Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN SOLID

PERCOBAAN KE-1

PEMBUATAN TABLET METODE GRANULASI BASAH

Dosen pengampu :

Dr.apt.Lusi Nurdianti, M.Si

Apt.Taufik Hidayat, M.S.Farm

Disusun oleh :

Kelompok 2

Anggota : Rima Sonia ramadan 31121115


Tanty Yulianty 31121126
Tika Dewi Sartika 31121131
Febby Nuzuliyah R 31121135
Dedeh Zahratul Fadilah 31121144
Tazkia Amelia Hartoyo 31121146
Nadhira Zahra 31121148
Haniifa Nur Aziz 31121157
Dendi Fathur Rachman 31121161
Pikri Adit Praditya R 31119154
Kelas : 3C Farmasi
PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI TUNAS HUSADA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul "Laporan Praktikum Granulasi
Basah" ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Teknologi Formulasi Sediaan Solid.Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak apt. Taufik Hidayat,
M.S.Farm, dan Ibu Dr. Apt. Lusi Nurdianti. M,Si, selaku Dosen Teknologi Formulasi Sediaan
Solid yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
laporan ini.

Tasikmalaya, 20 Oktober
2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya, 3) stabil dalam
penyimpanan, 4) mudah dalam transportasi dan 5) dari segi ekonomi relatif murah dibanding
dengan bentuk sediaan obat lainnya.

Parasetamol dipilih sebagai bahan dalam penelitian karena mempunyai kompresibilitas yang
kurang baik, sehingga untuk dapat dicetak menjadi tablet yang baik, parasetamol
memberikan banyak kesulitan dan membutuhkan bahan pengikat yang baik.

Tablet parasetamol mengandung parasetamol, CH,NO2, tidak kurang dari 90% dan tidak
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera di etiket. Parasetamol berkhasiat sebagai
analgetik-antipiretik (Anonim, 1995).

Selain mengandung zat aktif, dalam pembuatan tablet diperlukan bahan-bahan tambahan
yaitu pengisi, pengikat, penghancur, pelicin dan pewarna. Bahan tambahan memegang
peranan penting dalam pembuatan tablet, di antaranya bahan pengikat. Bahan pengikat
dimaksudkan untuk menjamin penyatuan bersama dari partikel serbuk dalam sebuah butir
granulat. Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi oleh tekanan kompresi maupun bahan
pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah gula, amilum, gelatin, tragakan,
povidon (PVP), gom arab dan zat lain yang sesuai (Voigt, 1984).

Bahan pengikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polivinil pirolidon (PVP),
dengan menggunkan metode granulasi basah metode yang dilakukan dengan cara
membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat tingkat kebasahan
tertentu lalu di granulasi. Dengan adanya zat pengikat diharapkan dapat meningkatkan
kohesifitas dan kompresibilitas serbuk.

Massa tablet Paracetamol terdiri dari campuran fase dalam dan fase luar yang telah diproses
untuk siap dikempa menjadi tablet. Fase dalam adalah massa utama tablet yang terdiri dari
campuran zat aktif dan eksipien yang diproses menjadi granul secara basah. Fase luar adalah
campuran beberapa eksipien saja, yaitu penghancur luar, glidan, dan lubrikan yang
ditambahkan ke fase dalam untuk memudahkan pengempaan tablet dan untuk menunjang
mutu tablet yang memenuhi syarat. PVP sebagai bahan pengikat dengan keuntungan sebagai
perekat yang baik dalam larutan air atau alkohol, mempunyai kemampuan sebagai pengikat
kering. (Banker dan Anderson, 1986). Selain itu juga dari data hasil penelitian-penelitian
PVP bagus untuk proses penggranulan, hasil granul cepat kering, memiliki sifat alir yang
baik, sudut diam minimum, menghasilkan fines lebih sedikit dan daya kompaktibilitasnya
lebih baik sehingga dapat menghasilkan tablet yang bagus. PVP dapat membentuk ikatan
kompleks dengan berbagai molekul obat sehingga banyak obat-obat yang kelarutannya
meningkat dengan adanya PVP, dimana ikutan PVP lebih lemah sehingga lebih mudah
melepaskan obatnya.

Pada proses granulasi basah penambahan bahan pengikat dimaksudkan untuk mengikat
partikel-partikel serbuk menjadi satu kesatuan sehingga membentuk granul yang kuat dan
menentukan sifat-sifat tablet yang dihasilkan. Pemilihan bahan pengikat yang cocok dengan
jumlah yang tepat maka serbuk-serbuk halus dapat diubah menjadi granul yang baik dan
akan mengalir dari hopper menuju ruang cetak dengan baik dan teratur sehingga akan
menghasilkan tablet yang baik. Untuk itu terbuka peluang bagi pengembangan formulasi
tablet.

Uji disolusi merupakan proses melarutnya suatu zat kimia atau senyawa obat dari sediaan
padat ke dalam suatu medium tertentu. Uji disolusi berguna untuk mengetahui seberapa
banyak obat yang melarut dalam medium asam atau basa (lambung dan usus halus). Oleh
karena kecepatan melarut zat aktif seringkali menjadi tahap penentu kecepatan untuk proses
absorpsi, maka uji pelarutan (dissolution test) memberikan informasi yang lebih akurat
(Ansel, 1989).

Beberapa penelitian sebelumnya diperoleh kadar PVP yang digunakan sebagai bahan
pengikat yang baik antara lain 2% pada tablet ekstrak kering daun jambu biji (Rista, 1999),
penggunaan PVP pada konsentrasi 0,5-2% pada pembuatan tablet ekstrak tanaman dapat
menghasilkan tablet yang mempunyai kekerasan yang cukup, kerapuhan yang rendah dan
waktu hancur yang lama (Setyarini, 2004). Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan menggunakan PVP sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi yang
berbeda-beda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat fisik tablet dan profil disolusi
dari tablet parasetamol sehingga diperoleh tablet yang baik dan memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia atau kepustakaan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan kadar PVP sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik
tablet parasetamol ?

2. Bagaimana pengaruh PVP terhadap profil disolusi tablet parasetamol ?

1.3 Tujuan

1. Mampu menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif (Parasetamol) yang akan
digunakan dalam pembuatan sediaan tablet.

2. Melakukan tahapan pembuatan tablet dengan metode granulasi basah

3. Mampu melakukan evaluasi serbuk, granul, dan tablet


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Pengertian Tablet

Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat umumnya
disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk
tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong, dan sebagainya.
Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari, mencegah atau mempersulit pemalsuan,
dan untuk membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain (Widiati, 2016).

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung
rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan, digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal maupun sistemik (Widiati, 2016).

Kriteria sediaan tablet adalah stabil secara fisika dan kimia: secara ekonomi dapat
menghasilkan sediaan yang dapat menjamin agar setiap sediaan mengandung obat dalam
jumlah yang benar, penerimaan oleh pasien (ukuran, bentuk, rasa, warna dan lain sebagainya)
dan untuk mendorong pasien menggunakan obat sesuai dengan aturan pemakaian obat
(Widiati, 2016).

2.1.2 Bahan Tambahan Tablet

Tablet umumnya berisi banyak bahan tambahan terdiri dari zat aktif, zat penghancur, zat
pengisi, zat pelincir, zat pengisi, zat pembasah, zat pewarna dan zat pemberi rasa (Depkes,
1995).

2.1.2.1 Bahan pengisi (filler atau diluent)

Zat pengisi yaitu suat zat yang ditambahkan ke dalam formulasi tablet bertujuan untuk
penyesaian bobot dan ukuran tablet sehingga sesuai dengan persyaratan, untuk membantu
kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan kualitas sediaan tablet. Zat pengisi
yang umumnya digunakan yaitu pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol, dan lain-lain
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
2.1.2.2 Bahan pengikat (binder)

Zat pengikat bertujuan untuk tidak pecah dan retak dan dapat dibentuk menjadi granul
sehingga dikempa atau dicetak (Anief, 1994). Ada dua golongan pengikat yaitu bahan gula
atau bahan polimerik. Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu

(1) polimer alam seperti pati, atau gom mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan

(2) polimer sintesis seperti polivinilpirolidon, metilselulosa, etilselulosa, dan


hidrosipropilselulosa (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.1.2.3 Bahan pelicin / pelincir (lubricant, antiaderent, glidant)

Bahan pelicin digunakan untuk mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam ruang
cetakan, mencegah melekatnya granul pada stempel dan cetakan, selama pengeluaran tablet
mengurangi gesekan antar tablet dan dinding cetakan. Senyawa asam stearat dengan logam,
asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk yang digunakan sebagai lubrikan. Pada
umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari.

