Anda di halaman 1dari 111

PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN

SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA


Laporan Pendahuluan

KAT A
PENGANTAR

Kawasan Ampenan merupakan kawasan warisan sejarah yang memiliki sejarah yang
panjang. Pada zaman penjajahan Belanda kawasan Ampenan merupakan kawasan
tersibuk, dengan segala aktivitasnya mulai dari aktivitas pelabuhan, pelayaran hingga
perdagangan. Kawasan yang dibangun pada tahun 1924 oleh Belanda ditujukan
untuk mengimbangi kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Bali. Kawasan Ampenan
juga terdapat salah satunya urban heritage district atau kawasan kota tua di Kota
Mataram. Urban Heritage hadir sebagai kesatuan dari aspek fisik suatu bangunan, ruang
publik dan morfologi kota yang diwariskan untuk generasi saat ini dan yang akan datang.
Keberadan urban heritage sebagai warisan sejarah dan kebudayaan dapat menunjukkan

i
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Pendahuluan

identitas asli sebuah kota. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Kota Mataram
berkembang mengikuti pola keinginan masyarakat tanpa memperhatikan eksistensi akar
sejarah dan kebudayaan yang ada. Keberadaan urban heritage semakin tersingkir dan
terlupakan akibat modernisasi yang terjadi.
Kota Tua di Ampenan tidak hanya meninggalkan bangunan tua saja, melainkan
representasi dari akulturasi budaya dan etnis yang ada di wilayah Lombok. Ini
terbukti dari terdapat banyaknya kampung yang merupakan perwujudan dari
berbagai suku bangsa di Indonesia diantaranya Kampung Tionghoa, Kampung Bugis,
Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali dll.
Sejarah panjang Kawasan Ampenan dan perkembangan sosial budaya dari ancaman
kehancuran oleh terdegradasi kualitas fisik, terjadi alih fungsi, pola keinginan
masyarakat, perkembangan sosial budaya dan kerusakan lingkungan serta
pengabaiaan selama ini menyebabkan kawasan kota tua berubah menjadi kawasan
marginal yang kumuh dan tidak selaras dengan perkembangan Kota Mataram
menjadikan pentingnya kajian Kelayakan Ampenan sebagai Kota Tua dan bagimana
alternatif pengembangannya.
Tahap akhir dilakukan adalah penyusunan Laporan Akhir yang berisikan Latar
Belakang, Maksud, Tujuan dan Sasaran, Kajian Kebijakan, Fakta dan Analisis dan
Rekomendasi bagi Kawasan Ampenan.

Mataram, Juni 2023

Pemerintah Kota Mataram

ii
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Pendahuluan

DAFTA R
ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i


Daftar Isi ..................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. I-1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran ............................................................................... I-3
1.2.1 Maksud ........................................................................................................... I-3
1.2.2 Tujuan ........................................................................................................... I-3
1.2.3 Saran ............................................................................................................. I-4
1.3 Ruang Lingkup .................................................................................................. I-4

iii
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Pendahuluan

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan .......................................................... I-4


1.5.2 Ruang Lingkup Kegiatan............................................................................. I-7
1.4 Tinjauan Pustaka ................................................................................................ I-8
1.5 Kerangka Pikir ................................................................................................... I-13

II. FAKTA ANALISA


2.1 Tinjuan Kebijakan ............................................................................................... II-1
2.1.1 RPJP Kota Mataram 2005-2025 ................................................................... II-1
2.1.2 Perda 5 Tahun 2019 tentang RTRW Kota Mataram ....................................... II-5
2.1.3 Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) ........................................................ II-8
2.1.4 Konsep RDTR 4 Kecamatan (Kementrian ATR/BPN 2021) .............................. II-8
2.2 Gambaran Umum ............................................................................................... II-11
2.2.1 Kota Mataram ........................................................................................... II-11
2.2.2 Kecamatan Ampenan ................................................................................. II-18
A. Administrasi .......................................................................................... II-18
B. Penduduk .............................................................................................. II-20
2.3 Delineasi Kawasan Ampenan ............................................................................... II-21
2.4 Fakta Analisis Kawasan Ampenan ......................................................................... II-23
2.4.1 Sejarah & Morfologi .................................................................................. II-23
2.4.2 Analisis Pusat – Pusat Kegiatan .................................................................. II-34
2.4.3 Analisis Struktur Kawasan Ampenan ........................................................... II-35
2.4.4 Analisis Pola Kawasan Ampenan ................................................................ II-37
2.4.5 Simpul Kegiatan & Kondisinya di Kawasan Ampenan ..................................... II-44
2.4.6 Jaringan Jalan di Kawasan Ampenan ........................................................... II-46
2.4.7 Analisis Bangunan Pusaka ......................................................................... II-51
2.4.8 Analisis Intensitas Pemanfaatan di Kawasan Ampenan ................................. II-53
(Tipologi Bangunan, Kepadatan, Intensitas Pemanfaatan Lahan)
2.4.9 Karakter & Citra serta pertandaan pada Kawasan Ampenan .......................... II-59
2.4.10 Analisis Sarana Prasarana di Kawasan Ampenan ......................................... II-64
2.4.11 Analisis Motovasi pada Kawasan Ampenan ................................................. II-67
2.4.12 Analisis SWOT (EFAS, IFAS) di Kawasan Ampenan ...................................... II-68
2.4.13 Analisis Pengembangan Pariwisata di Kawasan Ampenan ............................ II-80

iv
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Pendahuluan

III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ III-1
3.1 Rekomendasi ..................................................................................................... III-4

v
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan alam yang cukup besar
dengan beribu-ribu pulau, keanekaragaman pesona alam, suku, budaya dan berbagai
peninggalan sejarah menjadikan negara ini layak untuk menjadi salah satu daerah
tujuan wisata pilihan bagi para wisatawan mancanegara dan juga wisatawan
domestik sendiri. Kawasan warisan sejarah adalah hal yang sering kali ditemui di
sebuah kota, terutama kota yang memiliki sejarah yang panjang. Kawasan warisan
sejarah ini sering kali ditemukan di tengah kota karena kawasan warisan sejarah ini
adalah cikal bakal kota tersebut.

I - 1
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Kota Mataram merupakan ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat. Kota ini memiliki
jumlah penduduk yaitu 222.596 jiwa, serta memiliki luas wilayah yaitu 61.30 km²
(6.130 Ha), (Badan Pusat Statistik Kota Mataram, 2022), kota Mataram juga memiliki
daya tarik wisata potensial untuk dikembangkan seperti tempat-tempat berbelanja,
berbagai macam kuliner, taman kota, budaya, kesenian, dan pantai yang indah,
(Kurniansah & Rosida, 2019). Salah satu daya Tarik wisata Kota Mataram yang telah
banyak dikenal oleh masyarakat di Nusa Tenggara Barat adalah Kawasan Ampenan
utamanya Kota Tua Ampenan. Pada zaman penjajahan Belanda kawasan Ampenan
merupakan kawasan tersibuk, dengan segala aktivitasnya mulai dari aktivitas
pelabuhan, pelayaran hingga perdagangan. Kawasan yang dibangun pada tahun
1924 oleh Belanda ditujukan untuk mengimbangi kerajaan-kerajaan yang ada di
Pulau Bali.
Kawasan Ampenan terdapat salah satunya urban heritage district atau kawasan kota tua
di Kota Mataram. Urban Heritage hadir sebagai kesatuan dari aspek fisik suatu
bangunan, ruang publik dan morfologi kota yang diwariskan untuk generasi saat ini dan
yang akan datang. Keberadan urban heritage sebagai warisan sejarah dan kebudayaan
dapat menunjukkan identitas asli sebuah kota. Namun seiring dengan berjalannya waktu,
Kota Mataram berkembang mengikuti pola keinginan masyarakat tanpa memperhatikan
eksistensi akar sejarah dan kebudayaan yang ada. Keberadaan urban heritage semakin
tersingkir dan terlupakan akibat modernisasi yang terjadi.
Kota Tua di Ampenan tidak hanya meninggalkan bangunan tua saja, melainkan
representasi dari akulturasi budaya dan etnis yang ada di wilayah Lombok. Ini
terbukti dari terdapat banyaknya kampung yang merupakan perwujudan dari
berbagai suku bangsa di Indonesia diantaranya Kampung Tionghoa, Kampung Bugis,
Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali dll, sehingga
masyarakat yang ada di sini bersifat heterogen dan rukun, bahkan keberagaman
etnis maupun agama tersebut terwakili dengan adanya berbagai rumah ibadah
sebagai represntasi dari pemeluk agama yang ada dan bermukim di Ampenan.
Sebagai bekas Kota Pelabuhan Tua, tentunya Wilayah Ampenen juga merupakan
Kota dengan julukan Pusat Perniagaan, namun seiring dengan perkembangan Kota
Mataram, Kawasan Perniagaan Kota Mataram dipindah ke Kecamatan Lainnya di
Kota Mataram, sementara Kawasan Perniagaan Ampenan menjadi Pusat Rekreasi

I - 2
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Kota Tua Mataram, yang menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun dari
mancanegara.
Kota Tua Ampenan ini berisikan bangunan yang masuk ke dalam cagar budaya
dengan memiliki gaya arsitektur khas Belanda. Kota Tua Ampenan ini menjadi salah
satu kota yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia
(JKPI). JKPI ini sendiri hanya terdapat 43 Kota yang ada di Indonesia. Sebagai upaya
Pemerintah Kota Mataram dalam menjadikan Ampenan sebagai kawasan Wisata Kota
Tua juga merupakan kawasan perniagaan dimana Kota tua Ampenan menurut RTRW
Kota Mataram merupakan kawasan Cagar budaya dan strategis berdasarkan kondisi
sosial dan budaya. Ditegaskan pula dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPARDA) Kota Mataram bahwa Kota Tua Ampenan sebagai Obyek Daya
Tarik Wisata (ODTW) termasuk dalam wisata budaya.
Untuk Kawasan Ampenan dan demi Kota Tua Ampenan termanfaatkan secara
optimal, sejarah, sosial budaya serta untuk kemakmuran masyarakat sekitarnya.
Maka Kajian Kelayakan Kawasan Ampenan diperlukan untuk melihat sejauh mana
Kota Tua di Kawasan Ampenan melihat kini Kota Tua sedang berada dalam ancaman
kehancuran oleh terdegradasi kualitas fisik, terjadi alih fungsi, pola keinginan
masyarakat, perkembangan sosial budaya dan kerusakan lingkungan. Pengabaiaan
selama ini menyebabkan kawasan kota tua berubah menjadi kawasan marginal yang
kumuh dan tidak selaras dengan perkembangan Kota Mataram.

1.2. MAKSUD, TUJUAN, MANFAAT DAN KELUARAN


1.2.1. Maksud
Maksud untuk menyusun Kajian kelayakan Kawasan Ampenan sebagai Kota Tua dan
Alternatif pengembangannya secara lebih merinci sehingga dapat diperoleh
optimalisasi Kawasan Ampenan yang selaras dan terintegrasi dengan perkembangan
Kota Mataram.

1.2.2. Tujuan
1) Memberikan gambaran Kawasan Ampenan sebagai Kota Tua baik potensi dan
masalah oleh factor ekternal maupun internal dalam Kawasan Ampenan

I - 3
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2) Memberikan kajian kelayakan evaluasi terhadap Kawasan Ampenan sebagai


Kota Tua Kota Mataram
3) Diperoleh rekomendasi dan alternatif pengembangan Kawasan Ampenan yang
selaras dan terintegrasi dengan perkembangan Kota Mataram.

1.2.3. Sasaran
1) Teridentifikasinya potensi Kawasan Ampenan
2) Teridentifikasinya perubahan Kawasan Ampenan oleh faktor eksternal maupun
internal
3) Teridentifikasinya kajian kelayakan Kawasan Ampenan
4) Mewujudkan rekomendasi dan alternatif pengembangan Kawasan Ampenan
yang selaras dan terintegrasi dengan perkembangan Kota Mataram.

1.3. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pekerjaan kajian kelayakan Kawasan Ampenan sebagai Kota Tua dan
alternatif pengembangannya, mencakup :

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah


Kecamatan Ampenan adalah salah satu dari 6 Kecamatan yang ada di Kota Mataram.
Kota Tua Ampenan menjadi salah satu lokasi wisata sejarah yang terdapat di
Kecamatan Ampenan Kota Mataram. Dengan batas :
Sebelah Barat : Selat Lombok
Sebelah Timur : Kecamatan Selaparang Kota Mataram
Sebelah Utara : Kecamatan Gunungsari Lombok Barat
Sebelah Selatan : Kecamatan Sekarbela Kota Mataram

Kecamatan Ampenan, bagian dari Kota Mataram, terletak di wilayah paling barat
yang berbatasan dengan Selat Lombok. Secara astronomi Kecamatan Ampenan
terletak antara 8.10° dan 9.5° Lintang Selatan dan 115.460 dan 119.50 Bujur Timur.
Luas wilayah Kecamatan Ampenan adalah 9,46 km2 atau 945,29 hektar, dan terbagi
dalam 10 kelurahan. Empat di antaranya merupakan daerah pantai (pesisir).

I - 4
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Gambar 1.1 Peta Kota Mataram

Kecamatan ampenan memiliki luas wilayah sebesar 946.000 ha, yang terbagi
kedalam masing-masing kelurahan. Luas Kecamatan Ampenan secara rinci dapat
dilihat pada grafik berikut:
Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Ampenan
Berdasar masing-masing kelurahan
Luas Wilayah
No Kelurahan
(Ha)
1 Taman Sari 160,78
2 Ampenan Selatan 83,92
3 Banjar 41,37
4 Ampenan Tengah 59,00
5 Bintaro 81,76
6 Dayan Peken 53,87
7 Ampenan Utara 249,36
8 Pejeruk 84,54

I - 5
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Luas Wilayah
No Kelurahan
(Ha)
9 Kebon Sari 57,52
10 Pejarakan Karya 73,94
Jumlah 946,00
Sumber : Profil Kecamatan Ampenan,2023

Kecamatan Ampenan tergolong sebagai kecamatan dengan topografi dataran


rendah, hal ini mengingat wilayah Kecamatan Ampenan memiliki kawasan pantai
dengan panjang garis pantai mencapai + 7 km2, yang melintasi kelurahan Ampenan
Selatan, Kelurahan Banjar, Kelurahan Ampenan Tengah dan Kelurahan Bintaro.

Masyarakat di Kecamatan Ampenan tergolong sangat heterogen, hal ini dapat


dibuktikan dengan banyaknya kampung yang merupakan perwujudan dari berbagai
suku bangsa di Indonesia diantaranya Kampung Tionghoa, Kampung Bugis,
Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali dll, meskipun
begitu masyarakat ampenan dapat hidup rukun dan menghormati perbedaan antar
sesamanya.

Sosial Ekonomi Kecamatan Ampenan berkaitan dengan Sejarah Kecamatan Ampenan


yang merupakan Kota Tua di Lombok menjelaskan pada kita bahwa di Ampenan
tidak hanya meninggalkan bangunan tua saja, melainkan representasi dari akulturasi
budaya dan etnis yang ada di wilayah Lombok. Ini terbukti dari terdapat banyaknya
kampung yang merupakan perwujudan dari berbagai suku bangsa di Indonesia
diantaranya Kampung Tionghoa, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung
Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali dll, sehingga masyarakat yang ada di sini
bersifat heterogen dan rukun, bahkan keberagaman etnis maupun agama tersebut
terwakili dengan adanya berbagai rumah ibadah sebagai represntasi dari pemeluk
agama yang ada dan bermukim di Ampenan.

I - 6
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

1.3.2. Lingkup Kegiatan


Lingkup pekerjaan Penyusunan analisis kelayakan (potensi dan peluang) Kawasan
Kota Tua Ampenan Kota Mataram, secara garis besar mencakup:
1. Kajian terhadap berbagai kebijakan pembangunan nasional yang tertuang di
dalam berbagai produk hukum lainnya seperti : RTRW dan Rencana KSN yang
akan mempengaruhi pola pengembangan kepariwisataan
2. Kajian terhadap rencana sektoral lain;
3. Penyusunan profil kewilayahan perencanaan yang meliputi aspek destinasi,
industri, pemasaran dan kelembagaan, yang antara lain tetapi tidak
terbatas kepada:
a) Kondisi fisik geografik, serta bio-geologi/morfologi;
Kajian terhadap kondisi lapangan, terdiri dari :
- Kajian terhadap kondisi eksisting kepariwisataan
- Kajian terhadap potensi dan permasalahan kepariwisataan
- Kajian kondisi sarana dan prasarana
b) Survey Lapangan
- Kondisi geografis
- Origin and Destination
- Blok plan/siteplan
- Sarana dan prasarana pendukung
c) Pemanfaatan lahan di wilayah perencanaan saat kini;
d) Sistem transportasi dan kondisi aksesibilitas dengan cakupan
nasional/internasional ke, dari dan intra destinasi;
e) Ketersediaan prasarana dan sarana umum pelayanan masyarakat/atau
wisatawan;
f) Sumberdaya alam dan lingkungan;
g) Potensi sumberdaya pariwisata;
h) Kunjungan wisatawan dan karakteristik pasar internasional maupun
domestik;
i) Sistem kelembagaan yang ada pada tingkat lokal, Kabupaten/kota dan
provinsi;
j) Kajian terhadap Peraturan-peraturan daerah terkait pariwisata;

I - 7
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

1.4. TINJAUAN PUSTAKA


1.4.1. Kawasan Ampenan
Kawasan adalah suatu wilayah yang terstruktur dan mempunyai fungsi dan atau
aspek/pengamatan fungsional tertentu.Dengan demikian, batasan suatu kawasan
tidak ditentukan oleh batasan administratif (desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota, dan seterusnya) tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan
economic of scale dan economic of scope.
Merancang kota (kawasan) menurut Trancik (1986), adalah tindakan untuk
menstrukturkan ruang-ruang di kota tersebut sehingga tercipta tatanan; keindahan
serta rasa kenyamanan. agar lebih terintegrasi, karena terdapat struktur jalan dan
ruang terbuka yang mempengaruhi orientasi bangunan serta dapat mengupayakan
agar terbentuk ruang yang teratur.
Menurut Garnham (1985), dalam Maintaining The Spirit of Place dikatakan bahwa
setiap kota/ tempat memiliki keunikan khusus, karakter, identitas dan jiwa yang
berbeda-beda. Setiap tempat memiliki karakter yang berbeda. Citra lingkungan
terbentuk dan dirasakan sebagai perjalanan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakatnya. Adapun komponen identitas yang ada
meliputi: Penampilan fisik, struktur fisik suatu tempat, bangunan, lansekap, iklim,
serta kondisi estetis; aktifitas dan fungsi yang dapat diamati; serta simbol atau
makna yang dimiliki.
Ampenan adalah sebuah kecamatan di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat,
Ampenan dahulunya merupakan pusat kota di Pulau Lombok.
Nama Ampenan sendiri berasal dari kata "Amben" yang dalam bahasa sasak
bermakna tempat persinggahan. Nama ini sesuai karena kawasan ini yang menjadi
tempat persinggahan berbagai suku bangsa kala itu. Hal ini dapat dilihat dari lokasi
perkampungan yang berada di sekitar kawasan sepeti kampung Arab, Kampung
Tionghoa, Kampung Bugis, dan Kampung para pelayar lainnya.
Kawasan Ampenan adalah wilayah terstruktur yang merupakan bagian kota
pelabuhan yang menjadi tempat singgah bagi berbagai suku bangsa dengan
bentuk lokasi dan karakter yang manarik serta memiliki fungsi-fungsi dan aktivitas
yang khas, dengan aktivitas dan kecenderungan dialokasikan dalam suatu tempat
yang dapat cepat menyesuaikan keperluan-keperluan dan kegiatan yang

I - 8
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

berkembang dan/atau dikembangkan dan terjadi saling ketergantungan antara ruang


dan penggunaan.

1.4.2. Kota Tua


Kawasan tua dalam suatu wilayah kota bukanlah lingkungan buatan manusia yang
dibangun dalam waktu singkat, tetapi merupakan lingkungan terbangun yang
dibentuk dalam waktu yang relatif panjang. Bentuk, wajah, dan tata ruang kawasan
kota tua yang terbentuk sekarang ini merupakan hasil akumulasi dari setiap tahap
perkembangan yang terjadi sebelumnya dan dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun globalisasi.
Wujud fisik spasial kawasan kota-kota yang ada sekarang ini adalah hasil dari suatu
proses dan produk sejarahnya masing-masing, dan merupakan superimposisi lapisan
zaman sebagai cerminan berbagai kekuatan modernisasi sepanjang proses
pembentukannya (Siregar, 2004: 30). Pemahaman tentang kawasan kota harus
dilihat dari aspek manusia sebagai penghuni kota yang terkait dengan tata nilai
budaya, perasaan, harapan, tujuan, dan pengalaman berinteraksi dengan
komunitasnya. Oleh karena itu, kawasan kota mempunyai citra, jiwa atau karakter,
budaya, dan struktur organisasinya sendiri (Daldjoeni, 2003: 37).
Kota tua meninggalkan beragam artefak fisik bangunan yang kolektif dan proses
pembentukannya mengakar kuat pada sejarah budaya, aktivitas hidup, dan
perkembangan sosial masyarakat secara turun temurun, sehingga ruang-ruang
terbangun yang terdapat pada kawasan Kota Tua tercipta lingkungan fisik dan
aktivitas hidup dalam bentuk yang sangat kompleks.
Sebagian besar kota-kota di Indonesia memiliki segmen-segmen kawasan
permukiman tua bagi etnis tertentu, salah satunya sebagai kawasan permukiman
dan kebudayaan yang didominasi aktivitas hunian, tradisi, dan sentra bisnis
perdagangan komunitas Tionghoa, baik pada masa lalu maupun masa kini. Menurut
Lilananda (1998: 1).
Ampenan pernah menjadi pelabuhan penting Pulau Lombok untuk jangka waktu
panjang, sehingga sejarah Lombok tak terlepas dari pasang surut kota tersebut.
Keberadaan dan peran Ampenan sebagai simpul lalu lintas: pelabuhan dan
persinggahan dapat terbaca pada zaman kerajaan Majapahit, bahkan sebelumnya

I - 9
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

ketika sudah terjadi lalu lintas pelayaran Nusantara atau lebih luas di kawasan Kep.
Sunda Kecil. Setelah tidak menjadi pelabuhan, namanya kini dikenal
sebagai kawasan kota tua karena kental dengan unsur historinya.
Ampenan dikenal sebagai wilayah yang multikultural, terdapat banyak kampung yang
merupakan perwujudan dari berbagai suku bangsa di Indonesia di kecamatan
tersebut, di antaranya adalah Kampung Tionghoa, Kampung Bugis, Kampung
Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, dan Kampung Bali.
Kota Tua kawasan Ampenan merujuk pada suatu bagian kota tua yang dari segi
penduduk, bentuk hunian dan koridor jalan, tatanan sosial budaya, dan suasana
lingkungannya memiliki ciri khas karena pertumbuhan bagian kota tersebut berakar
secara historis dari masyarakat berkebudayaan.
Kota Tua ditetapkan berbasis sejarah budaya cenderung menjual karakteristik
yang khas dari sejarah, bentuk dan fungsi bangunan sehingga ancaman degradasi
nilai fisik dan fungsi yang berdampak serius terhadap kontinuitas dan/ minat.
• kondisi bangunan berbasis sejarah budaya
Kondisi bangunan tidak hanya mengacu kepada aspek fisik saja tapi juga
terkait dengan fisik bangunan sekitarnya yang mendukung (tidak hanya
memberikan kesan yang lebih baik tentang karakteristik sejarah budaya tapi
juga orientasi terhadap keberlanjutan dari kesan awal yang muncul). Hal ini
secara tidak langsung memberikan pemahaman bahwa kondisi fisik bangunan
merupakan aspek penting dalam mendukung eksistensi berbasiss sejarah
budaya.
• kondisi lingkungan yang melingkupinya
peran lingkungan juga terkait dengan mata rantai yang terjadi, termasuk juga
peran masyarakat yang terlingkup dalam Kawasan Kota Tua. Peran
lingkungan tidak bisa terlepas dari kepentingan dan keterlibatan pemerintah
sebagai stakeholder.
Cagar budaya dalam rupa lanskap perkotaan harus bersifat berkelanjutan, di
mana ada bagian-bagian tertentu dimungkinkan berkembang seiring zaman.
UNESCO telah mengeluarkan rekomendasi Historic Urban Landscape sebagai
pendekatan menyeluruh dalam mengelola lanskap kota bersejarah;
mengintegrasikan tujuan pelestarian cagar budaya perkotaan dengan kondisi

I - 10
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

ekonomi-sosial-budaya perkotaan yang dinamis. Tentunya paradigma


konservasi pada kawasan perkotaan yang masih ditinggali dan terus
berkembang akan berbeda dengan monumen statis seperti Borobudur dan
Angkor Wat.
Ancaman utama terhadap kelestarian Kota Tua adalah pembangunan
perkotaan dan infrastruktur serta penurunan tanah, banjir dan bencana alam
yang berhubungan dengan air. Penting agar semua proyek pembangunan
berjalan maupun investasi baru mempertimbangkan dampaknya terhadap
warisan budaya sebelum izin dikeluarkan.

