ak
ris
sT
ita
rs
ve
KARAKTERISTIK PERMUKAAN
ni
t i
ak
ris
Penerbit
sT
ita
CV. MEDIA SAINS INDONESIA
rs
www.penerbit.medsan.co.id
ni
U
Anggota IKAPI
KE
No. 370/JBA/2020
FT
KARAKTERISTIK GUNUNG LUMPUR (MUD
VOLCANO) DI PERMUKAAN DAERAH JAWA TIMUR
Muhammad Burhannudinnur
Wildan Tri Koesmawardani
Editor :
i
Rintho R. Rerung
t
Tata Letak :
ak
Muhammad Burhannudinnur dan Wildan Tri Koesmawardani
Desain Cover :
ris
Rintho R. Rerung
Ukuran :
sT
B5: 18,2 x 25,7 cm
Halaman :
xiv, 98
ita
ISBN :
978-623-362-177-9
rs
Terbit Pada :
November 2021
ve
t i
detail mengenai karakterisasi dan sebarannya di Jawa Timur. Jawa
ak
Timur dikenal sebagai salah satu cekungan penghasil migas dan
daerah yang mempunyai mud volcano, seperti Bleduk Kuwu dan
ris
terakhir Lusi. Hal tersebut menjadi isu penelitian yang terus
berkembang hingga saat ini, karena lapangan migas raksasa yang
berada di Jawa Timur, harus berdampingan bahaya mud volcano
sT
yang berada di sekitarnya. Penelitian tentang mud volcano di Jawa
Timur sangat terbatas, terkecuali Lusi. Beberapa riset telah
dilakukan oleh penulis mengenai karakteristik gunung lumpur
ita
khususnya pada Bleduk Kuwu pada tahun 2012-2020.
i
pembelajaran bagi para Dosen dan Mahasiswa yang berkatian
dengan matakuliah tersebut. Selain hal tersebut, Monograf ini dapat
juga sebagai kumpulan penelitian dari studi-studi yang pernah
dilakukan sebelumnya oleh penulis yang secara umum dapat menjadi
bahan evaluasi bagi industri migas yang berada di daerah Jawa
Timur.
t i
ak
Ucapan terimakasih ditujukan kepada Dekan FTKE Dr.Ir. Afiat
Anugerahadi, M.S, Wakil Dekan I FTKE Dr.Ir. Fajar Hendrasto,
M.T. serta Ka. Prodi Tekni Geologi FTKE USAKTI Ir. Dewi
ris
Syavitri, M.Sc., Ph.D. serta para kolega penulis yang tidak bisa
disebutkan satu per satu yang selama ini telah memberikan masukan
sT
dan diskusi-diskusi yang hangat, semoga Monograf ini bisa
bermanfaat bagi perkembangan ilmu kebumian di lingkungan
Universitas Trisakti pada khususnya, dan para ahli kebumian di
ita
Indonesia pada umumnya.
Penulis,
ve
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................ I
DAFTAR ISI .......................................................................... III
t i
DAFTAR GAMBAR .................................................................. V
ak
DAFTAR TABEL .................................................................... XI
RINGKASAN ....................................................................... XIII
ris
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................ 1
BAB 2 GUNUNG LUMPUR DAN PROSES PEMBENTUKANNYA ... 4
sT
BAB 3 STRUKTUR DAN MORFOLOGI GUNUNG LUMPUR ......... 7
BAB 4 GUNUNG LUMPUR DI JAWA TIMUR ............................ 11
ita
4.1 GUNUNG LUMPUR KESONNGO ............................................... 16
4.2 GUNUNG LUMPUR KUWU ...................................................... 20
4.3 GUNUNG LUMPUR CANGKRINGAN ........................................... 23
rs
iii
5.9 ANALISIS GAS .................................................................... 67
5.10 PENGUKURAN ADSORPSI .................................................... 72
BAB 6 KARAKTERISTIK GUNUNG LUMPUR DI JAWA TIMUR 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 93
RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................... 99
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
iv
DAFTAR GAMBAR
t i
Daerah penelitian hanya di fokuskan pada dua
ak
kotak warna merah. ...................................................3
Gambar 2 Elemen dasar dan struktur dari sistem gunung
lumpur (Dimitrov, 2002). ..........................................8
ris
Gambar 3 Macam-macam tipe morfologi gunung lumpur
yang diusulkan oleh Akhmanov dan Mazzini
(2007), dalam Satyana dan Asnidar (2008). ...........10
sT
Gambar 4 Rangkuman stratigrafi regional Jawa bagian timur
dari peneliti terdahulu: (A) Sribudiyani dkk.,
2003; Sapiie dkk., 2006 dan (B) Smyth dkk.,
ita
2005 (modifikasi oleh Prasetyadi, 2007). ...............13
Gambar 5 (A) Lokasi gunung lumpur (titik merah) pada peta
elevasi daerah Jawa Timur. (B) Perbesaran di
rs
2019) .......................................................................15
Gambar 6 Posisi gunung lumpur di Peta Geologi daerah
Kradenan .................................................................16
ni
v
(F) Gejala sesar naik memanjang berarah
barat-timur...............................................................19
Gambar 9. (A) Morfologi pai timur dengan ledakan yang
besar. (B) Morfologi pai terdiri dari pusat
ledakan, zona lumpur cair, tanggul pai, lelehan
lumpur. (C) Rekahan berarah baratlaut-
i
tenggara latar belakang salsa. (D)
t
Pengambilan sampel yang lebih dalam (E)
ak
Penampang pai. (F, G) Sumur-uji-1 dan 2
untuk mendapatkan kolom litologi, namun
lumpur naik secara cepat segera menutup
ris
sumur (Burhannudinnur, 2013, 2019) .....................21
Gambar 10 Citra satelit tahun 2010 (A) dan 2021 (B). Ukuran
pai barat menyusut, pai tengah sama, pai timur
sT
mengecil. .................................................................22
Gambar 11 (A, B) Citra satelit GL Cangkringan tahun 2010
dan 2021. .................................................................23
ita
Gambar 12 (A) Morfologi kubah sangat landai GL
Cangkringan, banyak pai dengan cairan
lumpur, air, dan gas. (B) grifon kecil dengan
rs
vi
morfologi kubah mengecil. .....................................28
Gambar 17 (A, B) Citra Gunung Lumpur Medang 2010 dan
2021.........................................................................29
Gambar 18 (A) Morfologi kerucut Gunung Lumpur Medang.
(B) Kolam air di Gunung Lumpur Medang (C)
Puncak Gunung Lumpur Kerucut Medang
i
berbentuk pai (D) Kolam dengan gas yang
t
sangat besar. (E, F) Kerucut dengan puncak
ak
pai yang ebih kecil dari Gunung Lumpur
Medang, staletit Medang. ........................................30
Gambar 19. (A) Aliran lumpur dari puncak Gunung Lumpur
ris
Medang. (B, C) Struktur aliran dalam tubuh
aliran lumpur. (D) Jenis fragmen batuan
berbentuk butir yang menyudut di dalam
sT
breksi lumpur. .........................................................31
Gambar 20 (A) Gunung Lumpur Anak Kesongo, merupakan
kerucut. (B) Pai di bagian puncaknya,
ita
denganrembesan gas. ..............................................32
Gambar 21(A, B) Citra GL. Gununganyar 2010 dan 2021 ............33
Gambar 22 (A) Morfologi kubah kecil GL. Gununganyar. (B)
rs
vii
dan silika (Burhannudinur, 2013). C dan D
Kerucut kecil dari mud volcano Wringinanom
dengan lelehan lumpur
(https://www.google.com/maps/contrib/1081
37956207147982454/photos/@7.8764185,11
4.5151145,8z/data=!3m1!4b1!4m3!8m2!3m1
i
!1e1?hl=id) ..............................................................38
t
Gambar 28 Evolusi morfologi Gunung Lumpur Lusi dari
ak
sebelum lahir sampai 2021 dari citra. Sumber
Citra: CRISP dan Google Earth..............................40
Gambar 29 (A) Semburan Lusi 2012, (B). Pusat semburan (C)
ris
torehan dan mud carack Lusi, (D) Semburan
Gas dan air dalam Kolam air di Kendensari
(Burhannudinur 2013) (E) Kiri Image satelite
sT
2021 (www.beritasatu.com: Lumpur Sidoarjo
Bisa dijadikan Area Wisata) (F) Kerucut atau
grifon Landai (Burhannudinur 2013) ......................41
ita
Gambar 30 Lokasi sampel dan gejala gunung lumpur. (A)
Geger Soccah. (B). Kubah Gunung lumpur
yang sudah mati di belakang Museum
rs
viii
Lumpur Kesongo (Modifikasi dari
Burhannudinnur, 2013) ...........................................47
Gambar 34 Penentuan sumber material gunung lumpur
berdasarkan umur dari mikrofosil dan
makrofosil. ..............................................................50
Gambar 35 Contoh hasil analisis SEM dan analisis EDX. (A)
i
Mikrofotografi. (B) Hasil analisis EDX..................51
t
Gambar 36 Identifikasi jenis mineral di SEM. K (kaolinit),
ak
Sm (smektit), F (fosil), I (illit), BK (struktur
buku). ......................................................................52
Gambar 37 Hubungan antara tingkat diagenesis dengan
ris
kedalaman timbunan (Burley dkk., 1987
modifikasi oleh Heryanto, 2007). ...........................54
Gambar 38 Contoh hasil analisis XRD untuk sampel no. B-
sT
073 dari Gunung Lumpur Kesongo. .......................55
Gambar 39 Sampel butiran dari lumpur (1-5%) dari sampel
B-081 yang di ambil pada kola di Kesongo.
ita
(A) Butiran kuarsa berukuran sedang
bercampur dengan fragmen lempung dan
kalsit. (B) Butiran batubara berada diantara
rs
ix
berasal di Zona Rembang, warna merah dari
Zona Kendeng. ........................................................62
Gambar 45 Contoh hasil analisis petrografi fragmen batuan
Gunung Lumpur Kesongo. Sampel nomor
KSG 19 A-3 dan KSG 44 A-2 secara
megaskopis terlihat adanya struktur lipatan
i
mikro, hasil analisis petrografi menunjukkan
t
gejala stilolit dengan isian sparit kalsit dengan
ak
satu arah kemungkinan karena deformasi.
Sampel nomor KSG 05 dan KSG 03 berupa
fragmen batupasir karbonatan mengandung
ris
banyak fosil. (Burhannudinnur, 2013) ....................66
Gambar 46 . (A) Plot data isotop karbon δ13C gas hidrokarbon
menunjukkan perkiraan kematangan termal
sT
batuan sumber gas (diambil dari James, 1983).
(B) Diagram metana δ13 terhadap proporsi
metana dalam gas hidrokarbon (diambil dari
ita
Tissot dan Besserau, 1982). ....................................71
Gambar 47 Diagram isotop karbon δ13Cmetana (C1)
terhadap δC13etana (C2) (sumber diagram:
rs
x
DAFTAR TABEL
t i
Tabel 2 Ringkasan data umur berdasarkan mikrofosil
ak
(foraminifera) sampel lumpur yang berasal dari
gunung lumpur. ............................................................48
Tabel 3 Ringkasan data lingkungan pengendapan
ris
berdasarkan mikrofosil (foraminifera) dari
sampel lumpur gunung lumpur. ...................................49
Tabel 4 Ringkasan hasil analisis SEM. ..........................................53
sT
Tabel 5 Ringkasan hasil analisis XRD. ..........................................55
Tabel 6 Hasil test sifat fisik lumpur. ..............................................59
Tabel 7 Hasil tes kandungan air .....................................................60
ita
Tabel 8. Ringkasan hasil uji kimia air dari 14 sampel....................63
Tabel 9 Ringkasan petrografi di Gunung Lumpur Kesongo ..........65
Tabel 10 Hasil analisis komposisi gas dalam sampel. ....................69
rs
penelitian......................................................................80
Tabel 17 Perubahan morfologi kerucut atau grifon menjadi
pai. ...............................................................................88
FT
xi
FT
KE
U
ni
ve
xii
rs
ita
sT
ris
ak
t i
RINGKASAN
i
yang terletak berada di Zona Rembang dan Zona Kendeng, Jawa
t
Timur dengan fokus analisis data permukaan dan mengintegrasikan
ak
dengan analisis laboratorium berupa determinasi foraminifera, SEM,
XRD, besar butir, sifat fisik lumpur, kandungan air, kimia air,
ris
petrografi, gas hingga adsropsi. Sehingga pada akhirnya hasil dari
integrasi analisis data tersebut, dapat dikelompokan karakteristik
gunung lumpur berdasarkan data permukaan. Gunung lumpur yang
sT
diteliti diantaranya adalah Gunung Lumpur Kesongo, Gunung
Lumpur Kuwu, Gunung Lumpur Cangkringan, Gunung Lumpur
ita
Crewek, Gunung Lumpur Banjarlor, Gunung Lumpur Medang, dan
Gunung Lumpur Anak Kesongo yang sebarannya secara fisiografis
pada Zona Rembang. Gunung Lumpur Gununganyar, Gunung
rs
karakter kimia air dan gas yang berbeda dengan tingkat diagenesa
sumber material yang berlainan. Untuk kandungan gas metana
U
biogenik.