Bahan pelicin secara langsung dapat mempengaruhi sifat fisik yang dihasilkan. Bahan
pelicin dalam formulasi tablet mempunyai 3 fungsi yaitu:

a). Lubrikan

Lubrikan yaitu bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi atau gesekan antara permukaan
dinding atau permkaan tablet dengan dinding die selama kompresi dan ejeksi. Lubrikan yang
tidak larut air akan menurunkan kecepatan disintegrasi tablet. Semakin lama pencampuran
lubrikan akan memperlama kecepatan disintegrasi tablet karena partikel lubrikan akan
semakin rata menutupi permukaan granul. Adanya lapisan hidrofob akan menyelubungi
granul sehingga akan menyebabkan kesulitan penetrasi air (Sulaiman, 2007). Contoh
lubricant yang tidak larut air antara lain Mg stearat, Ca stearat, talk, dan waxes, sedangkan
lubrikan yang larut air antara lain asam stearat, sodium benzoat dan Magnesium Lauryl
Sulfate (MLS) (Sulaiman, 2007).

b). Glidant

Glidant ditambahkan dalam formulasi bertujuan untuk menaikkan atau meningkatkan


fluiditas masa yang akan dikempa sehingga masa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah
yang seragam. Bahan tambahan yang dapat berfungsi sebagai glidan adalah talk, amilum,
logam stearat, asam stearat, natrium benzoat (Sulaiman, 2007).

c). Anti Adherent

Anti adherent adalah bahan yang bisa mencegah melekatnya (sticking) permukaan tablet
pada punch atas dan punch bawah. Bahan tambahan yang dapat berfungsi sebagai anti
adherents adalah talk, amilum jagung, Mg Stearat, Natrium Lauryl Sulfate (Sulaiman, 2007).

2.1.2.4 Bahan penghancur (disintegrant)

Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak


dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorbsi (Lachman dkk, 2010).
Disintegrant idealnya menyebabkan tablet hancur tidak saja dengan granul yang dikempa,
tetapi juga menjadi partikel serbuk yang berasal dari granul. Mekanisme kerja zat
disintegrant sebagai penghancur tablet pada umumnya terdiri atas tiga teori klasik, antara
lain:

a). Disintegran membentuk lorong-lorong kecil di seluruh matriks yang memungkinkan air
ditarik ke dalam struktur dengan kerja kapiler sehingga menyebabkan tablet menjadi pecah.
Contoh: pati, Avicel, Ac-Di-Sol, alginat, dan lainlain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

b).Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan, air merembes ke dalam tablet
melalui celah antar partikel atau jembatan hidrofil yang terbentuk. Dengan adanya air maka
bahan penghancur akan mengambang dimulai dari bagian lokal lalu meluas keseluruh bagian
tablet. Akibat dari pengembangan bahan penghancur menyebabkan tabletpecah dan hancur.
Contoh: Primojel, Explotab, Ac-Di-Sol, gom, povidon, Isolca Floc, dan lain-lain (Siregar dan
Wikarsa, 2010).

c).Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet, digunakan terutama jika
diperlukan disintegrasi ekstra cepat atau suatu formulasi segera larut (Siregar dan Wikarsa,
2010). Mekanisme yang umum yang paling luas diterima untuk zat disintegran tablet adalah
pengembangan karena hampir semua disintegran dapat mengambang pada tingkat tertentu.
Dalam hal itu, disintegran berfungsi menarik air ke dalam tablet kemudian mengembang dan
menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah. Jenis zat disintegran yang biasa digunakan
antara lain: pati alam,Sodium starch, glycollate (primojel, explotab), pati pragelatinisasi, Ac-
Di-Sol, alginat, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.1.2.5 Bahan perasa dan pewarna


Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap. Apa yang dirasa mulut
saat menghisap tablet sangat terkait dengan penerimaan konsumen nantinya dan berarti juga
sangat berpengaruh terhadap kualitas produk. Dalam formula tablet hisap, bahan perasa yang
digunakan umumnya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut, seperti manitol
(Syamsuni, 2007).

Penggunaan zat pemberi warna dalam sediaan farmasi untuk tujuan estetika, sebagai
pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan, dan untuk tujuan kekhasan dari
produk. Umumnya pewarna yang dipakai harus sinergis dengan rasa yang digunakanpada
sediaan. Untuk obat-obat serbuk yang diberikan sebagai tablet kompresi atau kapsul biasanya
membutuhkan perbandingan zat warna yang lebih besar (± 0,1%) untuk mencapai warna
yang diinginkan daripada dengan sediaan cair (Widiati, 2016).

2.1.3 Metode Pembuatan Tablet

Tablet dibuat dengan dua metode yaitu:


A). Metode Peleburan
Tablet yang diproduksi dengan cara peleburan disebut dengan pastilles (Depkes, 1995).
Dalam pembuatannya dibutuhkan tekanan tinggi dan bahan pengikat yang banyak. Tablet
jenis ini dibentuk dengan jalan peleburan atau molded. Bahan-bahan tablet yang akan
dibentuk dipanaskan dan mencair.seperti sirup gula yang padat. Cairan bahan penyusun tablet
dibiarkan hingga mengeras kemudian dipotong dengan ukuran dan ketebalan yang sesuai
(Goeswin, 2008)

B). Metode Pengempaan atau Kompresi

Metode pengempaan atau kompresi dibagi menjadi tiga yaitu:


a) Metode Granulasi Basah

Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam memproduksi
tablet kompresi. Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan tablet dengan metode
ini dapat dibagi sebagai berikut:

(1)Menimbang dan mencampur bahan-bahan,

(2)Pembuatan granlasi basah,

(3)Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul,


(4)Pengeringan,

(5)Pengayakan kering,

(6)Pencampuran bahan pelincir,

(7)Pembuatan tablet dengan kompresi (Widiati, 2016)

b) Metode Granulasi Kering

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban atau penambahan bahan
pengikat kedalam campuran sebuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang
jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya kemudianmenjadikan
pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan yang
tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau
karena untuk mengeringkannya diperlukan temperature yang dinaikkan (Siregar & Wikarsa,
2010).
c) Metode Kempa Langsung
Metode ini dipergunakan untuk beberapa bahan seperti kalium iodida, amonium klorida,
dan metanamin yang mempunyai sifat mudah mengalir sebagaimana sifat kohesinya yang
memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah
atau kering (Siregar dan Wikarsa, 2010). Istilah kempa langsung telah lama digunakan untuk
memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan
struktur kristal kubik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromid) menjadi
sebuah padatan tanpa penambahan zat lain. Hanya sedikit bahan kimia yang mempunyai sifat
alir, kohesi dan lubrikasi di bawah tekanan untuk membuat padatan seperti ini (Siregar dan
Wikarsa, 2010).

Sekarang istilah kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet
dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk
pengisi, disintegrant, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang
kempa dan membentuk sebuah padatan yang kokoh. Tidak ada prosedur perlakuan granulasi
basah atau kering yang diperlukan pada campuran serbuk (Siregar dan,Wikarsa, 2010).

Keuntungan metode kempa langsung yaitu:


(1) Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit.
(2) Proses yang lebih singkat. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang
diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan masin yang digunakan
juga lebih sedikit.

(3) Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan pemanasan dan tidak tahan lembab.

(4) Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak

melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi
partikel halus sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Modifikasi lanjut dari proses kempa langsung adalah penggunaan penggerusan pencampuran
zat aktif keras dengan satu atau lebih pengisi dan penambahan pengisi dan pengikat lain
sebelum campuran akhir dikempa langsung (Siregar & Wikarsa, 2010)

2.1.4 Preformulasi Bahan

2.1.4.1 Preformulasi zat aktif

1.paracetamol (FI VI tahun 2020,1349)


Struktur Kimia

Nama lain Acetaminophen


Pemerian serbuk hablur; putih, tidak berbau, rasa
sedikit pahit.

Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam Na


hidroksida IN : mudah larut dalam etanol
Daya alir Buruk dengan bentuknya yang kristal
Inkompabilitas Acetaminophen menunjukkan ketidak
cocokan Fisit. Kemampuan dengan anti
pirin, Irgapyrin, irghaphen, asam 2- Fenil
Kuinolin 4- Karboksilat dan di Fentidramin
hidrokbrida, Campuran dengan bahan bahan
ini menjadi lengkel Saal di Campur
pemeriksaan reologi asetaminophen dalam
gel mikroksifalis Selulosa Karboksimetil
Selulosa menunjukkan beberapa bukti
adanya, Interaksi antara dan Mcc. (mc.
Dalam kondisi lembab dan suhu tinga,
asetaminofen berubah Warna dengan
adanya Kodern Fasfat atau Fa Fein
Stabilitas terhadap cahaya Sedikit Sensitif terhadap cahaya dalam
larutan dan terdegredos Melalui Pra-
disasiosi ikatan M.c. seperti kasur
acetanilida
Stabilitas asetaminofen padat terhadap Paracetamol yang kering dan Murni Sangal
panas
stabil pada suhu hingga Setidaknya 45℃
Namun jika terkontaminasi dengan Sedikit
p-aminofenol atau terkena Kondisi lembab
terjadi hidrolisis Menjadi P-aminofenal,
maka terjadi denredasi Oksidatif dari p-
aminofenal yang di tandai perubahan warna
dari Merah Muda Menjadi doklat dan
akhirnya menjadi hitam Hal ini melibatkan
pemecahan P-aminofenol Menjadi
kuinonimin dan Senyawa terkait.

2.1.4.2 Preformulasi Eksipien


1.Amprotab (FI IV 1995)
Struktur Kimia

Nama lain Amilum manihot, pati singkong


Pemerian Serbur atau Massa Keres putih atau putih
krem tidak berbau dan rasa sedikit Manis.
Stabil di udara, tetapi mudah Menyerap bau.
Kelarutan Mudah larut dalam air dan lebih mudah
larut dalam air mendidih sangat Sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam kloroform
dan dalam eter
Daya alir Buruk
Inkompabilitas Dengan pengoksida kuat
Stabilitas Dapat di tumbuh, jamur bila di simpen pada
wadah dengan lembab (RH 80%) dan dapat
berubah warna menjadi kecoklatan pada
kondisi panas dan lembab.
2. PVP/palyvinylpyisolidone (Hope ed, V, 2009).

Struktur Kimia

Nama lain Pavidone


Pemerian Bubuk higroskopit halus, berwarna Putih
hingga putih krem, tidak berbau Atos
hampir tidak berbau.
Kelarutan Mudah larut dalam air dan lebih mudah
larut dalam air mendidih sangat Sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam kloroform
dan dalam eter
Daya alir Baik
Inkompabilitas kompatibel dalam larutan dengan berbagai
macam anorganik garam, resin alami dan
sintesis dan bahan kimia lainnya

Stabilitas pavidone menjadi gelap sampai batas


tertentu pada pemanasan 150°c, dengan
penurunan kelarutan dalam air, stabil
terhadap siklus panas yang singkat pparan
sekitar 110-130°c, sterilisasi uap air larutan
tidak mengubah sifat sifatnya, larutan berair
rentan terhadap penumbuhan jamur dan
memerlukan penambahan bahan pengawet
yang sesuai.
3. Etanol 95% ( Hope Ed. V. 2006)
Struktur Kimia

Nama lain Aethanolum


Pemerian cairan tak berwarna, jernih, mudahmenguap
dan mudah bergerak
Kelarutan sangat larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Daya alir Baik
Inkompabilitas Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat
bereaksi dan kuat dengan bahan
pengoksidasi, Campuran dengan alkali
dapat menjadi gelap karena reaksi dengan
jumlah sisa aldehid, etanol juga tidak
kompatibel dengan wadah alumunium dan
berinteraksi dengan wadah obat lain.
Stabilitas Larutan etanol berair dapat di sterilkan
dengan autoklaf atau dengan penyaringan.
4. Laktosa
Struktur Kimia -
Nama lain -
Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau; rasa
agak manis.
Kelarutan larut dalam 6 bagian air ,larut dalam 1
bagian air mendidih,Sakur larut dalam
etanol ( 957 ) P., praktis tidak larut dalam
kloroform p dan dalam eter p
Daya alir Baik
Inkompabilitas dapat terjadi reaksi kondensasi dengan
senyawa yg memiliki gugus aminprimer,
menghasilkan produk berwarna coklat,
laktosa juga tidak , kompatibel dengan
asam amino , amfetamin,dan irsinapris
Stabilitas dalam keadaan lembab , laktosa dapat di
tumbuhi jamur.
5. Mg stearat (Handbook of pharmaceucical exipient ,5th ed .hal 430)
Struktur Kimia

Nama lain -
Pemerian serbuk halus ; putih ; licin dan mudah
melekat pada kulit , bau lemah khas.
Kelarutan praksi tidak larut dalam air, dalam etanol
(95%) P dan dalam etanol P.
Inkompabilitas tidak cocok dengan asam kuat ,basa, dan
garam besi ,hindari bercambur dengan
bahan pengoksidasi kuat ,mg stearat tidak
dapat di gunakan dalm produksi yg
menyandung aspirin, beberapa vitamin , dan
sebagian besar. Garam alkoloid.
Stabilitas mg stearat 2 harus di simpan dalam wadah
tertutup rapat di tempat sejuk dan kering.
6. Talk
Struktur Kimia -
Nama lain -
Pemerian serbuk hablur ,sangat halus licin, mudah
meletak pada kulit ,bebas dari butiran ;
warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelalut.
Inkompabilitas tidak cocok dengan senyawa amonium
kualerner.
Stabilitas bahan yg stabil dan dapat di sterilkan
dengan pemanasan pada suhu 160°c selama
tidak kurang dari 1jm , dapat juga
disterilkan dengan paparan eluen oksida /
radiasi gamma

2.1.5 Evaluasi Granul dan Tablet

2.1.5.1 Evaluasi Granul

A. Kadar Air

 Alat : Heating Drying Oven

 Caranya

a. Timbang seksama 5,0 gram gramil

b. Panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan (105 C) selama 2 jam

 Perhitungan

Wo-W1x100

Wo

Wo = Bobot granul awal

W1=Bobot setelah pengeringan

 Persyaratan :2-4%
B. Uji Sifat Alir (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)

Uji sifat alir terdapat dua metode untuk mengujinya yang pertama dengan metode corong dan
yang kedua yaitu metode sudut istirahat. Prinsip dari metode sudut istirahat ini yaitu
pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng tumbuhan granul yang mengalir bebas dari
corong terhadap suau bidang datar.

 Alat : corong alat uji waktu alir

 Caranya :

a. timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong alat

b. uji waktu alir dalam keadaan tertutup c. buka penutupnya biarkan granul mengalir

d. catat waktu (gunakan stopwatch)

e. lakukan sebanyak 3 kali

f. kemudian untuk mengukur sudut isirahat dengan menghitung jari-jari dan tinggi dari
tumpukan granul setelah metode corong.

g. Kemudian masukan dalam rumus, dan didapat a yang menentukan kecepatan alir dari
suatu granul tersebut

• Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (>10g/detik). Metode
sudut istrahat ini mempunyai nilai a = arc tag h/r, dimana:

a.25-35" sangat mudah mengalir

b.30-38" mudah mengalira

c.>38-kurang mengalir
C. Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988, FIIV 1995)

 Alat : Jolting Volumeter

 Caranya :

a. Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,

b. kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji. catat volume uji
sebelum dimampatkan (Vo)

c. volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).

 Perhitungan:

1=VO-V500 x100

V0

Keterangan:

1 = indeks kompresibilitas ("%);

Vo= volume granul sebelum dimampatkan (mL);

V = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500 kali ketuk (mL).

Syarat: tidak lebih dari 20%

D.Distribusi Ukuran partikel

 Alat : Sieve Shaker


 Caranya :

a. Masukan sejumlah 100 gram granul diletakan di atas ayakan yang telah tersusun dan
ditara.

b. Mulai dari ayakan mesh 20 smapai dengan ayakan mesh 100 pada alat sieve shaker

c. Setelah pengujian selesai, masing-masing ayakan ditimbang kembali dan dihitung


distribusi granul pada tiap-tiap ayakan (%)

E. Bobot Jenis

Evaluasi granul dengan bobot jenis ini yaitu dengan mengetahui bobot jenis pada granul
tersebut, mulai dari bobot nyata, bobit mampat dan bobot sejati. Evaluasi bobot jenis sejati
ini dilakukan menggunakan alat piknometer.