1.4.3. Kajian Kelayakan


Kajian Kelayakan adalah untuk mengetahui potensi yang dapat ditetapkan berdasar
pendekatan kesesuaian dengan menilat kualitas, karakteristik dilapangan
• Perlindungan
Penetapan bangunan cagar budaya → bentuk komitmen, integritas Kota Tua
sebagai property yang layak untuk dijadikan warisan dengan penilaian
terhadap bangunan (sejarah), kondisi bangunan, keaslian dan sebagai upaya
perlindungan dan manajemen.
• Perkembangan
Sejarah Panjang Kota Tua Ampenan dibuktikan dengan deretan bangunan tua
bergaya Belanda. Kota Tua Ampenan menjadi saksi bisu hiruk-pikik aktivitas
perekonomian puluhan tahun silam.
- Arah pergerakan
- Bangkitan kegiatan
- Jaringan pergerakan (prasarana jalan)
- Sarana prasarana
• Pemanfaatan
Pemanfaatan lahan adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap
lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian
dan permukiman. Pemanfaatan lahan didefinisikan sebagai "sejumlah
pengaturan, aktivitas, dan input yang dilakukan manusia pada tanah tertentu"
(FAO, 1997a; FAO/UNEP, 1999)

I - 11
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Pemanfaatan lahan adalah suatu aktivitas manusia pada lahan yang langsung
berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino, 2007).
Guna lahan (dalam kota) menunjukkan kegiatan perkotaan yang menempati
suatu petak yang bersangkutan. Setiap petak lahan dicirikan dengan tiga
ukuran dasar, yaitu jenis kegiatan, intensitas penggunaan lahan, serta
hubungan antar guna lahan (Warpani, 2010:74).
- Jenis pemanfaatan
- Pola → teratur/tidak teratur
- Alih fungsi
• Penduduk
• Aktifitas → dipengaruhi mata pencaharian
• Lokasi strategis
• Aksesibilitas tinggi
• Perilaku
- Motif → ekonomi, pengaruh fisik, dan seterusnya
- Status kepemilikan lahan

1.4.4. Alternatif Pengembangan


Alternatif pengembangan sebagai saran atau anjuran pada sesuatu yang layak
dicoba karena telah mempertimbangkan hasil analisis yang telah dilakukan.
(plus.kapanlagi.com;2023).
Pengelolaan Kawasan merupakan upaya untuk mengaktifkan potensi dan
mengintegrasikan masyarakat sekitar untuk mendapatkan keuntungan dari
pengelolaan yang dilakukan, dimana potensi dijadikan peluang dalam meningkatkan
pengembangan kawasan.

I - 12
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
PROSES / ANALISIS
1. Delineaasi Kawasan Ampenan (Kota Tua)
2. Kondisi Makro (posisi Kota Tua Ampenan
1.5. KERANGKA KERJA
PENGUMPULAN DATA & FAKTA thdp Kota Mataram)
1. Data Sekunder 3. Kondisi Mikro :
PERSIAPAN AWAL - Peraturan & Kebijakan - Sejarah
- Pendalaman KAK - Makro (Kaw. Ampenan - Perubahan Morfologi dari Masa ke Masa
- Penyiapan RAB terhadap Kota Mataram) - Peruntukan Lahan (perkembangan)
- Mikro (Kondisi Fisik, Sosial, - Tipologi Bangunan (fungsi,kepadatan)
Sejarah dan Budaya, - Tata bangunan
perkembangan - Intensitas Bangunan
pemanfaatan ruang / - Sirkulasi & jalur penghubung
lahan, Tipologi Bangunan - Sosial
KAJIAN DATA SEKUNDER
(fungsi,kepadatan) Tata - ekonomi
- Sejarah Kaw. Ampenan
Bangunan, Fasilitas, Utilitas - budaya
- RTRW
pendukung, Motivasi, - sarana
- RIPPARDA
Ekonomi) - prasarana
- JKPI
- Studi kasus lokasi sejenis - motivasi
- Kebijakan terkait
- Data lain

2. Data Primer • An. Tinjauan Peraturan & Kebijakan Terkait


KOORDINASI - Observasi • An. Struktur dan pola Kawasan
- Foto • An. Bangunan dan Lingkungan
- Wawancara (fungsim kepadatan, karakterc citra, petandaan
• An. Intensitas Pemanfaatan
• An. Elemen pembentuk Kota – Karakter & citra
• An. Sirkulasi & jalur penghubung
PEMANTAPAN • An. Motivasi & factor penarik
KOMPILASI DATA
DAN
PENGEOLAHAN KELAYAKAN

KESIMPULAN
REKOMENDASI

I - 13
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

BAB 2
FAKTA & ANALISA

2.1. TINJAUAN KEBIJAKAN


2.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Mataram
(RPJP 2005-2025)
Visi kawasan Kota Tua Pelabuhan Ampenan adalah gambaran masa depan yang
dicita-citakan bagi kota yang pernah mengalami zaman kejayaan di masa lalu
tersebut. Gambaran tersebut tetap memposisikan Ampenan sebagai bagian dari
Kota Mataram yang merupakan PKN (pusat kegiatan nasional) dan tidak terpisahkan
dari poros Ampenan – Mataram – Cakranegara.

II - 1
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Secara teknis, sistem tujuan pembangunan/penataan Kota Tua Ampenan mengacu


pada atau diturunkan dari:
1 Sistem tujuan RPJP dan RPJM berlaku Kota Mataram
2 Sistem tujuan RTRW Kota Mataram
3 Tujuan Kota Hijau dan Kota Pusaka
4 Aspirasi masyarakat
Visi “Terwujudnya Kota Mataram yang religius, maju dan berbudaya”
Misi :
1. Mewujudkan masya-rakat perkotaan yg aman … dlm lingkungan yg bersih dan
indah.
2. Meningkatkan Potensi SDM
3. Memberdayakan ekonomi rakyat ber-basis potensi lokal berdasarkan prinsip
pembangunan berk-lanjutan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan public
5. Meningkatkan kua-litas sarana dan pra-sarana.
Tujuan :
Mewujudkan Kota Peme-rintahan, Perdagangan dan Jasa, Industri serta
Pariwisata berbasis kearifan lokal yang didukung dengan prasarana perkotaan yang
seimbang dan berwawasan lingkungan.
Pengembangan K. Strategis Sosial Budaya:
▪Menetapkan kawasan makam Bintaro, van Ham, Islamic Center, dan Kota Tua
Ampenan se-bagai kawasan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat
dan menjadi pusat budaya Kota Mataram yang ditata secara terpadu.
Pengembangan K. Strategis Fungsi dan Daya Dukung LH
▪Mendukung pelaksanaan program mitigasi pantai sbg bentuk kegiatanyg dpt
memberikan advis perencanaan terstruktur thd kegiatan utk pesisir sepanjang
Ampenan – Sekarbela. ……
▪… memanfaatkan Ampenan sebagai Kawasan Kota Tepi Air.
Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang
▪Mempertahankan kawasan konservasi dan cagar budaya:
▪Melakukan konservasi situs-situs peninggalan sejarah
▪Melakukan pemugaran dan pemeliharaan kawasan cagar budaya untuk mendukung
pengembangan pariwisata.

II - 2
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Tujuan-tujuan Kota Pusaka dan Kota Hijau


Kota hijau (kota berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun dengan tidak
mengorbankan aset kota, melainkan terus menerus memupuk semua kelompok aset
meliputi (sumber daya) manusia, lingkungan terbangundan prasarana perkotaan,
sumber daya alam/lingkungan. Kota hijau juga dapat dipahami sebagai kota yang
ramah lingkungan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak
pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, antara lain dengan memanfaatkan
secara efektif dan efisien sumber daya air danenergi, mengurangi limbah,
menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan
mensinergikan lingkungan alami dan buatan.
Pelestarian kawasan kota tua tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan
keberadaan atau kehadirannya di ruang kota yang terus bertumbuh dan
berkembang, tetapi sekaligus untuk memberikan peran penting dan mengoptimalkan
fungsi kawasan yang telah mengalami penurunan. Arah yang dituju oleh pelestarian
segaris dengan arah yang dituju kota hijau yang tidak menghendaki eksploitasi
sumber daya alam, tetapi dengan memanfaatkan lingkungan binaan yang ada untuk
memenuhi kebutuhan dan tantangan masa kini dan masa mendatang. Fungsi baru
bagi yang lama adalah bagian dari dinamika pembangunan kota yang tidah harus
selalu diarahkan pada pertumbuhan atau perluasan area baru. Upaya menghidupkan
kembali kawasan kota tua untuk pengembangan ekonomi setempat melalui
pariwisata dapat mengandalkan pesona keindahan masa lalu yang telah berjarak
bagi wisatawan masa kini dan mendatang.

Rangkuman arah tujuan


Arah yang dituju oleh Ampenan dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Sebagai bagian dari Kota Mataram maka ikut mendekatkan pada tercapainya
Kota Pemerintahan, Perdagangan dan Jasa, Industri serta Pariwisata
berbasis kearifan lokal yang didukung dengan prasarana perkotaan yang
seimbang dan berwawasan lingkingan.
2 Sebagai kota pelabuhan tua, mendukung pelaksanaan program mitigasi
bencana alam kawasan pesisir, dan memanfaatkan Ampenan sebagai
Kawasan Kota Tepi Air.

II - 3
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

3 Sebagai kota yang mempunyai sejarah panjang yang meninggalkan warisan


budaya (pusaka) ragawi dan non ragawi, Ampenan memanfaatkan tinggalan
tersebut sebagai modal dasar untuk pengembangan ekonomi setempat
melalui cara yang ramah lingkungan karena menekan eksploitasi sumber daya
alam dan alih fungsi lahan pertanian.
4 Dengan perkembangan kegiatan kepariwisataan di destinasi wisata yang
sudah sangat dikenal (termasuk Senggigi) Kota Tua Ampenan dapat menarik
manfaat di satu sisi dari memberikan dukungan di sisi lain dengan layanan
sekaligus pengayaan daya tarik wisata regional.
5 Pengelolaan Kota Pusaka sendiri merupakan bagian dari pengejawantahan
konsep Kota Hijau.
6 Penataan bangunan dan lingkungan Ampenan selayaknya untuk
menjadikannya sebagai kawasan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan
berkelanjutan.
Dengan posisi tersebut maka Ampenan dapat membayangkan gambaran masa
depan yang dicita-citakan, yaitu:
Kota Pusaka Ampenan yang:
1 Memberikan penghidupan bermutu kepada warganya yang beragam, baik
pada segi sosial budaya, maupun ekonomi.
2 Menghargai warisan sejarah, sumber-sumber daya alam dan budayanya,
3 Mempesona, menyenangkan, dan memberikan pengalaman berharga kepada
pengunjungnya,
4 Mendukung perekonomian wilayah secara berkelanjutan.
5 Membuka kesempatan secara merata dengan mengedepankan kemitraan di
antara pemangku kepentingan.
Tujuan-tujuan
Tujuan penataan bangunan dan lingkungan disusun untuk menuju dan mendekati
visi tersebut dengan memperkokoh keempat pilarnya. Secara rinci adalah sebagai
berikut:

II - 4
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Tabel 2.1
Tujuan Penataan Bangunan & Lingkungan Kawasan Kota Pusaka Ampenan
No. Pilar Tujuan
1 Kehidupan warga yang 1 Menciptakan dan meningkatkan ruang
berkualitas publik
2Mengalokasikan ruang di kampung-
kampung untuk pembangunan industri
kreatif (termasuk perawatan dan perbaikan
bangunan). .
3 Prasarana perangkutan yang memadai
untuk mengendalikan lalu lintas.
2 Pelestarian sumber-sumber 4Meningkatkan kualitas sungai beserta
daya alam dan budayanya bantarannya, dan tepi laut. .
5Meningkatkan kualitas lingkungan untuk
mendukung penampilan dan pamanfaatan
bangunan dalam kawasan cagar budaya
dan menampilkan kearifan setempat. .
6Meningkatkan kualitas fisik dan visual
bangunan-bangunan dan menghijaukan
kawasan kota tua.
3 Pengalaman mengesankan 7Meningkatkan kualitas elemen pembentuk
dan bermutu bagi citra kota (termasuk arcade).
pengunjungnya
8Meningkatkan kualitas kenyamanan dan
keindahan koridor-koridor di kawasan cagar
budaya.
4 Pertumbuhan ekonomi 9Mengalokasikan ruang usaha untuk sektor
sekaligus pemerataan informal (baik secara menetap, maupun
bergilir).

Tujuan-tujuan tersebut sangat terkait dan bergantung pada capaian tujuan lain,
yaitu:
1 Penciptaan kemudahan-kemudahan yang mendukung investasi
usaha pada kawasan cagar budaya.
2 Peningkatan Investasi dalam industri pariwisata

2.1.2. Perda 5 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah


Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Mataram Tahun 2011 – 2031
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

II - 5
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Ruang Wilayah Kota Mataram Tahun 2011-2031, tujuan penataan Kota Mataram
yaitu mewujudkan Kota sebagai :
“Mewujudkan Kecamatan Ampenan, Sekarbela, Mataram, dan Selaparang sebagai
PKN berbasis Pendidikan, Pengembangan Simpul Perdagangan dan Jasa, serta
Pariwisata yang berlandaskan Keberagaman Budaya, Tangguh Bencana, dan
Berkelanjutan.”
Berdasarkan tujuan di atas, terdapat beberapa kata kunci yang dijelaskan sebagai
berikut:
• Perkotaan PKN: perwujudannya melalui pengoptimalan peran kota pelabuhan
dengan sektor unggulan perdagangan dan jasa yang mendukung prinsip
livable, tidak berada pada zona rawan bencana, serta memiliki iklim kondusif
bagi investasi dengan sarana dan prasarana yang terintegrasi dengan wilayah
pengaruhnya (hinterland)
• Pendidikan: perwujudannya direncanakan sebagai kota dengan fungsi
pendidikan tinggi sehingga mendukung pembangunan berkelanjutan •
Perdagangan dan Jasa, serta Pariwisata
• Keberagaman Budaya: perwujudannya direncanakan sebagai kota yang
mempertahankan keberagaman etnis dengan menciptakan interaksi sosial dan
budaya berbasis ekonomi
• Tangguh Bencana: terwujudnya kota yang memiliki zona perumahan yang
memiliki KDB/KLB yang mendukung prinsip livable, dan tidak berada pada
zona rawan bencana.
• Berkelanjutan: perwujudannya direncanakan sebagai kota yang memiliki
kawasan perlindungan setempat dan 20% Ruang Terbuka Hijau dan
mempertahankan LP2B

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2019, pada pasal 27 tentang Kawasan
lindung di Kota Mataram ditetapkan Kota Tua Ampenan pada pasal 31 ayat 1
Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 kawasan Kota Tua
Ampenan di Kelurahan Ampenan Selatan, Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan
Banjar, Kelurahan Bintaro, Kelurahan Dayan Peken, dan Kelurahan Taman Sari;

II - 6
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

KSK DARI SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL BUDAYA, terdiri atas:


a. Kawasan Kota Tua Ampenan di Kelurahan Ampenan Tengah Kecamatan
Ampenan;
b. Kawasan Bintaro dan Sekitarnya di Kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan;
c. Kawasan Makam van Ham di Kelurahan Cilinaya Kecamatan Cakranegara;
d. Kawasan Islamic Centre (Masjid Hubbul Wathan - Masjid Attaqwa) di Kelurahan
Dasan Agung Baru dan Kelurahan Dasan Agung Kecamatan Mataram;
e. Kawasan Mayura - Meru di Kelurahan Mayura Kecamatan Cakranegara

Kota Tua Ampenan ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya yang harus dijaga dan
dipertahankan kelestariannya. Sedangkan berdasarkan penetapan UNESCO pada
Tahun 2016 Kota Tua Ampenan termasuk dalam Kota Pusaka dengan Klaster B.
Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas penetapan Kota Tua Ampenan sebagai
salah lokasi perdagangan dan konservasi cagar budaya pusaka kota yang masih
memiliki nilai sejarah serta karakteristik wilayah diharapkan dapat menjadi penguat
perekonomian dan penguat citra kota.
Tabel 2.2 Kebijakan dan Strategi Kota Mataram
Tentang Pelestarian dan Perlindungan Kawasan Cagar Budaya

Sumber : Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2019

PERWUJUDAN KAWASAN PARIWISATA


Pengembangan Pariwisata Budaya - Peningkatan Sarana Dan Prasarana Pendukung
Kawasan Cagar Budaya → Kawasan Kota Tua Ampenan (KSK Sosial Budaya)

II - 7
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.1.3. Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI)


Indonesia memiliki 43 kota yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai Jaringan Kota
Pusaka Indonesia (JKPI). Salah satu kota yang termasuk dalam JKPI tersebut adalah
Kota Tua Ampenan yang berada di Mataram – NTB. Kota Tua Ampenan dibangun
pada tahun 1924 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan tujuan mengimbangi
kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Bali pada masa itu. Selain itu, pembangunan
kota juga tidak lepas dari keinginan pemerintah Belanda dalam menciptakan sebuah
kota pelabuhan di pulau Lombok (Kaddafi, 2018).
JKPI adalah suatu organisasi di antara pemerintah kota dan atau
pemerintah kota/kabupaten yang mempunyai keanekaragaman pusaka alam dan
atau pusaka budaya (tangible dan intangible), yang bertujuan untuk bersama-sama
melestarikan pusaka alam dan pusaka budaya sebagai modal dasar untuk
membangun ke masa depan.
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan alam yang cukup besar
dengan beribu-ribu pulau, keanekaragaman pesona alam, suku, budaya dan berbagai
peninggalan sejarah menjadikan negara ini layak untuk menjadi salah satu daerah.

2.1.4. Konsep Rencana Detail Tata Ruang 4 Kecamatan Kota Mataram


(Kementrian ATR/BPN, Tahun 2021)
Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Mataram merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan fungsi budidaya kota. Rencana pola ruang di Kawasan Perkotaan Mataram
dirumuskan berdasarkan kriteria:
1. Rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Mataram Tahun
2011-2031.
2. Konsep pola ruang yang telah dirumuskan berdasarkan pertimbangan
kepemilikan lahan di Kawasan Perkotaan Mataram.
3. Pertimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan
infrastruktur dalam Kawasan Perkotaan Mataram.

II - 8
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

4. Perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan


pelestarian fungsi lingkungan, khususnya untuk kawasan perkotaan yang
memiliki kegiatan yang berpotensi menimbulkan bangkitan yang besar.
5. Pertimbangan ketersediaan ruang.
6. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan.
7. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana di Kawasan Perkotaan
Mataram.
8. Pengupayaan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Gambar 2.1 Peta Rencana Pola Ruang berdasar Konsep Rencana Detail Tata Ruang 4
Kecamatan Kota Mataram (Kementrian ATR/BPN, Tahun 2021)

Program pengembangan Kecamatan Ampenan :


1. Penataan Kawasan Pasar Induk Kecamatan di Kelurahan Ampenan Tengah
(Pasar ACC) dan Kelurahan Pagutan
2. Pembangunan Pasar Induk Kota di Kelurahan Ampenan Utara

II - 9
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

3. Penataan kawasan sempadan pantai untuk pengembangan wisata di


Kelurahan Bintaro
4. Pengembangan kawasan kota tepian air di Kelurahan Ampenan Tengah,
Banjar
5. Penataan Pusat PKL di Areal Lapangan Malomba, Kelurahan Taman Sari
6. Pengembangan pariwisata buatan konsep MICE berbasis lingkungan di
Kelurahan Ampenan Utara

Penerapan ketentuan Khusus


Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki
fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan karakteristik zona
dan kegiatannya.
Kawasan Cagar Budaya
Pertampalan kawasan cagar budaya dengan kawasan
yang memiliki fungsi utama zona pariwisata

Ketentuan Khusus
• Zona Pariwisata yang
ditetapkan sebagai
kawasan cagar
budaya harus dikelola
dengan
memperhatikan fungsi
sosial dan kewajiban
untuk melestarikan
cagar budaya.
• Pemanfaatan zona
cagar budaya dapat
dilakukan untuk
tujuan rekreatif,
edukatif, apresiatif,
dan religi.

Gambar 2.2 Ilustrasi penerapan ketentuan Khusus berdasar Konsep Rencana Detail
Tata Ruang 4 Kecamatan Kota Mataram (Kementrian ATR/BPN, Tahun 2021)

II - 10
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.2. GAMBARAN UMUM


2.2.1. KOTA MATARAM
Secara geografis, Kota Mataram terletak pada ujung sebelah barat Pulau Lombok,
tepatnya pada posisi 116o 04’ – 116o 10’ Bujur Timur dan 08o 33’ – 08o 38’ Lintang
Selatan. Kota Mataram memiliki luas wilayah daratan sebesar 61,30 km2 (6130 Ha)
dan luas wilayah perairan sebesar 56,80 km2 (5680 Ha). Secara administratif, Kota
Mataram terbagi dalam enam wilayah kecamatan dan 50 kelurahan. Batas-batas
administrasi Kota Mataram sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Gunungsari dan Desa Lingsar Kab. Lombok Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Narmada dan Desa Lingsar Kab. Lombok Barat
Sebelah Selatan : Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat
Sebelah Barat : Selat Lombok

Gambar 2.3 Peta Administrasi Kota Mataram

Secara administrasi, Kota Mataram terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yakni


Kecamatan Ampenan, Sekarbela, Mataram, Selaparang, Cakranegara, dan

II - 11
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Sandubaya. Adapun luas serta jumlah desa dan kelurahan tiap kecamatan tersebut
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Luas Total Area, Persentase Luas
Terhadap Kota dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kota Mataram
No Kecamatan Luas Wilayah Prosentase Jumlah
(Km2) terhadap Kota Kelurahan
1 Ampenan 9,46 15,43 10
2 Sekarbela 10,32 16,84 5
3 Mataram 10,76 17,56 5
4 Selaparang 10,77 17,56 9
5 Cakranegara 9,67 15,77 10
6 Sandubaya 10,32 16,84 7
Total 61,30 100 46
Sumber : BPS Kota Mataram, 2022

A. Kondisi Fisik
• Topografi
Bentuk topografi wilayah Kota Mataram bervariasi dari datar sampai
cenderung curam dengan klasifikasi sebagai berikut:
• Lereng 0–2%, bentuk wilayah datar, seluas 4.652,057 Ha (75,9 %)
• Lereng 2–8%, bentuk wilayah agak landai, seluas 1.299,147 Ha
(21,20%)
• Lereng 8-15%,bentuk wilayah bergelombang, seluas 174,283 Ha
(2,84 %)
• Lereng 15-25%, bentuk wilayah curam, seluas 4,568 Ha (0,07%)
Kondisi diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Mataram
merupakan hamparan datar. Sementara ketinggian tanah bervariasi yaitu
Kecamatan Cakranegara mencapai ± 25 meter diatas permukaan laut (dpl),
Kecamatan Mataram ± 15 meter dpl dan Kecamatan Ampenan ± 5 meter dpl
termasuk daerah pantai.

• Geologi dan Jenis Tanah


Satuan batuan yang ada di Kota Mataram terdiri dari batuan gunung api,
batuan sedimen, serta batuan terobosan yang umurnya berkisar dari jaman
tersier sampai kuarter. Formasi batuan yang terbentuk adalah Formasi

II - 12
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Kalipalung (TQp) yaitu anggota Selayar (TQs), Formasi Kalibalak (TQb), dan
Formasi Lekopiko (Qvl) dengan jenis batuan sebagai berikut:
• Formasi Kalipalung : Breksi gampingan dan lava.
• Anggota Selayar : Batu pasir tuffan dan batu lempung tuffan dengan
sisipan tipis karbon.
• Formasi Kalibabak : Breksi dan lava.
• Formasi Lekopiko : Tuff berbatu apung, breksi lahar, dan lava.
Qa Alluvium yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, dan
pecahan koral tersebar hampir di seluruh Kota Mataram, khususnya di daerah
muara sungai. Kota Mataram termasuk dalam Busur Bergunung Api Nusa
Tenggara Barat, yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah timur dan
Busur Banda sebelah barat. Busur tersebut terbentang dari Pulau Jawa ke
Nusa Tenggara dan melengkung mengitari Laut Banda.

• Hidrologi
Kota Mataram memiliki potensi air tanah (aquifer) yang cukup besar, tersebar
di beberapa bagian wilayah Kota Mataram, seperti Kelurahan Rembiga,
Kelurahan Sayang-sayang dan Kecamatan Mataram dengan kedalaman air
tanah 5-7 meter. Sedangkan Kelurahan Monjok dan Kelurahan Dasan Agung
bagian Utara memiliki kedalaman air tanah hingga 15 meter. Titik-titik mata
air tersebar di Kelurahan Pejeruk, Karang Baru, Sayang-sayang, Cakranegara
Utara, Dasan Cermen, Babakan, Mandalika, dan Pagesangan Tengah.
Kota Mataram dialiri empat sungai besar yang berfungsi sebagai drainase
alam, yaitu Sungai Jangkok (86 km dengan luas 1.712,12 Ha), Sungai Ancar
(21 km dengan luas 858,47 Ha), Sungai Brenyok (42 km dengan luas 2.277,55
Ha), dan Sungai Midang (26 km dengan luas 562,47 Ha). Hulu sungai-sungai
tersebut berada di sekitar lereng Gunung Rinjani dan bermuara di Selat
Lombok.

