Kelompok 32
Kelas : K1
BOGOR
2022
SUSU SAPI PERAH
A. Deskripsi
Susu merupakan salah satu sumber protein yang sering kali dikonsumsi oleh
manusia. Susu memiliki kandungan khasiat yang sangat baik tubuh mulai dari
anak-anak hingga orang tua. Susu dapat bersumber dari mana saja, seperti sapi perah,
kambing, hingga vegetarian seperti kacang kedelai. Masing-masing memiliki
komposisi yang berbeda-beda. Khusus susu sapi perah sendiri merupakan susu segar
yang dihasilkan dari sel sekretori pada ambing sapi melalui puting dengan cairan
berwarna putih, komponen nutrien cukup lengkap, serta baik untuk kesehatan tubuh.
Susu memiliki banyak nutrient seperti laktosa, lemak, casein, vitamin dan mineral
yang umumnya dibutuhkan pada fase pertumbuhan dan perkembangan. Susu juga
kaya akan vitamin K sehingga bagus untuk kesehatan tulang dan gigi. Susu sapi
banyak diolah menjadi produk lebih lanjut atau bernilai jual tinggi, seperti susu kental
manis, susu bubuk, susu UHT, susu pasteurisasi, dan lainnya (Miskiyah 2011).
Pada umumnya susu sapi perah memiliki karakteristik berwarna putih, bersifat
encer, beraroma segar, dan memiliki rasa sedikit manis. Tinggi nya kandungan nutrisi
pada susu mengakibatkan susu menjadi produk yang cukup sensitif dan tidak
memiliki daya simpan yang panjang. Hal ini tentunya memengaruhi distribusi produk
hingga ke tangan konsumen. Produsen harus memastikan produk susu yang sampai ke
tangan konsumen harus masih dalam keadaan yang sesuai dengan standar mutu.
1. Berat Jenis
Indikator susu sapi segar dapat dilihat dari nilai berat jenisnya. Berat jenis
susu memiliki keterkaitan dengan total solid dan bahan kering (BK) konsentrat
dalam ransum. Total solid atau solid non fat adalah komponen yang menyusun susu
disamping air dan lemak atau disebut juga bahan kering tanpa lemak susu yang
bergantung pada kadar protein, laktosa dan lemak. Semakin tinggi total solid atau BK
konsentrat maka berat jenis susu akan semakin tinggi. Berat jenis susu sapi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya kandungan bahan kering pakan.
Kandungan bahan kering pakan sendiri dipengaruhi oleh nutrisi pakan ternak yang
dikonsumsi karena nutrisi tersebut akan digunakan sebagai prekursor pembentukan
bahan kering atau padatan dalam susu. Faktor lainnya adalah suhu susu dan
umumnya analisa berat jenis susu dilakukan tiga jam setelah pemerahan. Bila analisa
berat jenis dilakukan kurang dari tiga jam setelah pemerahan maka berat jenis susu
akan lebih rendah. Pada saat susu baru diperah akan terdapat gas yang timbul pada
susu. Kenaikan berat jenis susu disebabkan karena adanya pelepasan CO2 dan
N2 yang terdapat pada susu tersebut sehingga hal ini lah yang menyebabkan susu
harus ditunggu selama tiga jam (Widyawati et al. 2020). Faktor lain yang
mempengaruhi berat jenis susu adalah ras, periode kelahiran, status fisiologis, dan
waktu pemerahan. Pada SNI 3141.1:2011 sendiri dinyatakan bahwa standar berat
jenis susu sekitar 1,0720 g/ml. Berat jenis penting untuk diketahui kadarnya karena
dapat mengetahui atau memprediksi bahan padatan lainnya yang terkandung dalam
susu. Selain itu juga, nilai berat jenis menentukan harga jual dari suatu susu (Christi et
al. 2022).
6. Derajat Asam
Derajat asam merupakan salah satu parameter penting pada kualitas susu sapi
segar. Asam yang timbul pada susu diakibatkan oleh perombakan laktosa menjadi
asam akibat kerja mikroorganisme. Susu merupakan salah satu produk yang sensitif
dan mudah terkontaminasi mikroba akibat kaya akan nutrisi sehingga derajat asam ini
penting untuk diketahui kadarnya dan berkaitan dengan derajat keasaman (pH)
(Dwitania dan Swacita 2013). Berdasarkan SNI 3141.1:2011 disebutkan bahwa
standar derajat asam susu berkisar 6,0 - 7,5 SH. Bila derajat asam susu sapi diluar
rentang tersebut maka susu tidak dalam kualitas yang baik.
7. Derajat Keasaman
Derajat keasaman merupakan salah satu parameter penting dari kualitas susu.
Berdasarkan SNI 3141.1:2011 disebutkan standar pH susu sapi segar berkisar 6.3 -
6.8. Derajat keasaman berkaitan dengan derajat asam. pH susu dapat menurun akibat
adanya asam yang timbul pada susu. Asam pada susu dapat timbul karena adanya
bakteri asam laktat yang berperan memecah laktosa menjadi asam laktat. Semakin
tinggi aktivitas bakteri asam laktat pada saat pemecahan laktosa mengakibatkan
turunnya nilai pH menjadi lebih asam. Selain itu masa penyimpanan susu juga dapat
mempengaruhi pH susu, semakin lama penyimpanan maka pH susu akan semakin
menurun. Karena banyaknya kandungan nutrisi pada susu mengakibatkan susu tidak
memiliki masa simpan yang lama. Bila pH susu diluar rentang pH batas standar maka
kualitas susu tersebut sudah menurun (Asmaq dan Marisa 2020).
