KAT A
PENGANTAR
Kawasan Ampenan merupakan kawasan warisan sejarah yang memiliki sejarah yang
panjang. Pada zaman penjajahan Belanda kawasan Ampenan merupakan kawasan
tersibuk, dengan segala aktivitasnya mulai dari aktivitas pelabuhan, pelayaran hingga
perdagangan. Kawasan yang dibangun pada tahun 1924 oleh Belanda ditujukan
untuk mengimbangi kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Bali. Kawasan Ampenan
juga terdapat salah satunya urban heritage district atau kawasan kota tua di Kota
Mataram. Urban Heritage hadir sebagai kesatuan dari aspek fisik suatu bangunan, ruang
publik dan morfologi kota yang diwariskan untuk generasi saat ini dan yang akan datang.
Keberadan urban heritage sebagai warisan sejarah dan kebudayaan dapat menunjukkan
i
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Pendahuluan
identitas asli sebuah kota. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Kota Mataram
berkembang mengikuti pola keinginan masyarakat tanpa memperhatikan eksistensi akar
sejarah dan kebudayaan yang ada. Keberadaan urban heritage semakin tersingkir dan
terlupakan akibat modernisasi yang terjadi.
Kota Tua di Ampenan tidak hanya meninggalkan bangunan tua saja, melainkan
representasi dari akulturasi budaya dan etnis yang ada di wilayah Lombok. Ini
terbukti dari terdapat banyaknya kampung yang merupakan perwujudan dari
berbagai suku bangsa di Indonesia diantaranya Kampung Tionghoa, Kampung Bugis,
Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali dll.
Sejarah panjang Kawasan Ampenan dan perkembangan sosial budaya dari ancaman
kehancuran oleh terdegradasi kualitas fisik, terjadi alih fungsi, pola keinginan
masyarakat, perkembangan sosial budaya dan kerusakan lingkungan serta
pengabaiaan selama ini menyebabkan kawasan kota tua berubah menjadi kawasan
marginal yang kumuh dan tidak selaras dengan perkembangan Kota Mataram
menjadikan pentingnya kajian Kelayakan Ampenan sebagai Kota Tua dan bagimana
alternatif pengembangannya.
Tahap akhir dilakukan adalah penyusunan Laporan Akhir yang berisikan Latar
Belakang, Maksud, Tujuan dan Sasaran, Kajian Kebijakan, Fakta dan Analisis dan
Rekomendasi bagi Kawasan Ampenan.
ii
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Pendahuluan
DAFTA R
ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. I-1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran ............................................................................... I-3
1.2.1 Maksud ........................................................................................................... I-3
1.2.2 Tujuan ........................................................................................................... I-3
1.2.3 Saran ............................................................................................................. I-4
1.3 Ruang Lingkup .................................................................................................. I-4
iii
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Pendahuluan
iv
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Pendahuluan
v
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
BAB 1
PENDAHULUAN
I - 1
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Kota Mataram merupakan ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat. Kota ini memiliki
jumlah penduduk yaitu 222.596 jiwa, serta memiliki luas wilayah yaitu 61.30 km²
(6.130 Ha), (Badan Pusat Statistik Kota Mataram, 2022), kota Mataram juga memiliki
daya tarik wisata potensial untuk dikembangkan seperti tempat-tempat berbelanja,
berbagai macam kuliner, taman kota, budaya, kesenian, dan pantai yang indah,
(Kurniansah & Rosida, 2019). Salah satu daya Tarik wisata Kota Mataram yang telah
banyak dikenal oleh masyarakat di Nusa Tenggara Barat adalah Kawasan Ampenan
utamanya Kota Tua Ampenan. Pada zaman penjajahan Belanda kawasan Ampenan
merupakan kawasan tersibuk, dengan segala aktivitasnya mulai dari aktivitas
pelabuhan, pelayaran hingga perdagangan. Kawasan yang dibangun pada tahun
1924 oleh Belanda ditujukan untuk mengimbangi kerajaan-kerajaan yang ada di
Pulau Bali.
Kawasan Ampenan terdapat salah satunya urban heritage district atau kawasan kota tua
di Kota Mataram. Urban Heritage hadir sebagai kesatuan dari aspek fisik suatu
bangunan, ruang publik dan morfologi kota yang diwariskan untuk generasi saat ini dan
yang akan datang. Keberadan urban heritage sebagai warisan sejarah dan kebudayaan
dapat menunjukkan identitas asli sebuah kota. Namun seiring dengan berjalannya waktu,
Kota Mataram berkembang mengikuti pola keinginan masyarakat tanpa memperhatikan
eksistensi akar sejarah dan kebudayaan yang ada. Keberadaan urban heritage semakin
tersingkir dan terlupakan akibat modernisasi yang terjadi.
Kota Tua di Ampenan tidak hanya meninggalkan bangunan tua saja, melainkan
representasi dari akulturasi budaya dan etnis yang ada di wilayah Lombok. Ini
terbukti dari terdapat banyaknya kampung yang merupakan perwujudan dari
berbagai suku bangsa di Indonesia diantaranya Kampung Tionghoa, Kampung Bugis,
Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali dll, sehingga
masyarakat yang ada di sini bersifat heterogen dan rukun, bahkan keberagaman
etnis maupun agama tersebut terwakili dengan adanya berbagai rumah ibadah
sebagai represntasi dari pemeluk agama yang ada dan bermukim di Ampenan.
Sebagai bekas Kota Pelabuhan Tua, tentunya Wilayah Ampenen juga merupakan
Kota dengan julukan Pusat Perniagaan, namun seiring dengan perkembangan Kota
Mataram, Kawasan Perniagaan Kota Mataram dipindah ke Kecamatan Lainnya di
Kota Mataram, sementara Kawasan Perniagaan Ampenan menjadi Pusat Rekreasi
I - 2
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Kota Tua Mataram, yang menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun dari
mancanegara.
Kota Tua Ampenan ini berisikan bangunan yang masuk ke dalam cagar budaya
dengan memiliki gaya arsitektur khas Belanda. Kota Tua Ampenan ini menjadi salah
satu kota yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia
(JKPI). JKPI ini sendiri hanya terdapat 43 Kota yang ada di Indonesia. Sebagai upaya
Pemerintah Kota Mataram dalam menjadikan Ampenan sebagai kawasan Wisata Kota
Tua juga merupakan kawasan perniagaan dimana Kota tua Ampenan menurut RTRW
Kota Mataram merupakan kawasan Cagar budaya dan strategis berdasarkan kondisi
sosial dan budaya. Ditegaskan pula dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPARDA) Kota Mataram bahwa Kota Tua Ampenan sebagai Obyek Daya
Tarik Wisata (ODTW) termasuk dalam wisata budaya.
Untuk Kawasan Ampenan dan demi Kota Tua Ampenan termanfaatkan secara
optimal, sejarah, sosial budaya serta untuk kemakmuran masyarakat sekitarnya.
Maka Kajian Kelayakan Kawasan Ampenan diperlukan untuk melihat sejauh mana
Kota Tua di Kawasan Ampenan melihat kini Kota Tua sedang berada dalam ancaman
kehancuran oleh terdegradasi kualitas fisik, terjadi alih fungsi, pola keinginan
masyarakat, perkembangan sosial budaya dan kerusakan lingkungan. Pengabaiaan
selama ini menyebabkan kawasan kota tua berubah menjadi kawasan marginal yang
kumuh dan tidak selaras dengan perkembangan Kota Mataram.
1.2.2. Tujuan
1) Memberikan gambaran Kawasan Ampenan sebagai Kota Tua baik potensi dan
masalah oleh factor ekternal maupun internal dalam Kawasan Ampenan
I - 3
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
1.2.3. Sasaran
1) Teridentifikasinya potensi Kawasan Ampenan
2) Teridentifikasinya perubahan Kawasan Ampenan oleh faktor eksternal maupun
internal
3) Teridentifikasinya kajian kelayakan Kawasan Ampenan
4) Mewujudkan rekomendasi dan alternatif pengembangan Kawasan Ampenan
yang selaras dan terintegrasi dengan perkembangan Kota Mataram.
Kecamatan Ampenan, bagian dari Kota Mataram, terletak di wilayah paling barat
yang berbatasan dengan Selat Lombok. Secara astronomi Kecamatan Ampenan
terletak antara 8.10° dan 9.5° Lintang Selatan dan 115.460 dan 119.50 Bujur Timur.
Luas wilayah Kecamatan Ampenan adalah 9,46 km2 atau 945,29 hektar, dan terbagi
dalam 10 kelurahan. Empat di antaranya merupakan daerah pantai (pesisir).
I - 4
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Kecamatan ampenan memiliki luas wilayah sebesar 946.000 ha, yang terbagi
kedalam masing-masing kelurahan. Luas Kecamatan Ampenan secara rinci dapat
dilihat pada grafik berikut:
Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Ampenan
Berdasar masing-masing kelurahan
Luas Wilayah
No Kelurahan
(Ha)
1 Taman Sari 160,78
2 Ampenan Selatan 83,92
3 Banjar 41,37
4 Ampenan Tengah 59,00
5 Bintaro 81,76
6 Dayan Peken 53,87
7 Ampenan Utara 249,36
8 Pejeruk 84,54
I - 5
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Luas Wilayah
No Kelurahan
(Ha)
9 Kebon Sari 57,52
10 Pejarakan Karya 73,94
Jumlah 946,00
Sumber : Profil Kecamatan Ampenan,2023
I - 6
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
I - 7
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
I - 8
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
I - 9
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
ketika sudah terjadi lalu lintas pelayaran Nusantara atau lebih luas di kawasan Kep.
Sunda Kecil. Setelah tidak menjadi pelabuhan, namanya kini dikenal
sebagai kawasan kota tua karena kental dengan unsur historinya.
Ampenan dikenal sebagai wilayah yang multikultural, terdapat banyak kampung yang
merupakan perwujudan dari berbagai suku bangsa di Indonesia di kecamatan
tersebut, di antaranya adalah Kampung Tionghoa, Kampung Bugis, Kampung
Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, dan Kampung Bali.
Kota Tua kawasan Ampenan merujuk pada suatu bagian kota tua yang dari segi
penduduk, bentuk hunian dan koridor jalan, tatanan sosial budaya, dan suasana
lingkungannya memiliki ciri khas karena pertumbuhan bagian kota tersebut berakar
secara historis dari masyarakat berkebudayaan.
Kota Tua ditetapkan berbasis sejarah budaya cenderung menjual karakteristik
yang khas dari sejarah, bentuk dan fungsi bangunan sehingga ancaman degradasi
nilai fisik dan fungsi yang berdampak serius terhadap kontinuitas dan/ minat.
• kondisi bangunan berbasis sejarah budaya
Kondisi bangunan tidak hanya mengacu kepada aspek fisik saja tapi juga
terkait dengan fisik bangunan sekitarnya yang mendukung (tidak hanya
memberikan kesan yang lebih baik tentang karakteristik sejarah budaya tapi
juga orientasi terhadap keberlanjutan dari kesan awal yang muncul). Hal ini
secara tidak langsung memberikan pemahaman bahwa kondisi fisik bangunan
merupakan aspek penting dalam mendukung eksistensi berbasiss sejarah
budaya.
