Anda di halaman 1dari 44

PROFESI PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

Lujeng Rahayu Anggraini

1805045044

B 2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020
Materi 1
Tanggung Jawab Guru

A. Tanggung Jawab Guru


Tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada
dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik
dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala
tantangan di masa depan. Dalam melakukan fungsi dan tugas mulianya, seorang guru
harus melandasinya dengan tanggung jawab yang besar dalam dirinya, tanggung
jawab yang tidak didasari oleh kebutuhan finansial belaka, tapi tanggung jawab
peradaban yang besar bagi kemajuan negeri tercinta, Indonesia. Ia juga harus sadar
bahwa kesuksesannya menjadi harga mati bagi lahirnya kader-kader bangsa yang
berkualitas. Oleh karena itu, ia all out harus menekuni profesinya dengan penuh
kesungguhan dan kerja keras. Diantara kecerdasan yang perlu dikembangkan oleh
seorang guru yaitu :
1. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual atau biasa disebut Intelligence Quotient (IQ) adalah
kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari segala sesuatu dengan alat-
alat berpikir. Kecerdasan intelektual ini dapat diukur dari sisi kekuatan verbal dan
logika seseorang. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali digagas dan
ditemukan oleh Alfred Binet, seorang tokoh psikologi dari Prancis.
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional biasa disebut Emotional Quootient (EQ). Kecerdasan
ini setidaknya terdiri dari lima komponen pokok, yakni kesadaran diri,
manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur sebuah hubungan sosial.
Kecerdasan ini juga dikembangkan pada sekolah-sekolah formal, namun porsinya
jauh di bawah kecerdasan intelektual. Padahal, menurut beberapa penelitian di
bidang kecerdasan dan psikologi, termasuk menurut Daniel Goleman, bahwa
kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20%, dan sisanya 80%,
ditentukan oleh sederetan faktor yang disebutnya sebagai kecerdasan emosional.
Di sinilah dibutuhkan seorang guru yang dapat mengembangkan kecerdasan
emosional murid-muridnya.
3. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual atau yang biasa disebut sebagai Spiritual Quotient (SQ)
adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri
sehingga seseorang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna
yang ada di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu.
Ketiga macam jenis kecerdasan yang ada pada diri anak tersebut sangat perlu
untuk diperhatikan oleh seorang guru sehingga kecerdasan anak-anak secara
keseluruhan pun dapat berkembang dengan baik. Secara garis besar, inilah tanggung
jawab seorang dalam mendidik murid-muridnya. Sebuah tanggung jawab yang tidak
ringan, namun sangat penting dan mulia, demi generasi masa depan yang cerdas dan
berakhlak mulia. Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika, dan
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Adapun Tanggung jawab seorang guru dikategorikan menjadi lima yaitu :
1. Tanggung Jawab Intelektual : Tanggung jawab intelektual guru diwujudkan
melalui penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan
metodologi keilmuannya.
2. Tanggung Jawab Profesi/Pendidikan : Tanggung jawab profesi/pendidikan
diwujudkan melalui pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
3. Tanggung Jawab Sosial : Tanggung jawab sosial guru diwujudkan melalui
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
4. Tanggung Jawab Moral dan Spiritual : Tanggung jawab spiritual dan moral
diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya
senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan moral.
5. Tanggung Jawab Pribadi : Tanggung jawab pribadi diwujudkan melalui
kemampuan untuk memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya
dan menghargai serta mengembangkan dirinya.
Materi 2

Peran dan Tugas Pokok Guru


.
Berikut ini adalah peran dan tugas pokok guru:
1. Guru sebagai pendidik : Sebagai pendidik (edukator) guru bertugas mengarahkan
peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian sempurna.. Guru
adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi para peserta
didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai standar kualitas
pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, kewibaan, kemandirian, dan
kedisiplinan. Guru harus memahami baebagai nilai, noema moral, dan sosial,
serta berusaha untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru
juga harus bertanggung jawab terhadap nilai tindakannya dalam proses
pembelajaran di sekolah.
2. Guru sebagai pengajar : Sebagai pengajar (intruksional), guru bertugas
merencanakan progam pengajaran, melaksanakan progam yang telah disusun dan
melaksanakan penilaian setelah progam itu dilaksanakan. Guru membantu peserta
didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahuimya, membentuk, dan memahami materi standar yang dipelajari. Guru
sebagai pengajar harus terus mengikuti perkembangan hal-hal yang terus
diperbarui. Guru haarus mampu menguasai bidang disiplin ilmu yang akan
diajarkannya, baik aspek substansinya maupun metodologi penelitian dan
pengembangannya. Selain itu, guru juga harus menguasai cara mengajarkannya
kepada orang lain atau bagaimana cara mempelajarinya.
3. Guru sebagai pembimbing : Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang
bertanggung jawab. Sebagai pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara
jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh,
menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
4. Guru sebagai pengarah : Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik bahkan
bagi orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengajarkan peserta didik
dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta
didik dalam mengambil suatu keputusan, dan menemukan jati dirinya. Guru juga
dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi didik
dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga peserta didik dapat membangun
karakter yang baik dalam dirinya dlam mengahadapi kehidupan nyata di
masyarakat.
5. Guru sebagai pelatih : Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik sehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih. Guru bertugas melatih peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta
didik. Selain harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, pelatihan
yang dilakukan juga harus mampu memerhatikan perbedaan individual peserta
didik dan lingkungannya.
6. Guru sebagai penilai : Penilaian atau evaluasi merupakan aspek pembelajaran
yang palimg kompleks karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan,
serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks
yang tidak mungkin dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada
pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan
kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, baik tes atau nontes. Teknik apa
pun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas meliputi
tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
7. Guru sebagai Motivator : Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong
anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, h\
guru dapat menganalisis motif – motif yang melatarbelakangi anak didik -malas
belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak
sebagai motivator karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara
anak didik yang malas belajar dan sebagainya.
8. Guru sebagai Model dan teladan : Guru sebagai model dan teladan bagi peserta
didik dan semua orang terutama warga belajar di sekolah menganggap dia sebagai
guru. Sebagai teladan tentu saja guru mempunyai pribadi baik dan apa yang
dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik dan orang sekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakui dia sebagai guru.
9. Guru sebagai Inspirator : Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham
yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Guru harus dapat memberikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus
bertolak dari sejumlah teori – teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi
bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik
10. Guru sebagai mediator : Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran dan dalam berbagai
bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun materiil. Media berfungsi
sebagai alat kumonikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif. Sebagai
mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar peserta
didik. Dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah, sebagai pengatur
lalu lntas jalannya diskusi. Guru sebagai mediator dapat juga diartikan penyedia
media.
Materi 3
Kompetensi Pedagogik Guru