8. Uji alkohol
Uji alkohol adalah suatu uji untuk menentukan sifat – sifat pemecahan protein
susu. Uji alkohol menjadi positif bila susu mulai asam atau sudah asam, susu
bercampur dengan kolostrum, pada permulaan mastitis dan susu tidak stabil
disebabkan oleh perubahan fisiologi. Bila hasil keasaman susu kurang dari 0,21%
akan mengendap pada penambahan alkohol terutama kasein dan kalium yang ditandai
dengan adanya gumpalan pada permukaan tabung. Bila keasaman susu lebih tinggi
dari 0,21% atau bila kadar senyawa kalsium dan magnesium lebih besar dari keadaan
normal, maka pemberian alkohol 70% dengan jumlah yang sama dengan susu segar
akan dapat mengendapkan protein yang terdapat dalam susu (Nababan et al. 2015).
● Staphylococcus aureus
S.aureus adalah menghasilkan toksin yang bersifat tahan panas. S.
aureus menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan mual, muntah, dan diare
dan kasus tersebut disebut intoksikasi. Jumlah S. aureus >104 cfu/ml pada
susu sudah dapat membentuk toksin dan bila dikonsumsi akan menyebabkan
intoksikasi. Mekanisme kerja toksin S. aureus adalah dengan cara merangsang
reseptor saraf lokal dalam perut, selanjutnya mengantarkan impuls melalui
saraf vagus dan simpatetik dan pada akhirnya menstimulasi pusat muntah yang
terdapat di medula oblongata (Suwito 2010).
● Enterobacteriaceae
Enterobacteriaceae adalah mikroorganisme yang hidup di usus besar
manusia, hewan, tanah, air, susu dan dapat pula ditemukan pada komposisi
material (feses, urin). Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh
Enterobacteriaceae sangat beragam, mulai dari diare, gastroenteritis,
peritonitis, infeksi saluran nafas, infeksi saluran kemih, bahkan penyakit
autism. Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2011 menetapkan cemaran
mikroba pada susu segar mempunyai batas maksimum cemaran
Enterobacteriaceae 1x103cfu/ml (Cahyono et al. 2013).
Asmaq N, Marisa J. 2020. Karakteristik fisik dan organoleptik susu segar di Medan
Sunggal. Jurnal Peternakan Indonesia. 22(2): 168-175.
Cahyono D, Padaga MC, Sawitri ME. 2013. Kajian kualitas mikrobiologis (total plate
count(tpc), enterobacteriaceae dan staphylococcus aureus) susu sapi segar di
kecamatan krucil kabupaten probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak.
8(1): 1-8.
Christi RF, Tasripin DS, Elfakhriano H. 2022. Evaluasi kandungan mutu fisik dan
kimia susu sapi perah Friesian Holstein di BPPIB TSP Bunikasih. Ziraa.ah. 47(2):
236-236.
Detha A. 2014. Pengujian residu antibiotik pada susu. Jurnal Kajian Veteriner. 2(2):
203-206.
Dwitania DC, Swacita IBN. 2013. Uji didih, alkohol dan derajat asam susu sapi
kemasan yang dijual di pasar tradisional Kota Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus.
2(4): 437-444.
Laryska N. Nurhajati T. 2013. Peningkatan kadar lemak susu sapi perah dengan
pemberian pakan konsentrat komersial dibandingkan dengan ampas tahu.
Agroveteriner. 1(2): 79-87.
Miskiyah. 2011. Kajian standar nasional Indonesia susu cair di Indonesia. Jurnal
Standardisasi. 13(1): 1-7.
Nababan M, Suada IK, Swacita IBN. 2015. Kualitas susu segar pada penyimpanan
suhu ruang ditinjau dari uji alkohol, derajat keasaman dan angka katalase. Indonesia
Medicus Veterinus. 4(4): 374-380.
Nugraha BK, Salman LB, Hernawan E. 2016. Kajian kadar lemak, protein, dan bahan
kering tanpa lemak susu sapi perah fries holland pada pemerahan pagi dan sore di
PKSBU Lembang. Students E-Journal. 5(4): 1-15.
Oka B, Wijaya M, Kadirman. 2017. Karakteristik kimia susu sapi perah di daerah
Kabupaten Sinjai. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 3(1): 195-202.
Rahma C, Muliyani I , Safrida S. 2021. Studi literatur: analisis kadar logam berat pada
susu kental manis kemasan kaleng. Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian. 3 (2):
22-24.
Riyanto J, Sunarto BS, Cahyadi M, Hidayah R, Sejati W. 2016. Produksi dan kualitas
susu sapi perah penderita mastitis yang mendapat pengobatan antibiotik. Sains
Peternakan. 14(2):30-41.
Salundik, Suryahadi, Mansjoer SS, Sopandie D, Ridwan W. 2012. Cemaran timbal
(pb) dan arsen (as) pada susu sapi perah yang diberi pakan limbah organik pasar di
peternakan sapi perah kebon pedes bogor. Jurnal Peternakan Indonesia. 14 (1):
308-315.
Utami KB, Radiati LE, Surjowardojo P. 2014. Kajian kualitas susu sapi perah PFH
(studi kasus pada anggota Koperasi Agro Niaga di Kecamatan Jabung Kabupaten
Malang). Jurnal Ilmu Peternakan. 24(2): 58-66.