xiii
Formasi Ngimbang, dengan adanya data umur Oligosen Akhir dari
fragmen batuan Gunung Lumpur Kesongo. Daerah Sidoarjo sumber
materialnya berasal dari Formasi Kalibeng Bagian Atas ada
kemungkinan berasal juga dari formasi berumur Miosen, karena
umur lumpur dari analisis fosil diperoleh Miosen-Pliosen.
i
Beberapa karakter di gunung lumpur Jawa Timur memperlihatkan
t
ak
morfologi yang bervariasi yang diantaranya kerucut, grifon, kolam,
salsa, dan pie. Berdasarkan integrasi dari analisis data permukaan
gunung lumpur dan analisis laboratorium, maka gunung lumpur di
ris
Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam empat model gunung
lumpur, yaitu: Model Kuwu, Model Crewek dan Model Medang,
sT
serta Model Lusi. ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
i
pembentukannya? Dalam monograf ini, penulis akan menjelaskan
t
apa sebenarnya gunung lumpur itu dan bagaimana mekanisme
ak
pembentukannya berdasarkan hasil penelitian dan kajian mengenai
gunung lumpur yang berada di Jawa Bagian Timur. Gunung lumpur
ris
(mud volcano) adalah suatu terminologi dalam sains geologi yang
bersifat genetik, yaitu fenomena material yang memiliki tekanan
sT
tinggi yang diakibatkan adanya intrusi dari lumpur atau campuran
antara lumpur dengan fragmen batuan (Fertl dkk., 1994). Gunung
lumpur adalah morfologi yang di bentuk dari lumpur yang berasal
ita
dari bawah permukaan. Bentukan topografi gunung lumpur berupa
material letusan berupa pai lumpur, morfologi kubah, dengan
topografi yang kerucut ataupun rendah tergantung dari geometri
rs
letusan yang keluar berupa batuan, cairan, atau gas yang berasal dari
suatu formasi batuan di bawah permukaan dengan kondisi tekanan
ni
Mei 2006, dua hari setelah Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006. Gunung
lumpur merupakan istilah yang dahulu tidak begitu dikenal
kemudian menjadi sangat popular pada saat itu. Erupsi berupa
lumpur panas tersebut berjarak 200 m ke arah baratdaya dari lokasi
pengeboran sumur BJP-1. Dua kelompok peneliti saling
1
bertentangan mengenai pemicu lahirnya Lusi. Kelompok pertama
berpendapat karena kesalahan pengeboran sehingga mengakibatkan
blowout di bawah tanah diinisiasi oleh Davies dkk. (2007) dan
Tingay dkk. (2008). Namun, kelompok kedua menyatakan lahirnya
Gunung Lumpur Lusi karena pengaruh gempa Yogyakarta yang
didukung oleh Mazzini dkk. (2007); Istadi dkk. (2009) dan Sawolo
t i
dkk. (2009).
ak
Karakterisasi gunung lumpur di Zona Rembang dan Zona Kendeng
sudah cukup konklusif dari publikasi yang dilakukan oleh
ris
Buhannudinnur (2012, 2019, dan 2020) namun belum terintegrasi
dengan baik dengan perkembangan data yang ada. Sehingga
sT
memberikan peluang bagi penulis untuk menulis monograf
mengenai karakteristik gunung lumpur di Jawa Timur. Penelitian
karekatersistik permukaan gunung lumpur pada monograf ini sangat
ita
menarik untuk dikaji karena kekhasan morfologinya, dan kemudian
diharapkan mendapatkan kesimpulan yang cukup komperhensif
mengenai karakteristik permukaan gunung lumpur di Jawa Timur
rs
2
fisiografi berada pada Zona Rembang, dan Gunung Lumpur
Gununganyar, Gunung Lumpur Kalanganyar, Gunung Lumpur
Wringinanom, dan Gunung Lumpur Lusi yang secara fisiografi
berada pada Zona Kendeng pada Gambar 1. Secara fisiografis
gunung lumpur daerah Kuwu-Kesongo berbeda dengan Lusi-
Kalanganyar. Hal ini menjadi pengetahuan awal dalam memahami
t i
perbedaan karakter gunung lumpur di bagian barat (area Kuwu) dan
ak
bagian timur (area Sidoarjo). Secara umum Zona Kendeng
mempunyai batuan sedimen yang lebih tebal, batuan dasarnya belum
ris
bisa ditentukan dari seismic, sedangkan Zone Kendeng batuan
sedimennya lebih tipis, batuan dasarnya bisa dikenali di dapat
seismik (Burhanudinur, 2013)
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
3
BAB 2
GUNUNG LUMPUR DAN PROSES
PEMBENTUKANNYA
i
Material sedimen yang keluar ke permukaan dengan butir halus dan
t
ak
kaya akan cairan dan menembus lapisan batuan diatasnya melalui
zona lemah merupakan salah satu ciri dari gunung lumpur. Menurut
Milkov (2000), Kopf (2002) dan Dimitrov (2002) gunung lumpur
ris
yang terdapat di seluruh dunia umumnya merupakan bentukan alami
dari sedimen, cairan berasal dari larutan air, gas yang terlarut, garam,
sT
gas, dan minyak yang kemudian mengalir atau Meletus ke
permukaan. Maka Milkov (2000) dan Dimitrov (2002)
mendifinisikan gunung lumpur merupakan suatu diapir serpih
ita
namun tidak berlaku sebaliknya. Morfologi gunung lumpur
merupakan suatu bentang alam yang dibentuk oleh produk gunung
lumpur seperti kawah yang terbentuk dari gunung lumpur, bentukan
rs
4
Penyebab penting terbentuknya gunung lumpur menurut Milkov
(2000) dibagi kedalam empat kondisi, yaitu:
1. Keadaan geologi
a. Sedimen penutup yang tebal (8 – 22 km), utamanya tersusun
oleh terrigenous sediments
i
b. Adanya lapisan serpih yang plastis di bawah permukaan
t
c. Pembalikan berat jenis batuan
ak
d. Adanya akumulasi gas dibawah permukaan yang dalam
e. Tingginya tekanan formasi yang tidak normal
ris
2. Kondisi tektonik
a. Penurunan yang cepat dari sedimen penutup karena tingkat
sT
akumulasi sedimen yang tinggi
b. Adanya diapir ( lumpur tertekan) atau lipatan antiklin
c. Adanya sesar
ita
d. Adanya kompresi tektonik secara lateral
e. Adanya aktivitas seismik
f. Adanya proses isostasi
rs
3. Kondisi geokimia
ve
5
d. Fluida bertekanan tinggi dan sedimennya yang belum
terkompaksi
e. Endapan berupa material lempungan dan klastika menjadi
sumber gas dan air, menyimpan air dalam pori dan
menghasilkan fluida hasil diagenesa di kedalaman
f. Penambahan tekanan yang diikuti proses migrasi fluida dari
t i
bagian tengah cekungan ke tepiannya
ak
g. Sumber utama air berasal dari paket endapan lempung
dengan interval pasiran yang berfungsi sebagai tempat
ris
menyimpan yang pasif.
Kandungan air dalam sedimen muda yang belum terkompaksi
sT
dengan sempurna selama proses burial dan kompaksi, akan keluar.
Dalam sistem pengendapan yang tebal dan cepat pada sedimen yang
berbutir halus akan mengurangi tingkat porositas dan permeabilitas,
ita
menghambat keluarnya aliran air dari dalam sedimen tersebut yang
umumnya berupa serpih atau lumpur. Implikasi dari proses burial
yang terjadi secara terus menerus, maka tekanan fluida akan
rs
6
BAB 3
STRUKTUR DAN MORFOLOGI GUNUNG
LUMPUR
t i
Gunung lumpur apabila dilihat dari sudut pandang geomorfologi
ak
terlihat hampir sama dengan gunung berapi pada umumnya. Namun
letusan gunung lumpur tidak seperti gunungapi pada umumnya.
Gunung lumpur terlihat lebih tenang, tumbuh dan memperluas
ris
wilayahnya dengan aliran material semi cair yang keluar sedikit
demi sedikit secara terus menerus yang disebut dengan breksi
sT
gunung lumpur. Breksi gunung lumpur ini tersusun atas matriks
lumpur, yang mendukung sejumlah variabel gangguan yang kacau,
berbentuk menyudut hingga membulat dan berdiameter mulai dari
ita
beberapa millimeter hingga sepuluh meter atau lebih. Fragmen
pecahan batuan tersebut mungkin terdiri dari berbagai macam
rs
litologi yang berasal dari batuan yang telah dilewati lumpur dalam
proses mengalirnya ke permukaan.
ve
7
parasit atau sekunder. Kadang-kadang kawah ini runtuh dan diisi
oleh kumpulan air yang membentuk danau kecil, seperti kolam
lumpur dan gas yang bergelembung disebut dengan salses. Sejumlah
lubang sekunder kecil yang disebut dengan grifon dapat terbentuk
disekitar kawah dan di banyak tempat pada tubuh gunung lumpur.
Geometri grifon biasanya mengeluarkan material berupa lumpur, gas
t i
dan air, yang dicirikan dengan tidak terdapatnya fragmen batuan
ak
padat.
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
8
Berikut merupakan macam-macam morfologi gunung lumpur yang
diusulkan oleh Dmitrov (2002).
t i
gas yang dikeluarkan. Periode aktivitas yang pendek dibatasi dengan
ak
periode pasifnya yang panjang. Keluarnya mud breccia biasanya
ditandai oleh viskositas fluidanya yang rendah. Hal ini menentukan
ris
tingkat kecuraman bentuk kerucut yang terbentuk dari gunung
lumpur tipe ini. Beberapa contoh gunung lumpur tipe ini adalah
gunung lumpur Lokbatan di Apsheron Peninsula dan Dzuhau-Tepe,
sT
gunung lumpur terbesar dari Kerch Peninsula.
oleh kehadiran lapisan jenuh air pada bagian atas dari strata sedimen.
Bentuknya sangat landai, namun terlihat menonjol atau berbentuk
U
9
morfologi, tetapi umumnya morfologi tersebut membangun kawah
komposit.
t i
1. “Classic” conic volcanic edifice dengan kawah utama dengan
ak
aliran lumpur yang menunjukan periode erupsi.
2. Sticky mud neck protrusion
ris
3. Swamp-like area
4. “Collapsed synclinal” depression
5. Crater muddy lake
sT
Namun pada kenyataanya, seringkali morfologi gunung lumpur
memperlihatkan kombinasi dari tipe-tipe diatas.
ita
rs
ve
ni
U
KE
10
BAB 4
GUNUNG LUMPUR DI JAWA TIMUR
i
daerah Jawa Timur merupakan hasil integrasi yang komperhensif
t
dari penelitian yang sudah dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir
ak
yaitu dari Burhannudinnur, dkk. (2012), Burhannudinnur (2012),
Burhannudinnur dan Prasetyo (2012), Burhannudinnur (2019),
ris
Burhannudinnur (2019), dan Burhannudinnur (2020). Pada langkah
awal, interpretasi dan analisis data citra Quickbird dilakukan sebagai
sT
langkah awal dalam survei lapangan gunung lumpur di Jawa Timur
dan melihat hasil evolusi dari gunung lumpur tersebut. Dua hal yang
dihasilkan dari interpretasi citra yaitu peta awal untuk gunung
ita
lumpur yang berskala besar dan koordinat awal gunung lumpur
untuk persiapan survei. Data citra ada dua jenis yaitu data komersial
dan data umum. Data komersial diperoleh melalui pembelian resmi,
rs
11
membaginya berdasarkan stratigrafi Zona Kendeng dan Zona
Rembang. Secara umum, pada Gambar 4 digambarkan secara lebih
menyeluruh stratigrafi wilayah Jawa Timur yang meliputi tiga dari
empat zona fisiografi, yaitu Zona Pegunungan Selatan, Zona
Kendeng, dan Zona Rembang.
t i
Gunung lumpur di Jawa Timur termasuk dalam Cekungan Jawa
ak
Timur. Cekungan ini merupakan cekungan ekstensional, dengan
geometri cekungan graben-half graben (separuh graben) berarah
ris
barat-timur yang diisi oleh endapan paling tua dari Formasi Pra-
Ngimbang berumur Paleosen-Eosen Awal yang terbukti hadir di
Laut Jawa Timur (Phillips dkk., 1991; Matthews dan Bransden,
sT
1995; Sribudiyani dkk., 2003).
