Anda di halaman 1dari 117

Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)

Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

PROFIL PENGGUNAAN VITAMIN DAN SUPLEMEN PADA PASIEN


COVID-19 RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. III
BANJARMASIN PADA TAHUN 2020

Muliyani*, Muhammad Zaini, Nazhipah Isnani, Maulida Rahmah


Politeknik Unggulan Kalimantan
*muliyaniaya@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien covid-19
dan profil penggunaan vitamin dan suplemen pada pasien covid-19 rawat inap
selama masa pandemi di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Banjarmasin.
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui profil penggunaan vitamin dan
suplemen pada pasien Covid-19 rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara
Tingkat III Banjarmasin pada Tahun 2020. Sumber data pada penelitian ini
yaitu data sekunder yang diambil dari hasil rekam medik tahun 2020. Hasil dari
penelitian yang telah dilakukan persentase Pasien Laki-Laki lebih banyak
terinfeksi Covid-19 yaitu dengan jumlah 69 orang (71%) dan kelompok Usia
diatas ≥30 tahun yaitu sebanyak 76 orang (78.35%). Sedangkan Pekerjaan yaitu
Polisi dengan jumlah 48 orang (49%). Sedangkan Persentase Penggunaan
Vitamin dan Suplemen pada Pasien Covid-19 Rawat inap di Rumah Sakit
Bhayankara Banjarmasin tahun 2020 yaitu Vitamin D (61%), dan Vitamin C
(39%). Adapun untuk Suplemen yaitu Curcuma (63%), Becom C (26%),
Imboost Force sirup (4%), Hepa – Q (2%), Cibexon sirup ( 1%), Becom zet
(2%), Curvit (2%) dan Curbexon sirup (1%), dalam 97 sampel.
Keywords : Covid-19, Vitamin, Suplemen

ABSTRACT
This study is conducted to determine the characteristics of covid-19
patients and the profile of the use of vitamins and supplements in hospitalized
covid-19 patients during the pandemic at Bhayangkara Hospital Level III
Banjarmasin. The purpose of this study is determine the profile of the use of
vitamins and supplements in hospitalized Covid-19 patients at Bhayangkara
Hospital Level III Banjarmasin in 2020. The source of data in this study is
secondary data taken from the results of medical records in 2020. The results of
the research conducted were that the percentage of male patients infected with
Covid- 19 was more than 69 people (71%) and the age group above 30 years
was 76 people (78.35%). While the occupation is the police with a total of 48
people (49%). While the percentage of use of vitamins and supplements in
Covid-19 patients hospitalized at Bhayankara Hospital Banjarmasin in 2020 is
Vitamin D (61%), and Vitamin C (39%). As for supplements, namely Curcuma
(63%), Becom C (26%), Imboost Force syrup (4%), Hepa-Q (2%), Cibexon
syrup (1%), Becom zet (2%), Curvit (2 %) and Curbexon syrup (1%), in 97
samples.
Kata Kunci : Covid-19, Vitamins and Supplements

Artikel Diterima: 1 Mei 2022 Disetujui: 24 Mei 2022 87


Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

PENDAHULUAN tersebut, Virus Corona bukan kali


ini saja memuat warga dunia panik.
Virus corona adalah bagian
Memiliki gejala yang sama-sama
dari keluarga virus yang
mirip Flu, Virus Corona
menyebabkan penyakit pada hewan
berkembang cepat hingga
ataupun juga pada manusia. Di
mengakibatkan infeks yang lebih
Indonesia, masih melawan virus
parah dan gagal organ1. Virus ini
corona hingga saat ini, begitupun
dapat ditularkan dari manusia ke
juga negara-negara lain. Jumlah
manusia dan telah menyebar secara
kasus virus corona terus bertambah
luas di China dan lebih dari 190
dengan beberapa melaporkan
negara dan teritori lainnya. Pada 12
kesembuhan, tapi tidak sedikit yang
Maret 2020, WHO mengumumkan
meninggal. Usaha penanganan dan
COVID-19 sebagai pandemik.
pencegahan terus dilakukan demi
Hingga tanggal 29 Maret 2020,
melawan covid-19 mirip dengan
terdapat 634.835 kasus dan 33.106
gejala mirip flu1. Kasusnya dimulai
jumlah kematian diseluruh
dengan pneumonia atau radang
dunia.Sementara di indonesia sudah
paru-paru misterius pada Desember
ditetapkan 1.528 kasus dengan
2019. Kasus infeksi pneumonia
posistif Covid-19 dan 136 kasus
misterius ini memang banyak
kematian2. Pada tanggal 30 Januari
ditemukan di pasar hewan tersebut.
2020, WHO menetapkan COVID-
Virus corona atau Covid-19 diduga
19 sebagaiPublic Health Emergency
dibawa oleh kelelawar dan hewan
of International Concern (PHEIC)/
lain yang dimakan manusia hingga
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
menjadi penyakit radang paru1.
yang Meresahkan Dunia
Kasus ini diduga berkaitan
(KKMMD).
dengan pasar hewan Huanan di
Pada tanggal 12 Februari
Wuhan yang menjual berbagai jenis
2020, WHO resmi menetapkan
daging binatang, termasuk yang
penyakit novel coronavirus pada
tidak biasa dikonsumsi seperti ular,
manusia ini dengan sebutan
kelelawar, dan berbagai jenis
Coronavirus Disease (COVID- 19).
tikus.Dengan latar belakang

88
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

Kementerian Kesehatan Republik sectional, merupakan peneliti


Indonesia telah menerbitkan dilakukan dalam satu waktu dan
panduan kepada masyarakat dalam satu kali pengumpulan data dengan
menghadapi COVID- 193. Di menggunakan beberapa varibel
Indonesia sendiri, kasus pertama secara bersamaan5.
COVID-19 dilaporkan pada 2 Maret
2020. Wilayah penyebaran COVID- HASIL DAN PEMBAHASAN
19 di Indonesia tersebar luas hampir Hasil penelitian berdasarkan
di semua provinsi. Jumlah pasien karakteristik pasien, pada pasien
yang terinfeksi COVID-19 juga covid-19 di rumah sakit bhayangkara
terus bertambah. Selama beberapa tingkat III Banjarmasin dapat di lihat
bulan ke depan bangsa Indonesia pada tabel 1. Dibawah:
akan menghadapi masalah besar
disebabkan COVID-19, apabila A. Karakteristik Pasien
tidak ditanganidengan tepat4. Karekteristik Pasien merupakan
ciri- ciri dari seseorang atau
METODE PENELITIAN kekhasan seseorang yang
Penelitian ini menggunakan membedakan orang tersebut dengan
metode retrospektif dengan orang yang lainnya Adapun
pengambilan data yang karakteristik dalam penelitian ini
berhubungan dengan masa lalu. disajikan dalam tabel 1 berikut:
Penelitian ini bertujuan untuk Tabel.1 Karakteristik Pasien Covid-19

mengetahui Bagaimana Profil No. Karakteristik Jumlah Pesentase


1 Jenis
Penggunaan Vitamin dan Kelamin
Laki-laki 69 71%
Suplemen pada pasien covid-19 Perempuan 28 29%
2 Usia
rawat inap Rumah Sakit 0-9 4 4%
10-19 5 5%
Bayangkara T.III Banjarmasin
20-29 12 12%
pada tahun 2020 berdasarkan jenis 30-39 31 32%
40-49 27 28%
obat yang paling banyak 50-59 15 15%
60-69 3 3%
diresepkan. Penelitian ini di 3 Pekerjaan
Mahasiswa 6 6%
lakukan dengan rancangan croos Wiraswasta 4 4%

89
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

PNS 4 4% Hamdi Muluk tahun 2020, temuan


Kapolri 48 48%
Ibu Rumah 12 12% konsisten pertama adalah jumlah
Tangga
Karyawan 17 17% yang terinfeksi Covid-19,
Swasta
Dokter 1 1%
presentasinya selalu lebih besar
Pedagang 1 1% kaum laki-laki dibandingkan dengan
Tidak Ada 4 4%
Dari tabel 1. jenis kelamin perempuan, yaitu sekitar 59 persen
laki- laki dan perempuan bahkan lebih yang terinfeksi virus
menunjukan perbedaan yaitu pada SARS-CoV-2 adalah laki-laki.
kelompok laki- laki didapatkan Tingkat mortality rate (rata- rata
sebanyak 69 orang 71%) dan pada kematian) akibat infeksi Covid-19
kelompok perempuan sebanyak 28 itu juga lebih banyak laki-laki yang
orang (29 %). Hasil identifikasi meninggal daripada perempuan.
kasus Covid- 19 di Rumah Sakit Tingkat keparahan pasien laki-laki
Bhayangkara TK. III Banjarmasin terhadap infeksi Covid-19 ini juga
pada Tahun 2020. berdasarkan usia bisa terjadi karena bentuk hormonal
didapatkan bahwa kasus Covid-19 dan imunologi, serta enzim sebagai
paling banyak terjadi pada reseptor virus lebih banyak
kelompok usia antara 30-39 tahun ditemukan pada tubuh laki-
yaitu sebanyak 31 orang (32%). Dari laki.Laki-laki memiliki konsentrasi
Tabel 4.1 diatas berdasarkan angiotensin-converting enzyme
Pekerjaan Menunjukkan bahwa (ACE2) yang lebih tinggi dalam
Pasien Covid-19 terbanyak Polisi darah mereka daripada perempuan,
(49%), Karyawan Swasta (18%), Karena ACE2 memungkinkan virus
Ibu Rumah Tangga (12%), corana-19 untuk menginfeksi sel-sel
Mahasiswa (6%), Wiraswasta (4%), sehat, sedangkan perempuan
PNS (4%), tidak ada (4%), Dokter memiliki kelebihan kromosom X
dan pedagang (1%). Hasil studi sehingga sistem kekebalan
menunjukan dalam penelitian ini perempuan lebih kuat dari pada laki-
laki-laki lebih rentan terpapar virus laki. Kemampuan tubuh melawan
covid-19. Menurut ahli psikologi infeksi mengalami penurunan
Universitas Indonesia (UI) Prof. seiring peningkatan usia. Menurut

90
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

Fatmah (2020) dengan bertambahnya sehingga berpotensi tinggi terpapar


usia dapat diikuti dengan adanya Covid-19. Selain itu RS
penurunan fungsi dari sistem imun6. Bhayangkara merupakan RS rujuan
Penurunan imunitas pada usia lanjut untuk pelayanan kesehatan.
akibat berkurangnya produksi Kepolisian sehingga persentase
immunoglobulin salah satunya pasien dengan pekerjaan polisi
adalah sel T. Sel T disimpan dalam mendominasi pada hasil penelitian
kelenjar getah bening dan juga di ini.pandemi sampai sekarang
dalam limpa, sedangkan sel B sehingga mudahnya terpapar covid-
disimpan dalam sumsum tulang. 19. Dalam hal ini Polisi terutama
Kelenjar getah bening bertanggung sebagai penegak keamanan dan
jawab atas pemeliharaan dan ketertiban masyarakat berperan
koordinasi respon imun baru yang penting dalam mencegah
diperlukan untuk mengendalikan penyebaran virus Covid-19 setelah
virus SARS2. gugus terdepan (pasukan kesehatan)
Selain jenis kelamin dan usia wajib siaga dalam mendukung upaya
yaitu pekerjaan dari data pada pemerintah dalam menangani kasus
gambar grafik menunjukan, Bekerja pandemic COVID-19 ini, hal ini
merupakan pilihan bagi setiap orang menunjukan dari banyaknya aktifitas
untuk mendapatkan penghasilan, kepolisian terhadap masyrakat
yaitu uang. berdasarkan Pekerjaan sehingga mudahnya terpapar virus
didapatkan bahwa kasus covid-19 covid-197.
paling banyak terjadi pada Pekerjaan Adapun kasus terbanyak kedua
Polisi yaitu sebanyak 48 orang pada pasien covid-19 yaitu
(49%). Hal ini menunjukan karena karyawan swasta Tempat kerja
para petugas Kapolisan masih menjadi salah satu area yang rentan
bertugas dimasa Pekerjaan polisi akan transmisi virus Corona. Ada
sebagai Aparatur Negara yang beberapa penyebab terjadi klaster
bertugas dalam keamanan penularan COVID-19, menurut
masyararakat rentan berhubungan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
langsung dengan masyarakat DKI Jakarta Widiastuti, protokol

91
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

kesehatan yang tidak dilakukan di rumah tangga berperan penting


waktu tertentu membuat penularan dalam meningkatkan kesadaran dan
terjadi. Menurut dr Yuri, ruang kerja berpartisipasi dalam pencegahan dan
tanpa sirkulasi udara lancar dan pengendalian penyakit kepada
hanya mengandalkan sistem keluarga.Meskipun ibu rumah
pendingin udara akan menyebabkan tangga hanya di rumah saja itu tidak
penularan Corona lebih mudah menutut kemungkinan tidak
terjadi. Terlebih saat ini ada terpaparnya virus covid-19.Itu bisa
kekhawatiran penularan COVID-19 terjadi karena beberapa hal, ada
melalui mikrodroplet yang bertahan beberapa kemungkinan waktu suami
di udara khususnya di ruangan pulang bekerja, anak dari luar rumah
tertutup.Selain itu, tidak disiplin atau ketika kepasar berbelanja
menjaga jarak antar rekan kerja juga kebutuhan dan lain–lain. Hal ini
jadi penyebab transmisi Corona menunjukan ibu rumah tangga juga
mudah terjadi di kantor. Belum lagi bisa terpapar covid-199.
kebanyakan orang menganggap B. Profil Penggunaan Vitamin
rekan kerja sudah sangat akrab Vitamin memiliki berbagai
sehingga tak memakai masker dan fungsi yang membantu mengatur
tak jaga jarak ketika berada di metabolisme, mencegah penyakit
sekitar8. kronis (seperti penyakit jantung dan
Disusul terbanyak urutan kanker) dan untuk memelihara nafsu
ketiga terpapar virus corona-19 makan, kesehatan mental dan
adalah Ibu Rumah Tangga kekebalan tubuh9. Hasil Penelitisn
(ART).Virus Corona yang berdasarkan penggunaan vitamin
menyebabkan COVID-19 bisa yang paling banyak di gunakan pada
menyerang siapa saja, Menurut pasien covid- 19 di Rumah Sakit
Gugus Tugas Percepatan Bhayangkara TK.III Banjarmasin
Penanganan COVID-19 Republik dapat dilihat tabel 2. Dibawah:
Indonesia.Pengetahuan ibu rumah Tabel 2. Penggunaan Vitamin

tangga dalam pencegahan COVID- No Vitamin Aturan Jumlah Persentase


Pakai
19 sangat penting ditingkatkan.Ibu 1 Vitamin 1x1 65 61 %

92
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

HI-D sekali sehari.


5000 IU
2 Vit – C 2x1 42 39 % Dalam tinjauan naratif, Grant
1000 IU
Hal ini menunjukkan dalam et al mendukung peran vitamin D

penelitian di RS. Bhayangkara TK dengan konsentrasi tinggi dalam

III Banjarmasin, vitamin yang paling menurunkan risiko infeksi infeksi

banyak digunakan yaitu Vitamin-D saluran pernapasan akut (ISPA),

sebagai proses pengobatan pasien termasuk influenza, pneumonia,

Covid– 19. Vitamin-D berperan dan infeksi coronavirus.

dalam modulasi sistem imun dengan Suplementasi vitamin D3 dapat

menghambat pengeluaran sitokin diberikan untuk meningkatkan

proinflamasi dan meningkatkan konsentrasi vitamin D. Kisaran

sitokin yang bersifat antiinflamasi. optimal vitamin D untuk mencapai

Vitamin D juga mampu efek protektif adalah 40-60 µg/mL.

berinteraksi dengan protein Untuk mencapai kadar tersebut,

angiotensin-converting-enzyme 2 suplementasi vitamin D3 perlu

(ACE2) sebagai reseptor masuknya diberikan dengan dosis 10.000 IU

virus SARS-CoV-2, sehingga per hari selama sebulan, lalu

mengurangi respons inflamasi dilanjutkan dengan dosis 5.000 IU

terhadap infeksi SARS-CoV-2. per hari. Jika vitamin D dosis tinggi

Berbagai studi menyatakan bahwa diberikan, suplementasi kalsium

vitamin D mempunyai peran dalam tidak boleh diberikan dalam dosis

pencegahan dan terapi penyakit tinggi untuk menghindari terjadinya

infeksi saluran pernapasan, seperti hiperkalemia. Di lain sisi, National

tuberkulosis paru, influenza, dan Heart, Lung and Blood Institute

community acquired pneumonia (NHBLI) melakukan uji acak

(CAP). pemberian vitamin D terkontrol dan menyimpulkan bahwa

sebagai profilaksis dapat suplementasi vitamin D3 dosis

mengurangi risiko terjangkit infeksi tinggi tidak memberikan keuntungan

saluran napas. Efek protektif yang lebih besar daripada plasebo

vitamin D paling besar ditunjukkan pada mortalitas pasien dengan

pada pemberian harian dengan dosis defisiensi vitamin D yang sakit

93
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

kritis. Oleh karena itu, disarankan 2000 mg/hari. Akan tetapi, konsumsi
untuk memberikan suplementasi vitamin C dengan dosis di atas 1000
vitamin D sesuai kebutuhan nutrisi mg/hari menyebabkan absorbsi
standar harian10. menurun hingga 50%, produk hasil
Disusul kedua terbanyak yaitu asam askorbat (vitamin) yang
penggunaan vitamin pada pasien tidak dimetabolisme ini akan
covid-19 adalah Vitamin-C memiliki diekskresikan melalui ginjal. Jadi,
aktivitas antioksidan dan dapat konsumsi vitamin C akan lebih
mengurangi stress oksidatif dan efektif bila sesuai dengan dosis yang
peradangan oksidatif. Selain itu disarankan oleh dokter dan indikasi
vitamin C mempunyai efek yang penyakit. Pada prinsipnya konsumsi
meningkatkan sintesis vasopressor, vitamin C bertujuan untuk
meningkatkan fungsi sel kekebalan melengkapi kebutuhan gizi serta
tubuh, meningkatkan fungsi meningkatkan imunitas dalam tubuh
endovaskular, dan memberikan sehingga mencegah atau mengurangi
modifikasi imunologis epigenetik. terjadinya infeksi virus. Vitamin C
Vitamin C sayangnya tidak bisa di yang paling baik adalah yang
produksi di dalam tubuh manusia, didapatkan dari bahan makanan
perlu diolah dari makanan yang alami untuk konsumsi suplemen
berupa sayuran dan buah-buahan. dianjurkan dikonsumsi saat
Selain dari makanan, sayuran dan diperlukan saja dan sesuai dengan
buah-buahan vitamin C juga bisa dosis yang sudah dianjurkan.
dikonsumsi dari suplemen vitamin-c C. Profil Penggunaan Suplemen
yang sudah tersedia. Adapun Suplemen merupakan produk-
kebutuhan tiap hari (RDI) vitamin C produk yang mengandung satu atau
untuk pria dewasa sebesar 100 mg lebih nutrien vitamin, mineral, asam
dan 75 mg untuk wanita dewasa, amino, asam lemak, dan serat. Disaat
dosis dapat ditingkatkan jika tubuh pandemi sekarang sangat penting
memerlukan jumlah asupan vitamin untuk menjaga kesehatan tubuh
C yang lebih banyak. Adapun, batas sehingga disarankan untuk
aman yang direkomendasikan adalah mengkonsumsi seperti suplemen

94
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

(BPOM, 2020). Adapun suplemen Diurutan kedua terbanyak


yang digunakan dalam penelitian penggunaan suplemen yaitu Becom-C
saya dapat dilihat ditabel 3 dibawah adalah merek suplemen multivitamin
ini: dengan kandungan vitamin C dan juga
Tabel. 3 Penggunaan Suplemen vitamin B kompleks. Suplemen ini
No Vitamin Aturan Jumlah Persentase memiliki fungsi untuk memenuhi
Pakai
1 Curcuma 3 x1 73 63% asupan vitamin harian atau mencegah
2 Becom-C 2x1 30 26%
3 Imboost 1x 5 4% dan mengobati defisiensi vitamin B
For SYR 1Cth
4 Hepa-Q 2x1 2 2% kompeks dan vitamin C. Berdasarkan
5 Curvit 1x1 2 2%
Cth kandungan vitamin yang ada di
6 Becom 1x1 2 2% dalamnya, manfaat Becom C sebagai
Zet
7 Curbexon 1 x 1/2 1 1% suplemen yaitu untuk membantu
Syr Cth
Membantu masa pertumbuhan anak,
Hal ini menunjukkan Membantu pemulihan ketika atau
Suplemen yang paling banyak setelah sakit, dan Mencegah dan
digunakan yaitu Curcuma sebagai menyembuhkan defisiensi vitamin B
suplemen.Curcuma berfungsi mulai kompleks dan vitamin C8.
dari antibakteri, antioksidan, Adapun urutan ketiga terbanyak
antiinflamasi, antikanker, penurun pengunaan suplemen yaitu Imboost
gula darah dan juga sebagai Force Syrup merupakan suplemen
immunomodulator pada pasien yg dengan kandungan Echinacea
terinfeksi Covid-19.Curcuma dalam purpurea herb dry extract,
rimpang kunyit mampu Blackelderberry fruit dry extract, Zn
meningkatkan ekspresi enzim ACE2 Piccolinate dalam bentuk kaplet salut
(Angiotensin-converting-enzyme2) selaput. Suplemen ini digunakan
yang merupakan reseptor dari untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Covid-19 (Pang et al., 2015).Dalam yang berfungsi untuk mencegah dari
penelitian ini pemberian Curcuma sakit dan mempercepat
paling besar di tunjukan pada penyembuhan.Imboost juga
pemberian harian dengan dosis 2 merupakan immunomodulator yang
kali sehari. bersifat imunostimulan. Imboost

95
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

mengandung Echinacea pupurea Banjarmasin tahun 2020 yaitu


extract dan zinc picolinate. Selain itu, Vitamin D (61%), dan Vitamin C
terdapat juga Imboost Force yang (39%). Adapun untuk
mempunyai kekuatan lebih dalam Suplemenyaitu Curcuma (63%),
imunostimulan, karena terdapat Becom C (26%), Imboost Force
tambahan kandungan Blackelderberry syr (4%), Hepa – Q (2%),
extract yang dapat mencegah replikasi Cibexon syr (1%), Becom zet
virus serta menstimulasi peningkatan (2%), Curvit (2%) danCurbexon
sistem daya tahan tubuh dengan cara syr ( 1%), dalam 97 sampel.
meningkatkan produksi monosit, yaitu
bagian darah putih yang berperan DAFTAR PUSTAKA
dalam sistem daya tahan tubuh, 1) Archika, D, W,. 2019.
Makalah Coronavirus Disease
sehingga akan mempercepat proses
2019.Hal. 6-15
penyembuhan bagi orang yang sudah 2) World Health Organization.
Report of the WHO - China Joint
sakit karena terinfeksi virus11.
Missionon Corona virus Disease
2019 (COVID- 19). Geneva:World
HealthOrganization;2020, Jakarta
KESIMPULAN
3) Kemenkes RI, 2020.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease
disimpulakan berdasarkan data
(COVID-19).Germas, 0–115.
sebagaiberikut: 4) Badan POM RI. 2020.
Pedoman Penggunaan Herbal dan
1. Pasien Laki-Laki lebih banyak
Suplemen Kesehatan dalam
terinfeksi Covid-19 yaitu dengan Menghadapi COVID-19 di
Indonesia.Mei 2020 Jakarta.
jumlah 69 orang (71%) dan
5) Hidayat, A. (2014). Metode
kelompok Usia diatas ≥30 tahun Penelitian Keperawatan dan Teknis
Analisis Data. Jakarta: Salemba
yaitu sebanyak 76 orang
Medika Hal. 35
(78.35%). Sedangkan Pekerjaan 6) Fatmah. 2006. Respons
Imunitas Yang Rendah Pada Tubuh
yaitu Polisi dengan jumlah 48
Manusia Usia Lanjut. Makara,
orang (49%). Kesehatan, Vol. 10, No. 1: 47-5347
7) Biswas, R. 2020. Are Men
2. Persentase pengunaan Vitamin
More Vulnerable to Covid-19 as
dan Suplemen Pasien Covid-19 Compared to Women?Biomed J Sci
& Tech Res 27
Rawat inap di RS. Bhayankara
8) Agung. 2020. Bijak

96
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1) Mei 2022 (87-97)
Muliyani
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v5i1.926

Mengkonsumsi Suplemen di Masa


Pandemi Covid-19,
(online).https://www.ugm.ac.id/id/be
rita/19408-bijak-mengonsumsi-
suplemen-di-masa-pandemi-covid-
19) Diakses pada tanggal 17 Juni
2021
Halim, K,. (2021). “Becom-C:
Manfaat,Efek Samping,danDosis”
https://jovee.id/becom-c-manfaat-
efek-samping-dan-dosis/,Diakses
pada tanggal 04 juni 2021
Feliciana, A,. 2020.”Manfaat
Vitamin D PadaCovid-19”,
https://www.alomedika.com/cme-
manfaat-vitamin-d-pada-covid-19,
Diakses pada 03 Juni 2021 Pukul
9) Riedel S, Morse S, Mietzner
T, Miller S. Jawetz, Melnick, &
Adelberg’s Medical Microbiology,
2020. 28th ed. New York: McGraw-
HillEducation/Medical;2019.p.617-
22.

97
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. X, No. 1, April 2021 ISSN: 2303-2138

KESESUAIAN PENATALAKSANAAN TERAPI FARMAKOLOGI VITAMIN C DAN


ANTIVIRAL TERHADAP PASIEN COVID-19 KATEGORI SEDANG DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA

Nela Simanjuntak1,*, Yosa Shinta Tiara Tewu1, Rickchard Makawimbang2


1
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Jl. Soekarno-Hatta No.354 Bandung 40266
2
Rumah Sakit Umum Daerah Bitung, Jln. S.H. Sarundajang Kel. Manembo-nembo Tengah, Girian
Indah, Girian, Kota Bitung, Sulawesi Utara 95545

*Alamat korespondensi: nela12345@stfi.ac.id

Abstrak

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang disebabkan oleh virus yang
dinamakan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Jumlah kasus positif
terkonfirmasi di Indonesia hingga 30 April 2021 berjumlah 1.668.368 orang dengan total kematian
45.521. Sedangkan untuk data pasien Covid- 19 di Provinsi Sulawesi Utara khususnya di Kota Bitung
data pasien positif per tanggal 30 April 2021 berjumlah 1.236 orang dan pasien meninggal 41 orang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tatalaksana terapi dan tingkat kesesuaian pemberian
terapi pada pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data rekam medik pasien Covid-19 selama 6 bulan dimulai dari
bulan November 2020 sampai April 2021. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling dan teknik random sampling pada setiap data pasien yang memenuhi kriteria
inklusi. Sesuai rekomendasi Persatuan Dokter Paru Indonesia, Rumah Sakit Daerah Umum Bitung
menggunakan antivirus dan vitamin pada terapi pasien Covid- 19, hasil yang diperoleh menunjukkan
kesembuhan 100% dan dari data yang diperoleh dan menunjukan pencapaian presentase yaitu 82,4%
dalam jangka waktu 6 bulan serta bisa dikatakan dalam kategori baik dan sesuai dengan pedoman yang
dikeluarkan oleh Persatuan Dokter Paru Indonesia.

Kata kunci : Covid-19, Antivirus, Rumah Sakit, Terapi Pasien.

Abstract

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) is a new type of disease caused by a virus called SARS-CoV-2.
The number of confirmed cases in Indonesia as of April 30, 2021 is 1,668,368 people with 45,521 cases
of death. Data on Covid-19 patients in North Sulawesi Province, especially in Bitung City, positive
patient data as of April 30, 2021 totaled 1,236 people and 41 patients died. The purpose of this study
was to determine the therapeutic management and the level of suitability of giving therapy to Covid-19
patients at Bitung Hospital, North Sulawesi Province. The source of data used in this study was in the
form of medical record data for Covid-19 patients for 6 months starting from November 2020 until
April 2021. Data collection was carried out using purposive sampling and random sampling techniques
on each patient data that met the inclusion criteria. In accordance with Indonesian Lung Doctors
Association recommendations, hospitals use antivirals and vitamins in the therapy of Covid-19 patients,
the results obtained show 100% recovery and from the data obtained, the percentage achievement is
82,4% in a period of 6 months and which can be said to be in the good and appropriate category with
the compass published by the Indonesian Lung Doctors Association.

Keywords: Covid-19, Antivirus, Hospital, Patient Therapy.

1
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. X, No. 1, April 2021 ISSN: 2303-2138

PENDAHULUAN seoptimal mungkin dengan tujuan menekan


Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) angka CFR (Case Fatality Rate) atau jumlah
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah orang yang meninggal dunia, dari total orang
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus yang sakit. Sampai saat ini, belum terdapat
penyebab Covid-19 ini dinamakan SARS- obat yang telah mendapat izin edar untuk
CoV-2. Infeksi virus Corona pertama kali indikasi Covid-19. Oleh karena itu, berbagai
ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir jenis obat digunakan sebagai upaya untuk
Desember 2019. Virus ini menular dengan menyelamatkan nyawa pasien, khususnya
sangat cepat dan telah menyebar ke hampir mereka dengan tingkat keparahan tinggi.
semua negara, termasuk Indonesia, hanya Pengobatan suportif masih merupakan
dalam waktu beberapa bulan. Virus Corona pengobatan utama saat ini untuk Covid-19.
adalah zoonosis (ditularkan dari hewan ke Saat ini terdapat pengobatan simptomatik yang
manusia). Adapun, tipe hewan yang menjadi dipakai untuk Covid-19 diantaranya human
sumber penularan Covid-19 belum diketahui immunoglobulin, interferon, chloroquine,
secara pasti namun, pada suatu penelitian hydroxychloroquine, osetalmivir, remdesivir,
ditemukan bahwa kecocokan urutan genetik arbidol, lopina virritonavir, methylprednisolon,
Virus Corona pada manusia 96% identik dan vitamin C (Bimantara, 2020).
dengan Virus Corona pada hewan kelelawar Data pasien Covid-19 pada salah satu
(Zhou, 2020). Berdasarkan bukti ilmiah, provinsi di Indonesia yaitu Sulawesi Utara
Covid-19 dapat menular dari manusia ke khususnya di Kota Bitung didapati data sampai
manusia melalui percikan batuk/bersin pada tanggal 30 April 2021 jumlah pasien
(droplet). Orang yang paling berisiko tertular positif 1.236 orang dan pasien meninggal 41
penyakit ini adalah orang yang kontak erat orang (Diskominfo Kota Bitung 2021).
dengan pasien Covid-19 termasuk yang Berdasarkan data yang diambil peneliti
merawat pasien Covid-19. Infeksi SARS-CoV- di RSUD Bitung, jumlah responden pada
2 pada manusia menimbulkan gejala gangguan penelitian ini adalah sebanyak 54 responden
pernapasan akut seperti demam, batuk, dan dengan kategori sedang dalam rentang waktu 6
sesak napas. Pada kasus yang berat, kasus ini bulan (periode November 2020 sampai April
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom 2021). Untuk dapat menilai kesesuaian
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan penatalaksanaan terapi diperlukan penelitian
kematian. Gejala penyakit ini dapat muncul mengenai tingkat kesesuain pemberian terapi
dalam 2-14 hari setelah terpapar virus tersebut farmakologi pada pasien Covid-19 di RSUD
(Kemenkes, 2020). Bitung.
Selain pencegahan, pemberian terapi
pada mereka yang sudah dinyatakan positif METODOLOGI
Metode pengambilan data yang
terjangkit Covid-19 juga perlu diupayakan

2
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. X, No. 1, April 2021 ISSN: 2303-2138

digunakan pada penelitian ini adalah metode Perhitungan data pasien selama 6 bulan dari
purposive sampling dengan teknik random mulai November 2020 – April 202.
sampling. Metode ini mendukung peneliti 63
n= = 1.1575
1+(63(0.052 )
untuk mendapatkan data sesuai dengan 63
n = 1.1575
tujuan penelitian, sehingga meningkatkan
ketelitian dan kepercayaan data dan hasil n = 54.42 ~ 54 sampel

yang berdasar pada konsep kredibilitas,


transferabilitas, dependability, dan Jumlah sampel yang diambil sebanyak 54

confirmability. Pada metode ini, setiap data pasien, kemudian rekam medik semua pasien

pasien yang memenuhi kriteria inklusi dipisahkan. Pada penelitian ini instrumen

sampel penelitian dikumpulkan, kemudian yang digunakan adalah lembar pengumpulan

teknik random sampling digunakan untuk data (LPD) berupa tabel yang digunakan

mengambil sampel yang akan diolah. Jumlah untuk memisahkan data pasien, data terapi

sample yang diolah ditentukan menggunakan obat, dan data outcome.

rumus Slovin, kemudian data diolah


menggunakan statistika. Karakteristik Sampel
Unit Pelaksana Teknis Dinas Rumah
Sakit Manembo-Nembo Tipe C Bitung adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
salah satu rumah sakit rujukan Covid-19
Jumlah Sampel
berdasarkan Keputusan Gubernur No. 102
Perhitungan jumlah sampel dihitung Tahun 2020 tanggal 16 Maret 2021 tentang
menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin Penetapan Rumah Sakit Rujukan Penunjang
merupakan salah satu rumus yang umum untuk Penanggulangan Penyakit Infeksi. RSUD
digunakan dalam bidang statistik, khususnya Bitung memiliki SOP tatalaksana terapi untuk
saat penghitungan data dalam bentuk survey pasien COVID- 19 yang sesuai atau sama
dengan populasi yang relatif besar. Sesuai dengan tatalaksana yang dikeluarkan oleh PDPI
dengan namanya, metode perhitungan (Persatuan Dokter Paru Indonesia) edisi 3 tahun
sampel ini diperkenalkan oleh Slovin di 2020. Namun, dengan adanya kenaikan jumlah
tahun 1960. Bentuk dari rumus Slovin pasien COVID-19 di Kota Bitung yang drastis,
adalah: RSUD Bitung sempat melakukan pembatasan
bagi yang tidak true emergency. Pembatasan ini
dilakukan untuk melakukan pencegahan
Keterangan : terjadinya kerumunan yang akan terjadi di area
N = Banyaknya Populasi rumah sakit dan fokus pelayanan dilakukan
n = Besarnya sampel pada pasien Covid-19.
e = Presisi 0,05 (5%)

3
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. X, No. 1, April 2021 ISSN: 2303-2138

Tabel 1. Karakteristik Responden


Karakteristik N %
Jenis Kelamin
Laki – laki 20 37
Perempuan 34 63
Total 54 100
Umur
<25 tahun 2 3,7
26 – 44 tahun 50 92,6
>45 tahun 2 3,7
Total 54 100
N: jumlah populasi
%: presentase

Responden terbanyak yaitu perempuan hal ini disebabkan banyaknya aktivitas yang
dengan total jumlah 34 orang (63%), sejauh ini dilakukan di luar rumah. Adapun beberapa
belum ada penelitian mengenai pengaruh jenis kategorinya yaitu para pekerja seperti nelayan,
kelamin pada jumlah pasien positif Covid-19, pelayan publik (ASN), wiraswasta, dan petani.
tiap negara memiliki data yang beragam.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa pasien Kesesuaian Penggunaan Obat Antiviral dan
laki-laki memiliki presentasi lebih besar. Fried Vitamin C
et al (2020) menuliskan sekitar 53,4% pasien Distribusi kesesuaian penggunaan obat
covid-19 adalah laki-laki. Tim peneliti pusat ditunjukan pada tabel 2, jenis obat yang
penelitian virus MRC Universitas Glasgow, digunakan yaitu terdiri dari favipiravir dan
menyatakan bahwa pasien perempuan di bawah remdesivir. Kesesuaian penggunaan antiviral
usia 50 tahun kemungkinan lebih berisiko untuk pasien Covid-19 di UPTD Rumah Sakit
memiliki kondisi longcovid lebih besar Manembo-Nembo Tipe C Bitung secara
dibandingkan pasien laki-laki (Azizah, 2021). keseluruhan berada pada kategori baik
Distribusi frekuensi responden dengan ditunjukkan dengan presentasi 83,3%
rentang umur 26-44 tahun memiliki presentasi pemilihan dan penggunaan antivirus
paling besar yaitu 92,6%, hal ini sesuai dengan berdasarkan pada Standar Prosedur
data terbaru nasional tanggal 22 November Operasional (SPO), Panduan Praktek Klinis
2020 yang menunjukkan presentase pasien Rumah Sakit (PPK-RS), dan Pedoman
Covid-19 didominasi kelompok usia 31- tatalaksana Covid-19 Edisi 3 tahun 2020. Hasil
45tahun (30,6%) (Satuan Satgas Covid-19, penelitian Cai et al. (2020) menunjukan bahwa
2020). Responden dengan rentang usia yang obat antiviral (favipiravir) memberikan hasil
produktif memiliki risiko paparan yang tinggi, lebih baik untuk terapi Covid-19 dalam hal

4
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. X, No. 1, April 2021 ISSN: 2303-2138

mencegah progresivitas penyakit maupun disetujui oleh FDA sebagai obat terapi Covid-
klirens virus dibandingkan dengan obat 19 pada pasien rawat inap dewasa yang
antivirus lainnya. Williamson et al. (2020), memiliki tingkat kesembuhan tinggi.
menyatakan remdesivir merupakan obat yang

Tabel 2. Tabel Distribusi Kesesuaian Penggunaan Obat Antiviral


Kurang Baik
Kesesuaian
N % N %
Antiviral 9 16,7 45 83,3
Vitamin C 10 18,5 44 81,5
Kurang : Pasien mendapatkan obat kurang dari 5 hari (tidak sesuai SOP)
Baik : Pasien mendapatkan obat sesuai standar terapi (sesuai SOP)
N : Jumlah populasi
% : Presentase Jumlah

Pengunaan favipiravir 1.600 mg dua pemberian antiviral tidak sesuai dengan


kali sehari di hari pertama, kemudian panduan penatalaksanaan Covid-19 maka akan
dilanjutkan 600 mg dua kali sehari untuk hari semakin lama juga tingkat kesembuhan dari
berikutnya dalam bentuk tablet. Durasi pasien Covid-19.
pemberian favipiravir atau keputusan terkait Distribusi kesesuaian penggunaan obat
lama penggunaan obat ditentukan oleh dokter yang sesuai dengan panduan penggunaan untuk
sesuai dengan penilaian kondisi klinis masing- Vitamin C, dapat dilihat distribusi penggunaan
masing pasien. Lama pemberian yang efektif Vitamin C dalam kesesuaianya yaitu baik
adalah 5 hari dan dapat diberikan sampai 10 sebanyak 44 responden (81,5%), dan responden
hari jika diperlukan. Penggunaan remdesivir yang kurang sebanyak 10 responden (18,5%).
pada pasien Covid-19 diberikan dalam bentuk Penggunaan Vitamin C menurut hasil
injeksi dan digunakan untuk pasien dalam penelitian Makmum (2020) menunjukan bahwa
kategori sedang sampai berat. Dosis pertama penggunaan Vitamin C sebagai
sebanyak 200 mg satu kali sehari di hari penatalaksanaan dalam Covid-19 sangat
pertama dan di hari selanjutnya diberikan penting, karena pemberian Vitamin C dapat
dengan dosis 100 mg satu kali sehari. Lama mempercepat peoses penyembuhan pasien
pengobatan efektif minimal 5 hari sampai 10 Covid-19 dengan bekerja pada plasma dan
hari, bisa lebih jika mengikuti sesuai dengan netrofil, selain itu Vitamin C juga dapat
anjuran dokter. Semakin sesuai pemberian obat menangkal radikal bebas dan mencegah stres
antiviral pada pasien Covid-19 maka akan oksidatif oleh virus yang berikatan di heme.
semakin besar dampaknya terhadap Telah terbukti juga bahwa pemberian Vitamin
kesembuhan pasien, sebaliknya juga jika C dosis tinggi dapat memberikan perbaikan

5
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. X, No. 1, April 2021 ISSN: 2303-2138

yang cepat dari hasil gambaran radiologi foto DAFTAR PUSTAKA


thorax setelah beberapa hari terapi. Penggunaan
Azizah, S. A. 2021.“Ini Penyebab Perempuan
Vitamin C yang diterbitkan oleh Persatuan Lebih Banyak Alami Long Covid”.
Dokter Paru Indonesia (PDPI) yaitu 200-400 https://republika.co.id/berita/qql4up46
3/ini-penyebab-perempuan-lebih-
mg namun pada pemberian di lapangan
banyak-alami-long-covid, diakses 7
terhadap pasien bisa diberikan dosis sampai juni 2020.
1000 mg. Pemberian dalam bentuk sedian tablet
Bimantara, D. E. 2020. “Peran Vitamin C
dapat diberikan dengan dosis 500 mg dua kali dalam Pengobatan COVID-19”.
satu sehari dan untuk sediaan intravena https://juke.kedokteran.unila.ac.id/inde
diberikan dengan dosis 100 mg satu kali sehari, x.php/majority/article/view/2687
diakses 18 september 2020.
diberikan selama 14 hari atau bisa diberikan
selama masa perawatan pasien sesuai anjuran Cai Q et al. 2020. “Experimental Treatment
with Favipiravir for COVID-19 : An
dokter.
Open-Label Control. Engineering”.
Sehingga menurut asumsi peneliti https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3234
semakin sesuai pemberian Vitamin C pada 6491/ diakses 10 maret 2020.
pasien Covid-19 maka akan semakin besar Fried et al. 2021. “Mental Health and Social
dampaknya terhadap kesembuhan pasien, jika Contact During the COVID-19
pemberian Vitamin C tidak sesuai dengan Pandemic: An Ecological Momentary
Assessment Study”.
panduan penatalaksanaan Covid-19 maka akan https://journals.sagepub.com/doi/full/1
semakin lama juga tingkat kesembuhan, karena 0.1177/21677026211017839, diakses
dengan pengobatan suportif seperti pemberian 17 agustus 2021.

vitamin C oral maupun intravena dapat Kemenkes. 2020, Januari Jumat.


mengurangi peningkatan resiko komplikasi, KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA.
tingkat keparahan, mengatasi gejala maupun https://www.kemkes.go.id/ diakses 2
prognosis pasien dengan Covid-19. april 2020.

Makmum, A “Pengaruh Vitamin C Terhadap


SIMPULAN Sistem Imun Tubuh Untuk Mencegah
Pasien COVID-19 dengan kategori dan Terapi Covid-19”.
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/mo
sedang, periode perawatan November 2020
luccamedica/article/view/2498 diakses
sampai April 2021 di RSUD Bitung mencapai 15 juni 2020.
presentase kesembuhan 100% dengan tingkat
WHO. 2020. “Infection prevention and
kesesuaian pemberian obat 82,4% yang terdiri control during health care when novel
dari penggunaan antiviral 83,3% dan Vitamin coronavirus (Ncov) infection is
suspected”.
C 81,5%.
https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/getting-
workplaceready-for-covid-19.pdf

6
JSTFI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Vol. X, No. 1, April 2021 ISSN: 2303-2138

diakses pada 12 mei 2021. source/coronaviruse/getting-


workplace- ready-for-covid-19.pdf
PDPI. 2020. “Panduan Praktik Klinis”: diakses pada 20 mei 2020.
Pneumonia 2019-nCoV. PDPI .
Zhou D, D. S. 2020. COVID-19: “A
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, recommendation to examine the effect
Kualitatif, dan R&D. Bandung : of hydroxychloroquine in preventing
Alfabeta, CV. infection and progression. J Antimicrob
WHO. 2020. “Infection prevention and control Chemother”.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti
during health care when novel
coronavirus (Ncov) infection is cles/PMC7197521/ diakses pada 25
suspected”. September 2021.
https://www.who.int/docs/default-

7
www.journal.stifera.ac.id
Vol. 4 No. 2
JURNAL FARMASI & SAINS INDONESIA Oktober 2021
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529

GAMBARAN PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI


IMUNOMODULATOR PADA PASIEN DEWASA DENGAN COVID-
19: STUDI LITERATUR
Luh Tuti Suryati1*, Debby Juliadi1
1Program Studi DIII Farmasi Fakultas Farmasi, Universitas Mahasaraswati, Denpasar, Indonesia
*corresponding author

Email: tutisurya00@gmail.com

Diterima : 18 Agustus 2021 Direvisi : 8 September 2021 Publikasi : 20 Oktober 2021

doi:10.52216/jfsi.vol4no2p31-40

Abstract
Corona virus or COVID 19 is a virus that causes disease in animals or humans. COVID-19 more often
attacks the respiratory tract. Improving the immunity of COVID-19 patients is very much needed
because the treatment for COVID-19 has not been found. Vitamin C is a vitamin that can prevent and
treat respiratory infections by enhancing various immune cell functions. Vitamin C acts as a powerful
antioxidant and helps replace damaged cells so it can help with COVID-19. This literature study aims to
determine the use of vitamin C as an immunomodulator in adult COVID-19 patients. The data collection
method was obtained by reviewing 10 journals using Google Scholar and Pubmed using English-
language journals. The keywords used are vitamin C, COVID-19, treatment. The results obtained in the
form of intravenous vitamin C with a dose of can improve the lives of COVID-19 patients by increasing
the immunity of infected patients. This can be seen from the inhibition of the development of cytokines
and an increase in lymphocytes and CD4+ T cells. In addition, it improves the patient's respiratory
function with an increase in PiO2/FiO2.