• kondisi lingkungan yang melingkupinya
peran lingkungan juga terkait dengan mata rantai yang terjadi, termasuk juga
peran masyarakat yang terlingkup dalam Kawasan Kota Tua. Peran
lingkungan tidak bisa terlepas dari kepentingan dan keterlibatan pemerintah
sebagai stakeholder.
Cagar budaya dalam rupa lanskap perkotaan harus bersifat berkelanjutan, di
mana ada bagian-bagian tertentu dimungkinkan berkembang seiring zaman.
UNESCO telah mengeluarkan rekomendasi Historic Urban Landscape sebagai
pendekatan menyeluruh dalam mengelola lanskap kota bersejarah;
mengintegrasikan tujuan pelestarian cagar budaya perkotaan dengan kondisi
I - 10
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
I - 11
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Pemanfaatan lahan adalah suatu aktivitas manusia pada lahan yang langsung
berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino, 2007).
Guna lahan (dalam kota) menunjukkan kegiatan perkotaan yang menempati
suatu petak yang bersangkutan. Setiap petak lahan dicirikan dengan tiga
ukuran dasar, yaitu jenis kegiatan, intensitas penggunaan lahan, serta
hubungan antar guna lahan (Warpani, 2010:74).
- Jenis pemanfaatan
- Pola → teratur/tidak teratur
- Alih fungsi
• Penduduk
• Aktifitas → dipengaruhi mata pencaharian
• Lokasi strategis
• Aksesibilitas tinggi
• Perilaku
- Motif → ekonomi, pengaruh fisik, dan seterusnya
- Status kepemilikan lahan
I - 12
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
PROSES / ANALISIS
1. Delineaasi Kawasan Ampenan (Kota Tua)
2. Kondisi Makro (posisi Kota Tua Ampenan
1.5. KERANGKA KERJA
PENGUMPULAN DATA & FAKTA thdp Kota Mataram)
1. Data Sekunder 3. Kondisi Mikro :
PERSIAPAN AWAL - Peraturan & Kebijakan - Sejarah
- Pendalaman KAK - Makro (Kaw. Ampenan - Perubahan Morfologi dari Masa ke Masa
- Penyiapan RAB terhadap Kota Mataram) - Peruntukan Lahan (perkembangan)
- Mikro (Kondisi Fisik, Sosial, - Tipologi Bangunan (fungsi,kepadatan)
Sejarah dan Budaya, - Tata bangunan
perkembangan - Intensitas Bangunan
pemanfaatan ruang / - Sirkulasi & jalur penghubung
lahan, Tipologi Bangunan - Sosial
KAJIAN DATA SEKUNDER
(fungsi,kepadatan) Tata - ekonomi
- Sejarah Kaw. Ampenan
Bangunan, Fasilitas, Utilitas - budaya
- RTRW
pendukung, Motivasi, - sarana
- RIPPARDA
Ekonomi) - prasarana
- JKPI
- Studi kasus lokasi sejenis - motivasi
- Kebijakan terkait
- Data lain
KESIMPULAN
REKOMENDASI
I - 13
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
BAB 2
FAKTA & ANALISA
II - 1
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 2
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 3
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 4
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Tabel 2.1
Tujuan Penataan Bangunan & Lingkungan Kawasan Kota Pusaka Ampenan
No. Pilar Tujuan
1 Kehidupan warga yang 1 Menciptakan dan meningkatkan ruang
berkualitas publik
2Mengalokasikan ruang di kampung-
kampung untuk pembangunan industri
kreatif (termasuk perawatan dan perbaikan
bangunan). .
3 Prasarana perangkutan yang memadai
untuk mengendalikan lalu lintas.
2 Pelestarian sumber-sumber 4Meningkatkan kualitas sungai beserta
daya alam dan budayanya bantarannya, dan tepi laut. .
5Meningkatkan kualitas lingkungan untuk
mendukung penampilan dan pamanfaatan
bangunan dalam kawasan cagar budaya
dan menampilkan kearifan setempat. .
6Meningkatkan kualitas fisik dan visual
bangunan-bangunan dan menghijaukan
kawasan kota tua.
3 Pengalaman mengesankan 7Meningkatkan kualitas elemen pembentuk
dan bermutu bagi citra kota (termasuk arcade).
pengunjungnya
8Meningkatkan kualitas kenyamanan dan
keindahan koridor-koridor di kawasan cagar
budaya.
4 Pertumbuhan ekonomi 9Mengalokasikan ruang usaha untuk sektor
sekaligus pemerataan informal (baik secara menetap, maupun
bergilir).
Tujuan-tujuan tersebut sangat terkait dan bergantung pada capaian tujuan lain,
yaitu:
1 Penciptaan kemudahan-kemudahan yang mendukung investasi
usaha pada kawasan cagar budaya.
2 Peningkatan Investasi dalam industri pariwisata
II - 5
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Ruang Wilayah Kota Mataram Tahun 2011-2031, tujuan penataan Kota Mataram
yaitu mewujudkan Kota sebagai :
“Mewujudkan Kecamatan Ampenan, Sekarbela, Mataram, dan Selaparang sebagai
PKN berbasis Pendidikan, Pengembangan Simpul Perdagangan dan Jasa, serta
Pariwisata yang berlandaskan Keberagaman Budaya, Tangguh Bencana, dan
Berkelanjutan.”
Berdasarkan tujuan di atas, terdapat beberapa kata kunci yang dijelaskan sebagai
berikut:
• Perkotaan PKN: perwujudannya melalui pengoptimalan peran kota pelabuhan
dengan sektor unggulan perdagangan dan jasa yang mendukung prinsip
livable, tidak berada pada zona rawan bencana, serta memiliki iklim kondusif
bagi investasi dengan sarana dan prasarana yang terintegrasi dengan wilayah
pengaruhnya (hinterland)
• Pendidikan: perwujudannya direncanakan sebagai kota dengan fungsi
pendidikan tinggi sehingga mendukung pembangunan berkelanjutan •
Perdagangan dan Jasa, serta Pariwisata
• Keberagaman Budaya: perwujudannya direncanakan sebagai kota yang
mempertahankan keberagaman etnis dengan menciptakan interaksi sosial dan
budaya berbasis ekonomi
• Tangguh Bencana: terwujudnya kota yang memiliki zona perumahan yang
memiliki KDB/KLB yang mendukung prinsip livable, dan tidak berada pada
zona rawan bencana.
• Berkelanjutan: perwujudannya direncanakan sebagai kota yang memiliki
kawasan perlindungan setempat dan 20% Ruang Terbuka Hijau dan
mempertahankan LP2B
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2019, pada pasal 27 tentang Kawasan
lindung di Kota Mataram ditetapkan Kota Tua Ampenan pada pasal 31 ayat 1
Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 kawasan Kota Tua
Ampenan di Kelurahan Ampenan Selatan, Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan
Banjar, Kelurahan Bintaro, Kelurahan Dayan Peken, dan Kelurahan Taman Sari;
II - 6
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Kota Tua Ampenan ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya yang harus dijaga dan
dipertahankan kelestariannya. Sedangkan berdasarkan penetapan UNESCO pada
Tahun 2016 Kota Tua Ampenan termasuk dalam Kota Pusaka dengan Klaster B.
Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas penetapan Kota Tua Ampenan sebagai
salah lokasi perdagangan dan konservasi cagar budaya pusaka kota yang masih
memiliki nilai sejarah serta karakteristik wilayah diharapkan dapat menjadi penguat
perekonomian dan penguat citra kota.
Tabel 2.2 Kebijakan dan Strategi Kota Mataram
Tentang Pelestarian dan Perlindungan Kawasan Cagar Budaya
II - 7
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 8
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Gambar 2.1 Peta Rencana Pola Ruang berdasar Konsep Rencana Detail Tata Ruang 4
Kecamatan Kota Mataram (Kementrian ATR/BPN, Tahun 2021)
II - 9
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Ketentuan Khusus
• Zona Pariwisata yang
ditetapkan sebagai
kawasan cagar
budaya harus dikelola
dengan
memperhatikan fungsi
sosial dan kewajiban
untuk melestarikan
cagar budaya.
• Pemanfaatan zona
cagar budaya dapat
dilakukan untuk
tujuan rekreatif,
edukatif, apresiatif,
dan religi.
Gambar 2.2 Ilustrasi penerapan ketentuan Khusus berdasar Konsep Rencana Detail
Tata Ruang 4 Kecamatan Kota Mataram (Kementrian ATR/BPN, Tahun 2021)
II - 10
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 11
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Sandubaya. Adapun luas serta jumlah desa dan kelurahan tiap kecamatan tersebut
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Luas Total Area, Persentase Luas
Terhadap Kota dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kota Mataram
No Kecamatan Luas Wilayah Prosentase Jumlah
(Km2) terhadap Kota Kelurahan
1 Ampenan 9,46 15,43 10
2 Sekarbela 10,32 16,84 5
3 Mataram 10,76 17,56 5
4 Selaparang 10,77 17,56 9
5 Cakranegara 9,67 15,77 10
6 Sandubaya 10,32 16,84 7
Total 61,30 100 46
Sumber : BPS Kota Mataram, 2022
A. Kondisi Fisik
• Topografi
Bentuk topografi wilayah Kota Mataram bervariasi dari datar sampai
cenderung curam dengan klasifikasi sebagai berikut:
• Lereng 0–2%, bentuk wilayah datar, seluas 4.652,057 Ha (75,9 %)
• Lereng 2–8%, bentuk wilayah agak landai, seluas 1.299,147 Ha
(21,20%)
• Lereng 8-15%,bentuk wilayah bergelombang, seluas 174,283 Ha
(2,84 %)
• Lereng 15-25%, bentuk wilayah curam, seluas 4,568 Ha (0,07%)
Kondisi diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Mataram
merupakan hamparan datar. Sementara ketinggian tanah bervariasi yaitu
Kecamatan Cakranegara mencapai ± 25 meter diatas permukaan laut (dpl),
Kecamatan Mataram ± 15 meter dpl dan Kecamatan Ampenan ± 5 meter dpl
termasuk daerah pantai.
II - 12
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Kalipalung (TQp) yaitu anggota Selayar (TQs), Formasi Kalibalak (TQb), dan
Formasi Lekopiko (Qvl) dengan jenis batuan sebagai berikut:
• Formasi Kalipalung : Breksi gampingan dan lava.
• Anggota Selayar : Batu pasir tuffan dan batu lempung tuffan dengan
sisipan tipis karbon.
• Formasi Kalibabak : Breksi dan lava.
• Formasi Lekopiko : Tuff berbatu apung, breksi lahar, dan lava.
Qa Alluvium yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, dan
pecahan koral tersebar hampir di seluruh Kota Mataram, khususnya di daerah
muara sungai. Kota Mataram termasuk dalam Busur Bergunung Api Nusa
Tenggara Barat, yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah timur dan
Busur Banda sebelah barat. Busur tersebut terbentang dari Pulau Jawa ke
Nusa Tenggara dan melengkung mengitari Laut Banda.
