Anda di halaman 1dari 141

SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI VIDEO ANIMASI TERHADAP


PENGETAHUAN PENATALAKSANAAN BENCANA
GEMPA BUMI PADA SISWA SD NEGERI 15
KOTA PAGAR ALAM

TEDI SETIAWAN
NIM. 21119041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN
TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2023
SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI VIDEO ANIMASI TERHADAP


PENGETAHUAN PENATALAKSANAAN BENCANA
GEMPA BUMI PADA SISWA SD NEGERI 15
KOTA PAGAR ALAM

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

TEDI SETIAWAN
NIM. 21119041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN
TEKNOLOGIMUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

ii
HALAMAN PENGESAHAN

iii
HALAMAN ORISINILITAS

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri
Nama : Tedi Setiawan
Tempat Tanggal Lahir : Muara Danau, 15 Agustus 2000
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Alamat : Desa Muara Danau Kec.Lintang Kanan Kab.Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
Email : Tedisetiawan1508@gmail.com
No Handphone : 082178413366
Nama Orang Tua
Ayah : Taufik
Ibu : Rusmailah
Agama : Islam
Alamat : Desa Muara Danau Kec.Lintang Kanan Kab.Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan
Riwayat Pendidikan
1. SDN 04 Muara Danau Kec.Lintang Kanan Lulus Tahun 2012
2. MTs Negeri Muara Pinang Lulus Tahun 2015
3. SMA N 01 Muara Pinang Lulus Tahun 2018
4. IKesT Muhammadiyah Palembang Program Studi Ilmu Keperawatan Lulus
Tahun 2023

vi
ABSTRAK

Nama : Tedi Setiawan


Nim : 21119041
Program Studi : Keperawatan
Judul Skripsi :Pengaruh Edukasi Video Animasi Terhadap
Pengetahuan Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi
Pada Siswa SD
Negeri 15 Kota Pagar Alam.
Halaman : 109

Latar Belakang: Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang paling
mengancam kehidupan. Bencana gempa bumi dapat menyebabkan kehilangan
nyawa dalam skala yang besar dan tidak dapat diprediksi. Beberapa penyebab
terjadinya gempa bumi adalah adanya sumber panas bumi, meletusnya gunung
berapi, dan pergerakan lempeng. Salah satu bentuk pendidikan kebencanaan dalam
meningkatkan pengetahuan siswa terhadap penatalaksanaan bencana gempa bumi
yaitu dengan melakukan suatu penyuluhan tentang penatalaksanaan bencana
tentang bencana gempa bumi dengan memberikan sebuah edukasi melalui media
audiovisual. Tujuan penelitian: Diketahui pengaruh nilai pre test dan post test
edukasi video animasi terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi
pada siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam. Desain penelitian: Penelitian ini
merupakan Pra Eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain one group pre-test & post-test. Hasil penelitian: menunjukan nilai
rata-rata pengetahuan sebelum diberikan intervensi edukasi melalui video animasi
penatalaksanaan bencana gempa bumi nilai median 11,00. Dan sesudah diberikan
intervensi nilai median 13,00 jadi hasil intervensi sebelum dan sesudah meningkat
sebanyak 2.00 dengan nilai p-value .001 lebih kecil dari alpha (α) 0.05.
Kesimpulan: ada pengaruh nilai pengetahuan setelah dibandingkan dengan
sebelum dilakukan intervensi edukasi video animasi terhadap pengetahuan anak
tentang penatalaksanaan bencana gempa bumi di SDN 15 Kota Pagar Alam tahun
2023.

Kata kunci : Video animasi,penatalaksanaan,Gempa Bumi


Daftar pustaka : 39(2018-2022)

vii
ABSTRACT

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh edukasi
video animasi terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi pada
siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang.
Dalam penyusunan skripsi ini saya sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan,
pengalaman serta kekhilafan penulis. Maka dari itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan
skripsi yang akan datang. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi, M.Kes selaku Rektor IKesT Muhammadiyah Palembang
2. Bapak Yudiansyah, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Ibu Siti Romadoni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan
4. Ibu Apriyani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini
5. Ibu Miranti Florencia Iswari, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing II
yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini
6. Ibu Imardiani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji I yang telah memberi arahan
dalam menguji hasil penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Efroliza, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II yang telah memberi arahan
dalam menguji hasil penyusunan skripsi ini
8. Pihak tempat penelitian SD Negeri 15 Kota Pagar Alam
9. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan IKesT Muhammadiyah
Palembang yang telah memberikan materi dan pembelajaran selama perkuliahan
10. Teristimewa untuk orang tua ku Taufik dan Ibu Rusmailah
11. Serta keluarga besar yang selalu memberikan nasihat dan motivasi, serta
mendukung dan mendoakan ku sampai saat ini

ix
12. Spesial untuk pacar saya Selvia Lasvana saya ucapkan terimakasih karena selalu
memberi semangat,motivasi dan selalu ada di saat pembuatan skripsi saya ini
hingga tuntas
13. Seluruh teman-teman PSIK angkatan 2019, terima kasih untuk kebersamaan nya
selama ini, dan kawan-kawan AKMJ yang selalu kompak dan saling memberi
semangat dan motivasi.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan, serta bagi semua pihak
yang membaca.