Keywords: Immunity, COVID-19, vitamin C


Intisari
Virus corona atau COVID 19 merupakan virus yang menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.
COVID-19 lebih sering menyerang saluran pernapasan. Peningkatan imunitas pasien COVID-19,
sangat diperlukan dikarenakan pengobatan COVID-19 belum ditemukan. Vitamin C merupakan vitamin
yang dapat mencegah dan mengobati infeksi pernapasan dengan meningkatkan berbagai fungsi sel
kekebalan tubuh. Vitamin C bertindak sebagai antioksidan kuat dan membantu mengganti sel-sel yang
rusak sehingga dapat membantu pada COVID-19. Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui
penggunaan vitamin C sebagai imunomodulator pada pasien dewasa COVID-19. Metode pengambilan
data diperoleh dengan mereview 10 jurnal dengan menggunakan google scholar dan Pubmed dengan
menggunakan jurnal berbahasa inggris. Adapun kata kunci yang digunakan yaitu vitamin C, COVID-
19, treatment. Hasil yang diperoleh berupa pemberian vitamin C secara intravena dengan dosis tinggi
dapat meningkatkan perbaikan kehidupan pasien COVID-19 dengan meningkatkan kekebalan tubuh
pasien yang terinfeksi. Hal tersebut terlihat dari dihambatnya perkembangan dari sitokin dan
meningkatkan limfosit serta sel T CD4+. Selain itu, meningkatkan fungsi pernafasan pasien dengan
terjadi peningkatan pada PiO2/FiO2.

Kata kunci: Imunitas, COVID-19, vitamin C

Suryati, Oktober 2021 31


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

1. Pendahuluan terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan


oleh reactive oxygen species (ROS). Pemberian
Virus corona atau COVID 19 merupakan vitamin C melalui intravena dapat juga
virus yang menyebabkan penyakit pada hewan menurunkan infeksi virus (Fowler et al., 2019).
atau manusia. Penyebaran virus ini, diduga Oleh karena itu, review jurnal ini bertujuan untuk
dilakukan oleh kelelawar dan hewan lain yang mengetahui penggunaan vitamin C sebagai
dimakan oleh manusia. Virus ini memiliki tingkat imunomodulator pada pasien dewasa dengan
perkembangan dan penyebaran yang cepat dengan COVID-19.
tingkat infeksi yang tinggi (Hidayah et al., 2020).
Waktu inkubasi rata-rata mulai dari lima sampai 2. Metode Penelitian
enam hari dengan masa inkubasi terpanjang dua
minggu. Penularan virus ini melalui aerosol, Metode yang digunakan dalam review jurnal
droplet dan penularan melalui fecal-oral yang ini yaitu studi literatur dengan memanfaatkan
telah dibedakan (Rothan & Byrareddy, 2020). media internet dengan search engine berupa
WHO menyatakan bahwa COVID-19 google scholar dan Pubmed. Jurnal yang
merupakan pandemi global pada tanggal 11 Maret digunakan berupa jurnal berbahasa inggris yang
2020 (Yang et al., 2020). Hal ini, dikarenakan telah ditranslate ke dalam bahasa Indonesia.
terdapat penambahan kasus COVID-19 yang Kriteria sumber literatur yang digunakan yaitu 2
terjadi dengan cepat sampai ke antar negara tahun terakhir (tahun 2020 sampai dengan 2021)
(Rahman & Bahar, 2020). Di Indonesia kasus dengan jurnal yang ditelusuri merupakan jurnal
mengumumkan 311.176 kasus terkonfirmasi mengenai penggunaan vitamin C pada pasien
COVID-19 dengan kasus meninggal sebanyak dewasa dengan COVID-19. Pencarian literatur
11.374 dan sembuh sebanyak 236.437 dari 34 menggunakan kata kunci yang digunakan dalam
provinsi (Kemenkes RI, 2020). penelusuran jurnal yaitu vitamin C, COVID 19,
COVID-19 memiliki gejala seperti demam, dan treatment.
flu, dan dyspnea. Dari gejala tersebut
menunjukkan bahwa virus ini lebih sering 3. Hasil dan Pembahasan
menyerang saluran pernapasan (Rothan &
Byrareddy, 2020). Pada kasus berat, COVID-19 Hasil studi literatur meliputi 10 jurnal yang
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom telah memenuhi kriteria yaitu mengenai
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan penggunaan vitamin C pada pasien COVID-19.
kematian (Kemenkes RI, 2020). Pada masing-masing jurnal menggunakan vitamin
Peningkatan imunitas pada pasien COVID- C dalam dosis yang berbeda-beda, tetapi sama-
19, sangat diperlukan dikarenakan pengobatan sama dalam dosis tinggi. Dalam rangka
COVID-19 secara farmakologis belum ada. meningkatkan kehidupan pasien dewasa COVID-
Sehingga, diperlukan imunomodulator untuk 19. Adapun, hasil studi literatur terdapat pada
melawan berbagai infeksi, namun agar diperoleh Tabel 1.
dari kekebalan sel diperlukan vitamin C (Liu et Berdasarkan studi literatur pada 10 jurnal
al., 2020). dapat diketahui bahwa pasien dengan kondisi
Vitamin C memiliki peran utama dalam berat dan kritis diberikan vitamin C dosis tinggi
menjaga kekebalan fungsi sel (Maggini et al., secara intravena atau high-dose intravenous
2007). Vitamin C dipercaya mampu mencegah vitamin C (HDIVC) menunjukkan terjadi
dan mengobati infeksi pernapasan dengan penurunan kadar serum C-reactive protein (CRP)
meningkatkan berbagai fungsi sel kekebalan (Zhao, Ling, et al., 2021; Zhao, Liu, et al., 2021).
tubuh. Vitamin C bertindak sebagai antioksidan Penurunan kadar serum C-reactive protein
kuat dan membantu mengganti sel-sel yang rusak, (CRP) yang cepat menunjukkan pemberian
sehingga dapat membantu pada SARS-Co-V-2 vitamin C dosis tinggi secara intravena
dan infeksi virus lainnya (Kirchdoerfer et al., bermanfaat dalam menurunkan respons inflamasi
2016). Selain itu, vitamin C dapat membuang pasien COVID-19 (Williams et al., 2019).
radikal bebas dalam plasma dan melindungi sel

Suryati, Oktober 2021 32


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

Tabel 1. Hasil Studi Literatur Penggunaan Vitamin C pada Pasien Dewasa dengan COVID-19
Tahu
No Judul Metode Populasi Sampel Hasil Studi Literatur
n
1. Aspek 2020 Penelitian studi Semua Pasien di atas 18 Hasil dari penelitian ini
menguntungkan kasus pasien yang tahun didiagnosis yaitu dosis vitamin C
dari vitamin C retrospektif dirawat di pneumonia COVID-19, sebesar 162,7 mg/kg
intravena dosis Pusat Klinik pasien yang kritis untuk kondisi berat dan
tinggi pada Kesehatan menderit penyakit 178.6 mg/kg untuk
pasien Masyarakat tambahan, terdaftar kondisi kritis.
dengan Shanghai pasien menerima HDIVC
pneumonia dari 22 dalam 24 jam setelah
COVID-19 Januari 2020 penyakit parah, tidak
dalam kondisi hingga 11 hamil dan tidak
parah: April 2020 menderita tumor ganas.
retrospektif
studi seri kasus
(Zao et al.,
2020).
2. Infus vitamin C 2020 Penelitian ini Semua Pasien dengan umur Hasil penelitian
dosis tinggi menggunakan pasien di di atas 18 tahun dan di diperoleh pasien COVID-
untuk uji coba acak. ICU Rumah bawah 80 tahun dengan 19 diberikan HDIVC
pengobatan Sakit RT-PCR positif, sebesar 24 g vitamin C per
COVID-19 Zhongnan terkonfirmasi pneumonia, hari. Pasien diinfus
yang sakit kritis Universitas memiliki PaO2/FiO2 (P/F) dengan 12 g vitamin C
(Zhang et al., Wuhan, <300 mgHg, dan terdaftar dilarutkan dalam 50 mL
2020). Rumah Sakit pada ICU. air bakteriostatik setiap 12
Leishenshan, jam pada kecepatan 12
dan Rumah ml/jam dengan pompa
Sakit Taihe infus selama 7 hari.
dari tanggal
14 Februari
2020 sampai
29 Maret
2020.
3. Infus intravena 2021 Penelitian sesuai - Sampel pada Hasil penelitian Yali,
vitamin C dosis dengan penelitian ini yaitu pasien vitamin C dosis tinggi
tinggi dalam penelusuran COVID-19 dengan skor 20g/60 kg/hari. Penelitian
pengobatan data elektronik pemeriksaan keadaan Zhang et al (2021)
pasien COVID- pada Pubmed, minimal >21, berusia 18 menggunakan dosis besar
19 (Huang et Embase, tahun ke atas. vitamin C 24 g/hari
al., 2021). Cochrane dengan kecepatan 12
Central Register mL/jam
of Controlled
Trials, Web
sains, basis data
Infrasturktur
Pengetahuan
Nasional
Tiongkok, basis
data Wanfang
Tiongkok, dan
Sastra Biomedis
Tiongkok basis
data dengan
studi acak uji
coba terkontrol
pada infus
vitamin C dosis
tinggi dalam

Suryati, Oktober 2021 33


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

perawatan
COVID-19.
4. Vitamin C 2020 Metode uji coba Semua Sampel pasien Hasil penelitian meta
dosis tinggi terkontrol pasien yang dewasa (umur 18 tahun analisis sebelumnya
intravena untuk placebo acak dirawat di 2 ke atas), didiagnosis (Wang et al., 2020)
pengobatan prospektif ICU (ICU COVID-19 dengan menunjukkan bahwa dosis
COVID-19 multisenter. Zhongnan diagnosis dan manajemen tinggi sama atau lebih
yang parah: Rumah Sakit klinis pneumonia yang besar dari 10 g/hari.
protokol Wuhan dan terinfeksi, memiliki Penelitian yang dilakukan
penelitian ICU Rumah indeks kegagalan (Maggini et al., 2007)
untuk uji coba Sakit Leishen pernapasan <300 mmHg dengan dosis tinggi
terkontrol acak shan) dari 14 serta dirawat di ICU. vitamin C 24 g/hari pada
multisenter Februari uji klinis pasien kritis
(Liu et al., 2020 hingga dengan infeksi berat
2020). 30 secara intravena.
September
2020.
5. Penggunaan 2020 Penelitian - Sampel penelitian Hasil penelitian yang
vitamin C IV dilakukan ini yaitu 17 pasien diperoleh berupa pasien
untuk pasien dengan terkonfirmasi sindrom yang diberikan vitamin C
COVID-19: mengidentifikasi pernapasan akut sebanyak 1 g setiap 8 jam
rangkaian kasus pengobatan dan coronavirus 2 (SARS- selama 3 hari (dengan
(Hiedra et al., menganalisis CoV-2) positif melalui rentang 0-11 hari) setelah
2020). demografi dan PCR swab nasofaring, masuk rumah sakit.
klinis. Data pasien yang dirawat di
penelitian unit perawatan progresif
dianalisis t-test dan unit perawatan
berpasangan intensif medis di Pusat
serta Medis Albert Einstein,
menggunakan Philadelphia, PA (AS).
Chi- Square.
6. Vitamin C 2021 Penelitian studi Semua Sampelnya yaitu Hasil penelitian
Intravena Dosis klinis pasien yang pasien COVID-19 dengan berupa kelompok
Tinggi Untuk retrospektif dirawat diagnosis tipe sedang perlakuan diberikan 100
Mencegah berbasis rekam antara 18 pada penerimaan, usia mg/kg/hari dan meningkat
Perburukkan medis elektronik Maret 2020 >18 tahun, tidak hamil, menjadi 1 g/jam selama 7
Penyakit sebelum- sampai 18 dan tidak memiliki tumor hari dari mulai masuk
Pneumonia sesudah studi April 2020 ganas. rumah sakit, yang
COVID-19 klinis kasus. yang diberikan secara intravena.
Sedang. menerima
Kecenderungan pengobatan
Retrospektif HDIVC.
Cocok
Sebelum-
Sesudah Studi
(Zhaoet al.,
2021).
7. Pengaruh 2021 Penelitian ini Semua Pasien dengan Pasien yang diberikan
Suplementasi menggunakan pasien yang diagnosis baru dengan dosis asam askorbat 8000
Seng dan Asam uji coba label terdaftar. rawat jalan, berumur 18 mg (dibagi menjadi 2-3
Askorbat Dosis terbuka klinis tahun ke atas, untuk kali sehari dengan
Tinggi vs prospektif acak wanita yang akan makanan).
Perawatan di beberapa melahirkan harus
Biasa tentang rumah sakit. memastikan periode
Panjang Gejala menstruasi dalam 30 hari
dan terakhir dengan hasil
Pengurangan perimenopause
Di Antara membutuhkan nilai
Pasien Rawat negatif, pasien yang telah
Jalan Dengan keluar dari rumah sakit,

Suryati, Oktober 2021 34


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

Infeksi SARS- sedang hamil, tinggal di


CoV-2: Uji luar Ohio atau Florida,
Klinis Acak aktif menyusui, memiliki
COVID A penyakit ginjal kronis
hingga Z lanjut, memiliki penyakit
(Thomas et al., hati, atau memiliki
2021). riwayat batu ginjal.
8. Vitamin C 2021 Tinjauan Semua Pasien dewasa dan Hasil yang diperoleh
dalam literatur pasien anak yang terinfeksi sebanyak 21 studi yang
Pengobatan komprehensif dewasa dan COVID-19 dengan telah memenuhi seleksi.
COVID-19 dengan database anak-anak vitamin C sebagai Dalam penelitian(Khan et
(Milani et al., PubMed dan terinfeksi intervensi terapeutik atau al., 2020) pasien COVID-
2021). EM-Base dari 1 COVID-19. profilaksis. 19 ARDS menerima
Januari 2020 vitamin C pertama sebagai
sampai 15 dosis oral 1 g dua kali/hari
Februari 2021. (selama 6 hari), dan
kemudian sebagai dosis
intravena (IV) tinggi
(dosis: 11 g/hari sebagai
infus kontinu, selama 10
hari). Penelitian yang
dilakukan (Hiedra et al.,
2020) dengan pemberian
vitamin C IV (dosis: 1 g
setiap 8 jam, selama 3
hari). (Chen et al., 2021)
dengan pasien yang
sebelumnya sehat tanpa
komorbiditas dengan
gejala terkait COVID-19
menerima vitamin C
(dosis: 3 g sekali sehari)
bersama dengan
perawatan antivirus dan
antimikroba. Penelitian
(Bahloul et al., 2020)
dengan kasus retrospektif
dari 12 pasien dengan
pemberian rata-rata
vitamin C adalah 162,7
mg/kg/hari (71,1-328,6)
dan 178,6 mg/hari. kg/hari
(133,3–350,6).
Sedangkan, penggunaan
vitamin C (dosis: 3 g/hari)
pada dua pasien dengan
infeksi SARS-CoV-2 dan
sindrom kebocoran kapiler
paru memiliki hasil yang
baik.
Uji klinis fase-1 yang
dilakukan di Iran
(Alamdari et al., 2020)
menunjukkan lima pasien
dengan pneumonia
COVID-19 diberikan
kombinasi metilen biru-
vitamin C dengan dosis:
1500 mg/kg.
Dalam RCT

Suryati, Oktober 2021 35


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

multisenter di Cina
(Alamdari et al., 2020)
dengan dosis tinggi
vitamin C 12 g/50 mL
setiap 12 jam selama 7
hari, 12 mL/jam. Dalam
RCT label terbuka di
Pakistan (Kumari et al.,
2020) pasien menerima
terapi vitamin C IV dosis:
50 mg/kg/hari . Dalam
RCT multisenter open-
label lain di AS (Kumari
et al., 2020) pasien
menerima asam askorbat
(8000 mg),
9. Keamanan dan 2021 Uji coba label Sebanya Sebanyak 60 pasien Hasil penelitian yaitu
efektivitas terbuka acak k 85 pasien digunakan dalam kelompok perlakuan
vitamin C dosis dan terkontrol. antara April penelitian yang memiliki diberikan HDIVC
tinggi pada sampai Mei usia 18 tahun ke atas, sebanyak 6 g/hari,
pasien dengan 2020 yang hasil tes reaksi berantai sedangkan untuk grup
COVID-19: uji diagnosis polymerase (PCR) positif control tanpa diberikan
klinis label COVID-19 COVID-19 atau dengan HDIVC.
terbuka secara yang dirawat temuan klinis mengalami
acak open di Rumah sesak napas, demam,
(Siahkali et al., sakit Ziaeian, batuk kering, dengan
2021). Teheran, spiral tomografi computer
Iran. data (CT) atau CT
resolusi tinggi (HRCT)
memiliki ARDS atau
miokarditis dan oksigen
saturasi lebih rendah dari
93% sejak masuk atau
setelah 48 jam dari
pengobatan COVID-19
pertama, pasien dengan
defisiensi glukosa-6-
fosfat dehidrogenase
(G6PD), pasien dengan
penyakit ginjal stadium
akhir penyakit (ESRD),
dan kehamilan.
10. Khasiat dan 2020 Penelitian - Sampel penelitian Hasil penelitian
keamanan Sistematis yaitu mengalami gejala Hemilä et al (2021) asam
vitamin C review atau infeksi saluran askorbat dengan dosis oral
dalam meta analisis. pernapasan akut dengan tunggal atau ganda sebesar
pengelolaan pemberian vitamin C 1 g/hari selama 14
pernapasan secara oral atau intravena minggu, 2 g/hari yang
akut infeksi dan dengan batasan umur dibagi dalam 2 kali/hari,
penyakit: yang dilihat tidak 5 g/hari selama 2 minggu.
Tinjauan cepat terbatas. Studi lain diberikan
(Schloss et al., vitamin C intravena
2020). sebesar 66 mg/kg/jam
selama 24 jam setelah
masuk ke unit luka bakar
untuk mencegah didapat
di rumah sakit radang
paru-paru.

Suryati, Oktober 2021 36


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

Hal ini, terbukti pada pasien COVID-19 yang menunjukkan bahwa, pemberian terapi vitamin C
diberikan perlakuan sebelum dan sesudah dosis tinggi secara intravena memberikan
penelitian pada pasien dengan sepsis mengalami perbaikan terhadap pernapasan pada pasien
penurunan (Maggini et al., 2007). Sehingga, dengan kondisi berat lebih baik dibandingkan
penurunan serum C-reactive protein (CRP) dengan kondisi pasien yang kritis (Alamdari et al.,
memperjelas bahwa pasien yang mengalami 2020; Chen et al., 2021; Hartel et al., 2004; Zhao,
infeksi COVID-19 dengan terapi vitamin C dosis Liu, et al., 2021). Hal ini dimungkinkan karena
tinggi secara intravena dapat mengurangi perbedaan keparahan kondisi pasien, tetapi
inflamasi yang dialami (Hemilä et al., 2021). memperoleh terapi dengan dosis vitamin C yang
Keparahan infeksi COVID-19 yang dialami oleh hampir sama, tetapi memiliki interval waktu
pasien terlihat juga pada tingkat IL-6 yang tinggi pemberian vitamin C dosis tinggi secara intravena
menunjukkan sitokin memberikan respons (Kemenkes RI, 2020).
inflamasi. Oleh karena itu, dengan secara Limfosit serta sel T CD4+, CD8+, dan CD3+
konsisten terjadinya penurunan IL-6 menunjukkan memiliki hubungan terhadap infeksi COVID-19,
vitamin C secara intravena dengan dosis tinggi jika terjadi penurunan berarti pasien mengalami
mampu menghambat produksi dan pelepasan infeksi yang parah. Hal ini, dikarenakan terjadi
sitokin proinammatory dari monosit manusia (IL- penghambatan pada pertumbuhan dan apoptosis
1, IL-2, IL-6, dan TNF-α) (Hartel et al., 2004). sel hematopoietic yang memproduksi antibodi
Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan autoimun (Zhang et al., 2020) dan sitokin tertentu
pemberian vitamin C secara intravena dalam dosis (Schloss et al., 2020). Pemberian vitamin C
tinggi selama 10 hari setelah gejala dapat dengan dosis tinggi dapat meningkatkan CD4+
memberikan tingkat keberhasilan terapi yang baik yang lebih baik pada kelompok vitamin C dosis
(Zhang et al., 2020). tinggi (intravena) dibandingkan dengan kelompok
Pasien yang terinfeksi COVID-19 sering kontrol. Selain itu, terjadinya penurunan CRP
mengalami penurunan fungsi pernapasan yang menyebabkan lama waktu SIRS (systemic
terlihat pada hasil PiO2/FiO2 yang menunjukkan inflammatory response syndrome) menjadi lebih
keparahan infeksi. Pada saluran pernapasan pendek, sehingga dapat memulihkan CD4+
keparahan infeksi menyebabkan terjadi menjadi lebih baik pada pasien dengan pemberian
pneumonia, bahkan menyebabkan kegagalan vitamin C secara intravena. Terapi vitamin C
pernapasan pada ARDS yang dapat menjadi dosis tinggi secara intravena selama 3-7 hari,
penyebab kematian pada pasien dengan COVID- pasien yang terinfeksi COVID-19 mengalami
19. Terapi vitamin C mampu untuk mengobati dan peningkatan limfosit dan sel T CD4+ (Zhao, Ling,
mencegah terjadinya radang paru-paru (Williams et al., 2021). Hal ini menunjukkan, pasien dengan
et al., 2019; Zhao, Liu, et al., 2021). Dilihat dari terapi vitamin C dosis tinggi secara intravena
hasil analisis yang dilakukan terbukti, bahwa dapat meningkatkan fungsi imun pasien dengan
terapi vitamin C dengan dosis tinggi secara COVID-19 (Milani et al., 2021; Thomas et al.,
intravena memberikan efek terapi dengan terjadi 2021).
peningkatan fungsi pernapasan yang terlihat pada Nilai APTT dan D-dimer diperoleh hasil
peningkatan PiO2/FiO2 (Hartel et al., 2004; Xu et dengan tingkat yang lebih pendek dan rendah
al., 2020; Zhao, Liu, et al., 2021). Dalam dengan pemberian vitamin C dosis tinggi secara
memberikan manfaat vitamin C melakukan intravena dibandingkan dengan kelompok kontrol
mekanisme berupa menghambat terjadinya setelah pemberian terapi selama 7 hari. Hal ini
kenaikan sitokin, tetapi disisi lain vitamin C menunjukkan bahwa, vitamin C dosis tinggi
memberikan efek perlindungan terhadap paru- secara intravena dapat memberikan efek perbaikan
paru dengan melakukan pemulihan pada epitel, pada kerusakan endotel dengan meningkatkan
endotel dan alveolar, meningkatkan fungsi sel pembentukan mikrovaskular dan angiopati pada
penghalang paru-paru (Zhao, Liu, et al., 2021). pneumonia COVID-19 (Zhao, Ling, et al., 2021).
Oleh karena itu, pemberian vitamin C secara Pasien yang terinfeksi COVID-19, tetapi
intravena dapat meningkatkan ventilasi paru-paru memiliki penyakit komorditas seperti hipertensi,
pasien dengan COVID-19. Penelitian diabetes, dan jantung diberikan terapi vitamin C

Suryati, Oktober 2021 37


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

dosis tinggi secara intravena tidak menunjukkan 4. Kesimpulan


terjadi perbaikan dengan terapi selama 17 hari.
Namun, pemberian terapi vitamin C dengan dosis Berdasarkan review 10 jurnal di atas, dapat
tinggi secara intravena dapat menurunkan disimpulkan bahwa pemberian vitamin C dosis
mortalitas pasien selama 28 hari (Zhang et al., tinggi secara intravena dapat memperbaiki
2020). kehidupan klinis pasien COVID-19. Hal tersebut
Berdasarkan lama rawat inap pasien di terlihat dari dihambatnya perkembangan dari
ruangan ICU rumah sakit, dapat diketahui bahwa sitokin dan meningkatkan limfosit serta sel T
pasien COVID-19 dengan diberikan terapi vitamin CD4+, meningkatkan fungsi pernapasan pasien
C mengalami perawatan ICU yang lebih cepat dengan terjadi peningkatan pada PiO2/FiO2 serta
dibandingkan dengan pasien tanpa terapi vitamin nilai APTT dan D-dimer yang rendah. Hal ini,
C. Selain itu, menurunkan kematian pasien dikarenakan efek imunomodulator yang dimiliki
COVID-19 rawat inap dikarenakan telah terjadi oleh vitamin C. Pemberian vitamin C secara
penurunan mekanis ventilasi (Hiedra et al., 2020; intravena memiliki mekanis menurunkan kenaikan
Huang et al., 2021). sitokin, meningkatkan pembersihan cairan
Pemberian vitamin C dosis tinggi secara alveolar, mencegah cedera vaskular, memulihkan
intravena menunjukkan dapat meningkatkan daya integritas epitel endotel serta alveolar dan
tahan sel darah putih terhadap virus dikarenakan meningkatkan fungsi penghalang dari paru-paru.
efek antioksidan yang dimiliki dan kemampuan
untuk menginduksi interferon produksi in vivo 5. Daftar Pustaka
(Fowler et al., 2019; Kirchdoerfer et al., 2016).
Alamdari, D. H., Moghaddam, A. B., Amini, S.,
Oleh karena itu, vitamin C memiliki manfaat
Keramati, M. R., Zarmehri, A. M., Alamdari,
meningkatkan efektivitas pengobatan pada pasien
A. H., Damsaz, M., Banpour, H., Yarahmadi,
dengan infeksi COVID-19. Penelitian
A., & Koliakos, G. (2020). Application of
menunjukkan, penggunaan vitamin C secara
methylene blue -vitamin C –N-acetyl
intravena mungkin aman dan dapat digunakan
cysteine for treatment of critically ill
pada pasien dengan kondisi sedang ataupun parah.
COVID-19 patients, report of a phase-I
Namun, tidak direkomendasikan untuk
clinical trial. European Journal of
mengurangi gejala yang dialami oleh pasien yang
Pharmacology, 885, 1–6.
terinfeksi. Dalam melakukan penelitian
https://doi.org/10.1016/j.ejphar.2020.173494
pengobatan dengan vitamin C diperlukan waktu
Bahloul, M., Ketata, W., Lahyeni, D., Mayoufi,
yang tidak sedikit, tetapi dikarenakan terdapat
H., Kotti, A., Smaoui, F., Kallel, N., Daoud,
jumlah pasien yang memadai dengan analisis
E., Bouaziz, M., & Kammoun, S. (2020).
cermat dapat memberikan stabilitas, ketersediaan,
Pulmonary capillary leak syndrome
keamanan dan biaya yang lebih besar
following COVID‐19 virus infection. Journal
dibandingkan dengan pengobatan menggunakan
of Medical Virology, 93, 94–96.
plasma darah (Huang et al., 2021). Akan tetapi,
https://doi.org/10.1002/jmv.26152
penelitian lain menunjukkan pemberian vitamin C
Chen, Y., Chen, W., Zhou, J., Sun, C., & Lei, Y.
tidak dapat memperbaiki kondisi pasien kritis,
(2021). Large pulmonary cavity in COVID-
maupun pneumonia. Sehingga, diperlukan
19 cured patient case report. Ann Palliat
penelitian lanjutan yang menunjukkan tidak
Med, 10(5), 5786–5791.
terdapat perbedaan antara pasien diberikan
https://doi.org/10.21037/apm-20-452
vitamin C secara intravena dengan hanya
Fowler, A. A., Truwit, J. D., Hite, R. D., Morris,
diberikan terapi COVID-19 (Milani et al., 2021).
P. E., DeWilde, C., Priday, A., & Fisher, B.
Pemberian vitamin C secara intravena belum
(2019). Effect of Vitamin C Infusion on
ditemukan terjadinya efek samping (Hiedra et al.,
Organ Failure and Biomarkers of
2020).
Inflammation and Vascular Injury in Patients
With Sepsis and Severe Acute Respiratory
Failure: The CITRIS-ALI Randomized
Clinical Trial. JAMA, 322(13), 1261-1270.

Suryati, Oktober 2021 38


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

https://doi.org/10.1001/jama.2019.11825 Ver-17-Feb-2020-fix-1.pdf
Hartel, C., Strunk, T., Bucsky, P., & Schultz, C. Khan, H. M. W., Parikh, N., Megala, S. M., &
(2004). Effects of vitamin C on Predeteanu, G. S. (2020). Unusual Early
intracytoplasmic cytokine production in Recovery of a Critical COVID-19 Patient
human whole blood monocytes and After Administration of Intravenous Vitamin
lymphocytes. National Library of Medicine, C. AM J Case, 21, 1–6.
27(4–5), 101–106. https://doi.org/10.12659/AJCR.925521
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cyto. Kirchdoerfer, R. N., Cottrell, C. A., Wang, N.,
2004.02.004. Pallesen, J., Yassine, H. M., Turner, H. L.,
Hemilä, H., Carr, A., & Chalker, E. (2021). Corbett, K. S., Graham, B. S., McLellan, J.
Vitamin C May Increase the Recovery Rate S., & Ward, A. B. (2016). Pre-fusion
of Outpatient Cases of SARS-CoV-2 structure of a human coronavirus spike
Infection by 70%: Reanalysis of the COVID protein. Nature, 531(7592), 118–121.
A to Z Randomized Clinical Trial. Frontiers https://doi.org/10.1038/nature17200
in Immunology, 12(May), 10–13. Kumari, P., Dembra, S., Dembra, P., Bhawna, F.,
https://doi.org/10.3389/fimmu.2021.674681 Gul, A., Ali, B., Sohail, H., Kumar, B.,
Hidayah, S. N., Izah, N., & Andari, I. D. (2020). Memon, M. K., & Rizwan, A. (2020). The
Peningkatan Imunitas dengan Konsumsi Role of Vitamin C as Adjuvant Therapy in
Vitamin C dan Gizi Seimbang Bagi Ibu COVID-19. Creative Commons Attribution
Hamil Untuk Cegah Corona Di Kota Tegal. License, 12(11), 10–13.
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian https://doi.org/10.7759/cureus.11779
Nusantara, 4(1 SE-Artikel), 170–174. Liu, F., Zhu, Y., Zhang, J., Li, Y., & Peng, Z.
https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/PPM/art (2020). Intravenous high-dose vitamin C for
icle/view/14641 the treatment of severe COVID-19: Study
Hiedra, R., Lo, K. B., Elbashabsheh, M., Gul, F., protocol for a multicentre randomised
Wright, R. M., Albano, J., Azmaiprashvili, controlled trial. BMJ Open, 10(7).
Z., & Patarroyo Aponte, G. (2020). The Use https://doi.org/10.1136/bmjopen-2020-
of IV vitamin C for patients with COVID-19: 039519
a single center observational study. Expert Maggini, S., Wintergerst, E. S., Beveridge, S., &
Review of Anti-Infective Therapy, 00(00), 1– Hornig, D. H. (2007). Selected vitamins and
3. trace elements support immune function by
https://doi.org/10.1080/14787210.2020.1794 strengthening epithelial barriers and cellular
819 and humoral immune responses. British
Huang, L., Wang, L., Tan, J., Liu, H., & Ni, Y. Journal of Nutrition, 98(SUPPL. 1), 29–35.
(2021). High-dose vitamin C intravenous https://doi.org/10.1017/S0007114507832971
infusion in the treatment of patients with Milani, G. P., Macchi, M., & Guz-Mark, A.
COVID-19: A protocol for systematic review (2021). Vitamin c in the treatment of covid-
and meta-analysis. Medicine, 100(19), 19. Nutrients, 13(4), 1–10.
e25876. https://doi.org/10.3390/nu13041172
https://doi.org/10.1097/MD.00000000000258 Rahman, S., & Bahar, T. (2020). COVID-19: The
76 New Threat. International Journal of
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Infection, 7(1), 1–6.
Menghadapi Coronavirus Disease (COVID- https://doi.org/10.5812/iji.102184
19). In L. Aziza, A. Aqmarina, & M. Ihsan Rothan, H. A., & Byrareddy, S. N. (2020).
(Eds.), Direktorat jenderal Pencegahan dan Review article The epidemiology and
pengendalian Penyakit. Kementerian pathogenesis of coronavirus disease
Kesehatan Republik Indonesia. (COVID-19) outbreak. Journal of
http://fe.unj.ac.id/wp- Autoimmunity, 109, 1–4.
content/uploads/2020/03/REV- https://doi.org/10.1016/j.jaut.2020.102433
02_Pedoman_Kesiapsiagaan_COVID-19_- Schloss, J., Lauche, R., Harnett, J., Hannan, N.,

Suryati, Oktober 2021 39


Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol. 4 No. 2
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

Brown, D., Green, T., & Steel, A. (2020). https://doi.org/10.1016/j.jinf.2020.04.012


Efficacy and safety of vitamin C in the Yang, J., Zheng, Y., Gou, X., Pu, K., Chen, Z., &
management of acute respiratory infection Guo, Q. (2020). Prevalence of comorbidities
and disease: A rapid review. Advances in and its effects in patients infected with
Integrative Medicine, 7(4), 187–191. SARS-CoV-2: a systematic review and meta-
https://doi.org/10.1016/j.aimed.2020.07.008 analysis. International Journal of Infectious
Siahkali, S. J. M., Zarezade, B., Koolaji, S., Diseases, 94, 91–95.
SeyedAlinaghi, S. A., Zendehdel, A., https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.03.017
Tabarestani, M., Sekhavati Moghadam, E., Zhang, J., Rao, X., Li, Y., Zhu, Y., Guo, G., Luo,
Abbasian, L., Dehghan Manshadi, S. A., G., Hospital, T., Meng, Z., De Backer, D.,
Salehi, M., Hasannezhad, M., Ghaderkhani, Xiang, H., & Peng, Z.-Y. (2020). High-dose
S., Meidani, M., Salahshour, F., Jafari, F., vitamin C infusion for the treatment of
Manafi, N., & Ghiasvand, F. (2021). Safety critically ill COVID-19. Research Square, 1–
and effectiveness of high-dose vitamin C in 23.
patients with COVID-19: a randomized https://doi.org/https://doi.org/10.21203/rs.3.rs
open-label clinical trial. European Journal of -52778/v1
Medical Research, 26(1), 1–9. Zhang, J., Rao, X., Li, Y., Zhu, Y., Liu, F., Guo,
https://doi.org/10.1186/s40001-021-00490-1 G., Luo, G., Meng, Z., De Backer, D., Xiang,
Thomas, S., Patel, D., Bittel, B., Wolski, K., H., & Peng, Z. (2021). Pilot trial of high-dose
Wang, Q., Kumar, A., Il’Giovine, Z. J., vitamin C in critically ill COVID-19 patients.
Mehra, R., McWilliams, C., Nissen, S. E., & Annals of Intensive Care, 11(1), 1–25.
Desai, M. Y. (2021). Effect of High-Dose https://doi.org/10.1186/s13613-020-00792-3
Zinc and Ascorbic Acid Supplementation vs Zhao, B., Ling, Y., Li, J., Peng, Y., Huang, J.,
Usual Care on Symptom Length and Wang, Y., Qu, H., Gao, Y., Li, Y., Hu, B.,
Reduction among Ambulatory Patients with Lu, S., Lu, H., Zhang, W., & Mao, E. (2021).
SARS-CoV-2 Infection: The COVID A to Z Beneficial aspects of high dose intravenous
Randomized Clinical Trial. JAMA Network vitamin C on patients with COVID-19
Open, 4(2), 1–10. pneumonia in severe condition: a
https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.20 retrospective case series study. Annals of
21.0369 Palliative Medicine, 10(2), 1599–1609.
Wang, D., Hu, B., Hu, C., Zhu, F., Liu, X., Zhang, https://doi.org/10.21037/apm-20-1387
J., Wang, B., Xiang, H., Cheng, Z., Xiong, Zhao, B., Liu, M., Liu, P., Peng, Y., Huang, J., Li,
Y., Zhao, Y., Li, Y., Wang, X., & Peng, Z. M., Wang, Y., Xu, L. L., Sun, S., Qi, X.,
(2020). Clinical Characteristics of 138 Ling, Y., Li, J., Zhang, W., Mao, E., & Qu, J.
Hospitalized Patients With 2019 Novel (2021). High Dose Intravenous Vitamin C for
Coronavirus–Infected Pneumonia in Wuhan, Preventing The Disease Aggravation of
China. JAMA, 323(11), 1061–1069. Moderate COVID-19 Pneumonia. A
https://doi.org/10.1001/jama.2020.1585 Retrospective Propensity Matched Before-
Williams, A. M., Ladva, C. N., Leon, J. S., After Study. Frontiers in Pharmacology,
Lopman, B. A., Tangpricha, V., & 12(April), 1–9.
Whitehead, R. D. (2019). Changes in https://doi.org/10.3389/fphar.2021.638556
micronutrient and inflammation serum
biomarker concentrations after a norovirus
human challenge. Am J Clin Nut, 110, 1456–
1464. https://doi.org/10.1093/ajcn/nqz201
Xu, B., Fan, C., Wang, A., Zou, Y., Yu, Y., & He,
C. (2020). Suppressed T cell-mediated
immunity in patients with COVID-19: A
clinical retrospective study in Wuhan, China.
Journal of Infection, 81, 51–60.

Suryati, Oktober 2021 40


PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI
IMUNOMODULATOR PASIEN TERINFEKSI COVID-19
The Effect of Giving Vitamin C Supplements as The Immunomodulator of Covid-19
Infected Patients

Faiz Maulana1, Burhannudin Ichsan2, Safari Wahyu Jatmiko3, Devi Usdiana Rosyidah4
1
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
3
Departemen Imunologi Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
4
Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Korespondensi: dr. Burhannudin Ichsan,MMed,MKes, Email: Burhannudin.Ichsan@ums.ac.id

ABSTRAK

Latar belakang: Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini terutama menyerang reseptor enzim-2 pengubah angiotensin
(ACE2), terutama menyerang paru-paru dengan gejala utama pernapasan seperti demam, batuk, flu, dan
dyspnea. Penularan terjadi melalui aerosol, droplet dan penularan melalui fecal-oral. Pada kasus yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, dan bahkan kematian. Sistem kekebalan
memiliki peran utama dalam melawan berbagai jenis infeksi tetapi untuk membuat kekebalan sel yang
berfungsi dengan baik diperlukan beberapa suplemen seperti vitamin C. Kajian ini ditulis untuk melihat
secara khusus pengaruh dari vitamin C terhadap respon tubuh sebagai proses pencegahan dan
pengobatan COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi systematic review yang
menggunakan database berbasis online meliputi PubMed, Science Direct, dan Cochrane antara tahun
2010 sampai 2020. Telaah jurnal dilakukan pada 334 jurnal ilmiah dan didapatkan 10 jurnal yang sesuai
dengan kriteria restriksi dan PICO. Hasil: Hasil telaah 10 jurnal didapatkan bahwa vitamin C mampu
mempercepat proses penyembuhan, memodulasi sitokin inflamasi, dan menurunkan kerusakan organ
pada objek penelitian dan berpotensi meningkatkan kesembuhan terhadap pasien terinfeksi COVID-19.
Kesimpulan: Penggunaan vitamin C pada penderita penyakit COVID-19 mungkin layak secara klinis
dalam pengobatan maupun pencegahannya.

Kata Kunci: COVID-19, SARS-CoV-2, Imunomodulator, Vitamin C, Inflamasi

ABSTRACT

Introduction: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is a disease caused by a new type of


Coronavirus which is then named Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). The
virus primarily attacks the angiotensin converting enzyme-2 (ACE2) receptors, primarily attacking the
lungs with the main respiratory symptoms such as fever, cough, flu and dyspnea. Transmission occurs
through aerosols, droplets and fecal-oral transmission. In severe cases it can cause pneumonia, acute
respiratory syndrome, and even death. The immune system has a major role in fighting various types of
infections but to make immune cells function properly some supplements such as vitamin C. This study
was written to look specifically at the effect of vitamin C on the body's response as a process of
prevention and treatment of COVID-19. Methods: This study uses a systematic review study method that
uses online-based databases including PubMed, Science Direct, and Cochrane between 2010 and 2020.
The journal review was conducted on 334 scientific journals and found 10 journals that fit the restriction
criteria and PICO. Results: A review of 10 journals found that vitamin C is able to accelerate the healing
process, modulate inflammatory cytokines, and reduce organ damage in research objects and has the
potential to improve recovery in patients infected with COVID-19. Conclusion: The use of vitamin C in
sufferers of COVID-19 may be clinically feasible in its treatment and prevention.

Keywords: COVID-19, SARS-CoV-2, Immunomodulator, Vitamin C, Inflammatory

155 | ISSN: 2721-2882


PENDAHULUAN angiotensin (ACE2) di paru-paru (Wang, et

Coronavirus Disease 2019 al., 2020). Penularan dari manusia ke

(COVID-19) merupakan penyakit menular manusia merupakan cara penularan yang

yang disebabkan oleh Severe Acute paling dapat diterima yaitu melalui aerosol,

Respiratory Syndrome Coronavirus2 droplet dan penularan melalui fecal-oral

(SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 adalah juga telah diklarifikasi (Rothan & Byraredy,

coronavirus jenis baru yang belum pernah 2020).

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Informasi menunjukkan sampai

Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang tanggal 7 Oktober 2020, dari 216 Negara

diketahui menyebabkan penyakit yang dapat kasus global sebanyak 17.660.523

menimbulkan gejala berat seperti Middle terkonfirmasi COVID-19, dan 680.894

East Respiratory Syndrome (MERS) dan kasus kematian. Sedangkan di Indonesia

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pemerintah telah mengumumkan 311.176

Masa inkubasi rata-rata mulai dari lima kasus konfirmasi COVID-19, 11.374 kasus

sampai enam hari dengan masa inkubasi meninggal dan 236.437 kasus sembuh dari

terpanjang dua minggu. Pada kasus COVID- 424 kabupaten/kota di seluruh 34 provinsi

19 yang berat dapat menyebabkan (KEMENKES, 2020).

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal Sampai saat ini belum ada

ginjal, dan bahkan kematian (KEMENKES, pengobatan farmakologis khusus untuk

2020). melawan COVID-19 (Chen, et al., 2020).

WHO mengumumkan COVID-19 Sehingga dengan mengedukasi masyarakat

sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020 untuk menyesuaikan gaya hidup sehat dan

(Yang, et al., 2020). SARS-CoV-2 terutama mengonsumsi lebih banyak makanan sehat

menyerang paru-paru dengan menghasilkan akan lebih membantu untuk memerangi

gejala utama pernapasan seperti demam, pandemi COVID-19 ini (Savarino, et al.,

batuk, flu, dan dyspnea. Virus ini terutama 2003). Sistem kekebalan memiliki peran

menyerang reseptor enzim-2 pengubah utama dalam melawan berbagai jenis infeksi

156 | ISSN: 2721-2882


tetapi untuk membuat kekebalan sel yang vitamin C sebagai proses pencegahan dan

berfungsi dengan baik diperlukan beberapa pengobatan COVID-19.

suplemen seperti vitamin C (Guidance,

2020). Vitamin ini memiliki peran utama METODE

dalam menjaga kekebalan fungsi sel Desain penelitian ini menggunakan

(Maggini, et al., 2007). metode studi systematic review. Systematic

Vitamin C bermanfaat untuk review adalah ringkasan literatur kedokteran

mengatasi beberapa komplikasi seperti pada yang menggunakan metode ekspilisit dan

Acute Respiratory Distress Syndrome dapat dibuat kembali untuk mencari secara

(ARDS), kegagalan multi organ, badai sistematis, menilai secara kritis, dan

sitokin, dan kerusakan sel yang disebabkan mensintesis tentang masalah tertentu.

oleh SARS-CoV-2 dan infeksi virus lainnya Metode ini mensintesis hasil beberapa studi

(Mehrtens, et al., 2017). Vitamin C utama yang terkait satu sama dengan yang

bertindak sebagai antioksidan kuat dan lain menggunakan strategi yang mengurangi

membantu mengais semua jenis sel yang bias dan kesalahan acak (Gopalakrishnan

rusak, itulah sebabnya vitamin C dianggap dan Ganeshkumar, 2013). Lokasi pencarian

membantu dalam SARS-CoV-2 dan infeksi artikel review yang digunakan pada

virus lainnya (Kirchdoerfer, et al., 2016). systematic review kali ini ditujukan untuk

Mengonsumsi vitamin C secara intravena seluruh ras dan etnis di dunia. Limitasi batas

juga memiliki efek yang kuat untuk waktu pencarian berupa jurnal yang terbit

menurunkan terjadinya infeksi virus (Fowler, pada tahun 2010-2020.

et al., 2017). Pencarian artikel review yang

Kajian ini merupakan kajian untuk digunakan pada systematic review ini

melihat secara khusus pengaruh dari vitamin menggunakan database berbasis online

C terhadap respon tubuh manusia sehingga meliputi PubMed, Science Direct, dan

penting dilakukan penelitian lebih lanjut Cochrane, untuk mencari jurnal evidence

untuk membuktikan pemberian suplemen based medicine dengan kata kunci pencarian

157 | ISSN: 2721-2882


COVID-19 or SARS-CoV-2 or Coronavirus, yang sesuai dengan kriteria restriksi serta

Cytokine storms, CRP (C-Reactive protein), menggunakan PICO (patient, intervention,

Immunomodulator, Inflammatory, comparison, outcome) (Tabel 1) sebagai

Interleukin, dan Vitamin C atau Ascorbid sarana untuk menentukan ketentuan jurnal

acid. yang digunakan.