Jawa. Struktur ini pada umumnya merupakan jalur lipatan dan sesar
naik akibat kompresi yang berasal dari subduksi Neogen Lempeng
FT
12
t
ak
ris
sT
ta
r si
ve
ni
Gambar 4 Rangkuman stratigrafi regional Jawa bagian timur dari peneliti terdahulu: (A) Sribudiyani dkk., 2003;
Sapiie dkk., 2006 dan (B) Smyth dkk., 2005 (modifikasi oleh Prasetyadi, 2007).
U
13
KE
Bidang sesar sungkup yang nampak memotong sampai ke lapisan
yang masih berkedudukan horizontal menunjukkan pensesarannya
terjadi paling akhir dibandingkan dengan pembentukan struktur yang
lain (Prasetyadi, 2007). Sebagai hasil dari inversi lapisan-lapisan
batuan terlipat lemah dengan sesar memotong puncak-puncak
t i
antiklin hasil inversi (Matthews dan Bransden, 1995).
ak
Obyek pembahasan dalam buku ini meliputi 11 (sebelas) gunung
ris
lumpur dan tiga gunung lumpur berada di luar daerah penelitian
sebagai pembanding dan pelengkap objek penelitian. Lokasi pada
umumnya terdapat di dua daerah yaitu di sekitar Kradenan, Jawa
sT
Tengah dan sekitar Sidoarjo, Jawa Timur. Gunung lumpur di luar
area penelitian dipergunakan untuk melengkapi data dan
membandingkan hasil analisis terutama analisis laboratorium.
ita
Lokasi semua gunung lumpur ditentukan dengan GPS dan
dimasukkan ke dalam data base bersama dengan data bawah
rs
14
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
Gambar 5 (A) Lokasi gunung lumpur (titik merah) pada peta elevasi
daerah Jawa Timur. (B) Perbesaran di daerah Kradenan-
Kesongo. Morfologi kubah terlihat di GL. Kesongo
FT
(Burhannudinnur, 2019)
15
t i
ak
ris
sT
Gambar 6 Posisi gunung lumpur di Peta Geologi daerah Kradenan
16
melingkar dengan gradasi beberapa warna diperkirakan memiliki
korelasi dengan periode letusan dan sejarah pengendapan lumpur.
t i
ak
ris
sT
ita
rs
C
ve
ni
U
KE
FT
Gambar 7 (A) Peta geologi GL. Kesongo berdasarkan data citra dan
survei lapangan tahun 2009. (B) Penampang geologi
dengan kedalaman diperkirakan dari perbedaan tinggi
kubah di lapangan (Burhannudinnur, 2013). (C) Data
citra satelit 2021 (google)
17
Pada Gunung Lumpur Kesongo, morfologi grifon, salsa, pai kecil,
dan kolam dapat teramati yang merupakan ciri khas dari morfologi
gunung lumpur. Grifon dijumpai berdiri sendiri atau membentuk
punggungan yang berorientasi sejajar dengan sesar atau rekahan,
berukuran tinggi mencapai 1,2 m. Suara berisik keluar dari grifon
ketika mengeluarkan atau melontarkan lumpur. Salsa tersebar di
t i
beberapa tempat dengan rembesan gas kecil namun sangat banyak.
ak
Frekuensi gelembung yang bisa diamati 2-3 kali per detik dengan
ukuran gelembung di permukaan air umumnya berdiameter kurang
ris
dari 5 cm. Pai kecil berada di grifon yang sudah tidak aktif. Kolam
dijumpai di sisi timur gunung lumpur dengan ukuran mencapai
30x50 m2. Morfologi khas gunung lumpur tersebut sebagian besar
sT
berada di dalam lumpur warna abu-abu terang sampai warna abu-abu
gelap. Khusus grifon dan salsa kadang dijumpai di bagian terluar
sampai setempat-setempat namun mempunyai kelurusan dengan
ita
punggungan grifon di tengah (Gambar 8).
silika, dan oksida besi. Material lumpur relatif cair, air mudah tertiris
terpisah dari lumpur. Suhu air sebesar 32-35oC dengan pH 7.
U
18
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
Gambar 8 Morfologi dan geometri di GL. Kesongo. (A) Foto dari arah
baratdaya memperlihatkan morfologi bekas pusat semburan
cekung landai. (B) Variasi fragmen batuan mencapai 40 cm.
FT
19
4.2 Gunung Lumpur Kuwu
Gunung Lumpur Kuwu atau penduduk setempat menyebutnya
sebagai Bleduk Kuwu terletak di Desa Kuwu Kradenan, di pinggir
Jalan Purwodadi Cepu. Koordinat Gunung Lumpur Kuwu
111°7'0,03" BT, 7°7'15,96" LS. Luas areanya berkisar 0,9x0,7 km2.
t i
Gunung Lumpur Kuwu memiliki morfologi kubah yang sangat
ak
landai, tinggi kubah diukur dengan bantuan kompas sekitar 2-4 meter
dari sebelah tenggara dan 1-2 meter jika diukur dari sebelah utara.
ris
Geometri Gunung Lumpur Kuwu jika dilihat dari peta merupakan
lingkaran sampai sedikit elips dengan kelonjongan 0,85 dengan
sumbu barat-timur. Puncak kubah datar sedikit cekung di tengah
sT
menyerupai kawah sangat landai dengan tanggul kawah di tepi tidak
lebih dari 1 m. Pada bagian tengah kawah terdapat dua morfologi
khas gunung lumpur pai yang yaitu pai utama (timur) dan pai barat.
ita
Morfologi pai utama berdiameter 60 m di timur dan 20 m di barat.
Ledakan gelembung gas besar diperkirakan mencapai 4-5 m
rs
(Gambar 8). Frekuensi ledakan pai timur 0,25-2 ledakan per menit,
namun pai barat lebih lambat berkisar 0,1-0,5 ledakan per menit,
ve
barat dan timur terdapat banyak pai kecil antara 0,5-2 m, lebih dari
30 buah. Periode ledakan pai kecil cukup bervariasi dan sangat
U
20
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
Gambar 9. (A) Morfologi pai timur dengan ledakan yang besar. (B)
KE
Morfologi pai terdiri dari pusat ledakan, zona lumpur cair, tanggul
pai, lelehan lumpur. (C) Rekahan berarah baratlaut-tenggara latar
belakang salsa. (D) Pengambilan sampel yang lebih dalam (E)
FT
21
sangat bervariasi berkisar 20 s/d 80 per menit dengan ukuran
gelembung berukuran maksimal 5 cm. Viskositas lumpur sangat
tinggi dan air relatif lambat tertiris dari lumpur. Terdapat tambang
garam tradisional yang berada di sisi timur dan timurlaut dengan
mengalirkan rembesan air ke kolam buatan ketika air di salsa
melimpah. Suhu air sebesar 30-32oC dengan pH 6,5-7.
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
Gambar 10 Citra satelit tahun 2010 (A) dan 2021 (B). Ukuran pai
barat menyusut, pai tengah sama, pai timur mengecil.
22
4.3 Gunung Lumpur Cangkringan
Secara administratif Gunung Lumpur Cangkringan berada di Desa
Cangkringan yang secara lokal dikenal juga dengan Bleduk Lanang
atau Bleduk Manten kira-kira 1,5 km di sebelah baratdaya Gunung
Lumpur Kuwu, dengan masuk dari jalan desa di Desa Cangkringan.
i
Memiliki koordinat 111°6'34,86" BT, 7°7'10,49" LS. Evolusi
t
perubahan morfologi Gunung Lumpur Cangkringan dapat diluhat
ak
pada Gambar 11.
ris
Gunung Lumpur Cangkringan memiliki morfologi kubah landai
kecil berada di kubah yang lebih besar sehingga berkesan berundak,
dengan beda tinggi diantara undak berkisar 0,5-1,5 m, memiliki luas
sT
area 0,4x0,3 km2 (Gambar 12). Pada puncak kubah berdiameter 60
m, terdapat banyak pai, yang terbesar berdiameter 10 m. Aliran
campuran air, lumpur, dan gas sangat cepat meluber sampai ke
ita
sekeliling kubah teratas. Air terpisah dengan cepat dari lumpurnya
membentuk salsa dan kolam. Ledakan gas dari pai utama dengan
rs
ukuran lebih kecil, kurang dari 0,5 m, adalah grifon dengan pai
dibagian puncaknya. Salsa dan corong ventilasi gas (gas venting)
ni
23
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
24
4.4 Gunung Lumpur Crewek
Gunung Lumpur Crewek terletak di Desa Crewek di pinggir jalan
alternatif Purwodadi-Sragen, setelah rel kereta api dengan
koordinat111°6'46,43" BT, 7°9'2,75" LS.
t i
terpisah memanjang ke arah utara-selatan, dengan banyak lubang
ak
galian manusia sehingga morfologi alami dan morfologi buatan tidak
bisa dikenali dengan baik (Gambar 13).
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
25
Ukuran kubah yang terbentuk 30x50 m2, dengan tinggi 3 m dari
permukaan tanah, dengan morfologi salsa 2-4 m2, kolam 3-6 m2
dengan gelembung gas sangat banyak, mempunyai warna air
berbeda-beda, berbau, terdapat sejenis travertin berarah utara-
selatan, sampai timurlaut-baratdaya, serta sedikit lumpur (Gambar
14). Gelembung gas yang terbentuk berkisar dari 2 cm sampai 8 cm
t i
dengan frekuensi pengeluaran 80-180 gelembung per menit yang
ak
beberapa diantaranya seperti mengalir tidak bisa dihitung secara
manual karena gas keluar sangat cepat. Beberapa kolam merupakan
ris
kolam air panas yang mempunyai suhu paling panas diantara gunung
lumpur lain yaitu 48-54℃ dengan pH 6,0-6,4. Beberapa diantaranya
kolam relatif dingin bersuhu 33-38℃ dengan pH 6,5-7.
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
26
4.5 Gunung Lumpur Banjarlor
Gunung Lumpur Banjarlor terletak di sebelah baratlaut pertigaan
jalan alternatif Purwodadi-Kradenan, di bagian tengah persawahan
penduduk. Koordinat GL. Banjarlor adalah 111°7'12,57" BT,
7°7'58,9" LS, dengan luas area mencapai 100x150 m2.
t i
GL. Banjarlor didominasi oleh morfologi salsa dan kolam berukuran
ak
kecil sampai besar berkisar 4-40 m2 , terdapat sangat banyak
rembesan gas, travertin disekitar kolam, keluaran lumpur sangat
ris
sedikit membentuk pai-pai kecil (Gambar 15, 16). Air ditiris dan
dimanfaatkan sebagai tambang rakyat untuk mendapatkan garam.
Beberapa kolam mempunyai air dengan suhu hangat 35-42℃
sT
dengan pH 6,0-6,2. Gelembung gas keluar dengan berbagai ukuran
frekuensi 2-5 per detik, beberapa diantaranya mengalir sehingga
tidak bisa dihitung freuensinya.
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
27
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
7°5'54,48" LS.
28
100x300 m2. Di puncak kerucut merupakan pai lumpur dengan
terdapat gelembung gas yang sedang, diameter pada permukaan
lumpur mencapai 35 cm dan frekuensi letusan 0,3-1 letusan per
detik. Kerucut Gunung Lumpur Medang mencapai tinggi 10 m dari
permukaan tanah sawah, dengan kemiringan kerucut 30-45 derajat
tersusun oleh breksi lumpur (Gambar 18). Breksi lumpur terdiri dari
t i
matriks lumpur dan fragmen dari butiran lumpur, batupasir,
ak
batugamping, serpihan silika, dan batulempung (Gambar 19).
Memiliki dua tipe kolam, pertama kolam besar dengan rembesan dan
ris
gelembung gas kecil-kecil banyak dan kedua kolam dengan aliran
gas tunggal-deras. Kedua keluaran gas tersebut tidak bisa diukur
secara manual karena frekuensinya terlalu cepat. Suhu air relatif
sT
dingin 30-32oC dengan air di lapangan mempunyai pH 6,5-7.