✓ Bobot jenis nyata

p= w

Dimana:

W=bobot granul

V=volume granul tanpa pemampatan

✓Bobot jenis mampat

Pn = w
Vn

✓ Bobot jenis sejati

b-a xBj cairan pendispersi

(b+d-(a+c)

Dimana:

a = bobot piknometer kosong

b= bobot piknometer + 1 gram granul

c= bobot piknometer + 1 gram granul +cairan pendispersi

d= bobot piknometer + cairan pendispersi

2.1.5.2 Evaluasi Tablet

A.Keragaman ukuran tablet

Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet alat

 Alat : Jangka Sorong

 Caranya : menggunakan 20 tablet kemudian diukur diameter dan ketebalan tablet


tersebut, kemudian dihitung rata-ratanya.

B. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan

Farmakope Indonesia memberi aturan cara uji keseragaman bobot dan batas toleransi yang
masih dapat diterima, yaitu tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot
yang ditetapkan.

Caranya
1) Timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan penyimpangan bobot
rataratanya. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata- rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B.

2) Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tablet pun
yang bobomnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B.

Bobot Rata-Rata Penyimpanan bobot rata rata


Dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 Mg -150 mg 10% 20%

151 mg – 300 mg 7.5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

C. Waktu hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan
aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang
tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. :
Disintegration Tester

 Alat : Disintegration Tester

 Caranya :

a. Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube.

b. Ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37+2°C.

c. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik
(gastric fluid)
d. Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur .

 Persyaratan : waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit,
untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet
salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera
hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007)

D. Kekerasan

Uji ini digunakan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak terlalu rapuh atau
terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet, dan
waktu hancur tablet.

 Alat : Hardness Tester

 Caranya : ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat herdness tester,


kemudian hitung rata-rata dan standard deviation (SD)

 Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2 maksimal 10 kg/cm2

E.keregasan (Friability )

Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet digunjang. Penentuan
keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapisi (coating)
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam
melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet.

 Alat : Friability Tester.

 Caranya : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas debukan
dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar
sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung
prosentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.

 Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %.

F. Uji Disolusi

Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam
media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat
sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum
diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau
semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985).

Bagian-bagian pada alat:

1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang sudah diubah

2. Keranjang baja stainlees berbentuk silinder atau dayung untuk di tempelkan ke ujung
batang pengaduk

3.Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 ml,
bertutup dan ditengahnya terdapat tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada lubang
tempat mengaduk pada tiga tempat dua untuk memindahkan sampel dan satu untuk
menempatkan thermometer.
4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi dalam bejana
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


a). Alat
- Mortar dan stemper
- Gelas ukur
- Beaker glass
- Mesh 10 dan 14
- Loyang
- Kertas payung
- Spatel
- Sudip
- Batang pengaduk
- Kertas perkamen
- Timbangan
- Flow tester
- Moisture Analyzer
- Piknometer
- Oven
- Hardness tester
- Friabilator
- Disintegration tester
- Mesin pengayak

b). Bahan

1. Fase dalam
- Paracetamoll
- Amportab 10%
- PVP 2,5%
- Etanol 95%
- Laktosa
2. Fase luar
- Amportab
- Mg stearate
- Talk
3. Formula

Nama Bahan Pemakaian Bahan


Fase Diam Fase Luar Lazim Bobot yang
Dibutuhkan
Paracetamol 250 mg 100 g
Amprotab 10% 14 g
PVP 2,5% 3,5 g
Etanol 95% Qs 42,93 g
Laktosa Qs 11,3 g
Mg stearate 1% 1,85 g
Talk 2% 3,70 g
Amprotab 5% 9, 27 g

4. Penimbangan bahan
Kandungan paracetamol per tablet 250 mg, bobot tablet 350 mg, jumlah tablet yang dibuat
400 tablet
92
A). Fase dalam (92%) = x (350x400) = 128,800 mg/128,8 g
100

a. Paracetamol = 250 mg x 400 tab


= 100.000 mg/100 g
10
b. Amprotab 10% = x 128,8 g
92
= 14 g
2 ,5
c. PVP 2,5% = x 128,8 g
92
= 3,5 g
1
d. Etanol 95% = x 128,8 g
3
= 42,93 g
e. Laktosa = 128,8 – (100+14+3,5)
= 128,8 ─ 117,5
= 11,3 g

B). Fase luar

1
a. Mg stearate 1% = x 170,59 g
92
= 1,85 g
2
b. Talk 2% = x 170,59 g
92
= 3,70 g
5
c. Amprotab 5% = x 170, 59 g
92
= 9,27 g
3.2 Prosedur
1. Pembuatan larutan PVP

+ kan PVP kedalam gelas


Timbang PVP beker, add etanol 95 %
sebanyak 3,5 g sedikit demi sedikit, aduk
sampai homogen

2. Granulasi hingga tabletasi (pengikat ditambah secara basah)

+ paracetamol,
amprotab dan + larutan PVP sedikit Terbentuk masa basah yang
laktosa kedalam demi sedikit sambal sesuai untuk dibuat granul
mortir di aduk (masa harus dapat di kepal
namun dapat di patahkan)

Granul yang telah Granulasi basah dikeringkan Masa basah di ayak


dikeringkan di uji dalam oven suhu 60◦ sampai dengan mesh 10/12
kelembabannya kandungan lembab < 3 %

Granul yang memenuhi


Granul di campur Aduk 10 menit hingga
syarat kemudian di ayak
dengan fase luar(talk homogen
menggunakan mesh 14
dan amprotab
lalu di timbang

Massa siap dicetak


menggunakan punch Lakukan evaluasi + mg stearate aduk
13 mm, dengan granul selama 2 menit
bobot yang telah di
tentukan (dari hasil
peroleh granul)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Kecepatan Alir
 Metode Corong
Prinsip : Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu.
Alat yang digunakan adalah Flow Tester

Diketahui W= 100
t=5
W
Rumus : Ka =
t

100
=
15 ,72
= 6,36 g/detik

Syarat: aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100g granul ≤ 10
detik.

Kesimpulan: memenuhi syarat karena hasil 6,36g/detik yang berarti ≤ 10 detik.

 Sudut istirahat

Prinsip : Pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng timbunan granul yang mengalir bebas
dari corong terhadap suatu bidang datar.
Alat yang digunakan yaitu Flow Tester
Sin : Depan/miring
Cos : Samping/miring
Tan : Depan/Samping h=4

Diketahui : h = 4
r=8
r=8
h
Rumus :  = tan-1 ¿
r
4
:  = tan-1 ¿ = 26,56
8
Syarat: α = 25-30 : granul sangat mudah mengalir
α = 30 -38 : granul mudah mengalir
α > 38 : granul kurang mengalir
Kesimpulan: granul sangat mudah mengalir karena hasil 26,56

b. Bobot Jenis
 BJ Nyata
Alat yang digunakan adalah Bulk Density

Diketahui W= 100
V= 178mL

W
Rumus: P=
V
100
= = 0,56g/mL
178 mL

 BJ Mampat
Alat yang digunakan yaitu Tap Density

Diketahui: W= 15
Vn= 26

W
Rumus: Pn=
Vn
15 g
= = 0,5g/mL
26 mL
 BJ Sejati
Alat yang digunakan adalah Piknometer
Diketahui: a= 13,69
b= 14,64
c= 24,00
d= 33,72
BJ paraffin cair= 6,84
( b−a ) X BJ Cairan Pendispersi
Rumus: P=
( b+ d )−(a+c )
( 14 ,64−13 , 69 ) x 6 ,84
P=
( 14 , 64 +33 ,72 )−(13 , 69+24 , 00)
6 , 49
P=
0 , 67
P=9 ,68
Keterangan :
a = bobot piknometer kosong
b = bobot piknometer + 1 g granul
c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin cair)
d = bobot piknometer + cairan pendispersi

 Kadar Pemampatan
Alat yang digunakan yaitu Bulk Density Apparatus
Diketahui: Vo= 30
V500= 26

Vo−V 500
Rumus Kp= x 100 %
Vo
30−26
= x 100 %
30
= 13,33%
Syarat: granul memenuhi sayarat jika Kp ≤ 20%
Kesimpulan: diperoleh hasil 13,33% yang menyatukan kadar pemampatan memenuhi syarat.

