Oleh :
ALDI RINATA
229014485051
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) adalah salah satu pelajaran yang
wajib dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia, bertujuan untuk
mewujudkan suatu perubahan secara fisik, mental dan logika terhadap siswa. Maka dari itu hal
yang menjadi penunjang berhasilnya suatu pembelajaran PJOK adalah minat belajar peserta
didik. Minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada
bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu, Winkel
(1996) Kurangnya minat belajar peserta didik tentunya akan menghabat atau mengganggu proses
belajar mengajar, baik itu di kelas maupun di lapanagan.
Salah satu contoh sekolah yang saya jumpai dengan masalah yang sama yaitu, di sekolah
tempat saya melaksanakan PPL II di UPT SMP Negeri 3 Bangkala Barat. Sebuah sekolah
menengah pertama yang ada di kab. Jeneponto, Sekolah ini bisa di bilang jauh dari lokasi
perkotaan Sehingga minat belajar peserta didiknya terutama pada mata pelajaran PJOK itu masih
sangat minim di tambah lagi dengan kurangnya sarana dan prasarana membuat minat belajar
peserta didik semakin berkurang.
Studi kasus ini berfokus pada tantangan yang saya hadapi di Sekolah tempat PPL II
dalam pembelajaran PJOK. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya minat
peserta didik dalam proses pembelajaran Terhadap mata pelajaran PJOK. Berdasarkan Observasi
yang penulis lakukan pada saat melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II di SMP
Negeri 3 Bangkala Barat Penulis melihat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas masih di
jumpai sebagian siswa yang bermalas-malasan dalam melaksanakan pembelajaran. Datangnya
sering terkambat dan kurang antusias saat melaksanakan pelajaran PJOK. Hal ini di mungkinkan
kurangnya minat belajar dari peserta didik tersebut dalam mengikuti proses belajar mengajar
pada mata pelajaran PJOK.
Salah satu factor yang mungkin menjadi pemicu kuranya minat belajar peserta didik dalam
pelajaran PJOK adalah kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah, Sarana dan Prasarana
menjadi salah satu factor yang menentukan minar belajar dari peserta didik, peserta didik akan
merasa bosan dan jenuh apabila sarana dan prasarana tidak lengkap atau kurang layak, salah satu
contoh adalah matras yang mungkin bisa dibilang kurang layak dan bisa membahayakan
keselamatan peserta didik.
Dampak dari kurangnya fasilitas olahraga yang memadai juga dirasakan oleh siswa. Siswa
mungkin merasa kurang termotivasi atau bosan karena keterbatasan variasi kegiatan olahraga.
Kurangnya fasilitas olahraga yang memadai juga dapat mengurangi minat siswa terhadap
pembelajaran PJOK. Siswa dengan minat khusus dalam olahraga tertentu mungkin merasa
terbatasi dalam mengembangkan potensi mereka.
C. Alternatif solusi (250 - 300 kata)
Tindakan yang penulis gunakan dalam menghadapi kasus tersebut saat pelaksanaan PPL II di
UPT SMP Negeri 3 Bangkala Barat adalah sebagai berikut :
1) Pemanfaatan fasilitas yang ada (Proyektor, laptop) pada saat pembelajaran di kelas.
Alternatif solusi ini yaitu memanfaatkan fasilitas yang ada pada saat pemberian materi di
kelas, yang di mana guru olahraga di sekolah terkait tidak pernah memberikan materi dengan
paparan PPT ataupun video pembelajaran yang di tayangkan melalui proyektor di kelas,
sehingga saya mencoba melakukan metode ini yang tujuannya untuk menambah minat belajar
dari peserta didik yang awalnya merasa bosan namun dengan di lakukan proses blajar dengan
menggunakan PPT atau Video pembelajaran akan sedikit mrmberikan perbedaan positif
terhadap peserta didik.
2). Penerapan beberapa model belajar, salah satunya model PBL (problem based learning)
Penerapan model PBL ini dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik serta menciptakan suasana belajar yang menyenagkan sehingga dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik, dalam penggunakan model PBL ini penulis
menggunakan bebrapa metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusi serta melakukan beberapa
permainan atau games yang bertujuan untuk menghilangkan rasa bosan atau kejenuhan peserta
didih pada saat proses pembelajaran.