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
29
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
30
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
31
4.7 Gunung Lumpur Anak Kesongo
Gunung Lumpur Anak Kesongo merupakan penamaan dari
penduduk sekitarnya yang berjarak 3 km ke arah baratdaya dari
Gunung Lumpur Kesongo. Terletak di Struktur Gabus PT Pertamina
EP. Koordinatnya adalah 111°14'33,6" BT, 7°9'17,70" LS.
i
Pengambilan sampel air, lumpur, dan gas dengan nomor sampel B-
t
117. Gunung Lumpur Anak Kesongo memiliki luas area 30x30 m2.
ak
Morfologi berupa kerucut dengan puncak datar berupa pai lumpur
ris
(Gambar 20), tinggi 4 meter dengan diameter kaki kerucut 20 m.
Lereng kerucut 25o-45o. Material lumpur air keluar meleleh atau
meletus kemudian mengalir ke bawah. Kerucut tersebut berasosiasi
sT
dengan morfologi kolam besar yang banyak mengeluarkan gas.
Selain itu, terdapat material lumpur kerikilan dengan fragmen
berukuran kerikil terdiri dari batupasir dan batugamping pasiran. Pai
ita
lumpur di puncak mengeluarkan gelembung gas yang mencapai 15
cm, meledak sekitar 5-10 detik sekali. Kolam dengan aliran gas
rs
32
4.8 Gunung Lumpur Gununganyar
Gunung lumpur ini terletak di tengah pinggir selatan Kota Surabaya,
sekitar kampus UPN. Koordinatnya adalah 112°46'56,34" BT,
7°20'14,04" LS.
t i
mdpl, terdapat 4 semburan utama yang mempunyai diameter kawah
ak
±10 – 20 cm, memiliki luas area semburan gunung lumpur 20 m x
30 m, dan memiliki tinggi gununglumpur 5 meter. Mempunyai skala
ris
waktu semburan yang bervariasi semburan 1 (satu) mengeluarkan
semburan setiap 1 menit semburan 2 (dua) dan 3 (tiga) mengeluarkan
semburan setiap 3 menit dan semburan 4 (empat) setiap 5
sT
menitMorfologi kubah kecil dengan kolam kecil (20x30 m2) di
bagian puncak dan bagian kaki kubah (Gambar 21). Di bagian
puncak kubah terdapat selaput minyak. Lumpurnya pekat dengan air
ita
yang mudah terpisah dari lumpur (Gambar 22), dan suhu airnya 30-
32oC dengan pH 6,5-7.
rs
ve
ni
U
KE
FT
33
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
34
4.9 Gunung Lumpur Kalanganyar
Lokasi gunung lumpur ini terletak di pinggir kota Surabaya, sebelah
selatan Bandara Juanda Surabaya. Koordinatnya adalah
112°47'01,08" BT, 7°24'0,64" LS. Sampel lumpur, gas, dan air
diambil untuk analisis laboratorium, dengan nomor sampel B-084
i
dan B-110. Gunung Lumpur Kalanganyar memiliki luas area
t
mencapai 600x500 m2.
ak
Gunung lumpur Kalanganyar yang terletak di daerah penelitian
ris
mempunyai kondisi elevasi 18 mdpl, memiliki 2 semburan utama
dengan diameter 1,5 meter dan 1 meter dengan beberapa semburan
kecil berukuran ±5 cm, tinggi tubuh gunung ±1 meter dan di
sT
perkirakan luas area semburan 200 m x 300 mMorfologi kubah tidak
teratur, tersusun oleh kubah-kubah kecil hasil erosi grifon yang
bertumpukan (Gambar 23), memiliki banyak grifon kecil (tinggi <30
ita
cm, diameter <80 cm) dan kolam kecil, gelembung gas, lumpur
kental dengan lapisan garam di kolam atau salsa yang mengering
rs
35
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
36
4.10 Gunung Lumpur Wringinanom
Gunung Lumpur Wringinanom atau Pengangson terletak di Gresik
bagian selatan dengan koordinat 112°30'43,73" BT, 7°22'54,50" LS.
Sampel yang diambil berupa lumpur dan air dengan nomor sampel
B-120. Gunung Lumpur Wringinanom atau Pengangson memiliki
i
luas area 200x300 m2.
t
ak
Morfologi kubah dengan puncak tidak beraturan, dari citra dibatasi
garis putus-putus merah. Morfologi kubah tersusun oleh kubah-
ris
kubah kecil hasil dari pengendapan lumpur (Gambar 25 dan Gambar
26). Material yang keluar lumpur, air, dan kadang selaput minyak.
Lumpur dan air keluar meleleh secara perlahan jika ditampung
sT
dalam tabung diperoleh 1 liter/10 menit dengan kandungan air 70-
80% lumpur 20-30%. Ukuran pai kecil-kecil sangat banyak dengan
diameter pai mencapai 1 m, mengeluarkan gas dengan gelembung
ita
mencapai 10 cm, frekuensi gelembung berkisar 2-3 per detik,
beberapa di antaranya mengalir deras berukuran lebih kecil (Gambar
rs
24). Suhu airnya 34°C pada pH 6-7. Penambahan lumpur yang keluar
sulit diamati secara visual. Sering dijumpai film-film minyak di pai
ve
37
t i
ak
ris
Gambar 26 Morfologi kubah lumpur di Wringinanom.
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
38
4.11 Gunung Lumpur Lusi
Gunung Lumpur Lusi lahir pada 29 Mei 2006 dan merupakan
gunung lumpur yang aktif mengeluarkan lumpur, air, dan gas sangat
banyak, mencapai 150.000 m3 pada awal 2007 yang menurun
sampai 20.000 pada tahun 2012. Koordinatnya adalah 112°42'56,83"
i
BT, 7°31'50,18" LS.
t
ak
Pengamatan morfologi berdasarkan citra dari tahun ke tahun
memperlihatkan bahwa Gunung Lumpur Lusi mengalami evolusi
ris
morfologi. Keluaran material dapat diperkirakan dari bentukan
sedimen yang ada. Tahun 2006-2008 Gunung Lumpur Lusi
memperlihatkan aliran sedimentasi yang kuat ke beberapa arah
sT
dengan dua atau lebih pusat semburan. Mulai tahun 2009 ekspresi
aliran sedimentasi tidak begitu kuat. Pada tahun 2010 terlihat aliran-
aliran sedimen merata melingkar dari pusat semburan, dengan arah
ita
sedimentasi digantikan saluran-saluran air atau lumpur cair (Gambar
28). Di tahun 2012 morfologi Gunung Lumpur Lusi menyerupai
rs
tidak murni karena bentukan alam, tetapi ada pengaruh buatan yang
mengontrol arah lateralnya.
U
39
t
ak
ris
sT
ta
r si
ve
ni
Gambar 28 Evolusi morfologi Gunung Lumpur Lusi dari sebelum lahir sampai 2021 dari citra. Sumber Citra:
U
40
KE
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
torehan dan mud carack Lusi, (D) Semburan Gas dan air
dalam Kolam air di Kendensari (Burhannudinur 2013)
(E) Kiri Image satelite 2021 (www.beritasatu.com:
Lumpur Sidoarjo Bisa dijadikan Area Wisata) (F)
Kerucut atau grifon Landai (Burhannudinur 2013)
41
4.12 Pengamatan Data di Luar Area Fokus Penelitian
Geger atau Soccah berlokasi di Tanah Merah, Pulau Madura dengan
koordinat 113°6'47,22" BT, 7°3'51,48" LS, berupa grifon tunggal
dengan tinggi 4 m dan diameter bawah 8 m. Lumpurnya sangat
kental dan di puncak grifon terdapat pai lumpur dengan gelembung
i
8-10 cm, jarak antar letusan 5-10 detik (Gambar 30), pH air 6,7
t
dengan suhu 32-34oC. Sampel berupa gas, lumpur, dan air.
ak
Gunung Lumpur Gresik berlokasi dekat sumur Lengowangi, Gresik
ris
dengan koordinat 112°37'28,2" BT, 7°10'19,62" LS dan Unitomo
berlokasi di dekat Universitas Bung Tomo dengan koordinat
112°45'50,58" BT, 7°17'54,54" LS berupa rembesan minyak.
sT
Morfologi dan litologi di kedua tempat ini tidak bisa diamati karena
sudah ditutup dengan tembok dan semen. Informasi yang didapat,
Gunung Konang adalah lokasi gas alam di Pulau Madura, diambil
ita
sampel gasnya untuk perbandingan dengan rembesan gas di tempat
lain. Nomor sampel B-108 terletak di koordinat 1132°4'20,22" BT,
rs
42
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
43
t i
ak
ris
sT
ita
Gambar 31 (A) Gas Kahyangan Api Dandeer, rembesan gas yajg
terbakar dan (B) Kolam air dengan aliran gas di Dandeer,
(C) Kolam gunung lumpur yang sudah mati tanpa
rs
rembesan air dan gas (D) Lokasi gas Bekucuk yang sudah
mati (Burhannudinnur, 2013).
ve
44
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
45
BAB 5
ANALISIS LABORATORIUM
t i
Analisis mikropaleontologi dilakukan terhadap sampel lumpur dan
ak
fragmen batuan. Hanya beberapa sampel yang mempunyai fosil,
sedangkan yang lainnya tidak mengandung foraminifera. Analisis
makropaleontologi dilakukan pula di beberapa titik lokasi
ris
pengamatan dengan mengambil sampel fragmen batuan yang keluar
dari gunung lumpur. Analisis fosil dari fragmen batuan dilakukan
sT
untuk sampel dari Gunung Lumpur Kesongo karena secara
megaskopis terlihat mengandung fosil.
ita
Analisis mikropaleontologi dari fragmen bahan mempunyai variasi
umur dari Oligosen Akhir-Miosen Tengah (Tabel 1). Sampel tertua
KSG-12 berupa batupasir karbonatan berumur Oligosen Akhir
rs
Globorotalia cf menardii.
U
yang lain berumur lebih muda yaitu Miosen Awal sampai Miosen
Tengah (Tabel 1 dan Gambar 33).
46
Tabel 1 Ringkasan data umur berdasarkan mikrofosil (foraminifera)
dari sampel fragmen batuan di Gunung Lumpur Kesongo
(Modifikasi Burhannudinnur, 2013)
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
47
Analisis foram kecil dilakukan pada 13 sampel lumpur, kondisi fosil
baik-sangat baik. Gunung lumpur di Zona Rembang yang diwakili
oleh Gunung Lumpur Kuwu, Cangkingan, Crewek, Banjarlor, Anak
Kesongo menunjukkan percampuran umur sumber lumpur dari
Miosen Awal sampai Mio-Pliosen. Zona Kendeng yang diwakili
Gunung Lumpur Gununganyar, Kalanganyar, Lusi, dan
t i
Pengeblengan merupakan percampuran umur sumber lumpur dari
ak
Miosen Tengah sampai Pliosen, terkecuali pada lokasi Geger, fosil
tertua berumur Mio-Pliosen (Tabel 2). Beberapa data
ris
memperlihatkan percampuran sumber lumpur sampai berumur
Plistosen B-073 dan B-90. Lingkungan pengendapan dari neritik
tengah sampai batial atas (Tabel 3).
sT
Tabel 2 Ringkasan data umur berdasarkan mikrofosil (foraminifera)
sampel lumpur yang berasal dari gunung lumpur.
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
48
Tabel 3 Ringkasan data lingkungan pengendapan berdasarkan
mikrofosil (foraminifera) dari sampel lumpur gunung lumpur.
t i
ak
ris
sT
Berdasarkan data fosil maka material gunung lumpur di Kradenan
ita
dan Kesongo bersumber dari sedimen berbutir halus berumur
Miosen Awal sampai Miosen Tengah berasal dari Formasi Tawun.
rs
49
t
ak
ris
sT
ta
r si
ve
ni
U
Gambar 34 Penentuan sumber material gunung lumpur berdasarkan umur dari mikrofosil dan makrofosil.
50
KE
5.2 Analisis SEM
Analisis SEM dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
dipakai adalah Analysis Scanning Electrón Microscope (SEM) dan
Energy Dispersive X-Ray (EDX) serta Foto Image SEM. Karakter
dan sifat fisik semua sampel dapat dilihat secara tiga dimensi (3D)
i
hubungan butiran, matriks lempung, semen, tekstur dan struktur,
t
jenis mineral dan konfigurasi, serta orientasi dan ukuran rongga-
ak
rongga hingga berukuran mikron (Pittman, 1979; Wilson dan
Pittman, 1979; Welton, 1984). Gambar 35 dan 36 adalah contoh hasil
ris
analisis SEM.