A. Pengertian Kompetensi : Kata kompetensi dalam bahasa Inggris competency (com


petence) yang berarti kecakapan dan kemampuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Ind
onesia (KBBI), kompetensi diartikan sebagai kewenangan (kekuasaan) untuk men
entukan (memutuskan sesuatu). Dapat disimpulkan bahwa kompetensi itu kemamp
uan (meliputi seperangkat pengetahuan, keterampilan, perilaku) seseorang (dalam
hal ini guru dan dosen) dalam melaksanakan sesuatu, yang diperoleh melalui pendi
dikan (dimiliki, dikuasai, dan dihayati).
B. Pengertian Pedagogik : Pedagogik merupakan kata yang diserap dari bahasa latin
‘pedagogos’ yang artinya ilmu mengajar. Saleh menjelaskan bahwa kata ‘pedagogi
k’ berbeda artinya dengan ‘pedagogie’. Pedagogie pengertiannya adalah dalam hal
cara, yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pedagogik adalah p
ada pemikiran dan perenungan terhadap pendidikan termasuk teori-teorinya. Kedu
a-duanya berkaitan erat dan sulit untuk dipisahkan permasalahannya.
C. Pengertian Komptensi Pedagogik : Kompetensi pedagogik adalah kemampuan ses
eorang yakni guru dan dosen (meliputi seperangkat pengetahuan, keterampilan, pe
rilaku) dalam mengelola pembelajaran peserta didik (mengelola dengan didukung
oleh ilmu filsafat, sosiologi, pesikologi dan metodologi pembelajaran).
D. Sub Kompetensi dalam Kompetensi Pedagogik : Kompetensi pedagogik adalah ke
mampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraa
n pembelajaran yang mendidik pemahaman tentang peserta didik meliputi pemaha
man tentang psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran yang mendidi
k meliputi kemampuan merancang pembeljaran, mengeplementasikan pembelajara
n, menilai proses hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjut
an. Menurut peraturan tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik Guru mer
upakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sek
urang-kurangnya meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Guru memiliki latar be
lakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan
intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembeljaran yang berbasis subje
k(mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuian antara latar belakang k
eilmuan dengan subjek yang dibina, selain itu, guru memiliki pengentahuan d
an pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran dikelas. Secara otentik k
edua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlia
n mengajar (akta mengajar) dan lembaga pendidikan yang diakreditas pemerin
tah.
2. Pemahaman terhadap peserta didik. Guru memiliki pemahaman akan psiko
logi perkembangan anak sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang
tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak mele
wati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu. Guru memiliki
pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga a
nak serta menetukan solusi dan pendekatan yang tepat.
3. Pengembangan kurikulum/silabus. Guru memiliki kemampuan mengemban
gkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik
lingkungan sekolah.
4. Perancangan pembelajaran. Guru memiliki perencangan sistem pembelajara
n yang memanfaatkan sumber daya yang ada direncanakan secara strategis, ter
masuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang
tidak direncanakan.
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Guru menciptaka
n situasi belajar bagi anak yang kreatif dan menyenangkan. Memberikan ruan
g yang luas bagi anak untuk dapat mengeskplorasi potensi dan kemampuanny
a sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
6. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Dalam penyelenggaraan pem
belajaran guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan be
lajar dan mengadministrasikan dengan mengunakan teknologi informasi. Me
mbiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi
7. Evaluasi hasil belajar. Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasika pe
mbelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar a
nak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi guru harus dapat mer
encanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan me
mbuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak menc
iptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk meng
aktualisasikan potensi yang dimiliki.

E. Implementasi Penguasaan Kompetensi Pedagogik dalam Upaya Menjadi Guru


Idola : Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk mengimlementasikan
kompetensi tersebut, yaitu:
1. Guru menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan tuntuan karakteristik
masyarakat masa depan.

2. Guru harus dapat mengajar dalam kelas dengan keragaman kemampuan


siswa. Dalam hal ini guru dapat mengembangkan seluruh modalitas belajar
dan seluruh spektrum kecerdasan siswa.