Palembang, Juli 2023

Tedi Setiawan
NIM : 21119041

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN ORISINILITAS .............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xvi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Ruang lingkup penelitian ............................................................................. 8
E. Manfaat Penelitan......................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10
A. Konsep Bencana ......................................................................................... 10
1. Definisi Bencana .................................................................................... 10
2. Klasifikasi Bencana ................................................................................ 11
3. Karakteristik Bencana ............................................................................ 12
4. Siklus Bencana ....................................................................................... 13
B. Konsep Bencana Gempa Bumi .................................................................. 16
1. Definisi Bencana Gempa Bumi .............................................................. 16
2. Penyebab gempa bumi ............................................................................ 18

xi
3. Mekanisme Terjadinya Gempa Bumi..................................................... 18
4. Dampak Kejadian Gempa Bumi Bagi Manusia Dan Lingkungan ......... 20
C. Konsep Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi ....................................... 21
1. Jika saat terjadi gempa bumi dan berada di dalam bangunan, seperti
rumah, sekolah ataupun bangunan bertingkat................................................ 21
2. Jika berada di dalam mobil ..................................................................... 22
3. Jika berada di luar rumah ....................................................................... 22
4. Jika berada di gunung atau pantai .......................................................... 23
D. Konsep Anak Sekolah Dasar ...................................................................... 23
1. Definisi Anak ......................................................................................... 23
2. Tahap perkembangan kognitif ................................................................ 24
E. Konsep Pengetahuan .................................................................................. 25
1. Definisi Pengetahuan .............................................................................. 25
F. Konsep Edukasi (Pendidikan Kesehatan) .................................................. 27
1. Definisi Pendidikan Kesehatan .............................................................. 27
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ................................................................ 29
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan .................................................. 30
4. Sasaran Pendidikan Kesehatan ............................................................... 32
G. Konsep Video Animasi .............................................................................. 32
1. Pengertian ............................................................................................... 32
2. Jenis Video Animasi ............................................................................... 33
3. Kelebihan,Kekurangan dan Pemberian Media Video Animasi .............. 34
H. Pengaruh Pemberian Video Animasi Terhadap Pengetahuan Siswa ......... 35
I. Kerangka Teori........................................................................................... 37
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS ......................................................................................................... 38
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 38
1. Variabel independen (variabel bebas) .................................................... 38
2. Variabel dependen (variabel terikat) ...................................................... 38
B. Definisi Operasional................................................................................... 39
C. Hipotesis..................................................................................................... 40

xii
BAB IV METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 41
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 41
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 41
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 43
E. Instrumen pengumpulan data ..................................................................... 44
F. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 46
G. Etika Penelitian .......................................................................................... 49
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 51
A. Gambaran Umum SD Negeri 15 Pagar Alam ........................................... 51
B. Hasil Penelitian ............................................................................................ 52
C. Analisa Bivariat ........................................................................................... 55
BAB VI ................................................................................................................. 57
PEMBAHASAN BAB VII .................................................................................. 67
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
LAMPIRAN ......................................................................................................... 72

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Bencana


Gambar 4.1 Desain One Group Pretest Postest

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian
Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Usia Responden
Tabel 5.2 Gambaran Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Tabel 5.3 Pengetahuan Sebelum Diberikan Edukasi Video Animasi
Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi Pada Siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam
Tabel 5.4 Pengetahuan Setelah Diberikan Edukasi Video Animasi Penatalaksanaan
Bencana Gempa Bumi Pada Siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam
Tabel 5.5 Uji Normalitas
Tabel 5.6 Perbedaan Rerata Pengetahuan Dilakukan Edukasi Video Animasi
Tentang Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi di SD Negeri 15 Kota Pagar Alam

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan. 2.1 kerangka teori


Bagan. 3.1 kerangka konsep

xvi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Perbedaan pengetahuan siswa sebelum dan setelah dilakukan edukasi
video animasi penatalaksanaan bencana gempa bumi di SD Negeri 15 Pagar Alam

