Jawaban :
Menurut pasal 154A ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU 13/2003) jo.
Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2021) dan peraturan
turunannya yakni Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP
35/2021), pada pasal 36 mengatur demikian:
Prosedur yang disediakan antara lain melalui mediasi hubungan industrial atau
konsiliasi hubungan industrial atau arbitrase hubungan industrial. Bila masih juga
gagal, maka perselisihan hubungan industrial dapat dimintakan untuk diselesaikan
pada Pengadilan Hubungan Industrial yang ada pada setiap Pengadilan Negeri
Kabupaten/Kota yang berada di setiap Ibukota Provinsi, yang daerah hukumnya
meliputi tempat kerja pekerja.
3. Anton adalah pekerja di Perusahaan PT. Angin Ribut. Telah bekerja mulai 4 Januari
2017. Pada suatu hari Ibu Kandunya mendadak sakit keras dan harus dibawa Anton
ke RS. Harapan Hidup. Karena harus di menginap Anton terpaksa diminta dokter
menemani Ibunya. Dokter menyampaikan pesan bahwa Ibunya harus terus
didampingi dan tidak boleh ditinggal. Besoknya Anton berencana menelpon ke tempat
dimana dia bekerja, akan tetapi lupa bawa HP. Akhirnya Anton minjam telepon RS
dan menelpon ke rekan kerjanya, karena hanya rekan kerja yang dia ingat no.
kontaknya dan menyampaikan agar diinformasikan ke pimpinan bahwa dia sedang di
RS.. Akbhirnya selama 5 hari di RS. Ibunya sudah bisa di bawa pulang. Besoknya
Anton masuk kerja dan alangah terkejutnya ketika pimpinan perusahaan
memanggilnya dan menyerahkan surat pemberhentian dengan alasan pengunduran
diri.
Pertanyaan : Dikualifikasi sebagai perselisihan apakah dalam kasus tersebut dan
apakah alasan dan prosedur yang digunakan tersebut telah sesuai dengan hukum ?
Jelaskan. bobot 50%
Jawaban :
Pasal 168 ayat (1) UU Ketenagakerjaan juga menerangkan:
“Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil
oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri.”
Maka, PHK yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat bukanlah akibat Penggugat
mangkir, namun karena di-PHK Tergugat
Dalam putusannya, Majelis Hakim menerima gugatan Penggugat untuk sebagian dan
memerintahkan kepada Tergugat untuk membayar sisa kontrak Penggugat sebesar
Rp10.000.000 serta menyatakan bahwa hubungan kerja Penggugat dengan Tergugat
telah selesai