Proses analisis data dimulai dengan Tabel 1. PICO

ekstraksi data dengan membuat tabel yang PICO Keterangan

berisi: nama penulis, tahun, desain, sampel, Patient Sampel dengan atau tanpa

negara, metode, lama intervensi, intervensi, penyakit saluran pernapasan

pembanding, hasil. terutama COVID-19

Langkah penelitian ini mengacu Intervention Suplementasi vitamin C

pada protokol systematic review yaitu pada experimental study

(Lianeres-Espinos, et al, 2018): Comparison Sampel tanpa pemberian

1. Merumuskan pertanyaan klinis dengan vitamin C pada proses

metode PICO (Problem, Intervention, pengobatan atau dengan

Comparison, Outcome). plasebo

2. Memakai kriteria inklusi dan eksklusi Outcome Proses penyembuhan atau

3. Mencari jurnal pada e-database/search sitokin inflamasi atau

engine dan menggunakan kata kunci kerusakan organ

yang dikehendaki.

4. Menyaring abstrak jurnal dengan metode Kriteria inklusi yang digunakan

PRISMA (Preferred Reporting Items for pada penelitian ini meliputi:

Systematic Reviews and Meta-analyses). 1. Jurnal penelitian yang didalamnya

5. Analisis hasil studi secara naratif mencakup dua atau lebih kata kunci

(kualitatif) dengan ekstraksi data. pencarian pada database pencarian.

Variabel yang digunakan pada 2. Penelitian asli pada sampel dengan atau

penelitian ini mengacu pada jurnal penelitian tanpa penyakit saluran pernapasan yang

158 | ISSN: 2721-2882


bertujuan untuk menganalisa proses 3. Proses penyembuhan : suatu penanda

penyembuhan atau pencegahan. yang dapat menggambarkan keadaan

3. Penelitian dengan menilai kadar sitokin seseorang pada suatu penyakit

inflamasi. 4. Sitokin inflamasi : protein yang

4. Penelitian dengan menilai kerusakan dihasilkan oleh sistem imun tubuh

organ. sebagai penanda proses inflamasi\

5. Penelitian merupakan experimental study 5. Kerusakan organ : suatu keadaan


seperti studi Randomised controlled trial, terjadinya kerusakan organ yang

Quasi-Randomised controlled trial, dan ditandai oleh indikator tertentu untuk

Non-Randomised controlled trial. menilai kualitas rusaknya suatu organ.

Adapun kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah Jurnal penelitian diluar HASIL DAN PEMBAHASAN

publikasi. 1. Hasil Pencarian

Definisi operasional dalam variabel Hasil pencarian menunjukkan

penelitian ini meliputi: temuan jurnal sebanyak 334 jurnal dan

1. Jurnal penelitian yang melingkupi dua sebanyak 16 jurnal tersaring untuk

atau lebih kata kunci pencarian pada dilakukan tinjauan lebih lanjut. Dari 16

database pencarian : artikel penelitian jurnal tersebut, terpilih jurnal sejumlah

jurnal yang didalamnya terdapat dua 10 yang termasuk dalam kriteria (Gambar

atau lebih kata kunci pencarian yang 1).

telah ditentukan dalam penelitian 2. Karakteristik Artikel

systematic review ini Penelitian tentang potensi

2. Jurnal Penelitian diluar publikasi : vitamin C dalam menurunkan kejadian

artikel penelitian jurnal yang tidak common cold pada tentara dilakukan oleh

terdapat dalam database pencarian Kim et al (2020) dari Korea yang

dipublikasikan dalam British Medical

159 | ISSN: 2721-2882


Journal (BMJ) menggunakan desain (kadar protein C-reaktif) kepada pasien

studi Randomized placebo-Controlled, dengan sepsis dan Acute Respiratory

and double-blind Trial (RCT) dengan Distress Syndrome (ARDS) dengan

jumlah sampel yang masuk dalam studi menggunakan studi Multicenter,

sebanyak 1444 partisipan yaitu tentara Randomized placebo-Controlled, and

yang terdaftar di Pusat Pelatihan Tentara double-blind Trial (RCT) yang

Korea selama 30 hari dari 12 Februari dipublikasikan dalam Journal of Applied

hingga 13 Maret 2018. Managerial Accounting (JAMA)

Dalam penelitian mengenai dilakukan dari September 2014 hingga

pengaruh vitamin C pada peradangan dan November 2017 di Amerika Serikat.

biomarker metabolik pada orang dewasa Pada penelitian yang dilakukan

yang dipublikasi dalam Dove Press oleh Bohlooli et al (2012) di Iran dalam

Journal (DPJ), Ellulu et al (2015) Journal of Sports Medicine tentang

melakukan studi kepada 64 pasien pengaruh suplementasi vitamin C dosis

obesitas, yang hipertensi dan /atau sedang pada peroksidasi lipid yang

diabetes dan memiliki tingkat biomarker diinduksi latihan, kerusakan otot, dan

inflamasi yang tinggi, dari pusat inflamasi kepada enam belas orang sehat,

perawatan kesehatan primer di kota Gaza, tidak merokok, dan tidak terlatih,

Palestina, digunakan studi Open-label, digunakan studi Randomized placebo-

parallel, Randomized Controlled Trial Controlled, Trial (RCT) dan pemeriksaan

(RCT) dengan intervensi yang dilakukan dilakukan dengan pengambilan sampel

selama 8 minggu. darah sebelum suplementasi, 2 jam

Pada tahun 2019, Fowler et al setelah suplementasi (segera sebelum

menilai perubahan dalam kegagalan latihan), segera, 2 dan 24 jam setelah

organ yang dinilai dengan skor latihan.

Sequential Organ Failure Assessment Penelitian yang membahas

(SOFA) dan biomarker inflamasi plasma tentang penggunaan High-dose

160 | ISSN: 2721-2882


Intravenous Vitamin C (HDIVC) untuk vitamin C pada aktivitas fisik dan infeksi

pengobatan COVID-19 dalam British saluran pernafasan selama puncak musim

Medical Journal (BMJ) dengan studi dingin menggunakan desain studi

Multicenter, Randomized placebo- Randomized placebo-Controlled, and

Controlled Trial (RCT) dilakukan oleh double-blind Trial (RCT) dengan sampel

Liu et al (2020) di Wuhan, Hubei, China sebanyak 28 orang dalam penelitian

kepada 54 peserta dalam penelitian selama delapan minggu yang

dengan menilai hasil primer adalah hari dipublikasikan dalam Nutrients Journal.

tanpa ventilasi dalam 28 hari pengamatan Dari Slovakia, Garaiova et al

(IMVFD28) dan hasil sekunder adalah (2015) dalam European Journal of

kematian 28 hari, kegagalan organ, dan Clinical Nutrition meneliti tentang

perkembangan inflamasi. Uji coba probiotik dan vitamin C untuk

dilakukan dari 14 Februari 2020 hingga pencegahan infeksi saluran pernapasan

30 September 2020. pada anak-anak pada 33 anak pra-sekolah

Dalam studi Randomized dengan studi Randomized placebo-

placebo-Controlled, and single-blind Controlled, and double-blind Trial (RCT)

Trial (RCT) yang dilakukan oleh Chang selama 6 bulan.

et al (2020) di Iraq dalam Chest Journal Penelitian oleh Constantini et al

menunjukkan jumlah sampel sebanyak (2011) melakukan uji tentang Pengaruh

80 pasien dengan sepsis atau syok septik. vitamin C pada infeksi saluran

Hasil utama adalah 28 hari penyebab pernapasan atas pada perenang remaja di

kematian, dan hasil sekunder adalah Yerusalem, Israel, dengan tujuan untuk

perlindungan organ. Penelitian menentukan apakah suplementasi vitamin

dihentikan setelah analisis tengah C 1 g / hari mempengaruhi laju, panjang,

semester. atau keparahan URI pada perenang

Di USA, Johnston et al (2014) remaja yang dipublikasikan dalam The

melakukan studi dengan meneliti dampak European Journal of Pediatrics dengan

161 | ISSN: 2721-2882


lama penelitian selama tiga bulan musim Trial (RCT) dimana uji dilakukan pada

dingin, di antara 39 perenang muda yang pasien PPOK dengan URTI akut dengan

kompetitif. intervensi diberikan sampai hari ke-14

Artikel terakhir dari yang masuk dan analisis dilakukan sebelum dan

dalam tinjauan literatur ini ditulis oleh sesudah pengobatan sampai minggu ke

Isbaniah et al (2011) dari Indonesia empat dari awal penelitian yang

menggunakan desain studi Single-centre, dipublikasikan dalam Journal of Clinical

Randomized placebo-Controlled, double- Pharmacy and Therapeutics.

blind, three-arm, and parallel-group

Id Records identified through database


ent searching Additional records identified
ifi (n= 334) through other sources
cat PubMed (n=318) (n = 0)
io Science Direct (n=15)
n Cochrane (n=1)

Sc Records after duplicates removed


re (n= 292)
eni
ng
Records excluded
(n = 276)
Records screened Title not relevant (n=209)
(n= 292) Non experimental study (n= 18)
No disease of interest (n= 40)
No intervention of interest (n= 9)
Eli
gi
bil
Full-text articles excluded,
ity Full-text articles assessed
based on criteria inclusion,
for eligibility
exclusion, and PICO
(n= 16)
(n= 6)
In
clu
de
d Studies included in
quantitative synthesis
(n= 10)

Gambar 1. Flowchart Diagram PRISMA


162 | ISSN: 2721-2882
Tabel 2. Karakteristik Artikel Penelitian

No Author Desain Studi Negara Metode, Lama Intervensi Nama Jurnal


(Tahun)

1 (Kim, et Randomized Korea Uji coba acak, terkontrol plasebo, dan tersamar ganda British Medical
al., placebo- terhadap tentara yang terdaftar di Pusat Pelatihan Journal (BMJ)
2020) Controlled, Tentara Korea selama 30 hari dari 12 Februari hingga
and double-blind 13 Maret 2018.
Trial (RCT)
2 (Ellulu, Open-label, Gaza, Sebanyak 33 pasien diacak menjadi kelompok Dove Press
et al., parallel, Palestin kontrol dan 31 pasien diacak menjadi kelompok Journal (DPJ)
2015) Randomized a eksperimen. Intervensi dilakukan selama 8 minggu.
Controlled Trial
(RCT)
3 (Fowler, Multicenter, Amerik Menilai perubahan dalam kegagalan organ yang Journal of
et al., Randomized a dinilai dengan skor Sequential Organ Failure Applied
2019) placebo- Serikat Assessment dan biomarker inflamasi plasma (kadar Managerial
Controlled, protein C-reaktif) diukur pada 0, 48, 96, dan 168 jam. Accounting
and double-blind Studi dilakukan dari September 2014 hingga (JAMA)
Trial (RCT) November 2017.
4 (Bohloo Randomized Iran Subjek secara acak dibagi menjadi salah satu dari dua Journal of Sports
li, et al., placebo- kelompok: 1) Plasebo (P) dan 2) Vitamin C (VC). Medicine
2012) Controlled, Trial Sampel darah diambil sebelum suplementasi, 2 jam
(RCT) setelah suplementasi (segera sebelum latihan), segera,
2 dan 24 jam setelah latihan.
5 (Liu, et Multicenter, Wuhan, Peserta secara acak akan menerima High-dose British Medical
al., Randomized Hubei, Intravenous Vitamin C (HDIVC) yang diencerkan Journal (BMJ)
2020) placebo- China dalam air steril atau plasebo selama 7 hari setelah
Controlled Trial mendaftar. Hasil utama adalah hari tanpa ventilasi
(RCT) dalam 28 hari pengamatan (IMVFD28), Hasil
sekunder adalah kematian 28 hari, kegagalan organ,
dan perkembangan inflamasi. Uji coba dilakukan dari
14 Februari 2020 hingga 30 September 2020.
6 (Chang, Randomized Iraq Uji coba terkontrol acak tersamar tunggal Chest Journal
et al., placebo- mengevaluasi pengobatan dengan hidrokortison,
2020) Controlled, vitamin C, dan tiamin vs plasebo pada pasien dengan
and single-blind sepsis. Hasil utama adalah 28 hari penyebab
Trial (RCT) kematian, dan hasil sekunder adalah perlindungan
organ. Penelitian dihentikan setelah analisis tengah
semester.
7 (Johnsto Randomized USA Studi ini meneliti dampak vitamin C pada aktivitas Nutrients
n, et al., placebo- fisik dan infeksi saluran pernafasan selama puncak Journal
2014) Controlled, musim dingin. Pria dewasa sehat bebas rokok (18-35
and double-blind tahun; BMI <34 kg/m2; vitamin C plasma <45
Trial (RCT) μmol/L) menerima 1000 mg vitamin C setiap hari ( n
= 15) atau plasebo ( n = 13) dalam uji coba delapan
minggu secara acak, tersamar ganda.
8 (Garaio Randomized Slovaki Anak-anak berusia 3-6 tahun, menerima 1,25 × 1010 European
va, et placebo- a unit pembentuk koloni Lactobacillus acidophilus Journal of
al., Controlled, (CUL21) (NCIMB 30156), Lactobacillus acidophilus Clinical
2015) and double-blind (CUL60) (NCIMB 30157), Bifidobacterium bifidum Nutrition
Trial (RCT) (CUL20) (NCIMB 30153) dan Bifidobacterium
animalis subsp. lactis (CUL34) (NCIMB 30172)
ditambah 50 mg vitamin C dengan dasar xylitol atau

163 | ISSN: 2721-2882


plasebo (xylitol) setiap hari selama 6 bulan.
9 (Consta Randomized Yerusal Percobaan acak, tersamar ganda, terkontrol plasebo The European
ntini, et placebo- em, selama tiga bulan musim dingin, di antara 39 Journal of
al., Controlled, Israel perenang muda yang kompetitif untuk menentukan Pediatrics
2011) and double-blind apakah suplementasi vitamin C 1000mg/ hari
Trial (RCT) mempengaruhi laju, panjang, atau keparahan Upper
Respiratory Infections (URI) pada perenang remaja
10 (Isbania Single-centre, Indones Uji dilakukan pada pasien PPOK dengan URTI akut. Journal of
h, et al., Randomized ia Pasien diberi siprofloksasin selama 7 hari dan Clinical
2011) placebo- tambahan satu tablet Echinacea purpurea (EP) per Pharmacy and
Controlled, hari, EP bersama dengan seng, selenium dan asam Therapeutics
double-blind, askorbat (EP+), atau plasebo sampai hari ke-14.
three-arm, and Kadar TNF α serum dan interleukin 1β, 6 dan 10
parallel-group diukur sebelum dan sesudah pengobatan, hingga
Trial (RCT) minggu ke-4 pasca pengobatan.
Keterangan : PPOK = Penyakit Paru Obstruktif Kronis, URTI = Upper Respiratory Tract Infection

Tabel 3. Data Demografi Responden


No Author (Tahun) Populasi Jenis Kelamin (jumlah) Usia Pasien (Tahun)
(jumlah) Laki-laki Perempuan
1 (Kim, et al., 2020) 1444 1444 0 21 ± 3

2 (Ellulu, et al., 72 22 50 50.69 ± 7.98 (VC)


2015) dan 50.67 ± 9.11 (P)
3 (Fowler, et al., 167 90 77 54.8 ± 16.7
2019)
4 (Bohlooli, et al., 16 Tidak dilaporkan Tidak dilaporkan 21.5 ± 0.8 (VC) dan
2012) 22.1 ± 0.6 (P)
5 (Liu, et al., 2020) 54 36 18 67,4 ± 12,4

6 (Chang, et al., 80 80 0 59.5 ± 15.0


2020) (pengobatan) dan
63.7 ± 12.8 (kontrol)
7 (Johnston, et al., 28 Tidak dilaporkan Tidak dilaporkan 23.0 ± 3.1
2014) (intervensi) dan 23.2
± 4.3 (plasebo)
8 (Garaiova, et al., 66 34 32 4.9 ± 0.8 (kombinasi
2015) VC) dan 5.0 ± 0.7
(P)
9 (Constantini, et al., 39 22 17 13,8 ± 1,6
2011)
10 (Isbaniah, et al., 105 101 4 65 ± 8
2011)
Keterangan: VC = Vitamin C

164 | ISSN: 2721-2882


Tabel 4. Intervensi dan Hasil Penelitian dari Tinjauan Pustaka

No Author Intervensi Pembanding Outcome Ringkasan Hasil


(Tahun) (Jumlah) (Jumlah)

1 (Kim, et al., Vitamin C Plasebo : Proses Kelompok vitamin C memiliki risiko


2020) 6000 mg /hari Vitamin C penyembuhan 0.80 kali lebih rendah terkena penyakit
(n=695) 0mg/hari pernapasan dibandingkan kelompok
(n=749) placebo dengan nilai p=0.0419 (OR:
0.80 (0.64 hingga 0.99)).
2 (Ellulu, et al., Vitamin C Kelompok Sitokin Setelah 8 minggu pengobatan vitamin C
2015) 500 mg dua kontrol : tanpa inflamasi secara signifikan mengurangi kadar
kali sehari perlakuan protein C-reaktif sensitivitas tinggi (hs-
(n=31) (n=33) CRP) dan interleukin 6 (IL-6) (secara
keseluruhan: P<0.001).
3 (Fowler, et al., Vitamin C Plasebo : Sitokin Infus vitamin C selama 96 jam
2019) intravena 50 dekstrosa 5% inflamasi, dibandingkan dengan plasebo tidak
mg / kg dalam dalam air setiap kerusakan secara signifikan meningkatkan skor
dekstrosa 5% 6 jam selama organ disfungsi organ (SOFA) (p=0.86) atau
dalam air 96 jam (n=83) mengubah biomarker inflamasi (p=0.33).
setiap 6 jam
selama 96 jam
(n=84)
4 (Bohlooli, et Vitamin C Plasebo : Sitokin Malondealdehyde (MDA) meningkat
al., 2012) 500mg dalam 500mg lactosa inflamasi, pada kelompok P setelah latihan
kapsul (n=8) dalam kapsul kerusakan (p<0.05). Creatinin Kinase (CK)
(n=8) organ meningkat pada kelompok P setelah 24
jam latihan (p<0.05). Tanda peradangan
(total leukosit, neutrofil, CRP, dan IL-6)
meningkat di keduanya (p<0.05).
5 (Liu, et al., Vitamin C Plasebo : 50mL Sitokin IMVFD28 adalah 26,5 hari pada
2020) intravena 24 g air steril (n=28) inflamasi, HDIVC, dan 10,5 hari pada kelompok
/ hari proses plasebo (p=0.56). Pasien dengan skor
(Vitamin C penyembuhan, SOFA >3 pada kelompok HDIVC
12g dalam air kerusakan menunjukkan penurunan yang signifikan
steril 50mL) organ dalam mortalitas 28 hari (P=0.05).
(n=26). Selama masa pengobatan 7 hari,
PaO2/FiO2 pada kelompok HDIVC lebih
baik dibandingkan pada kelompok
kontrol (P=0.01). Selama masa
pengobatan 7 hari, PaO2/FiO2 pada
kelompok HDIVC lebih baik
dibandingkan pada kelompok kontrol
(P=0.01). IL-6 pada kelompok HDIVC
lebih rendah dibandingkan pada
kelompok plasebo (p=0.04).
6 (Chang, et al., Vitamin C Plasebo : saline Proses Pada kombinasi pengobatan dikaitkan
2020) (1500 mg normal (n=40) penyembuhan, dengan peningkatan yang signifikan dari
setiap 6 jam kerusakan perubahan 72 jam dalam skor Sequential
selama 4 organ Organ Failure Assessment (p=0.02).
hari), Dalam analisis subkelompok yang
Hidrokortison ditentukan sebelumnya, pasien dari
(50mg setiap subkelompok pengobatan yang
6 jam selama didiagnosis dengan sepsis dalam waktu
7 hari), dan 48 jam menunjukkan kematian yang

165 | ISSN: 2721-2882


tiamin lebih rendah dari pada subkelompok
(200mg setiap kontrol (P=0.02).
12 jam selama
4 hari) (n=40)
7 (Johnston, et Vitamin C Plasebo (n=13) Proses Skor aktivitas fisik sedikit meningkat
al., 2014) 1000 mg penyembuhan pada kelompok vitamin C dibandingkan
setiap hari plasebo (p=0.10). Jumlah peserta yang
(n=15) melaporkan episode flu adalah 7 untuk
vitamin C dan 11 untuk kelompok
plasebo selama delapan minggu
percobaan (p=0.04). Durasi episode flu
berkurang 59% pada kelompok vitamin
C dibandingkan plasebo (p=0.06).
8 (Garaiova, et Kombinasi Plasebo : Proses Signifikansi penurunan angka kejadian
al., 2015) vitamin C 150 xylitol (n=33) penyembuhan infeksi saluran pernapasan atas pada
mg / hari kelompok intervensi dibanding
dalam xylitol kelompok plasebo (URTI; 33%,
(n=33) p=0.002).
9 (Constantini, et Vitamin C Plasebo (n=21) Proses Durasi infeksi saluran pernapasan 22%
al., 2011) 1000 mg / hari penyembuhan lebih pendek pada kelompok vitamin C,
(n=18) tetapi perbedaannya tidak bermakna
secara statistik. Vitamin C
memperpendek durasi infeksi pada
perenang pria sebesar 47% (95% CI: -
80% sampai - 14%), tetapi tidak
berpengaruh pada perenang wanita (+
17%, 95% CI: - 38% hingga + 71%).
Vitamin C menurunkan durasi dan
tingkat keparahan infeksi saluran
pernapasan pada perenang pria (masing-
masing P=0.003).
10 (Isbaniah, et Echinacea Plasebo (n=32) Sitokin EP kombinasi menghasilkan episode
al., 2011) tunggal inflamasi, eksaserbasi dengan keparahan yang lebih
(n=36), proses ringan dan lebih pendek secara
Echinacea penyembuhan signifikan setelah URTI dibandingkan
kombinasi : dengan plasebo yang menunjukkan efek
asam sinergis dari Echinacea dan
askorbat, seng mikronutrien. Pada kelompok EP
dan selenium kombinasi pasien memiliki IL-1β yang
(n=37) secara signifikan lebih tinggi pada
tingkat awal (p=0.01).
Keterangan : SOFA = Sequential Organ Failure Assessment, hs-CRP = high-sensitivity C Reactive
Protein, IMVFD28 = Invasive Mechanical Ventilation-Free Days in 28 days, HDIVC = High-dose
Intravenous Vitamin C, URTI = Upper Respiratory Tract Infections, PaO2/ FiO2 = Tekanan parsial
oksigen/ Fraksi oksigen yang dihirup

166 | ISSN: 2721-2882


Karakteristik jurnal publikasi COVID-19 dan Sitokin Inflamasi

penelitian berdasarkan kriteria inklusi Sudah lama dipercaya bahwa

dan eksklusi serta PICO ditunjukkan sitokin memainkan peran penting dalam

pada Tabel 2. Studi dengan metode imunopatologi selama infeksi virus.

Randomised controlled trial ditemukan Respons imun bawaan yang cepat dan

sejumlah 10 penelitian. Tujuh dalam 10 terkoordinasi dengan baik adalah garis

penelitian menyebutkan outcome pertahanan pertama melawan infeksi virus.

berdasarkan proses penyembuhannya, Namun, respon imun yang tidak teratur dan

lima jurnal didalamnya juga berlebihan dapat menyebabkan kerusakan

menyebutkan berdasarkan sitokin imun pada tubuh manusia (Channappanavar,

inflamasi, dan empat dalam jurnal 2016). Bukti yang relevan dari pasien

menyebutkan berdasarkan hasil human coronavirus (HcoV) yang sakit

kerusakan organ. parah memberi kesan bahwa tanggapan

3. Data Demografi Responden proinflamasi berperan dalam patogenesis

Pada setiap penelitian yang HcoV (Shaw, 2013).

masuk dalam tinjauan sistematik ini Kadar sitokin dan kemokin serum

menunjukkan data demografi responden secara signifikan lebih tinggi pada pasien

berupa banyaknya populasi, usia, dan dengan MERS berat dibandingkan pasien

jenis kelamin yang ditunjukkan dalam dengan MERS ringan sampai sedang (Kim,

Tabel 3. 2016). Peningkatan kadar sitokin dan

4. Jenis Intervensi dan Hasil kemokin serum pada pasien MERS terkait

Pada masing-masing jurnal dengan tingginya jumlah neutrofil dan

menunjukkan pemberian intervensi dan monosit di jaringan paru-paru dan darah

pembanding dari setiap kelompok tepi pasien, menunjukkan bahwa sel-sel ini

dengan melihat outcome untuk mungkin berperan dalam patologi paru

mendapatkan hasil yang ditunjukkan (Hosani, 2016). Fenomena serupa telah

pada Tabel 4. diamati pada pasien dengan infeksi SARS-

167 | ISSN: 2721-2882


CoV. 27–34 Produksi IFN-I atau IFN- α / β Makrofag mononuklear yang terakumulasi

adalah kunci respons pertahanan kekebalan menerima sinyal pengaktifan melalui IFN-

alami melawan infeksi virus, dan IFN-I α / β reseptor pada permukaannya dan

adalah molekul kunci yang memainkan menghasilkan lebih banyak kemoattraktan

peran antivirus pada tahap awal infeksi monosit (seperti CCL2, CCL7, dan CCL12),

virus (Zang, 2014). Pelepasan IFN yang yang mengakibatkan akumulasi makrofag

tertunda pada tahap awal infeksi SARS- mononuklear lebih lanjut. Makrofag

CoV dan MERS-CoV menghalangi respons mononuklear ini menghasilkan peningkatan

antivirus tubuh. Setelah itu, sitokin dan level sitokin proinflamasi (TNF, IL-6, IL1-

kemokin yang meningkat pesat menarik β, dan sintase oksida nitrat yang dapat

banyak sel inflamasi, seperti neutrofil dan diinduksi), sehingga meningkatkan

monosit, sehingga terjadi infiltrasi keparahan penyakit. Menipisnya makrofag

berlebihan dari sel inflamasi ke jaringan monosit inflamasi atau menetralkan sitokin

paru-paru dan dengan demikian cedera paru. inflamasi TNF tikus yang melindungi dari

Tampaknya dari penelitian ini bahwa infeksi SARS-CoV yang fatal. Selain itu,

sitokin dan respons kemokin yang tidak IFN- α / β atau sitokin proinflamasi yang

diatur dan / atau dibesar-besarkan oleh sel diturunkan dari makrofag mononuklear

yang terinfeksi SARS-CoV atau yang menginduksi apoptosis sel T, yang

terinfeksi MERS-CoV dapat memainkan selanjutnya menghalangi pembersihan virus

peran penting dalam patogenesis SARS (Davidson, 2015). Konsekuensi lain dari

atau MERS. replikasi virus yang cepat dan respon

Percobaan yang dilakukan pada sitokin / kemokin proinflamasi yang kuat

tikus menunjukkan replikasi cepat SARS- adalah induksi apoptosis pada sel epitel dan

CoV pada tikus BALB / c menginduksi endotel paru. IFN- αβ dan IFN- γ

pelepasan IFN- α / β, yang disertai dengan menginduksi infiltrasi sel inflamasi melalui

masuknya banyak makrofag mononuklear mekanisme yang melibatkan Fas ligand

inflamasi patogen (Channappanavar, 2016). (FasL) atau TRAIL – death receptor 5

168 | ISSN: 2721-2882


(DR5) dan menyebabkan apoptosis jalan dengan perubahan imunopatologis di paru-

nafas dan sel epitel alveolar (Herold, 2011). paru.

Apoptosis sel endotel dan sel epitel Tingkat ekspresi IL-1B, IFN- yang

merusak mikrovaskuler paru dan tinggi γ, IP-10, dan monocyte

penghalang sel epitel alveolar dan chemoattractant protein 1 (MCP-1) telah

menyebabkan kebocoran vaskuler dan terdeteksi pada pasien dengan COVID-19.

edema alveolar, yang akhirnya Sitokin inflamasi ini dapat mengaktifkan

menyebabkan hipoksia dalam tubuh. Oleh respons sel T helper tipe 1 (Th1) (Huang,

karena itu, mediator inflamasi memainkan 2020). Aktivasi Th1 adalah peristiwa kunci

peran utama dalam patogenesis ARDS. dalam aktivasi kekebalan tertentu

ARDS merupakan penyebab utama (Marchingo, 2020). Namun, tidak seperti

kematian pada pasien yang terinfeksi pasien SARS, pasien dengan COVID-19

SARS-CoV atau MERS-CoV. Sekarang juga mengalami peningkatan kadar sitokin

diketahui bahwa beberapa sitokin yang dikeluarkan sel Th2 (seperti IL-4 dan

proinflamasi (IL-6, IL-8, IL-1 β, IL-10), yang menghambat respons

granulocyte-macrophage olony-stimulating peradangan. Tingkat serum IL-2R dan IL-6

factor, dan reactive oxygen species) dan pada pasien dengan COVID-19 berkorelasi

kemokin (seperti CCL2, CCL-5, IFN) γ - positif dengan tingkat keparahan penyakit

protein 10 yang diinduksi (IP-10), dan (yaitu, pasien yang sakit kritis > pasien

CCL3) semuanya berkontribusi pada yang sakit parah > pasien biasa) (Chen,

terjadinya ARDS (Cameron, 2011). Hasil 2020). Penelitian lain menemukan bahwa,

ini mendukung sudut pandang bahwa, dibandingkan dengan pasien COVID-19

setelah infeksi SARS-CoV, titer virus yang dari bangsal umum, pasien di unit

tinggi dan disregulasi respons sitokin / perawatan intensif (ICU) menunjukkan

kemokin menyebabkan badai sitokin peningkatan kadar serum faktor perangsang

inflamasi. Badai sitokin inflamasi disertai koloni granulosit, IP-10, MCP-1, makrofag

inflamasi protein-1A, dan TNF- α. Studi di

169 | ISSN: 2721-2882


atas menunjukkan bahwa badai sitokin kegagalan multi-organ ekstrapulmoner

berkorelasi positif dengan tingkat (Stockman, 2016). Gejala tersebut

keparahan penyakit (Huang, 2020). menjelaskan sebagian dari tanda-tanda

Sebuah laporan tentang pneumonia kegagalan organ luar paru (seperti

terinfeksi virus corona tipe baru yang parah peningkatan enzim hati dan kreatinin) yang

menunjukkan bahwa 37 pasien (71,2%) terlihat pada beberapa pasien COVID-19

membutuhkan ventilasi mekanis, dan 35 tanpa gagal napas, menunjukkan bahwa

pasien (67,3%) menderita ARDS. Selain itu, badai sitokin inflamasi adalah penyebab

kematian pasien usia lanjut dengan ARDS kerusakan jaringan dan organ

meningkat secara signifikan (Yang, 2020). ekstrapulmoner.

Perubahan patologis inti pada ARDS adalah Singkatnya, infeksi virus korona

kerusakan jaringan paru dan interstisial tipe baru menyebabkan badai sitokin

yang disebabkan oleh infiltrasi sel inflamasi inflamasi pada pasien. Badai sitokin

nonspesifik (Force, 2012). Pelepasan menyebabkan ARDS atau kegagalan multi

sitokin lokal yang berlebihan adalah faktor organ ekstrapulmoner dan merupakan

penentu yang menginduksi perubahan faktor penting yang menyebabkan

patologis dan manifestasi klinis ini (Douda, eksaserbasi COVID-19 atau bahkan

2011). kematian (Ormani, 2020).

Pada COVID-19, badai sitokin

inflamasi terkait erat dengan perkembangan Patogenesis COVID-19 dalam Vitamin C

dan perkembangan ARDS. Tingkat serum Virus menyebabkan infeksi yang

sitokin meningkat secara signifikan pada sering dikaitkan dengan karakteristik

pasien dengan ARDS, dan derajat modifikasi redoks dari stres oksidatif.

peningkatan berkorelasi positif dengan Perubahan dalam homeostasis redoks dalam

angka kematian (Parsons, 2021). Badai sel yang terinfeksi adalah salah satu

sitokin juga merupakan faktor kunci dalam peristiwa penting di patogenesis infeksi

menentukan perjalanan klinis dari virus pernapasan di semua fase penyakit,

170 | ISSN: 2721-2882


berkontribusi pada reaksi inflamasi yang pada infeksi saluran pernapasan, kelebihan

parah dan selanjutnya kerusakan jaringan produksi mereka selama badai sitokin lebih

(Malyla, 2019). Redoks juga berubah merusak ke jaringan paru-paru daripada

menjadi bilangan teroksidasi memainkan virus itu sendiri.

peran penting dalam aktivasi berbagai jalur Sebagai mekanisme pertahanan

sel itu dibajak oleh virus untuk memastikan imunologi yang umum, imun sel

replikasi dan penekanannya respon imun menanggapi infeksi asing dengan

pasien. memproduksi sejumlah besar reactive

Virus menggunakan beberapa oxygen species (ROS) untuk

strategi untuk memanipulasi mesin sel menghancurkan organisme yang menyerang

inang untuk keuntungan mereka. (Gouleh, 2011). Pemeriksaan patologis dan

Diantaranya, ketidakseimbangan histologis sebelumnya menunjukkan hal itu

intraseluler keadaan redoks yang Coronavirus dan influenza menyebabkan

disebabkan oleh virus dapat memainkan regulasi turun yang signifikan sistem

peran penting dalam memodulasi aktivitas antioksidan saluran napas, yang

beberapa jalur pensinyalan. Oksidatif menyebabkan cedera paru-paru yang

ketidakseimbangan yang disebabkan oleh mematikan dan kematian akibat ARDS

infeksi virus (Fraternale, 2016), ikatan karena kerusakan oksidatif (Chen, 2020).

reseptor ligan atau badai sitokin dapat Otopsi patologi virus corona baru mirip

menyebabkan oksidasi lokal residu reaktif dengan ARDS yang diinduksi virus lainnya.

dari protein sensitif redoks. Peningkatan Dalam laporan 29 pasien dengan SARS-

oksidatif stres menyebabkan respon CoV-2 pneumonia, 27 (93%) menunjukkan

inflamasi sistemik karena meningkat peningkatan C reaktif protein sensitivitas

produksi sitokin, berkontribusi pada ARDS, tinggi (hs-CRP), penanda cedera stres

patologi kunci dalam kematian yang tinggi oksidatif (Wilson, 2013).

dari infeksi virus pernapasan akut (Fowler, Vitamin esensial ini memiliki peran

2017). Terlepas dari peran antivirus sitokin besar dalam aktivitas antivirus dan

171 | ISSN: 2721-2882


peningkatan kekebalan. Telah terbukti Vitamin C dosis tinggi mungkin

bahwa vitamin C adalah faktor penting merupakan agen terapeutik yang terbukti

dalam produksi interferon tipe I selama tidak hanya memperbaiki stres oksidatif dan

respon imun antivirus (Kim, 2013). Vitamin peradangan selama infeksi virus corona,

C juga telah terbukti meningkatkan regulasi tetapi juga menekan replikasi virus dan

sel natural killer (NK) dan aktivitas meningkatkan pertahanan kekebalan

limfosit T sitotoksik baik in vitro maupun antivirus dan fungsi adrenal.

in vivo (Carr, 2016) dan dapat digunakan Vitamin C dalam Aplikasi Klinis Manusia

sebagai inaktivasi agen untuk memperbaiki pada Infeksi Virus

virus rabies (Madhusudana, 2014). Dalam sebuah penelitian yang

Penelitian lain telah menggunakan ini melihat dampak vitamin C pada stres

vitamin sebagai agen inaktivasi baik untuk oksidatif dan peradangan pada community-

virus RNA dan DNA, mengurangi acquired pneumonia (CAP), common

infektivitas virus. Selain itu, vitamin C infectious disease, peneliti mengukur nilai

dapat mendetoksifikasi produk virus yang termasuk reactive oxygen species (ROS),

menghasilkan nyeri dan peradangan kerusakan DNA, aktivitas superoxide

(Zarubaev, 2017). Bukti telah menunjukkan dismutase (SOD), tumor necrosis factor-

efektivitas vitamin C dalam mengobati alpha (TNFα) dan interleukin-6 (IL-6) pada

pneumonia dan infeksi karena efek pasien dengan CAP. Hasilnya menunjukkan

penghambatan langsungnya pada patogen itu pasien dengan CAP parah secara

(Chen, 2014). Selain itu, vitamin C hadir di signifikan meningkatkan ROS, kerusakan

lapisan epitel saluran pernapasan yang DNA, TNFα dan IL-6, tetapi secara

berfungsi sebagai pelindung mukosa lokal signifikan menurunkan SOD (Chen, 2014).

agen, membantu memperbaiki gejala Pemberian vitamin C memperbaiki

infeksi saluran pernapasan bagian atas ketidakseimbangan redoks dengan

(Maggini, 2017). mengurangi stres oksidatif dan biomarker

pro-inflamasi, juga memberikan manfaat

172 | ISSN: 2721-2882


terapeutik pada pasien dengan CAP parah untuk melawan COVID-19. Dari 10 hasil

dan jenis pneumonia lainnya. Antioksidan penelitian dalam tinjauan sistematis

dan sifat anti-inflamasi pada vitamin C menunjukkan potensi vitamin C dalam

telah ditunjukkan di banyak studi, penyembuhan penyakit COVID-19 dengan

menunjukkan efikasi dalam mencegah berbagai mekanismenya sehingga

kerusakan paru-paru dan melindungi penggunaan vitamin C pada penderita

terhadap kerusakan organ lain seperti penyakit COVID-19 mungkin layak secara

jantung, ginjal dan hati pada hewan model klinis dalam pengobatan maupun

stres oksidatif (Andrades, 2011). Dalam hal pencegahannya.

ini dapat memanfaatkan fungsi keluarga Adapun saran yang dapat

dalam proses pencegahan penyakit infeksi ditindaklanjuti berdasarkan tinjauan

saluran pernapasan terutama COVID-19 sistematis ini, yaitu:

karena telah dibuktikan dalam penelitian 1. Bagi masyarakat harus selalu mencari

menunjukkan fungsi keluarga yang tidak informasi tentang kegunaan vitamin C

sehat peluang anak balitanya menderita sebagai imunomodulator terhadap pasien

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terinfeksi COVID-19.

lebih besar daripada keluarga yang 2. Bagi teman sejawat selalu

memiliki fungsi keluarga yang sehat pertimbangkan penggunaan vitamin C

(Romadhon & Haptianingsih, 2017). dalam proses pengobatan pasien

terinfeksi COVID-19 guna memenuhi

SIMPULAN DAN SARAN kebutuhan dan memodulasi proses

Coronavirus Disease 2019 inflamasi pasien.

(COVID-19) merupakan penyakit menular 3. Bagi peneliti dapat melakukan riset lebih

terutama menyerang paru-paru dengan lanjut guna memastikan kegunaan dan

gejala utama pernapasan seperti demam, keuntungan vitamin C dalam proses

batuk, flu, dan dyspnea. Sampai saat ini pengobatan pasien terinfeksi COVID-19.

belum ada pengobatan farmakologis khusus

173 | ISSN: 2721-2882


DAFTAR PUSTAKA Channappanavar, R. et al., 2016. Disease-
Promoting Effects of Type I Interferons
Adawiyah, Sukandar, D. & Muawanah, A., in Viral, Bacterial, and Coinfections. J
2015. Aktivitas Antioksidan dan Interf Cytokine Res Offic J Int Soc
Kandungan Komponen Bioaktif Sari Interf Cytokine, IV(35), p. 252–264.
Buah Namnam. Jurnal Kimia Valensi, Chen, H. et al., 2020. Clinical Characteristics
2(1), pp. 130-136. and Intrauterine Vertical Transmission
Anderson, R. M., Heesterbeek, H., Klinkenberg, Potential of COVID-19 Infection in
D. & Hollingsworth, . T. D., 2020. Nine Pregnant Women: A
How Will Country-based Mitigation Retrospective Review of Medical
Measures Influence The Course of The Records. Global Burden Disease,
COVID-19 Epidemic. Elsevier Public 395(10226), pp. 809-815.
Health Emergency Collection, Chen, L. et al., 2020. Analysis of Clinical
10228(395), pp. 931-934. Features of 29 Patients With 2019
Andrades, M. et al., 2011. Antioxidant Novel Coronavirus Pneumonia. Chin J
Treatment Reverses Organ Failure in Tuberc Respir Dis, Issue 43.
Rat Model of Sepsis: Role of Clark & Stephanie, 2007. Comparing Milk:
Antioxidant Enzymes Imbalance, Human, Cow, Goat & Commercial
Neutrophil Infiltration, and Oxidative Infant Formula. Washington:
Stress. J Surg Res, Issue 167, pp. 307- Washington State University.
313.
Constantini, N. W. et al., 2011. The Effect of
Anjardiani, L., 2004. Analisis Pola Konsumsi Vitamin C on Upper Respiratory
Buah Lokal dan Buah Impor pada Infections in Adolescent Swimmers: A
Konsumsi Rumah Tangga di Randomized Trial. The European
Kecamatan Banjar Selatan Banjarmasin. Journal of Pediatrics, Issue 170, pp.
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian 59-63.
Universitas Lambung Mangkurat,
Agustus. Volume 2. Cook, J. D. & Reddy, M. B., 2001. Effect of
Ascorbic Acid Intake on Nonheme-iron
Bohlooli, S., Nia, F. R., Babaei, P. & Roohi, B. Absorption from A Complete Diet. Am.
N., 2012. Influence of Vitamin C J. Clin. Nutr, 1(73), pp. 93-98.
Moderate Dose supplementation on
Excercise-Induced Lipid Peroxidation, Davidson, S., Maini, M. K. & Wack, A., 2015.
Muscle Damage and Inflamation. Disease-Promoting Effects of Type I
Journal of Sports Medicine, Issue 65, Interferons in viral, Bacterial, and
pp. 187-197. Coinfections. J Interf Cytokine Res
Offic J Int Soc Interf Cytokine, 4(35),
Cameroon, M. J. et al., 2008. Human pp. 252-264.
Immunopathogenesis of Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Virus Doremalen, V. N., Bushmaker, T. & Morris, D.,
Res, 1(133), pp. 13-19. 2020. Aerosol and Surface Stability of
SARS-CoV-2 as Compared with
Carr, A. et al., 2017. Hypovitaminosis C and SARS-CoV-1. N Engl J Med, Volume
vitamin C deficiency in critically ill 382, pp. 1564-1567.
patients despite recommended enteral
and parenteral intakes. Critical Care, Douda, D. N., Jackson, R., Grasemann, H. &
1(21), p. 300. Palaniyar, N., 2011. Innate Immune
Collectin Surfactant Protein D
Chang, P. et al., 2020. Combined Treatment Simultaneously Binds Both Neutrophil
With Hydrocortisone, Vitamin C, and Extracellular Traps and Carbohydrate
Thiamine for Sepsis and Septic Shock: ligands and Promotes Bacterial
A Randomized Controlled Trial. Chest Trapping. J Immunol Baltimore, 4(187),
Journal, I(158), pp. 174-182. pp. 1856-1865.
Channappanavar, R. et al., 2019. IFN-I Drosten, C. et al., 2013. Clinical features and
Response Timing Relative to Virus virological analysis of a case of Middle
Replication Determines MERS East Respiratory Syndrome
Coronavirus Infection Outcomes. J
Clin Invest, Issue 130, pp. 3625-3639.

