Anda di halaman 1dari 13

1. a.

) Intermodal Transport (Pengiriman Antarmoda) adalah Pengiriman barang yang ditangani


oleh beberapa perusahaan pengangkut yang berbeda. Intermodal dapat didefinisikan sebagai
pergerakan kargo dari asal ke tujuan oleh beberapa moda transportasi, di mana masing-masing
moda ini memiliki tanggung jawab pengangkut yang berbeda, masing-masing dengan kontrak
independennya sendiri. (Beberapa operator selama 1 perjalanan).

Sebagai contoh anda akan mengirimkan barang dari Indonesia ke India. Di Indonesia barang anda dikirim
menggunakan jasa transportasi trucking untuk menuju pelabuhan TJ. Priok. Dari Pelabuhan TJ. Priok di
Indonesia, Anda akan menggunakan jasa Perusahaan Pelayaran untuk mengirimkannya ke pelabuhan
Mumbai di India. Dari Pelabuhan Mumbai India, Consignee akan menggunakan penyedia jasa yang dapat
mengangkut barang dengan trucking dan kereta. Pengangkutan barang dengan trucking dan kereta ini,
bisa saja menggunakan penyedia jasa angkut yang berbeda

Multimodal Transport (Pengiriman Multimoda) adalah Pengiriman barang dengan menggunakan


beberapa moda transportasi dimana masing-masing moda tersebut memiliki tanggung jawab
pengangkut yang berbeda, namun tetap berdasarkan 1 kontrak atau bill of lading. (Pengangkut tunggal
selama satu perjalanan).

Contoh Multimodal Transport: Sebagai contoh anda akan mengirimkan barang dari Indonesia ke India
namun menggunakan jasa carrier/ forwarding. Barang anda dikirim menggunakan jasa transportasi
carrier untuk menuju pelabuhan Tj. Priok. Dari Pelabuhan Tj. Priok di Indonesia, barang anda dikirim
dengan jasa Perusahaan Pelayaran yang dimiliki carrier untuk mengirimkannya ke pelabuhan Mumbai di
India. Dari Pelabuhan Mumbai India, carrier akan meneruskannya dengan trucking dan kereta untuk
sampai ke gudang consignee.

b.) Pilihan antara keduanya harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti jarak perjalanan, biaya moda
transportasi, jenis barang yang diangkut, waktu pengiriman yang diinginkan, dan infrastruktur yang
tersedia. Sebuah perusahaan transportasi atau logistik mungkin memutuskan menggunakan
intermodality atau multimodality berdasarkan situasi khususnya untuk mencapai efisiensi biaya dan
kinerja yang optimal. Kesimpulannya, biaya transportasi yang lebih baik dapat dicapai dengan pemilihan
moda transportasi yang tepat dan perencanaan logistik yang efisien

c.) Konsep Intermodality untuk Angkutan Penumpang:

Intermodality untuk angkutan penumpang adalah konsep yang melibatkan penggunaan beberapa moda
transportasi yang berbeda dalam satu perjalanan penumpang, dengan fokus pada penggunaan moda
yang berbeda untuk bagian-bagian berbeda dari perjalanan tersebut. Ide utamanya adalah
memungkinkan penumpang untuk menggabungkan moda transportasi yang berbeda dalam satu
perjalanan agar mencapai tujuan mereka dengan lebih efisien. Contoh dari konsep intermodality untuk
angkutan penumpang termasuk:

Perjalanan Rumah ke Stasiun: Seorang penumpang mungkin menggunakan mobil atau sepeda untuk
mencapai stasiun atau terminal transportasi umum sebagai langkah awal perjalanan mereka.
Penggunaan Transportasi Umum: Setelah tiba di stasiun atau terminal, penumpang dapat menggunakan
transportasi umum seperti kereta api, bus, kereta bawah tanah, atau tram untuk melanjutkan
perjalanan mereka ke tujuan akhir.

Terakhir-Mile Connectivity: Di destinasi akhir, penumpang mungkin akan menggunakan taksi, ojek, atau
berjalan kaki untuk mencapai tujuan akhir mereka.