• Klimatologi
Secara umum, Kota Mataram beriklim tropis, dengan suhu udara rata-rata
tahun 2019 berkisar 26,32⁰C – 32,48⁰C Kelembaban udara rata-rata di Kota

II - 13
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Mataram cukup bervariasi mulai dari 81,00 – 90,40%. Curah hujan tertinggi
tercatat terjadi pada Bulan Maret yakni sebesar 314 mm dan hari hujan
terbanyak terjadi pada Bulan Desember yakni sebanyak 20 hari.

B. Penggunaan Lahan Kota Mataram


Pola guna lahan Kota Mataram cenderung berkembang secara linier, konsentrik,
dan parsial. Perkembangan pola linier merupakan tata guna lahan dengan
mengikuti jaringan jalan yang ada, seperti pada kawasan perdagangan jasa Kota
Mataram di Jalan Yos Sudarso – Jalan Langko – Jalan Pejanggik – Jalan
Selaparang – Jalan Sandubaya atau dikenal dengan jalur Ampenan-Mataram-
Cakranegara. Perkembangan pola konsentrik merupakan guna lahan yang
ditunjang pola jaringan jalan yang berbentuk grid atau mengelompok. Guna lahan
seperti ini dapat ditemukan di Kawasan Cakranegara dan sekitarnya. Sedangkan
pola guna lahan yang berkembang secara parsial terdapat di Kelurahan Rembiga,
Sayang-sayang bagian utara, Kelurahan Jempong Baru, Pagutan, dan pusat
permukiman di Bertais. Sejak tahun 1980 kawasan terbangun masih terpusat di
wilayah Ampenan, Mataram, Cakranegara dan berkembang radial mengikuti jalur-
jalur utama kota. Namun, selama kurun waktu 10-20 tahun terakhir,
perkembangan kawasan terbangun mulai menyebar dari pusat kota hingga
kawasan pinggiran. Hal ini dikarenakan ketersediaan lahan kosong di pusat kota
sangat sedikit dengan pola perkembangan kawasan terbangun yang terpusat.

C. Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Mataram tahun 2020 mencapai 495.681 jiwa dengan
penduduk laki-laki berjumlah 245.190 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah
250.491 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Mataram tahun 2020 adalah 7.044
jiwa/km2, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Ampenan sebesar
9.305 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan
Sekarbela sebesar 5.696 jiwa/km2.

II - 14
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Gambar 2.4 Grafik Prosentase Jumlah Penduduk

Tabel 2.4 Jumlah penduduk Kota Mataram 2018 – 2020

Penduduk Mataram belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Mataram.


Umumnya, penduduk banyak menumpuk di kecamatan Ampenan. Secara rata-
rata, kepadatan penduduk Mataram tercatat sebesar 7.009 jiwa setiap kilometer
persegi, dan wilayah terpadat yaitu kecamatan Ampenan yang memiliki tingkat
kepadatan 9.305 orang setiap kilometer persegi.

II - 15
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

D. Potensi Kota Mataram


Pengembangan Potensi Daerah adalah kemampuan daerah dalam mengelola atau
mengembangkan sumber daya yang dimiliki, berupa SDA (Natural resources)
sebagai bahan baku alami, bahan baku olahan (processing resources) dan
pemanfaatan SDM yang merupakan bagian dari potensi tenaga kerja dalam
menggerakan pertumbuhan ekonomi daerah.
Dalam Rencana Tata Ruang Nasional, Kota Mataram ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) yang berfungsi sebagai pintu gerbang dan simpul utama
transportasi serta kegiatan perdagangan dan jasa skala regional. Dalam RTRW
Provinsi NTB, Kota Mataram ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Mataram Metro di Bidang Pertumbuhan Ekonomi.
Kota Mataram merupakan pusat pemerintahan Kota Mataram dan Provinsi Nusa
Tenggara Barat, serta sebagai pusat pendidikan yang menyokong kebutuhan
sekolah berkualitas (centre of exellent) bagi sebagian besar masyarakat Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Dari sisi sejarah, Kota Mataram dengan adanya Kota Tua Ampenan sebagai Kota
Pelabuhan, telah menjadi pusat perdagangan dan bisnis sejak jaman penjajahan
yang lalu. Sebagai salah satu indikator pesatnya perkembangan Kota Mataram
ditunjukan oleh semakin meningkatnya tingkat kepadatan penduduk per km2 dan
saat ini merupakan wilayah terpadat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan
kepadatan rata-rata 2.537 Jiwa/Km2
Secara kewilayahan Kota Mataram dibagi menjadi beberapa pusat pelayanan
dengan fungsi utama adalah:
1. Wilayah Ampenan berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan
perdagangan dan jasa serta pariwisata;
2. Wilayah Mataram berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan
perkantoran pemerintahan dan fasilitas social, seperti pendidikan;
3. Wilayah Cakranegara berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan
perdagangan dan pusat bisnis.
Pusat-pusat pelayanan tersebut di atas dikembangkan sebagai pusat bisnis skala
Kota dan regional, karena memiliki daya tarik yang tinggi terhadap
perkembangan dan pertumbuhan kota.

II - 16
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Kota Mataram adalah ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang juga
merupakan pusat pemerintahan dan pusat pendidikan yang menyokong
kebutuhan sekolah berkualitas bagi masyarakat NTB.
1. Kota Mataram memiliki kawasan-kawasan yang mendukung
potensi ekonomi cepat tumbuh, yaitu :
• Kawasan Strategis Bidang Pariwisata : Kawasan Mutiara Sekarbela,
Kawasan Rekreasi Pantai Dan Situs Makam Loang Baloq
• Kawasan Strategis Bidang Perdagangan Dan Jasa : pusat perdagangan
grosir dan bisnis di Cakranegara, Ampenan dan Bertais
• Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya : Pusat Kajian
Islam di Kelurahan Dasan Agung dan Kawasan Kota Tua Ampenan
• Kawasan Strategis Bidang Daya Dukung Lingkungan Hidup : Kawasan
Lindung di Pagutan Timur, Sayang-Sayang dan Selagalas
2. Komoditas penunjang perkembangan sektor industri pengolahan :
• Budidaya kangkung di Pesongoran
• Industri tahu dan tempe di Kekalik dan Abian Tubuh
• Industri olahan rumput laut di Cakranegara
• Produksi dan perdagangan perhiasan emas, perak dan mutiara di
Sekarbela, Karang Genteng dan Karang Mas-Mas
3. Peluang investasi dalam sekala menengah yang potensial di Kota
Mataram:
• Jasa telekomunikasi seluler
• Perdagangan
• Jasa rekreasi wisata
• Jasa konsultasi pengembangan bisnis dan manajemen
• Biro perjalanan wisata
• Jasa penyediaan gedung perkantoran dan pusat bisnis
4. Investasi anda akan didukung dengan penyediaan sarana dan
prasarana yang memadai seperti :
• UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
• Tenaga kerja
• Ketersediaan listrik
• Distribusi air
• Infrastruktur jalan dan transportasi dan Perbankan

II - 17
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.2.2. KECAMATAN AMPENAN


A. Administrasi
Posisi koordinat Kecamatan Ampenan terletak di antara 1160 05' – 1190 05' BT dan
080 34' – 9 0 5' LS. Kecamatan Ampenan berbatasan dengan batas-batas sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Sari
Sebelah Selatan : Kecamatan Sekarbela
Sebelah Timur : Kecamatan Selaparang
Sebelah Barat : Selat Lombok

Wilayah Kecamatan Ampenan memiliki luas wilayah 9.46 km2 dan secara
administratif terdiri atas 10 Kelurahan dengan 55 lingkungan, merupakan daerah
dataran rendah dengan ketinggian 16 m dari permukaan laut dan panjang garis
pantai Kecamatan Ampenan kira kira 3km dan pantai Ampenan sampai ke Sekarbela
sepanjang 9.8 km.

Gambar 2.5 Administrasi Kecamatan Ampenan

II - 18
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Kecamatan Ampenan yang terletak di bagian barat laut, merupakan kecamatan


terkecil dengan luas yang hanya mencapai 9,46 km² atau 15,43 persen dari total
luas Kota Mataram dan terdiri dari 10 (sepuluh) kelurahan yaitu:
Ampenan Selatan (0,84 km²), Ampenan Tengah (0,59 km²), Ampenan Utara (2,49
km²), Banjar (0,41 km²), Bintaro (0,82 km²), Dayen Peken (0,54 km²), Kebon Sari
(0,58 km²), Pejarakan Karya (0,74 km²), Pejeruk (0,85 km²), dan Taman Sari (1,61
km2). Kelurahan Ampenan Utara merupakan kelurahan yang memiliki wilayah paling
luas yaitu sekitar 26,32 persen dari luas wilayah kecamatan Ampenan. Ampenan
dahulu merupakan pusat kota dan gerbang utama untuk memasuki Pulau Lombok.
Sebagai tempat berlabuh para pelaut dari berbagai daerah, Ampenan dikenal sebagai
wilayah yang multikultural, terdapat banyak kampung yang merupakan perwujudan
dari berbagai suku bangsa di Indonesia di kecamatan tersebut, di antaranya adalah
Kampung Tionghoa, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung
Arab, dan Kampung Bali. Pada kecamatan ini terdapat kota tua, sebagai penanda
bahwa daerah ini dulunya merupakan kota besar di era kolonial.
Pusat Perniagaan, adanya pertokoan dan keberadaan Pasar Induk Kebon Roek dan
Pasar ACC di Wilayah Kecamatan Ampenan, juga merupakan kontribusi besar bagi
okupasi penduduk di wilayah ini.
Pusat Rekreasi Kota Tua Mataram, yang menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal
maupun dari mancanegara. Wilayah Ampenan dengan karakteristik wilayah pantai
tentunya memiliki potensi perikanan yang cukup tinggi dengan panjang garis
pantai + 11 Km. sehingga terdapat masyarakat Ampenan yang berprofesi sebagai
Nelayan dan Buruh Nelayan.

B. Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Ampenan pada tahun 2021 adalah 88.022 jiwa yang
ter-diri dari 43.879 laki-laki dan 44.143 perempuan. Hal tersebut berarti hampir
seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan yaitu 50% penduduk Ampenan
berjenis kelamin laki-laki dan 50% berjenis kelamin perempuan.

II - 19
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk


Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Ampenan Tahun 2021

No Kelurahan Laki - laki Perempuan Jumlah


1 Ampenan Selatan 5055 4978 10033
2 Ampenan Tengah 5492 5522 11014
3 Pejeruk 4966 4933 9899
4 Ampenan Utara 4093 4175 8268
5 Banjar 3290 3345 6635
6 Taman Sari 4062 4111 8173
7 Kebon Sari 4278 4280 8558
8 Pejarakan Karya 3617 3659 7276
9 Bintaro 4946 4963 9909
10 Dayan Peken 4080 4177 8257
Jumlah 43879 44143 88022
Sumber: Kecamatan Ampenan dalam Angka, Tahun 2022

Dengan wilayah seluas 9,46 km2, kepadatan penduduk di kecamatan ini adalah 8.390
jiwa/km2. Kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan
Ampenan adalah Kelu-rahan Dayan Peken dengan kepadatan sebesar 16.920
jiwa/km2.
Tabel 2.6
Kepadatan Penduduk Kecamatan Ampenan Tahun 2021

Jumlah Luas Luas


Kepadatan Kepadatan
No Kelurahan Penduduk wilayah wilayah
(jiwa/Km2) (jiwa/Ha)
(jiwa) (km2) (Ha)
1 Ampenan Selatan 10033 0.84 84 11944 119
2 Ampenan Tengah 11014 0.59 59 18668 187
3 Pejeruk 9899 0.85 85 11646 116
4 Ampenan Utara 8268 2.49 249 3320 33
5 Banjar 6635 0.41 41 16183 162
6 Taman Sari 8173 1.61 161 5076 51
7 Kebon Sari 8558 0.58 58 14755 148
8 Pejarakan Karya 7276 0.74 74 9832 98
9 Bintaro 9909 0.82 82 12084 121
10 Dayan Peken 8257 0.54 54 15291 153
Jumlah 88022 9.47 947 9295 93

Sumber: Analisis, Tahun 2023

II - 20
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.3. DELINEASI KAWASAN AMPENAN


Kawasan Ampenan, merupakan kawasan yang perlu dilestarikan. Kawasan yang
memiliki kesatuan karakter tematis, sebagai Kawasan Kota Tua. Kawasan ini
mempunyai nilai kesejarahan, dan/atau keunikan dan/atau karakter khusus yang
langka sehingga dipandang perlu untuk dilestarikan.

Gambar 2.6 Delineasi Kawasan Ampenan

II - 21
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Kriteria untuk menentukan delineasi kawasan perencanaan adalah:


1) Ketentuan dalam rencana tata ruang RTRW Kota Mataram, rencana lain yang
terkait.
2) Batas fisik terutama unsur geografi, seperti sungai atau saluran air; jalan;
tutupan vegetasi; dsb.
3) Batas administrasi kepemerintahan.
4) Batas (karakter) budaya: sehubungan dengan keragaman warganya yang dulu
ditata untuk bermukim secara segregatif, batas-baas budaya sering masih
terbaca jelas.
5) Struktur ruang dalam sejarah yang mempunyai nilai penting: bagaimana
bagian atau komponen lingkungan binaan ditata keletakannya dan bagaimana
mereka dihubungkan satu dengan yang lain sepanjang perjalanan sejarahnya.
6) Kondisi eksisting dan potensi yang dapat dibaca dan/atau dianalisis sekarang,
termasuk proses perubahan yang terjadi dan tren perkembangannya.
7) Aspirasi dan pertimbangan pemangku kepentingan yang diserap lewat proses
FGD.

Delineasi Kawasan Ampenan meliputi :


kawasan pelabuhan Ampenan, kawasan Kampung Arab, Kampung Bugis, Pecinan,
Kampung Melayu, Kampung Banjar, kawasan Benteng Kapitan, dan kawasan Kota
Taman.
• Pada sumbu utama terdapat bangunan-bangunan penting atau utama.
Bangunan dan fungsinya merupakan inti dari permukiman.
• linier jalan raya merupakan koridor inti dengan bangunan-bangunan penting
di sepanjangnya. Di luar koridor utama tersebut adalah pendukungnya atau
kawasan tempat pendukung kegiatan utama berhuni.

II - 22
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.4. FAKTA ANALISIS KAWASAN AMPENAN


2.4.1. Sejarah & Morfologi
Ampenan pernah menjadi pelabuhan penting Pulau Lombok untuk jangka waktu
panjang, sehingga sejarah Lombok tak terlepas dari pasang surut kota tersebut.
Keberadaan dan peran Ampenan sebagai simpul lalu lintas: pelabuhan dan
persinggahan dapat terbaca pada zaman kerajaan Majapahit, bahkan sebelumnya
ketika sudah terjadi lalu lintas pelayaran Nusantara atau lebih luas di kawasan Kep.
Sunda Kecil. Sebagai kota pelabuhan penting, Ampenan mulai terdeteksi sejak paruh
kedua abad ke-17 ketika lalu lintas Bali – Lombok menjadi ramai oleh perdagangan
rempah-rempah
Dalam konteks kajian ini sejarah Lombok terbagi atas sembilan babak, yaitu:
▪ Babak Kerajaan Hindu dan sebelumnya – s.d. abad XIII
▪ Babak Hegemoni Kerajaan Majapahit – abad XIV s.d. akhir abad XV, yaitu
keruntuhan kerajaan Majapahit.
▪ Babak berkembangnya kerajaan setempat – dimulai dengan pendaratan
ekspedisi Magelhaens sampai dengan kedatangan VOC
▪ Babak VOC dengan politik dagangnya dan konflik-konflik internal kerajaan
– abad XVII – XVIII.
▪ Babak Pemerintah Kolonial – abad XIX
▪ Babak Pengembangan Pelabuhan Ampenan – Tahun 1895 – 1942
▪ Babak Pendudukan Jepang – Tahun 1942 – 1945
▪ Babak Kembalinya Kota Pelabuhan – Tahun 1945 – 1977 dari masa masa
kemerdekaan dan penyerahan kedaulatan s.d. ketika dipindahkan
kegiatannya ke Lembar.
▪ Babak Penurunan – Tahun 1977 hingga kini.

II - 23
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Tabel 2.7 Time Line Sejarah Lombok


ABAD IX-XI Berdasarkan prasasti Tong-Tong yang ditemukan di Pujungan, Bali. Suku Sasak sudah
menghuni Pulau Lombok.
Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti
kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut Pulau Lombok dengan Gumi Sasak
yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang Sasak.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/

ABAD XIII Era Hindu, Buddha, memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan Bayan.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
BAGIAN MAJAPAHIT Sumpah Palapa Gajah Mada:
ABAD XIV - XV Sira Gajah madapatih amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah mada: „ Lamun
1336 huwus kalah nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung pura,
ring Haru, ring Pahang , Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti
palapa”
(Bagian ke-IX Kitab Pararaton)
http://menguaktabirsejarah.blogspot.com/2012/04/teks-naskah-pararaton-bagian-ix-27-28.html

1343 Masuknya ekspedisi Majapahit di bawah pimpinan Mpu Nala. Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah
Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara di bawah
bendera Majapahit.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1352 Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan
daerah taklukannya.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1357 Kerajaan Lombok mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit.
Ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali.
Di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: Bayan(barat),
Selaparang (Timur), Langko (tengah), Pejanggik (selatan).
Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil:Parwa dan Sokong
Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng,
Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa tsb takluk di bawah Majapahit
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1365 Mpu Prapanca menulis Negarakertagama
Petikan pupuh 14:
4) muwah tan i gurun sanusa manaran ri lombok mirah, lawan tikan i saksak adinikalun /
kahajyan kabeh, muwah tanah i banatayan pramukha banatayan len / luwuk, tken uda
makatrayadinikanaɳ sanusapupul.
Terjemahan:
4) Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Merah, Dengan daerah makmur Sasak
diperintah seluruhnya, Bantayan di wilayah Bantayan beserta Kota Luwuk, sampai
Udamakatraya dan pulau lain-lainnya tunduk
http://sabdadewi.wordpress.com/lontar-negarakertagama/
1470 Kerajaan Karangasem, Bali, yang sejak lama mengincar pulau Lombok, baru berhasil
menguasainya pada tahun 1470 setelah kerajaan ini melakukan persekutuan dengan Arya
Banjar Getas. Sejak saat itu pengaruh Bali kembali mewarnai kehidupan sosial, politik dan
budaya suku bangsa Sasak.
http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-barat-ntb/

II - 24
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

1478 Perkiraan awal waktu runtuhnya Majapahit.


http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit
1522 (pg. 219)
…The name of Lomboc, or as he writes it, Lomboch, is mentioned by Pigafetta, in 1522, or
withing eleven years of the first appearance of Europeans in the waters of the Malay
Archipelago. He had not seen it, and simply enumerates with other island, such as Ende or
Flores, Bouton, Sumbawa, and Jawa Minor, or Bali, and evidently from the information of the
native pilot who accompanied the companions of Magelan from the Moluccas.
John Crawfurd, F.R.S; A Descriptive Dictionary Of The Indian Islands & Adjacent Countries);
London;1856.
Koleksi: Columbia University in The City of New York Library.

KERAJAAN- Kerajaan Majapahit runtuh dan Kerajaan Lombok berkembang menjadi Kerajaan yang maju,
KERAJAAN DI pusat persinggahan pelaut-pelaut nusantara yang berlayar dari timur ke barat terutama pelaut
sulawesi.
LOMBOK
ABAD XVI http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
Era Islam yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
POLITIK VOC DAN Kerajaan Goa dalam usahanya untuk menghalangi VOC menguasai jalur perdagangan di
KONFLIK INTERNAL utara melakukannya dengan cara menduduki Sumbawa dan Selaparang.
ABAD XVII -XVIII http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1618 Tahun 1618 dan 1640 Sumbawa dan Selaparang ditaklukkan oleh Goa yang kemudian
mengembangkan pengaruhnya dengan perkawinan perkawinan antara raja raja kedua belah
pihak. Akibat perang yang berkepanjangan dan gangguan dari Kerajaan Gelgel-Bali
Hasanudin Raja Goa berhasil dikalahkan VOC. Pengikut-pengikut setia Hasanudin
melanjutkan perjuangan sebagai Bajak Laut mengganggu armada dagang VOC dengan
pesisir-pesisir Lombok dan Sumbawa sebagai basisnya.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1624 Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Imperialisme
Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah menimbulkan
kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi.
Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur
selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa
dan Selaparang.
Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak
dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun
1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur, Gelgel tidak akan
mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan melepaskan
kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama, karena masing-masing
pihak melanggar isi perjanjian tersebut.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1640 Gowa menaklukkan Selaparang.
http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-barat-ntb/
1667 VOC berhasil memaksa Sultan Hasanuddin sebagai penguasa Gowa untuk menandatangani
perjanjian yang terkenal dengan perjanjian Bongaya. Akibat dari perjanjian itu adalah
mundurnya Gowa dari kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya.
http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-barat-ntb/
1672 Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi
Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula

II - 25
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

berdasarkan informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan
menyerang Kerajaan Pejanggik. Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah
menghancurkan Kerajaan Selaparang karena wilayah tersebut dapat ditaklukkan hampir tanpa
perlawanan, sebab sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672.
Pusat kerajaan hancur dan rata dengan tanah serta raja beserta seluruh keluarganya mati
terbunuh.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat
ABAD XVIII Karena konflik keluarga berbau asmara Arya Banjar Getas dibantu Kerajaan Karangasem
melakukan pemberontakan terhadap Pejanggik dan Selaparang,
Tahun 1740 seluruh Lombok telah dapat ditaklukkan kemudian kekuasaan dibagi dua yaitu
sebelah Barat dimiliki Karangasem dan sebelah Timur dimiliki Banjar Getas dengan Praya
sebagai ibu kota. Keturunan terakhir Banjar Getas bergelar Raden Wiratmaja dimana pada
masa pemerintahannya wilayah kerajaannya banyak diambil oleh Kerajaan Karangasem.

http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1740 Ekspansi oleh Kerajaan Bali pasukan (gabungan kerajaan Karang Asem, Bali, dan Banjar
Getas) di bagian barat pulau Lombok (Berakhirnya Masa Kejayaan Selaparang-Islam)
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
POLITIK Setelah VOC dibubarkan pada akhir tahun 1799 kendali pemerintahan dilanjutkan oleh
PEMERINTAH Kerajaan Belanda.
KOLONIAL Wihara Bodhi Dharma Ampenan berdiri sejak 1804.
1804 http://lombok.panduanwisata.com/wisata-sejarah/menengok-sejarah-masa-silam-lombok-di-
kawasan-ampenan-kuno/

1836 ...The large and deep bay of AMPANNAN, or APPENAM, situated on the Lombock side the
strait, nearly opposite the road of Carang Assem, Formed by Tanjong Rumbeeah to the
northward. Is 3 or 4 miles deep, and of considerable extent. His Majesty’s ship Psyche,
thouched here, August 3rd, 1811, for which place, Mr. George Dawson, an officer of that ship,
gives following direction.
On the south side of high remarkable bluff cape, terminating to nort and east-ward asmall
sugar-loaf peaked hill, are situated the villages Sangeegee, Ampannan, and Tanjong Carrang,
fronting affine level country, with many small rivers, and abounding with provisions of every
kind…
James Horsburgh; India Directory, Or, Directions for Sailing to and from the East Indies, China,
Australia, Cape of Good Hope, Brazil, and the Interjacent Ports; London; 1836
1838 Kerajaan Mataram di Lombok menguasai seluruh pulau, ditambah Karangasem di Bali.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
…the island of Bali, or Bally, contain several port, from which upward of 50 prahus annualy
arrives here: The principal of these are Baliling, Bali Badong, Sasak, Saliparang, and
Ampanan; They bring rice, oil, hides, tobacco, sarongs, wax,bird’s nests, and biche de mer. In
this trade, we believe, the Bugis are likewise the principal cariiers.
John Ramsay M'Culloch; A dictionary, practical, theoretical, and historical, of commerce and
commercial navigation; Londo; 1838

II - 26
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

1839 Port Regulation for Ampanan Bay (From The Singapore Free Press), pertanda pentingnya
pelabuhan Ampenan.

The Sydney Herald (NSW: 1831 - 1842), Wednesday 4 December 1839, page 2
Koleksi: National Library of Australia

1843 Raja Mataram menaklukan Kerajaan Kahuripan. Ibu Kota kerajaan dipusatkan di Cakranegara
dan istana rajanya dikenal dengan Ukir Kawi. Raja Mataram selain terkenal sebagai raja yang
kaya raya juga terkenal sebagai raja ahli Tata Ruang Kota.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

II - 27
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Raja Lombok menerima kekuasaan Belanda.