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
51
t i
ak
ris
sT
ita
Gambar 36 Identifikasi jenis mineral di SEM. K (kaolinit), Sm
(smektit), F (fosil), I (illit), BK (struktur buku).
Hasil pengujian limabelas (15) sampel lumpur yang dianalisis
rs
52
t
ak
ris
Tabel 4 Ringkasan hasil analisis SEM.
sT
ta
r si
ve
ni
U
53
KE
t i
ak
ris
sT
ita
Gambar 37 Hubungan antara tingkat diagenesis dengan kedalaman
timbunan (Burley dkk., 1987 modifikasi oleh Heryanto,
2007).
rs
terdiri dari illit dan kaolin, hasil ini sama dengan analisis SEM nomor
sampel B-081 dan B-073 (Gambar 38). Hadirnya heulandite di
FT
Crewek menunjukkan suhu yang lebih panas dan setara dengan suhu
puncak terbentuknya hidrokarbon (peak oil generation). Gunung
Lumpur Banjarlor, Kuwu, Lusi, Geger-Soccah, mempunyai illit dan
smektit yang menunjukkan tingkat diagenesa lebih tinggi (Tabel 5).
54
t i
ak
ris
sT
ita
Gambar 38 Contoh hasil analisis XRD untuk sampel no. B-073 dari
Gunung Lumpur Kesongo.
Tabel 5 Ringkasan hasil analisis XRD.
rs
Lokasi Mineral
ve
Kuwu ∆ + - ∆ - - - + + - - +
Kesong O + - + - - - + - - - -
Gunung Anyar ∆ + + + - - + - + - - +
U
Kalang Anyar O + + + - - - + + - - -
Kendengsari ∆ + - + + - - + + - - +
Geger O - + + + - - - - - + +
KE
Pangeblengan + + + + - + - + + - - -
Kuwu ∆ + + ∆ - - - + + - - -
Cangkringan ∆ + - ∆ - - - + + - - -
FT
Kesongo O - - + - - - + - + - -
Pangeblengan O - - ∆ - - + - + - - -
Keterangan:
O = Abundant (>500) ∆ = Moderate (250-500) +: Less (<250) -: Not Present
Qz : Quartz; Plag : Plagioclase; Pyr : Pyrite; Cc: Calcite; Anh : Anhydrite; Cris :
Cristobalite; Adl : Kao : Kaolinite; Sm : Smectite; li : Illite; Chl : Chlorite; I-sm :
Interlayered Illite-Smectite
55
5.4 Analisis Butir
Analisis besar butir dilakukan untuk 26 sampel untuk hampir semua
gunung lumpur pada morfologi yang berlainan. Hasil analisis butir
menunjukkan bahwa butiran halus lebih dari 80% terkecuali sampel
yang diambil dari kolam di Crewek dan Kesongo (Gambar 39).
i
Morfologi pai menunjukkan kandungan lempung lebih banyak, lebih
t
dari 90%. Kandungan butiran lebih banyak dijumpai di morfologi
ak
kolam (Gambar 40). Dari grafik kumulatif persentase ukuran butir
gunung lumpur yang aktif sekali, Gunung Lumpur Lusi, mempunyai
ris
butiran lebih banyak dibandingkan dengan gunung lumpur lainnya.
Demikian halnya dengan kolam yang materialnya aktif keluar
sT
mempunyai grafik yang lebih landai (Gambar 41).
ita
rs
ve
ni
56
i t
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
57
t
ak
ris
sT
ta
r si
ve
ni
U
58
KE
5.5 Analisis Sifat Fisik Lumpur
Analisis sifat fisik lumpur dilakukan metode pendekatan yang
disamakan dengan lumpur pengeboran. Sifat fisik memperlihatkan
harga kisaran yang relatif sama, tidak menunjukkan perubahan pada
morfologi pai dan griphone. Yang memperlihatkan perbedaan
i
terlihat di gel strength 10 detik dan 10 menit. Morfologi pai
t
cenderung naik, grifon cenderung sama atau naik sedikit (Tabel 6).
ak
Kandungan air di grifon lebih tinggi dibandingkan di morfologi pai.
ris
Tabel 6 Hasil test sifat fisik lumpur.
sT
ita
rs
ve
ni
U
KE
FT
59
mempunyai nilai yang lebih tinggi (>10%) dibanding morfologi
lainnya yang kurang dari 10%, sedangkan kandungan air bebasnya
mempunyai kisaran yang sama Tabel 7. Air inheren adalah air yang
terjebak dalam matriks batuan dan hanya akan keluar pada suhu lebih
dari 105oC. Air jenis ini berbeda dengan air bebas.
i
Tabel 7 Hasil tes kandungan air
t
ak
Lokasi Morfologi Air bebas (%) Air inheren (%)
Kuwu Pai 39,20 11,51
Cangkringan Pai 42,00 17,26
ris
Kesongo grifon, gas venting 38,62 6,00
Kuwu Salsa 27,93 6,01
Kesongo Kolam 50,66 10,85
sT
Geger grifon, gas venting 53.39 6.37
ita
5.7 Analisis Kimia Air
Analisis geokimia air dilakukan dari setiap titik morfologi yang
rs
berbeda dan air formasi dari sumur bor. Nomor sampel dan lokasi
dicantumkan di dalam tabel hasil analisis. Analisis air dilakukan di
ve
(Na), Clorida (Cl), Sulfat (SO4), Lithium (Li), Stronsium (Sr), dan
Barium (Ba). Secara umum data geokimia air gunung lumpur Jawa
U
60
bermorfologi kolam beraliran gas, air dari griphone. Kandungan Cl-
air formasi lebih rendah daripada gunung lumpur. Kandungan Na+
dan Cl- tertinggi di Kuwu (pai). Tingginya harga ini kemungkinan
berkaitan dengan sumber lumpur dengan kandungan garam tinggi.
Formasi Tawun Bagian Atas dan Formasi Ngrayong di bagian bawah
kemungkinan diendapkan pada anomali iklim yang sangat panas.
t i
Hal ini dikonfirmasi oleh pengamatan singkapan di Polaman, Blora
ak
dengan adanya lensa anhidrit yang melimpah di dalam laminasi
batulempung pada bagian atas Formasi Tawun.
ris
sT
ita
rs
ve
ni
Gambar 42 Letak silang (cross plot) Na+ terhadap Cl- untuk data
U
61
t i
ak
ris
sT
Gambar 43 Letak silang Ca++ Mg++ terhadap Na++ K+ geokimia air
gunung lumpur di daerah penelitian dan gunung lumpur
di dunia dari berbagai sumber di dalam Martinelli dan
ita
Dadomo (2005)
rs
ve
ni
U
KE
FT
Gambar 44 Hasil letak silang data Mg++ terhadap Na+ kimia air
gunung lumpur Jawa Timur dibandingkan dengan data
kimia air gunung lumpur di seluruh dunia dari berbagai
sumber (warna hitam) di dalam Martinelli dan Dadomo
(2005) dan geiser (warna ungu), warna biru berasal di Zona
Rembang, warna merah dari Zona Kendeng.
62
5.8 Analisis Petrografi Fragmen Batuan
Fragmen batuan yang keluar di Kesongo ukurannya sangat
bervariasi, beberapa fragmen mencapai 40 cm dengan bentuk butir
menyudut sampai membulat tanggung. Jenis batuan bervariasi dari
batuan sedimen sampai metamorf. Analisis petrografi fragmen
i
menunjukkan variasi litologi dari batupasir gampingan sampai
t
dengan batuan metamorf tingkat rendah dan polycristalline quartz
ak
(Tabel 9).
ris
Batugamping kristalin (KSG-19 A-13 dan KSG-44 A-2) secara
makroskopis menunjukkan batuan terkena deformasi yang kuat
dengan struktur lipatan mikro, beberapa terlihat seperti stilolit
sT
(Gambar 45). Hasil analisis petrografi menunjukkan kristal spar-
calcite mempunyai orientasi yang sama kemungkinan disebabkan
oleh deformasi; stilolit hadir, beberapa terisi kuarsa dan kalsit.
ita
Kemungkinan fragmen batuan ini berasal dari tubuh batuan yang
terkena deformasi kuat, di zona sesar. Batugamping kristalin
rs
sedikit.
63
t
ak
ris
Tabel 8. Ringkasan hasil uji kimia air (Burhannudinnur, dkk., 2020)
ppm
Lokasi Morfologi
B Ca K Li Mg Na Sr Cl SO4
sT
Cangkringan Pai 29,5 79,2 136,9 40,4 73,6 15.932,0 72,2 32.630,0 193,9
Kesongo Grifon gas Venting 11,7 19,5 75,6 7,1 226,4 8.025,6 20,9 5.933,0 319,9
Air Formasi (Gabusan) (Sumur Tua) 1,7 42,3 32,6 0,3 102,3 7.976,0 17,0 5.834,0 21,2
ta
Pangeblengan Small Pools, gas Venting 10,9 281,2 43,6 0,1 161,1 7.604,0 17,5 6.724,0 6,1
Banjarlor Salsa 6,2 82,1 225,1 29,4 173,0 20.446,0 69,5 23.039,0 8,6
Crewek Pools 12,5 226,4 159,0 34,6 113,9 17.647,0 88,4 21.061,0 25,1
si
Kuwu Pai 70,8 19,5 524,4 141,4 805,6 48.752,0 381,1 106.593,0 27,9
Kesongo Small Pie 17,4 76,7 77,1 0,0 220,9 11.393,0 47,6 9.295,0 68,7
r
Gununganyar Small Pools, gas Venting 0,1 61,2 185,2 2,0 91,0 1.609,6 1,1 4.939,5 25,1
Gununganyar
Kalanganyar
Salsa
Pools
ve 22,5
5,4
71,7
160,4
43,1
65,0
0,3
0,3
134,6
222,3
18.804,8
10.906,0
85,7
26,2
22.050,0
14.140,0
26,0
9,9
Semburan Samping Lusi Big Pool 7,7 52,8 73,1 1,0 83,0 10.138,0 65,2 11.173,0 2,1
ni
Semburan Bor Gresik (Sumur Tua) 0,0 47,7 28,2 0,0 126,2 607,2 1,4 2.863,0 178,7
Pangeblengan Small Pools, gas Venting 17,4 251,4 35,2 0,1 149,5 6.478,4 18,5 5.933,0 43,2
U
64
KE
Tabel 9 Ringkasan petrografi di Gunung Lumpur Kesongo
Feldspars Rock Fragments
Monocrystalline quartz
Metamorphic Sed
Plagioclase felsda
Potash feldspar
Claystone/shale
Polycrisyalline
No
Igneous
No
Low grade
Klasifikasi
Sampel
quartz
t i
ak
1 KSG-04 Calcareous sublitharenite 46.8 0.3 1.3 0.0 0.8 1.0 1.0
2 KSG-23 Calcareous sublitharenite 42.0 0.5 0.8 0.0 0.5 0.8 0.5
3 KSG-15 Calcareous Fossilleferous 42.5 0.3 0.8 0.0 0.5 0.5 0.5
sublitharenite
ris
4 KSG-10 Calcareous sublitharenite 48.5 0.0 0.8 0.0 0.5 0.0 0.0
5 KSG-46 Calcareous sublitharenite 44.5 0.3 0.8 0.5 0.0 1.3 1.0
6 KSG-01 Calcareous quartz arenite 46.0 0.5 1.8 0.0 0.0 0.5 0.5
sT
7 KSG-30 Sandy mudstone 12.3 0.0 0.3 0.0 0.0 0.5 0.3
8 KSG-39 Sandy mudstone 9.5 0.0 0.3 0.0 0.0 0.5 0.3
9 KSG-16 Bioclastic larger foram 3.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.3 0.3
wacke – packstone
ita
10 KSG-35 Sandy mudstone 17.5 0.0 0.3 0.0 0.0 0.3 0.5
11 KSG-36 Meomorphosed Mudstone 4.5 0.0 0.3 0.0 0.0 0.3 0.0
13 KSG-38 Sideritized Mudstone 5.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.3 0.0
13 KSG-40 Sandy Sideritized Mudstone 8.5 0.0 0.3 0.0 0.0 0.3 0.0
rs
(?)
14 KSG-03 Sandy dolomitized mudstone 22.0 0.3 0.5 0.0 0.0 0.0 1.3
ve
(?)