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat-surat penelitian
2. SAP Penatalaksanaan bencana gempa bumi
3. Lembar Instrumen Pengumpulan Data
4. Hasil uji Validitas dan Reliabilitas
5. Hasil Uji SPSS
6. Gambar Hasil Penelitian

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana
merupakan serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam
dan faktor non alam maupun disebabkan oleh faktor manusia, yang dapat
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, serta timbulnya dampak pada psikologis. Faktor umum
penyebab terjadinya suatu bencana alam adalah adanya interaksi antara
ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability) (Maharani, N., & Andika,
2020).
Laporan ESCAP-UNISDR mengungkapkan bahwa negara-negara
di Asia-Pasifik empat kali lebih rentan dihantam bencana alam ketimbang
di Afrika, bahkan 25 kali lebih rentan ketimbang di Eropa dan Amerika
Utara. Indonesia menempati peringkat kedua setelah Bangladesh dalam
daftar jumlah kematian tertinggi akibat bencana alam di Asia-Pasifik
(Wulandari W, 2019).
Sebagai Negara yang berada di posisi ring of fire, menyebabkan
Indonesia berpotensi mengalami banyak bencana alam. Indonesia terletak
di pertemuan empat lempeng tektonik yaitu Benua Asia, Benua Australia,
Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Terdapat rangkaian gunung berapi
yang membentuk sabuk, memanjang dari pulau Sumatera, Jawa, Nusa
Tenggara, hingga Sulawesi. Kondisi tersebut menyebabkan resiko besar
terjadinya bencana alam di Indonesia. Salah satu yang sering terjadi yaitu
gempa bumi. Beberapa penyebab terjadinya gempa bumi adalah adanya
sumber panas bumi, meletusnya gunung berapi, dan pergerakan lempeng.
Gempa bumi terjadi pada lempengan tektonik dan patahan aktif.
Karakteristik gempa bumi biasanya terjadinya di tempat adanya patahan,

1
2

bisa terjadi dimanapun dengan waktu singkat (Simandalahi, T., Alwi, N. P.,
Sari, I. K., & Prawata, 2019).
Prevalensi bencana yang terjadi di seluruh dunia terus mengalami
peningkatan. Data World Disaster Report (2017) menyebutkan bahwa
kejadian bencana meningkat sebanyak 35% dalam rentang tahun 2016-
2017. Lebih lanjut Centre for Research on the Epidemiology of Disasters
(2017) menjelaskan bahwa gempa bumi termasuk dalam lima bencana yang
banyak terjadi di seluruh dunia dengan prevalensi mencapai 16% dari total
kejadian bencana. Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang
paling mengancam kehidupan. Bencana gempa bumi dapat menyebabkan
kehilangan nyawa dalam skala yang besar dan tidak dapat diprediksi. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa selama tahun 2017 korban gempa bumi di seluruh
dunia mencapai 95,6 juta jiwa dan menewaskan 9.697 jiwa (Sangkala, M.
S., & Gerdtz, 2018).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat
sebanyak 8.693 gempa bumi terjadi dan mengguncang wilayah Indonesia
pada tahun 2017, atau rata-rata 718 gempa bumi setiap bulan, diantaranya
gempa yang sifatnya merusak dan gempa dengan kekuatan diatas 5 skala
richter (SR). Sutopo menerangkan sumber gempa ada dua, satu yang ada di
samudera di lautan adalah pertemuan lempeng tektonik, baik Hindia
Australia dan Eurasia. Selain itu gempa juga bisa berasal dari sesar, sumber
gempa di daratan (Mulyana, 2018).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan
merupakan salah satu lembaga pemerintah non departemen yang
melaksanakan tugas penanggulan bencana didaerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota untuk Provinsi Sumatera Selatan dengan pedoman pada
kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulan
Bencana(BNPB) (Angreini & Supratman, 2021). Berdasarkam informasi
dari BPBD Sumatera Selatan pada tahun 2018-2021 tercatat ada 91 Kasus
bencana gempa bumi yang terjadi di Sumatera Selatan (BPS, 2021)
3