http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
1856 (pg. 220)
The natives of Lomboc, who call themselves Sasak, are a distinct people from the Javaneese
and Balinese, speaking a language essentially different from those of these two people,
although containing many words in common with them. It is written in the Javanese character,
on plam leaves.
The entire population has been estimated at about 400.000, in the following proporsion of
nationalities, namely, -- Sasaks, 380.000; Balinese, 20.000; and natives of Celebes, 5.000. To
this may be added four or five Europeans, and a very small number of Chinese.
(pg. 221)
…The chief place of trade is Ampanan, on the western coast, and shore of the strait which
divides Lomboc from Bali, although but an open road. Labuhan Tring (probably Labuhan-pring,
"bamboo harbour"), on the same coast, is a land-locked harbour, and secure against all winds,
but cannot be used, except occasionally as a port of refuge, on account of its insalubrity, a
quality which within the tropics belongs to most harbours of the same nature. The town of
Ampanan consists of four different quarters, or kampungs, called after their respective
inhabitants, the Sasaks, the Balinese, the Bugis, and the Malays. Shipping obtain at it, in
abundance and cheapness, wood and water, with refreshments, consisting of oxen, hogs,
poultry, rice, farinaceous roots, and excellent fruits. Whalers, and other European and
American shipping repair to it for this purpose.
(pg. 272)
MATARAM. The same word as the last, and most likely borrowed from it, is the name of a
place in the island of Lomboc. It is at present its chief town, and is situated on the western side
of the island, or that which is opposite to Bali, three miles inland from the port of Ampanan. A
well constructed road, being an avenue of fig trees, leads to it. The town consists of streets
running regularly at right angles
to each other, the two palaces of the Raja being in the centre. The houses consist of mud
walls, thatched with the lalang grass or palmetto leaf, and the town is surrounded by a quickset
hedge of bamboo, and a barricade after the manner of chevauxde- frise. The population
consists for the most part of Balinese, the dominant nation but no account is given of its
amount.
John Crawfurd, F.R.S; A Descriptive Dictionary Of The Indian Islands & Adjacent Countries;
London;1856.
Koleksi: Columbia University in The City of New York Library.
1856 Catatan perjalanan Alfred Rusell Wallace
JUN (The Malay Archipelago):
(chapter10)
…Leaving Bileling, a pleasant sail of two days brought us to Ampanam in the island of
Lombock, where I proposed to remain till I could obtain a passage to Macassar. We enjoyed
superb views of the twin volcanoes of Bali and Lombock.
…The bay or roadstead of Ampanam is extensive, and being at this season sheltered from the
prevalent southeasterly winds, was as smooth as a lake. The beach of black volcanic sand is
very steep, and there is at all times, a heavy surf upon it, which during spring-tides increases to
such an extent that it is often impossible for boats to land, and many serious accidents have
occurred. Where we lay anchored, about a quarter of a mile from the shore, not the slightest
swell was perceptible, but on approaching nearer undulations began, which rapidly increased,
so as to form rollers which toppled over onto the beach at regular intervals with a noise like
thunder. Sometimes this surf increases suddenly during perfect calms to as great a force and
fury as when a gale of wind is blowing, beating to pieces all boats that may not have been
hauled sufficiently high upon the beach, and carrying away uncautious natives. This violent
surf is probably in some way dependent upon the swell of the great southern ocean and the

II - 28
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

violent currents that flow through the Straits of Lombock. These are so uncertain that vessels
preparing to anchor in the bay are sometimes suddenly swept away into the straits, and are not
able to get back again for a fortnight
(chapter11)
…The great staples of the trade of Lombock as well as of Bali are rice and coffee; the former
grown on the plains, the latter on the hills. The rice is exported very largely to other islands of
the Archipelago, to Singapore, and even to China, and there are generally one or more vessels
loading in the port. It is brought into Ampanam on pack-horses, and almost everyday a string of
these would come into Mr. Carter’s yard. The only money the natives will take for their rice is
Chinese copper cash, twelve hundred of which go to a dollar. Every morning two large sacks of
this money had to be counted out into convenient sums for payment.
… HAVING made a very fine and interesting collection of the birds of Labuan Tring, I took
leave of my kind host, Inchi Daud, and returned to Ampanam to await an opportunity to reach
Macassar. As no vessel had arrived bound for that port, I determined to make an excursion
into the interior of the island, accompanied by Mr. Ross, an Englishman born in the Keeling
Islands, and now employed by the Dutch Government to settle the affairs of a missionary who
had unfortunately become bankrupt here. Mr. Carter kindly lent me a horse, and Mr. Ross took
his native groom.
Our route for some distance lay along a perfectly level country bearing ample crops of rice.
The road was straight and generally bordered with lofty trees forming a due avenue. It was at
first sandy, afterwards grassy, with occasional streams and mudholes. At a distance about four
miles we reached Mataram, the capital of the island and the residence of the Rajah. It is a
large village with wide streets bordered by a magnificent avenue of trees, and low houses
concealed behind mud walls. Within this royal city no native of the lower orders is allowed to
ride, and our attendant, a Javanese, was obliged to dismount and lead his horse while we rode
slowly through. The abodes of the Rajah and of the High Priest are distinguished by pillars of
red brick constructed with much taste; but the palace itself seemed to differ but little from the
ordinary houses of the country. Beyond Mataram and close to it is Karangassam, the ancient
residence of the native or Sassak Rajahs before the conquest of the island by the Balinese.
http://ebooks.adelaide.edu.au/w/wallace/alfred_russel/malay

1882 Hindia Belanda menguasai Karangasem dan Gianyar di Bali. Bali dan Lombok menjadi sebuah
Karesidenan; raja-raja di Bali selatan tidak senang dengan hal ini, namun tetap berperang di
antara mereka sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
1883 Peta Lombok 1883
Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps.
http://www.kit.nl/kit/maps
1894 Campur tangan terakhir Belanda di Lombok berhasil; para bangsawan melakukan puputan;
Karangasem menjadi wilayah yang tergantung pada Belanda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
1894 Ekspedisi Belanda pimpinan Jenderal JA Vetter tiba di pelabuhan Ampenan.
JUL http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
The blockade did not suffice, and the Dutch demand for Mataram's submission was rejected.In
July 1894 the Dutch chose to send a military expedition to topple the Mataram ruler.Three
ships were sent from Batavia, the Prins Hendrik, the Koningin Emma and the Tromp,
transporting 107 officer, 1,320 European soldiers, 948 indegineous soldiers and 386 horses.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangasem
1894 Ribuan pasukan mataram melakukan penyergapan terhadap tentara Belanda pertempuran
AG hebat terjadi, tentara Belanda dihancurkan
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/

II - 29
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

From August 1894, the Balinese chose to resist the Dutch military presence. They attacked the
900-strong Dutch military camp by surprise at night at Mayura Palace in Cakranegara on 25
August 1894, and killed more than 500 soldiers, sailors and coolies.Included among the dead
was General P.P.H. van Ham, Commander of the expedition.The Dutch retreated and
entrenched themselves in fortifications on the coast.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangasem
1894 Belanda dibantu gabungan pasukan kerajaan-kerajaan sasak melakukan serangan terhadap
SEP Mataram dari segala jurusan dan berhasil membumihanguskan kota tersebut. Akhirnya setelah
sempat melarikan diri ke Sesari A. A. Gde Ngurah Karangasem menyerahkan diri setelah
perang yang menimbulkan korban ribuan jiwa.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/

1894 November 1894, the Dutch had annihilated the Balinese positions, with thousands of dead,
NOV and the Balinese surrendered or committed puputan ritual suicide.
Lombok and Karangasem became part of the Dutch East Indies, and were administered from
Bali.Gusti Gede Jelantik was appointed as Dutch regent in 1894, and ruled until 1902.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangasem
PENGUKUHAN Kota Ampenan dijadikan sebagai kota Afdeeling Lombok dengan berdasarkan staatblad No.
STATUS ADM. 181/1895 tanggal 31 Agustus 1895 bahwa Pulau Lombok ditempatkan langsung dengan
pemerintahan HindiaBelanda sebagai bagian dari karesidenan Bali dan Lombok dan dibagi
AMPENAN DAN menjadi wilayah/kompleks kecil seperti kompleks Pelabuhan, Perkantoran, komplek
PENGEMBANGAN perdagangan, kompleks pemukiman dengan berdasarkan etnis masing-masing.
PELABUHAN
Adanya pmindahan ibu kota pemerintahan dari Kota Ampenan ke Kota Mataram oleh Belanda,
1895 berarti kantor pemerintahan Asisten Keresidenan dan perumahan ikut juga pemindahan,
sedangkan Kota Ampenan dijadikan sebagai kota pelabuhan sekaligus sebagai pusat kota
perdagangan.
http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etnis-kultur.html
Peta Lombok 1895 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).
http://www.kit.nl/kit/maps
1898 Lombok dibagi menjadi 3 wilayah yaitu; Lombok Barat yang terbagi dua distrik-distrik Sasak
AG dan distrik Bali, Lombok Tengah, dan Lombok Timur.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1908 Peta Lombok 1908 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).
http://www.kit.nl/kit/maps

1924 Pemerintah Kolonial Belanda membangun Pelabuhan Ampenan.


http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Jalan-Jalan/Kota-Tua-Ampenan
1926 Peta Lombok 1926 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).
http://www.kit.nl/kit/maps
PENDUDUKAN Tanggal 8 Mei 1942 Angkatan Laut Jepang mendarat melalui pelabuhan Ampenan dengan
JEPANG menggantikan kedudukan Belanda.
1942 ... Sejak masa pemerintahan Jepang kota Ampenan sepi kembali karena sistem pemerintahan
lebih berorientasi ke Militerisme. Pusat perdagangan kota Ampenan tidak lagi menjadi ramai,
toko-toko kosong, gang-gang yang dekat dengan kepentingan Jepang diperlebar secara
paksa.
Pada jaman pendudukan Jepang kegiatan perdagangan di Kota Ampenan sempat terhenti
karena waktu itu Jepang merasa terdesak dari ancaman sekutu, maka Jepang memusatkan
perhatian pada latihan Militer terhadap pemuda-pemuda berasal dari Lombok Tengah, Lombok
Timur dan Lombok Barat untuk dipekerjakan sebagai pekerja pembuatan jalan-jalan untuk
mempercepat proses hubungan Jepang dari daerah yang satu ke daerah yang lain serta

II - 30
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

pembuatan benteng-benteng pertahanan di Bangko-Bangko (sekarang termasuk wilayah


Sekotong).
http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etnis-kultur.html
MASA Perkembangan Kota Ampenan telah nampak dengan adanya pembangunan pertokoan-
KEMERDEKAAN DAN pertokoan, jalan-jalan, serta gang-gang yang telah tertata rapi menjadi sanitasi yang indah
serta pembangunan pabrik-pabrik pengolahan hasil bumi seperti; pabrik kecap, beras, minyak
KOTA PELABUHAN goreng dan lain-lain yang menjadi kebutuhan pasar oleh konsumen di sekitar kampung Telaga
1950 Mas.
http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etnis-kultur.html

1958 Undang-Undang Nomor: 64 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT serta
Daerah Tingkat II yang diundangkan pada tanggal 11 Agustus 1958.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

1969 SK Gubernur Kepala Daerah Propinsi NTB Nomor: 156/Pem.7/2/266, tanggal 30 Mei 1969
tentang Penambahan 1 (satu) Kecamatan Mataram yang wilayahnya berasal dari desa-desa
yang ada di wilayah kecamatan Ampenan dan Kecamatan Cakranegara.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html
1977 Pelabuhan Pantai Ampenan dipindah lokasinya ke daerah Lembar berdasarkan SK. MENHUB
RI. KM. 77/LL305/PHB-77 tanggal 13 Oktober 1977.
http://kmk312kamel.wordpress.com/fasilitas/pelabuhan-laut/
1978 KOTIF Mataram terbentuk yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 21 Tahun
1978 tentang pembentukan Kota Kota Administratif (KOTIF) Mataram, Implikasi dari PP
tersebut terjadi perubahan sebutan Desa menjadi Kelurahan, dan H. Lalu Mudjitahid dilantik
oleh Gubernur KDH TK I NTB (H.R. Wasita Kusumah) sebagai Walikota Kota Administratif
Mataram yang pertama.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html
1979 Berdasarkan KM. 13/LL305/PHB-79 tanggal 11 Januari 1979 ditetapkan pengalihan kegiatan
kepelabuhanan dari Pelabuhan Ampenan ke Pelabuhan Lembar, maka sejak itu telah
diadakan pengalihan kegiatan kepelabuhanan dari Ampenan ke Lembar hingga sekarang.
http://kmk312kamel.wordpress.com/fasilitas/pelabuhan-laut/

1993 Kota Madya Mataram berdasarkan Undang-Undang Nomor:4 Tahun 1993, wilayahnya terdiri
dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan Mataram dan Kecamatan
Cakranegara dengan 23 Kelurahan dan 247 lingkungan.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

1999 Ditetapkannya Undang-UNdang Nomor: 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka
terjadi pula perubahan sebutan Kotamadya Daerah Tingkat II Mataram menjadi Kota Mataram.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

II - 31
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Morfologi
Penampakan fisik Kawasan yang ditinjau dari bentuk muka bumi yang terjadi akibat
proses alam dan aktivitas manusia (Sri Hastati, Konsep dasar IPS, 2019)

1895
Setelah selesai perang Puputan, maka
Lombok sepenuhnya dikuasai langsung
oleh pemerintah Kolonial. Ampenan
sudah menjadi kota pelabuhan yang
ramai, dan telah menjadi tempat
kedudukan pemerintahan.
Seluruh Lombok menjadi bagian dari
Karesidenan Bali-Lombok dan ibu kota
dipindahkan ke Mataram.

1896 1908 1926


Ampenan kota pelabuhan yang Pelabuhan semakin berkembang Perkampungan di pusat kota semakin
ramai, disinggahi kapal-kapal, dan mercu suar dibangun utk padat; tumbuh sebaran di luar pusat.
terutama pengangkut hasil kelengkapan. Kegiatan perdagangan semakin
bumi, termasuk juga rempah- Ampenan sudah menjadi Kota bertumbuh di sepanjang Jalan Raya
rempah dari Maluku. Pelabuhan dan urusan Ampenan hingga ke seberang Kali
Benteng Kapitan sudah ada, di administrasi kepemerintahan Jongkok.
samping kantor Kepala Distrik. pindah ke Mataram. Kawasan pasar kota kini dipenuhi
Perkampungn masih sedikit dan Kawasan pelabuhan semakin kegiatan perdagangan.
ada di Kp. Melayu kini. luas. Pelabuhan dikembangkan betul pada
Permukiman sudah meluas , utara 1924. Peningkatan tsb dapat
Jalan Raya sampai ke dipastikan diikuti dg pembangunan
perkampungan Bugis dan Arab gedung-gedung baru utk bank, pabean,
kini, dan ke timur bertumbuh pula. gudang, dsb

Gambar 2.7 Morfologi Kawasan Ampenan

II - 32
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

1926
Lebih rinci bentuk Kota Ampenan
yang kompak, bertumbuh
sepanjang jalur transportasi
memancar dari pusatnya.
Bentuk ini yang masih terbaca
hingga kini, kecuali bahwa
bangunan sudah banyak dibongkar
atau tak dimanfaatkan secara
optimal.

Ampenan pernah menjadi pelabuhan penting Pulau Lombok untuk waktu panjang.
Keberadaan dan peran Ampenan sebagai simpul lalu lintas yaitu pelabuhan dan
persinggahan. Perkembangan bentuk Kota Tua Ampenan adalah sebagai berikut. :
a. Tahun 1895, Lombok dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah Kolonial. Ampenan
sudah menjadi kota pelabuhan yang ramai dan menjadi tempat kedudukan
pemerintahan. Seluruh Lombok menjadi bagian dari Karesidenan Bali-Lombok
dan ibukota dipindahkan ke Mataram.
b. Tahun 1896, Ampenan kota pelabuhan yang ramai, disinggahi kapal-kapal,
terutama pengangkut hasil bumi, termasuk rempah-rempah dari Maluku.
Benteng Kapitan sudah ada yang terletak di samping kantor Kepala Distrik.
c. Tahun 1908, pelabuhan semakin berkembang dan dibangun mercusuar.
Ampenan sudah menjadi Kota Pelabuhan dan urusan administrasi
kepemerintahan dipindahkan ke Mataram. Kawasan pelabuhan semakin luas.
Permukiman sudah meluas, utara jalan raya sampai ke perkampungan Bugis dan
Arab, serta bertumbuh pula ke sebelah timur.
d. Tahun 1926 hingga kini. Bentuk Kota Ampenan bertumbuh sepanjang jalur
transportasi memancar dari pusatnya. Bentuk ini masih bertahan hingga kini.
Akan tetapi, saat ini sudah bangunan yang dibongkar atau tidak dimanfaatkan
secara optimal

II - 33
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.4.2. Analisis Pusat-Pusat Kegiatan


Kedudukan Kota Mataram dalam rencana tata ruang diatasnya yaitu RTRW Nasional
berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berfungsi sebagai pintu
gerbang dan simpul utama transportasi serta kegiatan perdagangan dan jasa secara
regional. Pada RTR Kepulauan Nusa Tenggara, Kota Mataram diarahkan dengan
prioritas pada pengembangan transportasi, sedangkan pada RTRW Provinsi, Kota
Mataram ditetapkan sebagai PKN dan pengembangan Kawasan Strategis Provinsi
(KSP) Mataram Metro di bidang pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, maka
konsep struktur ruang wilayah Kota Mataram diarahkan menjadi kawasan yang
mempunyai karakteristik tersendiri berdasarkan fungsi dan pelayanan yang
ditetapkan yaitu kegiatan perdagangan dan jasa secara regional sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi Provinsi dengan pengembangan transportasi. Konstelasi
antara Kota Mataram dengan Ampenan memiliki keterikatan yang kuat karena
Ampenan dalam RTRW Kota Mataram berkududukan sebagai Pusat Pelayanan Kota
Mataram (PPK) yang berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perdagangan
dan jasa serta pariwisata. Pusat pelayanan tersebut dikembangkan sebagai pusat
bisnis skala kota dan regional, karena merupakan daerah tarikan dan pergerakan
yang sangat intens dari Kota Mataram – Ampenan – Senggigi.

Ampenan dalam RTRW berkedudukan sebagai PPK (Pusat


Pelayanan Kota) yang berfungsi sebagai pusat pelayanan
perdagangan dan jasa, pariwisata. Pusat tarikan dari
pergerakan Kota Mataram – Ampenan - Senggigi

Gambar 2.8 Peta Ampenan – Cakranegara – Mataram (Tahun 1894)

II - 34
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.4.3. Analisis Struktur Kawasan Ampenan


Kota Ampenan tua adalah kota kosmopolitan yang ramai sampai dengan tahun 1970-
an ketika Pemerintah memutuskan untuk memindahkan pelabuhan ke Lembar.
Berperan penting pada abad ke-19, Ampenan dikembangkan oleh pemerintah
Kolonial pada tahun 1924 dan selanjutnya menjadi lebih besar, meskipun sempat
dihentikan pengoperasiannya sepanjang masa pendudukan Jepang.
Kota Ampenan tumbuh dan ditumbuhkan di sepanjang jalan utama yang
menghubungkan pelabuhan dengan Mataram, terus ke Cakranegara. Sumbu timur-
barat tersebut membelok ke arah barat laut menyilang Sungai Jangkok yang
bermuara di selatan pelabuhan. Kawasan di sebelah utara Kali Jangkok semula
mempunyai simpul utama atau inti kegiatan, yaitu pelabuhan Ampenan dengan jalan
raya utama Jl. Pabean yang nenbentuk loop bersama dengan Jl. Niaga & Jl. Niaga I.
Secara fungsional, kawasan pelabuhan dikalungi kawasan pergudangan, dan jalan
raya penghubung berkembang menjadi jalur perdagangan utama. Permukiman
kawasan utara Kali Jangkok merupakan mozaik yang tersusun atas, secara berturut-
turut searah jarum jam dari kuadran utara-barat, Kampung Bugis, Kampung Arab,
Pecinan, dan Kampung Melayu. Suku Bugis dan Banjar adalah perantau yang telah
menghuni kira-kira pada abad XVIII. Sebagian besar etnis Cina adalah pendatang
dan pemukim yang oleh Belanda kala itu didatangkan sebagai tenaga kerja murah.

Kp. Bugis

Kp. Arab

Kp. Melayu Pecinan

Kp. Banjar

Peta lama (perlihatkan peta dgn mozaik etnik) Peta update


Gambar 2.9 Struktur Kawasan Ampenan

II - 35
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Kawasan di sebelah selatan Kali Jangkok menampilkan dua lapis kota yang berbeda
zaman, yaitu lapis permukiman yang lebih lama di pesisir, dan lapis kota Modern
yang sebagian dibangun di atas kawasan benteng yang pernah ada di sebelah barat
daya jalan raya. Lapis tua merupakan Kampung Banjar, dan lapis kota Modern yang
terdiri atas kompleks AL yang membentuk entitas sendiri, dan di seberangnya bagian
lebih baru yang dibangun pada awal abad XX. Pada bagian kota Modern terlihat
pengaruh oleh konsep kota taman. Taman berbentuk segi tiga dikembangkan
sebagai pengikat kedua compound.
Secara skematik dapat digambarkan Kota Tua Ampenan sebagai berikut.

▪ Struktur ruang Kawasan Ampenan dibentuk oleh


jaringan pergerakan penduduk secara lokal dan
regional, pemusatan kegiatan, dan pemanfaatan
ruang.
1
▪ Jaringan pergerakan dibentuk oleh arteri primer:
Jl..Niaga dan Jl..Jos Sudarso (Jl.. Pabean) sebagai
2
jalan raya (mainstreet) di Kecamatan Ampenan,
dan Jl. Saleh Sungkar.
▪ Sistem jaringan pergerakan tersebut memiliki
pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk
satu kesatuan kawasan pusat pelayanan. Hal ini
3 ditandai dengan perkembangan fisik kawasan,
intensitas penggunaan lahan dan skala
pelayanannya serta kedekatan antar pusat
kegiatan.
▪ Bentuk kota pada awalnya linear dibentuk oleh
jalan raya menuju ke pelabuhan, dan kemudian
pada paruh pertama abad ke-20 berkembang
pula mengikuti jalan utara-selatan (Jl. Saleh
Sungkar). Di sinilah terbentuk simpang lima.
▪ Permukiman kini memadat mengikuti tiga
komponen yang sangat berpengaruh pada
kawasan ini,
▪ Jalan Raya (Mainstreet) atau koridor jalan utama
mempunya simpul-simpul Pelabuhan, Perlimaan
▪ Kali Jangkok, jalur nelayan keluar masuk dari laut
ke Kota membawa dampak yang cukup luas
terhadap perkembangan permukiman yang
berada di sekitar muara.
▪ Jalan Saleh Sungkar, penghubung ke arah
Senggigi.

Gambar 2.10
Struktur Kota Tua Ampenan

II - 36
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Pemindahan pelabuhan mengakibatkan Ampenan seketika menyebabkan penurunan


perekonomian dan terancam menjadi Kota Tua yang mati.
Keragaman budaya tercermin pada lingkungan binaan di jalan utama, Jl. Jos Sudarso
berupa ruko (rumah toko). Dengan bangunan bergaya arsitektural kolonial, dan tata
kota berpola grid. Dalam perkembangannya, ciri khas ini mulai pudar karena
pembangunan yang tidak terkendali.

2.4.4. Analisis Pola Kawasan Ampenan


Pada tahun 1980 kawasan terbangun masih di sekitar pusat-pusat Ampenan, tetapi
kemudian bertumbuh ke luar mengikuti jalur-jalur utama sampai ke pinggir kota.
Pusat kota menjadi semakin padat, dan di sisi lain banyak gudang-gudang yang tidak
dimanfaatkan lagi secara optimal.
Pola Peruntukan / Tata Guna Lahan Kawasan Eksisting Kawasan Ampenan
merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan yang tinggi di Kota Mataram.
Tingginya jumlah penduduk mempengaruhi perubahan fungsi lahan dari ruang
terbuka atau lahan terbuka menjadi kawasan terbangun yang berfungsi sebagai
permukiman dan perdagangan jasa. Perkembangan pembangunan di Kawasan
Ampenan tidak terlepas dari kebijakan rencana pengembangan Kota Mataram pada
RDTR Koridor AMC sebagai kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi
cepat. Maka, berimplikasi pada perkembangan pemanfaatan lahan yang cepat. Pola
perkembangan pembangunan di Kawasan Ampenan yaitu secara grid dan terpusat.
Secara grid terdapat pada sepanjang jalan arteri primer sebagai kawasan utama
kawasan yang menghubungkan bagian barat dan timur kawasan, sedangkan secara
terpusat berada pada simpul – simpul utama Kawasan Ampenan. Dalam
perkembangan selanjutnya pola perkembangan guna lahan baik secara linier,
konsentrik dan parsial tersebut terjadi penyatuan-penyatuan guna lahan yang ada
sehingga terbentuklah kawasan terbangun yang telah berkembang saat ini.
Perubahan guna lahan tersebut terjadi pada lahan non terbangun menjadi kawasan
terbangun ataupun perubahan guna lahan yang bersifat fungsional dimana terjadi
perubahan fungsi kawasan dari kawasan permukiman menjadi kawasan pusat
perdagangan dan jasa.

II - 37
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Pemanfaatan lahan di kawasan ini didominasi oleh permukiman terutama pada


wilayah yang terletak menjorok ke dalam dari jalan kolektor primer. Pada area yang
terletak di pinggir jalan kolektor primer sebagian besar didominasi perdagangan dan
jasa. Selain perdagangan jasa terdapat pula industri besar seperti Pabrik Kecap
Ampenan, Pertamina dan pergudangan.

Gambar 2.11
Peta Pola Ruang Kawasan Ampenan

Berbeda dari Mataram dan Cakaranegara yang masing-masing merupakan kota pusat
pemerintahan kolonial dan ibu kota kerajaan yang direncanakan dan mempunyai
pola grid yang lebih jelas dan konsekuen dengan ruang-ruang terbuka pada lokasi
penting, pola Ampenan diatur oleh sumbu jalan menuju ke pelabuhan tersebut, dan
Kali Jangkuk. Jalan utama yang ada sekarang dibangun secara bertahap dengan arah
yang jelas pada zamannya. Peta yang dibuat pada tahun 1926 meniunjukkan tahap
pembangunan jalan yang sudah dicapai pada masa tersebut.
Guna lahan direncanakan sebagai fungsi pengembangan pariwisata, pendidikan,
perkantoran, peribadatan, perdagangan dan jasa, permukiman, ruang terbuka hijau.