Konsep Multimodality untuk Angkutan Penumpang:

Multimodality untuk angkutan penumpang melibatkan penggunaan beberapa moda transportasi secara
bersamaan dalam satu perjalanan penumpang untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan
perjalanan. Ide utamanya adalah mengintegrasikan moda transportasi yang berbeda sehingga
penumpang dapat menggunakannya secara bersamaan tanpa kesulitan dalam perpindahan antarmoda.
Contoh dari konsep multimodality untuk angkutan penumpang termasuk:

Pemesanan Tiket Terpadu: Penumpang dapat memesan tiket terpadu yang mencakup perjalanan
dengan beberapa moda transportasi yang berbeda. Sebagai contoh, satu tiket dapat mencakup
perjalanan dengan kereta api, bus, dan kereta bawah tanah.

Integrasi Jadwal: Integrasi jadwal moda transportasi yang berbeda memungkinkan penumpang untuk
dengan mudah menggabungkan perjalanan dengan kereta api, bus, dan transportasi lainnya tanpa harus
menunggu lama di stasiun atau terminal.

Pertukaran Informasi Real-Time: Penumpang dapat mengakses informasi real-time tentang jadwal,
ketersediaan, dan perubahan dalam perjalanan mereka melalui aplikasi atau layanan informasi yang
terintegrasi.

Konsep multimodality untuk angkutan penumpang bertujuan untuk memberikan pengalaman


perjalanan yang lebih mulus dan efisien, mengurangi hambatan perpindahan antarmoda, dan
meningkatkan kenyamanan penumpang.

2. Konsep "the first and the last mile of transportation" mengacu pada peran penting terminal
dalam menghubungkan penumpang atau kargo dari awal dan akhir perjalanan mereka dengan
moda transportasi utama, seperti kereta api, bus, pesawat, atau kapal. Terminal adalah titik
awal dan akhir yang menghubungkan penumpang atau kargo dengan moda transportasi utama
tersebut. Berikut adalah ilustrasi singkat tentang peran terminal dalam konsep ini:

Kasus Penumpang:

1. Awal Perjalanan (First Mile): Seorang penumpang ingin melakukan perjalanan dari rumahnya ke
bandara untuk menaiki pesawat. Terminal awal perjalanan bisa berupa stasiun bus atau terminal
kereta api yang terdekat dengan rumah penumpang.
2. Terminal Utama: Di terminal utama, penumpang naik pesawat untuk perjalanan jarak jauh.
Terminal ini adalah pusat perhubungan yang menghubungkan penumpang dari berbagai asal ke
destinasi yang lebih jauh.
3. Akhir Perjalanan (Last Mile): Setibanya di bandara tujuan, penumpang perlu mencapai tujuan
akhir mereka, seperti hotel atau rumah teman. Di sinilah terminal menjadi penting lagi. Terminal
bandara menyediakan layanan taksi, ojek, atau transportasi lainnya yang membantu
penumpang mencapai tujuan akhir mereka.

Kasus Kargo:

1. Awal Pengiriman (First Mile): Sebuah perusahaan ingin mengirim kargo dari gudangnya ke
pelabuhan untuk diangkut oleh kapal ke destinasi internasional. Terminal awal pengiriman bisa
menjadi terminal logistik atau fasilitas pengumpulan kargo.
2. Terminal Utama: Di pelabuhan, kargo dimuat ke kapal untuk pengiriman jarak jauh. Pelabuhan
adalah terminal utama yang menghubungkan kargo dengan kapal laut.
3. Akhir Pengiriman (Last Mile): Setibanya di pelabuhan tujuan, kargo perlu diangkut ke gudang
atau toko di destinasi akhir. Di sini, terminal pelabuhan menyediakan fasilitas dan sarana
transportasi darat, seperti truk, untuk mengantar kargo ke tujuan akhir.

Dalam kedua kasus tersebut, terminal berperan sebagai penghubung antara "first mile" dan "last
mile" dari perjalanan penumpang atau kargo. Terminal menyediakan fasilitas, sarana transportasi,
dan layanan yang diperlukan untuk memastikan kelancaran dan konektivitas dalam rantai
transportasi secara keseluruhan.