3. Guru selalu mengembangkan diri dan berwawasan profesional tinggi sesuai


perkembangan keilmuan. Melalui forum srawung ilmiah guru dapat
memperoleh pengetahuan perkembangan bidang ilmunya. Guru juga dapat
memanfaatan akses internet dalam mengikuti perkembangan tersebut.
4. Guru dalam pembelajaran memberikan tugas yang menantang siswa untuk
berekplorasi tentang pengetahuan yang dipelajari.

5. Guru Mengajarkan ilmu “Bukan Hanya untuk sukses Ujian Nasional”, tetapi
pembelajaran yang bermakna. Siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Dalam hal ini guru mengajarkan bahawa fungsi belajar untuk
kelangsungan hidup..

6. Guru selalu membaca bidang ilmu dan bidang pembelajaran untuk menambah
pemahaman, dan ditindak lanjuti penerapannya dalam pembelajaran sekaligus
sambil melakukan penelitian (PTK) melalui tugas pelaksanaan pembelajaran.
Hal ini untuk pengembangan diri dengan melibatkan siswanya.
Materi 4

Kompetensi Kepribadian Guru

A. Pengertian Profesionalisme Guru : profesionalisme guru adalah suatu pekerjaan yang


di dalamnya terdapat tugas-tugas dan syarat-syarat yang harus dijalankan oleh
seorang guru dengan penuh dedikatif, sesuai dengan bidang keahliannya dan selalu
melakukan improvisasi diri. Profesionalisme guru dapat dilihat juga dari kesesuaian
atau relevansi keluaran pendidikan dengan profesi yang disandangnya. Dalam
bahasa yang lain dapat dikatakan bahwa, profesionalisme guru sama halnya
dengan“skilled performer” (pelaku yang terampil), seorang guru profesional dapat
tampil dengan penuh perkasa, inovatif, original, dan invensif. Di antara faktor-faktor
yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain:
1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh, hal ini
disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk
meningkatkan diri tidak ada;
2. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak
guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di
lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika
profesi keguruan;
3. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan
tinggi.
B. Kompetensi Kepribadian Guru
Kompetensi kepribadian: memiliki sifat-sifat kepribadian, indikatornya adalah:
1. Berakhlak mulia
2. Arif dan bijaksana
3. Mantap
4. Berwibawa
5. Stabil
6. Dewasa
7. Jujur
8. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
9. Secara objktif mengevaluasi kinerja sendiri dan
10. Mau dan siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Materi 5

Kompetensi Sosial Guru

A. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berinteraksi dan berkomunikasi


dengan lingkungan sosial di sekitarnya, baik dengan peserta didik, sesama guru,
tenaga kependidikan orangtua/wali murid, dan masyarakat. Kompetensi sosial
merupakan prasyarat dan menjadi bagian penting dalam menunjang pelaksanaan
tugas guru, di samping kompetensi lainnya.
B. Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru antara lain, terampil
berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik, bersikap
simpatik, dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah, pandai
bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, memahami lingkungan
sekitar.
C. Guru sebagai mahluk sosial harus berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik dengan peserta didik,
masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan
pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah. Kondisi objektif ini menggambarkan
bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul dan melakukan interaksi
sebagai profesi maupun sebagai masyarakat, dan kemampuan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Beberapa aspek kompetensi sosial, yaitu kapasitas kognitif, keseimbangan antara
kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan privasi, dan Keterampilan sosial dengan
teman sebaya.
E. Peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi sosial, antara lain
tenaga kependidikan sebagai petugas kemasyarakatan, tenaga kependidikan di
mata masyarakat, dan tanggung jawab sosial guru sebagai pendidik, penggerak
potensi, pengatrur irama, penengah konflik, dan pemimpin kultural.
Materi 6
Kompetensi Profesional Guru

A. Pengertian Kompetensi Profesional Guru : Kompetensi Profesional Guru adalah


keterampilan yang harus dimiliki oleh pendidik profesional dengan memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi yang
memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
B. Kualifikasi Guru Profesional :
Ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga kependidikan.
1. tingkatan capability personal yaitu guru diharapkan memiliki pengetahuan
kecakapan dan keteramplian serta sikap yang lebih mantap dan memadai
sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif.
2. inovator yaitu guru sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen
terhadap upaya purubahan dan reformasi.
3. visioner yaitu guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas
perspektifnya. Guru harus mampu melihat ke depan dalam menjawab
tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sehagai suatu
sistem.
Selain itu guru profesional juga harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:
1. memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai;
2. memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidangnya;
3. memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswanya;
4. mempunyai jiwa kreatif dan produktif;
5. memiliki etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya dan selalu
melakukan.
Guru profesional harus rnempunyai sikap sebagai berikut: bersikap adil, percaya
dan suka terhadap siswanya, sabar dan rela berkorban, memiliki wibawa di
hadapan peserta didik, penggembira, hersikap baik terhadap guru-guru Iainnya,
bersikap baik terhadap masyarakat, benar benar menguasai mata pelajaran, suka
terhadap mata pelajaran yang diberikannya, dan berpengetahuan luas.
Kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru antara lain sebagai berikut:
1. Kemampuan penguasaan materi/bahan bidang studi.
2. Kemampuan mengelola program pembelajaran yang mencakup kemampuan
merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, merumuskan
silabus, tujuan pembelajaran, kemampuan menggunakan metode/model
mengajar, kemampuan menyusun Iangkah-langkah kegiatan pembelajaran,
kemampuan melakukan evaluasi, kemampuan mengenal potensi peserta didik,
serta kemampuan rnerencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
3. Kemampuan mengelola kelas.
4. Kemampuan mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar.
5. Kemampuan penguasaan pengetahuan tentang landasan kependidikan.
6. Kemampuan menilai prestasi belajar peserta didik.
7. Kernampuan memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program
pendidikan di sekolah.
8. Kemampuan menguasai metode berfikir.
9. Kemampuan meningkatkan dan menjalankan misi profesional.
10. Kernampuan/terampil memberikan bantuan atau bimbingan kepada peserta
didik.
11. Kemampuan memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan.
12. Kemampuan memahami karakteristik peserta didik.
13. Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah.
C. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru :
1. Ketidaksesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar (miss-match).
2. Kualifikasi guru yang belum setara sarjana.
3. Program peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru yang rendah.
Masih banyak guru yang “tidak mau” mengembangkkan diri untuk menambah
pengetahuan dan kompetensinya dalam mengajar.
4. Rekrutmen guru yang tidak efektif. Karena masih banyak calon guru yang
direkrut tidak melalui mekanisme yang professional, tidak mengikuti sistem
rekrutmen yang dipersyarakatkan.
5. Ketidakpastian karier guru.
D. Upaya-upaya Guru dan Pemerintah Meningkatkan Profesionalisme
1. Memahami tuntutan standar profesi yang ada,
2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan,
3. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi profesi,
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada konstituen
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreatifitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak
ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran.
Materi 7
Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran

A. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka dan


menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan
dilatihkan bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif,
efisien, dan menarik. Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan
guru dalam membuka dan menutup pelajaran mulai dari awal hingga akhir pelajaran.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan
pengantar/pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa siap
mental dan tertarik mengikutinya.
B. Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

 Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran

1. Menarik perhatian siswa. Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk
menarik perhatian siswa, antara lain seperti berikut:

a) Gaya mengajar guru. Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya


agar dapat menimbulkan perhatian siswa.

b) Penggunaan alat bantu mengajar. Guru dapat menggunakan alat-alat bantu


mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik
perhatian siswa.

c) Pola interaksi yang bervariasi. Variasi pola interaksi guru siswa yang
biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan, atau guru bertanya
siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja.
Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal
yang akan dipelajari.
2. Menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi
dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk
menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan
motivasi, yaitu:

a. Dengan kehangatan dan keantusiasan. Guru hendaknya bersikap ramah,


antusias, bersahabat, dan hangat

b. Dengan menimbulkan rasa ingin tahu. Guru dapat membangkitkan


motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan
pada siswa.

c. Mengemukakan ide yang bertentangan. Untuk menimbulkan motivasi


siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan
mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari.

d. Dengan memperhatikan minat siswa. Guru dapat menimbulkan motivasi


siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati
siswa.

3. Memberi acuan (structuring). Memberi acuan diartikan sebagai usaha


mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal
yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari
materi pelajaran. Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru
adalah:

a. Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.

b. Menyarankan langkah – langkah yang akan dilakukan

c. Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas

d. Mengajukan pertanyaan – pertanyaan

e. Membuat kaitan
 Komponen Keterampilan Menutup Pelajaran.
1. Meninjau Kembali. Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir
setiap penggal kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang
diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan
inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
a. Merangkum inti pelajaran.
b. Membuat ringkasan
2. Mengevaluasi. Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah memp
eroleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu ja
m pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian. Bentuk-
bentuk evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Mendemonstrasikan keterampilan.
b. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
c. Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
d. Soal – soal tertulis

C. Langkah-langkah dalam membuka dan menutup pembelajaran

 Membuka Pembelajaran

1. Guru memberi salam untuk mengawali pembelajaran

2. Siswa melakukan doa sebelum belajar (meminta seorang siswa untuk


memimpin doa)

3. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa serta meminta siswa
untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan

4. Siswa menerima informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan dan


materi yang akan dibahas
5. Siswa menerima informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan yaitu dengan diskusi kelompok

6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini

7. Guru melakukan apersepsi kepada siswa

 Menutup Pembelajaran

1. Guru beserta siswa membuat kesimpulan bersama tentang materi yang telah
dipelajarin

2. Siswa melakukan refleksi secara tertulis

3. Guru memberikan tugas individu kepada siswa untuk dikerjakan dirumah

4. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya yaitu operasi


pejumlahan dan penguurangan bentuk aljabar

5. Guru memberikan pesan kepada siswa untuk tetap belajar dirumah dengan
rajin

6. Guru meminta salah satu siswa memimpin doa dan mengucapkan salam
Materi 8

Keterampilan Menjelaskan

A. Pengertian Keterampilan Menjelaskan : Keterampilan menjelaskan dalam


pembelajaran adalah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang
diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan anatara satu
bagian dengan bagian lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan
contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.