II - 38
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Gambar 2.12
Peta Penggunaan Lahan Kawasan Ampenan Tahun 1926

Kali Jangkok membelah Kota Ampenan menjadi dua bagian, utara dan selatan. Sisi
utara dibangun lebih dahulu secara bertahap seiring dengan pembangunan
pelabuhan. Sisi utara tersebut merupakan pusat kegiatan yang saling berkait erat
satu dengan yang lain, yaitu pelabuhan, pergudangan, dan industri pengolahan awal
hasil bumi; serta perdagangan.Perdagangan dulu berskala internasional dan regional.
Pelabuhan berhubungan langsung dengan simpul transportasi darat. Pada sisi utara
sumbu jalan pada dasarnya adalah utara-selatan dan timur-barat.
Sisi selatan semula dikembangkan untuk fasilitas pertahanan dan keamanan.
Benteng dibangun di sisi barat jalan. Selanjutnya di sisi tersebut dibangun kantor-
kantor perusahaan dan fasilitas umum kolonial, seperti kantor pos, dan kantor
pekerjaan umum. Bagian selatan ini ditata seperti kota taman, dengan petak-petak
besar dan bangunan dikeliolingi taman. Petak-petak tersebut diatur mengacu pada
sumbu jalan raya regional.

II - 39
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Penggunaan Lahan
A. Urban Heritage
Warisan Perkotaan (Urban Heritage) yang merupakan tinggalan budaya masa lalu
berupa bangunan-bangunan gedung maupun kawasan peninggalan sejarah dan
purbakala adalah aset daerah yang dapat diandalkan sebagai identitas daerah.
Kurangnya perhatian dalam upaya pelestarian, disamping dipengaruhi oleh faktor
alam, menyebabkan aset-aset tersebut mengalami kemerosotan kualitas secara
fisik. Di sisi lain, perkembangan kota sering mengancam upaya-upaya pelestarian
terhadap benda cagar budaya dan situs.
Urban Heritage pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan dilihat
berdasarkan keutuhan kawasan, pelestarian bangunan kuno, dan pelestarian adat
istiadat.
o Keutuhan Kawasan
Keutuhan kawasan perdagangan jasa di Kota Tua Ampenan dilihat dari fungsi
kawasan. Kawasan ini tetap berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan
jasa, tetapi seiring dengan perkembangan kota, kawasan ini juga mulai
menjadi destinasi wisata yaitu wisata kota tua. Berikut merupakan penilaian
pedagang terkait keutuhan kawasan perdagangan jasa di Kota Tua Ampenan.
kawasan perdagangan jasa di Kota Tua Ampenan masih berfungsi sebagai
kawasan perdagangan dan jasa. Adanya beberapa bangunan yang kosong
dengan kondisi yang tidak terawat menjadikan kawasan tersebut kurang
difungsikan sebagaimana mestinya. Salah satu bangunan yang masih menjadi
icon kawasan ini adalah Pasar ACC Ampenan. Pasar ACC Ampenan merupakan
node atau simpul karena memiliki tarikan yang besar terhadap masyarakat
sekitar maupun masyarakat luar Ampenan.
o Pelestarian Bangunan Kuno
Pelestarian merupakan upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan
cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkan. Pelestarian bangunan kuno di kawasan perdagangan jasa
Kota Tua Ampenan dilakukan dengan mempertahankan bangunan-bangunan
yang memiliki ciri atau gaya arsitektur khas. Bangunan kuno yang dilestarikan
di kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan.

II - 40
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Bangunan Kuno tersebut peruntukannya yaitu sebagai Ruko, rumah kopel,


rumah ibadah (klenteng).
Peran atau partisipasi masyarakat setempat sangat dibutuhkan dalam
melestarikan bangunan kuno. Pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua
Ampenan, partisipasi dapat dilakukan oleh pemilik toko atau pedagang.
Adapun keaktifan pedagang dalam melestarikan bangunan kuno tersebut.
Pedagang melestarikan bangunan kuno dengan tidak mengubah bentuk dari
bangunan. Jika pun ada bagian bangunan yang rusak, mereka akan
memperbaiki tanpa mengubah bentuk asalnya. Akan tetapi, adapula pedagang
yang pasif dalam melestarikan bangunan kuno. Pedagang tersebut mengubah
bentuk bangunan sesuai dengan keinginan mereka, dengan alasan
menyesuaikan kegiatan yang akan mereka lakukan pada bangunan tersebut.
o Pelestarian Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan perilaku masyarakat suatu daerah yang dibentuk dari
akhlak dan budi pekerti. Kebiasaan atau tradisi tersebut telah disepakati oleh
masyarakat dan ditetapkan menjadi hukum adat dan dipatuhi oleh
masyarakat. Pelestarian adat istiadat di kawasan perdagangan jasa Kota Tua
Ampenan dilakukan masyarakat dengan tetap melaksanakan adat atau tradisi
yang ada tiap tahunnya, seperti tradisi halal bihalal, tradisi lebaran topat, dan
tradisi ngurisan.
Pedagang di Kawasan Perdagangan Jasa Kota Tua Ampenan masih
melaksanakan adat atau tradisi yang ada tiap tahunnya, seperti tradisi halal
bihalal, tradisi lebaran topat, dan tradisi ngurisan. Hal ini tetap dilakukan agar
tradisi atau adat istiadat yang ada tidak hilang.

B. Sarana (Fasilitas Penunjang)


➢ Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan merupakan salah satu
kawasan strategis dan pusat perdagangan jasa di Kota Mataram. Kawasan ini
berada di kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan, di mana merupakan
simpul utama yang menghubungkan pariwisata Pantai Senggigi dengan pusat
Kota Mataram. Kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan terdiri atas tiga

II - 41
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

koridor yakni Jalan Niaga, Jalan Yos Sudarso, dan Jalan Pabean. Jenis
perdagangan yang terdapat pada kawasan ini antara lain rumah makan, ruko,
dan pasar. Hal ini menandakan bahwa kawasan memiliki keberagaman jenis
usaha yang tinggi dan minat yang tinggi bagi para pedagang untuk menjual
dagangannya di Kawasan Perdagangan Jasa, Kota Tua Ampenan.
➢ Fasilitas Pariwisata
Kawasan Kota Tua Ampenan terdapat fasilitas pariwisata seperti terdapat :
- Obyek Wisata Alam (Pantai)
Pantai Ampenan
Pantai Ampenan terkenal lantaran ada
bangunan peninggalan sejarah zaman
penjajahan Belanda, Pelabuhan
Ampenan dan Kota Tua Ampenan.
Pantai Ampenan dijadikan salah satu
destinasi wisata favorit di Kota
Mataram.
Setiap akhir pekan hari-hari libur, Pantai Ampenan selalu ramai dikunjungi
para wisatawan, khususnya domestik. Sewaktu-waktu Pantai yang
bersebelahan lokasinya dengan Pantai Senggigi, Lombok Barat sering
dikunjungi wisatawan asing.
• Daya Tarik Wisata Pantai Ampenan
Pantai Ampenan setelah ditata oleh Pemkot Mataram menjadi lebih
menarik. Berbagai pasilitas yang bisa membuat wisatawan betah dan
menarik untuk dikunjungi ditata Pemerintah Kota. Mulai dari
pengaturan para pedagang kaki lima, tempat duduk para pengunjung
sembari menikmati matahari terbenam dari ufuk barat.
1. Hamparan Pasir yang Lembut
2. Air Laut yang Hijau Tosca
3. Menjadi Spot Terbaik Untuk Melihat Sunset
4. Dikelilingi Bangunan Peninggalan Belanda

II - 42
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

• Beragam Aktivitas yang Menarik Dilakukan Pengunjung


1. Menelusuri Setiap Sudut Pantai
2. Bermain Pasir
3. Menyantap Jajanan Lezat
4. Mengambil Foto
• Fasilitas yang Bisa Ditemukan di Pantai Ampenan

- Kuliner
Di Pantai Ampenan para wisatawan akan banyak menjumpai makanan
khas taradisonal Lombok seperti lontong sayur, pelecing kangkung, sate
ayam, sate sapi, sate usus, sate kulit. Begitu pula aneka minuman khas
tradisional Lombok juga tersedia dipantai Ampenan seperti es kelapa.

- Sejarah
Bangunan Sejarah peninggalan Belanda, dimana keberadaan bangunan
tersebut semakin memperkuat kesan vintage dan unik. Pada saat malam
hari, nuansa berubah menjadi lebih gemerlap dan menjadi spot fotografer.

➢ Fasilitas Tempat Ibadah (Kelenteng Ampenan)


Ampenan dulunya merupakan pusat
perniagaan karena dekat dengan kawasan
pesisir dan terdapat pelabuhan yang
dibangun pemerintahan kolonial Belanda
sejak 1896 lampau. Pelabuhan Ampenan

II - 43
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

pun menjadi pintu masuk masyarakat dari berbagai suku dan etnis ke Lombok, yaitu
suku Melayu, Banjar, dan Bugis. Di Ampenan, masyarakat membangun
perkampungan dengan nama sesuai asal suku atau etnisnya, termasuk etnis
Tionghoa. Mereka mendirikan sejumlah bangunan sekaligus tempat berdagang di
Pabean hingga menuju Simpang Lima, dikenal juga sebagai kawasan Pecinan.
Di Pabean terdapat sebuah kelenteng dan saksi bisu awal keberadaan etnis Tionghoa
di tanah Lombok. Awalnya kelenteng tersebut adalah rumah seorang warga
Tionghoa. Warga yang tidak diketahui namanya itu membuka kediamannya
bagi masyarakat Tionghoa lainnya untuk beribadah bersama.
Keberadaan tempat ibadah yang kemudian dinamai Kelenteng Pao Hwa Kong itu
membuat kawasan Pabean menjadi ramai karena masyarakat Tionghoa ikut
membangun tempat tinggal mereka tak jauh dari kelenteng.
Kelenteng yang di era Orde Baru dinamai sebagai Vihara Bodhi Dharma itu sejatinya
merupakan tempat ibadah bagi umat Buddha, Tao, dan Konghucu (Tri Dharma).
Kelenteng Pao Hwa Kong menjadi kelenteng tertua dan satu-satunya di Lombok.

2.4.5. Simpul Kegiatan & Kondisinya di Kawasan Ampenan


Terdapat tiga simpul kegiatan di sepanjang Jalan Raya Ampenan, yaitu eks-
Pelabuhan Ampenan, Niaga Loop yang terpadu dengan Perlimaan, eks-Stanplat Kota
(Taman Malomba) yang sekarang menjadi taman. Pasar ACC merupakan bagian tak
terpisahkan dari Niaga Loop.
▪ Kawasan pelabuhan beserta pergudangannya sekarang dalam kondisi tak
termanfaatkan secara optimal, tetapi sebagian bangunannya masih tegak berdiri,
sekali pun dalam kondisi kurang terawat.
▪ Perlimaan dan Niaga Loop merupakan kesatuan tak terpisahkan meskipun dalam
analisis selanjutnya dipisahkan, mengingat fungsi lain dari Perlimaan.
▪ Taman Malomba yang menjadi penyeimbang pada Kawasan Ampenan karena
keberadaan RTH pada simpul ini.

II - 44
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Kawasan Eks Pelabuhan Ampenan


• Pelabuhan Ampenan sudah ada pada
masa pendaratan F. Magelhaens di
Kep. Sunda Kecil.
• zona ini adalah bahari yang
didominasi dengan perkampungan
etnik dan pergudangan
• Ampenan dikembangkan Belanda
menjadi pelabuhan untuk menyaingi
dominasi kerajaan Bali, dilengkapi
dengan pergudangan, perumahan.
Pertokoan dan prasarana pendukung
lainnya, seperti pasar, dll.
• Pemindahan pelabuhan mengakibatkan
matinya aktivitas sekitar pelabuhan.
Banyaknya bangunan gudang dan
perdagangan besar yg ditinggalkan
pemiliknya. Satu-satu-nya aktivitas
bertahan adalah Pertamina.

Perlimaan Ampenan
• Perlimaan Ampenan
yang terdapat
di persimpangan
Jl.Jos Sudarso,
Jl.Niaga, 2
Jl.Pabeandan
Jl. Saleh Sungkar
merupakan simpul
aktivitas utama
perdagangan dan jasa.
• Kental Pecinan serta bangunan-bangunan
yang ada peruntukaan Indomaret, Toko
Delta Raya, Toko Roti Djitsin, Pegadaian
dan bekas Gedung Bioskop yang berubah
menjadi Bank Danamon. Pemindahan
pelabuhan mengakibatkan matinya
aktivitas sekitar pelabuhan. Banyaknya
bangunan gudang dan perdagangan besar
yg ditinggalkan pemiliknya. Satu-satu-nya
aktivitas bertahan adalah Pertamina.

II - 45
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Stanplat (Taman Jangkar)


▪ Perubahan menjadi ruang terbuka
hijau yang merupakan taman kota
justru menjadikan pendukung
lingkungan.
▪ memori masa lalu dengan banyaknya
bangunan tua terbanyak dan fungsi
campuran.

Taman Malomba
▪ Lapangan Malomba, Tugu Marinir
merupakan pendukung lingkungan
pada Kawasan Ampenan
▪ Merupakan salah satu Landmark dari
Kawasan Ampenan

Gambar 2.13 : Peta Simpul kegiatan dan Kondisinya

2.4.6. Jaringan Jalan Di Kawasan Ampenan


Jalan merupakan prasarana untuk akses ke suatu tempat atau sumber daya,
sekaligus pada lingkungan tertentu untuk kegiatan sosial. Pengguna jalan adalah
pejalan kaki dan kendaraan, baik bermotor, maupun tak bermotor. Jalan Raya
Ampenan: Jl. Jos Sudarso dan Jl. Niaga I dan II merupakan jalan arteri primer,

II - 46
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

sedangkan lainnya: Jl. Saleh Sungkar dan Jl. Koperasi merupakan jalan kolektor dan
lokal. Ruang jalan Jl. Yos Sudarso terdiri atas dua macam dengan batas pada
jembatan. Penggal di sisi selatan Kali Jangkok dibatasi oleh bangunan yang renggang
satu dengan yang lain, dan ada halaman di depan bangunan. Ciri kelonggaran
tersebut hilang pada tiga blok mendekat ke jembatan yang sudah dibangun ruko.
Pada penggal di utara Kali Jangkok, ruang jalan dibentuk oleh deretan rapat
bangunan berlantai dua dan merapat ke batas Ruang Milik Jalan (RMJ). Ada arcade
terutama pada deretan bangunan utara, meskipun sebagian tertutup dinding.
Perkecualian pada jalan tersebut adalah klenteng yang tidak meneruskan batas jalan.
Bentukan ruang pada Jl. Niaga II dan Jl. Niaga I hampir sama dengan bentukan Jl.
Jos Sudarso dan Pabean.

Jalan Pabean Jalan Koperasi


Core:
mewakili image paling
signifikan dari citra
“Kotatua Ampenan”

Kota Tua mempunyai prioritas utama untuk


dilakukan pembenahan dan perencanaan
pengembangan, sehingga nantinya dapat dijadikan
suatu pedoman/arahan dalam perencanaan
pengembangan kawasan.
Gambar 2.14 : Peta Jaringan Jalan

II - 47
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Jl. Saleh Sungkar


▪ Jalan Nasional menghubungkan
Kota Mataram – Lombok Utara
melalui Senggigi
▪ Ruang jalan dibatasi oleh
dinding bangunan ruko deret
berlantai dua.
▪ Jalur pejalan kaki berpelindung
dengan desain yang beraneka
ragam serta penambahan
teritisan atau kantilever
bangunan.
▪ Tanaman peneduh hanya pada
satu sisi, yaitu barat.
▪ Jalur pejalan kaki di sisi barat
dipisahkan dari jalur kendaraan
oleh jalur hijau.

Jl. Jos Sudarso


▪ Jaringan jalan Nasional
menghubungkan Kota Mataram
– Lombok Utara melalui Senggigi
▪ Penggal selatan Kali Jangkok
sebagian dibentuk oleh
bangunan dengan halaman
depan.
▪ Bangunan terpiah satu dari yang
lain dan cukup banyak
pepohonan.
▪ Keberadaan taman menciptakan
kelapangan. Semakin ke barat
laut taman mengecil dan
menjadi bulevar.
▪ Kepaatan dan penggugusan
bangunan berbeda, bukan
seperti vila tetapi bangunan
usaha yang lugas dan tidak
mangindahkan prinsip-prinsip
estetika.
▪ Pada penggall dekat jembatan
simbol dan tanda komersial
bertebaran di ruang jalan.

Jl. Jos Sudarso


▪ Jaringan jalan Nasional
menghubungkan Kota Mataram
– Lombok Utara melalui Senggigi
▪ Ruang jalan dibatasi oleh
dinding bangunan toko dengan
arcade di depannya.

II - 48
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

▪ Ruang jalan cukup lebar dan


cukup untuk jalur pohon pada
kedua sisi.
▪ Pada sisi selatan jalan terdapat
deretan pohon Ancak yang
sudah cukup besar dan
meneduhi, diselang seling dg
Palem Raja.
▪ Jalur pejalan kaki pada dasarnya
berbentuk arcade. Nyaman dan
terlindung.
▪ Kondisi jalan dan selokan tidak
terlalu baik
▪ Papan nama toko belum diatur
dengan baik.
▪ Perabot jalan belum tersedia
secara memadai.

Jl. Pabean
▪ Jaringan jalan menuju ex-
pelabuhan, pantai ampenan
▪ Ruang jalan dibentuk oleh
deretan rapat bangunan
berlantai satu atau dua dengan
arcade yang menyatu.
▪ Jalur pohon tersedia secara
ekslusif.
▪ Tanaman tidak jelas polanya
▪ Sebagian kaveling bangunan
sebetulnya merupakan kaveling
besar untuk penggunaan
campur, antara rumah tinggal,
tempat pengolahan/produksi,
dan pergudangan. Bagian yang
menghadap ke Jl. Jos Sudarso
ditutup dengan dinding yang
mempunyai gerbang.
▪ Facade bangunan pada penggal
ini lebih beragam, demikian pula
arcadenya, membentuk
pemandangan jalan yang
menarik.

Jl. Niaga I
▪ Jaringan jalan Nasional
menghubungkan Kota Mataram
– Lombok Utara melalui Senggigi
▪ Ruang jalan dibentuk oleh
dinding bangunan ruko berlantai
dua yang berderet rapat.
▪ Pernah dilakukan penanganan
untuk pengelokan ruang jalan

II - 49
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

dengan rencana yang kurang


matang.
▪ Facade bangunan cenderung
monoton.
▪ Ruang jalan lebih sempit
sehingga tidak cukup ruang
untuk tanaman,
▪ Pejalan kaki dipisahkan dari jalur
kendaraan melalui arcade.
▪ Bagian tertentu nampak terlalu
steril, meskipun sepanjang
arcade menampilkan kesan
ruang yang unik.

Jl. Niaga
▪ Jaringan jalan Nasional
menghubungkan Kota Mataram
– Lombok Utara melalui Senggigi
▪ Ruang jalan dibentuk oleh
bangunan ruko berlantai dua
atau tiga.
▪ Ada pasar yang sifat ruangnya
berbeda.
▪ Jalur pejalan kaki tidak aman
dan justru dihalang - halangi
dengan tiang - tiang sisa masa
lalu yang tidak lagi berfungsi.

II - 50
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Jalan Energi
▪ Jaringan jalan menuju selatan
Kota Mataram
▪ Terdapat peruntukan Pendidikan
dan permukiman
▪ Ada pasar yang sifat ruangnya
berbeda.
▪ Jalur pejalan kaki tidak aman
dan justru dihalang - halangi
dengan tiang - tiang sisa masa
lalu yang tidak lagi berfungsi.

2.4.7. Analisis Bangunan Pusaka


Mengacu pada takrif cagar budaya dalam UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya,
• Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar
budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya,
dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
• Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda
alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
Selain itu juga berkenaan dengan kriteria bangunan cagar budaya menurut pasal 5,
bangunan dapat diusulkan sebagai bangunan cagar budaya apabila memenuhi
kriteria:
1) berusia 50 tahun atau lebih;
2) mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun;
3) memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
4) memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

II - 51
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Dari pengamatan di lapangan dan didukung oleh kajian sejarah maka diperoleh
sejumlah bangunan yang akan dikaji lebih lanjut untuk kemungkinan penetapannya
sebagai bangunan cagar budaya. Fenomena yang terlihat secara umum di Ampenan
pada bangunan ruko adalah bahwa sebagian besar merupakan bangunan lama yang
mengalami renovasi facadenya pada tahun 1950-an dan mengikuti tren serta
kemampuan teknik membangun yang tersedia pada masa tersebut. Bangunan
dasarnya adalah rumah dengan pengaruh arsitektur Cina Selatan, beratap pelana
yang memanjang sejajar dengan jalan, mempunyai teritisan yang disangga dengan
konsol kayu berornamen atau polos.
Tabel 2.8
Tabel Nama Bangunan dan Nilai Istimewa
No Nama Bangunan Nilai Istimewa
1 Mercu suar Di komplek Pelabuhan
Penanda khusus dan memiliki arti dan
peran khusus pada masa lalu (pergantian
abad ke XIX - XX; berusia > 50 tahun,

2 Bangunan eks-Bank Indonesia Di komplek Pelabuhan


Kantor bank pertama (NI Handelsbank),
arsitektur Modern.

3 Gudang Di Jalan Pabean


Tinggalan abad ke-19, kontribusi
membentuk ruang jalan yg indah

4 Klenteng Di Jalan Pabean


Peninggalan abad XIX, mewakili bentuk
klenteng setempat

Ruko Di Jalan Pabean


Menampakkan keaslian ruko permulaan abad XX
Ruko Khas Pecinan

II - 52
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Rumah Kapal Perlimaan


Jl. Jos Sudarso – Jl. Saleh Sungkar
Bangunan hasil renovasi tahun 1952; nilai sosial karena
sudah diingat masyarakat.

Sumber : Hasil Amatan dan Analisis, 2023

2.4.8. Analisis Intensitas Pemanfaatan Di Kawasan Ampenan


C. Tipologi Bangunan
Kondisi bangunan merupakan obyek utama yang mendasari bangunan berbasis
sejarah budaya karena sejarah, keunikan bangunan dan bentuk fisiknya menjadi
identifikasi yang sekaligus membedakan dengan daerah lainnya (Shankar, 2015;
Bullen dan Love, 2011; Sahubawa, et al., 2010). Oleh karena itu, kondisi bangunan
yang masih asli menjadi potensi kuat untuk pengembangan berbasis sejarah budaya.
Meski demikian, degradasi nilai fisik bangunan menjadi ancaman serius terhadap
daya tarik daerah tujuan wisata yang berbasis sejarah budaya. Argumen yang
mendasari adalah menjaga dan atau mengembalikan bentuk asli bangunan sehingga
tetap menjadi daya tarik berbasis sejarah budaya. Meski demikian, orientasi dan
komitmen untuk bisa mengembalikan bentuk asli bangunan bukanlah muda dan
persoalan pendanaan cenderung menjadi alasan klasik dari keterbatasan untuk
melakukan restrukturisasi bangunan di sejumlah daerah tujuan wisata berbasis
sejarah budaya (Rogerson dan van der Merwe, 2016).
Zona Inti, berdasarkan pertimbangan berikut:
• Kawasan yang mewakili image paling signifikan dari citra “Kotatua Ampenan”,
• Terdapat segmen-segmen kawasan permukiman tua bagi etnis tertentu, salah
satunya kawasan etnis Tionghoa atau lebih dikenal dengan sebutan Pecinan.
• Merujuk dari segi penduduk, bentuk hunian dan koridor jalan, tatanan sosial
budaya, dan suasana lingkungannya memiliki ciri khas karena pertumbuhan
bagian kota tersebut berakar secara historis dari masyarakat berkebudayaan
• Terdiri atas berbagai peruntukan yaitu kawasan permukiman dan kebudayaan
yang didominasi aktivitas hunian, tradisi, dan sentra bisnis perdagangan.

II - 53
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

• Kawasan yang memiliki arahan pengembangan khusus akibat keberadaan


berbagai bangunan signifikan, baik bangunan cagar budaya maupun bangunan
penting lainnya,
• Kawasan yang merupakan tulang punggung orientasi penataan Zona Arahan
Pengembangan lain,

Tipologi bangunan yang ada di Ampenan adalah:


Ruko (deret) – berlantai 1, 2, atau 3, dan umumnya setiap kumpulan terdiri atas 3
sampai dengan 6 satuan. Ditemui di sepanjang Jl. Jos Sudarso, Jl. Niaga dan
Jl. Niaga I, Jl. Energi, Jl. Saleh Sungkar, dan Jl. Pabean. Sebagian besar ruko
mempunya arcade. Dengan tren dan tanpa kendali dari pemerintah setempat, ruko
semakin mendominasi.
▪ Rumah tinggal besaran – berdiri sendiri atau terletak pada kompleks
▪ Rumah tinggal tunggal terpisah sedang – banyak mengisi kampung-kampung
Melayu, Banjar, Bugis, Jawa, dsb.
▪ Rumah tinggal tunggal kecil – idem
▪ Bangunan industri – pabrik pengolahan kebutuhan sehari-hari, misalnya
kecap.
▪ Bangunan ibadah
▪ Rumah kumpulan komunitas-komunitas.
▪ Bangunan kesehatan
▪ Bangunan kantor dan perkantoran
▪ Bangunan pasar – tradisional dan modern.
▪ Bangunan komersial lain, termasuk hotel, dan losmen; cafe dan restoran.
▪ Bangunan khusus – mercusuar, Pertamina, pengolahan air bersih, PLN, dll

Tabel 2.9
Fungsi Bangunan (Tipologi Bangunan) Kawasan Ampenan
No Fungsi Bangunan Keterangan
1 Hunian Bangunan rumah satu atau dua lantai,
- Rumah Tunggal dan/ deret bagian depan pada lantai dasar dipakai
- Rumah Toko sebagai tempat usaha atau toko, dan
berhimpit dengan tetangga pada kedua
sisinya.