3… Dengan Kontainerisasi:

Barang diproduksi di pabrik di wilayah A.


Barang dimasukkan ke dalam kontainer di pabrik (Transfer Point 1).
Kontainer dengan barang diangkut ke pelabuhan A menggunakan truk (Transfer Point 2).
Kontainer dengan barang dimuat ke kapal di pelabuhan A (Transfer Point 3).
Kapal mengangkut kontainer dengan barang ke pelabuhan B di wilayah B (Transfer Point 4).
Kontainer dengan barang tetap tertutup dan tidak perlu dibongkar di pelabuhan B (Transfer Point 5).
Kontainer dengan barang diangkut langsung ke gudang atau toko di wilayah B menggunakan truk atau
sarana transportasi darat lainnya (Transfer Point 6).

 Dengan Kontainerisasi:
1. Anda memuat produk Anda ke dalam kontainer yang dapat dengan mudah
dipindahkan antar moda transportasi.
2. Kontainer memiliki ukuran standar dan dapat diangkut dari pabrik di kota A ke
pelanggan di kota E dengan sangat sedikit atau tanpa perlu membongkar produk di
terminal transfer (B, C, D).
3. Anda dapat mengangkut kontainer dari awal hingga akhir perjalanan tanpa harus
mengganti moda transportasi atau membongkar produk.

Dalam kasus ini, kontainerisasi memungkinkan Anda untuk mengurangi total travel cost meskipun
jumlah terminal transfer bertambah. Kontainerisasi mengurangi kerumitan dan biaya yang terkait
dengan perpindahan barang antar moda transportasi, meningkatkan efisiensi, dan meminimalkan risiko
kerusakan atau kehilangan barang selama proses pengiriman.

 Sistem "hub-and-spoke" adalah strategi dalam angkutan penumpang di mana ada satu atau
beberapa pusat (hub) besar di mana penumpang melakukan transfer antara berbagai rute
(spoke) yang berkonvergensi di hub tersebut. Dalam kasus ini, saya akan memberikan
contoh bagaimana sistem "hub-and-spoke" dengan transfer point (hub) dapat memiliki total
travel cost yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem yang tidak memiliki transfer point
(direct service) dalam konteks penerbangan.
Sistem "Hub-and-Spoke" (Dengan Transfer Point):

Bayangkan Anda ingin bepergian dari kota A ke kota D dalam sistem penerbangan "hub-and-
spoke" dengan hub di kota B.

1. Anda naik pesawat dari kota A ke kota B, yang merupakan salah satu pusat hub utama.
 Setibanya di kota B, Anda melakukan transfer ke penerbangan lain untuk mencapai kota D.
 Penerbangan dari kota B ke kota D adalah salah satu rute yang berasal dari hub tersebut
(spoke).
 Meskipun Anda melakukan transfer, sistem "hub-and-spoke" ini sering kali lebih efisien
secara operasional dan ekonomis karena:
 a. Maskapai dapat menggunakan pesawat yang lebih besar untuk rute panjang (seperti A ke
B) dan pesawat yang lebih kecil untuk rute pendek (seperti B ke D), mengurangi biaya bahan
bakar dan pemeliharaan.
 b. Pusat hub memungkinkan penumpang untuk memiliki akses ke berbagai tujuan di seluruh
jaringan maskapai tanpa harus memiliki penerbangan langsung ke setiap tujuan. Ini
memungkinkan maskapai mengoptimalkan jadwal penerbangan dan mengurangi kebutuhan
akan pesawat yang beroperasi dengan kapasitas rendah pada rute-rute yang jarang dilayani.

