dari tanggal 12-17 Februari dan menurut
Majelis Hakim perbuatan Penggugat sudah memenuhi kaidah peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan senyata-nyatanya Penggugat tidak hadir karena sakit

Maka, PHK yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat bukanlah akibat Penggugat
mangkir, namun karena di-PHK Tergugat
Dalam putusannya, Majelis Hakim menerima gugatan Penggugat untuk sebagian dan
memerintahkan kepada Tergugat untuk membayar sisa kontrak Penggugat sebesar
Rp10.000.000 serta menyatakan bahwa hubungan kerja Penggugat dengan Tergugat
telah selesai

Berdasarkan contoh kasus di atas, maka ketidakhadiran pekerja/buruh, meski pada


awalnya tanpa keterangan, tidak dapat serta merta dipandang sebagai mangkir,
karena keterangan ketidakhadiran pekerja/buruh bisa disampaikan bahkan setelah
pekerja/buruh tidak memenuhi surat pemanggilan kedua.

Anda mungkin juga menyukai