II - 54
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

No Fungsi Bangunan Keterangan


Bangunan rumah satu atau dua lantai,
bagian depan pada lantai dasar dipakai
sebagai tempat usaha atau toko, dan
disekat penjadi sejumlah (lebih dari dua)
satuan hunian berukuran sama atau hampir
sama.

2 Keagamaan Bangunan dengan petak yang cukup besar


- Masjid dengan kubah diatasnya berfungsi sebagai
- Kelenteng tempat ibadah agama Islam
Bangunan yang memiliki pola penataan
ruang, struktur kontruksi dan ornamentasi
yang khas berfungsi sebagai tempat ibadah
orang China.

3 Usaha Bangunan dengan bentuk massa yang


- Pedagangan dan Jasa (pasar, cukup besar terdiri dari satu atau dua
pertokoan) lantai, tidak memiliki pekarangan yang luas
- Industri hanya berupa parkir, berfungsi sebagai
- Pergudangan perdagangan
- perkantoran
Bangunan dengan massa dan kavling /
petak yang sangat besar terdiri satu atau
dua lantai dengan pekarangan yang cukup
luas berfungsi sebagai industry.
Bangunan yang memiliki pekarangan
berukuran besar dengan sejumlah
bangunan besar dengan fungsi sebagai
Gudang.
Bangunan dengan petak yang cukup besar
memiliki pekarangan yang cukup luas dan
batas antar bangunan yang lain cukup jelas
berfungsi sebagai perkantoran.

4 Sosial – Budaya Bangunan dengan bentuk/massa besar


- Sekolah memanjang / berbentu “Later L” terdiri dari
- Rumah Sakit dan/ Puskesmas satu / dua lantai dan memiliki pekarangan
- Rumah Perkumpulan yang cukup luas berfungsi sebagai sekolah
Kompleks bangunan yang memiliki
pekarangan berukuran besar dengan
sejumlah bangunan besar dengan fungsi
sebagai pelayanan Kesehatan
Bangunan hunian besar pada
kaveling/petak besar yang dipisahkan dari
tetangga di kedua sisi, dan belakangnya
berfungsi sebagai tempat berkumpulnya
komunitas masyarakat tertentu.
Sumber : Hasil amatan & analisis, 2023

II - 55
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

D. Kepadatan
Kondisi Kawasan Ampenan dan sekitarnya memiliki kepadatan bangunan yang relatif
tinggi. Bangunan menyebar mengikuti jalur jalan utama dan memadat dibagian area
spot inti kawasan. Kawasan inti sebagian besar lebih didominasi dengan bangunan
perdagangan dan jasa, industri dan pergudangan dengan kepadatan yang tinggi,
sedangkan untuk kawasan penyangga lebih didominasi permukiman, pekarangan
dan beberapa ruang terbuka.

E. Intensitas pemanfaatan lahan


Intensitas pemanfaatan lahan berdasarkan fakta dilapangan menunjukkan bahwa
KDB, KLB dan KDH yang ada di Kawasan Ampenan, saat ini masih memenuhi syarat.
Namun, pada masing-masing kavling banyak yang sudah tidak memenuhi syarat
lingkungan perumahan. Hal ini perlu ditindak lanjuti dengan program-program
lingkungan sesuai dengan masing-masing permasalahannya. Intensitas pemanfaatan
Lahan berfungsi :
1. sebagai pertimbangan intensitas pemanfaatan ruang maksimum dan minimum
yang digunakan sebagai batas pembangunan seperti KDB Maksimum, KLB
Maksimum, serta KDH minimum;
2. menjamin dan menjaga kualitas ruang minimal yang ditetapkan;
3. menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan cara meminimalkan
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona;
4. serta meminimalkan gangguan/dampak negatif terhadap zona;
5. Mengkaitkan secara visual bangunan;
6. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
7. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang;
8. acuan dalam pemberian insentif & disinsentif;
9. acuan dalam pengenaan sanksi; serta
10. rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan
lokasi investasi.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang

II - 56
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

dapat dibangun dan luas lahan/ tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang
dikuasai. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa KDB dengan tingkat kepadatan
rendah hingga tinggi yaitu antara < 45% - 85%. Namun pada beberapa pusat
kegiatan seperti di Kawasan Perlimaan Ampenan, intensitas pemanfaatan lahan
sangat tinggi lebih kurang hingga mencapai 90%. Berikut ini disampaikan beberapa
area dengan tingkat KDB tinggi hingga sangat tinggi (50 - >90%).
Koefien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka desimal perbandingan antara jumlah
seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah
perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai. Kondisi KLB dilapangan
menunjukkan ketinggian bangunan menunjukkan dominasi 1-3 lantai saja. Dengan
KLB berkisar antara 1 – 1,8.
Perbandingan antara lahan terbangun dan lahan bukan terbangun di Kawasan
Ampenan secara nomatif ditentukan memiliki rasio lahan terbangun dan lahan non
terbangun sebesar 70 : 30, namun seiring berjalannya perkembangan didaerah
tersebut maka pertumbuhan lahan terbangun semakin besar.
Pada Kawasan Ampenan mempunyai gradasi intensitas KDB akan semakin membesar
dengan KLB yang akan semakin mengecil, hal ini juga berkaitan dengan karakteristik
kavling yang ada pada kawasan.

Tabel 2.10
Intensitas Bangunan Kawasan Ampenan

Intensitas Pemanfaatan
No Keterangan Intensitas
Lahan
1 Koefisien Dasar Bangunan 1. Permukiman 1. 50-60 %
(KDB) 2. Perdagangan dan Jasa 2. 60-80 %
3. Pengembangan pariwisata 3. 20-30 %
4. Sarana Pendidikan 4. 50-60 %
5. Sarana perkantoran 5. Mak 60 %
6. Peribadatan 6. 60-80 %
7. Industri 7. 60-80 %
8. RTH 8. 0
9. Militer 9. 50-60 %

2 Koefisien Lantai 1. Permukiman 1. 1 – 3 lt


Bangunan (KLB) 2. Perdagangan dan Jasa 2. 1 – 3 lt
3. Pengembangan pariwisata 3. 1 – 2 lt
4. Sarana Pendidikan 4. 1 – 2 lt
5. Sarana perkantoran 5. 1 – 2 lt

II - 57
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Intensitas Pemanfaatan
No Keterangan Intensitas
Lahan
6. Peribadatan 6. 1 – 2 lt
7. Industri 7. 1 – 2 lt
8. RTH 8. 1 – 2 lt
9. Militer 9. 1 – 2 lt

3 Ketinggian Bangunan • Semua Pengunaan Lahan di 10 meter


Kawasan Ampenan
• RTH 0
4 Koefisien Dasar Hijau 1. Permukiman 1. 40-50 %
(KDH) 2. Perdagangan dan Jasa 2. 20-40 %
3. Pengembangan pariwisata 3. 70-80 %
4. Sarana Pendidikan 4. 40-50 %
5. Sarana perkantoran 5. 40 %
6. Peribadatan 6. 40 %
7. Industri 7. 40 %
8. RTH 8. 100 %
9. Militer 9. 20-40 %

Sumber : Hasil Amatan dan Analisis, 2023

Pelabuhan Ampenan : Perliman :


KDB 40-75% KDB 50 -90%
Koefisien Dasar Bangunan Koefisien Dasar Bangunan
sedang 1 – 2 lantai Tinggi 1 – 3 lantai

Stanplat
KDB 50 - 85%
1 2 Koefisien Dasar Bangunan
tinggi 1 – 3 lantai

5 4

Benteng Kapitan
Kampung Etnis KDB 40 - 60%
KDB 30 - 65% Koefisien Dasar Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan sedang 1 – 2 lantai
sedang 1 – 2 lantai

Gambar 2.15 Intensitas Pemanfaatan Lahan Kawasan Kota Tua Ampenan

II - 58
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.4.9. Elemen Pembentuk Kota secara fisik Kawasan Ampenan


Dalam buku Image Of The City, Kevin Lynch (1960), mengatakan ada lima 5 (lima)
elemen penting dalam pembentuk image kota secara fisik, yaitu : Path (jalur), edge
(tepian), distric (kawasan), nodes (simpul), dan landmark (penanda). Kelima elemen
ini dirasa dapat mewakili cita rasa dari suatu kawasan dan memberikan citra yang
kuat terhadap kota.

Gambar 2.16 Ilustrasi Elemen-elemen pembentuk citra kota Sumber


Teori Image of The City (Kevin Lynch), 1960

A. Karakter & Citra


Berdasarkan pemaparan yang disampaikan (Budiman, Rondonuwu, & E Tungk,
2018), Ada lima elemen penguat terbentuknya citra kota dapat diketahui sebagai,
berikut :
1. Elemen Path (jalan/jalur)
Path (jalur) adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Path
merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan
kereta api, saluran, dan sebagainya.
Path mempunyai identitas yang lebih baik kalau
memiliki tujuan yang besar (misalnya ke pelabuhan,
taman jangkar, taman Malomba, alun-alun dan lain-
lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya
fasade, pohon dan lain-lain) atau ada belokan yang
jelas.

II - 59
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2. Elemen Edges (tepian)


Edges adalah elemen linear yang biasanya tidak digunakan atau
dipertimbangkan sebagai path oleh pengamat. Edges adalah batas batas atau
pemutus linear antara dua wilayah, misalnya saja : pantai, potongan jalur kereta
api, tepian bangunan, pantai, dinding dan sebagainya.
Keberadaaan edges pada suatau kawasan ditunjukan sebagai pemutus linier
atau batasan penghalang yang membedakan suatu kawasan atau districk
dimana akan tampak berbeda apabila terdapat kontinunitas kawasan yang jelas.
Keberadaaan edges pada elemen path akan dapat diefektifkan apabila
karakteristik-karakteristik perbatasan lebih ditonjolkan, maka image sirkulasi
akan tampak lebih domain dalam menggambarkan kawasan
3. Elemen District (Distrik)
Distrik merupakan suatu elemen kawsan yang bersidat dua dimensi dan memiliki
sekala-sekala tertentu, dimana distric dapat men-direct pola pikir manusia
seakan-akan merasakan “masuk” atau “keluar” dari kawasan tersebut yang
dikarnakan perbedaan karakteristik kawasan secara umum.
Keberadaan distrik suatu tempat dapat mudah teridentifikasi apabila
kenampakan interior dan ekterior kawasannya jelas dan dikemas secara
homogen pada suatu tempat. Pembentukan karakteristik sebuah distrik bisanya
tersusun dari beberapa komponen-komponen yang memiliki cakupan luas,
seperti; ruang, bentuk, detail, tekstur, jenis bangunan, symbol, aktivitas,
penggunaan, penghuni, topografi dan lain sebagainya. Pengidentifikasian distrik
secara kasat mata dapat dilakukan dengan mengamati homogenitas façade
bangunan seperti kesamaan karakter/ciri bangunan secara fisik, fungsi wilayah,
latar belakang sejarah dan sebagainya sebagai salah satu petunjuk dasar
pengidentifikasian.
4. Elemen Nodes (Simpul)
Nodes adalah titik-titik, spot-spot strategis dalam sebuah kota dimana pengamat
bisa masuk dan keluar, elemen ini juga merupakan fokus untuk ke dan dari
mana dia berjalan. Nodes bisa merupakan persimpangan jalan, tempat break
(berhenti sejenak) dari jalur, persilangan atau pertemuan path, ruang terbuka
atau titik perbedaan dari suatu bangunan ke bangunan lain.

II - 60
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Ciri-ciri Nodes :
➢ Pusat Kegiatan

➢ Pertemuan beberapa ruas jalan


➢ Tempat pergantian alat transportasi
Tipe Nodes :
➢ Juncition Nodes, misalnya stasiun bawah tanah, stasiun kereta api utama
➢ Thematic Concentration, berfungsi sebagai core, focus, dan symbol sebuah
wilayah penting
Elemen ini juga berhubungan erat dengan elemen district, karena simpul-simpul
kota yang kuat akan menandai karakter suatu district. Untuk beberapa kasus,
nodes bisa juga ditandai dengan adanya elemen fisik yang kuat. Nodes menjadi
suatu tempat yang cukup strategis, karena bersifat sebagai tempat bertemunya
beberapa aktifitas yang membentuk suatu ruang dalam kota. Setiap nodes dapat
memiliki bentuk yang berbeda-beda, tergantung dengan pola aktifitas yang
terjadi didalamnya.
5. Elemen Landmark
Landmark merupakan penanda suatu kawasan yang memiliki nilai lebih dan
biasanya paling menonjol pada kawasan tersebut sehingga sering dijadikan
patokan dalam mengenali suatu tempat. Cenderung memiliki bentuk visual yang
khas sehingga dapat memudahkan identifikasi melalui pengindraan. Landmark
biasanya merupakan benda fisik yang didefinisikan dengan sederhana seperti:
tugu, bangunan, tanda, toko, atau pegunungan.
3 unsur penting landmark :
➢ Tanda fisik berupa elemen fisual
➢ Informasi yang memberikan
gambaran tepat dan pasti
➢ Jarak yang dikenal
Kriteria Landmark :
➢ Unique memorable

➢ Bentuk yang jelas atau nyata (Clear From)


➢ Identifiable

II - 61
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Karakter dan Citra Kawasan Ampenan sebagai berikut :


• Path
Path mempunyai identitas yang lebih
baik kalau memiliki tujuan yang besar
(misalnya ke pelabuhan, taman
jangkar, alun-alun dan lain-lain), serta
ada penampakan yang kuat (misalnya
fasade, pohon dan lain-lain) atau ada
belokan yang jelas.

• District (Kawasan)
District mempunyai identitas yang lebih
baik jika batasnya dibentuk dengan
jelas tampilannya dan dapat dilihat
homogen, serta fungsi dan posisinya
jelas (entrover/ekstrover atau berdiri
sendiri atau dikaitkan dengan kondisi
Kota Tua Ampenan, elemen distrik
yang Nampak adalah kompleks Kota
inti yaitu berupa kumpulan bekas
pergudangan dengan jenis bangunan
yang homogen dengan ukuran yang
besar

• Node (Simpul)
Node mempunyai identitas yang lebih
baik jika tempatnya memiliki bentuk
yang jelas (karena lebih mudah
diingat), serta tampilan berbeda dari
lingkungannya (fungsi, bentuk). Node
dapat ditemukan pada perlimaan
Ampenan yang masih memerlukan
redesain untuk mempertegas dan
memperkuat rasa tempatnya sebagai
sebuah node.

• Edge (Tepian)
Edge (tepian) adalah elemen linear
yang tidak dipakai/dilihat sebagai path.
Edge berada pada batas antara dua
kawasan tertentu dan berfungsi
sebagai pemutus linear, misalnya
pantai, tembok, batasan sungai,
topografi dan sebaginya.

II - 62
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

• Landmark (Tengeran)
Landmark adalah elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang
menonjol dari kota, misalnya gunung
atau bukit, gedung tinggi, menara,
tanda tinggi, tempat ibadah, pohon
tinggi dan sebaginya. Di Ampenan
yang ditengarai sebagai Landmark
adalah Kawasan Perliman dan Taman
Jangkar

B. Pertandaan
Pertandaan – Signage merupakan jenis tanda dalam kota yang berupa petunjuk
sirkulasi, petunjuk ke lokasi dan fasilitas lain yang bertujuan memberikan kemudahan
untuk pengguna jalan, alat utama dalam mengatur, memberi peringatan dan
mengarahkan lalu lintas. Namun sebagian besar tata letak penandaan yang terdapat
di Kawasan Ampenan belum sesuai bahkan beberapa penanda menutupi bangunan –
bangunan kuno sehingga mengurangi citra dan estetika kawasan.
• Sebagian besar tata
letak penandaan yang
terdapat di Kawasan
Ampenan belum sesuai
bahkan beberapa
penanda menutupi
bangunan – bangunan
kuno sehingga
mengurangi citra dan
estetika kawasan

II - 63
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.4.10. Analisis Sarana Prasarana Di Kawasan Ampenan


A. Sarana Perekonomian
Produktivitas ekonomi terdiri atas lapangan kerja, unit ruang usaha, dan jumlah
pekerja yang terdapat di kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan.
Kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan merupakan salah satu kawasan
strategis dan pusat perdagangan jasa di Kota Mataram, sehingga akan banyak
ditemukan jenis usaha pada masing-masing koridor di kawasan ini. Jenis usaha
di kawasan perdagangan dan jasa Kota Tua Ampenan kurang lebih 40 jenis
usaha. Hal ini menunjukkan kawasan ini memiliki keberagaman jenis usaha yang
tinggi dan minat yang tinggi bagi para pedagang untuk menjual dagangannya di
Kawasan Perdagangan Jasa, Kota Tua Ampenan.
B. Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Jalam Raya Ampenan: Jl. Jos Sudarso dan Jl. Niaga dan Niaga I merupakan jalan
arteri primer, sedangkan lainnya: Jl. Saleh Sungkar dan Jl. Koperasi merupakan
jalan kolektor dan lokal. Ruang jalan Jl. Yos Sudarso terdiri atas dua macam
dengan batas pada jembatan. Penggal di sisi selatan Kali Jangkok dibatasi oleh
bangunan yang renggang satu dengan yang lain, dan ada halaman di depan
bangunan. Pada jalan Niaga dan Jalan Niaga I dengan ruas jalan satu arah
sehingga untuk lokasi tertentu harus dicapai dengan memutari kawasan.
Pada perlimaan sering dijumpai kepadatan dikarenakan pertemuan arus dan jalan
yang tidak mencukupi dengan banyaknya kendaraan yang melalui perlimaan
kawasan Ampenan. Layanan jalan di Kawasan Perdagangan Jasa, Kota Tua
Ampenan termasuk dalam kategori memadai. Hal ini dapat dilihat dari perkerasan
jalan pada koridor ini berupa perkerasan aspal dengan kondisi baik.
Sistem transportasi angkutan umum yang terdapat di kawasan Ampenan
didukung angkutan umum antar kota – antar kecamatan dengan sarana minibus,
cidomo (semacam delman), dan ojek.
Keberadaan jalur angkutan ini tidak didukung oleh keberadaan sub terminal atau
pangkalan umum, sehingga angkutan umum berhenti sembaragan mengantar
dan menunggu penumpang. Dengan turunnya intensitas penumpang
menyebabkan menurunnya layanan trasportasi angkutan umum.

II - 64
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Rute angkutan kota saat ini hanya beroperasi dari Jl. Saleh Sungkar – Jl. Yos
Sudarso – Jl. Langko – Jl. Pejanggik – Jl. Selaparang – Jl. Tumpang Sari – Jl.
Panca Usaha – Jl. Catur Warga – Jl. Pendidikan – Jl. R Suprapto – Jl. Pajajaran –
Jl. Niaga – Jl. Saleh Sungkar.
C. Prasarana Air Bersih
Penyediaan air bersih di Kota Tua Ampenan menggunakan dua sumber, yaitu
sumur dan PDAM. Sumur yang digunakan berupa sumur bor dengan kedalaman
10-15 meter. Penggunaan sumur ini kebanyakan digunakan oleh kawasan
perumahan dan permukiman yang jauh dari jangkauan pelayanan PDAM.
Penggunaan sumur bor menjadi sarana penghematan pengeluaran bagi
masyarakat tiap bulannya. Sumber air lainnya yaitu air PDAM. Di Kecamatan
Ampenan disediakan oleh PDAM Menang dengan pengambilan bahan baku air
bersih dari sungai Kota Mataram. Layanan air bersih pada Kawasan Ampenan
temasuk dalam kategori memadai, hal ini dapat dilihat dari kemudahan untuk
mendapatkan air bersih, di mana kawasan ini telah tersalurkan oleh jaringan
PDAM dan kondisi air bersih yang tidak berbau, tidak berasa, maupun tidak
bewarna.
D. Drainase
Sistem jaringan drainase pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan
terdapat pada kedua sisi jalan. Kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan
didominasi dengan jenis drainase tertutup. Sistem drainase pada kawasan ini air
limpasan pada tiap saluran langsung mengalir ke Sungai Jangkuk. Ditinjau dari
fungsi drainase pada koridor ini yang berfungsi dengan baik, karena aliran air
limpasan langsung mengalir ke Sungai Jangkuk. Akan tetapi, ditemukan adanya
genangan di Jalan Niaga pada musim hujan. Jenis drainase tertutup dan
minimnya inlet bisa menjadi salah satu penyebab adanya genangan tersebut,
karena air hujan tidak dapat langsung masuk kedalam saluran drainase.
E. Sanitasi
Sistem sanitasi pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan seluruhnya
menggunakan septic tank pribadi yang tertimbun dibawah bangunan. Pada
umumnya, pada Kawasan Kota Tua Ampenan limbah cair dari rumah tangga
langsung dialirkan menjadi satu dengan saluran drainase. Sedangkan rumah-

II - 65
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

rumah di bagian dalam yang terakses jalan lingkungan tanpa jaringan drainase
membuang limbah rumah tangga ke pekarangan sekitar.
F. Persampahan
Sistem persampahan pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan,
sampah rumah tangga diangkut oleh pekerja yang dibayar melalui penarikan
uang retribusi yang telah ditentukan. kawasan ini tidak tersedianya tempat
sampah umum pada tiap koridor dan tiap bangunan, sehingga pengunjung akan
kesulitan jika ingin membuang sampah dan diperlukan system persampahan yang
baik untuk mendukung pengembangan kawasan Ampenan.
G. Fasilitas penunjuang (Lampu Penerangan Jalan)
Sebagai street furniture lampu penerangan jalan merupakan sarana pelengkap
jalan yang berfungsi sebagai penerangan jalan dan bangunan yang ada di
sekitarnya. Lampu penerangan jalan di kawasan perdagangan jasa Kota Tua
Ampenan kondisinya kurang baik.
H. Fasilitas penunjuang (Traffic Light)
Traffic light di kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan terdapat pada
perlimaan antara Jalan Energi-Jalan Yos Sudarso-Jalan Koperasi-Jalan Saleh
Sungkar-Jalan Pabean. Kondisi traffic light tersebut masih berfungsi dengan baik.
I. Fasilitas penunjang (Taman)
Taman pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan berupa Ruang
Terbuka Hijau yang terdapat di Jalan Yos Sudarso. Taman ini digunakan oleh
masyarakat sebagai tempat bersantai, khususnya pada malam hari. Selain itu,
adapula pedagang kaki lima yang menjual makanan ringan hingga mainan di
sekitar taman ini, sehingga pengunjung akan betah dan ingin kembali untuk
berkunjung ke taman ini.

II - 66
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2.4.11. Analisis Motivasi dan faktor penariknya pada Kawasan Ampenan


Motivasi berasal dari bahasa latin yang berbunyi movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan danmendukung perilaku manusia. Motivasi makin penting agar
pengunjung atau wisatawan mendpatkantujuan yang diinginkansecara maksimal.
Menurut Weiner( 1990 yang dikutip Ellit et al ( 2000 ) motivasi dedefiniskan sebagai
kondisi internal yang membangkitkan seseorang untuk bertindak, mendorong
seseorang mencapai tujuan tertentu dan membuat seseorang tetap tertarik dalam
kegiatan tertentu.
Menurut Plummer (1974) pola hidup seseorang dapat dikelompokkan sebagai
berikut.
Tabel 2.11
Pola Hidup Seseorang
Aktifitas Interes Pendapat Demografi
1. Bekerja 1. Keluarga 1.Personal 1. Umur
2. Hobi 2.Rumah 2.Isu sosial 2.Penddikan
3.Kerja sosial 3.Pekerjaan 3.Politik 3.Penghasilan
4. Liburan 4.Komunitas 4.Bisnis 4.Pekerjaan
5. Hiburan 5.Rekreasi 5.Ekonomi 5.Jmlh anggota Klarga
6.Anggota 6.Kesenangan 6.Pendidikan 6.Kediaman
organisasi 7.Makanan 7.Produk 7.Geografis
7. Komunitas 8.Media 8.Masadepan 8.Ukuran kota
8.Belanja 9.Tujuan 9.Budaya 9.Posisi
9.Olahraga

Pada kawasan Ampenan motivasi penduduk yang datang adalah :


- Wisata
- Wisata Sejarah dan Budaya (Kota Tua Ampenan-Kota Bersejarah)
Namun belum dilengkapi dengan museum atau ruang publish sejarah,
budaya yang dapat dijadikan daya Tarik.
- bahari (Pantai Ampenan)
- wisata minat khusus (Tour Bangunan Cagar Budaya)

II - 67
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Belum dilengkapi dengan wisata belanja (souvenir), wisata kuliner dan wisata
rekreasi dan hiburan (pagelaran)
- Perdagangan dan Jasa
- Keagamaan
- Taman Jangkar
- Taman Malomba
Wisata
- Kali Jangkok Bahari

- Pendidikan Perlimaan

- Perkantoran
Taman
Jangkar

Sungai
Jangkok

Perdagangan
dan Jasa

Gambar 2.17 Peta Pusat-pusat kegiatan di Kawasan Ampenan

2.4.12. ANALISIS SWOT DI KAWASAN AMPENAN


Untuk menganalisa potensi dan permasalahan yang ada di Kawasan Ampenan, maka
digunakan metode analisa SWOT. Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu kasus yang dihadapi. Analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijakan suatu perencanaan, sehingga dibutuhkan model
Analisa yang valid dan sempurna salah satunya adalah model Analisa SWOT. Analisa
SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor
internal yaitu kekuatan dan kesempatan.