B. Guru harus memilki keterampilan dalam memberikan penjelasan kepada siswanya,


keterampilan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Clarity (kejelasan) yang meliputi:
a) Kejelasan penggunaan bahasa secara fasih (Clarity of Leanguage). Dalam hal
apa perlu kejelasan tujuan dan kejelasan proses (dalam
presentasi/membawakan suatu materi).
b) Aspek-aspek kejelasan yang meliputi:
1) Pengetahuan/pengalaman guru tentang subjek,
2) Perencanaan pelajaran,
3) Membuat hubungan-hubungan yang jelas/tepat,
4) Menanamkan pemindahan fase,
5) Bahasa yang dimengerti (dalam meenerangkan dalam bertanya) pilih
kata-kata yang tepat untuk menghindari kekaburan bahasa, pahami istilah-
istilah yang berasal dari bahasa asing agar tidak salah ucap dan tidak
salah menggunakannya,
6) Kemampuan menganalisa anatar yang abstrak dan yang konkrit,
7) Mendefinisikan istilah-istilah baru/mengartikannya,
8) Hindari kekaburan dalam pembicaraan/kata-kata,
9) Hindari kebiasaan verbal yang mengganggu perhatian siswa, misalkan:
“uhm”, “a”, “apa itu”, “apa namanya”, e e e...
10) Kejelasan dalam menyatakan sesuatu ide secara eksplisit
2. Menggunakan contoh-contoh dan ilustrasi (use of examples). Ilustrasi merupakan
penggambaran dari ide yang telah disampaikan, fungsinya untuk memeperjelas ide
sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang kabur. Contoh diberikan untuk
mengkonkritkan ilustrasi yang diberikan, fungsinya untuk menghindari terjadi
verbalisme. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kesederhanaan.
b) Jelas dan konkret.
c) Selaras dengan tingkat pengalaman siswa.
d) Kalau mungkin faktual (berdasarkan kenyataan) dan aktual (benar-benar
terjadi).
3. Emphasis (Penekanan). Pemberian tekanan dilakukan agar hal-hal yang dianggap
penting dari ide yang telah disampaikan, lebih mendapat perhatian siswa.
Emphasis dilakukan dalam bentuk penggunaan variasi diantaranya, suara (nada,
volume ataupun tonenya), isyarat (simbol, gerakan) dan penggunaan media/
sumber pengajaran. Contoh penekanan adalah sebagai berikut.

a) Penggunaan suara
b) Kombinasi antara relaks dan menyenangkan bersamaan dengan penuh energi.
c) Penggunaan media: dengar – pandang.
d) Menguatkan jawaban siswa.
e) Menggunakan kata-kata antara: tetapi, oleh karena itu.
f) Bahan yang akan dijelaskan, harus diorganisasi sedemikian rupa, sehingga
sistematikanya mudah diikuti.
g) Atur penggunaan waktu, jangan pada permulaan pelajaran telalu lambat,
melantur ke sana-sini, dan pada saat akhir jam pelajaran, seperti terburu-buru
menyelesaikan bahan pelajaran.
h) Feedback (umpan balik)

C. Tujuan Keterampilan Menjelaskan. Menurut Saud, Udin Syaefudin (2012) tujuan


utama keterampilan menjelaskan sebagai berikut.
1) Membimbing siswa memahami materi yang dipelajari,
2) Melibatkan siswa untuk berpikir untuk memecahkan masalah,
3) Untuk memberikan balikan pada murid mengenai tingkat pemahamannya dan
untuk mengatasi kesalahpahaman mereka,
4) Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran serta
menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah,
5) Menolong siswa untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-
prinsip umum secara objektif dan bernalar.

D. Komponen Keterampilan Menjelaskan

1) Komponen Merencanakan

Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang
berkenaan dengan isi pesan dan menerima pesan.

2) Komponen Penyajian

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya memperhatikan hal-hal


sebagai berikut: Kejelasan, Penggunaan contoh ilustrasi, Pemberian tekanan,
Penggunaan balikan (Feedback)

E. Prinsip-prinsip Keterampilan Menjelaskan. Adapun prinsip-prinsip menurut Saud


(2012), sebagai berikut:

1) Penjelasan dapat diberikan pada awal, di tengah, ataupun di akhir jam pelajaran,
tergantung pada keperluannya. Penjelasan itu dapat juga diselingi dengan tujuan
pembelajaran.
2) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran.
3) Guru dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari siswa ataupun
yang direncanakan oleh guru sebelumnya.
4) Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa.
5) Penjelasan harus sesuai dengan kemampuan dan karateristik siswa.

F. Tahapan-tahapan dalam Keterampilan Menjelaskan

1) Menyampaikan Informasi. Secara sederhana menyampaikan informasi adalah


memberi tahu. Dalam konteks pembelajaran, menyampaikan informasi adalah
memberitahu peserta didik tentang definisi-definisi atau pengertian-pengertian
dasar tentang materi pembelajaran.

2) Menerangkan. Pada tahap ini guru menguraikan istilah-istilah asing yang belum
dikenal peserta didik.

3) Menjelaskan. Langkah inti adalah penjelasan. Penjelasan dimaksudkan untuk


menunjukkan “mengapa”, “bagaimana”, dan “untuk apa”. Pola penjelasan ini
berupaya membuktikan hubungan antara dua hal atau lebih yang saling
mempengaruhi, bahkan menunjukkan sebab-akibat.

4) Pemberian Contoh. Untuk menyampaikan pemahaman peserta didik terhadap


materi yang telah dijelaskan, berilah contoh konkret secara nyata.