174 | ISSN: 2721-2882


Coronavirus Infection. Lancet Infect Ghouleh, A., Khoo, N. K. & Knaus, U. G., 2011.
Diseases, 9(13), pp. 745-751. Oxidases and Peroxidases in
Cardiovascular and Lung Disease: New
Duerbeck, N. B., Dowling, D. D. & Duerbeck, J.
Concepts in Reactive Oxygen Species
M., 2016. Vitamin C: Promises Not
Signaling. Free Radic Biol Med, Issue
Kept. Obstet. Gynecol. Surv, Volume
51, pp. 1271-1288.
71, pp. 187-193.
Grace, C., 2020. Manifestasi Klinisdan
Elfarina, R., 1998. Mempelajari Sistem
Perjalanan Penyakitpada Pasien Covid-
Pengendalian Mutu pada Proses
19. Medical Journal of Lampung
Produksi Minuman berkarbonasi dan
University, Volume 9, pp. 49-55.
Minuman Konsentrasi Sari Buah Kasus
PT Suba Indah. Bogor, Departemen Gropper, S. S., Smith, J. L. & Groff, J. L., 2005.
Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Advanced Nutrition and Human
Teknologi Pertanian IPB. Metabolism. 4th ed. Wadsworth:
Thomson Wadsworth.
Ellulu, M. S. et al., 2015. Effect of Vitamin C
on Inflammation and Metabolic Hemilia, H., 2017. Vitamin C and Infections.
Markers in Hypertensive and/or Nutrients, April, 4(9), p. 339.
Diabetic Obese Adults: A Randomized
Herold, S. et al., 2008. Lung Epithelial
Controlled Trial. Dove Press Journal
Apoptosis in Influenza Virus
(DPJ), Issue 9, pp. 3405-3412.
Pneumonia: The Role of Macrophage-
Fehr, A. R. & Perlman, S., 2015. Coronavirus: Expressed TNF-Related Apoptosis-
An Overview of Their Replication and Inducing Ligand. J Exper Med, Issue
Pathogenesis. Methods Mol Biol, 13, pp. 3065-3077.
Volume 1282, pp. 1-5.
Hosani, F. et al., 2016. Clinicopathologic,
Force, T., 2012. Acute Respiratory Distress Immunohistochemical, and
Syndrome: the Berlin Definition. Ultrastructural Findings of A Fatal
JAMA, 23(307), pp. 2526-2533. Case of Middle East Respiratory
Syndrome Coronavirus Infection in
Fowler, A. A. et al., 2019. Effect of Vitamin C
The United Arab Emirates. Am J
Infusion on Organ Failure and
Pathol, III(186), pp. 652-658.
Biomarkers of Inflammation and
Vascular Injury in Patients With Sepsis Huang, C. et al., 2020. Clinical Features of
and Severe Acute Respiratory Failure Patients Infected with 2019 Novel
The CITRIS-ALI Randomized Clinical Coronavirus in Wuhan, China. 24
Trial. Journal of Applied Managerial January.
Accounting (JAMA), 322(13), pp.
Huang, K. J., Su, I. J. & Theron, M., 2015. An
1261-1270.
interferon-G-elated Cytokine Storm in
Fowler, A. et al., 2017. Intravenous Vitamin C SARS Patients. J Med Virol, Issue 75,
as Adjunctive Therapy for pp. 185-194.
Enterovirus/rhinovirus Induced Acute
Isbaniah, F. et al., 2011. Echinacea Purpurea
Respiratory Distress Syndrome. World
Along with Zinc, Selenium and
Journal of Critical Care Medicine, 1(6),
Vitamin C to Alleviate Exacerbations
pp. 80-85.
of Chronic Obstructive Pulmonary
Fraternale, A., Paoletti, M. F. & Casabianca, A., Disease: Results from A Randomized
2016. Anti-Viral and Controlled. Journal of Clinical
Immunomodulatory Properties of New Pharmacy and Therapeutics, Issue 36,
Pro-Glutathione (GSH) Molecules. p. 568–576.
Curr Med Chem, Volume 13, pp. 1749-
Johnston, C. S., Barkyoumb, G. M. &
1755.
Schumacher, S. S., 2014. Vitamin C
Garaiova, I. et al., 2015. Probiotics and Vitamin Supplementation Slightly Improves
C for The Prevention of Respiratory Physical Activity Levels and Reduces
Tract Infections in Children Attending Cold Incidence in Men with Marginal
Preschool: A Randomised Controlled Vitamin C Status: A Randomized
Pilot Study. European Journal of Controlled Trial. Nutrients Journal,
Clinical Nutrition, Issue 69, p. 373–379. Issue 6, pp. 2572-2583.

175 | ISSN: 2721-2882


KEMENKES, 2020. Pedoman Pencegahan dan Report of 72 314 Cases From the
Pengendalian Coronavirus Disease Chinese Center for Disease Control and
(COVID-19). 5 ed. Jakarta: Prevention. JAMA, 323(13), pp. 1239-
KEMENKES RI. 1242.
Kim, E. S. et al., 2016. Clinical Progression and Mehrtens, J. et al., 2017. Hypovitaminosis C
Cytokine Profiles of Middle East and vitamin C Deficiency in Critically
Respiratory Syndrome Coronavirus Ill Patients Despite Recommended
Infection. J Korean Med Sci, 11(31), Enteral and Parenteral Intakes. Critical
pp. 1717-1725. Care, 11 December, 21(300), pp. 1-10.
Kim, T. K., Lim, H. R. & Byun, J. S., 2020. Mitmesser, S. H., Ye, Q., Evans, M. & Combs,
Vitamin C Supplementation Reduces M., 2016. Determination of Plasma and
the Odds of Developing a Common Leukocyte Vitamin C Concentrations
Cold in Republic of Korea Army in A Randomized, Double-blind,
Recruits: Randomised Controlled Trial. Placebo-controlled Trial with Ester-C.
British Medical Journal, Issue 0, pp. 1- Singerplus, 1(5), p. 1161.
7.
Moser, M. & Chun, O., 2016. Vitamin C and
Kirchdoerfer, R. et al., 2016. Pre-fusion Heart Health: A Review Based on
Structure of A Human Coronavirus Findings from Epidemiologic Studies.
Spike Protein. Journal of Molecular Int. J. Mol. Sci, 17(1328).
Graphics and Modelling, 531(17200),
Murray, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. 5
pp. 118-121.
ed. Jakarta: Departemen Kesehatan
Liu, F. et al., 2020. High-Dose Vitamin C Republik Indonesia.
Infusion for The Treatment of
Nakashima, I., Kato, M. & Akhan, A. A., 2020.
Critically Ill COVID-19: A Multicentre
Redox-Linked Signal Transduction
Randomised Controlled Trial. British
Pathways for Protein Tyrosine Kinase
Medical Journal (BMJ), Issue 10, pp.
Activation. Antioxid Redox Signal.
1-23.
Volume 4, pp. 517-531.
Madhusudana, S. N., Shamsundar, R. &
Nangbes, J. G. et al., 2012. Titrimetric
Seetharaman, S., 2014. In Vitro
Determination of Ascorbic Acid Levels
Inactivation of The Rabies Virus by
in Some Citrus Fruits of Kurgawi,
Ascorbic Acid. Int J Infect Dis, Issue 8,
Plateau State Nigeria. Journal of
pp. 21-25.
Applied Chemistry, Volume 7, pp. 1-3.
Maggini, S., Wintergerst, E., Beveridge, S. &
Onder, G., Rezza, G. & Brusaferro, S., 2020.
Hornig, D., 2007. Selected Vitamins
Case-Fatality Rate and Characteristics
and Trace Elements Support Immune
of Patients Dying in Relation to
Function by Strengthening Epithelial
COVID-19 in Italy. JAMA, Issue 4683.
Barriers and Cellular and Humoral
Immune Responses. The British Parson, P. et al., 2015. Lower Tidal Volume
Journal of Nutrition, 1(98), pp. 25-29. Ventilation and Plasma Cytokine
Markers of Inflammation in Patients
Malyla, V., Dua, K. & Singhvi, G., 2019.
With Acute Lung Injury. Critical Care
Increasing Complexity and Interactions
Med, 1(33), pp. 1-232.
of Oxidative Stress in Chronic
Respiratory Diseases: An Emerging PDPI, 2020. Panduan Praktik Klinis: Pneumonia
Need for Novel Drug Delivery Systems. 2019-nCoV. Jakarta: s.n.
Chem Biol Interact, pp. 168-178.
Qing, y., Wang, B. & Mao, J., 2020. The
Massey, L. K., Liebman, M. & Kynast-Gales, S., pathogenesis and treatment of the
2005. Ascorbate Increases Human ‘Cytokine Storm’ in COVID-19.
Oxaluria and Kidney Stone Risk. J. Journal of Infection 80, p. 607–613.
Nutrition, 7(135), pp. 1673-1677.
Romadhon, Y. A. & Haptianingsih, B. Y., 2017.
McGoogan, J. & Wu, Z., 2020. Characteristics Hubungan Antara Fungsi Keluarga
of and Important Lessons From the dengan Kejadian Infeksi Saluran
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak
Outbreak in China : Summary of a

176 | ISSN: 2721-2882


Balita di Puskesmas Kartasura. pp. 1- Multiple Organ Dysfunction Syndrome.
10. Am J Emerg med, 6(26), pp. 711-715.
Rothan, H. & Byraredy, S., 2020. The Whitney, E. & Rolfes, S. R., 2005.
Epidemiology and Pathogenesis of Understanding Nutrition. 10 ed.
Coronavirus Disease (COVID-19) Wadsworth: Thomson Wadsworth.
Outbreak. Journal of Autoimmunity,
Widhi, A. A. D., 2011. Efektivitas Pemberian
Issue 102433, p. 109.
Ekatrak Jahe Merah (Zingiber
Savarino, A., Boelaert, J., Cassone, A. & Majori, officinale roscoe varr Rubrum) Dalam
G., 2003. Effects of Chloroquine on Mengurangi Nyeri Otot Pada Atlet
Viral Infections: an Old Drug Against Sepak Takraw.
Today's Diseases. Global Burden
Yang, J. et al., 2020. Prevalence of
Disease, 3(11), pp. 722-727.
Comorbidities and its Effects in
Shaw, A. C., Goldstein, D. R. & Montgomery, Patients Infected with SARS-CoV-2: A
R. R., 2013. Age-Dependent Systematic Review and Meta-analysis.
Dysregulation of Innate Immunity. International Journal Infection,
Nature Rev Immunol, 12(13), p. 875– Volume 94, pp. 91-95.
887.
Zarubaev, V., Slita, A., Lavrentyeva, I. &
Wang, D. et al., 2020. Clinical Characteristics Smirnov, V., 2017. Protective Activity
of 138 Hospitalized Patients With 2019 of Ascorbic at Influenza Infection.
Novel Coronavirus-Infected Infektsiia Immunitet, Issue 7, pp. 319-
Pneumonia in Wuhan, China. Journal 326.
of the American Medical Association,
Zhang, Y. et al., 2014. Analysis of Serum
11(323), pp. 1061-1069.
Cytokines in Patients with Severe
Wang, H. & Ma, S., 2018. The Cytokine Storm Acute Respiratory Syndrome. Infect
and Factors Determining The Sequence Immun, 8(72), pp. 4410-4415.
and Severity of Organ Dysfunction in

177 | ISSN: 2721-2882


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
PROFILE OF PRESCRIBING COVID-19 DRUG THERAPY IN INPATIENTS AT
JAKARTA HAJI HOSPITAL

Harpolia Cartika1)*, Yusmaniar1), Adin Hakim Kurniawan1), Fatwa Hasbi 1),


Desi Suryani1)
1
Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat, 10560, Indonesia

*E-mail: harpolia.cartika@poltekkesjkt2.ac.id

Submitted: December 24th, 2021 ; Accepted: May11th, 2022

https://doi.org/10.36525/sanitas.2022.1

ABSTRACT
Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-nCoV-2) the cause of Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) was first discovered in Wuhan in December 2019, has spread throughout the world. Each country
tries to develop treatment protocol guidelines following the latest research developments to increase the cure
rate due to the absence of standard guidelines. The purpose of this research is to know the profile of prescribing
COVID-19 drug therapy in patients at Jakarta haji hospital the period September 2020-February 2021. This
research is non-experimental with quantitative descriptive study design was taken retrospectively using
secondary data in the form of prescription data history of COVID-19 patient visits recorded on the system with
sampling techniques that is total sampling. The results showed that in total 387 COVID-19 patients the most
were 46-65 years old with 198 patients and the mostly male with 212 patients. The longest duration of treatment
was 3-10 days as many as 246 patients and the highest degree of disease was mild to moderate as many as 363
patients. The most widely prescribed drugs were paracetamol (84.37%), dexamethasone (78.4%), oseltamivir
(74.1%), heparin (67.81%), alprazolam (60.27%), acetylcysteine (58.12%), insulin (54.93%), CTM (53.13%),
amlodipine 50.43%, vitamin C (48.04%), levofloxacin (35.48%), and omeprazole (31.98 %). COVID-19
patients at the Jakarta Haji Hospital receive the main therapies, namely vitamins, antibiotics, antivirals,
respiratory drugs, gastrointestinal drugs. The suitability of prescribing drug therapy classes based on the
guidelines for the management of COVID-19 is 83% and those that are not in accordance with the guidelines
are 27%.

Keywords : Coronavirus, COVID-19, Inpatients, Prescribing

This is an open access journal, and articles are distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution- Non-Commercial-Share Alike 4.0 License, which allows others to remix, tweak, and build upon
the worknon- commercially, as long as appropriate credit is given and the new creations are licensed under
the identical terms.
©2022 Sanitas

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 1
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
POLA PERESEPAN TERAPI OBAT COVID-19
DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA

ABSTRAK
Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-nCoV-2) penyebab penyakit Coronavirus Disease
2019 (COVID-19) yang pertama kali ditemukan di Wuhan pada bulan Desember 2019 dan menyebar ke
seluruh dunia. Setiap negara mencoba menyusun pedoman protokol pengobatan mengikuti perkembangan
penelitian terkini untuk meningkatkan angka kesembuhan dikarenakan belum adanya pedoman standar. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pola peresepan terapi obat COVID-19 pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Periode September 2020-Februari 2021. Penelitian ini termasuk penelitian jenis non eksperimental
dengan desain penelitian deskriptif kuantitatif yang diambil secara retrospektif menggunakan data sekunder
berupa data resep histori kunjungan pasien COVID-19 yang terdata pada sistem dengan teknik pengambilan
sampel yaitu total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 387 pasien COVID-19 terbanyak adalah
usia 46-65 tahun sebanyak 198 pasien dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 212 pasien. Lamanya perawatan
terbanyak 3-10 hari sebanyak 246 pasien dan derajat penyakit terbanyak yaitu ringan hingga sedang sebanyak
363 pasien. Jenis obat yang paling banyak diresepkan adalah parasetamol (84,37%), deksametasone (78,4%),
oseltamivir (74,1%), heparin (67,81%), alprazolam (60,27%), asetilsistein (58,12%), insulin (54,93%), CTM
(53,13%), amlodipin 50,43%, vitamin C (48,04%), levofloksasin (35,48%), dan omeprazole (31,98%). Pasien
COVID-19 di Rumah Sakit Haji Jakarta menerima terapi yang utama yaitu vitamin, antibiotik, antivirus, obat
saluran napas, dan obat saluran cerna. Kesesuaian peresepan kelas terapi obat berdasarkan guideline
penatalaksanaan COVID-19 yaitu 83% dan yang tidak sesuai dalam guideline sebesar 27%

Kata Kunci : Coronavirus, COVID-19, Peresepan, Rawat Inap

PENDAHULUAN
SARS-CoV-2, penyebab Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19), ditemukan di Wuhan,
Cina, pada bulan Desember 2020.(1) Lebih dari 121.000 orang di seluruh dunia telah
terinfeksi oleh virus ini, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakannya
sebagai pandemi global.(2) Pada 2 Maret 2020, kasus pertama di Indonesia diumumkan
secara resmi. Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak sosial dan ekonomi yang
signifikan terhadap kehidupan masyarakat.(3)(4)
SARS-CoV-2 dapat ditularkan antar manusia melalui batuk atau bersin, aerosol, udara,
atau muntahan.(5)(6) Gejala yang ditimbulkan dapat berupa batuk, pilek, demam,
konjungtivitis, sakit tenggorokan dan diare.(7)(8) Ginjal, hati, sistem saraf pusat,
kardiovaskular, dan sistem pencernaan merupakan organ target utama infeksi virus corona
dalam tubuh manusia, sehingga perlu pemantauan yang tepat.(9) Kasus positif COVID-19 di
Indonesia mencapai 1.217.468 pada 14 Februari 2021, menurut data Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19. Ada 159.012 kasus aktif, 1.025.273 kasus dikonfirmasi, dan 33.183
kematian dikonfirmasi.(10) Di Indonesia, kasus positif terbanyak terdapat di wilayah DKI
Jakarta dengan jumlah sebanyak 303.715 dengan kasus dalam perawatan/isolasi mandiri
sebanyak 24.258, kasus sembuh 274.740, dan kasus meninggal 4.717.(10)

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 2
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
Penggunaan obat pasien COVID-19 harus dipantau secara ketat karena penelitian obat
uji COVID-19 terbaru terus mengubah informasi tentang khasiat dan keamanan obat yang
digunakan untuk mengobati COVID-19. Protokol pengobatan yang dapat digunakan sebagai
dasar pengobatan untuk meningkatkan angka kesembuhan sedang dikembangkan di negara-
negara di dunia, namun belum seragam.(11)
Informasi obat COVID-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
dapat dijadikan standar penanganan pengobatan COVID-19 bagi tenaga kesehatan di seluruh
rumah sakit rujukan dan fasilitas lainnya di Indonesia.(12) Rumah Sakit Haji Jakarta
merupakan rumah sakit swasta besar yang terletak di Jakarta Timur, dan daerah tersebut
memiliki pasien terkonfirmasi positif COVID-19 terbanyak di DKI Jakarta per 15 Februari
2021, sehingga pola peresepan yang digunakan harus disesuaikan dengan Informatorium
Pedoman Penanganan COVID-19 untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.(13)(14)
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mempelajari Pola peresepan COVID-19
untuk Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta dari September 2020 hingga Februari
2021.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data retrospektif. Sampel
diambil dari data pasien COVID-19 RS Haji Jakarta yang memenuhi kriteria tertentu, dengan
menggunakan teknik total sampling. Data sekunder berupa data resep histori kunjungan
pasien yang terdata pada sistem THC (Telkomedica Health Center), meliputi usia pasien,
jenis kelamin pasien, lama perawatan, derajat penyakit pasien, obat yang diberikan kepada
pasien COVID-19 berdasarkan kelas terapi dan jenis obat yang banyak diresepkan serta
kesesuaian peresepan terapi COVID-19 dengan guideline penatalaksanaan COVID-19
berdasarkan buku Informatorium Badan POM dan Pedoman Tatalaksana COVID-19 dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut hasil pendataan dan pengolahan 387 pasien COVID-19 di Rumah Sakit Haji
Jakarta antara September 2020 hingga Februari 2021 yang ditunjukkan pada tabel 1.

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 3
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
Tabel 1 Karakteristik Demografi Pasien
Karakteristik Jumlah Pasien
Persentase
Variabel Demografi (n = 387
(%)
Pasien pasien)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 212 54,78
Perempuan 175 45,22
Usia
0-5 tahun 2 0,52
6-11 tahun 4 1,03
12-25 tahun 25 6,46
26-45 tahun 126 32,56
46-65 tahun 198 51,16
>65 tahun 32 8,27
Lama Perawatan
3-10 hari 246 63,57
>10 hari 141 36,43
Derajat Keparahan Penyakit
Ringan-Sedang 363 93,80
Berat 24 6,20

Sebanyak 212 pasien (54,78%) adalah laki-laki, dan usia rata-rata berkisar antara 46
hingga 65 tahun. Akibat faktor biologis dan gaya hidup, pria lebih rentan terkena penyakit
saluran pernapasan dibandingkan wanita menurut beberapa pakar kesehatan. Ini karena
tingkat kekebalan pria lebih rendah daripada wanita dan pria lebih sering merokok.(14)
Sistem kekebalan tubuh mulai menurun dengan bertambahnya usia, kelompok usia 46-65
tahun memiliki persentase pasien yang positif COVID-19 lebih tinggi.(15) Sistem kekebalan
yang melemah ditambah dengan penyakit kronis dapat meningkatkan risiko COVID-19.(16)
Hal ini sejalan dengan penelitian Tiodora (2020) yang menunjukkan kelompok usia 45-65
tahun memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi Virus Corona.(17) Rentang hari lama perawatan
selama 3-10 hari sebanyak 246 pasien (63,57%) dan derajat keparahan penyakit terbanyak
adalah derajat penyakit ringan-sedang sebanyak 363 pasien (93,80%). Derajat penyakit
menunjukkan suatu tingkatan atau keparahan gejala penyakit yang dialami pasien berbeda-
beda tergantung dari kondisi tubuhnya atau adanya penyakit bawaan yang dapat
memperburuk keadaan. Mengetahui berapa lama pasien dirawat di rumah sakit sangat
penting untuk perencanaan dan memprediksi ketersediaan hunian tempat tidur, petugas. dan
kebutuhan peralatan.(18)

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 4
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12

Tabel 2 Peresepan Obat Berdasarkan Kelas Terapi dan Jenis Obat


Jumlah Persentase
Jumlah R/ Persentase Jenis Obat
No Kelas Terapi R/ Jenis (%)
Keseluruhan (%) Terbanyak
Obat Jenis Obat
1 Antibiotik 1023 20,53 Levofloksasin 363 35,48
2 Vitamin 993 19,93 Vitamin C 477 48,04
Obat Saluran
3 Cerna 766 15,38 Omeprazole 245 31,98
Antivirus dan
4 lain lain 502 10,08 Oseltamivir 372 74,10
Obat Saluran
5 Nafas 437 8,77 Asetylsistein 254 58,12
6 Analgetik 371 7,45 Parasetamol 313 84,37
7 Antikoagulan 320 6,42 Heparin Na 217 67,81
Obat
8 Kardiovaskular 232 4,66 Amlodipin 117 50,43
9 Kortikosteroid 162 3,25 Deksamethasone 127 78,40
10 Psikofarmaka 73 1,47 Alprazolam 44 60,27
11 Antidiabetik 71 1,43 Insulin 39 54,93
12 Antihistamin 32 0,64 CTM 17 53,13
TOTAL 4982 100,00

Pada tabel 2 jumlah dan persentase peresepan obat berdasarkan kelas terapi yang banyak
diresepkan adalah kelas terapi antibiotik 1023 R/ (20,53%). Pada penelitian F.Moretto,dkk
(2021) menunjukkan bahwa antibiotik lebih sering diresepkan pada pasien lanjut usia yang
sebelumnya memiliki penyakit bawaan dan pasien yang mengalami demam, sesak serta
kebutuhan oksigen yang tinggi.(19) Hal ini berkaitan dengan jumlah dan persentase
berdasarkan usia di Rumah Sakit Haji Jakarta, dimana pada kelompok usia lansia merupakan
jumlah pasien COVID-19 terbanyak. Jika pasien dengan COVID-19 mengalami infeksi
bakteri sekunder, antibiotik akan diberikan untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen.
Antibiotik Levofloksasin adalah fluoroquinolone yang efektif melawan berbagai bakteri
patogen yang dapat menyebabkan pneumonia.(20) Sebuah studi in silico menunjukkan
bahwa fluoroquinolon dapat menghambat SARS-CoV-2, bersama dengan sifat
immunomodulator mengusulkan penggunaan sebagai tambahan dalam merawat pasien
COVID-19.(21) Hal ini juga sejalan dengan penelitian Marie Chedid, dkk antibiotik yang
sering digunakan untuk pengobatan pasien COVID-19 adalah Levofloksasin dan diikuti oleh
Seftriaksone dan Azitromisin.(22)

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 5
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
Vitamin C diresepkan untuk pasien COVID-19 pada tingkat tertinggi (hingga 477 R/)
(48,04 %). Sifat antioksidan vitamin C mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh ROS
dan nitrogen. Pasien COVID-19 yang diobati dengan vitamin C meningkatkan kesehatan
daripada pasien yang tidak diberikan.(8) Vitamin C mengurangi lama tinggal di ICU sebesar
8% dalam meta-analisis dari 12 uji coba terkontrol yang melibatkan 1.766 pasien. Obat
oseltamivir, hanya dapat digunakan pada pasien yang menunjukkan gejala infeksi antara
COVID-19 dan flu. Pasien dengan influenza yang positif virus corona (tidak termasuk
SARS-CoV-2) yang menerima oseltamivir selain pengobatan standar, pulih lebih cepat
daripada mereka yang menerima pengobatan standar saja. Persatuan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) merekomendasikan oseltamivir untuk pengobatan COVID-19 karena
ketersediaannya dan produksi dalam negeri.(23)(24)
Pada masa pandemi COVID-19, parasetamol atau asetaminofen merupakan terapi
suportif pilihan untuk mengatasi demam pada penderita COVID-19. Selain itu NSAID dapat
digunakan dengan pertimbangan komorbiditas dan faktor risiko setiap pasien.(8)(25) Namun,
beberapa laporan penelitian dan Otoritas Nasional mempermasalahkan keamanan NSAID
karena dugaan adanya induksi tingkat enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2) (reseptor yang
digunakan oleh SARS-CoV-2 untuk memasuki sel saluran udara inang), peningkatan risiko
superinfeksi bakteri, dan penyamaran dari gejala penyakit. Sebagai akibatnya, penggunaan
NSAID masih tidak dianjurkan sementara parasetamol masih lebih disukai.(26)
Pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit yang diobati dengan Deksametason
memiliki tingkat kematian yang lebih rendah daripada mereka yang menerima perawatan
biasa dalam uji coba label terbuka, multicenter, dan acak. WHO (World Health Organization)
dan EMA (European Medicines Agency) merekomendasikan penggunaan sistemik
kortikosteroid untuk pasien COVID-19 dengan gejala parah hingga kritis, tidak
merekomendasikan untuk gejala ringan sampai sedang, kecuali pasien tersebut sudah
menggunakan obat ini untuk kondisi lain.(27)(28)(29)
Pasien dengan COVID-19 terkonfirmasi parah hingga kritis diberi resep terapi
antikoagulan dengan heparin Na 5000 IU/mL (67,81% R/) untuk mengobati pembekuan
darah yang tidak terkontrol dan mengurangi pembentukan mikrotrombus, yang merupakan
penyebab mendasar. Heparin, selain sebagai antikoagulan, telah terbukti memiliki sifat anti-
inflamasi tambahan.(29)(30)

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 6
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
Asetilsistein 200mg (58,12%) mengatasi ketidakseimbangan oksidan yang dapat
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan, sehingga N-acetylcysteine dapat
digunakan sebagai antioksidan, Asetilsistein memiliki potensi sebagai terapi tambahan untuk
penyakit COVID-19.(8)(31)
Peresepan obat saluran cerna pada pasien COVID-19 yaitu Omeprazole sebanyak 245
peresepan (31,98%). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa omeprazole dapat
menghambat replikasi virus dengan mengganggu pengasaman lisosom. Sebuah penelitian
obat baru-baru ini di Jerman telah menunjukkan bahwa Omeprazole mengganggu
pembentukan virus SARS-CoV-2 di luar konsentrasi plasma terapeutik pada 8 µM.(32)
Skrining in-vitro dari 60 obat yang disetujui FDA mengungkapkan potensi antivirus
omeprazole, mendukung penggunaan ulangnya terhadap COVID-19.(33)
CTM atau Chlorpheniramine maleat 4 mg sebanyak 17 peresepan (53,13%) merupakan
antihistamin yang banyak diresepkan. CTM antihistamin efektif dengan aktivitas antivirus
yang kuat terhadap berbagai jenis influenza A / B. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa CTM tidak hanya efektif dalam mengobati anafilaksis tetapi juga memiliki aktivitas
antivirus dan anti-inflamasi yang kuat. Pada penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa
penggunaan CTM pada pasien COVID-19 dapat menurunkan tingkat mortalitas pasien.(34)
Tabel 2 menunjukkan peresepan obat Psikofarmaka pada pasien COVID-19 paling banyak
adalah Alprazolam sebanyak 44 peresepan (60,27%). Pada Buku Pedoman Dukungan
Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pandemik COVID-19, penatalaksanaan pemilihan obat
untuk memperbaiki kecemasan dan kualitas tidur yaitu benzodiazepin seperti estazolam,
alprazolam, dll. Ketakutan pasien dan kekhawatiran dapat mengganggu pola tidur pasien
yang akan memicu serangkaian peristiwa fisiologis sehingga menyebabkan turunnya tingkat
kekebalan.(35)(36)
Obat antihipertensi Amlodipin yang diresepkan sebanyak 117 R/ (50,43%). Amlodipine
merupakan obat antihipertensi Calcium Channel Blockers (CCB) yang secara signifikan
dapat menghambat kejadian replikasi SARS-CoV-2 pasca-masuk secara in vitro
dibandingkan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) dan Angiotensin Receptor
Blocker (ARB). Investigasi klinis retrospektif pasien COVID-19 mengungkapkan bahwa
pemberian CCB amlodipine besylate dikaitkan dengan penurunan tingkat kematian pasien
dengan hipertensi.(37)

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 7
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
Diabetes mellitus tipe 1 dapat diobati pada pasien COVID-19 dengan menggunakan
pompa insulin atau bolus insulin basal, yang merupakan regimen terbaik. Menurut temuan,
39 resep ditulis untuk insulin (54,93 persen). Obat antidiabetes non-insulin dapat digunakan
untuk mengobati diabetes mellitus tipe 2 pada pasien COVID-19 ringan hingga sedang
dengan kadar glukosa ringan-sedang, tetapi analog insulin adalah pengobatan lini pertama
dan terapi insulin harus disesuaikan untuk setiap pasien. Jika pasien mengalami demam atau
sedang menjalani terapi glukokortikoid, insulin harus menjadi pengobatan lini pertama.
Untuk pasien yang sakit kritis, insulin diberikan secara intravena, sebagai pilihan pertama
untuk strategi pengelolaan kadar glukosa jika diabetes disertai dengan infeksi berat.(38)

Kesesuai Obat Berdasarkan Guideline Penatalaksanaan Pasien COVID-19


120
100 100 100
100 87,5
80
75 71
80 67 67 65
60
60 50 50
40
35
40 23 23
29
20
15 12,5
20
0

Persentase Kesesuain Obat Tercantum (%) Persentase Kesesuain Obat Tidak tercantum (%)

Gambar 1 Persentase kesesuaian peresepan kelas terapi obat pada guideline tatalaksana
COVID-19
Pada gambar 1 didapatkan hasil dari 12 kelas terapi obat sebanyak 83% peresepan telah
sesuai dengan yang tercantum pada guideline tatalaksana COVID-19. Ini menunjukkan
bahwa profesi kesehatan yang terkait di RS Haji telah menggunakan acuan resmi dalam
mempertimbangkan penatalaksanaan atau manajemen terapi COVID-19 untuk mencapai
terapi pengobatan yang tepat. Peresepan obat sebanyak 27% tidak sesuai dengan yang
tercantum pada guideline, kemungkinan terdapat indikasi lain dari pasien yang
membutuhkan obat di luar guideline, seperti antibiotik Metronidazole yang tidak tercantum
pada guideline tetapi digunakan bagi pasien COVID-19 yang mengalami infeksi bakteri pada
lambung dan usus.

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 8
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dari 387 pasien COVID-19 dengan usia 46-65 tahun
sebanyak 198 pasien (51,16%), jenis kelamin terbanyak laki-laki sebanyak 212 pasien
(54,78%). Lamanya perawatan sekitar 3-10 hari sebanyak 246 pasien (63,57%) dan derajat
keparahan penyakit yaitu ringan hingga sedang (93,80%). Peresepan obat berdasarkan kelas
terapi yang banyak diresepkan adalah kelas terapi antibiotik sebanyak 1023 R/ (20,53%)
dengan jenis obat Levofloksasin 363 R/ (35,48%). Semua pasien COVID-19 di RS Haji
Jakarta menerima terapi yang utama yaitu vitamin, antibiotik, antivirus, obat saluran napas,
dan obat saluran cerna. Untuk kelas terapi lainnya diberikan sesuai komorbid pasien.
Peresepan berdasarkan kelas terapi obat sebanyak 83% sesuai dengan yang tercantum pada
guideline tatalaksana COVID-19 dan yang tidak sesuai guideline sebanyak 27%.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terimakasih ditujukan kepada Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta II bapak
Joko Sulistyo, M.Si dan RS Haji Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan motivasi
kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Satria RMA, Tutupoho RV, Chalidyanto D. Analisis Faktor Risiko Kematian dengan
Penyakit Komorbid COVID-19. Keperawatan Silampari. 2020 Oct 11;4:48–55.
2. Ilpaj SM, Nurwati N. Analisis Pengaruh Tingkat Kematian Akibat COVID-19 Terhadap
Kesehatan Mental Masyarakat di Indonesia. Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial. 2020 Aug
4;3(1):16.
3. Apt. A. The Impact of Community Behavior on the Prevention of Coronavirus Disease 19
Transmission : Literature Review. SANITAS. 2021 Aug 5;12(Public Health):73–85.
4. Irsal M. Preparedness Radiological Services for the COVID-19 Emergency Hospital in
Wisma Atlet Kemayoran. SANITAS. 2021 Jul 21;12(Radiation Therapy):21–35.
5. Han Y, Yang H. The transmission and diagnosis of 2019 novel coronavirus infection disease
(COVID-19): A Chinese perspective. Journal of Medical Virology. 2020 Jun 1;92(6):639–
44.
6. Dwi Nugroho W, Indah WC, Istiqomah N, Cahyasari I, Indrastuti M, Sugondo P, et al.
Literature Review : Transmisi Covid-19 dari Manusia ke Manusia Di Asia. Vol. 2, Jurnal of
Bionursing. 2020.
7. Tandra H. Virus Corona Baru COVID-19. Yogyakarta: Rapha Publishing;
8. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Informatorium Obat COVID-19 di Indonesia Edisi 2.
2nd ed. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia; 2020.

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 9
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
9. Ciotti M, Ciccozzi M, Terrinoni A, Jiang WC, Wang C bin, Bernardini S. The COVID-19
pandemic. Critical Reviews in Clinical Laboratory Sciences. Taylor and Francis Ltd.; 2020.
p. 365–88.
10. SatgasCovid-19. Peta Sebaran COVID-19 | Covid19.go.id [Internet]. [cited 2022 Mar 31].
Available from: https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19
11. Burhan E, Dwi Susanto A, Isbaniah F, Aman Nasution S, Ginanjar E, Wicaksono Pitoyo C,
et al. Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 3 Tim Editor Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI)
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). 2020.
12. Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. Informatorium Obat COVID-19
di Indonesia. 2020.
13. SatgasCovid-19. Covid-19 [Internet]. [cited 2022 Mar 31]. Available from:
https://corona.jakarta.go.id/id/zona-pengendalian-rt
14. Hidayati D. Jurnal Kependudukan Indonesia | Edisi Khusus Demografi dan COVID-19.
2020.
15. Penelitian A, Kebijakan Kesehatan Indonesia J, Hadumaon Siagian T. Mencari Kelompok
Berisiko Tinggi Terinfeksi Virus Corona dengan Discourse Network Analysis Finding High
Risk Groups to Corona Virus Using Discourse Network Analysis. 2020 Jun.
16. KEMENKES PADK [Internet]. [cited 2022 Mar 31]. Available from:
http://padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari-covid-
19.html?msclkid=18497860b08611ecaca1d14146035f1b
17. Siagian TH. Mencari Kelompok Berisiko Tinggi Terinfeksi Virus Corona dengan Discourse
Network Analysis. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2020;09(02):98–106.
18. Rees EM, Nightingale ES, Jafari Y, Waterlow NR, Clifford S, Carl CA, et al. COVID-19
length of hospital stay: A systematic review and data synthesis. BMC Medicine. 2020;18(1).
19. Moretto F, Sixt T, Devilliers H, Abdallahoui M, Eberl I, Rogier T, et al. Is there a need to
widely prescribe antibiotics in patients hospitalized with COVID-19? International Journal
of Infectious Diseases. 2021;105:256–60.
20. Paluseri, A. F, Zulfahmidah, Oktaviani R. Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik
Levofloksasin dan Azitromisin pada Pasien Penderita CORONA VIRUS DISEASE-2019.
2021;XVII(1).
21. Karampela I, Dalamaga M. Could Respiratory Fluoroquinolones, Levofloxacin and
Moxifloxacin, Prove to be Beneficial as an Adjunct Treatment in COVID-19? Archives of
Medical Research. 2020;51(7):741–2.
22. Chedid M, Waked R, Haddad E, Chetata N, Saliba G, Choucair J. Antibiotics in treatment of
COVID-19 complications: a review of frequency, indications, and efficacy. Journal of
Infection and Public Health. 2021;14(5):570–6.
23. Lukito JI. Tinjauan Antivirus untuk Terapi COVID-19. 340 Cdk-286. 2020;47(5).
24. Faradiba N. Perbedaan Oseltamivir dan Favipiravir untuk Mengobati Covid-19 [Internet].
2021 [cited 2022 Mar 31]. Available from:
https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/04/110100923/perbedaan-oseltamivir-dan-
favipiravir-untuk-mengobati-covid-19
25. Laksono RM, Musba AT, Susila D, Tanra AH. Pain Management Recommendation for
Indonesian COVID-19 Patients by Indonesian Society of Anesthesiology for Pain

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 10
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN\
ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 13 (1), 2022 : 1 – 12
Management (ISAPM). Asian Journal of Anesthesiology 2021 1 Asian Journal of
Anesthesiology. 2021;(2):1–7.
26. Sestili P, Fimognari C. Paracetamol-Induced Glutathione Consumption: Is There a Link With
Severe COVID-19 Illness? Frontiers in Pharmacology. 2020;11(October):1–7.
27. Pratiwi WR. Drugs repurposing for COVID-19: phase III clinical trial evaluation. Indonesian
Journal of Pharmacology and Therapy. 2021;2(1):35–49.
28. Dexamethasone in Hospitalized Patients with Covid-19. New England Journal of Medicine.
2021;384(8):693–704.
29. Willim HA HA, Supit A. Koagulopati pada Corona Virus Disease - 2019 (COVID-19) :
Tinjauan Pustaka. Intisari Sains Medis. 2020;11:749–56.
30. Eko Nugroho T. Penggunaan Heparin Dosis Tinggi pada Pasien COVID-19 dengan ARDS
dan Hipertensi di Unit Perawatan Intensif (ICU) Use of High-Dose Heparin in COVID-19
Patients with ARDS and Hypertension in the Intensive Care Unit (ICU). Vol. 12, Jurnal
Anestesiologi Indonesia. 2020.
31. Faurin M, Fauzar F, Kurniati R, Kam A, Decroli E. COVID-19 dengan Komorbid
Tuberkulosis Paru dan Diabetes Melitus. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia [Internet]. 2020
May 24 [cited 2022 Mar 31];1(3):445–9. Available from:
http://jikesi.fk.unand.ac.id/index.php/jikesi/article/view/466
32. Aguila EJT, Cua IHY. Repurposed GI Drugs in the Treatment of COVID-19. Vol. 65,
Digestive Diseases and Sciences. 2020. p. 2452–3.
33. Ray A, Sharma S, Sadasivam B. The Potential Therapeutic Role of Proton Pump Inhibitors
in COVID-19: Hypotheses Based on Existing Evidences. Drug Research. 2020;70(10):484–
8.
34. Torres J, Go CC, Chohan F, L GC, Sanchez-gonzalez MA. Chlorpheniramine Maleate Nasal
Spray In COVID-19 Patients : Case Series. :9–11.
35. Jannah RJ, Jatimi A, Azizah MJ, Munir Z, Rahman HF. Kecemasan Pasien COVID-19: A
Systematic Review. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 2020;11(2):33–7.
36. Kemenkes RI. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2020. Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa Dan Napza, Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan RI. 2020. 1–64 p.
37. Zhang LK, Sun Y, Zeng H, Wang Q, Jiang X, Shang WJ, et al. Calcium channel blocker
amlodipine besylate therapy is associated with reduced case fatality rate of COVID-19
patients with hypertension. Cell Discovery. 2020;6(1):1–34.
38. Burhan, Erlina,. Susanto, D A,. Nasution, S A. et al, editor. Protokol Tatalaksana Covid-19.
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; 2020.

Harpolia Cartika, Yusmaniar, Adin Hakim Kurniawan, Fatwa Hasbi, Desi Suryani | 11
Molucca Medica Volume 12, Nomor 2, Oktober 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

Kajian Pustaka

PENGARUH VITAMIN C TERHADAP SISTEM IMUN TUBUH UNTUK


MENCEGAH DAN TERAPI COVID-19
Armanto Makmun1, Fadhillah Islamyah P. Rusli1
1
Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Corresponding author e-mail : armanto.makmun@umi.ac.id

Abstrak

Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak diketahui
penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah hingga saat
ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan
dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti
dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel
Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC).
Penelitian ini menggunakan metode critical review. Sumber data penelitian ini berasal dari literatur Internasional
dan literatur Indonesia yang berupa hasil penelitian dari publikasi jurnal. Dari hasil kajian analisis sistematis dari
jurnal internasional yang sudah didapatkan, maka penggunaan Vitamin C sebagai penatalaksanaan dalam COVID-
19 sangat penting, dimana pemberian vitamin C dapat mempercepat perbaikan pada kasus COVID-19 yang
kerjanya pada plasma dan netrofil, selain itu Vitamin C juga dapat menangkal radikal bebas dan mencegah stress
oksidatif oleh coronavirus yang berikatan di heme.

Kata Kunci: Covid-19, Sistem Imun, Vitamin C.

Abstract

On December 31, 2019, China reported a mysterious case of pneumonia with no known cause. In 3 days, there
were 44 patients with such cases and it continues to grow until now there are thousands of cases. Initially
epidemiological data showed 66% of patients were related or exposed to a seafood market or live market in
Wuhan, Hubei Province, China. Samples of isolates from patients were examined with the results showing the
presence of coronavirus infection, a new type of betacoronavirus, named 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).
On 30 January 2020 the WHO had designated the Emergency Health Public Disaster / Public Health Emergency
of International Concern (KKMMD / PHEIC). This research uses the critical review method. The data source of
this research comes from international literature and Indonesian literature in the form of research results from
journal publications. From the results of systematic analysis studies from international journals that have been
obtained, the use of Vitamin C as a management in COVID-19 is very important, where the administration of
vitamin C can accelerate the improvement in COVID-19 cases that work on plasma and neutrophils, besides that
Vitamin C can also counteract free radicals and prevent oxidative stress by coronaviruses that bind to heme..

Keywords: Covid-19, Immunity System, Vitamin C..

Pendahuluan
Pada tanggal 31 Desember 2019, pasien berkaitan atau terpajan dengan satu
Tiongkok melaporkan kasus pneumonia pasar seafood atau live market di Wuhan,
misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari
Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut pasien diteliti dengan hasil menunjukkan
berjumlah 44 pasien dan terus bertambah adanya infeksi coronavirus, jenis
hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019
awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% novel Coronavirus (2019-nCoV).Pada tanggal
60 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 12, Nomor 2, Oktober 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

30 Januari 2020 WHO telah menetapkan berasal dari literatur Internasional dan literatur
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Indonesia yang berupa hasil penelitian dari
Yang Meresahkan Dunia/ Public Health publikasi jurnal. Dalam hal kepustakaan
Emergency of International Concern seluruhnya menggunakan literatur
(KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah internasional. Kriteria inklusi adalah variable-
kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan variable yang di teliti oleh peneliti.
sudah terjadi penyebaran antar Negara.1 Memanfaatkan situs Pusat Pengendalian dan
Pada kasus COVID-19 terganggu oleh Pencegahan Penyakit (CDC, USA), laporan
karena virus melekat pada porfirin. Ion FE WHO, dan tinjauan komprehensif literatur
dilepaskan dari heme mengambang bebas dari PubMed, untuk memperoleh informasi
melalui darah. ion FE jenis ini sangat reaktif terkait pengaruh Vitami C terhadap sistem
2
dan menyebabkan kerusakan oksidatif. imun untuk terapi dan pencegahan pada
Pada terapi COVID-19, sering penyakit COVID-19.
dihubungkan dengan pemberian nutrisi berupa
vitamin C. Asam askorbat (AA), juga dikenal Hasil
sebagai vitamin C, mendukung fungsi Dari review jurnal, yang membahas
penghalang epitel terhadap patogen dan penaruh vitamin C sebagai antioksidan dan
mempromosikan aktivitas pemulungan menangkal radikal bebas, dari 21 jurnal,
oksidan kulit, sehingga berpotensi melindungi sebanyak 16 jurnal membenarkan adanya
terhadap stres oksidatif lingkungan. Vitamin C kaitan yang spesifik pengaruh vitamin C di
terakumulasi dalam sel fagosit, seperti tubuh.
neutrofil, dan dapat meningkatkan kemotaksis, Kandungan vitamin C di dalam plasma
fagositosis, generasi spesies oksigen reaktif, dibahas dalam jurnal, dari 21 jurnal,
3
dan akhirnya membunuh mikroba. Inilah sebanyak13 jurnal membahas kandungan
mengapa pemberian vitamin C menjadi vitamin C di plasma. Pada limfosit dari 21
penting dalam kasus COVID-19. Vitamin C jurnal, sebanyak 12 jurnal membahas perihal
juga dapat membuang radikal bebas kuat kadar vitamin C pada limfosit.
dalam plasma, melindungi sel terhadap Vitamin C juga berpengaruh dalam
kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh mengurangi stress oksidatif, sebanyak 10
ROS(reactive oxygen species). Review jurnal jurnal membahas efek vitamin C tehradap
ini akan menggali manfaat dari vitamin C pada stress oksidatif tubuh. Terakhir sebanyak 10
sistem imun terhadap penyakit COVID-19 jurnal membahas tentang peningkatan fungsi
netrofilik dari vitamin C di tubuh. Dari jurnal-
Metode jural yang di review, semuanya membahas
Penelitian ini menggunakan metode hubungan vitamin C terhadap penyakit,
critical review. Sumber data penelitian ini khususnya dalam hal ini dikaitkan dengan
61 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 12, Nomor 2, Oktober 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

virus. Pada fokus artikel ini, diketahui bahwa semuanya berperan dalam mencegah dan
COVID-19 ini disebabkan oleh 2019- memperbaiki penyakit karena virus,
Coronavirus. Dari variabel-variabel dibawah, khususnya COVID-19.