Sistem Tanpa Transfer Point (Direct Service):

Dalam sistem direct service, setiap kota memiliki penerbangan langsung ke semua kota tujuan.
Misalnya, ada penerbangan langsung dari kota A ke kota D. Ketika Anda mempertimbangkan
perbandingan antara sistem "hub-and-spoke" dengan transfer point (kota B) dan sistem direct
service, Anda dapat melihat beberapa keuntungan yang mungkin dimiliki sistem "hub-and-
spoke":

 Efisiensi Operasional: Maskapai dapat mengoptimalkan penggunaan pesawat dengan


menggunakan pesawat yang lebih besar untuk rute panjang dan lebih kecil untuk rute
pendek.
 Akses ke Jaringan yang Lebih Luas: Sistem "hub-and-spoke" memberikan penumpang akses
ke lebih banyak tujuan tanpa harus ada penerbangan langsung dari setiap kota ke setiap
kota tujuan.
 Fleksibilitas Jadwal: Sistem "hub-and-spoke" memungkinkan maskapai untuk menyesuaikan
jadwal penerbangan dengan lebih baik untuk mengakomodasi lonjakan permintaan dan
meningkatkan kapasitas pada rute yang sibuk.
 Mengurangi Biaya Total: Meskipun ada transfer point, sistem "hub-and-spoke" sering kali
mengurangi biaya total operasi maskapai dan dapat mengarah pada tarif yang lebih
kompetitif bagi penumpang.
 Jadi, meskipun sistem "hub-and-spoke" memiliki transfer point (hub), ia dapat memiliki total
travel cost yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem yang tidak memiliki transfer point
(direct service) karena efisiensi operasional dan akses yang lebih luas ke jaringan tujuan.

1. Konsolidasi Penumpang: Dalam sistem hold and spoke, penumpang dari berbagai titik asal
dikumpulkan di satu titik transfer (hub). Ini berarti lebih banyak penumpang menggunakan satu
pesawat atau kendaraan untuk mencapai tujuan mereka. Dengan penumpang yang lebih banyak
per perjalanan, biaya per penumpang dapat menjadi lebih rendah dibandingkan jika setiap kota
memiliki penerbangan langsung. Lebih banyak penumpang berarti lebih banyak pendapatan
yang dapat digunakan untuk menutupi biaya operasional.

2. Optimisasi Rute: Titik transfer (hub) adalah tempat di mana penumpang berpindah dari satu
rute ke rute lainnya. Ini memungkinkan perusahaan transportasi untuk mengoptimalkan rute
dari titik transfer ke berbagai kota tujuan. Rute yang dioptimalkan dapat lebih efisien dalam hal
jarak dan waktu, mengurangi biaya bahan bakar dan waktu perjalanan.

3. Skala Ekonomi: Dengan lebih banyak penumpang yang melewati titik transfer (hub), perusahaan
transportasi dapat memanfaatkan skala ekonomi. Ini berarti mereka dapat membeli bahan
bakar, merawat pesawat, dan menyediakan layanan dengan biaya lebih rendah per unit
kapasitas.

4. Fleksibilitas Jadwal: Dengan transfer point, perusahaan transportasi memiliki fleksibilitas yang
lebih besar dalam mengatur jadwal penerbangan atau perjalanan. Ini memungkinkan mereka
untuk merencanakan rute yang lebih efisien berdasarkan permintaan penumpang dan kondisi
operasional yang berubah-ubah.
5. Pilihan Rute yang Lebih Banyak: Titik transfer dapat menghubungkan berbagai kota dengan
lebih banyak pilihan rute. Penumpang dapat memiliki akses ke lebih banyak kota tujuan melalui
transfer point ini, yang dapat menghasilkan perjalanan yang lebih murah daripada pilihan
langsung yang mungkin lebih mahal.

4. Konsep dry port atau waterless inland port adalah strategi perencanaan terminal
transportasi yang memungkinkan akses ke jaringan transportasi global tanpa harus
terletak di dekat pantai atau perairan utama. Ini membantu meningkatkan efisiensi
dan mengurangi beban terhadap pelabuhan utama di pesisir, dengan fokus pada
lokasi strategis, konektivitas, infrastruktur, efisiensi, keamanan, keselamatan,
kesehatan, keberlanjutan lingkungan, dan efisiensi energi. Konsep ini mendukung
proses terminal yang memiliki kapasitas dan efisiensi, serta mempertimbangkan
aspek berkelanjutan dan keselamatan.