• Hidrologi
Kota Mataram memiliki potensi air tanah (aquifer) yang cukup besar, tersebar
di beberapa bagian wilayah Kota Mataram, seperti Kelurahan Rembiga,
Kelurahan Sayang-sayang dan Kecamatan Mataram dengan kedalaman air
tanah 5-7 meter. Sedangkan Kelurahan Monjok dan Kelurahan Dasan Agung
bagian Utara memiliki kedalaman air tanah hingga 15 meter. Titik-titik mata
air tersebar di Kelurahan Pejeruk, Karang Baru, Sayang-sayang, Cakranegara
Utara, Dasan Cermen, Babakan, Mandalika, dan Pagesangan Tengah.
Kota Mataram dialiri empat sungai besar yang berfungsi sebagai drainase
alam, yaitu Sungai Jangkok (86 km dengan luas 1.712,12 Ha), Sungai Ancar
(21 km dengan luas 858,47 Ha), Sungai Brenyok (42 km dengan luas 2.277,55
Ha), dan Sungai Midang (26 km dengan luas 562,47 Ha). Hulu sungai-sungai
tersebut berada di sekitar lereng Gunung Rinjani dan bermuara di Selat
Lombok.
• Klimatologi
Secara umum, Kota Mataram beriklim tropis, dengan suhu udara rata-rata
tahun 2019 berkisar 26,32⁰C – 32,48⁰C Kelembaban udara rata-rata di Kota
II - 13
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Mataram cukup bervariasi mulai dari 81,00 – 90,40%. Curah hujan tertinggi
tercatat terjadi pada Bulan Maret yakni sebesar 314 mm dan hari hujan
terbanyak terjadi pada Bulan Desember yakni sebanyak 20 hari.
C. Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Mataram tahun 2020 mencapai 495.681 jiwa dengan
penduduk laki-laki berjumlah 245.190 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah
250.491 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Mataram tahun 2020 adalah 7.044
jiwa/km2, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Ampenan sebesar
9.305 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan
Sekarbela sebesar 5.696 jiwa/km2.
II - 14
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 15
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 16
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Kota Mataram adalah ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang juga
merupakan pusat pemerintahan dan pusat pendidikan yang menyokong
kebutuhan sekolah berkualitas bagi masyarakat NTB.
1. Kota Mataram memiliki kawasan-kawasan yang mendukung
potensi ekonomi cepat tumbuh, yaitu :
• Kawasan Strategis Bidang Pariwisata : Kawasan Mutiara Sekarbela,
Kawasan Rekreasi Pantai Dan Situs Makam Loang Baloq
• Kawasan Strategis Bidang Perdagangan Dan Jasa : pusat perdagangan
grosir dan bisnis di Cakranegara, Ampenan dan Bertais
• Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya : Pusat Kajian
Islam di Kelurahan Dasan Agung dan Kawasan Kota Tua Ampenan
• Kawasan Strategis Bidang Daya Dukung Lingkungan Hidup : Kawasan
Lindung di Pagutan Timur, Sayang-Sayang dan Selagalas
2. Komoditas penunjang perkembangan sektor industri pengolahan :
• Budidaya kangkung di Pesongoran
• Industri tahu dan tempe di Kekalik dan Abian Tubuh
• Industri olahan rumput laut di Cakranegara
• Produksi dan perdagangan perhiasan emas, perak dan mutiara di
Sekarbela, Karang Genteng dan Karang Mas-Mas
3. Peluang investasi dalam sekala menengah yang potensial di Kota
Mataram:
• Jasa telekomunikasi seluler
• Perdagangan
• Jasa rekreasi wisata
• Jasa konsultasi pengembangan bisnis dan manajemen
• Biro perjalanan wisata
• Jasa penyediaan gedung perkantoran dan pusat bisnis
4. Investasi anda akan didukung dengan penyediaan sarana dan
prasarana yang memadai seperti :
• UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
• Tenaga kerja
• Ketersediaan listrik
• Distribusi air
• Infrastruktur jalan dan transportasi dan Perbankan
II - 17
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Wilayah Kecamatan Ampenan memiliki luas wilayah 9.46 km2 dan secara
administratif terdiri atas 10 Kelurahan dengan 55 lingkungan, merupakan daerah
dataran rendah dengan ketinggian 16 m dari permukaan laut dan panjang garis
pantai Kecamatan Ampenan kira kira 3km dan pantai Ampenan sampai ke Sekarbela
sepanjang 9.8 km.
II - 18
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
B. Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Ampenan pada tahun 2021 adalah 88.022 jiwa yang
ter-diri dari 43.879 laki-laki dan 44.143 perempuan. Hal tersebut berarti hampir
seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan yaitu 50% penduduk Ampenan
berjenis kelamin laki-laki dan 50% berjenis kelamin perempuan.
II - 19
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Dengan wilayah seluas 9,46 km2, kepadatan penduduk di kecamatan ini adalah 8.390
jiwa/km2. Kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan
Ampenan adalah Kelu-rahan Dayan Peken dengan kepadatan sebesar 16.920
jiwa/km2.
Tabel 2.6
Kepadatan Penduduk Kecamatan Ampenan Tahun 2021
II - 20
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 21
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 22
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 23
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
ABAD XIII Era Hindu, Buddha, memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan Bayan.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
BAGIAN MAJAPAHIT Sumpah Palapa Gajah Mada:
ABAD XIV - XV Sira Gajah madapatih amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah mada: „ Lamun
1336 huwus kalah nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung pura,
ring Haru, ring Pahang , Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti
palapa”
(Bagian ke-IX Kitab Pararaton)
http://menguaktabirsejarah.blogspot.com/2012/04/teks-naskah-pararaton-bagian-ix-27-28.html
1343 Masuknya ekspedisi Majapahit di bawah pimpinan Mpu Nala. Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah
Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara di bawah
bendera Majapahit.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1352 Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan
daerah taklukannya.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1357 Kerajaan Lombok mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit.
Ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali.
Di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: Bayan(barat),
Selaparang (Timur), Langko (tengah), Pejanggik (selatan).
Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil:Parwa dan Sokong
Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng,
Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa tsb takluk di bawah Majapahit
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1365 Mpu Prapanca menulis Negarakertagama
Petikan pupuh 14:
4) muwah tan i gurun sanusa manaran ri lombok mirah, lawan tikan i saksak adinikalun /
kahajyan kabeh, muwah tanah i banatayan pramukha banatayan len / luwuk, tken uda
makatrayadinikanaɳ sanusapupul.
Terjemahan:
4) Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Merah, Dengan daerah makmur Sasak
diperintah seluruhnya, Bantayan di wilayah Bantayan beserta Kota Luwuk, sampai
Udamakatraya dan pulau lain-lainnya tunduk
http://sabdadewi.wordpress.com/lontar-negarakertagama/
1470 Kerajaan Karangasem, Bali, yang sejak lama mengincar pulau Lombok, baru berhasil
menguasainya pada tahun 1470 setelah kerajaan ini melakukan persekutuan dengan Arya
Banjar Getas. Sejak saat itu pengaruh Bali kembali mewarnai kehidupan sosial, politik dan
budaya suku bangsa Sasak.
http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-barat-ntb/
II - 24
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
KERAJAAN- Kerajaan Majapahit runtuh dan Kerajaan Lombok berkembang menjadi Kerajaan yang maju,
KERAJAAN DI pusat persinggahan pelaut-pelaut nusantara yang berlayar dari timur ke barat terutama pelaut
sulawesi.
LOMBOK
ABAD XVI http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
Era Islam yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
POLITIK VOC DAN Kerajaan Goa dalam usahanya untuk menghalangi VOC menguasai jalur perdagangan di
KONFLIK INTERNAL utara melakukannya dengan cara menduduki Sumbawa dan Selaparang.
ABAD XVII -XVIII http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1618 Tahun 1618 dan 1640 Sumbawa dan Selaparang ditaklukkan oleh Goa yang kemudian
mengembangkan pengaruhnya dengan perkawinan perkawinan antara raja raja kedua belah
pihak. Akibat perang yang berkepanjangan dan gangguan dari Kerajaan Gelgel-Bali
Hasanudin Raja Goa berhasil dikalahkan VOC. Pengikut-pengikut setia Hasanudin
melanjutkan perjuangan sebagai Bajak Laut mengganggu armada dagang VOC dengan
pesisir-pesisir Lombok dan Sumbawa sebagai basisnya.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1624 Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Imperialisme
Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah menimbulkan
kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi.
Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur
selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa
dan Selaparang.
Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak
dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun
1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur, Gelgel tidak akan
mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan melepaskan
kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama, karena masing-masing
pihak melanggar isi perjanjian tersebut.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1640 Gowa menaklukkan Selaparang.
http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-barat-ntb/
1667 VOC berhasil memaksa Sultan Hasanuddin sebagai penguasa Gowa untuk menandatangani
perjanjian yang terkenal dengan perjanjian Bongaya. Akibat dari perjanjian itu adalah
mundurnya Gowa dari kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya.
http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-barat-ntb/
1672 Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi
Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula
II - 25
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
berdasarkan informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan
menyerang Kerajaan Pejanggik. Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah
menghancurkan Kerajaan Selaparang karena wilayah tersebut dapat ditaklukkan hampir tanpa
perlawanan, sebab sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672.
Pusat kerajaan hancur dan rata dengan tanah serta raja beserta seluruh keluarganya mati
terbunuh.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat
ABAD XVIII Karena konflik keluarga berbau asmara Arya Banjar Getas dibantu Kerajaan Karangasem
melakukan pemberontakan terhadap Pejanggik dan Selaparang,
Tahun 1740 seluruh Lombok telah dapat ditaklukkan kemudian kekuasaan dibagi dua yaitu
sebelah Barat dimiliki Karangasem dan sebelah Timur dimiliki Banjar Getas dengan Praya
sebagai ibu kota. Keturunan terakhir Banjar Getas bergelar Raden Wiratmaja dimana pada
masa pemerintahannya wilayah kerajaannya banyak diambil oleh Kerajaan Karangasem.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1740 Ekspansi oleh Kerajaan Bali pasukan (gabungan kerajaan Karang Asem, Bali, dan Banjar
Getas) di bagian barat pulau Lombok (Berakhirnya Masa Kejayaan Selaparang-Islam)
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
POLITIK Setelah VOC dibubarkan pada akhir tahun 1799 kendali pemerintahan dilanjutkan oleh
PEMERINTAH Kerajaan Belanda.
KOLONIAL Wihara Bodhi Dharma Ampenan berdiri sejak 1804.
1804 http://lombok.panduanwisata.com/wisata-sejarah/menengok-sejarah-masa-silam-lombok-di-
kawasan-ampenan-kuno/
1836 ...The large and deep bay of AMPANNAN, or APPENAM, situated on the Lombock side the
strait, nearly opposite the road of Carang Assem, Formed by Tanjong Rumbeeah to the
northward. Is 3 or 4 miles deep, and of considerable extent. His Majesty’s ship Psyche,
thouched here, August 3rd, 1811, for which place, Mr. George Dawson, an officer of that ship,
gives following direction.