Tabel 1. Vitamin C terhadap Sistem Imun


Antioksidan Kandungan Pengaruh Stress Peningkatan
dan menangkal vitamin C di vitamin C di Oksidatif fungsi netrofilik
radikal bebas plasma limfosit
Maven, 20202    
Practice, 20205 
Sorice et     
al,20144
Edward, 20206 
Carr and    
Maggini,
20173
Van driel et  
al.,20197
College, 20208  
Lanese, 20209   
Bsoul and    
Therezhalmy,
202010
Mousavi et al.,     
201911
Kim et al.,  
202012
Hemilia,     
201713
Mccaffery  
202014
Rosa and  
Santos, 202015
Peng And   
Editor., 202016
Saul., 202017  
Boosting et 
al., 202018
Brown.,     
202019
Carmen,   
202020
School,202021  

Dari hasil kajian analisis sistematis dari yang kerjanya pada plasma dan netrofil, selain
jurnal internasional yang sudah didapatkan, itu Vitamin C juga dapat menangkal radikal
maka penggunaan Vitamin C sebagai bebas dan mencegah stress oksidatif oleh
penatalaksanaan dalam COVID-19 sangat coronavirus yang berikatan di heme. Telah
penting, dimana pemberian vitamin C dapat terbukti juga, dalam jurnal bahwa dengan
mempercepat perbaikan pada kasus COVID-19 pemberian vitamin C dosis tinggi, didapatkan

62 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 12, Nomor 2, Oktober 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

perbaikan yang cepat dari gambaran radiologi mempercepat perbaikan pada kasus COVID-19
foto thorax setelah beberapa hari terapi. yang kerjanya pada plasma dan netrofil, selain
Diketahui bahwa penggunaan dari itu Vitamin C juga dapat menangkal radikal
vitamin C sebagai pengcegahan ataupun terapi bebas dan mencegah stress oksidatif oleh
dari COVID-19 masih dalam penelitian, coronavirus yang berikatan di heme. Telah
walaupun efek antioksidan, antiviral dari terbukti juga, dalam jurnal bahwa dengan
vitamin C sudah di akui di beberapa literatur pemberian vitamin C dosis tinggi, didapatkan
Internasional, namun kasus COVID-19 ini perbaikan yang cepat dari gambaran radiologi
masih dalam penelitian lebih lanjut. foto thorax setelah beberapa hari terapi.
Kekurangan vitamin C dikaitkan dengan Diketahui bahwa penggunaan dari
peningkatan kerentanan terhadap infeksi, vitamin C sebagai pengcegahan ataupun terapi
respon imun yang kurang kuat, penyembuhan dari COVID-19 masih dalam penelitian,
luka yang buruk, dan peningkatan risiko walaupun efek antioksidan, antiviral dari
pneumonia.20 vitamin C sudah di akui di beberapa literatur
Internasional, namun kasus COVID-19 ini
Kesimpulan masih dalam penelitian lebih lanjut.
Dari hasil kajian analisis sistematis dari Kekurangan vitamin C dikaitkan dengan
jurnal internasional yang sudah didapatkan, peningkatan kerentanan terhadap infeksi,
maka penggunaan Vitamin C sebagai respon imun yang kurang kuat, penyembuhan
penatalaksanaan dalam COVID-19 sangat luka yang buruk, dan peningkatan risiko
penting, dimana pemberian vitamin C dapat pneumonia.20

Referensi
1. Rahman S, Bahar T. COVID-19: The New https://www.who.int/emergencies/diseases/
Threat. Int J Infect. 2020;7(1):1–6. novel-coronavirus-2019
2. Maven L. Covid-19 had us all fooled , but 6. Edward M. How Viruses Work and How to
now we might have finally found its secret . Prevent and Eliminate Them Naturally.
2020;1:1–6. Available from: How Viruses Work How to Prev Elimin
https://medium.com/@agaiziunas/covid- Them Nat [Internet]. 2020;4–9. Available
19-had-us-all-fooled-but-now-we-might- from:
have-finally-found-its-secret-91182386efcb https://www.urologyofva.net/articles/categ
3. Carr AC, Maggini S. Vitamin C and ory/healthy-living/4126629/how-viruses-
immune function. Nutrients. 2017;9(11):1– work-and-how-to-prevent-and-eliminate-
25. them-naturally
4. Sorice A, Guerriero E, Capone F, Colonna 7. Van Driel ML, Beller EM, Thielemans E,
G, Castello G, Costantini S. Ascorbic Acid: Deckx L, Price-Haywood E, Clark J, et al.
Its Role in Immune System and Chronic Oral Vitamin C supplements to prevent and
Inflammation Diseases. Mini-Reviews Med treat acute upper respiratory tract infections.
Chem. 2014;14(5):444–52. Cochrane Database Syst Rev.
5. Practice BB. Coronavirus disease 2019. 2019;2019(3):1–11.
World Heal Organ [Internet]. 8. College TP and F of H. The Nutrition Source
2020;2019(March):2633. Available from: Vitamin C. Harvard TH Chan Sch Public
63 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 12, Nomor 2, Oktober 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

Heal [Internet]. 2020;56(4):460–8. Coronavirus it’s time to debunk claims that


Available from: Vitam C could cure it. 2020;4–9.
file:///C:/Users/Lenovo/Desktop/JURNAL 15.Rosa S, Santos W. Clinical trials on drug
ADE/FIX/VitaminC _ The Nutrition Source repositioning for COVID-19 treatment. Rev
_ Harvard T.H. Chan School of Public Panam Salud Pública. 2020;44:1–13.
Health.pdf 16.Peng Z, Editor CE. Coronavirus COVID-
9. Lanese N. Why vitamin C won’t “boost” 19 : Latest News and Information. 2020;1–
your immune system against the 17.
coronavirus. LiveScence [Internet]. 2020;1– 17.Saul AW. Nutritional Treatment of
8. Available from: Coronavirus. Orthomol Med News Serv
https://www.livescience.com/coronavirus- [Internet]. 2020;1–9. Available from:
vitamin-c-myth.html http://orthomolecular.org/resources/omns/i
10.Bsoul SA, Terezhalmy GT. Vitamin C in ndex.shtml
health and disease. Vol. 5, Journal of 18.Boosting I, For P, Corona A. COVID-19
Contemporary Dental Practice. 2004. 001– Protocol COVID-19 Protocol. 2020;
013 p. 19.Brown M. Fact check : Could taking vitamin
11.Mousavi S, Bereswill S, Heimesaat MM. C cure — or prevent — COVID-19 ? The
Immunomodulatory and antimicrobial claim : High doses of Vitamin C effectively.
effects of vitamin C. Eur J Microbiol 2020;3–5.
Immunol. 2019;9(3):73–9. 20.Carmen F. Can vitamin C prevent or treat
12.Kim Y, Kim H, Bae S, Choi J, Lim SY, Lee COVID-19 ( coronavirus )? Can Vitam C
N, et al. Vitamin C Is an Essential Factor on Prev or treat COVID-19 (coronavirus.
the Anti-viral Immune Responses through 2020;19:4–9.
the Production of Interferon-α/β at the Initial 21.School HM. Treatments for. Treat COVID-
Stage of Influenza A Virus (H3N2) 19 [Internet]. 2020;(120):189–216.
Infection. Immune Netw. 2013;13(2):70. Available from:
13.Hemilä H. Vitamin C and infections. file:///C:/Users/Lenovo/Desktop/JURNAL
Nutrients. 2017;9(4):1–41. ADE/FIX/TreatmentsforCOVID-19-
14.Mccaffery P. Coronavirus : it ’ s time to Harvard Health.pdf
debunk claims that vitamin C could cure it.

64 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
medicina
Systematic Review
Vitamins C and D and COVID-19 Susceptibility, Severity and
Progression: An Evidence Based Systematic Review
Filippo Migliorini 1, * , Raju Vaishya 2 , Jörg Eschweiler 1 , Francesco Oliva 3 , Frank Hildebrand 1
and Nicola Maffulli 3,4,5

1 Department of Orthopaedic, Trauma and Reconstructive Surgery, RWTH Aachen University Hospital,
52074 Aachen, Germany; joeschweiler@ukaachen.de (J.E.); fhildebrand@ukaachen.de (F.H.)
2 Department of Orthopaedics, Indraprastha Apollo Hospitals Institutes of Orthopaedics,
New Delhi 110076, India; raju.vaishya@gmail.com
3 Department of Medicine, Surgery and Dentistry, University of Salerno, Via S. Allende, 84081 Baronissi, Italy;
foliva@unisa.it (F.O.); n.maffulli@qmul.ac.uk (N.M.)
4 School of Pharmacy and Bioengineering, Keele University Faculty of Medicine, Thornburrow Drive,
Stoke on Trent ST5 5BG, UK
5 Barts and the London School of Medicine and Dentistry, Queen Mary University of London, Centre for Sports
and Exercise Medicine, Mile End Hospital, 275 Bancroft Road, London E1 4DG, UK
* Correspondence: migliorini.md@gmail.com; Tel.: +49-0241-80-35529

Abstract: Background and Objectives: Starting in early December 2019, the novel Coronavirus Disease
(COVID-19) from infection with COVID-19 has caused a global pandemic. Many aspects of its patho-
genesis and related clinical consequences are still unclear. Early diagnosis and dynamic monitoring
of prognostic factors are essential to improve the ability to manage COVID-19 infection. This study
aimed to provide an account of the role played by vitamins C and D on the onset, progression and
severity of COVID-19. Clinical features and infection-related risk factors are also briefly discussed.
Material and Methods: In March 2022, the main online databases were accessed. All the articles that
Citation: Migliorini, F.; Vaishya, R.; investigate the possible role of vitamins C and D on COVID-19 susceptibility, severity and progression
Eschweiler, J.; Oliva, F.; Hildebrand,
were considered. Results: The current evidence on vitamin C and D supplementation in patients with
F.; Maffulli, N. Vitamins C and D and
COVID-19 infection is inconsistent and controversial. In some studies, vitamins were used as coad-
COVID-19 Susceptibility, Severity
juvant of a formal experimental therapy, while in others as main treatment. Ethnicity and hospital
and Progression: An Evidence Based
setting (inpatient/outpatient) were also variable. Moreover, there was no consensus between studies
Systematic Review. Medicina 2022, 58,
941. https://doi.org/10.3390/
in administration protocol: high heterogeneity in dosage, administration, and duration of the treat-
medicina58070941 ment were evident. Finally, some studies administered vitamins pre- and/or during COVID infection,
in patients with different risk factors and infection severity. Conclusions: While waiting to develop
Academic Editor: Won Suk Choi
a targeted, safe and effective therapy, it is important to investigate individual predisposition and
Received: 28 May 2022 proper disease management. Concluding, available data on the use of nutraceuticals in COVID-19
Accepted: 12 July 2022 are inconsistent. However, there is a lack of evidence-based guidelines which recommend vitamin
Published: 15 July 2022 C and D supplementation in patients with COVID-19, and results from high quality randomised
Publisher’s Note: MDPI stays neutral
controlled trials (RCTs) are inconsistent. Current investigations so far are mostly observational, and
with regard to jurisdictional claims in include a relatively small sample size which can lead to biased results. Large-scale multicentre studies
published maps and institutional affil- are therefore needed.
iations.
Keywords: coronavirus; COVID-19; SARS-CoV-2; susceptibility; vitamin C; vitamin D

Copyright: © 2022 by the authors.


Licensee MDPI, Basel, Switzerland. 1. Introduction
This article is an open access article
The origins of COVID-19 remain still unclear, with consensus on diagnostic and thera-
distributed under the terms and
conditions of the Creative Commons
peutic standards [1,2]. In some patients, COVID-19 infection precipitously progresses, and
Attribution (CC BY) license (https://
respiratory failure can occur [3]. Therefore, prognostic factors for COVID-19 progression
creativecommons.org/licenses/by/
were investigated to provide a basis on which to optimize hospital efforts, further improve
4.0/). patient management and make therapy more effective, hoping to reduce mortality [4,5].

Medicina 2022, 58, 941. https://doi.org/10.3390/medicina58070941 https://www.mdpi.com/journal/medicina


Medicina 2022, 58, 941 2 of 15

Gender, age, underlying comorbidities (diabetes, hypertension, cardiovascular disease),


respiratory rate, temperature, neutrophil and lymphocyte counts, D-dimer, albumin and
procalcitonin are all predictors of COVID-19 severity, and therefore can be considered risk
factors for admission to intensive care unit (ICU) [6–11]. Compared to non-ICU patients,
ICU patients had higher plasma levels of IL2, IL7, IL10, GSCF, IP10, MCP1, MIP1A and
TNFα [12]. Several risk factors for the progression of COVID-19 pneumonia have been
reported, including older age: elderly people are frail, and they are likely to present several
comorbidities. These not only increase the risk of pneumonia [13], but also affect prog-
nosis [14]. The assessment of comorbidities is an essential component in determining the
prognosis of various diseases, particularly pneumonia [15]. Other risk factors for severity
progression are smoking, allergic conditions, asthma, and chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) [16]. At admission, high fever, dyspnoea, increased C reactive protein,
creatinine, and procalcitonin, hypoalbuminemia, leucopoenia, and eosinopenia have been
associated with disease progression [17–20]. Elevated plasmin levels are also common in
COVID-19 patients, especially in those with comorbidities [21]. Plasmin or other proteases
can increase COVID-19 severity by accelerating the entry, fusion, duplication and release
of the virus in respiratory cells. Elevated plasmin could be an independent factor for risk
stratification of patients with COVID-19 [22,23]. Therefore, patients presenting with these
characteristics need to be monitored more carefully to avoid complications and poor prog-
nosis. COVID-19 pneumonia is characterized by acute onset and rapid progression [24].
Lung damage caused by such infections can progress to acute respiratory distress syndrome
(ARDS) [25]. Recently, vitamin C and D supplementation in patients with COVID-19 has
gained interest. However, their role in the onset, progression and severity of the disease in
COVID-19 is still unclear. Therefore, this systematic review investigated whether vitamin
C and D supplementation may play a role in reducing the susceptibility, severity and
progression of COVID-19 infection. The hypothesis of the present investigation is that the
administration of vitamins C and D in COVID-19 patients might positively impact disease
susceptibility, severity and progression.

1.1. The Role of Vitamin D


Vitamin D plays a major role in calcium regulation and bone health [22]. Vitamin D
also acts on immune cells, and is generally able to reduce inflammation [26,27]. Vitamin D
is a potent epigenetic regulator, affecting more than 2500 genes [28] and playing a role in a
variety of diseases, including cancer [29,30], diabetes mellitus [31], acute respiratory tract
infections [32] and autoimmune diseases such as multiple sclerosis [33]. According to the
World Health Organisation (WHO), the world has recorded more than 140 million cases
and more than 3 million deaths related to COVID-19 since its outbreak [34]. Some aspects
suggest a potential association between vitamin D and COVID-19 [35]. The first is seasonal-
ity, as the infection started in winter in the Northern Hemisphere and mortality rates were
lower in the summer, especially in Europe, only to pick up again in September in various
European countries: mortality appears to be inversely related to solar ultraviolet-B (UVB)
doses and vitamin D production [36,37]. The second is ethnic group: African and Hispanic
Americans experienced higher rates of COVID-19 infection and death rates than Euro-
pean Americans [38,39], possibly from darker skin pigmentation and lower concentrations
of 25(OH)D [40]. Further aspects are systemic inflammation and immune dysregulation
mediated by COVID-19, which are associated with vitamin D on the immune system [41,42].
Vitamin D modulates the innate immune response and has antiviral activity and is therefore
recommended to prevent acute respiratory infections [43,44]. Hypovitaminosis D increases
the risk of infectious diseases, supported by the hypothesis that seasonal variations in acute
respiratory infections could be related to seasonal variations in vitamin D levels [45–48].

1.2. The Role of Vitamin C


The investigation into the role of vitamin C in the prevention and treatment of pneu-
monia and sepsis has been ongoing for many decades. This research has laid a solid
Medicina 2022, 58, 941 3 of 15

foundation to transpose the findings to patients with severe COVID-19 [49]. Patients with
pneumonia, sepsis and multiple organ failure have low vitamin C status and high oxida-
tive stress [50–52]. These critically ill patients have a higher requirement for vitamin C,
requiring gram doses to normalize their blood levels [53,54], 20–30 times greater than what
is required for the general population. Intravenous administration of vitamin C to patients
with pneumonia to normalize plasma levels is an intervention which, as suggested by
some studies, is able to reduce the severity (days spent in ICU) and duration (hospital stay)
of the disease [55–60]. Despite these findings, critically ill patients with sepsis continue
to receive milligram amounts of vitamin C, which is insufficient to replenish their vita-
min C status [61]. Vitamin C has pleiotropic physiological functions, many of which are
relevant to COVID-19. These include antioxidant, anti-inflammatory, antithrombotic and
immunomodulatory functions [62]. Many of the functions of vitamin C seem relevant for
the cytokine storm, sepsis and ARDS related to COVID-19 [63–68].

2. Materials and Methods


2.1. Search Strategy
This systematic review was conducted according to the Preferred Reporting Items for
Systematic Reviews and Meta-Analyses: the 2020 PRISMA statement [69]. The literature
search was conducted following this protocol:
• Patients: COVID-19 infection;
• Comparison: vitamins C and D;
• Outcomes: susceptibility, severity and progression of COVID-19.

2.2. Eligibility Criteria


All the comparative clinical studies which investigated the role of vitamin C and D
supplementation or deficiency in COVID-19 susceptibility, severity and progression were
considered in the present systematic review. The studies were eligible irrespective of the
clinical severity of the infection and/or of the presence and severity of patients’ comorbidi-
ties and/or protocol of vitamins administration. Studies level I to IV of evidence, according
to the Oxford Centre of Evidence-Based Medicine [70], were considered. Grey literature,
abstracts and posters, comments, expert opinion and editorials were not considered in
the quantitative analysis. Given the authors’ language capabilities, articles in English,
French, German, Italian and Spanish were considered. Disagreements were solved by a
third author (N.M.).

2.3. Literature Search


In May 2022, the following databases were accessed: Pubmed, Embase, Scopus and
Google Scholar. The following keywords were used for the search using the Boolean opera-
tor AND/OR: (coronavirus OR COVID-19 OR SARS-CoV-2 OR SARS-CoV-1 OR pandemic)
AND (vitamins OR vitamin C OR vitamin D) AND (administration OR supplementation
OR exogenous OR factors OR predictors OR susceptibility OR prognosis OR diagnosis
OR role OR therapy) AND (onset OR severity OR progression OR outcome OR sepsis OR
pneumonia OR lung OR cytokines OR pneumonia OR pathogenesis OR response OR risk
OR death OR mortality OR morbidity OR inflammatory OR nutraceutical OR immune
system). The database search was performed without time constrains. If title and abstract
matched the topic, the full text was accessed. The bibliographies of the full-text articles
were also screened for inclusion.

2.4. Methodology Quality Assessment


The Newcastle–Ottawa Scale (NOS) was used to assess the quality of non-randomized
studies. The NOS uses a ‘star’ rating system to judge the quality of studies, and is based
on selection, comparability and assessment of outcome. The maximum number of stars
a study may receive is nine, attributed as follows: zero to four stars for selection, zero to
two stars for comparability and zero to three stars for the outcome. A final score ≥6 stars
Medicina 2022, 58, 941 4 of 15

indicated a good quality. The Jadad composite scale was used to assess the methodological
quality of the clinical trials based on randomization, blinding and withdrawals. The scale
ranged from zero to five points. A final score ≥3 stars indicate low risk of bias.

3. Results
3.1. Search Results
The literature search resulted in 1314 articles. Of them, 878 were excluded, as they were
duplicates. A further 413 were excluded with reason: not clinical investigation (n = 174), not
focusing on Vitamin D or C (n = 201), not focusing on COVID (n = 30), language limitation
(n = 8). This left 23 studies for the present investigation (Figure 1).

Figure 1. Flow chart of the literature search.

3.2. Syntheses of Results


Thirteen studies compared Vit D supplementation in patients with COVID (Table 1).
Overall, 3443 patients were included: 830 in the treatment group and 2581 in the control group.
Men made up 50% (1722 of 3443). The mean age of the patients was 59.6 ± 13.9 years old.
Several clinical investigations found that in patients hospitalized with COVID-19, administration
of vitamin D was associated with lower in-hospital mortality compared to a control group who
did not receive supplementation or received low-dose supplementation [71]. These results
were also confirmed in the elderly, along with a reduced severity progression compared to a
control group who did not receive the vitamin supplementation [72–75]. Other studies found
that vitamin D supplementation improved oxygenation [76] and reduced the need of ICU in
inpatient regimes [77]. On the other hand, other clinical investigations found no difference in
the outcome in patients who received Vitamin D supplementation in terms of severity of disease
in need of mechanical ventilation, length of hospital stay and in-hospital mortality compared to
those who did not [78–81].
Medicina 2022, 58, 941 5 of 15

Table 1. Studies which investigated Vit D implementation in COVID.

Patients
Country of Follow-Up Hospitalisation
Author, Year Design Setting (Treatment/ Mean Age Male (%)
Origin (Days) (Days)
Control)
Acala-Diaz et al.,
Spain Retrospective Inpatient 30 NR 79/458 67.3 ± 15.9 21
2021 [71]
Annweiler et al.,
France Prospective Inpatient 14 NR 45/32 88.4 ± 5.3 51
2020 [72]
Annweiler et al., Nursing &
France Prospective 36 NR 9/57 87.7 ± 9.0 23
2020 [73] residents
Annweiler et al.,
France RCT Inpatient 28 NR 127/127 88 (82 to 92) 42
2022 [82]
Arroyo-Diaz et al.,
Spain Cross-sectional Inpatient NR 7.86 ± 8.5 89/1078 64.7 ± 16.3 55
2021 [78]
Cangiano et al., Nursing &
Italy Retrospective 60 NR 20/78 89.9 ± 6.5 29
2021 [74] residents
Cereda et al., Out &
Italy Retrospective NR NR 38/286 70.3 ± 12.8 49
2021 [83] inpatient
Castillo et al.,
Spain RCT Inpatient NR NR 50/26 53.01 ± 10.24 59
2020 [77]
Elamir et al.,
USA RCT Inpatient NR 5.5 ± 3.9 25/25 66.5 ± 17.04 50
2020 [76]
Guven et al.,
Turkey Retrospective Inpatient NR 9 (6 to 16) 113/62 74 (61 to 82) 60
2021 [79]
Hernandez et al.,
Spain Case control Inpatient 11.8 ± 6.1 NR 19/197 59.4 ± 16.8 57
2020 [80]
Jevalikar et al.,
India Cross-sectional Inpatient NR NR 128/69 46.7 ± 18.8 68
2021 [81]
Lakkireddy et al.
India RCT Inpatient NR 13 ± 5 44/43 45 ± 13 75
2021 [75]
Murai et al.,
Brazil RCT Inpatient 7.7 7 (4 to 10) 44/43 56.2 ± 14.4 56
2021 [84]
RCT: randomised controlled trial; NR: not reported.
Medicina 2022, 58, 941 6 of 15

Nine studies compared Vit C supplementation in patients with COVID (Table 2).
Overall, 1488 patients were included: 605 in the treatment group and 883 in the control
group. Men made up 52% (774 of 1488). The mean age of the patients was 59.8 ± 7.4 years
old. High-dose vitamin C may reduce the mortality [85] and the rate of thrombosis [86],
and improve oxygenation [85,87], in patients with COVID-2019. Other studies did not find
benefits for vitamin C in addition to the main treatment regimen in inpatient and outpatient
regimes [86,88–93], with no impact on mortality, need for mechanical ventilation [89], nor
vasopressor requirements or Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) scores [90].

Table 2. Studies which investigated Vit C implementation in COVID.

Patients
Country of Follow-Up Hospitalisation
Author, Year Design Setting (Treatment/ Mean Age Male (%)
Origin (Days) (Days)
Control)
Al Sulaiman
et al., Saudi Arabia Retrospective Inpatient NR 8.5 (5 to 15) 148/148 60.6 ± 15.15 68
2021 [86]
Gao et al.,
China Retrospective Inpatient 28 NR 46/30 61 (52 to 71) 39
2021 [85]
Jamali
Moghadam
Iran RCT Inpatient NR 8.50 (7 to 12) 30/30 59.3 ± 17.1 50
et al.,
2021 [88]
Kumari et al.,
Pakistan RCT Inpatient NR 8.1 ± 1.8 75/75 52.5 ± 11.5 57
2020 [89]
Li et al.,
USA Retrospective Inpatient NR 18 ± 13 8/24 64.7 ± 10.9 38
2021 [90]
Suna et al.,
Turkey Retrospective Inpatient NR 8.1 ± 4.2 153/170 62.3 ± 14.2 63
2021 [91]
Thomas
et al., USA RCT Outpatient 28 NR 48/50 43.8 ± 14.8 35
2021 [92]
Zhang et al.,
China RCT Inpatient 28 35 ± 17 27/29 66.7 ± 12.7 64
2020 [87]
Zheng et al.,
China Retrospective Inpatient 29.3 NR 70/327 67 (61 to 74) 52
2021 [93]
RCT: randomised controlled trial; NR: not reported.

3.3. Methodological Quality Assessment


The NOS resulted ≥6 stars in all studies, and the Jadad composite scale ≥3 in most
studies. These results attested to the present study’s good quality concerning the method-
ological assessment.
The methodological quality assessment of the non-randomized investigations is shown
in Table 3 and that of the randomised controlled trials in Table 4.

Table 3. Newcastle–Ottawa Scale.

Author, Year Selection Comparability Outcome Score


Alcala-Diaz et al., 2021 [71] 4 1 2 7
Al Sulaiman et al., 2021 [86] 4 1 2 7
Annweiler et al., 2020 [72] 4 1 2 7
Annweiler et al., 2020 [73] 4 1 1 6
Arroyo-Diaz et al., 2021 [78] 4 0 2 6
Cangiano et al., 2021 [74] 4 1 3 8
Cereda et al., 2021 [83] 4 1 1 6
Gao et al., 2021 [85] 4 1 2 7
Guven et al., 2021 [79] 4 1 2 7
Hernandez et al., 2020 [80] 4 0 2 6
Jevalikar et al., 2021 [81] 4 1 1 6
Li et al., 2021 [90] 4 1 1 6
Suna et al., 2021 [91] 4 1 1 6
Zheng et al., 2021 [93] 4 1 3 8
Medicina 2022, 58, 941 7 of 15

Table 4. Jadad Composite Scale.

Author, Year Randomisation Blinding Withdrawals Score


Annweiler et al., 2022 [82] 2 0 1 3
Castillo et al., 2020 [77] 2 0 1 3
Elamir et al., 2020 [76] 2 0 1 3
Jamali Moghadam et al., 2021 [88] 2 0 0 2
Kumari et al., 2020 [89] 2 0 0 2
Lakkireddy et al., 2021 [75] 2 0 1 3
Murai et al., 2021 [84] 2 2 0 4
Thomas et al., 2021 [92] 2 0 1 3
Zhang et al., 2020 [87] 2 0 1 3

4. Discussion
According to the main findings of the present study, our hypothesis that the administra-
tion of vitamins C and D in COVID-19 patients impacts positively on disease susceptibility,
severity and progression was not supported by the current evidence. The current evidence
on vitamin C and D supplementation in patients with COVID-19 infection is heterogeneous.
Although most studies focused on the same endpoints, such as infection progression, hos-
pitalisation length, oxygenation, need of ICU and mechanical ventilation, and mortality,
the results of these studies are controversial, and no consistent recommendation can be
inferred. The current clinical investigations evidenced high variability in eligibility criteria,
patient comorbidities and age, and associated therapies. In some studies, vitamins were
used as coadjuvant of a formal experimental therapy, while in others as main treatment.
Ethnicity and hospital setting (inpatient/outpatient) were also variable. Moreover, there
was no consensus between studies in administration protocol: high heterogeneity in dosage,
administration and duration of the treatment were evident. Finally, some studies adminis-
tered vitamins pre- and/or during COVID infection, in patients with different risk factors
and infection severity.
The improved metabolism of vitamins in diseases and inflammatory processes may
justify vitamin C and D supplementation during sepsis or pneumonia. However, the
possibility of decreasing the incidence of viral diseases in a population using dietary sup-
plements of vitamin C and D is not supported by the present published peer reviewed
literature. This is in accordance with previous evidence, which concluded that vitamin
administration at high doses does not contribute to reducing the severity and progression of
COVID-19 [49,94,95]. Among other things, the basal state of vitamin C probably influences
the response to its administration. As recently highlighted, most patients who were enrolled
in the clinical studies suffered from hypovitaminosis, and such hypovitaminosic patients
are more likely to respond to its therapeutic supplementation [49,94,96]. We were unable
to identify studies which investigated the efficacy of vitamin C and D supplementation in
the prevention of COVID-19 in healthy patients. In this context, the effects of vitamin C
and D application are not fully generalisable. While waiting to develop a targeted, safe
and effective therapy, it is important to investigate individual predisposition and proper
disease management [97]. Available data on the use of nutraceuticals in COVID-19 are
inconsistent. Irrespective of COVID-19 infection, vitamins have beneficial properties with
practically no side effects. Prevention of malnutrition by providing adequate amounts of
macronutrients to maintain energy needs is highly recommended [98]. Integration with
micronutrients is equally important to prevent viral infections: low levels of vitamins
have been associated with adverse clinical outcomes [99]. Given the good safety profile,
low cost, and the potential for rapid increase in their production, the administration of
vitamins C and D to patients with infectious diseases may be reasonable. However, there is
a lack of evidence-based guidelines which recommend vitamin C and D supplementation
in patients with COVID-19, and results from high quality randomised controlled trials
(RCTs) are inconsistent. Current investigations so far are mostly observational, and include
a relatively small sample size which can lead to biased results. Large-scale multicenter
Medicina 2022, 58, 941 8 of 15

studies are therefore needed. Vitamins participate in a multitude of biochemical pathways


which may affect the susceptibility, severity and progression of COVID-19. Higher serum
concentrations of 25(OH)D contribute to maintaining intact the epithelial layers, reducing
virus replication, modulating pro-inflammatory cytokine and promoting the concentration
of free angiotensin-converting enzyme-2 (ACE-2). These effects of vitamin D may explain
the positive results obtained in some studies. More research is needed to evaluate the
mechanisms by which Vitamin D may reduce the risk of COVID-19. Vitamin C shows
relevant mechanisms of action for severe respiratory infections, including antioxidant,
anti-inflammatory, antithrombotic and immunomodulatory functions. However, whether
low concentrations of either vitamin C or vitamin D were a causative reason or an unre-
lated collateral effect related to COVID-19 susceptibility, severity and progression remains
unclear. Whether exogenous replacement for higher serum levels of vitamins C or D would
result in better prevention or better treatment outcomes is debated, and relevant evidence
is missing. The results from larger RCTs currently would provide more definitive evidence.
Optimization of intervention protocols in future trials, for example, an early and prolonged
administration, is justified to ascertain their effectiveness. Concluding, the current available
evidence is inconsistent and not exhaustive; therefore, vitamins C and D in COVID-19
patients should be cautiously administered under continuous monitoring.
The hypothesis that vitamin D status may affect the risk of COVID-19 is mainly based
on observational studies [100–114]. We were unable to identify RCTs which investigated
the incidence of COVID-19 in patients underoing vitamin D supplementation. Most studies
which have identified inverse correlations between COVID-19 severity and risk of death
are retrospective with limied numbers of COVID-19 patients. To date, the United States Ob-
servational Study is the largest observational study, reporting data on 191,779 patients with
values of vitamin D tested in the previous 12 months [115]. The study reported COVID-19
positivity rates vs vitamin D concentration [115]. The finding that the COVID-19 positivity
rate in the United States varied from 6.5% for vitamin D concentrations between 40 and
50 ng/mL, to 11.3% for values of 20 ng/mL, may result from the effect of vitamin D in
reducing virus survival and replication by induction of cathelicidin and defensins, as well
as by increasing free ACE-2 concentrations, thus preventing COVID-19 from entering cells
through the ACE-2 receptor [116]. Regression fit to all data indicates that COVID-19 positiv-
ity is 40% lower for 25(OH)D values above 50 ng/mL (Institute of Medicine recommended
value [117,118]) compared to values of 20 ng/mL. The higher rates in the northern states
were explained by a genetic variation of the original Chinese form of the amino acid D614A
of the Spike protein, to the mutated European form D614G [119]. The variation of the
Spike amino acid is caused by a nucleotide mutation from A to G in position 23,403 of
the Wuhan reference strain. The D614G form has higher transmission capabilities, and
was introduced to New York by people returning from Europe. Such genetic alteration
possibly explains some of the high COVID-19 positivity rates in these areas. Regarding
ethnic differences, social determinants predisposing to COVID-19, such as lower income,
reduced education and employment, as well as higher rates of comorbidities might explain
why African Americans have higher rates of COVID-19 [120]. These factors may help
explain why blacks and Hispanics have COVID-19 positivity rates 7% and 4% higher,
respectively, than whites for the same vitamin D (30 ng/mL). However, the positive spread
rate of COVID-19 was higher for blacks and Hispanics with 20 ng/mL than for whites
with the same value (18%, 16% and 9%, respectively) than for blacks and Hispanics with
about 60 ng/mL (11%, 9% and 5%, respectively), suggesting that low vitamin D status
plays a role in increasing the rate of COVID-19. A potential limitation of Vitamin D stud-
ies is some scientific evidence that acute inflammatory disease lowers the concentration
of 25(OH)D [121–125]. Another important factor which might be relevant in COVID-19
infection severity and progression is the interaction of vitamin D and its receptor (vita-
min D receptor, VDR), as vitamin D is an important immunomodulator of both innate
and adaptive immune responses [126,127]. Some previous investigations concluded that
vitamin D supplementation might be effective to modulate COVID-19 infection at the
Medicina 2022, 58, 941 9 of 15

early and at the hyperinflammatory stages [77,102,128]. Despite these positive results, the
efficacy of Vitamin D application in patients with COVID-19 still remains controversial,
and future studies are required [129]. A phase 3 RCT, the CORONAVIT study is currently
ongoing (NCT04579640). In this study the authors determined whether population-level
implementation of a test-and-treat approach to correction of sub-optimal vitamin D status
influences the risk of acute respiratory infection or COVID-19 disease. In adult sub-optimal
vitamin D status, vitamin D implementation has no impact on the risk of acute respiratory
infection or COVID-19 disease.
Regarding vitamin C, many observational studies indicated a low state of vitamin C
in critically ill patients with COVID-19 [130,131]. Currently, several RCTs are evaluating
intravenous administration of vitamin C monotherapy [132–135]. Given the pharmacoki-
netics of vitamin C and the increased requirement during pulmonary infections, oral
vitamin C might not be as effective as intravenous administration [136], significantly reduc-
ing levels of IL-6 by the first week [87]. Coagulopathy and development of microthrombi
represent further common complications of COVID-19 [63], which probably are important
components of lung problems [137]. Early vitamin C injections prevent microthrombi
formation and blockage of capillaries [138]. Indeed, previous studies have also shown
that the level of D-dimer in COVID-19 patients decreased if intravenous vitamin C was
administered [139]. Another possible complication of COVID-19 is the extracellular neu-
trophil traps, which may predispose to the coagulopathy related to COVID-19 [140,141]. In
sepsis models, administration of vitamin C may decrease the extracellular neutrophil trap
formation [142]. Neutrophil-derived oxidative stress is thought to induce tissue damage in
COVID-19 [143,144]. Patients with respiratory infection and sepsis demonstrated a consid-
erable elevation of the oxidative stress markers compared to other critical patients [145,146].
In these patients, administration of vitamin C stabilized markers of oxidative stress, im-
proving the survivorship [56,147]. Moreover, the administration of vitamin C in critical
patients might have shortened the mechanical ventilation and the length the intensive
care stay [148,149]. The above findings may be particularly important in countries with
limited capacity of ICUs beds and more generally in contexts with limited resources, such
as low-middle-income countries [150]. Most of the top 10 countries with the highest
number of cases for COVID-19 have low-medium income [151], a known risk factor for
hypovitaminosis C [152].

5. Conclusions
According to the main findings of the present study, our hypothesis that the adminis-
tration of vitamins C and D in COVID-19 patients impacts positively disease susceptibility,
severity and progression was not supported by the current evidence. While waiting to
develop a targeted, safe and effective therapy, it is important to investigate individual
predisposition and proper disease management. Available data on the use of nutraceuticals
in COVID-19 are inconsistent. However, there is a lack of evidence-based guidelines which
recommend vitamin C and D supplementation in patients with COVID-19, and results from
high quality randomised controlled trials (RCTs) are inconsistent. Current investigations so
far are mostly observational, and include a relatively small sample size, which can lead to
biased results. Large-scale multicentre studies are therefore needed.

Author Contributions: Conceptualization, writing, revision and final approval, F.M.; revision and
final approval, J.E.; revision and final approval, F.O.; supervision and final approval, F.H.; supervision
and final approval, R.V.; writing, revision, and final approval, N.M. All authors have read and agreed
to the published version of the manuscript.
Funding: This research received no external funding.
Institutional Review Board Statement: Not applicable.
Informed Consent Statement: Not applicable.
Data Availability Statement: Not applicable.
Medicina 2022, 58, 941 10 of 15

Conflicts of Interest: The authors declare no conflict of interest.

References
1. Umakanthan, S.; Sahu, P.; Ranade, A.V.; Bukelo, M.M.; Rao, J.S.; Lf, A.-M.; Dahal, S.; Kumar, H.; Kv, D. Origin, transmission,
diagnosis and management of coronavirus disease 2019 (COVID-19). Postgrad. Med. J. 2020, 96, 753–758. [CrossRef] [PubMed]
2. Migliorini, F.; Weber, C.D.; Pappalardo, G.; Schenker, H.; Hofmann, U.K.; Eschweiler, J.; Hildebrand, F. Orthopaedic, trauma
surgery, and Covid-2019 pandemic: Clinical panorama and future prospective in Europe. Eur. J. Trauma Emerg. Surg. 2022.
[CrossRef] [PubMed]
3. Xu, Z.; Shi, L.; Wang, Y.; Zhang, J.; Huang, L.; Zhang, C.; Liu, S.; Zhao, P.; Liu, H.; Zhu, L.; et al. Pathological findings of COVID-19
associated with acute respiratory distress syndrome. Lancet Respir. Med. 2020, 8, 420–422. [CrossRef]
4. Xiong, S.; Liu, L.; Lin, F.; Shi, J.; Han, L.; Liu, H.; He, L.; Jiang, Q.; Wang, Z.; Fu, W.; et al. Clinical characteristics of 116 hospitalized
patients with COVID-19 in Wuhan, China: A single-centered, retrospective, observational study. BMC Infect. Dis. 2020, 20, 787.
[CrossRef]
5. Bugeja, M.; Mariani, J.; Dowling, J.; Stringaro, G.; Portelli, J.L.; Sant, K.; Casaletto, J. Musculoskeletal steroid injections during the
COVID-19 pandemic. J. Orthop. 2021, 26, 103–106. [CrossRef]
6. Cai, H. Sex difference and smoking predisposition in patients with COVID-19. Lancet Respir. Med. 2020, 8, e20. [CrossRef]
7. Yang, J.; Zheng, Y.; Gou, X.; Pu, K.; Chen, Z.; Guo, Q.; Ji, R.; Wang, H.; Wang, Y.; Zhou, Y. Prevalence of comorbidities and its
effects in patients infected with SARS-CoV-2: A systematic review and meta-analysis. Int. J. Infect. Dis. 2020, 94, 91–95. [CrossRef]
8. Khan, M.A.; Khan, N.; Mustagir, G.; Rana, J.; Islam, S.; Kabir, I. Effects of underlying morbidities on the occurrence of deaths in
COVID-19 patients: A systematic review and meta-analysis. J. Glob. Health 2020, 10, 020503. [CrossRef]
9. Zhou, Y.; Yang, Q.; Chi, J.; Dong, B.; Lv, W.; Shen, L.; Wang, Y. Comorbidities and the risk of severe or fatal outcomes associated
with coronavirus disease 2019: A systematic review and meta-analysis. Int. J. Infect. Dis. 2020, 99, 47–56. [CrossRef]
10. Jain, V.; Yuan, J.-M. Predictive symptoms and comorbidities for severe COVID-19 and intensive care unit admission: A systematic
review and meta-analysis. Int. J. Public Health 2020, 65, 533–546. [CrossRef]
11. Wang, K.C.; Xiao, R.; Cheung, Z.B.; Barbera, J.P.; Forsh, D.A. Early mortality after hip fracture surgery in COVID-19 patients: A
systematic review and meta-analysis. J. Orthop. 2020, 22, 584–591. [CrossRef] [PubMed]
12. Huang, C.; Wang, Y.; Li, X.; Ren, L.; Zhao, J.; Hu, Y.; Zhang, L.; Fan, G.; Xu, J.; Gu, X.; et al. Clinical features of patients infected
with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet 2020, 395, 497–506. [CrossRef]
13. Ticinesi, A.; Nouvenne, A.; Folesani, G.; Prati, B.; Morelli, I.; Guida, L.; Lauretani, F.; Maggio, M.; Meschi, T. An investigation of
multimorbidity measures as risk factors for pneumonia in elderly frail patients admitted to hospital. Eur. J. Intern. Med. 2015,
28, 102–106. [CrossRef] [PubMed]
14. Cilloniz, C.; Polverino, E.; Ewig, S.; Aliberti, S.; Gabarrús, A.; Menéndez, R.; Mensa, J.; Blasi, F.; Torres, A. Impact of Age and
Comorbidity on Cause and Outcome in Community-Acquired Pneumonia. Chest 2013, 144, 999–1007. [CrossRef] [PubMed]
15. Ladha, K.S.; Zhao, K.; Quraishi, S.A.; Kurth, T.; Eikermann, M.; Kaafarani, H.M.; Klein, E.N.; Seethala, R.; Lee, J. The Deyo-
Charlson and Elixhauser-van Walraven Comorbidity Indices as predictors of mortality in critically ill patients. BMJ Open 2015,
5, e008990. [CrossRef] [PubMed]
16. Zhang, J.J.; Dong, X.; Cao, Y.Y.; Yuan, Y.D.; Yang, Y.B.; Yan, Y.Q.; Akdis, C.A.; Gao, Y.D. Clinical characteristics of 140 patients
infected with SARS-CoV-2 in Wuhan, China. Allergy 2020, 75, 1730–1741. [CrossRef]
17. Liu, W.; Tao, Z.-W.; Wang, L.; Yuan, M.-L.; Liu, K.; Zhou, L.; Wei, S.; Deng, Y.; Liu, J.; Liu, H.-G.; et al. Analysis of factors associated
with disease outcomes in hospitalized patients with 2019 novel coronavirus disease. Chin. Med. J. 2020, 133, 1032–1038. [CrossRef]
18. Duc, S.; Rainfray, M.; Soubeyran, P.-L.; Fonck, M.; Blanc, J.F.; Ceccaldi, J.; Cany, L.; Brouste, V.; Mathoulin-Pélissier, S. Predictive
factors of depressive symptoms of elderly patients with cancer receiving first-line chemotherapy. Psychooncology 2016, 26, 15–21.
[CrossRef]
19. Ho, T.-S.; Wang, S.-M.; Liu, C.-C. Historical Review of Pandemic Influenza A in Taiwan, 2009. Pediatr. Neonatol. 2010, 51, 83–88.
[CrossRef]
20. Wu, C.-T.; Hsia, S.-H.; Huang, J.-L. Influenza B-associated rhabdomyolysis in Taiwanese children. Acta Paediatr. 2009, 99,
1701–1704. [CrossRef]
21. Ji, H.-L.; Zhao, R.; Matalon, S.; Matthay, M.A. Elevated Plasmin(ogen) as a Common Risk Factor for COVID-19 Susceptibility.
Physiol. Rev. 2020, 100, 1065–1075. [CrossRef] [PubMed]
22. Hoffmann, M.; Kleine-Weber, H.; Schroeder, S.; Krüger, N.; Herrler, T.; Erichsen, S.; Schiergens, T.S.; Herrler, G.; Wu, N.-H.;
Nitsche, A.; et al. SARS-CoV-2 Cell Entry Depends on ACE2 and TMPRSS2 and Is Blocked by a Clinically Proven Protease
Inhibitor. Cell 2020, 181, 271–280.e8. [CrossRef] [PubMed]
23. McKee, D.L.; Sternberg, A.; Stange, U.; Laufer, S.; Naujokat, C. Candidate drugs against SARS-CoV-2 and COVID-19. Pharmacol.
Res. 2020, 157, 104859. [CrossRef] [PubMed]
24. Hu, B.; Guo, H.; Zhou, P.; Shi, Z.-L. Characteristics of SARS-CoV-2 and COVID-19. Nat. Rev. Microbiol. 2021, 19, 141–154.
[CrossRef]
25. Hu, B.; Huang, S.; Yin, L. The cytokine storm and COVID-19. J. Med. Virol. 2020, 93, 250–256. [CrossRef]
26. Agrawal, D.; Yin, K. Vitamin D and inflammatory diseases. J. Inflamm. Res. 2014, 7, 69–87. [CrossRef]
Medicina 2022, 58, 941 11 of 15