15 KSG-05 Calcareous Globigenidids 32.0 0.3 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0
quartz arenite
16 KSG-11 Mudstone 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
ni
17 KSG-12 Calcareous dolomitized 36.3 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 1.3
sublitharenite
U
18 KSG-12A Arggilaceous Mudstone 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
19 KSG-14 Sandy red Algae-larger 16.0 0.5 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0
forams Pakstone
KE
20 KSG-19 Crystaline limestone 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
21 KSG-29 Mudstone 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
22 KSG-31 Sandy dolomitized larger 4.3 0.0 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0
forams wacke -Pakstone
FT
23 KSG-34 Biocl. Mollusks-Large foram. 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Packstone
24 KSG-44 Crystalline Limestone 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
25 KSG-47 Sandy sideritized 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.5
mudstone
65
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
66
5.9 Analisis Gas
Sejumlah 15 sampel gas rembesan dari daerah Purwodadi-Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Madura telah dianalisis untuk mengetahui
komposisi gasnya dengan menggunakan kromatografi gas. Sembilan
sampel di antaranya dilakukan analisis isotop karbon.
t i
Sampel standar disuntikkan ke kromatografi gas yang dilengkapi
ak
dengan kolom kapiler. Peralatan dioperasikan pada suhu isotermal
40°C selama 5 menit kemudian dinaikkan ke suhu 180°C pada
ris
20°C/menit. Gas helium dengan kemurnian tinggi digunakan untuk
gas pembawa (carrier gas). Komposisi isotop dihitung relatif
terhadap referensi gas CO2 yang sudah diketahui nilai δ13C-nya dan
sT
disuntikkan ke dalam spektrometer massa. Data hasil analisis
dilaporkan dalam notasi permil (‰). Komposisi isotop karbon stabil
dari gas alam menyediakan informasi berharga secara tradisional
ita
mengenai asal usul gas dari aktivitas mikroba (James dan Burns,
1984) dan proses-proses termogenik (Schoell, 1983) serta migrasi.
rs
Data isotop karbon dari gas karbon dioksida dapat digunakan untuk
mengetahui perkiraan asal usul gas tersebut (Hunt, 1996). Dalam
ve
sumber dari sampel gas. Gas alam dari cekungan sedimen dihasilkan
sepenuhnya oleh proses alterasi bahan organik baik oleh mikroba
U
67
karbon dioksida (CO2). Pada (Tabel 10), sampel gas menunjukkan
kandungan hidrokarbon yang bervariasi dari sangat kecil (0,06
mol%) sampai dengan cukup dominan (77,9 mol%). Gas
hidrokarbon sangat rendah (0,06-6,1 mol%) pada sampel-sampel di
kompleks Gunung Lumpur Kradenan; rendah (14,31-20,62 mol%)
di Pangeblengan, Kalanganyar dan Anak Kesongo; dominan (54,8-
t i
77,79 mol%) di Geger Madura, Konang Madura, Gununganyar,
ak
Dandeer dan Kendensari-Lusi.
ris
Sembilan sampel gas tersebut adalah B-101, B-107, B-108, B-109,
B-110, B-114, B-116, B-117 dan B-119. Enam sampel yang lain
sT
tidak memenuhi syarat minimal kandungan metana. Hasil isotop
karbon dari 9 sampel mempunyai perbedaan yang sangat jelas pada
distribusi kandungan gas hidrokarbon antara sampel Konang-
ita
Madura (B-108) dan Kendensari-Lusi (B-119) dengan sampel yang
lainnya, lihat Tabel 11. Kedua sampel tersebut menunjukkan rasio
isotop gas hidrokarbon C1 sampai dengan C5+, menunjukkan dari
rs
68
Madura dan Dandeer setara dengan paska periode pembentukan
minyak bumi (~1,1% Ro).
t i
ak
ris
sT
ita
rs
ve
ni
U
69
dua sistem gas Gununganyar dan Kalanganyar yaitu gas yang dalam
termogenik dan gas yang berada lebih dangkal, gas biogenik.
t i
C2H4).
ak
○/∞ PDB
Gunung No
No Tipe Gas Kategori δ13
Lumpur Sampel δ13 Cc2 Kematangan
Cc1
ris
1. Sangiran B-101 Termogenik Gas Kering -39,42 Rendah Puncak
(dry gas) Kematangan
2. Geger B-107 Termogenik Gas Kering -34,82 Rendah Pasca Puncak
Madura kematangan
sT
3. Konang B-108 Termogenik Gas -36,76 -30,07 Akhir
Madura berasal dari berasosiasi Kematangan
sapropelik kondensat
kering
ita
4. Gunung B-109 Termogenik Gas -51,22 -31,53 Awal
Anyar / Biogenik berasosiasi Kematangan
minyak
5. Kalang B-110 Biogenik Gas -57,52 -29,17 Belum matang
rs
Anyar campuran
6. Dandeer B-114 Termogenik Gas kering -33,22 Rendah Pasca puncak
kematangan
ve
kering
FT
70
t i
ak
ris
sT
Gambar 46 . (A) Plot data isotop karbon δ13C gas hidrokarbon
menunjukkan perkiraan kematangan termal batuan sumber
gas (diambil dari James, 1983). (B) Diagram metana δ13
ita
terhadap proporsi metana dalam gas hidrokarbon (diambil
dari Tissot dan Besserau, 1982).
rs
ve
ni
U
KE
FT
71
Gas karbon dioksida (CO2) sangat tidak stabil karena rentan
terhadap kontaminasi dan degradasi terutama untuk gas yang
terdapat di permukaan. Dari data hasil analisis, asal sumber gas CO2
hanya dapat diklasifikasikan secara tentatif seperti ditampilkan pada
Tabel 12.
i
Tabel 12 Klasifikasi isotop karbon gas CO2.
t
ak
Perconto Klasifikasi δ13CCO2
Gas -8 s/d -12 +4 s/d -5-20 s/d -59 -8 -8
Sumber
ris
TDOM TDC BOM A C02
B-101 -23,72
B-107 -28,12
sT
B-108 -13,93***
B-109 -15,07***
ita
B-110 -14,46***
B-114 11,01***
B-116 -4,2
rs
B-117 -1,79
B-119 -6,29***
ve
72
Pengukuran adsorpsi isotermal dilakukan untuk dua (2) sampel
lumpur, dari Gunung Lumpur Kesongo (B-081) dan Gunung
Lumpur Lusi (B-085). Pengukuran adsorpsi isotermal dilakukan
pada kondisi basah dan kering dengan variasi temperatur pengujian
32°C dan 65°C. Sampel kondisi basah adalah kondisi awal sampel
dari lapangan berupa lumpur, sedangkan kondisi kering adalah
t i
sampel basah yang dipanaskan dengan menggunakan oven pada
ak
temperatur 40°C selama ±48 jam (menghindari rusaknya struktur
lempung).
ris
Uji adsorpsi isotermal dilakukan dengan pengambilan sampel lebih-
kurang 85 gram dan langsung dimasukan ke dalam tempat pengujian.
sT
Pengujian terhadap sampel kering dilakukan setelah proses
pengeringan selesai. Rekondisi sampel dilakukan sesuai prosedur
ASTM D1412-85. Untuk mengetahui kondisi ekuilibrium terhadap
ita
kondisi ruang, maka sampel ditimbang dan diletakan didalam
desikator yang dibawahnya terdapat larutan K2SO4, kemudian
desikator dijadikan vakum dan diatur pada temperatur 30°C.
rs
Uji kandungan dan sifat fisik batuan meliputi pengukuran kadar air
lembab, kadar lempung dalam tes CBM sebagai kandungan debu,
KE
kadar karbon tetap (fixed carbon), dan kadar zat terbang. Kandungan
mengikuti perhitungan sebagai berikut:
FT
Kadar Karbon Tetap = 100 – (kadar air lembab + kadar abu + kadar
zat terbang)
Alat yang digunakan untuk penujian sampel adalah LECO TGA 701
sesuai ASTM D. 7582. Pengukuran densitas dan viskositas sampel
lumpur B-081 dan B-085 pada kondisi basah dan kering dengan
73
menggunakan metode API 13-B. Mud balance adalah alat untuk
mengukur densitas dan FANN VG Type 35 untuk pengukuran
viskositas. Hasil pengukuran viskositas tidak dapat memperoleh nilai
viskositas disebabkan sampel terlalu pekat (kental), diluar kisaran
yang dapat diukur oleh alat seperti yang tampak pada Tabel 13.
Adsorpsi isotermal dimanifestasikan sebagai hubungan antara
t i
tekanan gas dengan volume gas terserap tersebut, dalam uji ini gas
ak
yang digunakan adalah gas metana (CH4) dengan kemurnian ±
99,9%.
ris
Tabel 13 Hasil uji sifat fisik lumpur.
Densitas Pound
sT
Specific
Nomor (gr/cc) per Viscosity
No Gravity
Sampel Gallon (cp)
basah kering (SG)
(ppg)
ita
1 B-081 1.453 2.560 12,10 14.213 Over scale>
300 RPM
2 B-085 1.429 2.309 11,90 14.525 Over scale>
rs
300 RPM
Methods: AP113B
ve
74
Hubungan volume–tekanan pada temperatur tertentu dapat
digunakan untuk mengetahui kapasitas simpan gas dan
memperkirakan volume gas yang dapat terlepas dari sampel sejalan
dengan penurunan tekanan reservoir. Secara umum hubungan antara
kapasitas gas simpan dengan tekanan dikenal sebagai persamaan
Langmuir:
t i
ak
ris
dengan:
adanya kadar air dan kadar abu yang tersimpan dalam batubara.
Maka persamaan ini menjadi:
ni
U
dengan:
KE
75
adsorpsi, sedangkan Gambar 50 adalah grafik gabungan dari semua
sampel. Dalam kondisi basah, kecenderungan sampel mempunyai
daya adsorpsi lebih tinggi. Berdasarkan tipe grafik isotermal
Langmuir yang disampaikan Kiselev dkk. (1979) sampel B-081 dan
B-085 termasuk tipe IV grafik Langmuir, terkecuali sampel B-085
pada suhu 65oC dan dalam kondisi kering seperti pada Gambar 46.D,
t i
termasuk tipe 1.
ak
ris
sT
ita
rs
ve
76
t i
ak
ris
sT
ita
Gambar 49 Grafik hasil uji adsorpsi lumpur dengan nomor sampel
rs
77
Ringkasan hasil uji ini dituangkan dalam Tabel 14 dan 15. Kapasitas
simpan untuk lumpur cukup tinggi pada kondisi kering pada suhu
32°C (permukaan) adalah 0,84-1,27 scf/ton. Pada kondisi basah
meningkat menjadi 1,35-2,18 scf/ton. Untuk sampel diuji pada suhu
65°C diperoleh kapasitas simpan sampel kering 202 scf/ton (pada
tekanan 319 psi) sampai 1.695 scf/ton (pada tekanan 4.802 psi),
t i
berkisar 812 scf/ton (pada tekanan 5.083 psi) sampai 321 scf/ton
ak
(pada tekanan 3.166 psi).
ris
32°C.
Langmuir at 32○C (kering) Langmuir at 32○C (basah)
sT
Storage
No Storage
No VL capacity at VL PL
sampel PL (psi) capacity at
(scf/t) surfice (scf/t) (psi)
depth (scf/t)
(scf/t)
ita
1 B-081 168 2.952 0,84 332 3.630 1,35
2 B-085 866 10.062 1,27 518 3.501 2,18
rs
65°C.