On the south side of high remarkable bluff cape, terminating to nort and east-ward asmall
sugar-loaf peaked hill, are situated the villages Sangeegee, Ampannan, and Tanjong Carrang,
fronting affine level country, with many small rivers, and abounding with provisions of every
kind…
James Horsburgh; India Directory, Or, Directions for Sailing to and from the East Indies, China,
Australia, Cape of Good Hope, Brazil, and the Interjacent Ports; London; 1836
1838 Kerajaan Mataram di Lombok menguasai seluruh pulau, ditambah Karangasem di Bali.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
…the island of Bali, or Bally, contain several port, from which upward of 50 prahus annualy
arrives here: The principal of these are Baliling, Bali Badong, Sasak, Saliparang, and
Ampanan; They bring rice, oil, hides, tobacco, sarongs, wax,bird’s nests, and biche de mer. In
this trade, we believe, the Bugis are likewise the principal cariiers.
John Ramsay M'Culloch; A dictionary, practical, theoretical, and historical, of commerce and
commercial navigation; Londo; 1838
II - 26
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
1839 Port Regulation for Ampanan Bay (From The Singapore Free Press), pertanda pentingnya
pelabuhan Ampenan.
The Sydney Herald (NSW: 1831 - 1842), Wednesday 4 December 1839, page 2
Koleksi: National Library of Australia
1843 Raja Mataram menaklukan Kerajaan Kahuripan. Ibu Kota kerajaan dipusatkan di Cakranegara
dan istana rajanya dikenal dengan Ukir Kawi. Raja Mataram selain terkenal sebagai raja yang
kaya raya juga terkenal sebagai raja ahli Tata Ruang Kota.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html
II - 27
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 28
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
violent currents that flow through the Straits of Lombock. These are so uncertain that vessels
preparing to anchor in the bay are sometimes suddenly swept away into the straits, and are not
able to get back again for a fortnight
(chapter11)
…The great staples of the trade of Lombock as well as of Bali are rice and coffee; the former
grown on the plains, the latter on the hills. The rice is exported very largely to other islands of
the Archipelago, to Singapore, and even to China, and there are generally one or more vessels
loading in the port. It is brought into Ampanam on pack-horses, and almost everyday a string of
these would come into Mr. Carter’s yard. The only money the natives will take for their rice is
Chinese copper cash, twelve hundred of which go to a dollar. Every morning two large sacks of
this money had to be counted out into convenient sums for payment.
… HAVING made a very fine and interesting collection of the birds of Labuan Tring, I took
leave of my kind host, Inchi Daud, and returned to Ampanam to await an opportunity to reach
Macassar. As no vessel had arrived bound for that port, I determined to make an excursion
into the interior of the island, accompanied by Mr. Ross, an Englishman born in the Keeling
Islands, and now employed by the Dutch Government to settle the affairs of a missionary who
had unfortunately become bankrupt here. Mr. Carter kindly lent me a horse, and Mr. Ross took
his native groom.
Our route for some distance lay along a perfectly level country bearing ample crops of rice.
The road was straight and generally bordered with lofty trees forming a due avenue. It was at
first sandy, afterwards grassy, with occasional streams and mudholes. At a distance about four
miles we reached Mataram, the capital of the island and the residence of the Rajah. It is a
large village with wide streets bordered by a magnificent avenue of trees, and low houses
concealed behind mud walls. Within this royal city no native of the lower orders is allowed to
ride, and our attendant, a Javanese, was obliged to dismount and lead his horse while we rode
slowly through. The abodes of the Rajah and of the High Priest are distinguished by pillars of
red brick constructed with much taste; but the palace itself seemed to differ but little from the
ordinary houses of the country. Beyond Mataram and close to it is Karangassam, the ancient
residence of the native or Sassak Rajahs before the conquest of the island by the Balinese.
http://ebooks.adelaide.edu.au/w/wallace/alfred_russel/malay
1882 Hindia Belanda menguasai Karangasem dan Gianyar di Bali. Bali dan Lombok menjadi sebuah
Karesidenan; raja-raja di Bali selatan tidak senang dengan hal ini, namun tetap berperang di
antara mereka sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
1883 Peta Lombok 1883
Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps.
http://www.kit.nl/kit/maps
1894 Campur tangan terakhir Belanda di Lombok berhasil; para bangsawan melakukan puputan;
Karangasem menjadi wilayah yang tergantung pada Belanda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
1894 Ekspedisi Belanda pimpinan Jenderal JA Vetter tiba di pelabuhan Ampenan.
JUL http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
The blockade did not suffice, and the Dutch demand for Mataram's submission was rejected.In
July 1894 the Dutch chose to send a military expedition to topple the Mataram ruler.Three
ships were sent from Batavia, the Prins Hendrik, the Koningin Emma and the Tromp,
transporting 107 officer, 1,320 European soldiers, 948 indegineous soldiers and 386 horses.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangasem
1894 Ribuan pasukan mataram melakukan penyergapan terhadap tentara Belanda pertempuran
AG hebat terjadi, tentara Belanda dihancurkan
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
II - 29
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
From August 1894, the Balinese chose to resist the Dutch military presence. They attacked the
900-strong Dutch military camp by surprise at night at Mayura Palace in Cakranegara on 25
August 1894, and killed more than 500 soldiers, sailors and coolies.Included among the dead
was General P.P.H. van Ham, Commander of the expedition.The Dutch retreated and
entrenched themselves in fortifications on the coast.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangasem
1894 Belanda dibantu gabungan pasukan kerajaan-kerajaan sasak melakukan serangan terhadap
SEP Mataram dari segala jurusan dan berhasil membumihanguskan kota tersebut. Akhirnya setelah
sempat melarikan diri ke Sesari A. A. Gde Ngurah Karangasem menyerahkan diri setelah
perang yang menimbulkan korban ribuan jiwa.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1894 November 1894, the Dutch had annihilated the Balinese positions, with thousands of dead,
NOV and the Balinese surrendered or committed puputan ritual suicide.
Lombok and Karangasem became part of the Dutch East Indies, and were administered from
Bali.Gusti Gede Jelantik was appointed as Dutch regent in 1894, and ruled until 1902.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangasem
PENGUKUHAN Kota Ampenan dijadikan sebagai kota Afdeeling Lombok dengan berdasarkan staatblad No.
STATUS ADM. 181/1895 tanggal 31 Agustus 1895 bahwa Pulau Lombok ditempatkan langsung dengan
pemerintahan HindiaBelanda sebagai bagian dari karesidenan Bali dan Lombok dan dibagi
AMPENAN DAN menjadi wilayah/kompleks kecil seperti kompleks Pelabuhan, Perkantoran, komplek
PENGEMBANGAN perdagangan, kompleks pemukiman dengan berdasarkan etnis masing-masing.
PELABUHAN
Adanya pmindahan ibu kota pemerintahan dari Kota Ampenan ke Kota Mataram oleh Belanda,
1895 berarti kantor pemerintahan Asisten Keresidenan dan perumahan ikut juga pemindahan,
sedangkan Kota Ampenan dijadikan sebagai kota pelabuhan sekaligus sebagai pusat kota
perdagangan.
http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etnis-kultur.html
Peta Lombok 1895 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).
http://www.kit.nl/kit/maps
1898 Lombok dibagi menjadi 3 wilayah yaitu; Lombok Barat yang terbagi dua distrik-distrik Sasak
AG dan distrik Bali, Lombok Tengah, dan Lombok Timur.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1908 Peta Lombok 1908 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).
http://www.kit.nl/kit/maps
II - 30
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
1958 Undang-Undang Nomor: 64 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT serta
Daerah Tingkat II yang diundangkan pada tanggal 11 Agustus 1958.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html
1969 SK Gubernur Kepala Daerah Propinsi NTB Nomor: 156/Pem.7/2/266, tanggal 30 Mei 1969
tentang Penambahan 1 (satu) Kecamatan Mataram yang wilayahnya berasal dari desa-desa
yang ada di wilayah kecamatan Ampenan dan Kecamatan Cakranegara.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html
1977 Pelabuhan Pantai Ampenan dipindah lokasinya ke daerah Lembar berdasarkan SK. MENHUB
RI. KM. 77/LL305/PHB-77 tanggal 13 Oktober 1977.
http://kmk312kamel.wordpress.com/fasilitas/pelabuhan-laut/
1978 KOTIF Mataram terbentuk yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 21 Tahun
1978 tentang pembentukan Kota Kota Administratif (KOTIF) Mataram, Implikasi dari PP
tersebut terjadi perubahan sebutan Desa menjadi Kelurahan, dan H. Lalu Mudjitahid dilantik
oleh Gubernur KDH TK I NTB (H.R. Wasita Kusumah) sebagai Walikota Kota Administratif
Mataram yang pertama.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html
1979 Berdasarkan KM. 13/LL305/PHB-79 tanggal 11 Januari 1979 ditetapkan pengalihan kegiatan
kepelabuhanan dari Pelabuhan Ampenan ke Pelabuhan Lembar, maka sejak itu telah
diadakan pengalihan kegiatan kepelabuhanan dari Ampenan ke Lembar hingga sekarang.
http://kmk312kamel.wordpress.com/fasilitas/pelabuhan-laut/
1993 Kota Madya Mataram berdasarkan Undang-Undang Nomor:4 Tahun 1993, wilayahnya terdiri
dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan Mataram dan Kecamatan
Cakranegara dengan 23 Kelurahan dan 247 lingkungan.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html
1999 Ditetapkannya Undang-UNdang Nomor: 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka
terjadi pula perubahan sebutan Kotamadya Daerah Tingkat II Mataram menjadi Kota Mataram.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html
II - 31
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Morfologi
Penampakan fisik Kawasan yang ditinjau dari bentuk muka bumi yang terjadi akibat
proses alam dan aktivitas manusia (Sri Hastati, Konsep dasar IPS, 2019)
1895
Setelah selesai perang Puputan, maka
Lombok sepenuhnya dikuasai langsung
oleh pemerintah Kolonial. Ampenan
sudah menjadi kota pelabuhan yang
ramai, dan telah menjadi tempat
kedudukan pemerintahan.
Seluruh Lombok menjadi bagian dari
Karesidenan Bali-Lombok dan ibu kota
dipindahkan ke Mataram.
II - 32
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
1926
Lebih rinci bentuk Kota Ampenan
yang kompak, bertumbuh
sepanjang jalur transportasi
memancar dari pusatnya.
Bentuk ini yang masih terbaca
hingga kini, kecuali bahwa
bangunan sudah banyak dibongkar
atau tak dimanfaatkan secara
optimal.
Ampenan pernah menjadi pelabuhan penting Pulau Lombok untuk waktu panjang.
Keberadaan dan peran Ampenan sebagai simpul lalu lintas yaitu pelabuhan dan
persinggahan. Perkembangan bentuk Kota Tua Ampenan adalah sebagai berikut. :
a. Tahun 1895, Lombok dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah Kolonial. Ampenan
sudah menjadi kota pelabuhan yang ramai dan menjadi tempat kedudukan
pemerintahan. Seluruh Lombok menjadi bagian dari Karesidenan Bali-Lombok
dan ibukota dipindahkan ke Mataram.
b. Tahun 1896, Ampenan kota pelabuhan yang ramai, disinggahi kapal-kapal,
terutama pengangkut hasil bumi, termasuk rempah-rempah dari Maluku.