27. Panfili, F.M.; Roversi, M.; D’Argenio, P.; Rossi, P.; Cappa, M.; Fintini, D. Possible role of vitamin D in Covid-19 infection in
pediatric population. J. Endocrinol. Investig. 2020, 44, 27–35. [CrossRef]
28. Carlberg, C. Vitamin D Signaling in the Context of Innate Immunity: Focus on Human Monocytes. Front. Immunol. 2019, 10, 2211.
[CrossRef]
29. Manson, J.E.; Cook, N.R.; Lee, I.M.; Christen, W.; Bassuk, S.S.; Mora, S.; Gibson, H.; Gordon, D.; Copeland, T.; D’Agostino, D.;
et al. Vitamin D Supplements and Prevention of Cancer and Cardiovascular Disease. N. Engl. J. Med. 2019, 380, 33–44. [CrossRef]
30. Grant, W.B.; Al Anouti, F.; Moukayed, M. Targeted 25-hydroxyvitamin D concentration measurements and vitamin D3 supple-
mentation can have important patient and public health benefits. Eur. J. Clin. Nutr. 2020, 74, 366–376. [CrossRef]
31. Pittas, A.G.; Dawson-Hughes, B.; Sheehan, P.; Ware, J.H.; Knowler, W.C.; Aroda, V.R.; Brodsky, I.; Ceglia, L.; Chadha, C.; Chatterjee,
R.; et al. Vitamin D Supplementation and Prevention of Type 2 Diabetes. N. Engl. J. Med. 2019, 381, 520–530. [CrossRef] [PubMed]
32. Martineau, A.R.; Jolliffe, D.A.; Greenberg, L.; Aloia, J.F.; Bergman, P.; Dubnov-Raz, G.; Esposito, S.; Ganmaa, D.; Ginde, A.A.;
Goodall, E.C.; et al. Vitamin D supplementation to prevent acute respiratory infections: Individual participant data meta-analysis.
Health Technol. Assess. 2019, 23, 356. [CrossRef] [PubMed]
33. Hayes, C.E.; Ntambi, J.M. Multiple Sclerosis: Lipids, Lymphocytes, and Vitamin D. Immunometabolism 2020, 2. [CrossRef]
34. WHO. COVID-19 Dashboard. Available online: https://covid19.who.int (accessed on 17 March 2022).
35. Mercola, J.; Grant, W.B.; Wagner, C.L. Evidence Regarding Vitamin D and Risk of COVID-19 and Its Severity. Nutrients 2020,
12, 3361. [CrossRef]
36. Mitri, J.; Muraru, M.D.; Pittas, A.G. Vitamin D and type 2 diabetes: A systematic review. Eur. J. Clin. Nutr. 2011, 65, 1005–1015.
[CrossRef]
37. Kroll, M.H.; Bi, C.; Garber, C.C.; Kaufman, H.W.; Liu, D.; Caston-Balderrama, A.; Zhang, K.; Clarke, N.; Xie, M.; Reitz, R.E.; et al.
Temporal Relationship between Vitamin D Status and Parathyroid Hormone in the United States. PLoS ONE 2015, 10, e0118108.
[CrossRef]
38. Yancy, C.W. COVID-19 and African Americans. JAMA 2020, 323, 1891–1892. [CrossRef]
39. Yehia, B.R.; Winegar, A.; Fogel, R.; Fakih, M.; Ottenbacher, A.; Jesser, C.; Bufalino, A.; Huang, R.-H.; Cacchione, J. Association of
Race with Mortality Among Patients Hospitalized with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) at 92 US Hospitals. JAMA Netw.
Open 2020, 3, e2018039. [CrossRef]
40. Ginde, A.A.; Liu, M.C.; Camargo, C.A., Jr. Demographic Differences and Trends of Vitamin D Insufficiency in the US Population,
1988–2004. Arch. Intern. Med. 2009, 169, 626–632. [CrossRef]
41. Caricchio, R.; Gallucci, M.; Dass, C.; Zhang, X.; Gallucci, S.; Fleece, D.; Bromberg, M.; Criner, G.J. Preliminary predictive criteria
for COVID-19 cytokine storm. Ann. Rheum. Dis. 2020, 80, 88–95. [CrossRef]
42. Qin, C.; Zhou, L.; Hu, Z.; Zhang, S.; Yang, S.; Tao, Y.; Xie, C.; Ma, K.; Shang, K.; Wang, W.; et al. Dysregulation of Immune
Response in Patients With Coronavirus 2019 (COVID-19) in Wuhan, China. Clin. Infect. Dis. 2020, 71, 762–768. [CrossRef]
[PubMed]
43. Zdrenghea, M.T.; Makrinioti, H.; Bagacean, C.; Bush, A.; Johnston, S.; Stanciu, L.A. Vitamin D modulation of innate immune
responses to respiratory viral infections. Rev. Med. Virol. 2016, 27, e1909. [CrossRef] [PubMed]
44. Telcian, A.G.; Zdrenghea, M.T.; Edwards, M.R.; Laza-Stanca, V.; Mallia, P.; Johnston, S.L.; Stanciu, L.A. Vitamin D increases the
antiviral activity of bronchial epithelial cells in vitro. Antivir. Res. 2017, 137, 93–101. [CrossRef] [PubMed]
45. Cannell, J.J.; Vieth, R.; Umhau, J.C.; Holick, M.F.; Grant, W.B.; Madronich, S.; Garland, C.F.; Giovannucci, E. Epidemic influenza
and vitamin D. Epidemiol. Infect. 2006, 134, 1129–1140. [CrossRef]
46. Chowdhury, R.; Taneja, S.; Bhandari, N.; Sinha, B.; Upadhyay, R.P.; Bhan, M.K.; Strand, T. Vitamin-D deficiency predicts infections
in young north Indian children: A secondary data analysis. PLoS ONE 2017, 12, e0170509. [CrossRef]
47. Arihiro, S.; Nakashima, A.; Matsuoka, M.; Suto, S.; Uchiyama, K.; Kato, T.; Mitobe, J.; Komoike, N.; Itagaki, M.; Miyakawa, Y.;
et al. Randomized Trial of Vitamin D Supplementation to Prevent Seasonal Influenza and Upper Respiratory Infection in Patients
with Inflammatory Bowel Disease. Inflamm. Bowel Dis. 2019, 25, 1088–1095. [CrossRef]
48. Grant, W.B.; Lahore, H.; McDonnell, S.L.; Baggerly, C.A.; French, C.B.; Aliano, J.L.; Bhattoa, H.P. Evidence that Vitamin D
Supplementation Could Reduce Risk of Influenza and COVID-19 Infections and Deaths. Nutrients 2020, 12, 988. [CrossRef]
49. Carr, A.C.; Rowe, S. The Emerging Role of Vitamin C in the Prevention and Treatment of COVID-19. Nutrients 2020, 12, 3286.
[CrossRef]
50. Schorah, C.J.; Downing, C.; Piripitsi, A.; Gallivan, L.; Al-Hazaa, A.H.; Sanderson, M.J.; Bodenham, A. Total vitamin C, ascorbic
acid, and dehydroascorbic acid concentrations in plasma of critically ill patients. Am. J. Clin. Nutr. 1996, 63, 760–765. [CrossRef]
51. Galley, H.F.; Davies, M.J.; Webster, N.R. Ascorbyl radical formation in patients with sepsis: Effect of ascorbate loading. Free Radic.
Biol. Med. 1996, 20, 139–143. [CrossRef]
52. Borrelli, E.; Roux-Lombard, P.; Grau, G.E.; Girardin, E.; Ricou, B.; Dayer, J.; Suter, P.M. Plasma concentrations of cytokines, their
soluble receptors, and antioxidant vitamins can predict the development of multiple organ failure in patients at risk. Crit. Care
Med. 1996, 24, 392–397. [CrossRef]
53. Long, C.; Maull, K.; Krishnan, R.; Laws, H.; Geiger, J.; Borghesi, L.; Franks, W.; Lawson, T.; Sauberlich, H. Ascorbic acid dynamics
in the seriously ill and injured. J. Surg. Res. 2003, 109, 144–148. [CrossRef]
54. de Grooth, H.-J.; Manubulu-Choo, W.-P.; Zandvliet, A.S.; de Man, A.M.E.S.; Girbes, A.R.; Swart, E.L.; van Straaten, H.M.O.
Vitamin C Pharmacokinetics in Critically Ill Patients. Chest 2018, 153, 1368–1377. [CrossRef] [PubMed]
Medicina 2022, 58, 941 12 of 15

55. Fowler, A.A., III; Syed, A.A.; Knowlson, S.; Sculthorpe, R.; Farthing, D.; Dewilde, C.; Farthing, C.A.; Larus, T.L.; Martin, E.;
Brophy, D.F.; et al. Phase I safety trial of intravenous ascorbic acid in patients with severe sepsis. J. Transl. Med. 2014, 12, 32.
[CrossRef] [PubMed]
56. Fowler, A.A., 3rd; Truwit, J.D.; Hite, R.D.; Morris, P.E.; Dewilde, C.; Priday, A.; Fisher, B.; Thacker, L.R., 2nd; Natarajan, R.; Brophy,
D.F.; et al. Effect of Vitamin C Infusion on Organ Failure and Biomarkers of Inflammation and Vascular Injury in Patients With
Sepsis and Severe Acute Respiratory Failure. JAMA 2019, 322, 1261–1270. [CrossRef]
57. Hunt, C.; Chakravorty, N.K.; Annan, G.; Habibzadeh, N.; Schorah, C.J. The clinical effects of vitamin C supplementation in elderly
hospitalised patients with acute respiratory infections. Int. J. Vitam. Nutr. Res. 1994, 64, 212–219.
58. Mochalkin, N.I. Ascorbic acid in the complex therapy of acute pneumonia. Voen. -Meditsinskii Zhurnal 1970, 9, 17–21.
59. Hemilä, H.; Chalker, E. Reanalysis of the Effect of Vitamin C on Mortality in the CITRIS-ALI Trial: Important Findings Dismissed
in the Trial Report. Front. Med. 2020, 7, 590853. [CrossRef]
60. Kashiouris, M.G.; L’Heureux, M.; Cable, C.A.; Fisher, B.J.; Leichtle, S.W.; Fowler, A.A. The Emerging Role of Vitamin C as a
Treatment for Sepsis. Nutrients 2020, 12, 292. [CrossRef]
61. Carr, A.C.; Rosengrave, P.C.; Bayer, S.; Chambers, S.; Mehrtens, J.; Shaw, G.M. Hypovitaminosis C and vitamin C deficiency in
critically ill patients despite recommended enteral and parenteral intakes. Crit. Care 2017, 21, 300. [CrossRef]
62. Holford, P.; Carr, A.; Jovic, T.; Ali, S.; Whitaker, I.; Marik, P.; Smith, A.D. Vitamin C—An Adjunctive Therapy for Respiratory
Infection, Sepsis and COVID-19. Nutrients 2020, 12, 3760. [CrossRef] [PubMed]
63. Wiersinga, W.J.; Rhodes, A.; Cheng, A.C.; Peacock, S.J.; Prescott, H.C. Pathophysiology, Transmission, Diagnosis, and Treatment
of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A Review. JAMA 2020, 324, 782–793. [CrossRef] [PubMed]
64. Blanco-Melo, D.; Nilsson-Payant, B.E.; Liu, W.-C.; Uhl, S.; Hoagland, D.; Møller, R.; Jordan, T.X.; Oishi, K.; Panis, M.; Sachs, D.;
et al. Imbalanced Host Response to SARS-CoV-2 Drives Development of COVID-19. Cell 2020, 181, 1036–1045.e9. [CrossRef]
65. Zhang, Q.; Bastard, P.; Liu, Z.; Le Pen, J.; Moncada-Velez, M.; Chen, J.; Ogishi, M.; Sabli, I.K.D.; Hodeib, S.; Korol, C.; et al. Inborn
errors of type I IFN immunity in patients with life-threatening COVID-19. Science 2020, 370, eabd4570. [CrossRef]
66. Bastard, P.; Rosen, L.B.; Zhang, Q.; Michailidis, E.; Hoffmann, H.-H.; Zhang, Y.; Dorgham, K.; Philippot, Q.; Rosain, J.; Béziat, V.;
et al. Autoantibodies against type I IFNs in patients with life-threatening COVID-19. Science 2020, 370, eabd4585. [CrossRef]
[PubMed]
67. Kim, Y.; Kim, H.; Bae, S.; Choi, J.; Lim, S.Y.; Lee, N.; Kong, J.M.; Hwang, Y.-I.; Kang, J.S.; Lee, W.J. Vitamin C Is an Essential Factor
on the Anti-viral Immune Responses through the Production of Interferon-α/β at the Initial Stage of Influenza A Virus (H3N2)
Infection. Immune Netw. 2013, 13, 70–74. [CrossRef]
68. Geber, W.F.; Lefkowitz, S.S.; Hung, C.Y. Effect of Ascorbic Acid, Sodium Salicylate, and Caffeine on the Serum Interferon Level in
Response to Viral Infection. Pharmacology 1975, 13, 228–233. [CrossRef]
69. Page, M.J.; McKenzie, J.E.; Bossuyt, P.M.; Boutron, I.; Hoffmann, T.C.; Mulrow, C.D.; Shamseer, L.; Tetzlaff, J.M.; Akl, E.A.;
Brennan, S.E.; et al. The PRISMA 2020 statement: An updated guideline for reporting systematic reviews. BMJ 2021, 372, n71.
[CrossRef]
70. Howick, J.C.I.; Glasziou, P.; Greenhalgh, T.; Carl, H.; Liberati, A.; Moschetti, I.; Phillips, B.; Thornton, H.; Goddard, O.;
Hodgkinson, M. The 2011 Oxford CEBM Levels of Evidence. Oxford Centre for Evidence-Based Medicine. 2011. Available online:
https://wwwcebmnet/indexaspx?o=5653 (accessed on 17 March 2022).
71. Alcala-Diaz, J.; Limia-Perez, L.; Gomez-Huelgas, R.; Martin-Escalante, M.; Cortes-Rodriguez, B.; Zambrana-Garcia, J.; Entrenas-
Castillo, M.; Perez-Caballero, A.; López-Carmona, M.; Garcia-Alegria, J.; et al. Calcifediol Treatment and Hospital Mortality Due
to COVID-19: A Cohort Study. Nutrients 2021, 13, 1760. [CrossRef]
72. Annweiler, G.; Corvaisier, M.; Gautier, J.; Dubée, V.; Legrand, E.; Sacco, G.; Annweiler, C. Vitamin D Supplementation Associated
to Better Survival in Hospitalized Frail Elderly COVID-19 Patients: The GERIA-COVID Quasi-Experimental Study. Nutrients
2020, 12, 3377. [CrossRef]
73. Annweiler, C.; Hanotte, B.; de L’Eprevier, C.G.; Sabatier, J.-M.; Lafaie, L.; Célarier, T. Vitamin D and survival in COVID-19 patients:
A quasi-experimental study. J. Steroid Biochem. Mol. Biol. 2020, 204, 105771. [CrossRef] [PubMed]
74. Cangiano, B.; Fatti, L.M.; Danesi, L.; Gazzano, G.; Croci, M.; Vitale, G.; Gilardini, L.; Bonadonna, S.; Chiodini, I.; Caparello,
C.F.; et al. Mortality in an Italian nursing home during COVID-19 pandemic: Correlation with gender, age, ADL, vitamin D
supplementation, and limitations of the diagnostic tests. Aging 2020, 12, 24522–24534. [CrossRef] [PubMed]
75. Lakkireddy, M.; Gadiga, S.G.; Malathi, R.D. Impact of daily high dose oral vitamin D therapy on the inflammatory markers in
patients with COVID 19 disease. Sci. Rep. 2021, 11, 10641. [CrossRef] [PubMed]
76. Elamir, Y.M.; Amir, H.; Lim, S.; Rana, Y.P.; Lopez, C.G.; Feliciano, N.V.; Omar, A.; Grist, W.P.; Via, M.A. A randomized pilot study
using calcitriol in hospitalized COVID-19 patients. Bone 2021, 154, 116175. [CrossRef]
77. Entrenas Castillo, M.E.; Entrenas Costa, L.M.E.; Vaquero Barrios, J.M.V.; Alcalá Díaz, J.F.A.; López Miranda, J.L.; Bouillon, R.;
Quesada Gomez, J.M.Q. Effect of calcifediol treatment and best available therapy versus best available therapy on intensive care
unit admission and mortality among patients hospitalized for COVID-19: A pilot randomized clinical study. J. Steroid Biochem.
Mol. Biol. 2020, 203, 105751. [CrossRef]
78. Arroyo-Díaz, J.A.; Julve, J.; Vlacho, B.; Corcoy, R.; Ponte, P.; Román, E.; Navas-Méndez, E.; Llauradó, G.; Franch-Nadal, J.;
Domingo, P.; et al. Previous Vitamin D Supplementation and Morbidity and Mortality Outcomes in People Hospitalised for
COVID19: A Cross-Sectional Study. Front. Public Health 2021, 9, 758347. [CrossRef]
Medicina 2022, 58, 941 13 of 15

79. Güven, M.; Gültekin, H. The effect of high-dose parenteral vitamin D3 on COVID-19-related inhospital mortality in critical
COVID-19 patients during intensive care unit admission: An observational cohort study. Eur. J. Clin. Nutr. 2021, 75, 1383–1388.
[CrossRef]
80. Hernández, J.L.; Nan, D.; Fernandez-Ayala, M.; García-Unzueta, M.; Hernández-Hernández, M.A.; López-Hoyos, M.; Muñoz-
Cacho, P.; Olmos, J.M.; Gutiérrez-Cuadra, M.; Ruiz-Cubillán, J.J.; et al. Vitamin D Status in Hospitalized Patients with SARS-CoV-2
Infection. J. Clin. Endocrinol. Metab. 2021, 106, e1343–e1353. [CrossRef]
81. Jevalikar, G.; Mithal, A.; Singh, A.; Sharma, R.; Farooqui, K.J.; Mahendru, S.; Dewan, A.; Budhiraja, S. Lack of association of
baseline 25-hydroxyvitamin D levels with disease severity and mortality in Indian patients hospitalized for COVID-19. Sci. Rep.
2021, 11, 1–8. [CrossRef]
82. Annweiler, C.; Beaudenon, M.; Gautier, J.; Gonsard, J.; Boucher, S.; Chapelet, G.; Darsonval, A.; Fougere, B.; Guerin, O.; Houvet,
M.; et al. High-dose versus standard-dose vitamin D supplementation in older adults with COVID-19 (COVIT-TRIAL): A
multicenter, open-label, randomized controlled superiority trial. PLoS Med. 2022, 19, e1003999. [CrossRef]
83. Cereda, E.; Bogliolo, L.; Lobascio, F.; Barichella, M.; Zecchinelli, A.L.; Pezzoli, G.; Caccialanza, R. Vitamin D supplementation and
outcomes in coronavirus disease 2019 (COVID-19) patients from the outbreak area of Lombardy, Italy. Nutrition 2020, 82, 111055.
[CrossRef] [PubMed]
84. Murai, I.H.; Fernandes, A.L.; Sales, L.P.; Pinto, A.J.; Goessler, K.F.; Duran, C.S.C.; Silva, C.B.R.; Franco, A.S.; Macedo, M.B.;
Dalmolin, H.H.H.; et al. Effect of a Single High Dose of Vitamin D3 on Hospital Length of Stay in Patients With Moderate to
Severe COVID-19. JAMA: J. Am. Med Assoc. 2021, 325, 1053–1060. [CrossRef] [PubMed]
85. Gao, D.; Xu, M.; Wang, G.; Lv, J.; Ma, X.; Guo, Y.; Zhang, D.; Yang, H.; Jiang, W.; Deng, F.; et al. The efficiency and safety of
high-dose vitamin C in patients with COVID-19: A retrospective cohort study. Aging 2021, 13, 7020–7034. [CrossRef] [PubMed]
86. Al Sulaiman, K.; Aljuhani, O.; Bin Saleh, K.; Badreldin, H.A.; Al Harthi, A.; Alenazi, M.; Alharbi, A.; Algarni, R.; Al Harbi, S.;
Alhammad, A.M.; et al. Ascorbic acid as an adjunctive therapy in critically ill patients with COVID-19: A propensity score
matched study. Sci. Rep. 2021, 11, 17648. [CrossRef]
87. Zhang, J.; Rao, X.; Li, Y.; Zhu, Y.; Liu, F.; Guo, G.; Luo, G.; Meng, Z.; De Backer, D.; Xiang, H.; et al. Pilot trial of high-dose vitamin
C in critically ill COVID-19 patients. Ann. Intensiv. Care 2021, 11, 5. [CrossRef]
88. JamaliMoghadamSiahkali, S.; Zarezade, B.; Koolaji, S.; SeyedAlinaghi, S.; Zendehdel, A.; Tabarestani, M.; Moghadam, E.S.;
Abbasian, L.; Manshadi, S.A.D.; Salehi, M.; et al. Safety and effectiveness of high-dose vitamin C in patients with COVID-19: A
randomized open-label clinical trial. Eur. J. Med. Res. 2021, 26, 20. [CrossRef]
89. Kumari, P.; Dembra, S.; Dembra, P.; Bhawna, F.; Gul, A.; Ali, B.; Sohail, H.; Kumar, B.; Memon, M.K.; Rizwan, A. The Role of
Vitamin C as Adjuvant Therapy in COVID-19. Cureus 2020, 12, e11779. [CrossRef]
90. Li, M.; Ching, T.H.; Hipple, C.; Lopez, R.; Sahibzada, A.; Rahman, H. Use of Intravenous Vitamin C in Critically Ill Patients With
COVID-19 Infection. J. Pharm. Pract. 2021. [CrossRef]
91. Suna, K.; Melahat, U.; Murat, Y.; Figen, O.E.; Ayperi, O. Effect of high-dose intravenous vitamin C on prognosis in patients with
SARS-CoV-2 pneumonia. Med. Clin. 2021, 158, 356–360. [CrossRef]
92. Thomas, S.; Patel, D.; Bittel, B.; Wolski, K.; Wang, Q.; Kumar, A.; Il’Giovine, Z.J.; Mehra, R.; McWilliams, C.; Nissen, S.E.;
et al. Effect of High-Dose Zinc and Ascorbic Acid Supplementation vs Usual Care on Symptom Length and Reduction Among
Ambulatory Patients With SARS-CoV-2 Infection. JAMA Netw. Open 2021, 4, e210369. [CrossRef]
93. Zheng, S.; Chen, Q.; Jiang, H.; Guo, C.; Luo, J.; Li, S.; Wang, H.; Li, H.; Zheng, X.; Weng, Z. No significant benefit of moderate-dose
vitamin C on severe COVID-19 cases. Open Med. 2020, 16, 1403–1414. [CrossRef] [PubMed]
94. Gruber-Bzura, B.M. High-Dose Vitamin C Supplementation as a Legitimate Anti-SARS-CoV-2 Prophylaxis in Healthy Subjects—
Yes or No? Nutrients 2022, 14, 979. [CrossRef] [PubMed]
95. Cerullo, G.; Negro, M.; Parimbelli, M.; Pecoraro, M.; Perna, S.; Liguori, G.; Rondanelli, M.; Cena, H.; D’Antona, G. The Long
History of Vitamin C: From Prevention of the Common Cold to Potential Aid in the Treatment of COVID-19. Front. Immunol.
2020, 11, 574029. [CrossRef]
96. Carr, A.C. Micronutrient status of COVID-19 patients: A critical consideration. Crit. Care 2020, 24, 349. [CrossRef]
97. Migliorini, F.; Torsiello, E.; Spiezia, F.; Oliva, F.; Tingart, M.; Maffulli, N. Association between HLA genotypes and COVID-19
susceptibility, severity and progression: A comprehensive review of the literature. Eur. J. Med Res. 2021, 26, 84. [CrossRef]
[PubMed]
98. Barazzoni, R.; Bischoff, S.C.; Breda, J.; Wickramasinghe, K.; Krznaric, Z.; Nitzan, D.; Pirlich, M.; Singer, P. ESPEN expert statements
and practical guidance for nutritional management of individuals with SARS-CoV-2 infection. Clin. Nutr. 2020, 39, 1631–1638.
[CrossRef] [PubMed]
99. Semba, R.D.; Tang, A.M. Micronutrients and the pathogenesis of human immunodeficiency virus infection. Br. J. Nutr. 1999, 81,
181–189. [CrossRef]
100. Hastie, C.E.; Mackay, D.F.; Ho, F.; Celis-Morales, C.A.; Katikireddi, S.V.; Niedzwiedz, C.L.; Jani, B.D.; Welsh, P.; Mair, F.S.; Gray,
S.R.; et al. Corrigendum to “Vitamin D concentrations and COVID-19 infection in UK Biobank” Diabetes Metab. Syndr. Clin. Res.
Rev. 2020, 14, 1315–1316. [CrossRef]
101. D’Avolio, A.; Avataneo, V.; Manca, A.; Cusato, J.; De Nicolò, A.; Lucchini, R.; Keller, F.; Cantù, M. 25-Hydroxyvitamin D
Concentrations Are Lower in Patients with Positive PCR for SARS-CoV-2. Nutrients 2020, 12, 1359. [CrossRef]
Medicina 2022, 58, 941 14 of 15

102. Panagiotou, G.; Tee, S.A.; Ihsan, Y.; Athar, W.; Marchitelli, G.; Kelly, D.; Boot, C.S.; Stock, N.; Macfarlane, J.; Martineau, A.R.; et al.
Low serum 25-hydroxyvitamin D (25[OH]D) levels in patients hospitalised with COVID-19 are associated with greater disease
severity: Results of a local audit of practice. Clin. Endocrinol. 2020, 93, 508–511. [CrossRef]
103. Carpagnano, G.E.; Di Lecce, V.; Quaranta, V.N.; Zito, A.; Buonamico, E.; Capozza, E.; Palumbo, A.; Di Gioia, G.; Valerio, V.N.;
Resta, O. Vitamin D deficiency as a predictor of poor prognosis in patients with acute respiratory failure due to COVID-19. J.
Endocrinol. Investig. 2020, 44, 765–771. [CrossRef] [PubMed]
104. Im, J.H.; Je, Y.S.; Baek, J.; Chung, M.-H.; Kwon, H.Y.; Lee, J.-S. Nutritional status of patients with COVID-19. Int. J. Infect. Dis.
2020, 100, 390–393. [CrossRef] [PubMed]
105. Signes-Costa, J.; Núñez-Gil, I.J.; Soriano, J.B.; Arroyo-Espliguero, R.; Eid, C.M.; Romero, R.; Uribarri, A.; Fernández-Rozas, I.;
Aguado, M.G.; Becerra-Muñoz, V.M.; et al. Prevalence and 30-Day Mortality in Hospitalized Patients with Covid-19 and Prior
Lung Diseases. Arch. De Bronconeumol. 2020, 57, 13–20. [CrossRef] [PubMed]
106. Baktash, V.; Hosack, T.; Patel, N.; Shah, S.; Kandiah, P.; Van De Abbeele, K.; Mandal, A.K.J.; Missouris, C.G. Vitamin D status and
outcomes for hospitalised older patients with COVID-19. Postgrad. Med. J. 2020. [CrossRef]
107. Hastie, C.E.; Pell, J.P.; Sattar, N. Vitamin D and COVID-19 infection and mortality in UK Biobank. Eur. J. Nutr. 2020, 60, 545–548.
[CrossRef]
108. Radujkovic, A.; Hippchen, T.; Tiwari-Heckler, S.; Dreher, S.; Boxberger, M.; Merle, U. Vitamin D Deficiency and Outcome of
COVID-19 Patients. Nutrients 2020, 12, 2757. [CrossRef]
109. Valcour, A.; Blocki, F.; Hawkins, D.M.; Rao, S.D. Effects of Age and Serum 25-OH-Vitamin D on Serum Parathyroid Hormone
Levels. J. Clin. Endocrinol. Metab. 2012, 97, 3989–3995. [CrossRef]
110. Pizzini, A.; Aichner, M.; Sahanic, S.; Böhm, A.; Egger, A.; Hoermann, G.; Kurz, K.; Widmann, G.; Bellmann-Weiler, R.; Weiss, G.;
et al. Impact of Vitamin D Deficiency on COVID-19—A Prospective Analysis from the CovILD Registry. Nutrients 2020, 12, 2775.
[CrossRef]
111. Macaya, F.; Espejo Paeres, C.; Valls, A.; Fernandez-Ortiz, A.; Gonzalez Del Castillo, J.; Martin-Sanchez, F.J.; Runkle, I.; Rubio
Herrera, M.A. Interaction between age and vitamin D deficiency in severe COVID-19 infection. Nutr. Hosp. 2020, 37, 1039–1042.
[CrossRef]
112. Ye, K.; Tang, F.; Liao, X.; Shaw, B.A.; Deng, M.; Huang, G.; Qin, Z.; Peng, X.; Xiao, H.; Chen, C.; et al. Does Serum Vitamin D Level
Affect COVID-19 Infection and Its Severity?—A Case-Control Study. J. Am. Coll. Nutr. 2020. [CrossRef]
113. Merzon, E.; Tworowski, D.; Gorohovski, A.; Vinker, S.; Cohen, A.G.; Green, I.; Frenkel-Morgenstern, M. Low plasma 25(OH)
vitamin D level is associated with increased risk of COVID-19 infection: An Israeli population-based study. FEBS J. 2020, 287,
3693–3702. [CrossRef] [PubMed]
114. Meltzer, D.O.; Best, T.J.; Zhang, H.; Vokes, T.; Arora, V.; Solway, J. Association of Vitamin D Status and Other Clinical Characteris-
tics With COVID-19 Test Results. JAMA Netw. Open 2020, 3, e2019722. [CrossRef] [PubMed]
115. Kaufman, H.W.; Niles, J.K.; Kroll, M.H.; Bi, C.; Holick, M.F. SARS-CoV-2 positivity rates associated with circulating 25-
hydroxyvitamin D levels. PLoS ONE 2020, 15, e0239252. [CrossRef] [PubMed]
116. Mahdavi, A.M. A brief review of interplay between vitamin D and angiotensin-converting enzyme 2: Implications for a potential
treatment for COVID-19. Rev. Med. Virol. 2020, 30, e2119. [CrossRef] [PubMed]
117. Ross, A.C.; Manson, J.E.; Abrams, S.; Aloia, J.F.; Brannon, P.M.; Clinton, S.K.; Durazo-Arvizu, R.A.; Gallagher, J.C.; Gallo, R.; Jones,
G.; et al. The 2011 Dietary Reference Intakes for Calcium and Vitamin D: What Dietetics Practitioners Need to Know. J. Am. Diet.
Assoc. 2011, 111, 524–527. [CrossRef] [PubMed]
118. Ross, A.C.; Manson, J.E.; Abrams, S.A.; Aloia, J.F.; Brannon, P.M.; Clinton, S.K.; Durazo-Arvizu, R.A.; Gallagher, J.C.; Gallo, R.L.;
Jones, G.; et al. The 2011 Report on Dietary Reference Intakes for Calcium and Vitamin D from the Institute of Medicine: What
Clinicians Need to Know. J. Clin. Endocrinol. Metab. 2011, 96, 53–58. [CrossRef]
119. Korber, B.; Fischer, W.M.; Gnanakaran, S.; Yoon, H.; Theiler, J.; Abfalterer, W.; Hengartner, N.; Giorgi, E.E.; Bhattacharya, T.; Foley,
B.; et al. Tracking Changes in SARS-CoV-2 Spike: Evidence that D614G Increases Infectivity of the COVID-19 Virus. Cell 2020, 182,
812–827.e19. [CrossRef]
120. Strickland, O.L.; Powell-Young, Y.; Reyes-Miranda, C.; Alzaghari, O.; Giger, J.N. African-Americans Have a Higher Propensity for
Death from COVID-19: Rationale and Causation. JNBNA 2020, 31, 1–12.
121. Silva, M.C.; Furlanetto, T.W. Does serum 25-hydroxyvitamin D decrease during acute-phase response? A systematic review. Nutr.
Res. 2015, 35, 91–96. [CrossRef]
122. Krishnan, A.; Ochola, J.; Mundy, J.; Jones, M.; Kruger, P.; Duncan, E.; Venkatesh, B. Acute fluid shifts influence the assessment of
serum vitamin D status in critically ill patients. Crit. Care 2010, 14, R216. [CrossRef]
123. Reid, D.; Toole, B.J.; Knox, S.; Talwar, D.; Harten, J.; O’Reilly, D.S.J.; Blackwell, S.; Kinsella, J.; McMillan, D.C.; Wallace, A.M.; et al.
The relation between acute changes in the systemic inflammatory response and plasma 25-hydroxyvitamin D concentrations after
elective knee arthroplasty. Am. J. Clin. Nutr. 2011, 93, 1006–1011. [CrossRef] [PubMed]
124. Waldron, J.L.; Ashby, H.L.; Cornes, M.P.; Bechervaise, J.; Razavi, C.; Thomas, O.L.; Chugh, S.; Deshpande, S.; Ford, C.; Gama, R.
Vitamin D: A negative acute phase reactant. J. Clin. Pathol. 2013, 66, 620–622. [CrossRef] [PubMed]
125. Krishnan, A.V.; Trump, D.L.; Johnson, C.S.; Feldman, D. The Role of Vitamin D in Cancer Prevention and Treatment. Endocrinol.
Metab. Clin. N. Am. 2010, 39, 401–418. [CrossRef] [PubMed]
126. Martens, P.-J.; Gysemans, C.; Verstuyf, A.; Mathieu, C. Vitamin D’s Effect on Immune Function. Nutrients 2020, 12, 1248. [CrossRef]
Medicina 2022, 58, 941 15 of 15

127. Sassi, F.; Tamone, C.; D’Amelio, P. Vitamin D: Nutrient, Hormone, and Immunomodulator. Nutrients 2018, 10, 1656. [CrossRef]
[PubMed]
128. Ohaegbulam, K.C.; Swalih, M.; Patel, P.; Smith, M.A.; Perrin, R. Vitamin D Supplementation in COVID-19 Patients: A Clinical
Case Series. Am. J. Ther. 2020, 27, e485–e490. [CrossRef]
129. Malaguarnera, L. Vitamin D3 as Potential Treatment Adjuncts for COVID-19. Nutrients 2020, 12, 3512. [CrossRef]
130. Arvinte, C.; Singh, M.; Marik, P.E. Serum Levels of Vitamin C and Vitamin D in a Cohort of Critically Ill COVID-19 Patients
of a North American Community Hospital Intensive Care Unit in May 2020: A Pilot Study. Med. Drug Discov. 2020, 8, 100064.
[CrossRef]
131. Chiscano-Camón, L.; Ruiz-Rodriguez, J.C.; Ruiz-Sanmartin, A.; Roca, O.; Ferrer, R. Vitamin C levels in patients with SARS-CoV-2-
associated acute respiratory distress syndrome. Crit. Care 2020, 24, 522. [CrossRef]
132. Liu, F.; Zhu, Y.; Zhang, J.; Li, Y.; Peng, Z. Intravenous high-dose vitamin C for the treatment of severe COVID-19: Study protocol
for a multicentre randomised controlled trial. BMJ Open 2020, 10, e039519. [CrossRef]
133. Masse, M.H.; Menard, J.; Sprague, S.; Battista, M.C.; Cook, D.J.; Guyatt, G.H.; Heyland, D.K.; Kanji, S.; Pinto, R.; Day, A.G.; et al.
Lessening Organ dysfunction with VITamin C (LOVIT): Protocol for a randomized controlled trial. Trials 2020, 21, 42. [CrossRef]
[PubMed]
134. Carr, A.C. A new clinical trial to test high-dose vitamin C in patients with COVID-19. Crit. Care 2020, 24, 133. [CrossRef]
135. Khan, H.M.W.; Parikh, N.; Megala, S.M.; Predeteanu, G.S. Unusual Early Recovery of a Critical COVID-19 Patient After
Administration of Intravenous Vitamin C. Am. J. Case Rep. 2020, 21, e925521. [CrossRef]
136. Lykkesfeldt, J. On the effect of vitamin C intake on human health: How to (mis)interprete the clinical evidence. Redox Biol. 2020,
34, 101532. [CrossRef] [PubMed]
137. José, R.J.; Williams, A.; Manuel, A.; Brown, J.S.; Chambers, R.C. Targeting coagulation activation in severe COVID-19 pneumonia:
Lessons from bacterial pneumonia and sepsis. Eur. Respir. Rev. 2020, 29. [CrossRef] [PubMed]
138. Tyml, K. Vitamin C and Microvascular Dysfunction in Systemic Inflammation. Antioxidants 2017, 6, 49. [CrossRef] [PubMed]
139. Hiedra, R.; Lo, K.B.; Elbashabsheh, M.; Gul, F.; Wright, R.M.; Albano, J.; Azmaiparashvili, Z.; Aponte, G.P. The use of IV vitamin
C for patients with COVID-19: A case series. Expert Rev. Anti-Infect. Ther. 2020, 18, 1259–1261. [CrossRef]
140. Middleton, E.A.; He, X.-Y.; Denorme, F.; Campbell, R.A.; Ng, D.; Salvatore, S.P.; Mostyka, M.; Baxter-Stoltzfus, A.; Borczuk, A.C.;
Loda, M.; et al. Neutrophil extracellular traps contribute to immunothrombosis in COVID-19 acute respiratory distress syndrome.
Blood 2020, 136, 1169–1179. [CrossRef]
141. Skendros, P.; Mitsios, A.; Chrysanthopoulou, A.; Mastellos, D.C.; Metallidis, S.; Rafailidis, P.; Ntinopoulou, M.; Sertaridou,
E.; Tsironidou, V.; Tsigalou, C.; et al. Complement and tissue factor–enriched neutrophil extracellular traps are key drivers in
COVID-19 immunothrombosis. J. Clin. Investig. 2020, 130, 6151–6157. [CrossRef]
142. Mohammed, B.M.; Fisher, B.J.; Kraskauskas, D.; Farkas, D.; Brophy, D.F.; Fowler, A.A.; Natarajan, R. Vitamin C: A Novel Regulator
of Neutrophil Extracellular Trap Formation. Nutrients 2013, 5, 3131–3150. [CrossRef]
143. Schönrich, G.; Raftery, M.J.; Samstag, Y. Devilishly radical NETwork in COVID-19: Oxidative stress, neutrophil extracellular traps
(NETs), and T cell suppression. Adv. Biol. Regul. 2020, 77, 100741. [CrossRef] [PubMed]
144. LaForge, M.; Elbim, C.; Frère, C.; Hémadi, M.; Massaad, C.; Nuss, P.; Benoliel, J.-J.; Becker, C. Tissue damage from neutrophil-
induced oxidative stress in COVID-19. Nat. Rev. Immunol. 2020, 20, 515–516. [CrossRef] [PubMed]
145. Carr, A.C.; Spencer, E.; Mackle, D.; Hunt, A.; Judd, H.; Mehrtens, J.; Parker, K.; Stockwell, Z.; Gale, C.; Beaumont, M.; et al. The
effect of conservative oxygen therapy on systemic biomarkers of oxidative stress in critically ill patients. Free Radic. Biol. Med.
2020, 160, 13–18. [CrossRef] [PubMed]
146. Carr, A.C.; Spencer, E.; Dixon, L.; Chambers, S.T. Patients with Community Acquired Pneumonia Exhibit Depleted Vitamin C
Status and Elevated Oxidative Stress. Nutrients 2020, 12, 1318. [CrossRef]
147. Galley, H.F.; Howdle, P.D.; Walker, B.E.; Webster, N.R. The Effects of Intravenous Antioxidants in Patients With Septic Shock. Free
Radic. Biol. Med. 1997, 23, 768–774. [CrossRef]
148. Hemilä, H.; Chalker, E. Vitamin C may reduce the duration of mechanical ventilation in critically ill patients: A meta-regression
analysis. J. Intensiv Care 2020, 8, 15. [CrossRef]
149. Hemilä, H.; Chalker, E. Vitamin C Can Shorten the Length of Stay in the ICU: A Meta-Analysis. Nutrients 2019, 11, 708. [CrossRef]
150. Siow, W.T.; Liew, M.F.; Shrestha, B.R.; Muchtar, F.; See, K.C. Managing COVID-19 in resource-limited settings: Critical care
considerations. Crit. Care 2020, 24, 167. [CrossRef]
151. Carr, A.C.; Rowe, S. Factors Affecting Vitamin C Status and Prevalence of Deficiency: A Global Health Perspective. Nutrients
2020, 12, 1963. [CrossRef]
152. Rowe, S.; Carr, A.C. Global Vitamin C Status and Prevalence of Deficiency: A Cause for Concern? Nutrients 2020, 12, 2008.
[CrossRef]
Reproduced with permission of copyright owner. Further reproduction
prohibited without permission.
nutrients
Editorial
The Emerging Role of Vitamin C in the Prevention
and Treatment of COVID-19
Anitra C. Carr 1, * and Sam Rowe 2,3
1 Nutrition in Medicine Research Group, Department of Pathology & Biomedical Science, University of Otago,
Christchurch 8011, New Zealand
2 Intensive Care Department, Newham University Hospital, Barts NHS Trust, London E13 8SL, UK;
sam.rowe2@nhs.net
3 Clinical Sciences, Liverpool School of Tropical Medicine, Liverpool L3 5QA, UK
* Correspondence: anitra.carr@otago.ac.nz; Tel.: +64-3364-0649

Received: 15 October 2020; Accepted: 21 October 2020; Published: 27 October 2020 

Abstract: Investigation into the role of vitamin C in the prevention and treatment of pneumonia and
sepsis has been underway for many decades. This research has laid a strong foundation for translation
of these findings into patients with severe coronavirus disease (COVID-19). Research has indicated
that patients with pneumonia and sepsis have low vitamin C status and elevated oxidative stress.
Administration of vitamin C to patients with pneumonia can decrease the severity and duration of
the disease. Critically ill patients with sepsis require intravenous administration of gram amounts of
the vitamin to normalize plasma levels, an intervention that some studies suggest reduces mortality.
The vitamin has pleiotropic physiological functions, many of which are relevant to COVID-19.
These include its antioxidant, anti-inflammatory, antithrombotic and immuno-modulatory functions.
Preliminary observational studies indicate low vitamin C status in critically ill patients with COVID-19.
There are currently a number of randomized controlled trials (RCTs) registered globally that are
assessing intravenous vitamin C monotherapy in patients with COVID-19. Since hypovitaminosis C
and deficiency are common in low–middle-income settings, and many of the risk factors for vitamin
C deficiency overlap with COVID-19 risk factors, it is possible that trials carried out in populations
with chronic hypovitaminosis C may show greater efficacy. This is particularly relevant for the
global research effort since COVID-19 is disproportionately affecting low–middle-income countries
and low-income groups globally. One small trial from China has finished early and the findings
are currently under peer review. There was significantly decreased mortality in the more severely
ill patients who received vitamin C intervention. The upcoming findings from the larger RCTs
currently underway will provide more definitive evidence. Optimization of the intervention protocols
in future trials, e.g., earlier and sustained administration, is warranted to potentially improve its
efficacy. Due to the excellent safety profile, low cost, and potential for rapid upscaling of production,
administration of vitamin C to patients with hypovitaminosis C and severe respiratory infections,
e.g., COVID-19, appears warranted.