78
BAB 6
KARAKTERISTIK GUNUNG LUMPUR
DI JAWA TIMUR
i
Karakter gunung lumpur di Jawa Timur pada umumnya bentukan
t
ak
positif berbentuk kubah landai dengan puncak datar atau tidak
teratur. Puncak kubah kadang membentuk kawah landai-sangat
landai dengan beda tinggi mencapai beberapa meter sampai 30 m,
ris
atau bentukan kerucut dengan ketinggian beberapa meter sampai
mencapai 10 m. Di puncak kubah datar akan dijumpai satu atau lebih
sT
pusat saluran rembesan yang mengeluarkan cairan dan lumpur terus
menerus, dengan intensitas yang berbeda. Pada lokasi yang
berdekatan mempunyai morfologi yang berbeda-beda, seperti
ita
griphone, kolam, salsa, serta pai. Ringkasan karakter gunung lumpur
di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 16. Kubah Gunung
Lumpur Kesongo merupakan morfologi gunung lumpur terbesar di
rs
Jawa Timur dengan diameter kubah 2,5-3,0 km, beda tinggi 20-30
m, diperkirakan volume lumpur yang diendapkan mencapai lebih
ve
79
t
ak
ris
Tabel 16 Ringkasan karakter gunung lumpur di daerah penelitian
Umur dan Perkiraan
No Nama Gunung Lumpur dan karakter Morfologi Deskripsi
Sumber material *)
sT
1 Kesongo Kubah landai besar, Bermorfologi dome landai berukuran besar dengan Lumpur berumur Miosen-
cekung datar di puncak cekung-datar bekas morfologi pai yang sudah Tengah (N9-N14); Miosen
puncaknya, terdapat tidak aktif, area pai 1x1 km2, banyak salsa 2x10 m2 dan Akhir-Pliosen (N18); Plio-
salsa, pools dan grifon pools, banyak dijumpai grifon di creaternya. Grifon Plistosen (N21-23); fragmen
yang banyak terorientasi sejajar dengan sesar naik, berukuran t = 1,2 berumur Oligosen Akhir (Te
ta
m, kadang membentuk punggungan dengan rekahan di bawah)-Miosen Akhir (Tf3);
bagian atas, tersusun dari lumpur relatif kental, air mudah Neritik Tengah-Luar,
tertiris terpisah dari lumpur. Terdapat fragmen berukuran Formasi Ngimbang, Formasi
si
kerikil sampai bongkah besar (lk 30 cm) berserakan di Kujung (?), Formasi Tawun,
creater, polimik angular-subangular, kadang dijumpai Formasi Mundu.
yang rounded, dari batupasir gampingan berfosil,
r
batugamping berfosil, kuarsa, batulempung-batupasir
ve halus masif, silika, oksida besi, batuan metamorf. Kaolinit
25-50%, illit 20-35%, garam 2-10%, kalsit, 5-15%,
foraminifera 2-20%; pH 7,0 dengan suhu 32-35oC.
Diameter kubah 2,5-3,0 km, beda tinggi 20-30 m,
diperkirakan volume lumpur lebih dari 148.4 jt m3.
ni
2 Kuwu Pai Besar Dicirikan dengan 2 morfologi pai besar, berdiameter 60 Lumpur berumur Miosen
m di timur dan 20 m di barat, gelembung gas besar, awal (N5-N7); Miosen-
keluar secara periodik, di kelilingi lebih dari 30 pai Tengah (N9-N15); Miosen
U
berukuran lebih kecil, viskositas lumpur relatif tinggi, Akhir-Pliosen (N18); Neritik
80
KE
t
ak
ris
Umur dan Perkiraan
No Nama Gunung Lumpur dan karakter Morfologi Deskripsi
Sumber material *)
rembesan air, penambahan material tidak bisa diamati, Tengah-Batial Atas; sumber
sT
luas area gunung lumpur adalah 0,9x0,7 km2; pH air 6,5- diperkirakan berasal dari
7, suhu air 30-32oC. Komposisi lumpur illit 0-20%; smektit Formasi Tawun dan Mundu.
0-70%; kaolinit 20-40%; felspar 3-25%; garam 5-15%;
dan mengandung nanoplankton 2-5%.
ta
3 Cangkringan Kubah kecil, pai dan Salsa besar berasosiasi dengan pai besar, berdiameter Lumpur berumur Miosen
salsa 10 m dengan kandungan lumpur tinggi, gelembung gas, Awal (N5-N7); Miosen Akhir-
grifon kecil, pai kecil dijumpai di sekitarnya; pH 6,8 pada Pliosen (N18); Neritik
si
suhu 32oC; Area: 0,4x0,3 km2; komposisi kaolinit 40%; Tengah-Batial Atas,
yang terselimuti oleh butiran garam 60%; pH 6,8 dengan diperkirakan berasal dari
suhu 32oC. Formasi Tawun dan Mundu.
r
0 75Cm
ve
0 1 2 3m
ni
U
81
KE
t
ak
ris
Umur dan Perkiraan
No Nama Gunung Lumpur dan karakter Morfologi Deskripsi
Sumber material *)
4 Crewek Kubah kecil landai Morfologi kubah landai salsa 2-4 m2, pools 3-6 m2 dengan Lumpur berumur Miosen
sT
dengan salsa dan pools bergelembung gas (banyak), mempunyai warna air awal (N5-N15); Miosen
di atasnya berbeda-beda, berbau, terdapat sejenis sinter ridge Akhir-Pliosen (N18-N19);
berarah utara-selatan, sampai timur laut -barat daya, Neritik Tengah-Luar,
lumpur sedikit, terdapat gas venting. Area: 30x50 m. Formasi Tawun dan Mundu.
Mineral kuarsa 25%, kalsit 15%, smektit 15%, kaolinit,
ta
30%, diatome 10% dan foraminifera 5%. pH 6,0-6,1
dengan suhu 48-54oC.
r si
5 Banjarlor Pools dan salsa Morfologi terdiri dari sejumlah salsa 4-16 m2 dan pools 9- Lumpur berumur Miosen
ve 400 m2, venting gas, sinter silika disekitar kolam, lumpur
sedikit. Garam ditambang rakyat. Area: 50x100 m.
Mineral kuarsa 20%, kalsit 40%, smektit 15%, kaolinit
awal (N5-N7); Miosen Akhir-
Pliosen (N18); Neritik Luar,
Formasi Tawun dan Mundu.
20%, dan garam 5%. pH 6,2 dengan suhu 5-38oC.
ni
0 3m
U
82
KE
t
ak
ris
Umur dan Perkiraan
No Nama Gunung Lumpur dan karakter Morfologi Deskripsi
Sumber material *)
6 Medang Kerucut Kerucut dengan pai di puncaknya, diamater gelembung Lumpur berumur Miosen
sT
gas 20-40 cm, 0,25-1 gelembung/detik; pools awal (N5-N7); Miosen-
bergelembung gas sangat banyak, pH 6,8 pada suhu Tengah (N9-N15); Miosen
32oC; Area: 50x50 m2. Akhir-Pliosen (N18); Neritik
Tengah-Batial Atas; sumber
diperkirakan berasal dari
ta
Formasi Tawun dan Mundu.
7 Anak Kesonngo Dua kerucut dengan 2 pai di puncaknya diamater Lumpur berumur Miosen
si
gelembung gas 10-20 cm, 0,1-1 gelembung/detik; pools Akhir-Pliosen (N18); Plio-
bergelembung gas sangat banyak, pH 7 pada suhu 34oC. Plistosen (N21-23); Neritik
r
Tengah-Luar, Formasi
ve Tawun dan Mundu.
ni
U
83
KE
t
ak
ris
Umur dan Perkiraan
No Nama Gunung Lumpur dan karakter Morfologi Deskripsi
Sumber material *)
8 Gununganyar Kubah kecil Kubah kecil dengan pools kecil (20x30 m2) di bagian Lumpur berumur Miosen-
sT
puncak, dan bagian kaki kubah. Di bagian puncak kubah Tengah (N9-N13); Miosen
terdapat selaput minyak. Lumpur pekat dengan air yang Akhir-Pliosen (N18); Neritik
mudah terpisah dari lumpur. Mineral: kuarsa 30%, Tengah-Luar.
smektit 20%, kaolinit 35%, garam 10%, dan mengandung
nanoplankton 5%. pH 6,8 dengan suhu 34 oC.
ta
si
9 Kalanganyar Gabungan kubah-kubah Morfologi kubah tidak teratur tersusun oleh kubah-kubah Lumpur berumur Miosen-
r
kecil kecil hasil erosi grifon yang bertumpukan. Banyak grifon Tengah (N9-N15); Miosen
ve kecil (t<30 cm, diameter<80) dan pools kecil, gelembung
gas Lumpur kental dengan lapisan garam di pools atau
salsa yang mengering. Smektit 20%, kaolinit, 70%, dan
Akhir-Pliosen (N18-N20);
Neritik Tengah-Luar.
84
KE
t
ak
ris
Umur dan Perkiraan
No Nama Gunung Lumpur dan karakter Morfologi Deskripsi
Sumber material *)
10 Pengangson atau Morfologi kubah tersusun oleh kubah-kubah kecil hasil Diperkirakan sama dengan
sT
Wringinanom dari pengendapan lumpur. Luas area gunung lumpur data dari Lusi.
Wringinanom 200x300 m2. Material yang keluar lumpur,
air, dan kadang selaput minyak. Ukuran pei kecil-kecil
sangat banyak dengan diameter pei mencapai 1 m,
mengeluarkan gas dengan gelembung mencapai 10 cm,
ta
frekuensi gelembung berkisar 2-3 per detik. Material
dengan kandungan air 70-80% lumpur 20-30%, pH 6-7
dengan suhu airnya 34 °C.
si
11 Lusi Pools yang besar Morfologi pools (6x6 m2) di Kendensari siring barat, Lumpur berumur Miosen-
r
semburan dengan gas yang sangat banyak, air keruh Tengah (N5)-Pliosen (N19);
ve kandungan lumpur sedikit. Smektit 30%, kaolinit, 55%, Neritik Luar, Formasi
garam 10% dan mengandung oksida besi 5%, pH 6,8 Kalibeng
dengan suhu 34oC. Morfologi diamati dari perkembangan
citra 2006-2008 memperlihatkan aliran sedimentasi yang
kuat. Mulai 2009 ekspresi aliran terlihat tidak kuat. 2010
ni
aliran sedimentasi melingkar membentuk kerucut landai.
Beberapa grifon dan gas venting mulai banyak di Lusi.
Luas area dan morfologi dipengaruhi oleh kontruksi.
U
85
KE
2. Griphone: morfologi positif dengan bentuk kerucut yang mirip
untuk skala miniatur gunung api. grifon memiliki tinggi berkisar
0,5-2 m, terkadang mencapai 4 m, dengan lubang di tengah
kerucut berdiameter 5-10 cm. Meledak dengan mengeluarkan
sedikit lumpur, gas, dan air terus menerus dalam frekuensi
letusan yang berbeda-beda. Jika lumpur yang dikeluarkan lebih
t i
sedikit dari gas dan air maka lubang akan tertutup oleh lumpur
ak
halus membentuk pai di sekitar lubang. Lumpur dikeluarkan
melalui lelehan di lereng kerucut. grifon biasanya terletak bagian
ris
tengah kubah, kadang tunggal atau berjajar membentuk
punggungan yang sejajar dengan rekahan. Bentukan ini dijumpai
di Kesongo, Cangkringan, dan Geger.
sT
3. Kolam (pool): berukuran sangat bervariasi, cekung dengan
bentuk tidak beraturan lebih rendah, tersebar di kaki beberapa
grifon atau kerucut. Ukuran kolam bervariasi dari beberapa
ita
hingga puluhan meter, kedalaman puluhan cm sampai 6 m. Air
kolam ini berasal dari rembesan dari bawah yang bercampur
rs
dengan sedimen halus dan air tirisan dari puncak griphone, gas
keluar sebagai gelembung gas dengan ukuran dan frekuensi yang
ve
86
5. Pai (pai), kubangan lumpur dengan sebaran melingkar,
mempunyai saluran gas di bagian tengahnya. Gas bertekanan
mendesak keluar menekan beratnya lumpur membentuk
gelembung, seperti gong (jw) atau seperti kue pai sebelum
meletup di permukaan lumpur. Karakter ini terjadi di Kuwu dan
puncak-puncak kerucut atau grifon di Kesongo, Anak Kesongo
t i
dan Medang. Ukuran pai bisa beberapa cm sampai beberapa
ak
meter (Kuwu).