 Perbandingan Haussner
Alat yang digunakan yaitu Tap Density.
Diketahui: BJ setelah pemampatan = 0,57 gram/ml
Bj sebelum pemampatan = 0,5 gram/ml
BJ setelah pemampatan
Rumus : Haussner=
BJ sebelum pemampatan

0 ,57
= = 1,14
0,5
Syarat: granuk memenuhi syarat jika angka Haussner = 1
Kesimpulan: diperoleh hasil 1,14 yang menyatakan granul belum memenuhi syarat.

 Persen komperesibilitas (K%)


Pengerjaan pengujian persen kompresibiltas sama dengan BJ mampat dan BJ nyata sehingga
untuk nilai perhitungannya diambil dari hasil BJ mampat dan BJ nyata.
Diketahui: BJ Mampat= 0,57
BJ Nyata= 0,5

BJ Mampat −BJ Nyata


Rumus : %K = x 100 %
BJ Mampat
0 ,57−0 , 5
%K = x 100 % = 12,2%
0 ,2
Syarat: 5 – 15% aliran sangat baik
16 – 25% aliran baik
≥ 26% aliran buruk
Kesimpulan: diperoleh 12,2% yang menyatakan alliran granul sangat baik.

c. Granulometri
alat yang digunakan yaitu Sieving Analyzer / ayakan dengan mesh 16, 40, 60, 80, dan 100.

Alat : Sieving Analyzer / ayakan dengan mesh 16, 40, 60, 80, dan 100

Mesh Jumlah serbuk


Bobot serbuk (gram) % serbuk
Mesh 20 43,52g 43,52 %
mesh 40 25,29 g 25,29%
Mesh 60 8,42 g 8 , 42%
Mesh 80 5,84 g 5 , 84 %
Mesh 100 3,36 g 3 , 36%
Total bobot serbuk 86,43 g
Syarat: ukuran granul mengikuti ukuran kurva distribusi normal.
Kesimpulan: hasil yang diperoleh belum memenuhi persyaratan.
1. DATA HASIL EVALUASI TABLET

a. Visual / Organoleptik
Pemeriksaan Hasil
Organoleptis
Bau Tidak berbau
Warna Putih
Rasa Pahit
Rupa Padat, bulat

b. Sifat Fisiko Kimia


 Keseragaman Ukuran
Alat yang digunakan yaitu jangka sorong.

No tablet diameter (cm) Tebal tablet (cm)


1 1 cm 0,612 cm
2 1 cm 0,612 cm
3 1 cm 0,612 cm
4 1 cm 0,612 cm
5 1 cm 0,612 cm
6 1 cm 0,612 cm
7 1 cm 0,612 cm
8 1 cm 0,612 cm
9 1 cm 0,612 cm
10 1 cm 0,612 cm
11 1 cm 0,612 cm
12 1 cm 0,612 cm
13 1 cm 0,612 cm
14 1 cm 0,612 cm
15 1 cm 0,612 cm
16 1 cm 0,612 cm
17 1 cm 0,612 cm
18 1 cm 0,612 cm
19 1 cm 0,612 cm
20 1 cm 0,612 cm
Rata – rata 1 cm 0,612 cm

Diameter = 3 x tebal = 3 x 0,612 cm = 1,836 cm


4 4
¿ x tebal ¿ x 0,612 cm = 0,816 cm
3 3

Diameter memenuhi syarat karena tidak lebih dari 1,836 cm dan tidak kurang dari 0,816 cm.

Diameter = 3 x tebal
1
Tebal ¿ = 0,33 cm
3
4
Diameter ¿ x tebal
3
1x 3
Tebal ¿ = 0,75 cm
4
Syarat: menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3
tablet.
Kesimpulan: keseragaman ukuran tablet membentuk persyaratan.
 Kekerasan
Hasil uji kekerasan yang dilakukan pada 20 tablet secara acak adalah :

Tablet ke Kekerasan
1 4 kg/cm2
2 3,5 kg/cm2
3 3 kg/cm2
4 3 kg/cm2
5 2 kg/cm2
6 2,5 kg/cm2
7 3 kg/cm2
8 2 kg/cm2
9 4 kg/cm2
10 2 kg/cm2
11 4 kg/cm2
12 2 kg/cm2
13 3 kg/cm2
14 1 kg/cm2
15 2 kg/cm2
16 4 kg/cm2
17 4 kg/cm2
18 4 kg/cm2
19 3 kg/cm2
20 3 kg/cm2
Rata-rata 2,95 kg/cm2

Syarat: Tablet besar= 7 - 10 kg/cm2


Tablet kecil= 4 kg/cm2

Kesimpulan: tidak memenuhi syarat karena dari jumlah 20 tablet terdapat 14 tablet < 4
kg/cm2
 Friabilitas
Alat yang digunakan yaitu Friabilator
Diketahui : Bobot awal 20 tablet sebelum diuji, a = 14,833 g
Bobot akhir 20 tablet setelah diuji, b = 14,757 g
a−b
Jawab : F= x 100 %
a
10 ,34−10 , 05
F= x 100 % = 2,80%
10 , 34
Syarat : tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%
Kesimpulan : hasil yang diperoleh 2,80% yang menyatakan belum memenuhi syarat.
 Keseragaman Bobot

Tablet Bobot Tablet Selisih bobot tablet (mg) Persen penyimpangan


(mg) (%)
1 0,44 mg 0,44 mg – 0,43 mg = 0,01mg 0 , 01 mg
x 100% = 2,52%
0 , 43 mg
2 0,54 mg 0,54 mg – 0,43 mg = 0,11mg 0 , 11mg
x 100% = 25,58%
0 , 43 mg
3 0,42 mg 0,42 mg – 0,43 mg =0,01mg 0 , 01 mg
x 100% = -2,32%
0 , 43 mg
4 0,52 mg 0,52 mg – 0,43 mg = 0,09mg 0 , 09 mg
x 100% = 20,93%
0 , 43 mg
5 0,39 mg 0,39 mg – 0,43 mg = -0,04mg −0 , 04 mg
x 100% = -
0 , 43 mg
9,30%
6 0,37 mg 0,37 mg – 0,43 mg = 0,06mg 0 , 06 mg
x 100% = -
0 , 43 mg
13,95%
7 0,48 mg 0,48 mg –0,43 mg = 0,05mg 0 , 05 mg
x 100% = 11,62%
0 , 43 mg
8 0,51 mg 0,51 mg – 0,43mg= 0,08mg 0 , 08 mg
x 100% = 18,60%
0 , 43 mg
9 0,31 mg 0,31 mg – 0,43 mg = -0,05mg −0 , 05 mg
x 100% = -
0 , 43 mg
11,62%
10 0,36 mg 0,36mg – 0,43 mg = -0,07mg −0 , 07 mg
x 100% =
0 , 43 mg
16,27%
11 0,45 mg 0,45mg – 0,43mg= 0,02mg 0 , 02 mg
x 100% = 4,65%
0 , 43 mg
12 0,38 mg 0,38mg – 0,43 mg = 0,05mg 0 , 05 mg
x 100% = -
0 , 43 mg
11,62%
13 0,40 mg 0,40mg – 0,43 mg = 0,03mg 0 , 03 mg
x 100% = -6,97%
0 , 43 mg
14 0,48 mg 0,48mg – 0,43 mg = -0,05mg −0 , 05 mg
x 100% =
0 , 43 mg
11,62%
15 0,40 mg 0,40mg – 732 mg = -0,03mg −0 , 03 mg
x 100% = -
0 , 43 mg
6,97%
16 0,45 mg 0,45mg – 0,43 mg = 0,02mg 0 , 02mg
x 100% = 4,65%
732mg
17 0,37 mg 0,37mg - 0,43 mg = -0,06mg −0 , 06 mg
x 100% =
0 , 43 mg
13,95%
18 0,46 mg 0,46mg – 0,43 mg = 0,03mg 0 , 03 mg
x 100% = 6,97%
0 , 43 mg
19 0,52 mg 0,52mg - 0,43 mg = 0,09mg 0 , 09 mg
x 100% = 20,93%
0 , 43 mg
20 0,44 mg 0,44mg –0,43 mg= 0,01mg 0 , 01 mg
x 100% = 2,32%
0 , 43 mg
Rata- 0,43 mg 0,008 mg
rata

 Parameter: tidak boleh ada 2 tablet yang menyimpang dari tablet rata-rata lebih besar
dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satupun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata dari harga pada kolom B.