Keywords: vitamin C; ascorbate; ascorbic acid; COVID-19; pneumonia; sepsis; acute respiratory
distress syndrome; randomized controlled trials; low-middle-income

For a quarter of a century, it has been known that critically ill patients, including those with
sepsis and multiple organ failure, have very low vitamin C status [1–3]. It has also been demonstrated
that these critically ill patients have higher requirements for vitamin C, with gram doses required
to normalize their blood levels [4,5], 20–30 times more than is required for the general population.
Despite these findings, critically ill patients with sepsis continue to be administered milligram amounts
of vitamin C, which is insufficient to replete their vitamin C status [6]. In 2014, Dr Fowler and colleagues

Nutrients 2020, 12, 3286; doi:10.3390/nu12113286 www.mdpi.com/journal/nutrients


Nutrients 2020, 12, 3286 2 of 8

published the findings of a small clinical trial which indicated that intravenous administration of
gram amounts of vitamin C to patients with sepsis could improve organ failure scores and decrease
markers of inflammation (C-reactive protein) and tissue damage (thrombomodulin) [7]. In a larger
randomized controlled trial (RCT) of septic patients with acute respiratory distress syndrome (ARDS),
the CITRIS-ALI trial, intravenous administration of 200 mg/kg/d of vitamin C for 4 days resulted in a
28 day mortality of 30% relative to 46% in the placebo group (p = 0.03) and a hazard ratio (HR) of 0.55
(95% CI, 0.33–0.90, p = 0.01) [8]. The number of intensive care unit (ICU)- and hospital-free days was
also significantly higher in the vitamin C group.
Administration of vitamin C late in the disease process, e.g., when ARDS has developed,
likely attenuates its effectiveness. Earlier clinical trials have indicated that administration of vitamin C
to patients with pneumonia can decrease the severity of the respiratory symptoms, particularly of the
most severely ill patients, and the duration of hospital stay [9,10]. Thus, administration of vitamin C
earlier in the respiratory infection process may prevent its progression to sepsis [11]. Survival data
from the CITRIS-ALI trial has indicated that the effect of vitamin C on survival is most apparent
during the 4 day infusion period [12]. Furthermore, pharmacokinetic research has indicated that upon
cessation of vitamin C infusion, the vitamin C status of some patients returns to their low pre-infusion
levels [5]. These findings call to sustained administration of the vitamin in the ICU. This will likely also
improve the long-term outcomes of the patients, particularly if they continue to take the vitamin orally
following discharge from ICU, due to its important roles in immunological function and in multiple
organ systems [11].
Earlier this year, Dr Fowler and colleagues published a review on the emerging role of vitamin C
as a treatment for sepsis [13]. In this review, they summarised the current state of knowledge around
its pleiotropic physiological functions in sepsis. These include its roles as an antioxidant, a cofactor for
the synthesis of vasopressors (norepinephrine and vasopressin), and roles in leukocyte and platelet
functions, and endothelial and epithelial cell integrity. In the face of the current severe acute respiratory
syndrome coronavirus (SARS-CoV-2) pandemic, this review has been very timely, with sepsis being a
significant complication of severe coronavirus disease (COVID-19) [14].
Many of the functions of vitamin C appear relevant to COVID-19-related sepsis and ARDS.
For example, recent research has uncovered a connection between SARS-CoV-2 infection and depleted
levels of the antiviral cytokine interferon [15], and a negative association between interferon levels and
disease severity [16,17]. Of note, vitamin C has been shown to augment interferon levels in animal
models of viral infection [18,19]. Another characteristic of severe COVID-19 is elevated inflammatory
markers and this can present as a ‘cytokine storm’ in some cases [14]. Vitamin C has anti-inflammatory
and antioxidant activities which can potentially counteract this phenomenon [13]. Preliminary evidence
from a small COVID-19 trial indicates that administration of intravenous vitamin C can significantly
decrease IL-6 levels by day 7 of infusion [20].
Other common complications of COVID-19 are coagulopathy and microthrombi formation [14],
which is likely a major component of COVID-19 lung pathology [21]. Early injection of vitamin C
has been shown to prevent microthrombi formation and capillary plugging [22], and a case series
has shown decreased D-dimer levels in COVID-19 patients who were administered intravenous
vitamin C [23]. Neutrophil extracellular traps (NETs) have been implicated in COVID-19-related
thrombotic complications [24,25]. Previous research has indicated that vitamin C administration can
attenuate NETs in sepsis models [26], and post-hoc analysis of the CITRIS-ALI trial indicated decreased
circulating cell-free DNA 48 h after administration of intravenous vitamin C [27]. Neutrophil-derived
oxidative stress is believed to induce tissue damage in COVID-19 [28,29]. Patients with pneumonia and
sepsis have significantly elevated oxidative stress markers relative to other critically ill patients [30,31],
and early studies indicated that administration of vitamin C and other antioxidants to patients with
septic shock and ARDS stabilized oxidative stress markers and improved cardiovascular parameters
and survival [32,33].
Nutrients 2020, 12, 3286 3 of 8

In March, the World Health Organization published a coordinated global research roadmap for
the 2019 novel coronavirus in which they identified a number of scientific knowledge gaps around
Nutrients 2020, 12, x FOR PEER REVIEW 3 of 7
determination of interventions that improve the clinical outcome of COVID-19-infected patients,
including
includingoptimaloptimalselection
selectionofofstrategies
strategiesfor forsupportive
supportivecarecareofofseriously
seriouslyillillpatients
patients[34].
[34].OfOfnote,
note,
vitamin C was highlighted as an adjunctive intervention with biologic plausibility.
vitamin C was highlighted as an adjunctive intervention with biologic plausibility. Meta-analyses of Meta-analyses
ofrelevant
relevantclinical
clinicaltrials
trialshave
haveindicated
indicatedthat that administration
administration of of vitamin
vitamin C C to
to critically
criticallyill
illpatients
patientscancan
decrease
decrease the duration of mechanical ventilation and length of stay in ICU [35,36]. This ispertinent
the duration of mechanical ventilation and length of stay in ICU [35,36]. This is pertinent
given
givenglobalglobalshortages
shortages of ICU capacity
of ICU and may
capacity and be mayparticularly important
be particularly for resource-limited
important settings
for resource-limited
such as those found in low–middle-income countries (LMICs) [37].
settings such as those found in low–middle-income countries (LMICs) [37]. Of note, vitamin C Of note, vitamin C production
could be rapidly
production up-scaled
could globally,
be rapidly unlike many
up-scaled of the
globally, novel many
unlike pharmacological
of the novel treatments, some of
pharmacological
which, e.g., remdesivir,
treatments, some of which,have e.g.,
global shortages.have global shortages.
remdesivir,
ItItisisnoteworthy
noteworthy that a majorityofofthe
that a majority thetoptop1010countries
countrieswith
withthethehighest
highestCOVID-19
COVID-19case-loads
case-loadsare are
LMICs. In a recent review we highlighted the high prevalence of
LMICs. In a recent review we highlighted the high prevalence of hypovitaminosis C and hypovitaminosis C and deficiency in
deficiency
LMICs
in LMICs (Figure 1) [38].
(Figure Furthermore,
1) [38]. Furthermore, manymany of of
thethe
risk factors
risk forfor
factors COVID-19
COVID-19 overlap
overlapwith
withriskriskfactors
factors
for
for vitamin C deficiency, such as poverty [39,40]. People who already have hypovitaminosisCCare
vitamin C deficiency, such as poverty [39,40]. People who already have hypovitaminosis are
particularly
particularlysusceptible
susceptible toto
developing
developing outright
outright deficiency,
deficiency,and ergo
and more
ergo morelikely to respond
likely to respondto vitamin C
to vitamin
administration. Therefore, the baseline vitamin C status of people with COVID-19
C administration. Therefore, the baseline vitamin C status of people with COVID-19 will likely affect will likely affect
their
theiroutcomes
outcomesand andtheir
theirresponse
responseto to intervention
intervention [41,42].
[41,42].

Figure1.1.Summary
Figure Summaryofofglobal
globalvitamin
vitaminCCstatus
status(A)
(A)and
andintake
intake(B)
(B)and
andprevalence
prevalenceofofhypovitaminosis
hypovitaminosis
(C) and vitamin C deficiency (D). HIC—high-income countries; LMICs—low-middle-income
(C) and vitamin C deficiency (D). HIC—high-income countries; LMICs—low-middle-income countries.
countries. Hypovitaminosis
Hypovitaminosis C, <23
C, <23 µmol/L; µmol/L;
vitamin vitamin C<11
C deficiency, deficiency, <11 µmol/L.
µmol/L. Numbers Numbers
above above the
bars indicate bars
indicate
total the of
number total number ofassessed.
individuals individuals
Dataassessed. Data from [38].
from [38].

Asyet,
As yet,there
therehave
havebeenbeenfew
fewpublications
publicationsreporting
reportingon onthe
thevitamin
vitaminCCstatus
statusofofpatients
patientswith
with
COVID-19.An
COVID-19. Anobservational
observational study
study in the
in the USAUSA has indicated
has indicated a mean a mean vitamin
vitamin C statusCofstatus ofµmol/L
22 ± 18 22 ± 18
µmol/L in a cohort of 21 critically ill patients with COVID-19 [43], which is comparable to other
studies of critically ill patients with sepsis [11]. An earlier case series from Spain indicated the absence
of any detectable vitamin C in 17 of a cohort of 18 COVID-19 patients with ARDS [44]. However, the
veracity of the methodology used to assess the vitamin C status of the patients was not clear, so the
values could be artifactually low [45].
Nutrients 2020, 12, 3286 4 of 8

in a cohort of 21 critically ill patients with COVID-19 [43], which is comparable to other studies of
critically ill patients with sepsis [11]. An earlier case series from Spain indicated the absence of any
detectable vitamin C in 17 of a cohort of 18 COVID-19 patients with ARDS [44]. However, the veracity
of the methodology used to assess the vitamin C status of the patients was not clear, so the values
could be artifactually low [45].
There are a number of clinical trials registered globally assessing intravenous vitamin
C monotherapy in COVID-19 patients (Table 1). The first trial off the ground was in
Hubei, China (NCT04264533) [46]. In this trial the investigators planned to treat 140 patients with a
placebo control or intravenous vitamin C at a relatively high dose of 24 g/day for 7 days, and assess
requirements for mechanical ventilation and vasopressor drugs, organ failure scores, ICU length of
stay and mortality. A preprint of the findings of 54 patients from this trial is currently under peer
review [15]. Although the investigators reported no differences between the treatment and placebo
groups for the above outcomes, when a subgroup of the most severely ill patients (SOFA scores ≥ 3)
was assessed, a significant decrease in ICU and hospital mortality was observed in the vitamin C
group—18% vs. 50% in the placebo group (HR 0.2, 95% CI 0.1–0.9, p = 0.03). Unfortunately, the baseline
vitamin C status of the patients was not reported.
The USA currently has the highest number of COVID-19 cases globally, however despite this,
there are only a couple of small intravenous vitamin C monotherapy and COVID-19 trials registered in
the USA (NCT04344184 and NCT04363216). A trial at the Cleveland Clinic is assessing oral vitamin C
with and without zinc (NCT04342728). However, due to the pharmacokinetics of enteral and parenteral
vitamin C differing dramatically, and the higher requirement for vitamin C during respiratory infections,
oral vitamin C may not be as efficacious as intravenous vitamin C [42]. As such, future meta-analyses
of vitamin C and COVID-19 clinical trials should include subgroup analyses of studies comprising
intravenous vs. oral vitamin C. Furthermore, subgroup analysis of low vitamin C populations could
also be carried out as RCT findings will likely vary depending on the country and hence the baseline
vitamin C status of the population in which the study was carried out [47]. In populations with a high
prevalence of chronic hypovitaminosis C, vitamin C intervention may show greater efficacy.
Overall, vitamin C exhibits plausible mechanisms of action that are of relevance to severe respiratory
infection, including antioxidant, anti-inflammatory, antithrombotic, and immuno-modulatory functions.
Based on the findings from clinical trials of patients with pneumonia and sepsis, and preliminary
observational and interventional studies of COVID-19 patients, it is likely that vitamin C administration
will improve outcomes in COVID-19. The upcoming findings from the larger RCTs currently underway
(e.g., LOVIT-COVID), including introduction of intravenous vitamin C arms to large adaptive trials
(e.g., REMAP-CAP; NCT02735707), will provide more definitive evidence. Some of these trials
(e.g., LOVIT-COVID) are also examining the longer-term quality of life effects of short-term vitamin C
administration. Optimization of the intervention protocols in future trials, e.g., earlier and sustained
administration, is warranted to potentially improve its efficacy. Due to the excellent safety profile,
low cost, and potential for rapid upscaling of production, administration of vitamin C to patients with
hypovitaminosis C and severe respiratory infections, e.g., COVID-19, appears warranted.
Nutrients 2020, 12, 3286 5 of 8

Table 1. Summary of registered intravenous vitamin C (IVC) monotherapy and COVID-19 trials globally.

Country Primary
Title Participants Intervention
Study ID Outcome(s)
Lessening Organ
Dysfunction with 800 hospitalized 50 mg/kg/6 h IVC
Canada Death or persistent
VITamin patients with for 96 h
NCT04401150 organ dysfunction
C—COVID-19 COVID-19 vs. placebo
(LOVIT-COVID)
Use of Ascorbic 500 patients with 10 g/d IVC
Italy In-hospital
Acid in Patients COVID-19 for 72 h
NCT04323514 mortality
With COVID-19 pneumonia uncontrolled
Early Infusion of
Vitamin C for
200 patients with 100 mg/kg/8 h IVC
USA Treatment of Novel Number of
COVID-19 acute for 96 h
NCT04344184 COVID-19 Acute ventilator-free days
lung injury vs. placebo
Lung Injury
(EVICT-CORONA-ALI)
Pharmacologic
Ascorbic Acid as an
Activator of 0.3–0.9 g/kg/d IVC
USA 66 patients with Clinical
Lymphocyte for 6 days
NCT04363216 COVID-19 Improvement
Signaling for vs. control
COVID-19
Treatment
Vitamin C Infusion
for the Treatment of 140 patients with 12 g/12 h IVC
China
Severe 2019-nCoV COVID-19 for 7 days Ventilator-free days
NCT04264533
Infected pneumonia vs. placebo
Pneumonia
The efficacy and
safety of high dose
IVC in the 120 patients with 100 mg/kg/d IVC
China CRP, ESR, existence
treatment of novel COVID-19 for up to 7 days
ChiCTR-2000032400 of SIRS
coronavirus pneumonia vs. placebo
pneumonia
(COVID-19)
Evaluation of
effectiveness of IVC
1.5 g/6 h IVC
Iran in Patients with 110 patients with Improvement of
for up to 5 days
IRCT2020-0411047025N1 COVID-19 COVID-19 SPO2
vs. control
Referred to Imam
Khomeini Hospital
Effects of
High-dose Vitamin
C on Treatment, 12 g/d IVC
Iran 60 patients with Time to clinical
Clinical Symptoms for 4 days
IRCT2019-0917044805N2 COVID-19 improvement
and Laboratory vs. placebo
Signs of Iranian
COVID-19 Patients
Interventional
study of IVC in
definitive patients
with COVID-19
2 g/6 h IVC The amount of
Iran and its effect on 50 patients with
for 5 days lung involvement
IRCT2020-0516047468N1 changes in lung CT COVID-19
vs. control in a CT scan
scan and clinical
and laboratory
symptoms of
patients

Author Contributions: Conceptualization, A.C.C.; writing—original draft preparation, A.C.C.; writing—review


and editing, S.R. All authors have read and agreed to the published version of the manuscript.
Nutrients 2020, 12, 3286 6 of 8

Funding: This research received no external funding.


Acknowledgments: A.C.C. is the recipient of a Health Research Council of New Zealand Sir Charles Hercus
Health Research Fellowship.
Conflicts of Interest: The authors declare no conflict of interest.

References
1. Schorah, C.J.; Downing, C.; Piripitsi, A.; Gallivan, L.; Al-Hazaa, A.H.; Sanderson, M.J.; Bodenham, A.
Total vitamin C, ascorbic acid, and dehydroascorbic acid concentrations in plasma of critically ill patients.
Am. J. Clin. Nutr. 1996, 63, 760–765. [CrossRef] [PubMed]
2. Galley, H.F.; Davies, M.J.; Webster, N.R. Ascorbyl radical formation in patients with sepsis: Effect of ascorbate
loading. Free Radic. Biol. Med. 1996, 20, 139–143. [CrossRef]
3. Borrelli, E.; Roux-Lombard, P.; Grau, G.E.; Girardin, E.; Ricou, B.; Dayer, J.; Suter, P.M. Plasma concentrations
of cytokines, their soluble receptors, and antioxidant vitamins can predict the development of multiple organ
failure in patients at risk. Crit. Care Med. 1996, 24, 392–397. [CrossRef] [PubMed]
4. Long, C.L.; Maull, K.I.; Krishnan, R.S.; Laws, H.L.; Geiger, J.W.; Borghesi, L.; Franks, W.; Lawson, T.C.;
Sauberlich, H.E. Ascorbic acid dynamics in the seriously ill and injured. J. Surg. Res. 2003, 109, 144–148.
[CrossRef]
5. de Grooth, H.J.; Manubulu-Choo, W.P.; Zandvliet, A.S.; Spoelstra-de Man, A.M.E.; Girbes, A.R.; Swart, E.L.;
Oudemans-van Straaten, H.M. Vitamin-C pharmacokinetics in critically ill patients: A randomized trial of
four intravenous regimens. Chest 2018, 153, 1368–1377. [CrossRef] [PubMed]
6. Carr, A.C.; Rosengrave, P.C.; Bayer, S.; Chambers, S.; Mehrtens, J.; Shaw, G.M. Hypovitaminosis C and
vitamin C deficiency in critically ill patients despite recommended enteral and parenteral intakes. Crit. Care
2017, 21, 300. [CrossRef]
7. Fowler, A.A.; Syed, A.A.; Knowlson, S.; Sculthorpe, R.; Farthing, D.; DeWilde, C.; Farthing, C.A.; Larus, T.L.;
Martin, E.; Brophy, D.F.; et al. Phase I safety trial of intravenous ascorbic acid in patients with severe sepsis.
J. Transl. Med. 2014, 12, 32. [CrossRef] [PubMed]
8. Fowler, A.A., 3rd; Truwit, J.D.; Hite, R.D.; Morris, P.E.; DeWilde, C.; Priday, A.; Fisher, B.; Thacker, L.R., 2nd;
Natarajan, R.; Brophy, D.F.; et al. Effect of vitamin C infusion on organ failure and biomarkers of inflammation
and vascular injury in patients with sepsis and severe acute respiratory failure: The CITRIS-ALI randomized
clinical trial. JAMA 2019, 322, 1261–1270. [CrossRef]
9. Hunt, C.; Chakravorty, N.K.; Annan, G.; Habibzadeh, N.; Schorah, C.J. The clinical effects of vitamin C
supplementation in elderly hospitalised patients with acute respiratory infections. Int. J. Vitam. Nutr. Res.
1994, 64, 212–219.
10. Mochalkin, N.I. Ascorbic acid in the complex therapy of acute pneumonia. (English translation: http:
//www.mv.helsinki.fi/home/hemila/T5.pdf). Voen. Med. Zhurnal 1970, 9, 17–21.
11. Carr, A.C. Vitamin C in pneumonia and sepsis. In Vitamin C: New Biochemical and Functional Insights. Oxidative
Stress and Disease; Chen, Q., Vissers, M., Eds.; CRC Press/Taylor & Francis: Boca Raton, FL, USA, 2020;
pp. 115–135.
12. Hemilä, H.; Chalker, E. Reanalysis of the effect of vitamin C on mortality in the CITRIS-ALI trial:
Important findings dismissed in the trial report. Front. Med. 2020, 7, 590853. [CrossRef]
13. Kashiouris, M.G.; L’Heureux, M.; Cable, C.A.; Fisher, B.J.; Leichtle, S.W.; Fowler, A.A. The emerging role of
vitamin C as a treatment for sepsis. Nutrients 2020, 12, 292. [CrossRef] [PubMed]
14. Wiersinga, W.J.; Rhodes, A.; Cheng, A.C.; Peacock, S.J.; Prescott, H.C. Pathophysiology, Transmission,
Diagnosis, and Treatment of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A Review. JAMA 2020, 324, 782–793.
[CrossRef] [PubMed]
15. Blanco-Melo, D.; Nilsson-Payant, B.E.; Liu, W.C.; Uhl, S.; Hoagland, D.; Møller, R.; Jordan, T.X.; Oishi, K.;
Panis, M.; Sachs, D.; et al. Imbalanced host response to SARS-CoV-2 drives development of COVID-19. Cell
2020, 181, 1036–1045. [CrossRef] [PubMed]
16. Zhang, Q.; Bastard, P.; Liu, Z.; Le Pen, J.; Moncada-Velez, M.; Chen, J.; Ogishi, M.; Sabli, I.K.D.; Hodeib, S.;
Korol, C.; et al. Inborn errors of type I IFN immunity in patients with life-threatening COVID-19. Science
2020, 370, eabd4570. [CrossRef]
Nutrients 2020, 12, 3286 7 of 8

17. Bastard, P.; Rosen, L.B.; Zhang, Q.; Michailidis, E.; Hoffmann, H.H.; Zhang, Y.; Dorgham, K.; Philippot, Q.;
Rosain, J.; Béziat, V.; et al. Auto-antibodies against type I IFNs in patients with life-threatening COVID-19.
Science 2020, 370, eabd4585. [CrossRef]
18. Kim, Y.; Kim, H.; Bae, S.; Choi, J.; Lim, S.Y.; Lee, N.; Kong, J.M.; Hwang, Y.I.; Kang, J.S.; Lee, W.J. Vitamin C is
an essential factor on the anti-viral immune responses through the production of interferon-α/β at the initial
stage of influenza A virus (H3N2) infection. Immune Netw. 2013, 13, 70–74. [CrossRef]
19. Geber, W.F.; Lefkowitz, S.S.; Hung, C.Y. Effect of ascorbic acid, sodium salicylate, and caffeine on the serum
interferon level in response to viral infection. Pharmacology 1975, 13, 228–233. [CrossRef]
20. Zhang, J.; Rao, X.; Li, Y.; Zhu, Y.; Liu, F.; Guo, G.; Luo, G.; Meng, Z.; De Backer, D.; Xiang, H.; et al. High-dose
vitamin C infusion for the treatment of critically ill COVID-19. Res. Sq. 2020. [CrossRef]
21. José, R.J.; Williams, A.; Manuel, A.; Brown, J.S.; Chambers, R.C. Targeting coagulation activation in severe
COVID-19 pneumonia: Lessons from bacterial pneumonia and sepsis. Eur. Respir. Rev. 2020, 29, 200240.
[CrossRef]
22. Tyml, K. Vitamin C and microvascular dysfunction in systemic inflammation. Antioxidants 2017, 6, 49.
[CrossRef] [PubMed]
23. Hiedra, R.; Lo, K.B.; Elbashabsheh, M.; Gul, F.; Wright, R.M.; Albano, J.; Azmaiparashvili, Z.;
Patarroyo Aponte, G. The use of IV vitamin C for patients with COVID-19: A case series. Expert Rev.
Anti Infect. Ther. 2020, 1–3. [CrossRef]
24. Middleton, E.A.; He, X.Y.; Denorme, F.; Campbell, R.A.; Ng, D.; Salvatore, S.P.; Mostyka, M.;
Baxter-Stoltzfus, A.; Borczuk, A.C.; Loda, M.; et al. Neutrophil extracellular traps contribute to
immunothrombosis in COVID-19 acute respiratory distress syndrome. Blood 2020, 136, 1169–1179. [CrossRef]
25. Skendros, P.; Mitsios, A.; Chrysanthopoulou, A.; Mastellos, D.C.; Metallidis, S.; Rafailidis, P.; Ntinopoulou, M.;
Sertaridou, E.; Tsironidou, V.; Tsigalou, C.; et al. Complement and tissue factor-enriched neutrophil
extracellular traps are key drivers in COVID-19 immunothrombosis. J. Clin. Investig. 2020. [CrossRef]
26. Mohammed, B.M.; Fisher, B.J.; Kraskauskas, D.; Farkas, D.; Brophy, D.F.; Fowler, A.A.; Natarajan, R. Vitamin C:
A novel regulator of neutrophil extracellular trap formation. Nutrients 2013, 5, 3131–3151. [CrossRef]
27. Qiao, X.; Fisher, B.; Kashiouris, M.G.; Truwit, J.D.; Hite, R.D.; Morris, P.E.; Martin, G.S.; Fowler, A.A. Effects of
high dose intravenous vitamin C (IVC) on plasma cell-free DNA levels in patients with sepsis-associated
ARDS. Am. J. Respir. Crit. Care Med. 2019, 201, A2100.
28. Schönrich, G.; Raftery, M.J.; Samstag, Y. Devilishly radical NETwork in COVID-19: Oxidative stress,
neutrophil extracellular traps (NETs), and T cell suppression. Adv. Biol. Regul. 2020, 77, 100741. [CrossRef]
[PubMed]
29. Laforge, M.; Elbim, C.; Frère, C.; Hémadi, M.; Massaad, C.; Nuss, P.; Benoliel, J.J.; Becker, C. Tissue damage
from neutrophil-induced oxidative stress in COVID-19. Nat. Rev. Immunol. 2020, 20, 515–516. [CrossRef]
30. Carr, A.C.; Spencer, E.; Mackle, D.; Hunt, A.; Judd, H.; Mehrtens, J.; Parker, K.; Stockwell, Z.; Gale, C.;
Beaumont, M.; et al. The effect of conservative oxygen therapy on systemic biomarkers of oxidative stress in
critically ill patients. Free Radic. Biol. Med. 2020. under consideration. [CrossRef] [PubMed]
31. Carr, A.C.; Spencer, E.; Dixon, L.; Chambers, S.T. Patients with community acquired pneumonia exhibit
depleted vitamin C status and elevated oxidative stress. Nutrients 2020, 12, 1318. [CrossRef] [PubMed]
32. Galley, H.F.; Howdle, P.D.; Walker, B.E.; Webster, N.R. The effects of intravenous antioxidants in patients
with septic shock. Free Radic. Biol. Med. 1997, 23, 768–774. [CrossRef]
33. Sawyer, M.A.J.; Mike, J.J.; Chavin, K.; Marino, P.L. Antioxidant therapy and survival in ARDS. Crit. Care Med.
1989, 17, S153.
34. World Health Organization. A Coordinated Global Research Roadmap: 2019 Novel Coronavirus;
World Health Organization: Geneva, Switzerland, 2020.
35. Hemila, H.; Chalker, E. Vitamin C may reduce the duration of mechanical ventilation in critically ill patients:
A meta-regression analysis. J. Intensive Care 2020, 8, 15. [CrossRef] [PubMed]
36. Hemila, H.; Chalker, E. Vitamin C can shorten the length of stay in the ICU: A meta-analysis. Nutrients 2019,
11, 708. [CrossRef] [PubMed]
37. Siow, W.T.; Liew, M.F.; Shrestha, B.R.; Muchtar, F.; See, K.C. Managing COVID-19 in resource-limited settings:
Critical care considerations. Crit. Care 2020, 24, 167. [CrossRef]
38. Rowe, S.; Carr, A.C. Global vitamin C status and prevalence of deficiency: A cause for concern? Nutrients
2020, 12, 2008. [CrossRef] [PubMed]
Nutrients 2020, 12, 3286 8 of 8

39. Carr, A.C.; Rowe, S. Factors affecting vitamin C status and prevalence of deficiency: A global health
perspective. Nutrients 2020, 12, 1963. [CrossRef]
40. Centres for Disease Control and Prevention. Assessing Risk Factors for Severe COVID-19
Illness 2020. Available online: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/covid-data/investigations-
discovery/assessing-risk-factors.html (accessed on 5 September 2020).
41. Carr, A.C. Micronutrient status of COVID-19 patients: A critical consideration. Crit. Care 2020, 24, 349.
[CrossRef] [PubMed]
42. Lykkesfeldt, J. On the effect of vitamin C intake on human health: How to (mis)interprete the clinical
evidence. Redox Biol. 2020, 34, 101532. [CrossRef]
43. Arvinte, C.; Singh, M.; Marik, P.E. Serum levels of vitamin C and vitamin D in a cohort of critically ill
COVID-19 patients of a north American community hospital intensive care unit in may 2020. A pilot study.
Med. Drug Discov. 2020, 8, 100064. [CrossRef]
44. Chiscano-Camón, L.; Ruiz-Rodriguez, J.C.; Ruiz-Sanmartin, A.; Roca, O.; Ferrer, R. Vitamin C levels in
patients with SARS-CoV-2-associated acute respiratory distress syndrome. Crit. Care 2020, 24, 522. [CrossRef]
[PubMed]
45. Pullar, J.M.; Bayer, S.; Carr, A.C. Appropriate handling, processing and analysis of blood samples is essential
to avoid oxidation of vitamin C to dehydroascorbic acid. Antioxidants 2018, 7, 29. [CrossRef] [PubMed]
46. Liu, F.; Zhu, Y.; Zhang, J.; Li, Y.; Peng, Z. Intravenous high-dose vitamin C for the treatment of severe
COVID-19: Study protocol for a multicentre randomised controlled trial. BMJ Open 2020, 10, e039519.
[CrossRef] [PubMed]
47. Hemilä, H.; Suonsyrjä, T. Vitamin C for preventing atrial fibrillation in high risk patients: A systematic
review and meta-analysis. BMC Cardiovasc. Disord. 2017, 17, 49. [CrossRef]

Publisher’s Note: MDPI stays neutral with regard to jurisdictional claims in published maps and institutional
affiliations.

© 2020 by the authors. Licensee MDPI, Basel, Switzerland. This article is an open access
article distributed under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution
(CC BY) license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

Artikel Penelitian

Pemberian Terapi Vitamin C pada COVID-19

Mohammad Hasan, Yelvi Levani, Afrita Amalia Laitupa, Nenny Triastuti


Program Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Email: mohhsn078@gmail.com

Abstrak

Vitamin C merupakan salah satu nutrisi yang tidak bisa disintesis oleh manusia. Fungsi Vitamin
C dalam tubuh sangat banyak, salah satunya sebagai antioksidan dan efek pada sistem imun.
Vitamin C terbukti dapat melawan virus karena sebagai imunomodulasi, sehingga dapat
meningkatkan produksi interferon dan mengatur sintesis sitokin proinflamasi. Vitamin C berhasil
mencegah dan mengurangi pasien ICU pada ISPA. Vitamin C juga mepercepat kesembuhan
pada penyakit flu. Pemberian terapi vitamin C diharapkan membantu dalam menurunkan
morbiditas dan mortalitas pada COVID-19. Vitamin C pada tubuh pasien COVID-19 juga
menurun, sehingga sangat dibutuhkan terapi vitamin C. Vitamin C dapat sebagai
imunosupresan yang akan menghambat cytokin storm pada pasien COVID-19. Vitamin C
dalam pasien yang terinfeksi virus dapat menghambat ROS. Pemberian vitamin C dengan dosis
tinggi dapat membantu penyembuhan dalam dengan sepsis. Dokter di China melaporkan 50
pasien COVID-19 dengan pemberian vitamin C berhasil sembuh. Hal ini dapat membuktikan
vitamin C dapat dijadikan terapi pada pasien COVID-19. Tujuan pembuatan literature review ini
untuk mengatahui efektivitas vitamin C pada pasien COVID-19.
Kata kunci: Vitamin C, Terapi, COVID-19

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License.

74
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

PENDAHULUAN Salah satu penanganan COVID-19


Pada 31 Desember 2019, World yang paling efektif adalah vaksin
Health Organization (WHO) karena biaya yang lebih murah dari
melaporkan kasus pneumonia yang pada pengobatan, mengurangi
tidak diketahui etiologinya di kota morbiditas dan mortalitas tanpa efek
Wuhan, China. Pada tanggal 7 Januari panjang. Namun, vaksin untuk COVID-
2020, Coronavirus Disease 2019 19 masih belum ditemukan.4
(COVID-19) ditemukan dari virus Penelitian untuk pembuatan
golongan coronavirus yang obat atau vaksin COVID-19 masih
diidentifikasi dari kasus pneumonia dalam tahap pencarian. Vitamin C
yang tidak diketahui etiologinya dikaitkan dengan terapi COVID-19.
tersebut. Sars-CoV-2 adalah virus Vitamin C juga mempunyai sifat
penyebab COVID-19. COVID-19 juga antioksidan yang mampu melindungi
ditetapkan sebagai Kedaruratan sel dan jaringan.5 Vitamin C diketahui
Kesehatan Masyarakat Yang memiliki peran pleiotropik dalam sistem
Meresahkan Dunia (KKMMD). kekebalan tubuh, melalui antioksidan
Transmisi COVID-19 sama seperti jenis dan aktivitas kofaktor enzim. Intake
coronavirus yang lainnya, yaitu berasal tubuh terhadap vitamin C yang tinggi
dari hewan tapi hewan yang menjadi bisa menurunkan infeksi respirasi.6
sumber COVID-19 masih belum
ditemukan. COVID-19 merupakan virus METODE PENULISAN TINJAUAN
pandemi yang menyebar ke seluruh LITERATUR
dunia.1
COVID-19 menyebar dengan Metode yang digunakan pada
cepat ke seluruh dunia. Pada 3 maret penelitian ini adalah mengumpulkan
2020 tercatat bahwa 90.870 kasus dan menganalisis artikel penelitian
terkonfirmasi di 72 negara dengan terkait terapi vitamin C pada Penyakit
3.112 kematian dan Case Fatality Rate COVID-19. Artikel yang didapatkan
(CFR 3,4%), diwaktu yang sama melalui pencarian menggunakan
Indonesia masih tercatat 2 kasus.1 Tapi electronic database Google Scholar,
pada 4 juni, Indonesia masuk ke urutan PubMed, dan Elsevier dengan
32 secara global dengan jumlah kasus menggunakan kata kunci Vitamin C,
28.181 dengan 1.721 kematian. Tingkat Terapi, dan COVID-19. Tujuan
kematian meningkat pada usia diatas membuat literature ini untuk
80 tahun CFR 2,19%. Pasien dengan mengetahui pengaruh pemberian terapi
riwayat penyakit sebelumnya vitamin C pada pasien COVID-19.
mempunyai CFR yang tinggi; 13,2% Seluruh artikel yang dibahas mengenai
untuk pasien yang memiliki penyakit COVID-19, format full-text, dimana
kardiovaskuler, 9,2% untuk pasien spesifikasinya membahas mengenai
diabetes, 8,4% untuk hipertensi, 8,0% terapi vitamin C pada COVID-19.
untuk penyakit pernapasan kronis dan
7,6% untuk kanker.2 PEMBAHASAN
Kasus COVID-19 yang parah Virologi COVID-19
menyebabkan kematian setiap hari COVID-19 merupakan virus
karena kurangnya perawatan antivirus RNA, berukuran 150-160 nm dan
khusus dan tekanan perawatan klinis.3 bentuknya bulat atau oval. Genom

75
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

COVID-19 mirip dengan SARS-CoV sebagai langkah penting fusi membran.


dan MERS-CoV.7,8 COVID-19 Perbedaan molekuler yang
merupakan genus Betacoronavirus dan menjelaskan perbedaan klinis penting
subgenus Sarbecovirus. Sekuens antara infeksi COVID-19 dan
COVID-19 mirip dengan coronavirus coronavirus lainnya, seperti latensi
yang diisolasi pada kalelawar.9 yang berkepanjangan dan gejala yang
Urutan asam amino COVID-19 bervariasi.10
berbeda dengan coronavirus yang lain
terutama pada polyprotein dan S- Patogenesis COVID-19
protein. S-protein pada COVID-19 Transmisi penularan COVID-19
memiliki dua subunit, salah satu unit melalui droplet resiprasi, kontak
mengikat receptor pada host.8 COVID- langsung dan potensial dalam fecal-
19 mempunyai envelope, pleomorfik oral.3 Glikoprotein yang terdapat di
atau partikel bulat, nucleoprotein, selubung virus COVID-19 akan
capsid, matrix, dan S-protein.8 berikatan dengan reseptor Angiotensin-
Struktural protein utama COVID-19 converting enzyme 2 (ACE 2).8 Setelah
adalah spike protein (S), membrane menembus membran, genom RNA
protein (M), dan envelopeprotein (E). S- virus memasuki intraseluler. Setelah
protein berfungsi atas interaksi reseptor replikasi, menghasilkan rantai
sel inang dan virus. Sedangkan protein polipeptida masif tunggal, dimana 16
E dan M berfungsi untuk struktur dan protein konstituen dibelah. Proses ini
fusi membran. Akan tetapi, protein N awalnya dimediasi oleh protease
mengikat RNA virus dan memediasi intraseluler, kemudian diperbanyak
interaksinya dengan protein S, E, dan dengan fungsi protease utama COVID-
M untuk enkapsulasi genom. Beberapa 19 dan papain-like proteas. Protein
protein yang penting pada replikasi replikasi lain, RNA-dependent RNA
virus yaitu protease (nsp5), papain-like polymerase (RdRp) berfungsi untuk
protease (nsp3), dan RNA-dependent replikasi dan amplifikasi genom virus.
RNA polymerase (nsp12, RdRp).10 Protein lebih banyak setelah amplifikasi
Siklus hidup COVID-19 serupa RNA virus.10
dengan coronavirus yang lain. Secara Genom RNA yang berada di
umum, siklus hidup COVID-19 dimulai dalam sel akan dikeluarkan ke
dengan pengikatan virus ke sel target sitoplasma selanjutnya virus akan
dan berujung pada reproduksi virus.10 bereplikasi.9 Epitel mukosa respirasi
Pada COVID-19, data invitro atas (rongga hidung dan faring)
mendukung kemungkinan virus mampu merupakan tempat virus bereplikasi
masuk ke dalam sel menggunakan pertama kali, lalu replikasi selanjutnya
reseptor Angiotensin converting di respirasi bawah dan mukosa
enzyme 2 (ACE 2). COVID-19 tidak gastrointestinal.3 Glikoprotein yang
menggunakan reseptor coronavirus baru terbentuk akan masuk kedalam
lainnya seperti Aminopeptidase N retikulum endoplasma. Partikel virus
(APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 akan tumbuh ke dalam retikulum
(DPP-4).9 Proses ini dimediasi oleh endoplasma. Pada tahap akhir,
pengikatan protease membran lain komponen virus baru dilepaskan dari
yaitu transmembrane serine protease 2 vesikel yang mengandung partikel virus
(TMPRSS2), yang membelah S protein

76
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

yang bergabung dengan membran Klasifikasi Gejala COVID-19


plasma.9 COVID-19 berdasarkan
Pada tahap ini dapat beratnya kasus dibedakan menjadi
menimbulkan gejala pada respirasi lima. Pertama kasus tanpa gejala yaitu
maupun gejala non-respirasi, infeksi tidak ditemukan gejala pada pasien.
juga bisa dikendalikan sehingga tidak Kedua kasus ringan atau tidak
menimbulkan gejala. ACE 2 berkomplikasi yang ditandai dengan
diekspresikan dalam mukosa hidung, gejala tidak spesifik seperti demam,
bronkus, paru, jantung, kerongkongan, lemah, batuk, anoreksia, malaise, nyeri
ginjal, lambung, kandung kemih, ileum, otot, sakit tenggorokan, sesak ringan,
dan organ manusia ini semuanya kongesti hidung dan sakit kepala.
rentan terhadap COVID-19.3 Ketiga kasus sedang yaitu disertai
Terdapat dua fase respons imun dengan pneumonia tanpa gejala
pada kasus COVID-19, yaitu tahap pneumonia dan tidak membutuhkan
inkubasi dan non-severe stages. suplementasi oksigen. Keempat kasus
Respons imun adaptif sangat berat dengan ditandai gejala
dibutuhkan untuk mencegah pneumonia ditambah satu gejala :
perkembangan ke severe stages. Jika frekuensi napas > 30 x/menit, distress
respons imun terganggu, virus akan pernapasan berat, atau saturasi
menyebar dan menginfeksi jaringan oksigen <93% pada udara kamar atau
terutama pada organ yang memiliki rasio PaO2/FiO2 < 300. Yang terakhir
receptor ACE-2 yang banyak. Sel-sel kasus kritis yang ditandai gagal napas,
yang rusak dapat menginduksi Acute Respiratory Distress Syndrome
inflamasi pada paru dan menyebabkan (ARDS), syok sepsis dan/atau multiple
peradangan yang dimediasi oleh organ failure.12
makrofag dan granulosit proinflamasi. 11
Acute Respiratory Distress Vitamin C
Syndrome (ARDS) merupakan kondisi Vitamin C adalah nutrisi penting
paru yang sangat mengancam jiwa.3,12 yang tidak dapat disintesis oleh
Masuknya virus menyebabkan migrasi manusia. Vitamin C memiliki banyak
dan aktivasi neutrofil yang berakibat kontribusi terhadap sistem imun (imun
rusaknya dinding alveolar-kapiler.7 innate dan adaptif). Vitamin C juga
Cytokine Release Syndrome (CRS) berperan sebagai antioksidan yang
mempengaruhi pasien dalam kondisi mampu menyumbangkan elektron,
parah, karena pada pasien COVID-19 sehingga melindungi biomolekul
yang parah sering terjadi limfositopenia. penting yang rusak oleh oksidan hasil
Sitokin inflamasi juga (IL-1, TNF) metabolisme tubuh, paparan racun dan
sangat tinggi pada paru pasien COVID- polutan. Vitamin C juga merupakan
19 dan sitokin ini merupakan kofaktor untuk biosentesis, gen
penginduksi kuat HA-synthase-2 pengatur dan enzim dioksigenase.
(HAS2) dalam CD31+ endotelium, Vitamin ini sudah lama dikenal sebagai
EpCAM+ sel-sel epitel alveolar paru, kofaktor untuk lisis dan prolyl
dan fibroblas. Hyaluronan (HA) memiliki hidroksilase. Vitamin C meningkatkan
kemampuan untuk menyerap air hingga colagen, carnitine, catecholamines,
sehingga menyebabkan kesulitan amidated peptides dan menurunkan
11
bernapas.