II - 68
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

• Strategi SO. Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
• Strategi ST. Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
• Strategi WO. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
• Strategi WT. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada untuk menghindari ancaman.

Analisa SWOT merupakan metode yang digunakan untuk menentukan strategi


pengembangan. Penilaian SWOT ini dilakukan dua penilaian, yaitu:
a. Penilaian SWOT secara internal yaitu pada Kekuatan (Strenght) dan Kelemahan
(Weakness), yang menentukan kawasan tersebut untuk berkembang.
b. Penilaian SWOT eksternal yaitu pada Peluang (Opportunity) dan Ancaman
(Threats) untuk berkembang di masa yang akan datang dengan melihat fungsi
kawasan yang ada di sekitarnya.

Tabel 2.12
Analisis SWOT Kawasan Ampenan
Strength Weakness
1. Kawasan Ampenan sebagai 1. Kurangnya peran masyarakat
kawasan strategis untuk dalam melestarikan bangunan
pertumbuhan ekonomi, tua
sosial budaya, serta daya 2. Kurangnya promosi daya
Internal dukung lingkungan Tarik wisata melalui berbagai
2. Kawasan Ampenan memiliki sistem informasi
fungsi dan peran sebagai 3. Lampu jalan belum optimal
kawasan perdagangan jasa 4. Ruang parkir yang terbatas
serta pariwisata 5. Belum teraturnya
3. Kelengkapan sarana penempatan PKL sepanjang
prasarana yang mendukung Kawasan Ampenan
4. Memiliki bangunan – 6. Kurangnya penguat karakter
bangunan tua yang masuk koridor Ampenan sehingga
dalam JKPI belum terbentuk citra
5. Beragam suku budaya yang kawasan dengan kuat &
tinggal di Kawasan kental
Ampenan menjadi daya 7. Kurangnya kebersihan
tarik dan keunikan Kawasan Ampenan
6. Terdapat Variasi daya Tarik 8. Adanya penggunaan badan
wisata (Wisata Alam dan jalan untuk parkir on street

II - 69
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Wisata Sejarah-Budaya) kendaraan. Hal ini


7. Memiliki asksesibilitas lokasi mengganggu dan mengurangi
yang baik (diakses melalui kenyamanan pergerakan
jalan arteri) kendaraan lain serta
menurunkan kualitas visual
9. Kurangnya penyediaan RTH
atau tata hijau koridor
Kawasan Ampenan
10.Banyak dilakukan perubahan
kondisi fasade bangunan tua
11.Sebagian besar Kondisi
bangunan tua Ampenan yang
tidak terawat
12.Terdapat papan reklame yang
menutupi bangunan tua
Ampenan
13.Belum tersedia wisata belanja
(souvenir) yang ditawarkan di
Kawasan Ampenan
Eksternal 14.Terjadi perubahan fungsi
bangunan pada Kawasan
Ampenan
15.Terdapat peruntukan
kegiatan pada kawasan
sempadan
16.Belum kuatnya pelestarian
lokal wisdom / tradisi di
Kawasan Ampenan
17.Kondisi Jalur pedestrian yang
belum dimanfaatkan sesuai
fungsinya

Opportunity Strategi SO Strategi WO


1. Peningkatan 1. Perlu melakukan 1. Promosi wisata yang
ekonomi masyarakat pemasaran dari adanya didukung oleh instansi atau
melalui peningkatan perkembangan teknologi stakeholder terkait
fungsi Kawasan yang ada 2. Membangun museum sebagai
2. Penguatan elemen 2. Pemberdayaan masyarakat salah satu lokasi obyek wisata
pembentuk identitas melalui pelatihan dan pusat informasi
Kawasan 3. Menjadikan Kawasan khususnya sejarah Ampenan
3. Pemanfaatan Ampenan menjadi salah 3. Mengembangkan sarana
Kembali bangunan satu tujuan wisata melalui penunjang khususnya di titik
tua yang paket wisata daya tarik wisata Ampenan
terbengkalai 4. Pemanfaatan bangunan tua 4. Melakukan penataan
4. Pelestarian terbengkalai sebagai sub vegetasi/ tata hijau untuk
bangunan tua untuk sektor ekonomi kreatif mendukung pembentukan
mendukung Ampenan identitas kawasan (path)
peningkatan fungsi 5. Memanfaatkan bangunan tua
kawasan sebagai wisata belanja
souvenir/ kerajinan khas
Ampenan

II - 70
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Threat Strategi ST Strategi WT


1. Keberadaan jalur 1. Membuat aturan / 1. Peningkatan aksesibilitas
angkutan tidak kebijakan khusus berkaitan dengan cara pengembangan
didukung oleh dengan pemanfaatan jalur trayek angkutan umum.
keberadaan sub Bangunan Tua serta aturan 2. Pembentukan identitas yang
terminal atau pengendalian bangunan – mampu menggabungkan
pangkalan umum bangunan tua Ampenan karakter Kawasan Ampenan
2. Terdapat Kawasan 2. Membuat aturan / 3. Optimalisasi fungsi dan peran
pergudangan kebijakan khusus Tata Kawasan Ampenan untuk
(bangunan Tua) Bangunan dan Lingkungan mendukung peningkatan daya
yang tidak 3. Membuat aturan / tarik wisata
dimanfaatkan kebijakan detail tata ruang 4. Peningkatan kebersihan
secara optimal dan aturan zonasi sehingga lingkungan untuk menciptakan
3. Connectivity antara terdapat pengaturan dalam visual yang bersih dan
semua kegiatan di pemanfaatan kawasan nyaman untuk dikunjungi
Kawasan Ampenan Ampenan 5. Penataan PKL untuk
baik perdagangan 4. Bekerja sama dengan meningkatkan kenyamanan
jasa, wisata dinas dinas terkait dalam dan keamanan pengguna
(alam&sejarah) menanggulangi kerusakan 6. Memaksimalkan Anggaran
belum optimal lingkungan Pengembangan Pariwisata
4. Kondisi keamanan 5. Peningkatan fungsi melalui Kerjasama
dan kenyamanan Kawasan Ampenan untuk 7. Memaksimalkan peningkatan
yang belum tercapai membedakan Kota Tua pengawasan terhadap
dengan baik Ampenan dengan kota tua aktivitas wisata
5. Kurangnya penyedia lainnya 8. Melakukan penyuluhan
travel atau agen kepada masyarakat setempat
wisata dalam 9. Meningkatkan sistem mitigasi
penyediaan paket bencana
perjalanan ke
Kawasan Ampenan
6. Ancaman kerusakan
lingkungan

Sumber : Hasil Analisis, 2023

Analisis IFAS EFAS adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi
internal dan eksternal yang didasarkan didasarkan dari penentuan Strengh
Weakness Opportunity and Threats. Konsep pengembangan strategi ini dengan
melihat kriteria dan pembobotan pada setiap komponen yang telah didapatkan dari
analisis SWOT lalu hasil pembobotan ditampilkan dalam bentuk kuadran per sektor
yang diberikan bobot nilai. Kemudian dari hasil pembobotan didapatkan nilai untuk
menentukan X dan Y. Berikut merupakan arti pada setiap kuadran:
1. Kuadran I
Kuadran I, adalah kuadran pertumbuhan yang terdiri dari dua ruang, yaitu:

II - 71
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

a. Ruang A dengan Rapid Growth Strategy yaitu strategi pertumbuhan


cepat untuk memperlihatkan pengembangan secara maksimal untuk
target tertentu dalam waktu yang singkat.
b. Ruang B dengan Stable Growth strategy yaitu strategi petumbuhan
stabil dimana pengembangan dilakukan secara bertahap dan target
disesuaikan dengan kondisi.
2. Kuadran II
Kuadran II, adalah kuadran pertumbuhan yang terdiri dari dua ruang, yaitu:
a. Ruang C dengan Agresif Maintenance Strategy yaitu melaksanakan
pengembangan aktif dan agresif.
b. Ruang D dengan Selective Maintenance Strategy yaitu pemilihan hal
yang dianggap penting.
3. Kuadran III
Kuadran III adalah kuadran pertumbuhan yang terdiri dari dua ruang, yaitu:
a. Ruang E dengan Turn Around Strategy yaitu strategi bertahan dengan
cara tambal sulam untuk operasional objek.
b. Ruang F dengan Guirelle Strategy yaitu strategi gerilya, sambil
operasional berjalan, diadakan pembangunan atau usaha pemecahan
masalah dan ancaman.
4. Kuadran IV
Kuadran IV adalah kuadran pertumbuhan yang memiliki dua ruang, yaitu:
a. Ruang G dengan concentric strategy yaitu strategi pengembangan yang
dilakukan secara bersamaan dalam satu naungan atau coordinator oleh
satu pihak.
b. Ruang H dengan conglomerate strategy yaitu strategi pengembangan
masing -masing kelompok dengan cara koordinasi tiap sektor itu sendiri
Konsep strategi yang diperoleh dari matriks SWOT sebelumnya, diharapkan
dapat ditemukan strategi – strategi tepat yang dapat diaplikasikan guna
pengembangan Kawasan Ampenan Sebagai Kota Tua. Setelah menentukan
beberapa strategi tersebut kemudian dilakukan pemilahan strategi menggunakan
analisis IFAS – EFAS agar mendapatkan hasil yang lebih optimal. Berikut
merupakan pembobotan IFAS – EFAS berdasarkan variabel yang telah ditentukan.

II - 72
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Tabel 2.13
Penentuan Kriteria dan Variabel SWOT Kawasan Ampenan
Faktor Variabel Kriteria
Kekuatan 1. Kawasan Ampenan sebagai 1. Kawasan Ampenan bukan menjadi kawasan
kawasan strategis untuk strategis untuk pertumbuhan ekonomi, sosial
pertumbuhan ekonomi, budaya, serta daya dukung lingkungan
sosial budaya, serta daya 2. Kawasan Ampenan sebagai Kawasan cukup
dukung lingkungan strategis untuk pertumbuhan ekonomi, sosial
budaya, serta daya dukung lingkungan
3. Kawasan Ampenan sebagai kawasan sangat
strategis untuk pertumbuhan ekonomi,
sosial budaya, serta daya dukung
lingkungan
2. Kawasan Ampenan memiliki 1. Tidak terdapat detail regulasi yang menata
fungsi dan peran sebagai dan/ mengatur Kawasan Ampenan
kawasan perdagangan jasa 2. Terdapat detail regulasi yang menata dan/
serta pariwisata mengatur Kawasan Ampenan namun belum
dilaksanakan sesuai regulasi tersebut.
3. terdapat detail regulasi yang menata dan/
mengatur Kawasan Ampenan dan telah
dilaksanakan sesuai regulasi tersebut.
3. Kelengkapan sarana 1. Tidak terdapat sarana prasarana pendukung
prasarana yang mendukung Kawasan Ampenan
2. Terdapat beberapa sarana prasarana yang
cukup menunjang Kawasan Ampenan
3. Memiliki sarana prasarana memadai untuk
mendukung perkembangan Kawasan Ampenan
4. Memiliki bangunan – 1. Tidak berpotensi sebagai Kawasan yang memiliki
bangunan tua yang masuk ciri bangunan kota pusaka dalam JKPI
dalam JKPI 2. Memiliki beberapa potensi sebagai bangunan
pusaka dalam kriteria JKPI
3. Memiliki bangunan tua yang terdaftar
dalam JKPI
5. Beragam suku budaya yang 1. Keberagaman suku yang tinggal di Kawasan
tinggal di Kawasan Ampenan menghilangkan identitas suku asli
Ampenan menjadi daya Kawasan Ampenan
tarik dan keunikan 2. Keberagaman suku yang tinggal di Kawasan
Ampenan menjadi keunikan yang dimiliki Kota
Tua Ampenan
3. Keberagaman suku yang tinggal di Kawasan
Ampenan menjadi daya Tarik dan keunikan
untuk meningkatkan kualitas kawasan
6. Terdapat Variasi daya Tarik 1. Tidak memiliki daya Tarik yang berkarakter
wisata (Wisata Alam dan 2. Memiliki variasi daya Tarik wisata
Wisata Sejarah-Budaya) 3. Variasi daya Tarik wisata berupa Wisata
Alam (Pantai) dan Kawasan Sejarah-Budaya
(Bangunan Tua) yang membedakan dengan
Kota Tua lain
7. Memiliki asksesibilitas lokasi 1. Tidak memiliki aksesibilitas baik
yang baik (diakses melalui 2. Memiliki aksesibilitas baik
jalan arteri) 3. Memiliki aksesibilitas lokasi sangat baik

II - 73
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Faktor Variabel Kriteria


Kelemahan 1. Kurangnya peran 2. Masyarakat berperan sangat aktif dalam
masyarakat dalam pelestarian bangunan tua
melestarikan bangunan tua 3. Masyarakat cukup berperan aktif dalan
melestarikan bangunan tua
4. Masyarakat kurang berperan dalam
melestarikan bangunan tua
2. Kurangnya promosi daya 1. Promosi daya Tarik wisata dilakukan sangat baik
Tarik wisata melalui melalui berbagai system informasi
berbagai sistem informasi 2. Promosi daya Tarik wisata dilakukan cukup baik
melalui berbagai system informasi
3. Promosi daya Tarik wisata terbilang kurang
dalam berbagai jenis sistem informasi
3. Lampu jalan belum optimal 1. Lampu jalan memadai (jumlah+fungsi)
2. Lampu jalan terbatas/belum memadai
3. Lampu jalan tidak tersedia
4. Ruang parkir yang terbatas 1.Ruang parkir sangat luas
2.Ruang parkir cukup memadai (terbatas)
3.Tidak tersedia ruang parkir
5. Belum teraturnya 1. Penempatan PKL sangat teratur
penempatan PKL 2. Penempatan PKL belum teratur
sepanjang Kaw. Ampenan 3. Tidak teraturnya penempatan PKL
6. Kurangnya penguat 1. Kuatnya karakter kawasan Ampenan sehingga
karakter koridor Ampenan belum terbentuk citra kawasan
sehingga belum terbentuk 2. Kurangnya penguat karakter kawasan
citra kawasan dengan kuat Ampenan sehingga belum terbentuk citra
& kental Kawasan
3. Tidak kuatnya karakter kawasan Ampenan
sehingga belum terbentuk citra kawasan
7. Kurangnya kebersihan di 1. Kebersihan sangat baik
Kawasan Ampenan 2. Kebersihan kurang baik
3. Kebersihan sangat tidak baik
8. Adanya penggunaan 1. Tidak Adanya penggunaan badan jalan untuk
badan jalan untuk parkir parkir on street kendaraan. Hal ini mengganggu
on street kendaraan. Hal dan mengurangi kenyamanan pergerakan
ini mengganggu dan kendaraan lain serta menurunkan kualitas visual
mengurangi kenyamanan 2. Pada beberapa titik lokasi dilakukan penggunaan
pergerakan kendaraan lain badan jalan untuk parkir on street kendaraan. Hal
serta menurunkan kualitas ini mengganggu dan mengurangi kenyamanan
visual pergerakan kendaraan lain serta menurunkan
kualitas visual
3. Adanya penggunaan badan jalan untuk
parkir on street kendaraan. Hal ini
mengganggu dan mengurangi kenyamanan
pergerakan kendaraan lain serta
menurunkan kualitas visual
9. Kurangnya penyediaan 1. Tersedia RTH atau tata hijau koridor Kawasan
RTH atau tata hijau Ampenan
koridor Kawasan Ampenan 2. Kurangnya penyediaan RTH atau tata hijau
koridor Kawasan Ampenan
3. Tidak tersedia RTH atau tata hijau koridor
Kawasan Ampenan

II - 74
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Faktor Variabel Kriteria


10. Banyak dilakukan 1. Tidak dilakukan perubahan kondisi fasade
perubahan kondisi fasade bangunan tua
bangunan tua 2. Terdapat beberapa perubahan kondisi fasade
bangunan tua
3. Banyak dilakukan perubahan kondisi
fasade bangunan tua
11. Sebagian besar Kondisi 1. Seluruh bangunan tua ampenan dalam kondisi
bangunan tua ampenan terawat
yang terawat 2. Terdapat beberapa Kondisi bangunan tua
ampenan yang tidak terawat
3. Sebagian besar Kondisi bangunan tua
ampenan tidak terawat
12. Terdapat papan reklame 1. Adanya aturan reklame pada Bangunan tua
yang menutupi bangunan 2. Adanya aturan namun masih ada pelanggaran
tua Ampenan 3. Belum adanya aturan reklame pada
bangunan tua
13. Belum tersedia wisata 4. Tersedia wisata belanja (souvenir) yang
belanja (souvenir) yang ditawarkan di Kawasan Ampenan
ditawarkan di Kawasan 5. Belum tersedia wisata belanja (souvenir)
Ampenan yang ditawarkan di Kawasan Ampenan
6. Tidak tersedia wisata belanja (souvenir) yang
ditawarkan di Kawasan Ampenan
14. Terjadi perubahan fungsi 1. Tidak Terjadi perubahan fungsi bangunan pada
bangunan pada Kawasan Kawasan Ampenan
Ampenan 2. Terjadi perubahan fungsi beberapa
bangunan pada Kawasan Ampenan
3. Terjadi perubahan fungsi bangunan pada
Kawasan Ampenan
15. Kondisi sempadan pantai 1. Kondisi sempadan pantai yang baik akan
yang tidak mendukung berpengaruh pada peningkatan ekonomi
akan berpengaruh pada 2. Kondisi sempadan pantai yang cukup baik akan
perputaran ekonomi berpengaruh pada perputaran ekonomi
3. Kondisi sempadan pantai yang tidak baik
akan berpengaruh pada penurunan
ekonomi
16. Belum kuatnya pelestarian 1. Kuatnya pelestarian local wisdom / tradisi di
local wisdom / tradisi di Kawasan Ampenan
Kawasan Ampenan 2. Cukup kuatnya pelestarian local wisdom / tradisi
di Kawasan Ampenan
3. Belum kuatnya pelestarian local wisdom /
tradisi di Kawasan Ampenan
17. Kondisi Jalur pedestrian 1. Kondisi Jalur pedestrian yang baik dan
yang belum dimanfaatkan dimanfaatkan sesuai fungsinya
sesuai fungsinya 2. Kondisi Jalur pedestrian yang cukup dimanfaatkan
sesuai fungsinya
3. Kondisi Jalur pedestrian yang belum
dimanfaatkan sesuai fungsinya

Peluang 1. Peningkatan ekonomi 1. Peningkatan ekonomi masyarakat melalui


masyarakat melalui peningkatan fungsi bangunan
peningkatan fungsi 2. Cukup terjadi peningkatan ekonomi masyarakat

II - 75
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Faktor Variabel Kriteria


kawasan Ampenan melalui peningkatan fungsi bangunan
3. Tidak terjadi peningkatan ekonomi masyarakat
melalui peningkatan fungsi bangunan
2. Peluang penguatan elemen 1. Peluang dilakukan penguatan elemen
pembentuk identitas pembentuk identitas Kawasan
Kawasan 2. Terdapat cukup peluang untuk dilakukan
penguatan elemen pembentuk identitas Kawasan
3. Tidak terdapat peluang dilakukan penguatan
elemen pembentuk identitas Kawasan
3. Pemanfaatan Kembali 1. Pemanfaatan Kembali bangunan tua yang
bangunan tua yang terbengkalai
terbengkalai 2. Cukup dilakukan pemanfaatan Kembali bangunan
tua yang terbengkalai
3. Tidak dilakukan pemanfaatan kembali bangunan
tua yang terbengkalai
4. Pelestarian bangunan tua 1. Pelestarian bangunan tua untuk
untuk mendukung mendukung peningkatan fungsi Kawasan
peningkatan fungsi 2. Perlu pelestarian bangunan tua untuk mendukung
kawasan peningkatan fungsi Kawasan
3. Tidak perlu melakukan pelestarian bangunan tua
untuk mendukung peningkatan fungsi kawasan
Ancaman 1. Keberadaan jalur angkutan 1. Keberadaan jalur angkutan tidak didukung
tidak didukung oleh oleh keberadaan sub terminal atau
keberadaan sub terminal pangkalan umum
atau pangkalan umum 2. Keberadaan jalur angkutan cukup didukung oleh
keberadaan sub terminal atau pangkalan umum
3. Keberadaan jalur angkutan sangat didukung oleh
keberadaan sub terminal atau pangkalan umum
2. Terdapat Kawasan 1. Kawasan pelabuhan beserta pergudangan
pergudangan (bangunan tidak dimanfaatkan secara optimal
Tua) yang tidak 2. Kawasan pelabuhan beserta pergudangan cukup
dimanfaatkan secara dimanfaatkan secara optimal
optimal 3. Kawasan pelabuhan beserta pergudangan sangat
dimanfaatkan secara optimal
3. Connectivity antara semua 1. Connectivity antara Kawasan pesisir dan
kegiatan di Kawasan Kawasan bangunan tua Ampenan belum
Ampenan baik optimal
perdagangan jasa, wisata 2. Connectivity antara Kawasan pesisir dan Kawasan
(alam&sejarah) belum bangunan tua Ampenan cukup optimal
optimal 3. Connectivity antara Kawasan pesisir dan Kawasan
bangunan tua Ampenan telah optimal
4. Kondisi keamanan dan 1. Kondisi keamanan dan kenyamanan yang
kenyamanan yang belum belum tercapai dengan baik
tercapai dengan baik 2. Kondisi keamanan dan kenyamanan yang cukup
tercapai dengan baik
3. Kondisi keamanan dan kenyamanan yang tercapai
dengan baik
5. Kurangnya penyedia travel 1. Tidak tersedianya travel atau agen wisata yang
atau agen wisata dalam menyediakan paket perjalanan wisata ke Kawasan
penyediaan paket Ampenan
perjalanan ke Kawasan 2. Minimnya travel atau agen wisata yang

II - 76
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Faktor Variabel Kriteria


Ampenan menyediakan paket perjalanan wisata ke
Kawasan Ampenan
3. Tersedia travel atau agen wisata yang
menyediakan paket perjalanan wisata ke Kawasan
Ampenan
6. Ancaman kerusakan 1. Tidak terjadi ancaman kerusakan lingkungan
lingkungan 2. Berpotensi terjadi ancaman kerusakan lingkungan
3. Terjadi ancaman kerusakan lingkungan
Sumber : Hasli Analisis, 2023

Tabel 2.14
Matrik Analisis IFAS
(Bobot x
No Strength Bobot Rating
Rating)
Kawasan Ampenan sebagai kawasan strategis untuk
1. pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, serta daya dukung 0,05 3 0,14
lingkungan
Kawasan Ampenan memiliki fungsi dan peran sebagai kawasan
2. 0,03 2 0,06
perdagangan jasa serta pariwisata
3. Kelengkapan sarana prasarana yang mendukung 0,03 2 0,06
4. Memiliki bangunan – bangunan tua yang masuk dalam JKPI 0,05 3 0,14
Beragam suku budaya yang tinggal di Kawasan Ampenan
5. 0,05 3 0,14
menjadi daya tarik dan keunikan
Terdapat Variasi daya Tarik wisata (Wisata Alam dan Wisata
6. 0,05 3 0,14
Sejarah-Budaya)
Memiliki asksesibilitas lokasi yang baik (diakses melalui jalan
7. 0,03 2 0,06
arteri)
Jumlah 0,29 18 0,74
(Bobot x
No Weakness Bobot Rating
Rating)
1. Kurangnya peran masyarakat dalam melestarikan bangunan tua 0,05 3 0,14
Kurangnya promosi daya Tarik wisata melalui berbagai sistem
2. 0,05 3 0,14
informasi
3. Lampu jalan belum optimal 0,05 3 0,14
4. Ruang parkir yang terbatas 0,05 3 0,14
Belum teraturnya penempatan PKL sepanjang Kawasan
5. 0,05 3 0,14
Ampenan
Kurangnya penguat karakter koridor Ampenan sehingga belum
6. 0,05 3 0,14
terbentuk citra kawasan dengan kuat & kental
7. Kurangnya kebersihan kawasan Ampenan 0,03 2 0,06
Adanya penggunaan badan jalan untuk parkir on street
8. kendaraan. Hal ini mengganggu dan mengurangi kenyamanan 0,05 3 0,14
pergerakan kendaraan lain serta menurunkan kualitas visual
Kurangnya penyediaan RTH atau tata hijau koridor Kawasan
9. 0,03 2 0,06
Ampenan
10. Banyak dilakukan perubahan kondisi fasade bangunan tua 0,05 3 0,14
11. Sebagian besar Kondisi bangunan tua ampenan yang terawat 0,05 3 0,14
12. Terdapat papan reklame yang menutupi bangunan tua 0,05 3 0,14