Bobot Rata-rata Penyimpangan Bobot Rata-rata (x)


A B
< 25mg 15 30
26mg – 150mg 10 20
151mg – 300mg 2,5 15
> 300mg 5 10
X̅ = 0,43g= 430mg
 5% x 430mg= 21,5
Batas atas= 430mg + 21,5= 451,5
Batas bawah= 430mg – 21,5= 408,5

 10% x 430mg= 40
Batas atas= 430mg + 43= 473
Batas bawah= 460 – 43= 387

Kesimpulan: tidak memenuhi syarat karena rata-rata bobot >300mg tidak boleh ada 2 tablet
bobot nya menyimpang dari bobot rata-rata >5% dan tidak boleh satupun bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata >10%.

 Uji Waktu Hancur

Waktu Ke- Waktu Hancur


1 1 menit 21 detik
2 3 menit
3 1 menit 32 fetik
4 3 menit
5 2 menit

Syarat: waktu yang diperoleh untuk menghancurkan tablet tidak boleh lebih dari 15 menit.
Kesimpulan: memenuhi syarat karena waktu hancur < 15 menit.

 Uji disolusi
Absorban Standar: 0,215
Absorbansi sampel: 0,243

Y = 0,0651x + 0,0153
0,243 = 0,0651x + 0,0153
X =3,4976 ppm

Pengenceran
100 mikron= 0,1mL
Ad 10 mL
10
FP= =100
0 ,1

X= 3,4976 x 100
= 349,76mg x 0,9
= 314,784mg

Syarat: Q30 tidak boleh ≤ 80%.


Kesimpulan: memenuhi persyaratan karena Q30 >80% ( Q + 5%= 85%) dengan hasil
167,39%

 Uji Kadar Zat Aktif


Diketahui: absorbansi sampel= 0,300

Y = 0,0651 x + 0,0153
0,300 = 0,0651x + 0,0153
X = 4,3732 ppm

Pengenceran
100 mikron= 0,1 mL
10
FP= = 100
0 ,1

X= 4,3732 x 100
= 4,3732 x 0,05
= 21,866 mg/50mg

430 mg
x 21,866mg = 188,04mg
50 mg

Syarat: kadar zat aktif paracetamol 500mg.


Kesimpulan: belum memenuhi persyaratan karena bobot 21,866 mg/50mg.

 % Disolusi

Bobot terdisolusi
% Disolusi = x 100%
dosis
314,784 mg
= x 100%
188,047 mg
= 167,39%
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini formula yang digunakan kelompok kami adalah sebagai berikut:
FORMULA C Fungsi/Kegunaan
Fasa Dalam (92%)
Paracetamol 250 mg Analgetika antipiretika
Amprotab 10% Penghancur
PVP 2,5% Pengikat
Etanol 95% qs Pelarut pengikat
Laktosa qs Zat pengisi/pemanis
Fasa Luar (8%)
Mg Stearat 1% Pelicin/antilekat
Talk 2% Pelicin/antilekat
Amprotab 5% Penghancur