77
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

hypoxia-inducible factor, dna memediasi penyerapan vitamin C pada


methylation dan histone methylation.13 ginjal.14 Persediaan tubuh sebagian
besar di cotex ginjal.19 Vitamin C
Farmakologi vitamin C diekskresi melalui urin dalam bentuk
Konsentrasi vitamin C dalam utuh dan garam sulfat jika kadar dalam
plasma dan jaringan dikontrol oleh tiga darah melewati ambang rangsang
mekanisme, yaitu absorpsi, transportasi ginjal.15 Ekskresi berlangsung sebagai
jaringan dan reabsoprsi beserta eksresi metabolit dehidronya dan sedikit
ginjal.14 Vitamin C diabsorpsi melalui sebagai asam oksalat.19
saluran cerna. Vitamin C dalam darah Transporter askorbat sebagian
sangat mudah dioksidasi menjadi besar berada pada jaringan epitel.
dehidroaskorbat.15 Vitamin C Transporter askorbat juga terlibat
menyumbangkan elektron ke substrat, dalam penyerapan askorbat dan
sementara vitamin C teroksidasi reabsorpsi ginjal, untuk
menjadi radikal ascorbyl. Dua molekul mempertahankan homeostasis seluruh
radikal bebas ascorbyl dapat terurai tubuh.18 Fungsi enzimatik vitamin C
menjadi 1 molekul askorbat dan 1 sebagai kofaktor untuk ferrous [Fe (II)]
molekul asam dehydroascorbic.16 dan dioksigenase dependen 2-
Vitamin C dibawa oleh sodium vitamin oxoglutarate dalam sintesis kolagen.
C co-transporter (SVCT).17 Vitamin C Enzim-enzim ini mengkatalisasi
masuk ke mitokondria dalam bentuk hidroksilasi lisin dan residu prolin dalam
dehidroaskorbat. Dehidroaskorbat yang rantai prokolagen, yang merupakan
diangkut berkurang di mitokondria. blok bangunan struktur triple-heliks dari
Dehidroaskorbat juga direduksi kembali kolagen fungsional yang matang dan
menjadi askorbat oleh dehidroaskorbat fungsional.16
reduktase dan pengurangan Vitamin C berfungsi sebagai
glutathione. Askorbat keluar dari donor elektron untuk berbagai enzim
mitokondria. Langkah-langkah terakhir yang mengkatalisis biosintesis karnitin
sintesis askorbat terjadi di endoplasma dan norepinefrin, peptida hormone
retikulum.18 amidation, dan metabolisme tirosin.
Vitamin C secara spontan Hidroksilasi yang dimediasi askorbat
teroksidasi baik intraseluler dan dari hipoksia inducible factor 1a (HIF-
ekstraseluler menjadi bentuk yang tidak 1a) mengatur transkripsi beberapa gen
aktif secara biologis.17 Distribusi yang mengkode protein yang terlibat
vitamin C keseluruh tubuh sangat baik, dalam homeostasis besi, angiogenesis,
dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan proliferasi sel. Vitamin C
dan terendah dalam otot.15 Jaringan memodulasi vasorelaksasi dengan
spesifik mengkontrol penyerapan meningkatkan sintesis NO atau
16
vitamin C, distribusi jaringan, dan bioavailabilitas. Vitamin C
ekskresi oleh transpor aktif melalui terkonsentrasi dalam leukosit, limfosit,
SVCT1 dan SVCT2.16 SVCT2 berfungsi dan makrofag. Vitamin C juga
sebagai distribusi ke jaringan. meningkatkan chemotaxis, aktivitas
Akumulasi vitamin C terjadi melalui fagositik neutrofil dan kematian
transportasi askorbat teroksidasi, asam oksidatif. Proliferasi limfosit juga
dehidroaskorbat dan diikuti oleh dipercepat oleh vitamin C.20 Vitamin C
pengurangan intraselulernya. SVCT1 juga mendaur ulang tetrahydrobiopterin

78
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

dari bentuknya yang teroksidasi, dosis tinggi bisa menyebabkan


14
sehingga mempertahankan aktivitas hemolisis dan batu ginjal.
enzim, Tetrahydrobiopterin adalah Angka kecukupan gizi vitamin C
kofaktor untuk aktivitas Endothelial NO ialah 35 mg untuk bayi dan meningkat
synthase (eNOS).16 Vitamin C juga 60 mg pada dewasa. Kebutuhan akan
bertindak sebagai kofaktor untuk vitamin C meningkat 300-500% pada
sejumlah biosintesis dan gen pengatur penyakit infeksi. Efek samping
gen dan enzim dioksigenase, penggunaan dosis tinggi bisa
menunjukkan efek modulasi menyebabkan batu ginjal oksalat dan
21
kekebalan. diare.19 Diare disebabkan oleh iritasi
Vitamin C merupakan pada mukosa usus yang menyebabkan
imunomodulator yang dapat peningkatan peristaltik, sedangkan batu
menstimulasi migrasi neutrofil, ginjal disebabkan karena metabolisme
meningkatkan fagositosis, dan ekskresi dalam bentuk oksalat.15
pembentukan oksidan, dan membunuh Dosis diatas 500 mg bisa merusak sel-
mikroba. Disaat yang sama, vitamin C DNA karena adenosin dirusak oleh
melindungi jaringan host dari kerusakan dehidroaskorbat yang bekerja sebaga
berlebihan dengan meningkatkan prooksidan.19
apoptosis neutrofil dan pembersihan
oleh makrofag, dan mengurangi DISKUSI
nekrosis neutrofil.13 Pada COVID-19 kerusakan sel
Peran lain vitamin C dalam terjadi karena peningkatan oxidative
fungsi vaskular termasuk memodulasi stress dan mengakibatkan kegagalan
penghalang sel endotel dan mengatur organ. ARDS merupakan penyebab
aktivitas NADPH oksidase (NOX) yang utama oxidative stress pada pasien
terlibat dalam respons gen inflamasi. COVID-19, karena mengakibatkan
Vitamin C juga dapat meregenerasi radikal bebas dan stikon meningkat.
vitamin E (α-tokoferol) dari bentuk Vaksin dan antivirus yang tepat masih
teroksidasi (α-tokoferheril radikal), belum ditemukan, maka pemberian
memungkinkan vitamin C untuk secara obat suportif dan antioksidan memiliki
tidak langsung menghambat peran penting dalam kasus COVID-19.
16
peroksidasi lipid. Vitamin C adalah Pemberian intravena vitamin C sangat
antioksidan yang kuat, sehingga dapat bagus dan diterapkan pada kasus
membersihkan radikal bebas dan COVID-19.20
mengembalikan antioksidan seluler Kerusakan paru hal yang harus
lainnya.20 diwaspadai dalam pemulihan pasien
Selain diperoleh dari suplemen, COVID-19, karena membutuhkan
vitamin C juga bisa diperoleh dari buah respons imun yang baik, maka
dan sayur.22 Dosis yang tepat buat dibutuhkan terapi untuk meningkatkan
orang dewasa adalah 2 gram/hari. respons imun.11 Vitamin C memiliki
Suplementasi oral dengan 500 mg/hari aktivitas klinis dalam melawan virus.
dibutuhkan pada kasus yang lebih Vitamin C sebagai imunomodulasi pada
ringan, tetapi terapi parenteral mungkin pasien dengan infeksi virus dan
diperlukan pada kasus yang berat. meningkatkan produksi interferon dan
Asupan vitmain C yang tinggi bisa mengatur sintesis sitokin
menyebabkan gagal ginjal.16 Risiko proinflamasi. 20,23
Pemberian vitamin C

79
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

dosis tinggi bertindak sebagai infeksi penyakit saluran pernapasan


prooksidan untuk sel kekebalan tubuh, atas, tetapi mengurangi durasi infeksi
sekaligus sebagai antioksidan untuk sel hingga 1,6 hari.21
epitel paru.17 Kasus Intensive Care Unit (ICU)
Vitamin C dapat menghambat dalam pasien COVID-19 sangat tinggi.
nuclear factor kappa-B (NFκB) dan Metaanalisis dalam 12 uji coba dengan
berperan penting dalam kekebalan 1.766 pasien di ICU menemukan
tubuh termasuk regulasi chemokines, bahwa vitamin C memperpendek
cytokines, adhesion molecules, pasien tinggal di ICU sebesar 8%.25
mediator inflamasi dan menghambat Metaanalisis lain menemukan bahwa
apoptosis. Vitamin C dapat vitamin C mengurangi ventilasi mekanik
mempengaruhi respon Granulocyte pada pasien yang membutuhkan
macrophage colony stimulating factor ventilasi. Vitamin C juga menurun pada
(GM-CSF) yang berfungsi sebagai pasien dalam keadaan kritis.20,25,26
pertahanan dan mengkontrol respons Dosis 1-2 gram/hari efektif
inflamasi. Vitamin C dosis tinggi dapat dalam mencegah infeksi saluran
mengatur proliferasi dari sel T, sel B pernapasan atas, karena tidak dapat
dan natural killer (NK) yang dapat dicapai melalui sumber makanan saja,
membantu menghambat suplementasi dapat disarankan bagi
perkembangan cytokines storm.24 mereka yang berisiko lebih tinggi
Vitamin C dalam tubuh menurun terkena infeksi saluran pernapasan.
dalam kasus COVID-19 yang Namun, dosis di atas 2 gram/hari
disebabkan oleh sitokin inflamasi dan mungkin tidak menguntungkan untuk
peningkatan konsumsi vitamin C pada individu yang sehat.22
sel somatik.9 Dalam meta-analisis Dokter di China melaporkan
dengan 29 uji coba terkontrol dengan bahwa 50 pasien COVID-19 dengan
11.306 peserta yang diberikan asupan non-severe stages yang diberikan
vitamin C 1 gram/hari tidak dapat terapi vitamin C dengan dosis tinggi
mencegah Infeksi Saluran Nafas Atas intravena menyebabkan pasien lebih
(ISPA). Namun, dari hasil uji coba yang cepat sembuh daripada pasien yang
sama, Vitamin C dapat memperpendek tidak diberikan vitamin C.27 Vitamin C
dan mengurangi ISPA. Pada frekuensi dengan dosis tinggi intravena dapat
dan gejala ISPA yang ringan, maka mempercepat oksidasi hemoglobin.28
vitamin C memberikan dampak yang Terdapat efek perlindungan dari vitamin
sedikit dan dosis profilaksis vitamin C C dalam pemberian intravena dosis
tidak berguna jika keadaan normal.25 tinggi selama ARDS yang diinduksi
Pasien COVID-19 yang sepsis. Vitamin C memperkuat
diberikan vitamin C lebih baik dari pada penghalang epitel alveolar dan secara
pasien yang tidak diberikan vitamin C.24 transkripsi meningkatkan saluran
Dalam metaanalisis dengan delapan uji protein yang mengatur pembersihan
coba yang memberikan vitamin C cairan alveolar. Pemberian vitamin C
terhadap infeksi flu biasa dapat intravena dosis tinggi dapat
mengurangi dan menghilangkan gejala. menurunkan secara signifikan
Dalam metaanalisis lain dari delapan uji mortalitas pada sepsis berat dan
coba pada 3135 anak, diberikan ARDS.7 Intravena dosis tinggi vitamin C
suplementasi vitamin C tidak mencegah

80
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

terbukti secara klinis aman dan tidak beratdiberikan vitamin C 200–400 mg/8
ada efek samping.29 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam diberikan secara drips
Intravena (IV) selama perawatan.31
Pemberian intravena lebih baik
daripada oral karena kadar serum yang
masuk ke dalam tubuh intravena 25 kali
lebih tinggi daripada oral.32

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil telaah jurnal
Gambar 1. Mekanisme Vitamin C pada
ini dapat disimpulkan bahwa
COVID 19
pengunaan vitamin C dalam terapi
pasien COVID-19 sangat membantu
Pengobatan vitamin C dosis
dalam peroses penyembuhan. Vitamin
tinggi bertindak sebagai prooksidan
C mempunyai efek baik, salah satunya
untuk sel imun, tetapi sebagai
dapat meningkatkan respons imun
antioksidan untuk sel epitel paru.
dalam tubuh pasien. Vitamin C juga
pengobatan vitamin C dapat melindungi
dapat melindungi sel tubuh dan
imunitas bawaan melalui
mengurangi kerusakan akibat infeksi.
penghambatan sekresi laktat.
Keadaan pasien yang diberikan vitamin
Pemberian vitamin C dosis tinggi
C lebih baik daripada pasien yang tidak
sangat bagus pada pasien COVID-19,
diberikan.
namun efek samping yang mungkin
timbul dalam pengobatan vitamin C
DAFTAR PUSTAKA
dosis tinggi adalah kematian sel
1. Kementrian kesehatan Republik
osmotik dari sel imun dan
Indonesia. Pedoman
menyebabkan peradangan lokal di
Pencegahan dan Pengendalian
alveolar. Oleh karena itu, pengobatan
COVID-19. Pedoman kesiapan
glukokortikoid intravena harus
menghadapi COVID-19. 2020;0–
ditambahkan untuk mengurangi
115.
kemungkinan inflamasi dari pengobatan
2. Bruce Aylward (WHO); Wannian
vitamin C dosis tinggi. Vitamin C
Liang (PRC). Report of the
intravena dosis tinggi 50 mg/kilogram
WHO-China Joint Mission on
berat badan setiap 6 jam selama 4 hari
Coronavirus Disease 2019
dengan glucose restriction, lalu
(COVID-19). WHO-China Jt
hidrokortison 50 mg IV setiap 6 jam
Mission Coronavirus Dis 2019
selama 7 hari harus diberikan untuk
[Internet]. 2020;1(February):40.
melawan peradangan yang disebabkan
Available from:
oleh terapi.30
https://www.who.int/docs/default-
Tanpa gejala dan gejala ringan
source/coronaviruse/who-china-
diberikan tablet vitamin C non acidic
joint-mission-on-covid-19-final-
500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
report.pdf
atau tablet isap vitamin C 500 mg/12
3. Duan G. Virology, Epidemiology,
jam oral (selama 30 hari). Sedangakan
Pathogenesis, and Control of
Gejala sedang dan gejala
COVID-19.

81
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

www.mdpi.com/journal/viruses. Therapeutic Strategies. JACC


2020;1–17. Basic to Transl Sci.
4. Ahn DG, Shin HJ, Kim MH, Lee 2020;5(5):518–36.
S, Kim HS, Myoung J, et al. 11. Shi Y, Wang Y, Shao C, Huang
Current status of epidemiology, J, Gan J, Huang X, et al. COVID-
diagnosis, therapeutics, and 19 infection: the perspectives on
vaccines for novel coronavirus immune responses. Cell Death
disease 2019 (COVID-19). J Differ [Internet].
Microbiol Biotechnol. 2020;27(5):1451–4. Available
2020;30(3):313–24. from:
5. Carr AC. A new clinical trial to http://dx.doi.org/10.1038/s41418-
test high-dose vitamin C in 020-0530-3
patients with COVID-19. Crit 12. Burhan E, Dwi Susanto A,
Care. 2020;24(1):1–2. Nasution SA, Ginanjar E,
6. Liugan M, Carr AC. Vitamin c Wicaksono Pitoyo C, Susilo A, et
and neutrophil function: Findings al. PROTOKOL TATALAKSANA
from randomized controlled COVID-19 TIM PENYUSUN
trials. Nutrients. 2019;11(9):1– Perhimpunan Dokter Paru
16. Indonesia (PDPI) Perhimpunan
7. Kakodkar P, Kaka N, Baig M. A Dokter Spesialis Kardiovaskular
Comprehensive Literature Indonesia (PERKI) Perhimpunan
Review on the Clinical Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Presentation, and Management Indonesia (PAPDI) Perhimpunan
of the Pandemic Coronavirus Dokter Anestesiologi dan Terapi
Disease 2019 (COVID-19). Int. 2020
Cureus. 2020;2019(4). 13. Cheng RZ. Can early and high
8. Kannan S, Shaik Syed Ali P, intravenous dose of vitamin C
Sheeza A, Hemalatha K. COVID- prevent and treat coronavirus
19 (Novel Coronavirus 2019) - disease 2019 (COVID-19)?
recent trends. Eur Rev Med 2020;(January).
Pharmacol Sci. 14. Carr AC, Maggini S. Vitamin C
2020;24(4):2006–11. and immune function. Nutrients.
9. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo 2017;9(11):1–25.
CW, Santoso WD, Yulianti M, 15. Tjay, Tan H., and Rahardja,
Sinto R, et al. Coronavirus Kirana. (2010). Obat-Obat
Disease 2019 : Tinjauan Literatur Penting Kasiat, Pengunaan dan
Terkini Coronavirus Disease Efek-Efek Sampingnya Edisi Ke
2019 : Review of Current Enam. Jakarta : PT Gramedia.
Literatures. J Penyakit Dalam 16. Anderson N, Fergus RR, Nm C.
Indones. 2020;7(1):45–67. Vitamin C: A Concentration-
10. Atri D, Siddiqi HK, Lang JP, Function Approach Yields
Nauffal V, Morrow DA, Bohula Pharmacology and Therapeutic
EA. COVID-19 for the Discoveries. Adv Nutr.
Cardiologist: Basic Virology, 2011;2(Xii):78–88.
Epidemiology, Cardiac 17. Lykkesfeldt J, Michels AJ.
Manifestations, and Potential Vitamin C. Advances in Nutrition.

82
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021

e-ISSN 2716-0254

Am Soc Nutr. 2014;5(1):16–8. Peng Z. Intravenous high-dose


17. Erol A. High-dose intravenous vitamin C for the treatment of
vitamin C treatment for COVID- severe COVID-19: study protocol
19. OsfIo/Preprints [Internet]. for a multicentre randomised
2020;19(February). Available controlled trial. BMJ Open
from: [Internet]. 2020;10(7):e039519.
https://osf.io/p7ex8/?fbclid=IwAR Available from:
2b67345SBs9r2QfJ23xH_0GEM http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
771Qwww6EPpOSTSpQ7_x2BU med/32641343
u7-5CZEHo 26. Hemilä H, Chalker E. Reply:
18. Mandl J, Szarka A, Bánhegyi G. Vitamin C as a Possible Therapy
Vitamin C: Update on physiology for COVID-19. Infect Chemother
and pharmacology. Br J [Internet]. 2020;52(2):1–2.
Pharmacol. 2009;157(7):1097– Available from:
110. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
19. Kementerian Komunikasi dan med/32468742
Informatika Republik Indonesia 27. Simonson W. Vitamin C and
(Kominfo RI). 2020. coronavirus William.
20. Gunawan, Sulistia G., Setiabudy, 2020;(January).
R., Nafrialdi, and Instiaty. (2016). 28. Cheng RZ, Kogan M, Davis D.
Farmakologi dan Terapi Edisi 6I. Ascorbate as Prophylaxis and
Jakarta : Badan Penerbit FKUI Therapy for COVID-19—Update
21. Boretti A, Banik BK. Intravenous From Shanghai and U.S. Medical
vitamin C for reduction of Institutions. Glob Adv Heal Med.
cytokines storm in acute 2020;9:216495612093476
respiratory distress syndrome. 29. Lehene M, Fischer-Fodor E,
Lancet. 2020;395(April):1315. Scurtu F, Hădade N, Gal E, Mot
22. Iddir M, Brito A, Dingeo G, Del AC, et al. Excess ascorbate is a
Campo SSF, Samouda H, La chemical stress agent against
Frano MR, et al. Strengthening proteins and cells.
the immune system and reducing Pharmaceuticals. 2020;13(6):1–
inflammation and oxidative 10.
stress through diet and nutrition: 30. Kashiouris MG, L’heureux M,
Considerations during the covid- Cable CA, Fisher BJ, Leichtle
19 crisis. Nutrients. SW, Fowler AA. The emerging
2020;12(6):1–43. role of vitamin C as a treatment
23. Zabetakis I, Lordan R, Norton C, for sepsis. Nutrients.
Tsoupras A. Covid-19: The 2020;12(2):1–16.
inflammation link and the role of 31. Adams, K. K., Baker, W. L., and
nutrition in potential mitigation. Sobieraj, D. M. (2020). Myth
Nutrients. 2020;12(5):1–28. Busters: Dietary Supplements
24. Hemilä H. Vitamin C and SARS and COVID-19. Annals of
coronavirus [6]. J Antimicrob Pharmacotherapy.
Chemother. 2003;52(6):1049–
50.
25. Liu F, Zhu Y, Zhang J, Li Y,

83
Jurnal Pandu Husada
DOI: https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.5754
Volume 2 No 2, 2021/
DOI: 10.32539/ Hummed.V2I2.69
113-128

Edukasi peran vitamin C dalam pencegahan COVID-19


melalui media sosial

Geo Vanda1, Nofitri Dewitasari Sijabat1, Naomi Winny Tioline1, Rizka Samira Batubara1,
Adela Nadya Letissia1, Ardesy Melizah Kurniati2*, Syarif Husin2, Syifa Alkaf3, Windi
Indah Fajar Ningsih4, Monika Anastasia5

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya


2Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

3Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

4Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya

5SMF Gizi Klinik RSUP. Dr Mohammad Hoesin Palembang

E-mail : Ardesy.gizi@fk.unsri.ac.id

Abstrak

Peran media sosial sebagai sarana penyebaran informasi kesehatan makin meningkat selama pandemi
COVID-19. Meskipun akses informasi semakin mudah, tetap harus dilakukan pemilahan info karena dapat
tercampur hoax. Salah satu contoh informasi salah yang berkembang adalah melebih-lebihkan peran vitamin
C terhadap pencegahan COVID-19. Hal ini menyebabkan kepanikan, kenaikan harga, dan kelangkaan produk
di pasaran, dan penggunaan melebihi dosis. Oleh sebab itu, dilakukan edukasi untuk meluruskan
pemahaman ini. Edukasi dilakukan melalui media sosial Instagram dan website Makanmu.com, dengan
partisipan berusia di atas 17 tahun, berjumlah 80 orang. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui pretest dan
posttest. Terdapat peningkatan pengetahuan para peserta mengenai peran vitamin C terhadap pencegahan
COVID-19. Edukasi melalui media sosial bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dewasa
muda selama pembatasan sosial akibat pandemic COVID-19.

Kata kunci: Media Sosial, Vitamin C, COVID-19

Abstract

Information spreading about the role of vitamin C in preventing COVID-19 through social media. During
the COVID-19 epidemic, the use of social media to disseminate health information has grown. Even while information is
becoming more accessible, it is still needed to filter it properly because it might be mixed in with hoaxes. Overestimating
the significance of vitamin C in preventing COVID-19 is one example of spreading disinformation. This results in panic,
price hikes, product shortages on the market, and overdosing. As a result, education is carried out in order to replace
incorrect understanding. With 80 participants aged 17 and above, education was provided via social media Instagram,
and the Makanmu.com website. The pretest and posttest are used to evaluate the activities. The importance of vitamin C
in preventing COVID-19 was better understood by the participants. Social media education is important for enhancing
young adults' understanding during social limitations caused by the COVID-19 epidemic.

Keywords: Social Media, Vitamin C, Covid-19

e-ISSN 2745-6560 hummed.ejournal.unsri.ac.id


Ardesy, dkk 114

1. PENDAHULUAN

Akses untuk mendapatkan informasi di masa kini semakin terbuka lebar. Platform media

sosial menjadi pintu yang paling banyak digunakan dalam penyebaran informasi. Pada

masa pandemi, penggunaan media sosial sebagai sumber informasi utama semakin

meningkat, mengingat adanya batasan kegiatan berkumpul di luar rumah. Kegiatan

penyuluhan kesehatan juga dialihkan menjadi metode daring. Selain menggunakan metode

seminar, media sosial jejaring pertemanan, menjadi sarana yang disukai dalam

menyebarkan info kesehatan terkait COVID-19.1

Beberapa platform media sosial, saat ini memiliki jutaan pengguna aktif seperti

Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, Whatsapp dan sebagainya. Sampai dengan januari

2019, terdapat kurang lebih 150 juta pengguna aktif media sosial, dengan usia terbanyak

pada rentang 18-44 tahun. Facebook menjadi platform dengan jumlah pengguna terbanyak

yaitu 130 juta pengguna, disusul instagram dengan 62 juta pengguna. Pada tahun 2018,

Facebook menempati urutan teratas sebagai platform sumber informasi warganet di

Indonesia (77,6%) disusul Whatsapp (72,93%) dan Instagram (60,24%).1

Meskipun demikian, tidak sedikit informasi yang didapatkan ternyata hoax atau

belum tentu benar. Pengguna media sosial yang mudah terkena hoax kebanyakan adalah

usia dewasa tua. Kemungkinan penyebabnya, akibat orang tua lebih terlambat mengenal

dan menggunakan internet dan media sosial dibanding generasi yang lebih muda. Kedua,

kurangnya kemampuan literasi dan tingkat pengetahuan. Ketiga, adalah persoalan biologis

yang membuat kemampuan kognitif mereka menurun seiring bertambahnya usia, sehingga

lebih rentan tertipu hoax.2

Salah satu hoax yang terjadi selama pandemi adalah tentang konsumsi vitamin C

yang dianggap dapat menangkal total infeksi COVID-19, sehingga menyebabkan panic

buying dan mengonsumsi dosis tinggi.3 Hal tersebut dapat merugikan karena menyebabkan

kelangkaan produk vitamin C bagi individu yang benar-benar membutuhkan. Informasi

yang keliru harus diluruskan melalui media yang diharapkan dapat dibaca oleh orang

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 115

berusia muda. Instagram merupakan salah satu media sosial yang memiliki pengguna

terbanyak pada rentang usia 18-34 tahun. Diharapkan generasi remaja dan dewasa muda

bisa menyaring informasi hoax, dan meneruskan informasi yang benar di sekitarnya.2,4

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa edukasi tentang vitamin C dan kaitannya

dengan COVID-19 merupakan suatu solusi untuk memutus mata rantai hoax ini. Namun,

karena batas penulisan informasi di IG terbatas, maka edukasi dikombinasikan dengan

pemberian informasi melalui website.

2. TINJAUAN PUSTAKA

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.

Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136

kasus kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini

merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan

33.106 kematian di seluruh dunia.5

Saat ini, sudah terdapat vaksin untuk mencegah COVID-19. Namun tetap harus

menghindari terpapar virus penyebab dengan melakukan tindakan-tindakan pencegahan

penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Pemakaian masker, menjaga jarak, tidak

membuat kerumunan, tetap menjadi nasihat pencegahan yang selalu digaungkan.6

Meskipun tindakan pencegahan telah dilakukan, bukan berarti seseorang tidak akan

terinfeksi COVID-19 sama sekali. Hal ini sangat dipengaruhi virulensi, lama paparan, dan

daya tahan tubuh individu. Pola hidup yang sehat seperti olahraga yang cukup dan rutin,

konsumsi makanan bergizi yang seimbang dan vitamin yang mengandung vitamin A, B, C,

D, E dan lain-lain melalui memperbanyak konsumsi sayur dan buah, secara teori dapat

meningkatkan sistem imun tubuh.6

Vitamin C yang juga dikenal sebagai asam askorbat merupakan salah satu nutrisi

yang dibutuhkan banyak organisme multiseluler, terutama pada manusia. Asam askorbat

adalah vitamin yang larut dalam air dan ditemukan dalam buah dan sayuran serta organ

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 116

hewan seperti hati dan ginjal. Vitamin C berperan penting dalam banyak proses fisiologis

pada manusia. Vitamin C dibutuhkan untuk perbaikan jaringan di semua bagian tubuh.

Fungsi penting vitamin C termasuk pembentukan protein yang digunakan untuk sintesis

kulit, tendon, ligamen, dan pembuluh darah; untuk penyembuhan luka dan membentuk

jaringan parut; untuk memperbaiki dan memelihara tulang rawan, tulang, dan gigi dan

membantu penyerapan zat besi.7

Vitamin C juga berkontribusi dalam pertahanan kekebalan tubuh atau imunitas

dengan mendukung berbagai fungsi seluler baik sistem kekebalan tubuh bawaan dan

adaptif. Vitamin C terakumulasi dalam sel fagosit, seperti neutrofil, dan dapat

meningkatkan kemotaksis, fagositosis, generasi spesies oksigen reaktif, dan akhirnya

membunuh mikroba. Kekurangan vitamin C mengakibatkan gangguan imunitas dan

kerentanan yang lebih tinggi terhadap infeksi. Pada gilirannya, infeksi secara signifikan

berdampak pada kadar vitamin C karena peningkatan peradangan dan kebutuhan

metabolisme. Selain itu, suplementasi dengan vitamin C tampaknya dapat mencegah dan

mengobati infeksi pernapasan dan sistemik. Asupan vitamin C memadai (100-200 mg/hari)

dapat mengoptimalkan kondisi sel dan jaringan dan memberikan efek profilaksis terhadap

infeksi. Sebaliknya, pengobatan infeksi yang sudah ada memerlukan dosis vitamin yang

jauh lebih tinggi untuk mengimbangi peningkatan respons peradangan dan kebutuhan

metabolisme.8

Absorpsi vitamin C terjadi di saluran cerna, terutama pada bagian atas usus halus.

Diperkirakan, 70-90% vitamin C diarbsorpsi pada konsumsi sebanyak 30-180 mg/hari.

Arbsorpsi ini terjadi secara difusi terfasilitasi kemudian masuk ke peredaran darah dan

dimetabolisme di hati dengan hasil berupa asam oksalat dan diekskresikan oleh ginjal.

Ambang ginjal untuk ekskresi vitamin C adalah 1,4 mg/dL. Ketika konsentrasi plasma

vitamin C rendah, ekskresi vitamin C menurun. Tubuh manusia tidak mampu

menghasilkan vitamin C sendiri, sehingga kebutuhannya didapatkan dari hasil konsumsi

buah dan sayuran yang merupakan sumber utama vitamin C.9-10

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 117

Kebutuhan harian vitamin C biasa dikenal dengan RDA (Recommended dietary

allowance) menurut kemenkes dan WHO adalah 45 mg, sedangkan menurut US National

Academy dan Science, kebutuhan vitamin C untuk pria sebanyak 90 mg/hari dan wanita 85

mg/hari. Perokok membutuhkan vitamin C lebih banyak yaitu 35 mg/hari. Batas dosis yang

masih dapat ditoleransi oleh tubuh sampai dengan 2000 mg/hari. Terjadi peningkatan 300-

500% kebutuhan vitamin C pada penyakit infeksi, pasca bedah atau trauma, neoplasma,

kehamilan dan laktasi. Dalam keadaan normal, kebutuhan vitamin C sehari-hari dapat

tercukupi dari buah dan sayur.9-10

Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, kelebihan pada makanan tidak

diarbsorbsi pada usus dan kelebihan dalam darah dengan cepat diekskresikan dalam urin,

sehingga vitamin C menunjukkan toksisitas akut yang sangat rendah. Konsumsi vitamin C

lebih dari dua hingga tiga gram dapat menyebabkan gangguan pencernaan, terutama jika

dikonsumsi dengan perut kosong. Konsumsi vitamin C yang berlebihan dapat

menimbulkan efek samping berupa gangguan pencernaan seperti mual, muntah dan diare.

Efek samping lainnya yaitu kelebihan zat besi dan jika konsumsi berlebihan dalam jangka

panjang yang dapat terjadi yaitu pembentukan batu oksalat pada ginjal.12

Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif

mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa

dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Diantara berbagai fungsi vitamin

C, fungsi yang relevan dengan kasus COVID-19 diantaranya meningkatkan sistem imun

dan sebagai antioksidan. Defisiensi vitamin C dapat menyebabkan gangguan imunitas dan

peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Vitamin C dapat meningkatkan kemotaksis dan

fagositosis neutrofil sehingga meningkatkan bersihan mikroba. Selain itu, vitamin C

meningkatkan diferensiasi, proliferasi, dan memodulasi fungsi sel T, Sel B, dan sel natural

killer. Vitamin C juga mampu menginduksi produksi antibodi pada manusia.13-14

Pada COVID-19, ketika respon imun protektif terganggu, virus akan berpropagasi

dan menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan. Sel yang rusak menginduksi

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 118

inflamasi di paru yang sebagian besar dimediasi oleh makrofag proinflamasi dan

granulosit. Pada sepsis, terjadi stres oksidatif dan terbentuk mediator pro-inflamasi secara

berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas endotel sehingga terjadi

gangguan mikrosirkulasi. Vitamin C dapat membatasi kerusakan endotel yang disebabkan

oleh ROS (reactive oxygen species) tersebut. Vitamin C yang digunakan secara intravena

dengan dosis tinggi dapat bekerja secara pleiotropik sebagai prooksidan yang membantu

meningkatkan bersihan cairan alveolar dan sebagai antioksidan yang memperbaiki fungsi

epitel.13,15-18

Vitamin C memiliki potensi untuk digunakan pada terapi COVID-19 karena dapat

meningkatkan sistem imun dan berfungsi sebagai antioksidan. Dari beberapa penelitian

juga didapatkan efek positif pemberian vitamin C pada kondisi kritis dan sepsis, sehingga

diharapkan bermanfaat pada pasien COVID-19 dengan kondisi tersebut. Salah satu

penelitian awal mengenai penggunaan vitamin C pada sepsis dilakukan oleh Marik et al.

Pada penelitian dengan desain before-after study tersebut disimpulkan bahwa pemberian

vitamin C, bersama dengan hidrokortison dan tiamin dapat mencegah progresi disfungsi

organ dan mengurangi mortalitas pada pasien sepsis berat dan syok septik. Akan tetapi

terdapat beberapa kelemahan dari penelitian tersebut diantaranya tidak ada penyamaran,

adanya 3 intervensi sekaligus, dan besar sampel relatif kecil sehingga dapat membatasi

generalisasi dari hasil penelitian tersebut.19-20

Sampai saat ini, belum ada hasil uji klinik terkait penggunaan vitamin C pada kasus

COVID-19. Penggunaan vitamin C untuk saat ini adalah sebagai terapi empiris berdasarkan

pengalaman para klinisi di Cina yang memberikan vitamin C intravena dengan dosis

berkisar antara 50–200 mg/kgBB sesuai tingkat keparahan penyakit. Selain itu, pemberian

vitamin C telah terbukti mencegah tertularnya infeksi saluran pernapasan akut pada

beberapa populasi khusus seperti marathon, atlit ski, dan anggota militer, namun tidak

pada populasi umum. Dari penelitian didapatkan bahwa suplementasi reguler dengan

dosis minimal 200 mg/hari dapat mengurangi durasi ISPA sebanyak 8% pada dewasa.21

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 119

Meskipun belum ada hasil uji klinik terkait vitamin C terhadap COVID-19, namun

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) merekomendasikan penggunaan vitamin C

untuk terapi pneumonia COVID-19. Untuk pneumonia COVID-19 tanpa gejala dan gejala

ringan diberikan vitamin C oral dengan dosis 100-200 mg sebanyak 3x/hari. Untuk

pneumonia COVID-19 gejala sedang dan berat direkomendasikan pemberian vitamin C

intravena. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dalam

webinarnya merekomendasikan penggunaan vitamin C dengan dosis 200-400 mg/8 jam

secara intravena untuk pasien COVID-19 gejala sedang dan berat.22-23

Sementara itu, terdapat beberapa laporan kasus yang menyebutkan terjadinya gagal

ginjal akut (oxalate nephropathy) pada pasien yang mendapat vitamin C dosis tinggi.

Oxalate nephropathy terjadi akibat akumulasi kalsium oksalat. Pada beberapa kasus,

kerusakan ginjal bersifat reversibel tetapi ada beberapa kasus yang terlambat ditangani

berakibat gagal ginjal kronik dan berakhir dengan kematian. Hal ini bisa disebabkan karena

tingginya konsumsi prekursor oksalat, salah satunya adalah vitamin C. Risiko lain yang

harus diwaspadai pada penggunaan vitamin C dosis tinggi adalah terjadinya hemolisis

pada pasien dengan defisiensi enzim G6PD dan iron overload pada pasien

haemochromatosis. Maka dari itu, konsumsi vitamin C pada dosisi tinggi harus

dipertimbangkan.19-24

Adapun menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2019 tentang Angka

Kecukupan Gizi, merekomendasikan bahwasanya konsumsi vitamin C untuk dewasa sehat

sekitar 75-90 mg/hari. Namun, di situasi pandemik seperti ini, dosis vitamin C untuk pasien

COVID-19 yaitu OTG, ODP, PDP berbeda-beda.25 Berdasarkan usia, jenis kelamin, dan

kondisi spesifik tubuh, kebutuhan vitamin C dapat dilihat pada tabel Angka Kecukupan

Gizi (AKG).26 Terdapat Panduan Praktis Penatalaksanaan Nutrisi COVID-19 dari

Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia dalam rekomendasi konsumsi

vitamin.27

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 120

3. METODE

Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat pengguna Instagram, berusia> 17 tahun, dengan

jumlah target 60 orang. Kegiatan edukasi utama dilakukan secara daring melalui publikasi

artikel di website Makanmu.com. Promosi artikel edukasi ditautkan yang di profil akun

Instagram (IG) “makanmudotcom” disebarkan melalui postingan IG makanmudotcom

(Gambar 1).

Gambar 1. Promosi tautan artikel edukasi

Sebelum membaca artikel, calon pembaca diarahkan untuk mengisi tautan kuesioner

identitas dan pretest untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan khalayak sasaran.

Setelah selesai mengisi pretest, partisipan akan diarahkan untuk membaca artikel edukasi

mengenai COVID-19 dan peran vitamin C pada pencegahan COVID-19 (Gambar 2).

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 121

Gambar 2. Tangkap layar artikel di website Makanmu.com

Setelah partisipan membaca artikel, selanjutnya diarahkan untuk mengerjakan soal

posttest. Baik pretest maupun posttest dikerjakan melalui Google Form. Selanjutnya

dilakukan evaluasi melalui nilai tes untuk mengetahui apakah edukasi telah berhasil

meningkatkan pengetahuan (Gambar 3).

Gambar 3. Tangkap layar pretest-posttest di Google Form

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 122

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Promosi tautan artikel di IG menjangkau sebanyak 456 akun, mendapatkan 65 like dan

dibagikan ke luar oleh 34 akun dalam 24 jam pertama. Pada page view blog Makanmu.com

yang dipantau selama 21 jam, didapatkan total kunjungan blog mencapai 212, dengan 113

pengunjung baru (Gambar 4).

Gambar 4. Tangkap layar kunjugan Instagram dan website Makanmu.com

Penyebaran kuisioner pretest melalui IG stories dilakukan pada hari minggu, 10 mei 2020

dan kuisioner posttest pada tanggal 12-13 mei 2020. Pertanyaan pada kuesioner meliputi

pengetahuan tentang pencegahan COVID-19, kebiasaan konsumsi vitamin C, pengetahuan

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 123

tentang dosis dan manfaat vitamin C, termasuk pendapat partisipan mengenai peran

vitamin C dalam mencegah COVID-19:

1. Di antara hal-hal berikut, yang mana langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk

mencegah infeksi COVID-19? (anda dapat memilih lebih dari satu)

2. Apakah vitamin diperlukan untuk mencegah penyakit COVID-19?

3. Menurut anda, apa saja manfaat vitamin C bagi tubuh?

4. Apakah vitamin C memiliki peran dalam mencegah penyakit COVID-19?

5. Apakah anda setiap hari mengonsumi makanan yang tinggi vitamin C?

6. Sebutkan makanan yang mengandung banyak vitamin C! (sebutkan minimal 3)

7. Berapa kebutuhan harian vitamin C untuk usia >16 tahun menurut peraturan menteri

kesehatan RI?

8. Berapa dosis maksimal harian vitamin C yang dianjurkan untuk dikonsumsi?

9. Apakah menurut anda konsumsi tablet/suplemen vitamin C diperlukan selama

pandemi COVID-19 ini?

10. Apakah anda mengonsumsi suplemen vitamin C saat ini? Jika iya, apa mereknya dan

berapa banyak dikonsumsi dalam sehari?

Total partisipan yang mengisi kuesioner lengkap adalah 80 orang. Sebagian besar (72%)

partisipan adalah mahasiswa, sisanya berprofesi sebagai guru, karyawan swasta,

wiraswasta, dan tidak bekerja. Rata-rata usia partisipan 22 tahun, dengan usia tertinggi 50

tahun dan usia termuda yaitu 17 tahun. Dari 80 partisipan didapatkan rata-rata memiliki

usia 22 tahun. Hal ini sesuai dengan data NapoleonCat bahwa pengguna instagram

terbanyak berada pada rentang usia 18-34 tahun. 6

Berdasarkan hasil kuisioner, masih banyak partisipan yang kurang tepat dalam

menjawab soal yang diberikan. Soal yang digunakan sebagai evaluasi kegiatan adalah soal

nomor 4,7,8,9. Soal lainnya digunakan untuk mengetahui kebiasaan dan tingkat

pengetahuan umum partisipan tentang COVID-19 dan vitamin C.

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 124

Pada soal nomor 1, partisipan diminta memilih mana saja tindakan yang dapat

dilakukan untuk mencegah COVID-19. Didapatkan 58,7% partisipan telah menjawab

dengan tepat yaitu memilih lengkap physical distancing, makan makanan bergizi seperti

buah dan sayur, serta sering cuci tangan (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi variasi jawaban soal no 1 (n=80)

No Variasi jawaban Jumlah partisipan yang


memilih
1 Physical distancing, Makan makanan bergizi seperti 47 orang
buah dan sayur, Sering cuci tangan
2 Physical distancing, Makan makanan bergizi seperti 11 orang
buah dan sayur, Sering cuci tangan, Menghadiri acara-
acara pesta
3 Physical distancing, Makan makanan bergizi seperti 7 orang
buah dan sayur, Minum jamu kuat, Sering cuci tangan
4 Physical distancing 6 orang
5 Physical distancing, Sering cuci tangan 3 orang
6 Makan makanan bergizi seperti buah dan sayur 3 orang
7 Physical distancing, Makan makanan bergizi seperti 1 orang
buah dan sayur, Menghadiri acara-acara pesta
8 Physical distancing, Sering cuci tangan, Menghadiri 1 orang
acara-acara pesta
9 Sering cuci tangan 1 orang

Soal nomor 2 kuisioner didapatkan 74 (92.5%)partisipan menjawab ya, vitamin

dibutuhkan untuk mencegah penyakit Covid-19. no 4 kuisioner pretest didapatkan 73

partisipan menjawab “ya”, vitamin C memiliki peran dalam mencegah Covid-19. Soal

nomor 3 kuisioner pretest didapatkan 69 partisipan menjawab bahwa manfaat vitamin C

antara lain untuk meningkatkan daya tahan tubuh/imunitas, 11 orang lainnya menjawab

sebagai anti oksidan, mencegah sariawan, biar sehat, biar tidak sakit dan untuk kesehatan

kulit.

Soal no 4 kuisioner pretest didapatkan 73 partisipan menjawab “ya”, vitamin C

memiliki peran dalam mencegah Covid-19. Sedangkan, pada kuisioner posttest 77 partisipan

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 125

menjawab ya. Hal tersebut menandakan bahwa partisipan cukup yakin dengan pilihan

sebelumnya meskipun telah membaca artikel. Kelompok partisipan yang menjawab “tidak”

mengharapkan peran yang dimaksud haruslah besar dan bersifat langsung pada

pencegahan.

Pada soal nomor 5 didapatkan 35 partisipan mengonsumsi makanan mengandung

vitamin C setiap hari. Jawaban soal nomor 6 kuisioner pretest didapatkan 71 partisipan

menjawab secara benar yaitu menyebutkan minimal 3 buah/sayur tinggi vitamin C. Pada

kuisoner posttest 75 menjawab secara lebih tepat yaitu sebanyak 6 buah/sayur yang vitamin

mengandung vitamin C tinggi.

Peningkatan pengetahuan terutama terlihat pada jawaban soal nomor 7 dan nomor

8 mengenai kebutuhan harian > 16 tahun dan dosis maksimal konsumsi vitamin C. Pada

soal nomor 7 kuisioner pretest didapatkan 26 partisipan menjawab benar dosis vitamin C

yaitu 75-90 mg/hari. Pada kuisioner posttest 77 partisipan menjawab benar, terjadi

peningkatan sebanyak 63,4%. Soal nomor 8 kuisioner pretest, didapatkan 15 partisipan

menjawab benar yaitu 2000 mg/hari. Pada kuisioner postest 77 partisipan menjawab benar.

Terdapat peningkatan jawaban benar sebanyak 77,5%.

Begitu juga pada soal nomor 9 mengenai perlu atau tidak konsumsi vitamin C pada

masa pandemi Covid-19. Pada pretest dapat dilihat paling banyak partisipan menjawab “ya,

perlu” (66 orang). Sedangkan, pada posttest didapatkan hasil berbalik, 66 orang menjawab

“tidak”. Hal ini diduga disebabkan partisipan telah membaca seksama artikel yang telah

disebarkan, dimana dijelaskan mengenai kebutuhan harian, dosis maksimal, dan sumber

utama vitamin C berasal dari buah dan sayur. Soal no 10 kuisioner pretest didapatkan 44

partisipan tidak mengonsumsi suplemen vitamin C dan sisanya mengonsumsi suplemen

vitamin C.

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 126

5. SIMPULAN

Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui secara benar langka-langkah

pencegahan Covid-19. Hal ini menunjukkan perlunya edukasi secara masif lagi terkait hal

tersebut. Masih sedikit partisipan yang mengonsumsi makanan tinggi vitamin C.

Diharapkan setelah edukasi ini, terjadi peningkatan konsumsi buah dan sayur tinggi

vitamin C. Terjadi peningkatan skor partisipan pada kuisioner yang diberikan. Hal ini

menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan tentang peran vitamin C terhadap

pencegahan Covid-19.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada para partisipan yang telah bersedia mengikuti kegiatan ini.
Vadhia Lidyana - detikFinance

Baca artikel detikfinance, "Geger Corona, Vitamin di Apotek Ludes Diborong"


selengkapnya https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4963794/geger-corona-vitamin-di-
apotek-ludes-diborong.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


Referensi

1. Hootsuite (we are social): Indonesia Indonesian Digital Report 2019.


https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2019/. Diakses 9
Mei 2020.
2. Hasan, A.M. 2019. Masalah Orangtua: Gemar Membagi Hoaks di Medsos dan
WhatsApp. https://tirto.id/masalah-orangtua-gemar-membagi-hoaks-di-medsos-dan-
whatsapp-decZ. Diakses 9 Mei 2020.
3. Vadhia Lidyana. Geger corona, vitamin di apotek ludes diborong.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4963794/geger-corona-vitamin-di-
apotek-ludes-diborong. Diakses 9 Mei 2020.
4. Napoleoncat. 2019. Instagram users in Indonesia.
https://napoleoncat.com/stats/instagram-users-in-indonesia/2019/01. Diakses 9 mei
2020.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Infeksi Emerging Kementerian
Kesehatan RI 2020. https:// infeksiemerging.kemkes.go.id/. Diakses 9 Mei 2020.

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 127

6. WHO. Advice on the use of masks in the community, during home care and in health
care settings in the context of the novel coronavirus (2019-nCoV) outbreak.
https://www.who.int/ith/2020-24-01-outbreak-of-Pneumonia-caused-by-new
coronavirus/en/. Diakses 5 Mei 2020
7. Devaki, S. J., & Raveendran, R. L. 2017. Vitamin C: Sources, Functions, Sensing and
Analysis.
8. Carr, A., & Maggini, S. 2017. Vitamin C and Immune Function. Nutrients, 9(11), 1211.
doi:10.3390/nu9111211
9. World Health Organization (2005). "Chapter 7: Vitamin C". Vitamin and Mineral
Requirements in Human Nutrition (2nd ed.). Geneva: World Health Organization.
hal:10665/42716. ISBN 978-92-4-154612-6.
10. United stated national academy and science. 2017. Dietary Reference Intakes for
Vitamin C, Vitamin E, Selenium, and Carotenoids. Washington, DC: The National
Academies Press. Hal . 95–185. ISBN 978-0-309-06935-9.
11. Vitamin C. Micronutrient Information Center, Linus Pauling Institute, Oregon State
University, Corvallis, OR. July 1, 2018. Retrieved June 19, 2019.
12. Worcester EM, Coe FL. Clinical practice. Calcium kidney stones. N Engl J Med.
2010;363(10):954‐963. doi:10.1056/NEJMcp1001011
13. Nabzdyk CS, Bittner EA. Vitamin C in the critically ill - indications and controversies.
World J Crit Care Med 2018 October 16; 7(5): 52-61
14. Gorkom G, Wolterink RG, Elssen C, Wieten L, Germeraad WT, Bos G. Influence of
Vitamin C on Lymphocytes:An Overview. Antioxidants. 2018;7:41
15. Shi Y, Wang Y, Shao C, Huang J, Gan J, Huang X, et al. COVID-19 infection: the
perspectives on immune responses. Cell Death & Differentiation. Cell Death &
Differentiation. https://doi.org/10.1038/s41418-020-0530-3
16. Lin J, Li H, Wen Y, Zhang M. Adjuvant Administration of Vitamin C Improves
Mortality of Patients with Sepsis and Septic Shock: A Systems Review and Meta-
Analysis. Open Journal of Internal Medicine. 2018;8:146-159
17. Erol A. High-dose intravenous vitamin C treatment for COVID-19. ResearchGate. DOI:
10.31219/osf.io/p7ex8
18. Marik P, Khangoora V, Rivera R, Hooper M, Catravas J. Hydrocortisone, Vitamin C,
and Thiamine for the Treatment of Severe Sepsis and Septic Shock. CHEST 2017;
151(6):1229-1238
19. Fowlerr AA, Syed AA, Knowlson S, Sculthorpe R, Farthing D, DeWilde C, et al. Phase
I safety trial of intravenous ascorbic acid in patients with severe sepsis. Journal of
Translational Medicine 2014, 12:32
20. Marik P, Khangoora V, Rivera R, Hooper M, Catravas J. Hydrocortisone, Vitamin C,
and Thiamine for the Treatment of Severe Sepsis and Septic Shock. CHEST 2017;
151(6):1229-1238

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128


Ardesy, dkk 128

21. Hemilä H, Chalker E. Vitamin C for preventing and treating the common cold.
Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 1. Art. No.: CD000980. DOI:
10.1002/14651858.CD000980.pub4
22. Tatalaksana Pasien COVID-19. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Mei 2020.
23. Informatorium obat COVID-19 di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Diakses dari: https://bit.ly/InformatoriumObatCOVID19
24. Tomas B, William H, Mark P, Fred S, 1996. Secondary oxalosis: a cause of delayed
recovery of renal failure in the setting of acute renal failure. Journal of American
Society of Nephrology 7: 2320-2326
25. PDPI., PERKI., PAPDI., PERDATIN., IDAI., 2020. Protokol Tatalaksana COVID-19.
26. Kemenkes RI. 2019. Permenkes RI No 28 tahun 2019 tentangAngka Kecukupan Gizi
(AKG).
27. PFGKI. 2020. Panduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid-19.
(https://covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/panduan-praktis-penatalaksanaan-
nutrisi-covid-19). Diakses 20 April 2020.

Humanity and Medicine Hummed 2021;2(2):113–128

Anda mungkin juga menyukai