Benteng Kapitan sudah ada yang terletak di samping kantor Kepala Distrik.
c. Tahun 1908, pelabuhan semakin berkembang dan dibangun mercusuar.
Ampenan sudah menjadi Kota Pelabuhan dan urusan administrasi
kepemerintahan dipindahkan ke Mataram. Kawasan pelabuhan semakin luas.
Permukiman sudah meluas, utara jalan raya sampai ke perkampungan Bugis dan
Arab, serta bertumbuh pula ke sebelah timur.
d. Tahun 1926 hingga kini. Bentuk Kota Ampenan bertumbuh sepanjang jalur
transportasi memancar dari pusatnya. Bentuk ini masih bertahan hingga kini.
Akan tetapi, saat ini sudah bangunan yang dibongkar atau tidak dimanfaatkan
secara optimal
II - 33
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 34
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Kp. Bugis
Kp. Arab
Kp. Banjar
II - 35
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Kawasan di sebelah selatan Kali Jangkok menampilkan dua lapis kota yang berbeda
zaman, yaitu lapis permukiman yang lebih lama di pesisir, dan lapis kota Modern
yang sebagian dibangun di atas kawasan benteng yang pernah ada di sebelah barat
daya jalan raya. Lapis tua merupakan Kampung Banjar, dan lapis kota Modern yang
terdiri atas kompleks AL yang membentuk entitas sendiri, dan di seberangnya bagian
lebih baru yang dibangun pada awal abad XX. Pada bagian kota Modern terlihat
pengaruh oleh konsep kota taman. Taman berbentuk segi tiga dikembangkan
sebagai pengikat kedua compound.
Secara skematik dapat digambarkan Kota Tua Ampenan sebagai berikut.
Gambar 2.10
Struktur Kota Tua Ampenan
II - 36
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 37
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Gambar 2.11
Peta Pola Ruang Kawasan Ampenan
Berbeda dari Mataram dan Cakaranegara yang masing-masing merupakan kota pusat
pemerintahan kolonial dan ibu kota kerajaan yang direncanakan dan mempunyai
pola grid yang lebih jelas dan konsekuen dengan ruang-ruang terbuka pada lokasi
penting, pola Ampenan diatur oleh sumbu jalan menuju ke pelabuhan tersebut, dan
Kali Jangkuk. Jalan utama yang ada sekarang dibangun secara bertahap dengan arah
yang jelas pada zamannya. Peta yang dibuat pada tahun 1926 meniunjukkan tahap
pembangunan jalan yang sudah dicapai pada masa tersebut.
Guna lahan direncanakan sebagai fungsi pengembangan pariwisata, pendidikan,
perkantoran, peribadatan, perdagangan dan jasa, permukiman, ruang terbuka hijau.
II - 38
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Gambar 2.12
Peta Penggunaan Lahan Kawasan Ampenan Tahun 1926
Kali Jangkok membelah Kota Ampenan menjadi dua bagian, utara dan selatan. Sisi
utara dibangun lebih dahulu secara bertahap seiring dengan pembangunan
pelabuhan. Sisi utara tersebut merupakan pusat kegiatan yang saling berkait erat
satu dengan yang lain, yaitu pelabuhan, pergudangan, dan industri pengolahan awal
hasil bumi; serta perdagangan.Perdagangan dulu berskala internasional dan regional.
Pelabuhan berhubungan langsung dengan simpul transportasi darat. Pada sisi utara
sumbu jalan pada dasarnya adalah utara-selatan dan timur-barat.
Sisi selatan semula dikembangkan untuk fasilitas pertahanan dan keamanan.
Benteng dibangun di sisi barat jalan. Selanjutnya di sisi tersebut dibangun kantor-
kantor perusahaan dan fasilitas umum kolonial, seperti kantor pos, dan kantor
pekerjaan umum. Bagian selatan ini ditata seperti kota taman, dengan petak-petak
besar dan bangunan dikeliolingi taman. Petak-petak tersebut diatur mengacu pada
sumbu jalan raya regional.
II - 39
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Penggunaan Lahan
A. Urban Heritage
Warisan Perkotaan (Urban Heritage) yang merupakan tinggalan budaya masa lalu
berupa bangunan-bangunan gedung maupun kawasan peninggalan sejarah dan
purbakala adalah aset daerah yang dapat diandalkan sebagai identitas daerah.
Kurangnya perhatian dalam upaya pelestarian, disamping dipengaruhi oleh faktor
alam, menyebabkan aset-aset tersebut mengalami kemerosotan kualitas secara
fisik. Di sisi lain, perkembangan kota sering mengancam upaya-upaya pelestarian
terhadap benda cagar budaya dan situs.
Urban Heritage pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan dilihat
berdasarkan keutuhan kawasan, pelestarian bangunan kuno, dan pelestarian adat
istiadat.
o Keutuhan Kawasan
Keutuhan kawasan perdagangan jasa di Kota Tua Ampenan dilihat dari fungsi
kawasan. Kawasan ini tetap berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan
jasa, tetapi seiring dengan perkembangan kota, kawasan ini juga mulai
menjadi destinasi wisata yaitu wisata kota tua. Berikut merupakan penilaian
pedagang terkait keutuhan kawasan perdagangan jasa di Kota Tua Ampenan.
kawasan perdagangan jasa di Kota Tua Ampenan masih berfungsi sebagai
kawasan perdagangan dan jasa. Adanya beberapa bangunan yang kosong
dengan kondisi yang tidak terawat menjadikan kawasan tersebut kurang
difungsikan sebagaimana mestinya. Salah satu bangunan yang masih menjadi
icon kawasan ini adalah Pasar ACC Ampenan. Pasar ACC Ampenan merupakan
node atau simpul karena memiliki tarikan yang besar terhadap masyarakat
sekitar maupun masyarakat luar Ampenan.
o Pelestarian Bangunan Kuno
Pelestarian merupakan upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan
cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkan. Pelestarian bangunan kuno di kawasan perdagangan jasa
Kota Tua Ampenan dilakukan dengan mempertahankan bangunan-bangunan
yang memiliki ciri atau gaya arsitektur khas. Bangunan kuno yang dilestarikan
di kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan.
II - 40
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 41
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
koridor yakni Jalan Niaga, Jalan Yos Sudarso, dan Jalan Pabean. Jenis
perdagangan yang terdapat pada kawasan ini antara lain rumah makan, ruko,
dan pasar. Hal ini menandakan bahwa kawasan memiliki keberagaman jenis
usaha yang tinggi dan minat yang tinggi bagi para pedagang untuk menjual
dagangannya di Kawasan Perdagangan Jasa, Kota Tua Ampenan.
➢ Fasilitas Pariwisata
Kawasan Kota Tua Ampenan terdapat fasilitas pariwisata seperti terdapat :
- Obyek Wisata Alam (Pantai)
Pantai Ampenan
Pantai Ampenan terkenal lantaran ada
bangunan peninggalan sejarah zaman
penjajahan Belanda, Pelabuhan
Ampenan dan Kota Tua Ampenan.
Pantai Ampenan dijadikan salah satu
destinasi wisata favorit di Kota
Mataram.
Setiap akhir pekan hari-hari libur, Pantai Ampenan selalu ramai dikunjungi
para wisatawan, khususnya domestik. Sewaktu-waktu Pantai yang
bersebelahan lokasinya dengan Pantai Senggigi, Lombok Barat sering
dikunjungi wisatawan asing.
• Daya Tarik Wisata Pantai Ampenan
Pantai Ampenan setelah ditata oleh Pemkot Mataram menjadi lebih
menarik. Berbagai pasilitas yang bisa membuat wisatawan betah dan
menarik untuk dikunjungi ditata Pemerintah Kota. Mulai dari
pengaturan para pedagang kaki lima, tempat duduk para pengunjung
sembari menikmati matahari terbenam dari ufuk barat.
1. Hamparan Pasir yang Lembut
2. Air Laut yang Hijau Tosca
3. Menjadi Spot Terbaik Untuk Melihat Sunset
4. Dikelilingi Bangunan Peninggalan Belanda
II - 42
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
- Kuliner
Di Pantai Ampenan para wisatawan akan banyak menjumpai makanan
khas taradisonal Lombok seperti lontong sayur, pelecing kangkung, sate
ayam, sate sapi, sate usus, sate kulit. Begitu pula aneka minuman khas
tradisional Lombok juga tersedia dipantai Ampenan seperti es kelapa.
- Sejarah
Bangunan Sejarah peninggalan Belanda, dimana keberadaan bangunan
tersebut semakin memperkuat kesan vintage dan unik. Pada saat malam
hari, nuansa berubah menjadi lebih gemerlap dan menjadi spot fotografer.
II - 43
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
pun menjadi pintu masuk masyarakat dari berbagai suku dan etnis ke Lombok, yaitu
suku Melayu, Banjar, dan Bugis. Di Ampenan, masyarakat membangun
perkampungan dengan nama sesuai asal suku atau etnisnya, termasuk etnis
Tionghoa. Mereka mendirikan sejumlah bangunan sekaligus tempat berdagang di
Pabean hingga menuju Simpang Lima, dikenal juga sebagai kawasan Pecinan.
Di Pabean terdapat sebuah kelenteng dan saksi bisu awal keberadaan etnis Tionghoa
di tanah Lombok. Awalnya kelenteng tersebut adalah rumah seorang warga
Tionghoa. Warga yang tidak diketahui namanya itu membuka kediamannya
bagi masyarakat Tionghoa lainnya untuk beribadah bersama.
Keberadaan tempat ibadah yang kemudian dinamai Kelenteng Pao Hwa Kong itu
membuat kawasan Pabean menjadi ramai karena masyarakat Tionghoa ikut
membangun tempat tinggal mereka tak jauh dari kelenteng.
Kelenteng yang di era Orde Baru dinamai sebagai Vihara Bodhi Dharma itu sejatinya
merupakan tempat ibadah bagi umat Buddha, Tao, dan Konghucu (Tri Dharma).
Kelenteng Pao Hwa Kong menjadi kelenteng tertua dan satu-satunya di Lombok.
II - 44
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Perlimaan Ampenan
• Perlimaan Ampenan
yang terdapat
di persimpangan
Jl.Jos Sudarso,
Jl.Niaga, 2
Jl.Pabeandan
Jl. Saleh Sungkar
merupakan simpul
aktivitas utama
perdagangan dan jasa.
• Kental Pecinan serta bangunan-bangunan
yang ada peruntukaan Indomaret, Toko
Delta Raya, Toko Roti Djitsin, Pegadaian
dan bekas Gedung Bioskop yang berubah
menjadi Bank Danamon. Pemindahan
pelabuhan mengakibatkan matinya
aktivitas sekitar pelabuhan. Banyaknya
bangunan gudang dan perdagangan besar
yg ditinggalkan pemiliknya. Satu-satu-nya
aktivitas bertahan adalah Pertamina.