Konsep dry port atau waterless inland port adalah pendekatan inovatif dalam
perencanaan terminal transportasi yang dapat memengaruhi berbagai aspek terkait
dengan terminal sebagai suatu proses, termasuk masalah lokasi terminal,
aksesibilitas, infrastruktur, kapasitas, efisiensi, keberkeselamatan, keamanan,
kesehatan, keberlanjutan lingkungan, dan efisiensi energi. Berikut adalah cara
melihat konsep ini dalam konteks perencanaan terminal transportasi:
1. Lokasi Terminal: Dry port biasanya ditempatkan di lokasi yang strategis di dalam negeri, terpisah
dari pelabuhan laut utama. Lokasinya dipilih untuk menghubungkan wilayah produksi atau
konsumsi dengan pelabuhan laut internasional. Ini memungkinkan pengiriman kargo dari dan ke
pelabuhan laut tanpa harus mencapai pantai, yang sering menjadi masalah di pelabuhan utama
yang padat.
2. Aksesibilitas: Dry port harus mudah diakses oleh berbagai jenis transportasi, seperti truk, kereta
api, atau kapal sungai. Infrastruktur jalan, rel, dan sungai yang baik harus memungkinkan akses
yang lancar ke dry port dan koneksi yang cepat dengan pelabuhan laut.
3. Infrastruktur Terminal: Konsep dry port melibatkan pengembangan infrastruktur terminal yang
modern dan efisien. Ini termasuk fasilitas penyimpanan, fasilitas penanganan kargo, dan sistem
keamanan yang canggih untuk memastikan operasi yang efisien dan aman.
4. Kapasitas dan Efisiensi: Dry port dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi dalam
pergerakan kargo. Dengan menyediakan fasilitas yang efisien, dry port dapat mengurangi waktu
pemrosesan kargo, meminimalkan kemacetan di pelabuhan laut, dan meningkatkan
produktivitas.
5. Keberkeselamatan dan Keamanan: Dry port harus mematuhi standar keselamatan dan
keamanan yang ketat untuk melindungi karyawan, kargo, dan infrastruktur. Ini termasuk sistem
keamanan yang canggih dan pelatihan untuk mengatasi potensi risiko.
6. Kesehatan, Keberlanjutan Lingkungan, dan Efisiensi Energi: Konsep dry port juga dapat
mendukung kesehatan dan keberlanjutan lingkungan dengan mengoptimalkan pergerakan
kargo. Penggunaan transportasi berkelanjutan, teknologi ramah lingkungan, dan efisiensi energi
dapat diintegrasikan ke dalam perencanaan dan operasi dry port.
7. Efisiensi Energi: Dry port dapat mempertimbangkan sumber energi yang efisien dan ramah
lingkungan, seperti panel surya atau sistem pengelolaan energi yang cerdas, untuk mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dalam keseluruhan, konsep dry port atau waterless inland port adalah solusi yang
dapat menyederhanakan rantai pasokan, meningkatkan efisiensi, mengurangi beban
di pelabuhan laut, dan mendukung prinsip-prinsip keberkeselamatan, keamanan,
kesehatan, keberlanjutan lingkungan, dan efisiensi energi dalam sistem transportasi
dan logistik. Ini merupakan salah satu solusi yang dapat membantu mengatasi
banyak isu yang terkait dengan terminal sebagai suatu proses.
5.
Stakeholder dalam angkatan udara, terutama pada Terminal Angkutan Udara Husein Sastranegara di
Bandung, Indonesia, memiliki peran dan kepentingan yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasan
mengenai beberapa stakeholder kunci yang terlibat dalam operasi bandara tersebut:

1. Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Bandung:

 Kepentingan: Pemerintah Daerah memiliki kepentingan dalam pengembangan dan


pengelolaan Bandara Husein Sastranegara sebagai aset penting untuk pertumbuhan
ekonomi, pariwisata, dan konektivitas kota Bandung.

 Peran: Pemerintah Daerah berperan dalam menjaga fasilitas dan infrastruktur bandara,
mengatur perizinan, serta bekerja sama dengan pihak terkait untuk pengembangan
bandara dan peningkatan layanan.

2. Otoritas Penerbangan Sipil:

 Kepentingan: Otoritas Penerbangan Sipil (misalnya, Badan Penerbangan Sipil Indonesia)


memiliki kepentingan dalam memastikan keselamatan penerbangan, kepatuhan
terhadap regulasi penerbangan, serta pengawasan operasi bandara.