Tablet dibuat dengan metode granulasi basah. Granulasi basah adalah metode pembuatan
tablet dengan pencampuran fase dalam tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang basah,
kemudian di granulasi lalu di campurkan dengan fase luar tablet, setelah itu dilakukan proses
pencetakan tablet.
Metode granulasi basah digunakan karena zat aktif dan bahan tambahan memiliki laju alir
yang buruk sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan metode kempa langsung. Fase
luar dan fase dalam sesuai fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam terdiri dari zat aktif
(paracetamol), zat pengisi (lactosa), zat penghancur (amprotab), cairan pembasah (etanol
95%) serta zat pengikat (PVP) yang tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu lama karena
pada proses pembuatan granulasi basah ini dilakukan pemanasan dalam oven untuk
menghilangkan udara setelah pembentukan granul. Fase luar adalah zat eksipien yang
digunakan untuk membantu proses pengempaan tablet.
Paracetamol sebagai zat aktif memiliki efek farmakologi sebagai zat antipiretik dan
analgetik. Lactosa dan PVP merupakan tambahan zat dalam yang digunakan sebagai pengisi,
dan pengikat karena memiliki fungsi sebagai pengisi untuk menambah massa dan PVP
sebagai zat pengikat yang baik. Talk dan Mg stearate digunakan sebagai zat tambahan fase
luar, talk digunakan sebagai glidan atau bahan yang dapat meningkatkan kemampuan daya
alir serbuk, dan Mg stearat digunakan sebagai zat tambahan lubrikan yang digunakan untuk
mengurangi gesekan antara permukaan tablet dengan dinding lubang kempa selama proses
pengempaan dan pengeluaran tablet dari lubang kempa. Selain itu lubrikan (pelincir) dapat
memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas tablet
massa tidak semakin banyak. Kedua zat tambahan ini digunakan pada fase luar untuk
memberikan hasil yang baik pada tablet perbaikan dibandingkan fase tambahan.
Untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, hal pertama yang harus dilakukan
adalah proses pencampuran fase dalam yaitu, paracetamol, amprotab, PVP, etanol 95% dan
lactose. Seluruh zat fase dalam dicampurkan antara zat aktif, zat pengikat, dan zat pengisi
hingga terbentuk campuran yang homogen, agar meningkatkan kompresibilitas yang lebih
baik, kemudian seluruh zat fase dalam yang telah dicampurkan (massa harus dapat dikepal
namun dapat dipatahkan) yang kemudian diayak dengan mesh nomor 10 yang diberi tekanan
agar terbentuk granul sehingga luas permukaannya meningkat dan proses pengeringan
berjalan dengan lebih cepat. Granul yang telah diayak kemudian dikeringkan dalam oven
pada suhu 60˚C selama 30 menit. Setelah dioven dilihat kadar air yang diperoleh harus dalam
rentang 1-2%. Granul yang telah memenuhi persyaratan kemudian diayak kembali dengan
mesh 16. Kemudian dilakukan proses pencampuran antara fase dalam dan fase luar selama
10 menit. Setelah tercampur, massa tablet siap dicetak.
Sebelum dilakukan proses pencampuran fase dalam dan fase luar, dilakukan terlebih dahulu
evaluasi granul. Evaluasi granul ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah granul yang
dibuat memenuhi persyaratan atau tidak untuk dilanjutkan proses tabletasi. Evaluasi granul
yang telah dilakukan adalah menghitung laju alir dan sudut istirahat, uji kelembaban, uji
bobot jenis kerapatan (BJ nyata dan BJ mampat, BJ sejati), uji kompresibilitas dan uji
granulometri.
Evaluasi granul yang dilakukan sebelum evaluasi granul selanjutnya harus memastikan kadar
air terlebih dahulu. Uji yang dilakukan yaitu uji kelembaban, dimana uji kelembaban ini
menetukan kadar air yang diperoleh harus dalam rentang 1-2%. Kadar air mempengaruhi
sifat fisik dan kimia dari granul itu sendiri, semakin tinggi kadar airnya, semakin rendah
kepadatan dan stabilitasnya. Kadar air yang diperoleh yaitu 1%, dimana hasil tersebut sudah
memenuhi persyaratan kadar air yang baik.
Selanjutnya dilakukan evaluasi granul untuk menghitung laju alir dan sudut istirahat. Untuk
menentukan sifat aliran apakah baik atau tidak digunakan kemiringan aliran (sudut lereng,
sudut tuang, sudut luncur) yang dihasilkan jika suatu zat berupa serbuk dibiarkan mengalir
bebas dari corong ke atas dasar. Corong yang digunakan biasanya terbuat dari baja tahan
karat dengan volume kurang lebih 480 mL dan lubang corong bagian bawah biasa digunakan
3 macam ukuran yakni diameter 6.0, 8.0 dan 11.3 mm. Serbuk tersebut akan membentuk
suatu kerucut, yang kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang
dihasilkan, artinya sudut kemiringannya semakin kecil dan semakin baik sifat aliran serbuk
tersebut. Dari hasil pengukuran diperoleh hasil 26,56 yang menyatakan bahwa aliran granul
tersebut sangat mudah mengalir.
Besar kecilnya sudut istirahat sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya tarik dan gaya
gesek antar partikel. Jika gaya tarik dan gaya gesek kecil, maka granul akan lebih cepat dan
mudah mengalir. Selain itu sudut istirahat juga dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin
kecil ukuran partikel maka kohesivitas partikel makin tinggi yang akan mengurangi
kecepatan alirnya sehingga sudut istirahat yang terbentuk semakin besar. Aliran partikel yang
relative halus (kurang dari 10 um) melalui lubang celah akan terhenti karena gaya kohesif
diantara partikel sama besarnya dengan gaya gravitasi. Demikian pula aliran serbuk menjadi
lebih buruk jika serbuk tersebut lembab. Dalam hal ini proses pengeringan akan memperbaki
sifat alir. Waktu alir yang diperoleh untuk mengalirkan serbuk sebanyak 100 gram adalah
6,36 g/detik dimana hasil tersebut memenuhi pesryaratatan karena mengalir ˂ 10 detik.
Evaluasi granul selanjutnya adalah uji kemampatan. Prinsip kerja dari uji kemampatan atau
kompresibilitas sama dengan uji kompaktibilitas. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
kemampatan campuran serbuk selama dikempa. Hasil percobaan menunjukkan volume awal
serbuk adalah 30 ml. Setelah serbuk diketukkan sebanyak 500 ketukan, volume serbuk
menjadi 26 ml. Didapatkan 𝜌 nyata sebesar 0,5 g/mL dan 𝜌500 mampat sebesar 0,57 g/mL.
Kadar pemampatan serbuk yang diperoleh sebesar 13,33 %. Kadar pemampatan yang
tergantung pada penurunan volume granul atau serbuk akibat keretakan atau getaran.
Semakin kecil harga % kadar pemampatan, semakin baik sifat alirnya. Granul atau serbuk
dengan hasil lebih dari 20% mempunyai sifat alir yang kurang baik. Dilakukan juga
perhitungan persen kompresibilitas dengan hasil yang diperoleh 12,2%, dimana dari hasil
tersebut dikatakan bahwa aliran granul sangat baik.
Evaluasi granul selanjutnya yaitu granulometri. Granulometri adalah analisis ukuran dan
repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis granulometri
digunakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas
dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin kecil. Tujuan granulometri
adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran granul. Granulometri berhubungan dengan
sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Ukuran granul
mengikuti kurva distribusi normal.
Setelah evaluasi granul yang diperoleh memenuhi persyaratan kemudian dilakukan evaluasi
tablet yang meliputi pengujian oraganoleptik, uji sifat fisika kimia yang terdiri dari uji
keseragaman bobot dan ukuran, friabilitas, kekerasan, waktu hancur, uji disolusi dan uji
kadar zat aktif.
Uji organoleptik sendiri meliputi bau, rasa, warna dan rupa. Cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama menilai sifat indrawi suatu produk. Hasil
yang diperoleh bahwa bentuk tablet padat dan bulat, warnanya putih, rasa pahit dan tidak
berbau.
Selanjutnya uji keseragaman ukuran tablet. Jumlah tablet yang digunakan adalah 20 tablet
sesuai dengan yang tercantum pada Farmakope Indoensia edisi IV. Ketebalan suatu tablet
dipengaruhi oleh volume dari bahan yang yang diisikan ke dalam cetakan, garis tengah
cetakan dan besarnya tekanan oleh punch serta dipengaruhi oleh kompresibilitas dan sifat alir
dari serbuk. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tablet yang tebalnya seragam, harus
dilakukan pengawasan selama proses produksi. Menurut Farmakope Indonesia edisi III,
diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Untuk
mengukur ketebalan dan diameter tablet menggunakan jangka sorong. Penggunaan jangka
sorong dikarenakan memiliki ketelitian yang cukup bagus dan sesuai dengan pengukuran
diameter dan tebal tablet. Adapun ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm.
Dari data hasil pengukuran dapat dihitung rata-ratanya. Adapun rata-rata untuk tebal tablet
adalah 1 cm, sedangkan untuk diameternya adalah 1,612 cm. Berdasarkan aturan yang telah
ditetapkan Farmakope Indonesia tersebut, maka sediaan tablet yang diuji keseragaman
ukurannya sudah memenuhi syarat karena diameter tablet tidak lebih dari tiga kali tebal
tablet yaitu 1,612 cm < 1,836 cm dan tidak kurang dari 4/3 tebal tablet yaitu 1,612 cm >
0,816 cm.
Selanjutnya uji keseragaman bobot tablet. Syarat dari keseragaman bobot tablet adalah, jika
ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang lebih besar dari berat rata-ratanya berdasarkan pada kolom A yang sudah
ditetapkan dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-
ratanya berdasarkan aturan pada kolom B yang sudah ditetapkan. Rata-rata bobot tablet yang
diperoleh 0,43 gram atau 430 mg termasuk dalam kategori tablet lebih dari 300 mg dengan
penyimpangan berat kurang dari 10 % dan lebih dari 5 % bobot rata-rata tablet. Dari ke 20
tablet hanya ada 2 tablet yang beratnya menyimpang, artinya sediaan tablet yang dibuat
belum memenuhi persyaratan keseragaman bobot. Sedangkan keseragaman ukuran
menggambarkan reprodusibilitas dan terkait selanjutnya dengan keseragaman kandungan dan
juga terkait dengan faktor estetika.
Selanjutnya adalah uji kekerasan menggunakan alat bernama hardness tester dan angka yang
ditunjukkan oleh alat tersebut adalah seberapa berat beban yang dapat menghancurkan tablet.
Uji ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang ketahanan tablet melawan
mekanik (goncangan) dan tekanan pada saat pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan
serta proses distribusi. Akan tetapi harus cukup lunak untuk melarut dan akan hancur
sempurna begitu masuk ke dalam tubuh manusia atau dapat dipatahkan diantara garis tengah
tablet bila memang perlu dibagi untuk pemakaiannya. Intinya, tablet tidak boleh terlalu keras
dan tidak boleh terlalu lunak. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka perlu dilakukan uji
kekerasan tablet guna menghindari kerugian akibat kegagalan proses produksi tablet.
Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah kompresibilitas alat cetak dan sifat
fisikokimia bahan yang dikempa. Selain itu yang menyebabkan kekerasan dari tablet
bervariasi adalah karena mesin pencetak tablet dioperasikan secara manual sehingga
kekuatan kompresi dalam pencetakan masing-masing tablet berbeda-beda. Kekerasan juga
tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch atas dan bawah pada waktu
pencetakan. Bila volume materi atau jarak kedua punch berbeda, maka kekerasan tablet tidak
akan konsisten.
Kekerasan tablet erat kaitannya dengan ketebalan, bentuk dan waktu hancur tablet. Tablet
yang terlalu keras dapat disebabkan oleh terlalu tingginya porositas, terlalu rendahnya kerja
bahan pengikat, terlalu rendah atau tingginya kelembaban dan tidak cocoknya penambahan
pelincir. Berdasarkan hasil pengujian terhadap 20 tablet menggunakan alat hardness tester,
diperoleh rata-ratanya adalah 2,95 Kg/cm. Hal ini menunjukan bahwa tablet yang diuji belum
memenuhi persyaratan karena kekerasaan tiap tablet belum memenuhi syarat kekerasan tablet
kecil sebesar 4 Kg/cm. Namun nilai kekerasan tablet yang berada di luar rentang yang
dipersyaratkan tidak langsung menunjukkan bahwa suatu tablet memiliki kualitas yang
buruk. Nilai kekerasan yang kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan.
Selanjutnya adalah pengujian friabilitas yang dilakukan dengan menggunakan alat friabilator.
Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu
tertentu. Prinsip pengujian ini adalah dengan mengukur kehilangan bobot dari sejumlah tablet
yang ditimbang selama diputar dalam friabilator dalam waktu 15 menit dengan kecepatan
putaran 25 rpm. Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut untuk
bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan pengemasan dan
pengepakan. Sedangkan kerapuhan tersebut diakibatkan karena pengikat yang digunakan
tidak terdistrubusi dengan homogen di dalam tablet atau dapat diakibatkan oleh kesalahan
saat proses kompresi secara manual sehingga tablet yang terbentuk kurang kompak dan tablet
menjadi rapuh. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang
masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan
bobot kecil) adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang
masih terdapat dalam tablet.
Dari hasil penimbangan sebanyak 20 tablet, diperoleh berat awal sebesar 10,34 gram dan
menjadi 10,05 gram setelah proses pemutaran dalam friabilator. Maka friabilitasnya sebesar
2,20%, dimana hal ini menunjukkan bahwa tablet tidak memenuhi persyaratan karena
presentase kehilangan berat tablet tidak lebih dari 1%. Tablet yang nilai hasil uji
friabilitasnya melebihi batas tersebut dianggap terlalu rapuh dan akan sulit penanganannya
selama pengemasan dan distribusi.
Pengujian selanjutnya adalah waktu hancur yang dilakukan dengan memasukkan 6 tablet ke
dalam masing-masing kolom lalu dimasukkan cakram. Alasan mengapa dipiih 6 tablet
supaya memenuhi syarat uji disintegrasi di Farmakope III. Penggunaan penutup
dimaksudkan agar tablet tetap terjaga dalam keranjang dan tidak keluar dari tube saat dinaik
turunkan. Proses pencelupan naik turun ini merupakan simulasi dari gerakan peristaltik
saluran cerna, sedangkan volume medium 800 ml dengan suhu 37 0C dipilih untuk
menyerupai volume cairan tubuh manusia dan suhu tubuhnya. Dalam monografi yang lain
disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastric. Namun, pada pengujian ini
media yang digunakan adalah aquadest dengan pertimbangan bahwa sebagian besar cairan
tubuh manusia adalah air. Agar kehancuran tablet benar-benar dalam kondisi yang memenuhi
syarat di Farmakope III, maka perlu diperhatikan bahwa volume cairan dalam wadah
sedemikian rupa sehinga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit
2,5 cm dibawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5
cm dari dasar wadah. Kemudian diamati keadaan tablet hingga semua hancur sempurna. Dari
data yang didapat, tablet-tablet tersebut hancur dalam waktu yang berbeda-beda dengan
rentang antara 1 menit hingga 5 menit. Hal ini sesuai dengan persyaratan uji tablet di
Farmakope III bahwa tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit. Dengan kata lain, tablet
yang diuji memenuhi persyaratan uji Farmakope III.
Selanjutnya dilakukan uji kadar zat aktif paracetamol dimana 10 tablet paracetamol digerus
sampai homogen kemuadian ditimbang sebanyak 50 mg yang dilarutkan dalam 50 ml etanol
96%. Kemudian dilakukan pengenceran sebanyak 100 kali. Pengujian kadar zat aktif
dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, didapatkan nilai absorbansi 0,300. Hasil
pengujian ini didapatkan hasil kadar zat aktif 86,22 mg. Hasil tersebut tidak memenuhi
persyaratan, karena menurut Werner (2010) bahwa kadar zat aktif paracetamol dalam sediaan
obat tablet yaitu 500 mg.
Selanjutnya dilakukan uji disolusi. Untuk obat yang mempunyai kelarutan yang kecil dalam
air akan mempengaruhi absorbsi obat dimana adsorbsinya akan menurun. Oleh karena itu
agar obat dapat diabsorbsi maka obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat
absorbsinya (Martin dkk, 1993). Disolusi merupakan proses suatu zat padat masuk kedalam
pelarut sehingga dapat terlarut. Disolusi merupakan suatu kontrol kualitas yang dapat
digunakan untuk memprediksi bioavaibilitas (Sulaiman, 2007). Pada penelitian ini uji
disolusi digunakan secara in vitro karena tidak secara langsung mengukur avaibilitas obat
dalam tubuh. Medium yang digunakan adalah dapar fosfat pH 5,8 pada suhu 37̊C. Larutan
dapar digunakan untuk mempertahankan pH dari medium. Kadar terlarut pada menit ke-30
(C). Metode yang digunakan metode dayung dengan kecepatan 50 rpm. Kemudian dilakukan
pengenceran sebanyak 100 kali. Pengujian kadar zat aktif dilakukan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, didapatkan nilai absorbansi 0,243. Kemudian dihitung dengan
mengkonversi absorbansi sampel menggunakan persamaan y=0,0651x + 0,0153. Kemudian
dihitung % disolusinya yaitu 167,39%. Menurut farmakope edisi IV bahwa batas toleransi
larut uji disolusi sediaan tablet paracetamol dalam waktu 30 menit tidak kurang dari Q=80%
(Q + 5% = 85%) dari jumlah yang tertera pada etiket.
Salah satu faktor yang mempengaruhi disolusi tablet adalah ada tidaknya bahan pembasah.
Adanya PVP sebagai bahan polimer maka dapat membantu kelarutan tablet parasetamol.
PVP sebagai bahan pembasah mampu menurunkan sudut kontak dengan meningkatkan daya
basah melalui cairan sehingga waktu hancur meningkat dan akan mudah terdisolusi. Salah
satu faktor yang mempengaruhi disolusi tablet adalah ada tidaknya bahan pembasah. Adanya
PVP sebagai bahan polimer maka dapat membantu kelarutan tablet parasetamol (Sulaiman,
2007)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan Tablet Parasetamol dengan menggunakan metode granulasi basah
dapat disimpulkan bahwa tablet yang didapatkan telah melalui proses evaluasi berupa
evaluasi granul dan evaluasi tablet dengan hasil sebagai berikut :
5.1.1 Hasil Evaluasi Granul
Pada pengujian kecepatan alir menunjukkan bahwa sifat granul sangat mudah mengalir
karena waktu yang diperoleh saat megalirkan 100 gram granul < 10 detik yaitu 6,36 g/detik.
Pada pengujian sudut istirahat menunjukkan bahwa sifat alir granul mudah mengalir karena
diperoleh hasil sudut istirahat 26,56̊. Pada pengujian kelembaban diperoleh 1% yang
menyatakan kelembaban granul tersebut baik Pada pengujian kadar pemampatan diperoleh
hasil 13,33% yang menyatakan bahwa kadar pemanpatan granul tersebut memenuhi syarat
karena < 20%. Pada pengujian Haussner diperoleh angka 1,14 yang menyatakan bahwa
granul tersebut belum memenuhi syarat Haussner. Pada pengujian persen Kompresibilitas
diperoleh hasil 12,2% yang menyatakan bahwa granul tersebut memiliki aliran sangat baik.
5.1.2 Hasil Evaluasi Tablet
Berdasarkan hasil evaluasi tablet parasetamol yang telah dilakukan bahwa pada pengujian
keseragaman bobot dan ukuran tablet serta pengujian waktu hancur tablet memenuhi
persyaratan. Pada pengujian kekerasan tidak memenuhi syarat karena dari 20 tablet terdapat
14 tablet < 4 kg/cm2. Pada uji friabilitas juga tidak memenuhi persyaratan karena hasil
F=2,80%. Hasil uji kadar zat aktif sebesar 86,22 mg, hasil tersebut tidak memenuhi
persyaratan karena menurut Werner (2010) bahwa kadar zat aktif paracetamol dalam sediaan
obat tablet yaitu 500 mg. Untuk uji disolusi yang diperoleh yaitu 167,39%, menurut
farmakope edisi IV bahwa batas toleransi larut uji disolusi sediaan tablet paracetamol dalam
waktu 30 menit tidak kurang dari Q=80% (Q + 5% = 85%) dari jumlah yang tertera pada
etiket.