II - 45
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Taman Malomba
▪ Lapangan Malomba, Tugu Marinir
merupakan pendukung lingkungan
pada Kawasan Ampenan
▪ Merupakan salah satu Landmark dari
Kawasan Ampenan
II - 46
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
sedangkan lainnya: Jl. Saleh Sungkar dan Jl. Koperasi merupakan jalan kolektor dan
lokal. Ruang jalan Jl. Yos Sudarso terdiri atas dua macam dengan batas pada
jembatan. Penggal di sisi selatan Kali Jangkok dibatasi oleh bangunan yang renggang
satu dengan yang lain, dan ada halaman di depan bangunan. Ciri kelonggaran
tersebut hilang pada tiga blok mendekat ke jembatan yang sudah dibangun ruko.
Pada penggal di utara Kali Jangkok, ruang jalan dibentuk oleh deretan rapat
bangunan berlantai dua dan merapat ke batas Ruang Milik Jalan (RMJ). Ada arcade
terutama pada deretan bangunan utara, meskipun sebagian tertutup dinding.
Perkecualian pada jalan tersebut adalah klenteng yang tidak meneruskan batas jalan.
Bentukan ruang pada Jl. Niaga II dan Jl. Niaga I hampir sama dengan bentukan Jl.
Jos Sudarso dan Pabean.
II - 47
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 48
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Jl. Pabean
▪ Jaringan jalan menuju ex-
pelabuhan, pantai ampenan
▪ Ruang jalan dibentuk oleh
deretan rapat bangunan
berlantai satu atau dua dengan
arcade yang menyatu.
▪ Jalur pohon tersedia secara
ekslusif.
▪ Tanaman tidak jelas polanya
▪ Sebagian kaveling bangunan
sebetulnya merupakan kaveling
besar untuk penggunaan
campur, antara rumah tinggal,
tempat pengolahan/produksi,
dan pergudangan. Bagian yang
menghadap ke Jl. Jos Sudarso
ditutup dengan dinding yang
mempunyai gerbang.
▪ Facade bangunan pada penggal
ini lebih beragam, demikian pula
arcadenya, membentuk
pemandangan jalan yang
menarik.
Jl. Niaga I
▪ Jaringan jalan Nasional
menghubungkan Kota Mataram
– Lombok Utara melalui Senggigi
▪ Ruang jalan dibentuk oleh
dinding bangunan ruko berlantai
dua yang berderet rapat.
▪ Pernah dilakukan penanganan
untuk pengelokan ruang jalan
II - 49
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Jl. Niaga
▪ Jaringan jalan Nasional
menghubungkan Kota Mataram
– Lombok Utara melalui Senggigi
▪ Ruang jalan dibentuk oleh
bangunan ruko berlantai dua
atau tiga.
▪ Ada pasar yang sifat ruangnya
berbeda.
▪ Jalur pejalan kaki tidak aman
dan justru dihalang - halangi
dengan tiang - tiang sisa masa
lalu yang tidak lagi berfungsi.
II - 50
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Jalan Energi
▪ Jaringan jalan menuju selatan
Kota Mataram
▪ Terdapat peruntukan Pendidikan
dan permukiman
▪ Ada pasar yang sifat ruangnya
berbeda.
▪ Jalur pejalan kaki tidak aman
dan justru dihalang - halangi
dengan tiang - tiang sisa masa
lalu yang tidak lagi berfungsi.
II - 51
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Dari pengamatan di lapangan dan didukung oleh kajian sejarah maka diperoleh
sejumlah bangunan yang akan dikaji lebih lanjut untuk kemungkinan penetapannya
sebagai bangunan cagar budaya. Fenomena yang terlihat secara umum di Ampenan
pada bangunan ruko adalah bahwa sebagian besar merupakan bangunan lama yang
mengalami renovasi facadenya pada tahun 1950-an dan mengikuti tren serta
kemampuan teknik membangun yang tersedia pada masa tersebut. Bangunan
dasarnya adalah rumah dengan pengaruh arsitektur Cina Selatan, beratap pelana
yang memanjang sejajar dengan jalan, mempunyai teritisan yang disangga dengan
konsol kayu berornamen atau polos.
Tabel 2.8
Tabel Nama Bangunan dan Nilai Istimewa
No Nama Bangunan Nilai Istimewa
1 Mercu suar Di komplek Pelabuhan
Penanda khusus dan memiliki arti dan
peran khusus pada masa lalu (pergantian
abad ke XIX - XX; berusia > 50 tahun,
II - 52
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 53
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Tabel 2.9
Fungsi Bangunan (Tipologi Bangunan) Kawasan Ampenan
No Fungsi Bangunan Keterangan
1 Hunian Bangunan rumah satu atau dua lantai,
- Rumah Tunggal dan/ deret bagian depan pada lantai dasar dipakai
- Rumah Toko sebagai tempat usaha atau toko, dan
berhimpit dengan tetangga pada kedua
sisinya.
II - 54
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 55
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
D. Kepadatan
Kondisi Kawasan Ampenan dan sekitarnya memiliki kepadatan bangunan yang relatif
tinggi. Bangunan menyebar mengikuti jalur jalan utama dan memadat dibagian area
spot inti kawasan. Kawasan inti sebagian besar lebih didominasi dengan bangunan
perdagangan dan jasa, industri dan pergudangan dengan kepadatan yang tinggi,
sedangkan untuk kawasan penyangga lebih didominasi permukiman, pekarangan
dan beberapa ruang terbuka.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang
II - 56
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
dapat dibangun dan luas lahan/ tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang
dikuasai. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa KDB dengan tingkat kepadatan
rendah hingga tinggi yaitu antara < 45% - 85%. Namun pada beberapa pusat
kegiatan seperti di Kawasan Perlimaan Ampenan, intensitas pemanfaatan lahan
sangat tinggi lebih kurang hingga mencapai 90%. Berikut ini disampaikan beberapa
area dengan tingkat KDB tinggi hingga sangat tinggi (50 - >90%).
Koefien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka desimal perbandingan antara jumlah
seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah
perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai. Kondisi KLB dilapangan
menunjukkan ketinggian bangunan menunjukkan dominasi 1-3 lantai saja. Dengan
KLB berkisar antara 1 – 1,8.
Perbandingan antara lahan terbangun dan lahan bukan terbangun di Kawasan
Ampenan secara nomatif ditentukan memiliki rasio lahan terbangun dan lahan non
terbangun sebesar 70 : 30, namun seiring berjalannya perkembangan didaerah
tersebut maka pertumbuhan lahan terbangun semakin besar.
Pada Kawasan Ampenan mempunyai gradasi intensitas KDB akan semakin membesar
dengan KLB yang akan semakin mengecil, hal ini juga berkaitan dengan karakteristik
kavling yang ada pada kawasan.
Tabel 2.10
Intensitas Bangunan Kawasan Ampenan
Intensitas Pemanfaatan
No Keterangan Intensitas
Lahan
1 Koefisien Dasar Bangunan 1. Permukiman 1. 50-60 %
(KDB) 2. Perdagangan dan Jasa 2. 60-80 %
3. Pengembangan pariwisata 3. 20-30 %
4. Sarana Pendidikan 4. 50-60 %
5. Sarana perkantoran 5. Mak 60 %
6. Peribadatan 6. 60-80 %
7. Industri 7. 60-80 %
8. RTH 8. 0
9. Militer 9. 50-60 %
II - 57
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Intensitas Pemanfaatan
No Keterangan Intensitas
Lahan
6. Peribadatan 6. 1 – 2 lt
7. Industri 7. 1 – 2 lt
8. RTH 8. 1 – 2 lt
9. Militer 9. 1 – 2 lt
Stanplat
KDB 50 - 85%
1 2 Koefisien Dasar Bangunan
tinggi 1 – 3 lantai
5 4
Benteng Kapitan
Kampung Etnis KDB 40 - 60%
KDB 30 - 65% Koefisien Dasar Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan sedang 1 – 2 lantai
sedang 1 – 2 lantai
II - 58
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 59
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 60
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Ciri-ciri Nodes :
➢ Pusat Kegiatan
II - 61
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
• District (Kawasan)
District mempunyai identitas yang lebih
baik jika batasnya dibentuk dengan
jelas tampilannya dan dapat dilihat
homogen, serta fungsi dan posisinya
jelas (entrover/ekstrover atau berdiri
sendiri atau dikaitkan dengan kondisi
Kota Tua Ampenan, elemen distrik
yang Nampak adalah kompleks Kota
inti yaitu berupa kumpulan bekas
pergudangan dengan jenis bangunan
yang homogen dengan ukuran yang
besar
• Node (Simpul)
Node mempunyai identitas yang lebih
baik jika tempatnya memiliki bentuk
yang jelas (karena lebih mudah
diingat), serta tampilan berbeda dari
lingkungannya (fungsi, bentuk). Node
dapat ditemukan pada perlimaan
Ampenan yang masih memerlukan
redesain untuk mempertegas dan
memperkuat rasa tempatnya sebagai
sebuah node.
• Edge (Tepian)
Edge (tepian) adalah elemen linear
yang tidak dipakai/dilihat sebagai path.
Edge berada pada batas antara dua
kawasan tertentu dan berfungsi
sebagai pemutus linear, misalnya
pantai, tembok, batasan sungai,
topografi dan sebaginya.
II - 62
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
• Landmark (Tengeran)
Landmark adalah elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang
menonjol dari kota, misalnya gunung
atau bukit, gedung tinggi, menara,
tanda tinggi, tempat ibadah, pohon
tinggi dan sebaginya. Di Ampenan
yang ditengarai sebagai Landmark
adalah Kawasan Perliman dan Taman
Jangkar
B. Pertandaan
Pertandaan – Signage merupakan jenis tanda dalam kota yang berupa petunjuk
sirkulasi, petunjuk ke lokasi dan fasilitas lain yang bertujuan memberikan kemudahan
untuk pengguna jalan, alat utama dalam mengatur, memberi peringatan dan
mengarahkan lalu lintas. Namun sebagian besar tata letak penandaan yang terdapat
di Kawasan Ampenan belum sesuai bahkan beberapa penanda menutupi bangunan –
bangunan kuno sehingga mengurangi citra dan estetika kawasan.
• Sebagian besar tata
letak penandaan yang
terdapat di Kawasan
Ampenan belum sesuai
bahkan beberapa
penanda menutupi
bangunan – bangunan
kuno sehingga
mengurangi citra dan
estetika kawasan
II - 63
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 64
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Rute angkutan kota saat ini hanya beroperasi dari Jl. Saleh Sungkar – Jl. Yos
Sudarso – Jl. Langko – Jl. Pejanggik – Jl. Selaparang – Jl. Tumpang Sari – Jl.
Panca Usaha – Jl. Catur Warga – Jl. Pendidikan – Jl. R Suprapto – Jl. Pajajaran –
Jl. Niaga – Jl. Saleh Sungkar.
C. Prasarana Air Bersih
Penyediaan air bersih di Kota Tua Ampenan menggunakan dua sumber, yaitu
sumur dan PDAM. Sumur yang digunakan berupa sumur bor dengan kedalaman
10-15 meter. Penggunaan sumur ini kebanyakan digunakan oleh kawasan
perumahan dan permukiman yang jauh dari jangkauan pelayanan PDAM.