 Peran: Otoritas Penerbangan Sipil bertanggung jawab atas pengawasan keselamatan


penerbangan, perizinan operasi maskapai penerbangan, inspeksi, dan pemantauan agar
Bandara Husein Sastranegara mematuhi standar keselamatan dan keamanan
penerbangan.

3. Maskapai Penerbangan:

 Kepentingan: Maskapai penerbangan yang beroperasi di Bandara Husein Sastranegara


memiliki kepentingan dalam menjalankan layanan penerbangan mereka dengan efisien
dan menghasilkan pendapatan yang memadai.

 Peran: Maskapai penerbangan berperan dalam mengatur rute, jadwal penerbangan,


penjualan tiket, dan menyediakan layanan kepada penumpang di bandara.

4. Penumpang:

 Kepentingan: Penumpang memiliki kepentingan dalam mendapatkan pelayanan yang


aman dan nyaman selama perjalanan mereka, serta akses yang mudah ke dan dari
Bandara Husein Sastranegara.

 Peran: Penumpang adalah pelanggan utama bandara dan maskapai penerbangan.


Mereka berperan dalam memutuskan menggunakan jasa penerbangan dan patuh
terhadap aturan bandara.

5. Pekerja Bandara:
 Kepentingan: Pekerja bandara, seperti petugas keamanan, staf check-in, teknisi
pesawat, dan lainnya, memiliki kepentingan dalam mempertahankan pekerjaan mereka
dan memastikan operasi bandara berjalan lancar.

 Peran: Pekerja bandara menjalankan berbagai tugas yang mendukung operasi bandara,
termasuk pelayanan kepada penumpang, keamanan, dan pemeliharaan fasilitas.

6. Pemasok dan Vendor:

 Kepentingan: Pemasok dan vendor yang menyediakan bahan bakar pesawat, catering,
perawatan pesawat, dan layanan lainnya memiliki kepentingan dalam menjual produk
atau layanan mereka kepada maskapai penerbangan di Bandara Husein Sastranegara.

 Peran: Pemasok dan vendor menyediakan barang dan layanan yang mendukung operasi
maskapai penerbangan, dan mereka berperan dalam menjaga kualitas dan ketersediaan
produk mereka.

7. Komunitas Lokal dan Lingkungan:

 Kepentingan: Komunitas lokal memiliki kepentingan dalam memastikan bahwa operasi


bandara tidak mengganggu kehidupan mereka dan tidak merusak lingkungan sekitar.

 Peran: Komunitas lokal dapat berperan dalam memberikan masukan, mengawasi


dampak lingkungan, dan memastikan bahwa Bandara Husein Sastranegara mematuhi
peraturan yang berlaku dalam hal lingkungan dan kebisingan.