5.2 Saran
Kedepannya dalam praktikum teknik formulasi sediaan solid dalam pembuatan tablet ini
lebih dimaksimalkan lagi terkait dengan keterbatasan waktu dan keterbatasan alat yang
digunakan saat praktikum.
LAMPIRAN
1. Pembuatan Granul

Alat dan Bahan Pembuatan Penambahan Penambahan


Larutan pvp Amprotab larutan pvp

masukkan pct ke Penambahan Pengepalan pengayakan


mortir laktosa mesh 10

Hasil Oven suhu 60℃ ayak kembali Timbang 5 gram


Pengayakan dengan mesh untuk dilakukan
14/16 evaluasi.
2. Evaluasi Granul

Hasil Uji Bj Sejati Bj Sejati ( + BJ Sejati


kelembaban (piknometer serbuk) (+paraffin cair)
kosong)

Bj Sejati Evaluasi BJ Kecepatan aliran Granulometri


( Serbuk + nyata
Paraffin cair)

mesh 20 mesh 40 mesh 60 mesh 80


Mesh 100

3. Evaluasi Tablet

pencetakan tablet Organoleptik Keseragaman Keseragaman


ukuran (diameter) ukuran (tebal)

Uji Disolusi
(Dissolution
Kekerasan Tablet Friabilitas Uji Waktu Hancur Tester)
(Hardness (Friabilator) (Disintegration
Tester) Tester)
Uji pH Kadar Zat Aktif
Hasil Uji disolusi (no.26)

Anda mungkin juga menyukai