5) Latihan. Langkah terakhir di dalam penjelasan adalah latihan. Latihan peserta


didik dengan mencari hubungan sebab-akibat pada fenomena atau peristiwa yang
lain.
Materi 9

Keterampilan Menggunakan Media Pembelajaran

A. Pengertian Media Pembelajaran


Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar, yaitu segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau ketrampilan pelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada peserta didik.
B. Tujuan Media Pembelajaran
Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan penggunaan media
pengajaran adalah sebagai berikut:
1. Agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan
tepat guna dan berdaya guna,
2. Untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi
kepada anak didik.
3. Untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta
memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik.
4. Untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan
mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik.
5. Untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang
satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh
guru/pendidik
C. Prinsip Dalam Penggunaan Media Pembelajaran
1. Ketepatan dengan tujuan pembelajaran, media pembelajaran dipilih atas dasar
tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
2. Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya
fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar
lebih musdah dipahami siswa.
3. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah untuk
memperolehnya, setiddak-tidaknya dapat dibuat oleh guru pada saat mengajar atau
mungkin sudah tersedia di sekolah.
4. Ketrampilan guru dalam menggunakan media, apapun jenis media yang diperlukan
syarat utama adalah guru harus dapat menggunakannya dalamm proses
pembelajaran.
5. Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
bermmanfaat bagi siswa pada saat pelajaran berlangsung.
6. Sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya
dapat dipahami oleh siswa.
D. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai, media pembelajaran dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Media Grafis. Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan
dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal.
2. Media Audio. Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang
disapaikan melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif,
baik verbal maupun 4 non verbal.beberapa media yang dapat dimasukkan ke
dalam kelompok media audio antara lain radio dan alat perekam pita
magnetic,alat perekam pita suara.
3. Media Projeksi. Media projeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis,
dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual.

E. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran. Beberapa


faktor yang mempengaruhi pemilihan media adalah:
1. Tujuan instruksional yang ingin dicapai.
2. Karakteristik siswa.
3. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual),keadaan latar atau
lingkungan, dan gerak atau diam d. ketersediaan sumber setempat.
4. Apakah media siap pakai ataukah media rancang.
5. Kepraktisan dan ketahanan media
6. Efektivitas biaya dalam jangka panjang

F. Strategi Pemanfaatan Media Pembelajaran


1. Persiapan Sebelum Menggunakan Media. Pertama-tama pelajari buku petunjuk
yang telah disediakan.kemudian kita ikuti petunjuk-petunjuk itu. Apabila pada
petunjuk kita disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar lain yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai,seyogyanya hal tersebut dilakukan.
2. Kegiatan Selama Menggunakan Media. Yang perlu dijaga selama kita
menggunakan media adalah suasana ketenangan. Gangguan-gangguan yang
dapat menggangu perhatian dan konsentrasi harus dihindarkan. Kalau mungkin,
ruangan jangan digelapkan sama sekali. Hal itu supaya kita masih dapat menulis
jika menjumpai hal-hal penting yang perlu diingat. Kita pun dapat menulis
pertanyaan jika ada bagian yang tidak jelas atu sulit dipahami.
3. Kegiatan Tindak Lanjut. Kegiatan tindak lanjut ialah untuk menjajaki apakah
tujuan telah tercapai. Selain itu, untuk memantapkan pemahaman terhadap materi
instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan. Untuk itu soal tes
yang disediakan perlu kita kerjakan dengan segera sebelum kita lupa isi program
media itu

G. Keterampilan Menggunakan Media Pembelajaran yang Harus Dimiliki Guru


1. Keterampilan memilih media yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar
2. Keterampilan memilih media yang sesuai dengan karakteristik siswa
3. Keterampilan memvariasikan media dan memberdayakan media pembelajaran
untuk mendukung tercapainya kompetensi
4. Keterampilan mengoperasikan media
Materi 10

Keterampilan Membimbing Diskusi

A. Definisi Diskusi Kelompok Kecil. Diskusi kelompok merupakan strategi yang


memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah
melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial,
serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat
meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi
termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

B. Tujuan dan Manfaat Diskusi. Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara
lain :

1. Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap


pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.

2. Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan


bertanggung jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

3. Mendorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas suatu


topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui
kerjasama dalam kelompok diskusi siswa belajar mengembangkan
kemampuan berfikirnya.

4. Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi


yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong
keberanian dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi
pemecahan.
C. Langkah-langkah Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

1. Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi.


Kegiatannya antara lain : merumuskan tujuan dan topik yang akan
didiskusikan, mengembangkan masalah, catat kesalahan yang menyimpang.

2. Memperluas masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas,


menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas.

3. Meningkatkan partisipasi siswa. Untuk mendorong siswa (peserta didik) ikut


aktif turun rembug dalam proses diskusi, ada beberapa aspek yang perlu
ditempuh guru atau pemimpin diskusi, anatara lain:

a) Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat


atau mengajukan gagasan.
b) Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal maupun non verbal
dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut, menggugah siswa untuk
berpikir.
c) Menghangatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang
memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat di antara sesama anggota
kelompok.
d) Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga merasa dihargai
dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi
memberikan pemikiran melalui forum diskusi yang dilakukan.
4. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait dengan
memancing semangat berpikir peserta didik, memberikan kesempatan kepada
yang belum berbicara, mengatur jalannya sidang diskusi, dan mengomentari
pendapat yang dikemukakan.
5. Menutup diskusi merupakan kegiatan akhir dalam diskusi. Ada pun kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pemimpin diskusi dalam
menutup diskusi antara lain:
a) Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang
dihasilakan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
b) Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang
telah dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada
pertemuan berikutnya.
c) Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah
dilakukan, seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala dan lain
sebagainnya. Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk
mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa terhadap peran dan
partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut.
Materi 11
Keterampilan Mengelola Kelas

A. Pengertian Pengelolaan Kelas. Keterampilan mengelola kelas merupakan


keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan megembalikan ke kondisi optimal jika terjadi gangguan, baik
dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.