Penggunaan sumur bor menjadi sarana penghematan pengeluaran bagi
masyarakat tiap bulannya. Sumber air lainnya yaitu air PDAM. Di Kecamatan
Ampenan disediakan oleh PDAM Menang dengan pengambilan bahan baku air
bersih dari sungai Kota Mataram. Layanan air bersih pada Kawasan Ampenan
temasuk dalam kategori memadai, hal ini dapat dilihat dari kemudahan untuk
mendapatkan air bersih, di mana kawasan ini telah tersalurkan oleh jaringan
PDAM dan kondisi air bersih yang tidak berbau, tidak berasa, maupun tidak
bewarna.
D. Drainase
Sistem jaringan drainase pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan
terdapat pada kedua sisi jalan. Kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan
didominasi dengan jenis drainase tertutup. Sistem drainase pada kawasan ini air
limpasan pada tiap saluran langsung mengalir ke Sungai Jangkuk. Ditinjau dari
fungsi drainase pada koridor ini yang berfungsi dengan baik, karena aliran air
limpasan langsung mengalir ke Sungai Jangkuk. Akan tetapi, ditemukan adanya
genangan di Jalan Niaga pada musim hujan. Jenis drainase tertutup dan
minimnya inlet bisa menjadi salah satu penyebab adanya genangan tersebut,
karena air hujan tidak dapat langsung masuk kedalam saluran drainase.
E. Sanitasi
Sistem sanitasi pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan seluruhnya
menggunakan septic tank pribadi yang tertimbun dibawah bangunan. Pada
umumnya, pada Kawasan Kota Tua Ampenan limbah cair dari rumah tangga
langsung dialirkan menjadi satu dengan saluran drainase. Sedangkan rumah-
II - 65
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
rumah di bagian dalam yang terakses jalan lingkungan tanpa jaringan drainase
membuang limbah rumah tangga ke pekarangan sekitar.
F. Persampahan
Sistem persampahan pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan,
sampah rumah tangga diangkut oleh pekerja yang dibayar melalui penarikan
uang retribusi yang telah ditentukan. kawasan ini tidak tersedianya tempat
sampah umum pada tiap koridor dan tiap bangunan, sehingga pengunjung akan
kesulitan jika ingin membuang sampah dan diperlukan system persampahan yang
baik untuk mendukung pengembangan kawasan Ampenan.
G. Fasilitas penunjuang (Lampu Penerangan Jalan)
Sebagai street furniture lampu penerangan jalan merupakan sarana pelengkap
jalan yang berfungsi sebagai penerangan jalan dan bangunan yang ada di
sekitarnya. Lampu penerangan jalan di kawasan perdagangan jasa Kota Tua
Ampenan kondisinya kurang baik.
H. Fasilitas penunjuang (Traffic Light)
Traffic light di kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan terdapat pada
perlimaan antara Jalan Energi-Jalan Yos Sudarso-Jalan Koperasi-Jalan Saleh
Sungkar-Jalan Pabean. Kondisi traffic light tersebut masih berfungsi dengan baik.
I. Fasilitas penunjang (Taman)
Taman pada kawasan perdagangan jasa Kota Tua Ampenan berupa Ruang
Terbuka Hijau yang terdapat di Jalan Yos Sudarso. Taman ini digunakan oleh
masyarakat sebagai tempat bersantai, khususnya pada malam hari. Selain itu,
adapula pedagang kaki lima yang menjual makanan ringan hingga mainan di
sekitar taman ini, sehingga pengunjung akan betah dan ingin kembali untuk
berkunjung ke taman ini.
II - 66
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 67
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Belum dilengkapi dengan wisata belanja (souvenir), wisata kuliner dan wisata
rekreasi dan hiburan (pagelaran)
- Perdagangan dan Jasa
- Keagamaan
- Taman Jangkar
- Taman Malomba
Wisata
- Kali Jangkok Bahari
- Pendidikan Perlimaan
- Perkantoran
Taman
Jangkar
Sungai
Jangkok
Perdagangan
dan Jasa
II - 68
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
• Strategi SO. Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
• Strategi ST. Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
• Strategi WO. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
• Strategi WT. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada untuk menghindari ancaman.
Tabel 2.12
Analisis SWOT Kawasan Ampenan
Strength Weakness
1. Kawasan Ampenan sebagai 1. Kurangnya peran masyarakat
kawasan strategis untuk dalam melestarikan bangunan
pertumbuhan ekonomi, tua
sosial budaya, serta daya 2. Kurangnya promosi daya
Internal dukung lingkungan Tarik wisata melalui berbagai
2. Kawasan Ampenan memiliki sistem informasi
fungsi dan peran sebagai 3. Lampu jalan belum optimal
kawasan perdagangan jasa 4. Ruang parkir yang terbatas
serta pariwisata 5. Belum teraturnya
3. Kelengkapan sarana penempatan PKL sepanjang
prasarana yang mendukung Kawasan Ampenan
4. Memiliki bangunan – 6. Kurangnya penguat karakter
bangunan tua yang masuk koridor Ampenan sehingga
dalam JKPI belum terbentuk citra
5. Beragam suku budaya yang kawasan dengan kuat &
tinggal di Kawasan kental
Ampenan menjadi daya 7. Kurangnya kebersihan
tarik dan keunikan Kawasan Ampenan
6. Terdapat Variasi daya Tarik 8. Adanya penggunaan badan
wisata (Wisata Alam dan jalan untuk parkir on street
II - 69
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 70
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Analisis IFAS EFAS adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi
internal dan eksternal yang didasarkan didasarkan dari penentuan Strengh
Weakness Opportunity and Threats. Konsep pengembangan strategi ini dengan
melihat kriteria dan pembobotan pada setiap komponen yang telah didapatkan dari
analisis SWOT lalu hasil pembobotan ditampilkan dalam bentuk kuadran per sektor
yang diberikan bobot nilai. Kemudian dari hasil pembobotan didapatkan nilai untuk
menentukan X dan Y. Berikut merupakan arti pada setiap kuadran:
1. Kuadran I
Kuadran I, adalah kuadran pertumbuhan yang terdiri dari dua ruang, yaitu:
II - 71
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 72
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Tabel 2.13
Penentuan Kriteria dan Variabel SWOT Kawasan Ampenan
Faktor Variabel Kriteria
Kekuatan 1. Kawasan Ampenan sebagai 1. Kawasan Ampenan bukan menjadi kawasan
kawasan strategis untuk strategis untuk pertumbuhan ekonomi, sosial
pertumbuhan ekonomi, budaya, serta daya dukung lingkungan
sosial budaya, serta daya 2. Kawasan Ampenan sebagai Kawasan cukup
dukung lingkungan strategis untuk pertumbuhan ekonomi, sosial
budaya, serta daya dukung lingkungan
3. Kawasan Ampenan sebagai kawasan sangat
strategis untuk pertumbuhan ekonomi,
sosial budaya, serta daya dukung
lingkungan
2. Kawasan Ampenan memiliki 1. Tidak terdapat detail regulasi yang menata
fungsi dan peran sebagai dan/ mengatur Kawasan Ampenan
kawasan perdagangan jasa 2. Terdapat detail regulasi yang menata dan/
serta pariwisata mengatur Kawasan Ampenan namun belum
dilaksanakan sesuai regulasi tersebut.
3. terdapat detail regulasi yang menata dan/
mengatur Kawasan Ampenan dan telah
dilaksanakan sesuai regulasi tersebut.
3. Kelengkapan sarana 1. Tidak terdapat sarana prasarana pendukung
prasarana yang mendukung Kawasan Ampenan
2. Terdapat beberapa sarana prasarana yang
cukup menunjang Kawasan Ampenan
3. Memiliki sarana prasarana memadai untuk
mendukung perkembangan Kawasan Ampenan
4. Memiliki bangunan – 1. Tidak berpotensi sebagai Kawasan yang memiliki
bangunan tua yang masuk ciri bangunan kota pusaka dalam JKPI
dalam JKPI 2. Memiliki beberapa potensi sebagai bangunan
pusaka dalam kriteria JKPI
3. Memiliki bangunan tua yang terdaftar
dalam JKPI
5. Beragam suku budaya yang 1. Keberagaman suku yang tinggal di Kawasan
tinggal di Kawasan Ampenan menghilangkan identitas suku asli
Ampenan menjadi daya Kawasan Ampenan
tarik dan keunikan 2. Keberagaman suku yang tinggal di Kawasan
Ampenan menjadi keunikan yang dimiliki Kota
Tua Ampenan
3. Keberagaman suku yang tinggal di Kawasan
Ampenan menjadi daya Tarik dan keunikan
untuk meningkatkan kualitas kawasan
6. Terdapat Variasi daya Tarik 1. Tidak memiliki daya Tarik yang berkarakter
wisata (Wisata Alam dan 2. Memiliki variasi daya Tarik wisata
Wisata Sejarah-Budaya) 3. Variasi daya Tarik wisata berupa Wisata
Alam (Pantai) dan Kawasan Sejarah-Budaya
(Bangunan Tua) yang membedakan dengan
Kota Tua lain
7. Memiliki asksesibilitas lokasi 1. Tidak memiliki aksesibilitas baik
yang baik (diakses melalui 2. Memiliki aksesibilitas baik
jalan arteri) 3. Memiliki aksesibilitas lokasi sangat baik
II - 73
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 74
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 75
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 76
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Tabel 2.14
Matrik Analisis IFAS
(Bobot x
No Strength Bobot Rating
Rating)
Kawasan Ampenan sebagai kawasan strategis untuk
1. pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, serta daya dukung 0,05 3 0,14
lingkungan
Kawasan Ampenan memiliki fungsi dan peran sebagai kawasan
2. 0,03 2 0,06
perdagangan jasa serta pariwisata
3. Kelengkapan sarana prasarana yang mendukung 0,03 2 0,06
4. Memiliki bangunan – bangunan tua yang masuk dalam JKPI 0,05 3 0,14
Beragam suku budaya yang tinggal di Kawasan Ampenan
5. 0,05 3 0,14
menjadi daya tarik dan keunikan
Terdapat Variasi daya Tarik wisata (Wisata Alam dan Wisata
6. 0,05 3 0,14
Sejarah-Budaya)
Memiliki asksesibilitas lokasi yang baik (diakses melalui jalan
7. 0,03 2 0,06
arteri)
Jumlah 0,29 18 0,74
(Bobot x
No Weakness Bobot Rating
Rating)
1. Kurangnya peran masyarakat dalam melestarikan bangunan tua 0,05 3 0,14
Kurangnya promosi daya Tarik wisata melalui berbagai sistem
2. 0,05 3 0,14
informasi
3. Lampu jalan belum optimal 0,05 3 0,14
4. Ruang parkir yang terbatas 0,05 3 0,14
Belum teraturnya penempatan PKL sepanjang Kawasan
5. 0,05 3 0,14
Ampenan
Kurangnya penguat karakter koridor Ampenan sehingga belum
6. 0,05 3 0,14
terbentuk citra kawasan dengan kuat & kental
7. Kurangnya kebersihan kawasan Ampenan 0,03 2 0,06
Adanya penggunaan badan jalan untuk parkir on street
8. kendaraan. Hal ini mengganggu dan mengurangi kenyamanan 0,05 3 0,14
pergerakan kendaraan lain serta menurunkan kualitas visual
Kurangnya penyediaan RTH atau tata hijau koridor Kawasan
9. 0,03 2 0,06
Ampenan
10. Banyak dilakukan perubahan kondisi fasade bangunan tua 0,05 3 0,14
11. Sebagian besar Kondisi bangunan tua ampenan yang terawat 0,05 3 0,14
12. Terdapat papan reklame yang menutupi bangunan tua 0,05 3 0,14
II - 77
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
(Bobot x
No Strength Bobot Rating
Rating)
Ampenan
Belum tersedia wisata belanja (souvenir) yang ditawarkan di
13. 0,03 2 0,06
Kawasan Ampenan
14. Terjadi perubahan fungsi bangunan pada Kawasan Ampenan 0,03 2 0,06
Kondisi sempadan pantai yang tidak mendukung akan
15. 0,05 3 0,14
berpengaruh pada perputaran ekonomi
Belum kuatnya pelestarian local wisdom / tradisi di Kawasan
16. 0,05 3 0,14
Ampenan
Kondisi Jalur pedestrian yang belum dimanfaatkan sesuai
17. 0,05 3 0,14
fungsinya
0,77 47 1,92
0,99 65 2.66
Sumber : Hasli Analisis, 2023
Tabel 2.15
Matrik Analisis EFAS
Bobot x
No Opportunity Bobot Rating
Rating
Peningkatan ekonomi masyarakat melalui peningkatan fungsi 0,08 1 0,08
1.