II - 77
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

(Bobot x
No Strength Bobot Rating
Rating)
Ampenan
Belum tersedia wisata belanja (souvenir) yang ditawarkan di
13. 0,03 2 0,06
Kawasan Ampenan
14. Terjadi perubahan fungsi bangunan pada Kawasan Ampenan 0,03 2 0,06
Kondisi sempadan pantai yang tidak mendukung akan
15. 0,05 3 0,14
berpengaruh pada perputaran ekonomi
Belum kuatnya pelestarian local wisdom / tradisi di Kawasan
16. 0,05 3 0,14
Ampenan
Kondisi Jalur pedestrian yang belum dimanfaatkan sesuai
17. 0,05 3 0,14
fungsinya
0,77 47 1,92
0,99 65 2.66
Sumber : Hasli Analisis, 2023

Tabel 2.15
Matrik Analisis EFAS
Bobot x
No Opportunity Bobot Rating
Rating
Peningkatan ekonomi masyarakat melalui peningkatan fungsi 0,08 1 0,08
1.
kawasan Ampenan
2. Peluang penguatan elemen pembentuk identitas Kawasan 0,08 1 0,08
3. Pemanfaatan Kembali bangunan tua yang terbengkalai 0,08 1 0,08
Pelestarian bangunan tua untuk mendukung peningkatan 0,08 1 0,08
4.
fungsi kawasan
Jumlah 0,32 4 0,31
Bobot x
No Threat Bobot Rating
Rating
Keberadaan jalur angkutan tidak didukung oleh keberadaan sub 0,08 1 0,08
1.
terminal atau pangkalan umum
Terdapat Kawasan pergudangan (bangunan Tua) yang tidak 0,08 1 0,08
2.
dimanfaatkan secara optimal
Connectivity antara semua kegiatan di Kawasan Ampenan baik 0,08 1 0,08
3.
perdagangan jasa, wisata (alam&sejarah) belum optimal
Kondisi keamanan dan kenyamanan yang belum tercapai 0,08 1 0,08
4.
dengan baik
Kurangnya penyedia travel atau agen wisata dalam penyediaan 0,15 2 0,31
5.
paket perjalanan ke Kawasan Ampenan
6. Ancaman kerusakan lingkungan 0,7 3 0,69
Jumlah 0.417 9 9
1 1 13
Sumber : Hasli Analisis, 2023

II - 78
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Berdasarkan matriks IFAS-EFAS dapat diketahui bahwa hasil kuadran IFAS-EFAS yaitu
sebagai berikut :

X = Kekuatan – Kelemahan Y = Peluang – Ancaman


= 0,29 – 0,77 = 0,32 – 0,7
= – 0,48 = – 0,38

Penilaian tersebut diketahui koordinat sumbu X dan Y dan posisinya berada pada
Kuadran III Ruang F (Guirelle Strategy ) yaitu strategi gerilya, ketika operasional
sedang berjalan, dapat dilakukan pembangunan atau usaha pemecahan masalah
dan ancaman. Strategi dapat dilakukan dengan cara:
▪ Adanya regulasi yang mendukung pelestarian Kawasan Ampenan sebagai
Kawasan dengan sejarah-Budaya dengan keberadaan Bangunan Tua.
▪ Peningkatan aksesibilitas dengan cara pengembangan jalur trayek angkutan
umum.
▪ Pembentukan identitas & citra yang mampu menggabungkan fungsi dan peran
pada Kawasan Ampenan

II - 79
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

▪ Pemanfaatan atau penggunaan Kembali bangunan tua untuk mendukung


peningkatan daya tarik wisata
▪ Peningkatan kebersihan lingkungan untuk menciptakan visual dan lingkungan
berkelanjutan untuk menciptakan kenyamanan
▪ Penataan PKL untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan di Kawasan
Ampenan
▪ Memaksimalkan Anggaran Pengembangan Pariwisata melalui Kerjasama dan
event-event sejarah, sosial-budaya
▪ Meningkatkan sistem mitigasi bencana

2.4.13. ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA


Suatu obyek daya tarik wisata pada pinsipnya harus memenuhi tiga persyaratan
berikut:
▪ Something to see (ada yang dilihat)
▪ Something to do (ada yang dikerjakan)
▪ Something to buy (ada yang dibeli/suvenir)

Obyek atau Daya Tarik Wisata dapat dibedakan menjadi tiga:


▪ Obyek Wisata Alam: laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora, kawasan
lindung, cagar alam, pemandangan alam.
▪ Obyek Wisata Budaya: upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat,
perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya,
bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun
tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, musem,
dll.
▪ Obyek Wisata Buatan: sarana dan fasilitas olahraga, permainan (layang-
layang), hiburan (lawak, akrobatik), ketangkasan (naik kuda), Taman rekreasi,
taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.

II - 80
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Obyek wisata merupakan komponen yang sangat penting dalam pariwisata, karena
sangat erat hubungannya dengan travel motivation dan travel fashion yang
membawa wisatawan berkunjung ke obyek wisata tersebut. Hampir setiap wisatawan
mempunyai motivasi tersendiri untuk mengunjungi suatu obyek wisata dengan
merasakan pengalamannya pada obyek wisata tersebut
Analisis obyek wisata yang
terdapat di Kawasan
Ampenan adalah menggali
dan mengembangkan mutu
obyek wisata dan kawasan
yang ada melalui rencana
pengembangan obyek-obyek wisata. Rencana pengembangan tiap obyek wisata
terbagi ke dalam :
1. Menggali dan mengembangkan produk atau daya tarik, didalamnya berisikan
rencana-rencana yang berhubungan dengan kegiatan atau atraksi alam,
kesenian, budaya, olahraga dan rekreasi, seperti memancing, naik gunung,
berburu, musik dan kegiatan lainnya.
2. Pembuatan dan pengembangan sarana prasarana didalamnya termasuk
kegiatan pembangunan sarana pendukung, seperti jalan setapak,
pesanggrahan, cottage, tempat parkir, membangun panggung, lampu taman
dan lain-lain.
3. Mengembangkan insan pariwisata berarti melakukan kemitraan dengan pihak
swasta, pemerintah maupun masyarakat dalam bentuk peningkatan kursus
keterampilan, penyuluhan, menumbuhkan dan mengembangkan pemandu
wisata.
4. Menggencarkan dan meningkatkan promosi, didalamnya terdiri dari kegiatan-
kegiatan pembutan leaflet, brosur, booklet, penyelenggaraan event-event
bulanan dan tahunan, pembuatan billboard dan petunjuk arah yang jelas,
mengadakan kerjasama dengan biro perjalanan dan hotel berbintang dan
kegiatan lainnya.

II - 81
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Pada kawasan Ampenan terdapat obyek pariwisata berupa wisata alam dan wisata
budaya-sejarah. Untuk mendukung pengembangan obyek wisata pantai dan bahari
tidak terlepas dari penyediaan sarana parasarana dan lingkungan disekitarnya.
Obyek-obyek pariwisata di Kawasan Ampenan dapat mengakomodasi berbagai
kegiatan atraksi, walaupun tidak berada pada satu obyek.
Wisata pantai merupakan wisata yang paling diminati wisatawan, potensi alam dari
pantai dan laut memberikan daya tarik dan pengalaman tersendiri. Wisata pantai
yang dapat dikembangkan di Pantai Ampenan baik ruang pantai dan ruang darat
adalah :

WISATA PANTAI

MENIKMATI VIEW LAUT


ATRAKSI PANTAI ATRAKSI MINAT
MENIKMATI SUNRISE/SUNSET KHUSUS
(Darat & Pantai)

JALAN-JALAN DITEPI PANTAI

TEMPAT MAKAN

FOTOGRAFI

GAMBAR 2.18 KEGIATAN WISATA PANTAI DI KAWASAN AMPENAN

Pengembangan obyek-obyek wisata sejarah harus memperhatikan beberapa hal


yang berkaitan dengan obyek tersebut, yaitu :
1. Kumpulan obyek-obyek wisata tersebut dalam suatu area atau kompleks
secara keseluruhan.
2. Obyek-obyek wisata secara individu baik berupa bangunan maupaun situs
atau benda-benda bersejarah.
3. Lingkungan sekitarnya atau lanskap yang merupakan satu kesatuan
dengan bangunan atau situs bersejarah lainnya.
Tata Letak
Kompleks
Fungsi

Arsitektur
OBYEK WISATA Arsitektur
SEJARAH Bangunan
Kualitas

Fungsi Ruang Luar

GAMBAR 2.19 KOMPONEN Landskap


Estetika
OBYEK WISATA
BERSEJARAH II - 82
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Tabel 2.16 pengembangan wisata pantai dan wisata sejarah


Di kawasan Ampenan
Pengembangan wisata Pantai Pengembangan wisata Sejarah
1. Peningkatan akses melalui pembangunan 1. Pembuatan Perda bangunan dan benda-
infrastruktur jalan yang memadai dan benda Sejarah-Cagar budaya.
mudah menuju obyek wisata. Untuk itu 2. Pembangunan Museum dan/ pameran
perlu di lakukan peningkatan dan (exhibition) dengan segala
perbaikan jalan sehingga lokasi wisata ini kelengkapanannya.
mudah dikunjungi. 3. Perencanaan kompleks atau kumpulan
2. Menyediakan Sarana Transportasi. Selain bangunan bersejarah dan situs bersejarah
pembangunan jalan, perlu penyediaan diarahkan pada penataannya secara
sarana transportasi umum yang mudah spasial dan mengembalikan fungsinya
dijangkau menuju lokasi wisata. sesuai aslinya.
Menyediakan fasilitas kendaraan tur ke 4. Melakukan preservasi dan restorasi pada
obyek wisata. bangunan dan situs atau benda-benda
3. Menyediakan fasilitas umum, seperti bersejarah lainnya dengan tujuan
toilet dan kamar mandi. Fasilitas toilet mengembalikan penampilan obyek seperti
yang bersih dan nyaman merupakan kondisi semula. Bentuk arsitektur
salah satu sarana yang penting dikembalikan seperti semula dan atau
disediakan serta fasilitas ini juga perlu berkarakter sesuai dengan aslinya, serta
pemeliharaan. kualitas perbaikan yang sangat baik.
4. Meningkatkan komitmen stakeholders 5. Pengembangan lingkungan luar (outdoor)
pariwisata untuk mengembangkan atau dikenal sebagai landscape
pariwisata alam secara berkelanjutan dimaksudkan untuk mengembalikan
yang meliputi : fungsi ruang luar, seperti yang terjadi
▪ Penguatan peran serta masyarakat saat bangunan bersejarah tersebut
dalam pengembangan obyek wisata dioperasionalkan pada zamannya. Selain
alam; dan itu, penampilan lanskap pendukung
▪ Peningkatan kesejahteraan bangunan utama agar terlihat estetik
masyarakat disekitar obyek wisata memberi suatu kesatuan antara
alam melalui pengembangan dan bangunan dan lanskapnya.
perluasan lapangan kerja, seperti 6. Pengembangan Heritage Tour.
peningkatan kesejahteraan 7. peningkatan citra wisata melalui promosi
masyarakat, peningkatan kursus obyek wisata.
keterampilan, penyuluhan, 8. pemberian identitas di setiap kawasan
menumbuhkan dan mengembangkan cagar budaya.
pemandu wisata. 9. Penembangan sarana prasarana
pendukung kawasan cagar budaya yang
secara umum belum memadai, seperti
bangunan yang tidak terpelihara, tempat
parkir, fasilitas umum dan lainnya.

Sumber : Hasil Analisa, 2023

II - 83
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

SENGGIGI

PANTAI AMPENAN :
• Wisata Alam
• Wisata Sejarah

MATARAM

• Kecenderungan pengembangan dan pergerakan, pusat pertumbuhan bagian


barat kota Mataram
• Konektivitas kawasan
• Keberadaan Bangunan Tua (Bukti Sejarah Budaya)
• Keindahan alam & keunikan yang ditawarkan
• kegiatan wisata (Alam pantai & sejarah)
• kegiatan Perdagangan dan jasa
• penyediaan RTH
• Keberadaan Kali Jangkok sebagai alternatif wisata
• Penyediaan sarana prasarana
• Sirkulasi, petunjuk arah
• Pengendalian kawasan sempadan (pantai dan sungai)

II - 84
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

BAB 3
KESIMPULAN & REKOMENDASI

3.1. KESIMPULAN
Secara kewilayah kota Mataram, wilayah Ampenan berfungsi sebagai pusat
pelayanan bagi kegiatan perdagangan dan jasa serta pariwisata. Kawasan
Ampenan, merupakan kawasan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan
berdasarkan potensi, masalah, peluang dan tantangan pengembangannya.
Pengembangan merupakan upaya untuk memperbaiki, meningkatkan, memajukan
kualitas layanan dan hal-hal lain yang terkait dalam suatu kawasan.

III - 1
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

Tabel 3.1.
Kesimpulan Hasil Analisis pada Kawasan Ampenan
No Elemen Analisis Hasil Analisis Keterangan
Pada Kawasan Ampenan
1 Tinjauan Kebijakan Arahan :
- RTRW - Kota Pusaka - Mempertahankan cagar
- JKPI - Pertumbuhan Ekonomi budaya dan nilainya
- Ripparda - Perdagangan & Jasa skala regional - Terlindunginya asset
- Rencana - Pariwisata sejarah, sosial-budaya
Pembangunan - Kaw. Strategis Sosial Budaya - Pelestarian Bangunan
- Dan lainnya - Peluang Investasi Kuno
- Pusat bisnis bagian barat
Kota Mataram
- Pengembangan pariwisata
di Kawasan Ampenan

2 Konsep RDTR - Penataan Kawasan Pasar ACC - kawasan cagar budaya


4 Kecamatan Kota Kelurahan Ampenan Tengah harus dikelola dengan
Mataram - Penataan kawasan sempadan pantai memperhatikan fungsi
(Kementrian ATR / untuk pengembangan wisata Kel. sosial dan kewajiban untuk
BPN, Th.2021) Bintaro melestarikan cagar
- Pengembangan kaw. kota tepian air budaya.
di Kelurahan Ampenan Tengah - Pemanfaatan zona cagar
(keberadaan Kali Jangkok & pantai) budaya dapat dilakukan
- Penataan PKL Taman Malomba, untuk tujuan rekreatif,
Taman Jangkar edukatif, apresiatif, dan
religi.

3 Analisis Pusat daerah tarikan dan pergerakan yang Pusat pelayanan kegiatan
Kegiatan sangat intens dari Kota Mataram – perdagangan dan jasa serta
Ampenan – Senggigi. pariwisata

4 Analisis Struktur Membagi 3 struktur kaw. Berdasar - 1924 kawasan ampenan


Kawasan tema kawasan : dibagi 2 utara dan selatan
- Pantai Ampenan dst (Ex-Pelabuhan terbelah oleh kali Jangkok
Ampenan) - 1980 pusat-pusat
- Perlimaan dst (Niaga Loop) Ampenan mengikuti jalur
- Taman Malomba dst utama

5 Analisis Pola - Kawasan Inti - Pariwisata


Kawasan - Kawasan Penyangga - Perdagangan & jasa
- permukiman
- Pendidikan
- Perkantoran
- Peribadatan
- kesehatan
- Industri
- RTH

6 Analisis Bangunan memiliki nilai/arti penting bagi sejarah, - Bangunan Cagar Budaya
Pusaka ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, - Pariwisata

III - 2
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

No Elemen Analisis Hasil Analisis Keterangan


Pada Kawasan Ampenan
dan/atau kebudayaan

7 Tipologi Bangunan - Bangunan rumah tinggal (kecil, - Kondisi bangunan


- Jenis bangunan sedang, besar) - Keunikan bangunan
- Kepadatan - Bangunan ibadah - Nilai fisik bangunan
bangunan - Bangunan perdagangan dan jasa - Daya tarik
- Bangunan kesehatan
kepadatan bangunan yang relatif
tinggi.

8 Intensitas Lahan KDB 30-90 % - Visual bangunan


KLB 1–1,8. - Kualitas & karakteristik
ketinggian bangunan 1-3 lantai

9 Elemen Pembentuk - Path : jalur utama Kaw. Ampenan - Karakter dan citra
Kota secara fisik - District : Komplek Kota Inti Kawasan Ampenan
Kevin Lynch 1960 : (kumpulan pergudangan Jl. Pabean) - Estetika Kawasan
1. Path (jalur), - Node : Monumen Bahari, Gerbang - Petunjuk dan
2. edge (tepian), Kota Tua (Perlimaan) menngarahkan
3. distric - Edge, Pantai Ampean, Kali Jangkok
(kawasan), - Landmark, Perlimaan, Taman
4. nodes (simpul), Jangkar
5. landmark - Signage, petunjuk arah
(penanda)

10 Analisis Sarana - Sarana Perekonomian Dilengkapi sarana prasarana


Prasarana Kawasan Kurang lebih 40 jenis usaha untuk menunjang
Ampenan - Sirkulasi dan Jalur Penghubung produktivitas kawasan
- Air Bersih Ampenan dengan kondisi
- Drainase perlu peningkatan untuk
- Sanitasi mendukung secara optimal.
- Persampahan
- Lampu penerangan jalan
- Traffic Light
- Taman

11 Analisis Motovasi - Wisata (Sejarah, Budaya, Bahari, Belum dilengkapi wisata


dan Faktor penarik minat khusus) belanja (souvenir), wisata
pada Kawasan - Perdagangan dan jasa kuliner dan wisata rekreasi
Ampenan - Keagamaan dan hiburan (pagelaran)
- Taman (jangkar, Malomba)
- Kali jangkok
- Pendidikan
- Perkantoran

12 Analisis SWOT Penilaian koordinat sumbu X dan Y • Regulasi


- Kekuatan dan posisinya berada pada Kuadran III • Peningkatan transpotasi
- Kelemahan Ruang F (Guirelle Strategy ) yaitu • Pembentukan identitas &
- Peluang strategi gerilya, ketika operasional citra
- Ancaman sedang berjalan, dapat dilakukan • Peningkatan sarana &

III - 3
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

No Elemen Analisis Hasil Analisis Keterangan


Pada Kawasan Ampenan
pembangunan atau usaha pemecahan prasarana mendukung
masalah dan ancaman. peningkatan daya Tarik
kawasan
• Peningkatan kenyamanan
dan keamanan kawasan
Ampenan
• Memaksimalkan Kerjasama
dan penyelenggaraan
event-event sejarah-
budaya
• Meningkatkan mitigasi
bencana

13 Analisis - Pengembangan wisata Alam • Pembuatan Perda


Pengembangan (Pantai) Bangunan dan benda
Pariwisata - Pengembangan wisata Sejarah Sejarah-Cagar Budaya
• Pembangunan Museum,
pameran (exhibition)
• bangunan bersejarah dan
situs bersejarah diarahkan
pada penataannya secara
spasial dan
mengembalikan fungsinya
sesuai aslinya.
• Pengembangan lingkungan
luar bangunan, citra dan
estetika.
• Pengembangan Heritage
• Peningkatan akses
• Penyediaan sarana
prasarana pendukung
pariwisata
• Meningkatkan komitmen
Stakeholder dan peran
serta masyarakat sekitar

Sumber : Hasil Analisis dan Kesimpulan, 2023

3.2. REKOMENDASI
Kawasan Ampenan dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan,
direvitalisasi dan/atau dikendalikan agar dapat mencapai keselarasan sosial-
budaya, ekonomi, dan/atau lingkungan.
Rekomendasi pengembangan Kawasan Ampenan dirumuskan berdasarkan kriteria:
1. Analisis yang telah dilakukan pada Kawasan Ampenan

III - 4
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

2. Memperhatikan pelestarian Cagar Budaya (Sejarah), sosial Budaya


3. Rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Mataram Tahun
2011-2031 (Perda 5/2019)
4. Konsep pengembangan yang telah dirumuskan berdasarkan pertimbangan
analisis yang telah dilakukan di Kawasan Ampenan.
5. Perkiraan kebutuhan untuk pengembangan Kawasan Ampenan baik berdasar
pengembangan kegiatan pelestarian sejarah, kegiatan sosial budaya, ekonomi
dan pelestarian fungsi lingkungan, dimana Kawasan Ampenan memiliki
berpotensi menimbulkan bangkitan yang besar.
6. Pertimbangan ketersediaan ruang.
7. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana di Kawasan Ampenan.
8. Mempertimbangkan keselarasan kegiatan dengan kebutuhan ruang public
(Ruang Terbuka Hijau (RTH)).

Rekomendasi dirumuskan dengan mempertimbangkan :


1. Fungsi dan peran kawasan;
2. Potensi investasi;
3. Kondisi sosial dan lingkungan kawasan;
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
5. Menjamin kepuasan pengunjung, dan
6. Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar
kawasan.

Mewujudkan pelestarian dan pengembangan Kawasan Ampenan


berbasis perdagangan jasa dan pariwisata
berlandaskan Keberagaman Budaya dan Berkelanjutan

Perwujudan rekomendasi :
1. Mendorong Kawasan Ampenan menjadi salah satu Kawasan Tujuan Wisata
Unggulan Kota Mataram;
2. Regulasi pelestarian Sejarah dengan perlindungan terhadap bangunan Gedung,
tata bangunan lingkungan sesuai karakter dan citra Kawasan Ampenan;

III - 5
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

3. Mendorong pelestarian alam, sejarah dan budaya melalui pelaksanaan event


yang berkelanjutan;
4. Mengembangkan pemasaran dan promosi Kawasan Ampenan secara terpadu
dengan menggunakan konsep yang kreatif dan efektif berbasis teknologi
informasi;
5. Mengembangkan sumber daya Kawasan Ampenan dengan meningkatkan
kapasitas tata kelola melalui peran pemerintah, pemangku kepentingan
pariwisata lokal dan masyarakat untuk mencapai tingkat mutu pelayanan yang
kompetitif;
6. Mendorong pengembangan usaha ekonomi lokal dalam upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat Kawasan Ampenan;
7. Mempertahankan nilai-nilai budaya lokal.

Tabel 3.2.
Rekomendasi pengembangan Kawasan Ampenan
No Rekomendasi perwujudan Instansi /
Lembaga
Mempertahankan cagar
Budaya • Museum
• Sejarah • Perwal / Perkada • Dinas Pariwisata
• Melestarikan Bangunan - Bangunan Gedung • Bappeda
Kuno - Pengaturan Reklame (Papan • PU
Iklan) • Masyarakat
- Insentif-Disinsentif
• RDTR

Fisik
• Penguatan Identitas • penataannya secara spasial dan • Dinas Pariwisata
kawasan mengembalikan fungsinya sesuai • Bappeda
• Peningkatan citra aslinya. • PU
• Penguatan 5 elemen pembentuk
Path,edge,distric,nodes, • Swasta
landmark • Masyarakat
• Menonjolkan arsitektural
• Menyediakan sarana prasarana

• RTBL

III - 6
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

No Rekomendasi perwujudan Instansi /


Lembaga
Pariwisata • Ripparda • Dinas Pariwisata
• Bappeda
• Obyek Daya Tarik Wisata • Bangunan Sejarah • PU
Pengembangan daya tarik Pengembangan Heritage Tour. • Dinas Koperasi &
• Museum / Pameran (Exhibition), UMKM
• Pengembangan event • DPMPTSP
Seperti Jejak Ampenan (konsep • Swasta
CFD), Ampenan Tempo Dulu • Masyarakat
• Pantai Ampenan
• Peningkatan akses
• Mengembangkan obyek wisata
(misal : wisata belanja-sovenir,
wisata rekreasi dan hiburan-
pagelaran

• Pemasaran • Membentuk jar. pemasaran


• Bekerja sama untuk paket wisata

• Industri • Pengenalan sejarah


• Bangunan kuno
• Menikmati matahari terbenam
• Rekreasi susur pantai
• Fotografi
• Restoran
• Event budaya berkelanjutan
(Ampenan Tempo Dulu)

• Kelembagaan • Tata Kelola pemerintah & swasta


Pokdaarwis, DMO, dsb
• Komitmen pariwisata
• Kemudahan investasi
• Menyerderhanakan perijinan

Lingkungan • Dinas Pariwisata


• RTH Taman • Pengendalian dan pelestarian • Bappeda
• Kawasan Sempadan • Peningkatan mutu (kualitas) • PU
• Rawan Bencana lingkungan • DLH
(Tsunami, gelombang • Mitigasi Bencana • BNPB
pasang) • DPMPTSP

III - 7
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir

No Rekomendasi perwujudan Instansi /


Lembaga
• Swasta
• Masyarakat

Ekonomi • Dinas Pariwisata


• Pasar ACC • Bappeda
• Pertokoan • Papan Iklan tidak menutup • PU
• PKL bangunan kuno • Dinas Koperasi &
• Pengaturan jadwal bagi PKL jika UMKM
tidak dapat/ tidak • DPMPTSP
memungkinkan direlokasi • Swasta
• Masyarakat

Pengembangan sarana • jaringan jalan, • Dinas Perhubungan


prasarana • parkir, • Bappeda
• trotoar, • PU
• air bersih, • DLH
• persampahan, • PLN
• listrik • PDAM
• telepon dan/atau internet dan • TELKOM
• Akomodasi • DPMPTSP
• Swasta
• Masyarakat

Sumber : Hasil Rekomendasi, 2023

III - 8

Anda mungkin juga menyukai