Pemahaman dan kerja sama yang baik antara semua stakeholder ini penting untuk menjaga operasi
yang efisien, aman, dan berkelanjutan di Bandara Husein Sastranegara. Keberhasilan dan pertumbuhan
bandara ini akan bermanfaat bagi kota Bandung dan masyarakat luas yang menggunakannya.
2. Konsep dry port atau waterless inland port merupakan solusi inovatif dalam perencanaan
transportasi yang mencakup masalah lokasi, akses, dan infrastruktur terminal. Dalam
konteks ini, dry port adalah fasilitas terpadu yang dibangun di daratan, jauh dari pantai atau
perairan dalam, untuk mendukung pertukaran kargo antara moda transportasi darat dan
laut. Dengan demikian:
3. Lokasi Optimal: Dry port dipilih berdasarkan lokasi yang strategis, yang memungkinkan
akses mudah ke pelabuhan utama dan jaringan transportasi darat. Ini membantu
mengurangi kepadatan lalu lintas di sekitar pelabuhan dan memastikan konektivitas yang
baik.
4. Akses yang Efisien: Infrastruktur akses darat dan relatif bebas kemacetan di sekitar dry port
menjadi kunci. Jalan tol, rel kereta api, dan jaringan jalan harus dirancang dengan baik untuk
memudahkan aliran kargo.
5. Infrastruktur Terminal: Dry port dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan, pemrosesan,
penanganan kargo, serta perizinan yang memadai untuk mendukung aktivitas distribusi.
Infrastruktur ini harus memenuhi standar keamanan dan efisiensi tertentu.
6. Kapasitas dan Efisiensi: Dry port dirancang untuk menangani kargo dengan kapasitas yang
memadai dan efisiensi operasional yang tinggi. Ini membantu mengoptimalkan pergerakan
barang dan menghindari penumpukan.
7. Keselamatan dan Keamanan: Keamanan adalah faktor penting dalam perencanaan dry port.
Fasilitas ini harus dilengkapi dengan sistem keamanan yang kuat untuk melindungi kargo
dan mencegah insiden yang merugikan.
8. Dengan menyediakan infrastruktur yang sesuai dengan standar kapasitas, efisiensi,
keselamatan, dan keamanan, konsep dry port atau waterless inland port membantu
memecahkan beberapa masalah utama dalam perencanaan transportasi, terutama terkait
dengan terminal. Hal ini juga mengurangi tekanan pada pelabuhan utama dan jaringan
transportasi darat, serta mendukung pertumbuhan perdagangan internasional dengan cara
yang lebih efisien dan berkelanjutan.

…………………………………………………………………………………………………

1. Sistem Pelabuhan (Port System)


Sisi Darat (Landside):
 Ini mencakup akses darat ke pelabuhan seperti jalan-jalan, rel kereta, dan terminal
kargo.
 Transportasi darat adalah pengiriman kargo dari dan ke pelabuhan melalui truk, kereta
api, atau perangkat transportasi darat lainnya.
 Fasilitas penyimpanan dan distribusi kargo terletak di sisi darat.
Sisi Laut (Seaside):
 Ini mencakup area di sekitar perairan pelabuhan, dermaga, dan perairan utama yang
digunakan oleh kapal.
 Transportasi laut melibatkan kedatangan dan keberangkatan kapal kargo, penanganan
muatan, dan pergerakan kapal di perairan pelabuhan.
 Fasilitas penyimpanan dan distribusi kargo di sisi laut juga dapat ada, seperti gudang
pelabuhan.
Titik Singgung:
 Titik singgung antara sisi darat dan sisi laut adalah terminal kargo atau fasilitas
transshipment di pelabuhan. Di sini, kargo dipindahkan dari moda transportasi darat ke
kapal laut atau sebaliknya.
2. Konsep Dry Port atau Waterless Inland Port:
 Lokasi Optimal: Konsep dry port dirancang untuk memilih lokasi yang strategis di
daratan, dekat dengan pelabuhan utama, dan memiliki akses yang baik ke jaringan
transportasi darat.
 Akses yang Efisien: Dry port membutuhkan infrastruktur akses darat yang baik,
termasuk jalan raya, rel kereta api, atau terminal kontainer intermodal untuk
memungkinkan pergerakan kargo antarmoda transportasi dengan efisien.
 Infrastruktur Terminal: Dry port dilengkapi dengan fasilitas terminal seperti gudang
penyimpanan, fasilitas pemrosesan kargo, fasilitas penanganan, dan perizinan kargo
yang sesuai untuk mendukung fungsi distribusi dan pertukaran kargo.
 Kapasitas dan Efisiensi: Dry port didesain untuk menangani kapasitas kargo yang
memadai dan mengoptimalkan efisiensi operasional untuk memastikan pergerakan
barang yang lancar.
 Keselamatan dan Keamanan: Keamanan kargo adalah faktor kunci dalam perencanaan
dry port, dan fasilitas ini harus memiliki sistem keamanan yang kuat untuk melindungi
kargo.
3. Terminal Bus Antar Kota Tipe A:
 Lokasi Optimal: Terminal bus antar kota tipe A harus ditempatkan strategis di dalam
kota atau di daerah yang mudah diakses oleh penumpang. Ini membantu mengurangi
kepadatan lalu lintas dan memudahkan akses penumpang.
 Akses yang Efisien: Infrastruktur akses seperti jalan-jalan utama dan stasiun bus lokal
harus mendukung lalu lintas penumpang yang lancar ke dan dari terminal.
 Infrastruktur Terminal: Terminal bus antar kota harus dilengkapi dengan fasilitas
penumpang yang nyaman seperti tempat tunggu, tiket, restoran, dan toilet. Keamanan
penumpang juga penting.
 Kapasitas dan Efisiensi: Terminal harus dirancang untuk menangani jumlah penumpang
yang sesuai dan memaksimalkan efisiensi operasional.
 Keselamatan dan Keamanan: Keamanan penumpang adalah faktor utama, dan harus
ada sistem keamanan yang efektif untuk melindungi penumpang di terminal bus antar
kota tipe A.
Stakeholder di terminal angkutan udara, seperti Bandar Udara Husein Sastranegara di Bandung,
melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam pengoperasian dan pengembangan bandar
udara tersebut. Berikut adalah beberapa stakeholder yang terlibat:

Otoritas Bandar Udara: Otoritas bandar udara adalah lembaga atau badan yang bertanggung jawab atas
pengelolaan, perawatan, dan pengembangan Bandar Udara Husein Sastranegara. Mereka memastikan
bahwa bandar udara mematuhi peraturan penerbangan, standar keselamatan, dan peraturan terkait
lainnya.

Maskapai Penerbangan: Maskapai penerbangan adalah stakeholder utama dalam bandar udara. Mereka
menyediakan layanan penerbangan ke dan dari Bandar Udara Husein Sastranegara. Maskapai juga
terlibat dalam operasi harian, pemeliharaan pesawat, dan manajemen jadwal penerbangan.

Penumpang: Penumpang adalah salah satu stakeholder terpenting. Mereka adalah individu atau
kelompok yang menggunakan bandar udara untuk bepergian. Penumpang berinteraksi dengan fasilitas
bandar udara seperti terminal, garbarata, dan pelayanan lainnya.

Otoritas Penerbangan Sipil: Otoritas Penerbangan Sipil adalah badan pemerintah yang mengawasi dan
mengatur semua aspek penerbangan di negara tersebut. Mereka bertanggung jawab untuk menjaga
standar keselamatan dan peraturan dalam operasi penerbangan di Bandar Udara Husein Sastranegara.

Operator Bandar Udara: Operator bandar udara adalah entitas yang bertanggung jawab atas
pengoperasian harian bandar udara, termasuk pengaturan layanan darat seperti kebersihan,
pemeliharaan, manajemen parkir, dan keamanan.

Petugas Keamanan: Petugas keamanan bertugas untuk memastikan keamanan bandar udara,
penumpang, dan penerbangan. Mereka melakukan pemeriksaan keamanan dan mengawasi lalu lintas
orang dan barang di bandar udara.

Penyedia Layanan Kargo: Stakeholder ini terlibat dalam pemindahan, penyimpanan, dan pengiriman
kargo di Bandar Udara Husein Sastranegara. Mereka menyediakan fasilitas dan layanan logistik untuk
mengelola kargo udara.

Lembaga Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah memiliki kepentingan dalam pengembangan dan
pengelolaan Bandar Udara Husein Sastranegara. Mereka bisa terlibat dalam perizinan, perencanaan
transportasi publik yang terkait, dan pemeliharaan infrastruktur jalan akses ke bandar udara.

Asosiasi Industri Penerbangan: Asosiasi industri seperti IATA (International Air Transport Association)
atau asosiasi maskapai memiliki peran dalam membantu mengembangkan regulasi dan standar industri,
serta mewakili kepentingan maskapai penerbangan.

Masyarakat Lokal: Masyarakat sekitar Bandar Udara Husein Sastranegara juga merupakan stakeholder,
karena mereka dapat terpengaruh oleh dampak lingkungan, kebisingan, dan perkembangan bandar
udara.
Semua stakeholder ini bekerja bersama untuk memastikan operasi yang efisien, aman, dan nyaman di
Bandar Udara Husein Sastranegara, serta untuk mendukung pertumbuhan transportasi udara di wilayah
tersebut

Anda mungkin juga menyukai