Data lapangan menunjukkan bahwa morfologi pai di Gunung
ris
Lumpur Kuwu dan Kesongo sangat mungkin berasal dari morfologi
kerucut (Tabel 17). Beberapa perubahan morfologi dapat dilihat dari
sT
gunung-gunung lumpur di Medang dan Kesongo. Pembentukan
morfologi sendiri tergantung pada proses-proses geomorfologi dan
pasokan material dari dalam. Fase konstruktif berada pada fase
ita
pasokan lumpur, air, dan gas sangat banyak di fase awal
terbentuknya gunung lumpur, material diendapkan secara cepat
melalui lontaran, lelehan, dan semburan, misalnya Lusi. Fase transisi
rs
dengan pasokan material dari bawah tanah terutama air dan lumpur
relatif sedikit sehingga kelebihan lumpur meluber ke lereng kerucut.
ve
87
t
ak
ris
Tabel 17 Perubahan morfologi kerucut atau grifon menjadi pai (Burhannudinnur, dkk., 2021)
Fase Konstruksi Transisi Fase Erosional
sT
ta
Gunung lumpur Material yang keluar melalui Material lumpur berkurang, Lumpur dan air sedikit, tidak Erosional berlanjut lumpur
lahir, keluar letusan besar membangun air dan gas masih keluar, ada endapan lumpur sebagai dari bawah sangat sedikit.
lumpur, gas, gunung lumpur membentuk membentuk pai di bagian aliran di lereng. Lelehan Gas dan lumpur bercampur
si
dan air dalam morfologi kerucut. Lumpur puncak kerucut dan lumpur karena pencairan dengan rombakan lumpur
jumlah yang mudah mengalir diendapkan di meluber membentuk aliran lumpur sekitarnya. Konstruksi yang sudah ada
besar lereng kerucut, air mudah lumpur di lereng lebih lambat dari erosi. Air dan membentuk morfologi
r
tertiriskan lumpur serta gas membentuk kubah landai dengan kawah
ve pai lumpur. Ledakan gas dangkal landai. Ledakan
dalam pai lumpur gas dalam pai lumpur
Lusi Lusi Anak Kesongo, Medang, Medang terletak di sebelah Kesongo dan Kuwu
Geger atau Soccah morfologi kerucut
ni
U
88
KE
Berdasarkan analisis gas dan data kimia air, dapat disimpulkan
bahwa gunung lumpur dari zona Rembang dan Kendeng mempunyai
karakter kimia air dan gas yang berbeda dengan tingkat diagenesa
sumber material yang berlainan. Secara umum air dari gunung
lumpur di zona Rembang yang terwakili oleh kompleks Gunung
Lumpur Kradenan dan Kesongo mempunyai kandungan Mg++,
t i
Na+, dan Cl- yang lebih tinggi dari Gununganyar, Kalanganyar dari
ak
zona Kendeng. Hal ini berkaitan dengan jenis dan sumber material
gunung lumpur. Data lapangan dari Polaman (lokasi lihat Gambar 4)
ris
Formasi Tawun mengandung lensa anhidrit menunjukkan saat
pengendapan terjadi evaporasi yang sangat tinggi.
sT
Gas metana hadir di semua sampel yang dianalisis dengan kisaran
harga yang sangat lebar. Gas metana dominan pada rembesan gas
atau gunung lumpur yang aktif. Semua sampel merupakan metana
ita
bertipe termogenik, terkecuali Kalanganyar, gas berasosiasi dengan
produk biogenik. Di daerah Kradenan rembesan gas mempunyai
kematangan termal yang rendah dan sampai tingkat kematangan
rs
89
Berdasarkan data permukaan gunung lumpur di Jawa Timur dapat
dikelompokkan dalam empat model gunung lumpur, yaitu: Model
Kuwu, Model Crewek dan Model Medang, serta Model Lusi
(Burhannudinnur dkk., 2012 dan 2013) (Tabel 18).
i
dengan puncak datar cekung membentuk kawah dangkal sangat
t
ak
landai, pai lumpur, salsa, dan kolam kecil. Satu morfologi pai utama
dapat mencapai diameter 60 m, dikelilingi oleh banyak pai lumpur
lebih kecil dan gelembung gas besar, keluar secara periodik, terdapat
ris
rembesan air dan salsa kecil, banyak dijumpai di sekeliling saluran
utama, penambahan material lumpur tidak bisa diamati; pH 6,5-7 dan
sT
suhu air 30-32oC. Model berkembang di Cangkringan, Kuwu, dan
Kesongo.
ita
Model Crewek dengan morfologi kubah landai salsa 2-4 m2, kolam
3-6 m2, bergelembung gas sangat banyak, warna air berbeda-beda,
berbau, terdapat sejenis travertin, lumpur sedikit, terdapat gas
rs
Model Lusi memiliki morfologi awal pai lumpur dan air kemudian
berubah menjadi kerucut, dilihat dari perubahan citra. Semburan air,
lumpur, dan gas masih aktif dengan suhu mencapai 100oC, pH 6,5-
FT
90
t
ak
ris
Tabel 18 Empat model gunung lumpur di Jawa Timur berdasarkan data permukaan.
DATA PERMUKAAN MODEL KUWU MODEL CREWEK MODEL MEDANG MODEL LUSI
sT
Morfologi
ta
Kubah sangat landai Kubah landai permukaan tidak Kerucut atau grifon Kolam dan pai sampai
dengan puncak datar atau beraturan didominasi kolam kerucut landai
kawah sangat landai dan gas venting, salsa, dan
berkembang pai lumpur di travertin
si
tengah, salsa, kolam kecil
dan grifon
r
Status Aktif-istirahat (dormant) Istirahat (dormant) Aktif-istirahat (dormant) Aktif
Penyebaran model
ve
Kuwu dan Kesongo Crewek, Banjarlor, Wringin-
anom, Gununganyar, dan
Kalanganyar
Geger, Medang, dan
Anak Kesongo
Gunung Lumpur Lusi
Material Lumpur, fragmen batuan di Air, gas, dan sedikit lumpur Lumpur, air, dan gas Air lumpur dan gas
ni
Kesongo, gas, dan air
Perbandingan Gas dan air lebih dominan Gas dan air lebih dominan dari Gas lebih dominan dari air dan Lumpur, air dan gas
material dari pada lumpur pada lumpur lumpur sebanding kemudian
U
menurun lumpurnya
91
KE
t
ak
ris
DATA PERMUKAAN MODEL KUWU MODEL CREWEK MODEL MEDANG MODEL LUSI
Umur dan formasi Oligosen Akhir sampai Miosen Awal-Pliosen Formasi Miosen Awal sampai Pliosen. Miosen Tengah sampai
sumber material Miosen Tengah. Sumber Tawun kemungkinan Formasi Tawun-Formasi Pliosen Formasi Kerek;
sT
utama Formasi Tawun. Kawengan Formasi Kalibeng Bagian
Kemungkinan lebih tua, Formasi Kawengan Atas sampai Formasi Kerek
serpih di Formasi
Ngimbang atau Kujung (?)
Tipe lumpur Kaolinit-illit atau smektit Kaolinit, illit, dan smektit Kaolinit, illit, dan smektit Kaolinit, illit, dan smektit
ta
Fluida Air dengan NaCl tinggi, Ca Air dengan NaCl tinggi, Na Air dengan NaCl tinggi, Na Air formasi dengan Mg lebih
lebih dominan dari Mg, gas lebih dominan dari Mg, Gas lebih dominan dari Mg, dominan Na, Gas CH4,
termogenik terbentuk pada CO2 dan CH4 terkecuali Geger, gas termogenik
si
dan pasca generasi minyak, kondensat, termogenik CH4
dominasi CH4
r
Suhu dan pH Suhu 30-35oC, pH 6,5-7 Suhu 45-48oC, kadang Suhu 30-35oC, pH 6,5-7 Siring Barat-Kendensari:
ve mencapai 54 C, pH 6,0-6,2
o suhu 31-33oC, pH 6.5-7.0,
Lusi: suhu 50-100oC, pH
6,5-7,0
ni
U
92
KE
DAFTAR PUSTAKA
t i
ak
Burhannudinnur, M., Noeradi, D., Sapiie, B., dan Abdassah, A.
(2012): Karakter mud volcano di Jawa Timur, Proceedings
PIT IAGI-The 41st IAGI, Yogyakarta.
ris
Burhannudinnur, M. (2013): Pengaruh Tektonik dan Laju
Sedimentasi dalam Pembentukan Gunung Lumpur (Mud
sT
volcano) di Zona Kendeng dan Rembang, Jawa Timur,
Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung (ITB), tidak
ita
diterbitkan
93
Burhannudinnur, M., Karyono, dan Sudradjat, A., (2021): Gunung
Lumpur dan Fenomena Lumpur Sidoarjo, Galeri Padi,
Bandung.
i
Reservoirs II, sandstones, treatise ofPetroleum Geology, no.
t
ak
4, AAPG, 408-445.
ris
Birth of a mud volcano, East Java, 29 May (2006), GSA
Today, v. 17, 4-9.
Dimitrov, L.I. (2002): mud volcanoes the most important pathway
sT
for degassing deeply buried sediments. Earth-Sci. Rev. 59,
49-76.
ita
Fertl, W.H., Chapman, R.E., dan Hotz, R.F. (1994): Studies in
abnormal pressure, Eds., Elsevier, Singapore.
Heryanto, R. (2007): Hubungan antara diagenesis, reflektan vitrinit,
rs
94
James, A.T. (1983): Correlation of natural gas by use of carbon
isotopic distribution between hydrocarbon components, Bull.
Am. Assoc. Petr. Geol.,67, 1176-1191.
James, A.T. dan Burns B.J. (1984): Microbial alteration of
subsurface natural gas accumulations, AAPG Bull, 68, 957-
960.
t i
Kopf, A. (2002): Significance of mud volcanism, Reviews of
ak
Geophysics, v. 40, 52.
ris
Sosromihardjo, S.P.C. (1999) : The Wunut field, Pleistocene
volcaniclastic gas dan in East Java,
Proceedings of the 27th Annual Convention of the
sT
Indonesian PetroleumAssociation and Exhibition, 195-215.
Mazzini, A., Svensen, H., Akhmanov, G.G., Aloisi, G., Planke, S.,
KE
95
Prasetyadi, C. (2007): Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian
Timur, Disertasi Doktor Institut Teknologi Bandung, tidak
dipublikasikan
Phillips, T.L., Noble, R.A., dan Sinartio, F.F. (1991): Origin Of
Hydrocarbon, Kangean Block Northern Platform, Offshore
Northeast Java Sea. Proceedings Indonesian Petroleum
t i
Association, 20th Annual Convention, v. 1, 637-662.
ak
Pulunggono, A. dan Martodjojo, S. (1994): Perubahan tektonik
Paleogen-Neogen merupakan peristiwa tektonik terpenting di
ris
Jawa, Proceedings Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa sejak
akhir Mesozoik hingga Kuarter, Seminar Jurusan T. Geologi
sT
Fak. Teknik UGM, 253-274.
and Exhibition.
ve
Sawolo, N., Sutriono, E., Istadi, B.P., dan Darmoyo, A.B. (2009):
The LUSI mud volcano triggering controversy: Was it caused
by drilling?, Marine and Petroleum Geology, v.26, 1766-
ni
1784.
U
96
drilling initiation, Geology-The Geological Socienty of
America, Agustus 2008, v. 36, no. 8. Hal. 639-642.
Tissot, B. dan Bessereau, G. (1982): Geochimie dea gas naturels et
origine dea gisements de gas en Europe Occidentale, Rev.
Inst. Franc. Petr., 37, p. 63.
van Rensbergen, P., Hillis, RR., Maltman, AJ., dan Morley, C.K.
t i
(2003): Subsurface Sediment Mobilization: introduction,
ak
Geological Society, London, Special Publications, 216.
ris
Sumber Foto dari Internet:
https://www.beritasatu.com: Lumpur Sidoarjo Bisa dijadikan Area
Wisata)
sT
https://www.google.com/maps/contrib/108137956207147982454/p
hotos/@7.8764185,114.5151145,8z/data=!3m1!4b1!4m3!8m
ita
2!3m1!1e1?hl=id)
97
FT
KE
U
ni
ve
98
rs
ita
sT
ris
ak
t i
RIWAYAT HIDUP PENULIS
i
Yogyakarta pada tahun 1967. Pendidikan
t
dasar sampai menengah ditempuhnya di
ak
Bantul, tempat kelahirannya. Lulus
Pendidikan Tinggi pada Jurusan Teknik
ris
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada dan memperoleh gelar
Insinyur pada tahun 1992. Selanjutnya
sT
memperdalam ilmu kebumian bidang
petroleum geoscience di Universiti Brunei Darussalam dan meraih
ita
gelar MSc pada tahun 1995. Gelar Doktor diperoleh dari Institut
Teknologi Bandung pada tahun 2013 dengan disertasi Pengaruh
Tektonik dan Laju Sedimentasi dalam Pembentukan Gunung
rs
99
Wildan Tri Koesmawardani, S.T.,
M.T., dilahirkan di Bandung, Jawa
Barat pada tahun 1992. Dari bangku
sekolah dasar hingga menengah keatas
ditempuhnya di Bandung, tempat
kelahirannya. Gelar Sarjana Teknik
t i
diperolehnya pada tahun 2015 pada
ak
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi,
ris
Universitas Trisakti. Selanjutnya
memperdalam bidang geologi migas khususnya reservoir rekah
alami di Magister Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung dan
sT
meraih gelar Magister Teknik pada tahun 2019. Sebelum berkarir
menjadi dosen, kegiatan studi bersama perusahaan migas kerap
ditekuni yang salah satunya mengenai determinasi overpressure
ita
zone yang disebabkan oleh hadirnya diapir lumpur. Karir dosen
dimulai sejak tahun 2019 mengajar pengantar geofisika eksplorasi,
rs
profesionalisme.
FT
100
FT
KE
U
ni
ve
101
rs
ita
sT
ris
ak
t i