B. Tujuan Penggunaan Pengelolaan Kelas. Penggunaan komponen keterampilan


mengelola kelas mempunyai tujuan, baik untuk siswa maupun untuk guru.
Tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Tujuan untuk siswa
1. Keterampilan mengelola kelas untuk siswa bermaksud:
2. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap
tingkah lakunya serta sadar untuk mengendalikan dirinya.
3. Membantu siswa mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan
tata tertib kelas, dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu
peringatan dan bukan kemarahan.
4. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta
bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas.
 Tujuan untuk guru
1. Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara
kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan
baik.
2. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan
kompetensinya di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada
siswa
3. Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku yang
menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami
dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan
dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebih-
lebihan atau terus menerus melawan di kelas.

C. Komponen Pengelolaan Kelas.


 Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal.
1. Menunjukkan sikap tanggap
a. Memandang Secara Saksama
b. Memberikan Pernyataan
c. Gerak Mendekati
d. Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan
Siswa
2. Membagi Perhatian

a. Visual. Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan


kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa,
memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang
mengganggu

b. Verbal. Guru dapat memberikan komentar, penjelasan,


pernyataan, dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa
sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.

3. Memusatkan Perhatian

a. Menyiagakan Siswa. Menciptakaan suasana yang menarik


sebelum guru menyampaikan pertanyaan atau topik
pelajarannya.

b. Menuntut Petunjuk yang Jelas. Hal ini berhubungan dengan


cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab
yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam
tugas-tugas.
4. Memberikan Petunjuk yang Jelas
5. Menegur
6. Memberi Penguatan
D. Prinsip Pengelolaan Kelas
1. Kehangatan dan Keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan guru dapat
memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang
merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal.
2. Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang
akan meninkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya tingkah yang menyimpang. Perhatian dan minat
siswa akan terpelihara dengan kegiatan guru tersebut
3. Bervariasi. Pengunaan variasi dalam media, gaya, dan interaksi mengajar-
belajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan
serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya
kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.
4. Keluwesan. Dalam proses belajar mengajar guru harus waspada
mengamati jalannya proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan
munculnya gangguan siswa. Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku
guru untuk dapat merubah berbagai strategi mengajar dengan
memanipulasi berbagai komponen keterampilan yang lain.
5. Penekanan pada Hal-hal Positif. Pada dasarnya didalam mengajar dan
mendidik guru harus menekankan kepada hal-hal yang positif dan sedapat
mungkin menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang
negatif.
6. Penampilan Disiplin Diri. Kegiatan ini merupakan tujuan akhir
pengelolaan kelas. Untuk mencapainya guru harus selalu mendorong
siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil
jika guru sendiri yang menjadi contoh.

E. Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Mengelola Kelas

1. Campur tangan yang berlebih (teachers instruction). Apabila guru


menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan komentar,
pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak, kegiatan itu akan terganggu
atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru tidak
memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. Ia hanya ingin
memuaskan kehendak sendiri

2. Kelenyapan (fade away). Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat
melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan
kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas.
Juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan
akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akibatnya ialah
membiarkan pikiran siswa mengawang-awang, melantur, dan
mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.

3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stops and stars). Hal


ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui
aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang
kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi. Dengan
demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya
mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa

4. Penyimpangan (digression). Akibat guru terlalu asyik dalam suatu


kegiatan atau bahkan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang.
Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar
siswa.
5. Bertele-tele (overdweiling). Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru
bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan
atau penjelasan, mengubah teguran sederhana menjadi ocehan atau
kupasan yang panjang.
Materi 12

Keterampilan Menggunakan Model dan Strategi Pembelajaran

A. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur


yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Pengertian model pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor
103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran adalah kerangka konseptual dan
operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan
budaya.
B. Model pembelajaran sebagaimana dimaksud pada Permendikbud Nomor 103
Tahun 2014 dan Permendibud Nomor 22 Tahun 2016 adalah model pembelajaran
yang menonjolkan aktivitas dan kreativitas, menginspirasi, menyenangkan dan
berprakarsa, berpusat pada siswa, otentik, kontekstual, dan bermakna bagi
kehidupan siswa sehari-hari, antara lain: Model Penyingkapan (Discovery
Learning), Model Penemuan (Inquiry Laearing), Model Berbasis Masalah
(Problem Based Learning/PBL), Model Berbasis Proyek (Project- Based
Learning/PjBL), Model Interaksi Sosial (The Social Interaction Family), Model
Personal (The Personal Family), Model Personal (The Personal Family), Model
Modifikasi Tingkah Laku (The Behavioral System Family), Model Belajar Tuntas
(Mastery Learning), Model pembelajaran langsung
C. Pengertia Strategi Pembelajaran secara umum menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.
D. Adapun beberapa jenis – jenis strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:
Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Strategi Pembelajaran
Cooperative Learning Cooperative Learning, Strategi Pembelajaran Problem
Solving, Strategi Mengulang Strategi mengulang sederhana, Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi, Strategi Organisasi Strategi organisasi.
Materi 13

Keterampilan Melakukan Evaluasi Pembelajaran

A. Evaluasi lebih bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan t


es sebagai suatu alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan evalu
asi (value judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative
description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan (qualitative description).
Baik yang didasarkAn pada hasil pengukuran maupun bukan pengukuran, pada ak
hirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang dinilai.

B. Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi dalam Pembelajaran. Prinsip-Prinsip evaluasi dal


am pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan dalam prosedur pengembang
an evaluasi, karena jangkauan sumbangan evaluasi dalam usaha perbaikan pembel
ajaran sebagian ditentukan oleh prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan da
n pemakaiannya. Berkaitan dengan prinsip-prinsip penilaian tersebut, ada prinsip p
enilaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya:

1. mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai de
ngan tujuan pembelajaran;

2. mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang t
ercakup dalam pengajaran;

3. mencakup jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur hasi


l belajar yang diinginkan;

4. diirencanakan sedemikian rupa agar hasilnya seesuai dengan yang akan digun
akan secara khusus,

5. dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara


hati-hati, dan
6. dipakai untuk memperbaiki hasil belajar.

Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya:

1. dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi ev
aluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi;

2. menjadi bagian yang integral dari proses belajar mengajar;

3. agar hasilnya obyektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat evaluasi da


n sifatnya komprehensif;

4. diikuti dengan tindak lanjutnya.

C. Langkah-Langkah Evaluasi Belajar

Pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi pendidikan merinci kegiatan ev
aluasi ke dalam enam langkah pokok.

1. Menyusun Rencana Evaluasi Hasil Belajar. Sebelum evaluasi hasil belajar dila
ksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya secara baik dan matang.
Perencanaan hasil belajar itu umumnya mencakup enam jenis kegiatan, yaitu:

a. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi.

b. Menetapkna aspek-aspek yang akan dievaluasi.

c. Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam melak


sanakan evaluasi.

d. Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran


dan penialain hasil belajar peserta didik.

e. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan peganga
n atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluas
i.
f. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kap
an dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).

2. Menghimpun Data. Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan me
nghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyeleng
garakan tes hasil belajar (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik
tes), atau melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunaka
n instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide
atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik nont
es).

3. Melakukan Verifikasi Data. Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring l
ebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut.

4. Mengolah dan Menganalisis Data. Mengolah dan menganilisis hasil evaluasi di


lakukan dengan maksud untuk memberikan makna terhadap data yang telah be
rhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi.

5. Memberikan Interpretasi dan Menarik Kesimpulan. Penafsiran atau interpretasi


terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan verbalis
asi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami pengolahan
dan penganalisisan itu.

6. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi. Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah
disusun, diatur, diolah, dianalisis dan disimpulkan sehingga dapat diketahui ap
a makna yang terkandung di dalamnya maka pada akhirnya evaluator akan dap
at mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandan
g perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
Materi 14

Keterampilan Memberi Penguatan

A. Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemun
gkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan tersebut bertujuan diant
aranya meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan dan memelihara motivasi sisw
a, dan memudahkan belajar siswa.

B. Tujuan yang dapat dicapai.

Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar sis
wa. Secara umum tujuan pemberian penguatan sebagai berikut:

1. Meningkatkan perhatian siswa;

2. Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa;

3. Memudahkan siswa belajar; serta

4. Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendo
rong munculnya tingkah laku yang produktif.

C. Menurut pendapat Barnawi dan Mohammad Arifin (2012: 212 – 213), prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan guru saat memberikan penguatan ialah sebagai berikut:

1. Kehangatan. Penguatan yang diberikan oleh guru harus penuh dengan kehangatan.
Kehangatan dapat ditunjukkan melalui cara bersikap tersenyum, melalui suara dan
mimik. Kehangatan akan membuat hubungan baik dan saling mempercayai antara
guru dan peserta didik sehingga penguatan dari guru akan diterima dengan positif
oleh peserta didik.
2. Antusiasme. Antusiasme merupakan stimulus untuk meningkatkan perhatian dan
motivasi peserta didik. Penguatan yang antusias akan menimbulkan kesan sunggu
h-sungguh dan mantap di hadapan peserta didik.

3. Kebermaknaan. Inti dari kebermaknaan adalah peserta didik tahu bahwa dirinya m
emang layak mendapat penguatan karena tingkah laku dan penampilannya sehingg
a penguatan tersebut dapat bemakna baginya. Jangan sampai guru memberikan pe
nguatan yang berlebihan dan tidak relevan dengan konteksnya

4. Menghindari penggunaan respons yang negatif. Teguran dan hukuman yang berup
a respons negatif harus dihindari oleh guru. Respons negatif yang bernada hinaan,
sindiran, dan ejekan harus dihindari karena dapat mematahkan semangat peserta di
dik. Apabila peserta didik memberikan jawaban yang salah, guru tidak boleh langs
ung menyalahkannya, misalnya dengan mengatakan, “Jawaban kamu salah!” Nam
un, sebaliknya guru memberikan pertanyaan tuntunan (prompting question), atau
menggunakan sistem pindah gilir ke peserta didik lain.

D. Ada beberapa cara yang dapat digunakan memberikan penguatan, yaitu penguatan kep
ada pribadi tertentu, penguatan kepada kelompok peserta didik, pemberian penguatan
dengan cara segera dan variasi dalam penggunaannya. Penghargaan diberikan sebagai
respon guru terhadap hasil perilaku siswa atau sekelompok siswa, seperti siswa memp
eroleh nilai tertinggi di kelas, siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat, sis
wa atau sekelompok siswa telah berani maju ke depan kelas. Penghargaan yang diberi
kan guru tidak hanya terbatas pada pemberian ucapan atau kata-kata tetapi juga dapat
diwujudkan dengan tindakan guru kepada siswa seperti memberikan tepuk tangan, me
mberi senyuman, memberikan tanda bintang dan sebagainya. Penghargaan yang diberi
kan dalam pembelajaran diberikan kepada siswa maupun sekelompok siswa sesuai de
ngan prestasinya.

E.

Anda mungkin juga menyukai