kawasan Ampenan
2. Peluang penguatan elemen pembentuk identitas Kawasan 0,08 1 0,08
3. Pemanfaatan Kembali bangunan tua yang terbengkalai 0,08 1 0,08
Pelestarian bangunan tua untuk mendukung peningkatan 0,08 1 0,08
4.
fungsi kawasan
Jumlah 0,32 4 0,31
Bobot x
No Threat Bobot Rating
Rating
Keberadaan jalur angkutan tidak didukung oleh keberadaan sub 0,08 1 0,08
1.
terminal atau pangkalan umum
Terdapat Kawasan pergudangan (bangunan Tua) yang tidak 0,08 1 0,08
2.
dimanfaatkan secara optimal
Connectivity antara semua kegiatan di Kawasan Ampenan baik 0,08 1 0,08
3.
perdagangan jasa, wisata (alam&sejarah) belum optimal
Kondisi keamanan dan kenyamanan yang belum tercapai 0,08 1 0,08
4.
dengan baik
Kurangnya penyedia travel atau agen wisata dalam penyediaan 0,15 2 0,31
5.
paket perjalanan ke Kawasan Ampenan
6. Ancaman kerusakan lingkungan 0,7 3 0,69
Jumlah 0.417 9 9
1 1 13
Sumber : Hasli Analisis, 2023
II - 78
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Berdasarkan matriks IFAS-EFAS dapat diketahui bahwa hasil kuadran IFAS-EFAS yaitu
sebagai berikut :
Penilaian tersebut diketahui koordinat sumbu X dan Y dan posisinya berada pada
Kuadran III Ruang F (Guirelle Strategy ) yaitu strategi gerilya, ketika operasional
sedang berjalan, dapat dilakukan pembangunan atau usaha pemecahan masalah
dan ancaman. Strategi dapat dilakukan dengan cara:
▪ Adanya regulasi yang mendukung pelestarian Kawasan Ampenan sebagai
Kawasan dengan sejarah-Budaya dengan keberadaan Bangunan Tua.
▪ Peningkatan aksesibilitas dengan cara pengembangan jalur trayek angkutan
umum.
▪ Pembentukan identitas & citra yang mampu menggabungkan fungsi dan peran
pada Kawasan Ampenan
II - 79
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
II - 80
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Obyek wisata merupakan komponen yang sangat penting dalam pariwisata, karena
sangat erat hubungannya dengan travel motivation dan travel fashion yang
membawa wisatawan berkunjung ke obyek wisata tersebut. Hampir setiap wisatawan
mempunyai motivasi tersendiri untuk mengunjungi suatu obyek wisata dengan
merasakan pengalamannya pada obyek wisata tersebut
Analisis obyek wisata yang
terdapat di Kawasan
Ampenan adalah menggali
dan mengembangkan mutu
obyek wisata dan kawasan
yang ada melalui rencana
pengembangan obyek-obyek wisata. Rencana pengembangan tiap obyek wisata
terbagi ke dalam :
1. Menggali dan mengembangkan produk atau daya tarik, didalamnya berisikan
rencana-rencana yang berhubungan dengan kegiatan atau atraksi alam,
kesenian, budaya, olahraga dan rekreasi, seperti memancing, naik gunung,
berburu, musik dan kegiatan lainnya.
2. Pembuatan dan pengembangan sarana prasarana didalamnya termasuk
kegiatan pembangunan sarana pendukung, seperti jalan setapak,
pesanggrahan, cottage, tempat parkir, membangun panggung, lampu taman
dan lain-lain.
3. Mengembangkan insan pariwisata berarti melakukan kemitraan dengan pihak
swasta, pemerintah maupun masyarakat dalam bentuk peningkatan kursus
keterampilan, penyuluhan, menumbuhkan dan mengembangkan pemandu
wisata.
4. Menggencarkan dan meningkatkan promosi, didalamnya terdiri dari kegiatan-
kegiatan pembutan leaflet, brosur, booklet, penyelenggaraan event-event
bulanan dan tahunan, pembuatan billboard dan petunjuk arah yang jelas,
mengadakan kerjasama dengan biro perjalanan dan hotel berbintang dan
kegiatan lainnya.
II - 81
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Pada kawasan Ampenan terdapat obyek pariwisata berupa wisata alam dan wisata
budaya-sejarah. Untuk mendukung pengembangan obyek wisata pantai dan bahari
tidak terlepas dari penyediaan sarana parasarana dan lingkungan disekitarnya.
Obyek-obyek pariwisata di Kawasan Ampenan dapat mengakomodasi berbagai
kegiatan atraksi, walaupun tidak berada pada satu obyek.
Wisata pantai merupakan wisata yang paling diminati wisatawan, potensi alam dari
pantai dan laut memberikan daya tarik dan pengalaman tersendiri. Wisata pantai
yang dapat dikembangkan di Pantai Ampenan baik ruang pantai dan ruang darat
adalah :
WISATA PANTAI
TEMPAT MAKAN
FOTOGRAFI
Arsitektur
OBYEK WISATA Arsitektur
SEJARAH Bangunan
Kualitas
II - 83
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
SENGGIGI
PANTAI AMPENAN :
• Wisata Alam
• Wisata Sejarah
MATARAM
II - 84
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
BAB 3
KESIMPULAN & REKOMENDASI
3.1. KESIMPULAN
Secara kewilayah kota Mataram, wilayah Ampenan berfungsi sebagai pusat
pelayanan bagi kegiatan perdagangan dan jasa serta pariwisata. Kawasan
Ampenan, merupakan kawasan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan
berdasarkan potensi, masalah, peluang dan tantangan pengembangannya.
Pengembangan merupakan upaya untuk memperbaiki, meningkatkan, memajukan
kualitas layanan dan hal-hal lain yang terkait dalam suatu kawasan.
III - 1
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Tabel 3.1.
Kesimpulan Hasil Analisis pada Kawasan Ampenan
No Elemen Analisis Hasil Analisis Keterangan
Pada Kawasan Ampenan
1 Tinjauan Kebijakan Arahan :
- RTRW - Kota Pusaka - Mempertahankan cagar
- JKPI - Pertumbuhan Ekonomi budaya dan nilainya
- Ripparda - Perdagangan & Jasa skala regional - Terlindunginya asset
- Rencana - Pariwisata sejarah, sosial-budaya
Pembangunan - Kaw. Strategis Sosial Budaya - Pelestarian Bangunan
- Dan lainnya - Peluang Investasi Kuno
- Pusat bisnis bagian barat
Kota Mataram
- Pengembangan pariwisata
di Kawasan Ampenan
3 Analisis Pusat daerah tarikan dan pergerakan yang Pusat pelayanan kegiatan
Kegiatan sangat intens dari Kota Mataram – perdagangan dan jasa serta
Ampenan – Senggigi. pariwisata
6 Analisis Bangunan memiliki nilai/arti penting bagi sejarah, - Bangunan Cagar Budaya
Pusaka ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, - Pariwisata
III - 2
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
9 Elemen Pembentuk - Path : jalur utama Kaw. Ampenan - Karakter dan citra
Kota secara fisik - District : Komplek Kota Inti Kawasan Ampenan
Kevin Lynch 1960 : (kumpulan pergudangan Jl. Pabean) - Estetika Kawasan
1. Path (jalur), - Node : Monumen Bahari, Gerbang - Petunjuk dan
2. edge (tepian), Kota Tua (Perlimaan) menngarahkan
3. distric - Edge, Pantai Ampean, Kali Jangkok
(kawasan), - Landmark, Perlimaan, Taman
4. nodes (simpul), Jangkar
5. landmark - Signage, petunjuk arah
(penanda)
III - 3
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
3.2. REKOMENDASI
Kawasan Ampenan dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan,
direvitalisasi dan/atau dikendalikan agar dapat mencapai keselarasan sosial-
budaya, ekonomi, dan/atau lingkungan.
Rekomendasi pengembangan Kawasan Ampenan dirumuskan berdasarkan kriteria:
1. Analisis yang telah dilakukan pada Kawasan Ampenan
III - 4
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Perwujudan rekomendasi :
1. Mendorong Kawasan Ampenan menjadi salah satu Kawasan Tujuan Wisata
Unggulan Kota Mataram;
2. Regulasi pelestarian Sejarah dengan perlindungan terhadap bangunan Gedung,
tata bangunan lingkungan sesuai karakter dan citra Kawasan Ampenan;
III - 5
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
Tabel 3.2.
Rekomendasi pengembangan Kawasan Ampenan
No Rekomendasi perwujudan Instansi /
Lembaga
Mempertahankan cagar
Budaya • Museum
• Sejarah • Perwal / Perkada • Dinas Pariwisata
• Melestarikan Bangunan - Bangunan Gedung • Bappeda
Kuno - Pengaturan Reklame (Papan • PU
Iklan) • Masyarakat
- Insentif-Disinsentif
• RDTR
Fisik
• Penguatan Identitas • penataannya secara spasial dan • Dinas Pariwisata
kawasan mengembalikan fungsinya sesuai • Bappeda
• Peningkatan citra aslinya. • PU
• Penguatan 5 elemen pembentuk
Path,edge,distric,nodes, • Swasta
landmark • Masyarakat
• Menonjolkan arsitektural
• Menyediakan sarana prasarana
• RTBL
III - 6
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
III - 7
PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN KAWASAN AMPENAN
SEBAGAI KOTA TUA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA
Laporan Akhir
III - 8