Kota Pagar Alam merupakan salah satu daerah di provinsi Sumatera


Selatan yang terdapat gunung Dempo yang masih aktif .Keberadaan
Gunung Dempo di Pagar Alam dapat memberikan ancaman gempa vulkanik
dan kemungkinan tanah longsor. Penyebab utama gempa yang sering terjadi
di Pagar Alam adalah aktivitas sesar Manna, yang merupakan bagian dari
sesar Sumatera (Affandi, 2020) Gempa bumi yang berulang kali terjadi di
kota Pagar Alam akan menimbulkan dampak yang sangat buruk, kerusakan-
kerusakan yang terjadi banyak menimbulkan kerugian baik materil maupun
jiwa. Oleh karena itu, merumuskan jenis penatalaksanaan sebelum
terjadinya gempa bumi dan tanah longsor sangat diperlukan untuk
mencegah kerugian akibat terjadinya gempa bumi (Haifani, 2020). Data
Informasi Bencana Indonesia (DIBI) mencatat selama tahun 2022, terjadi
getaran gempa terasa di kota Pagar Alam dengan skala II-III MMI
(Pengaruh Terhadap Aktivitas Gunung Api Dempo : Tidak mempengaruhi
aktivitas GAD ), gempa 3,2 SR pusat gempa berjarak 16 KM dari Barat
Daya kota Pagar Alam dengan kedalaman 4 KM dan gempa 4,8 SR pusat
gempa berjarak 29 KM dari Timur Laut Enggano Bengkulu (DIBI, 2022)
Pengetahuan yang kurang menjadi salah satu faktor yang dapat
menyebabkan besarnya jumlah korban bencana. Hal tersebut menyebabkan
sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan atau wawasan tentang
bencana untuk memperkecil resiko terjadinya korban jiwa (Fisu, A. A., &
Didiharyono, 2019). Pengetahuan yang dimiliki membuat seseorang paham
dan melakukan langkah-langkah yang terjadi saat bencana. Upaya
peninggakatan pengetahuan dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan
kesehatan tentang bencana gempa bumi dan simulasi menghadapi bencana.
Pengetahuan manajemen bencana khususnya pada siklus pra bencana sangat
penting, karena gempa bumi yang terjadi akan mengakibatkan dampak yang
negatif, kerugian baik secara material maupun non material (Setyaningrum,
Y. I., & Sukma, 2020).
4

Salah satu bentuk pendidikan kebencanaan dalam meningkatkan


pengetahuan masyarakat terhadap penatalaksanaan bencana gempa bumi
yaitu dengan melakukan suatu penyuluhan tentang penatalaksanaan
bencana tentang bencana gempa bumi dengan memberikan sebuah edukasi
melalui media audiovisual. Karena media audiovisual merupakan sebuah
media dengan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut dengan media
pandang dengar yang memiliki unsur (narasi, music, dialog, sound effect,
gambar atau foto, teks, video animasi, dan grafik) yang bertujuan agar dapat
mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan sasaran khususnya
pada anak sekolah dasar (Saparwati, 2020)
Sekolah dasar adalah tingkatan dasar dalam penanaman pendidikan
awal kepada anak-anak yang baru selesai dari playgroup menuju
pembelajaran tingkat dasar. SD sangat penting peranannya dalam
membentuk karakter anak anak pada usia mulai 6 tahun hingga 12 tahun.
Pembelajaran dimulai dengan pengenalan nilai nilai kepribadian anak
seperti kebiasaan positif mulai diperkenalkan kepada anak. Adapun
kebiasaan positif yang dimaksud seperti disiplin, kejujuran, kebersihan,
saling hormat menghormati dengan tujuan bahwa anak akan menjadikan
kebiasaan ini untuk dibudayakan. Apalagi dalam membentuk budaya pada
usia dewasa tidak bisa langsung secara instan berubah, dibutuhkan banyak
waktu dan pembiasaan yang terus menerus (Muthalib, 2018).
Berdasarkan hasil survey awal studi pendahuluan yang dilakukan di
SDN 15 Kota Pagar Alam dengan melakukan wawancara kepada kepala
sekolah dan siswa. Dari hasil wawancara kepala sekolah menjelas adanya
kejadian gempa bumi pada tahun 2020 yang menyebabkan kerusakan
seperti retaknya dinding pada bangunan kelas, terjatuhnya barang-barang
yang tergantung di dinding kelas seperti bingkai foto, papan tulis dan jam
dinding, akibatnya para siswa pun panik bahkan ada di antara mereka
terjatuh sehingga mengalami luka ketika berusaha menyelamatkan diri, dan
dari hasil wawancara yang melibatkan 10 siswa untuk di kasih pertanyaan
tentang penatalaksanaan bencana gempa bumi didapatkan 6 dari 10 siswa
5

masih belum mengerti tentang penatalaksnaan bencana gempa bumi, dan


juga tidak adanya kurikulum pembelajaran tentang penatalaksanaan
bencana disekolah sehingga siswa tidak mengetahui sesuatu tentang
penatalaksanaan bencana khususnya gempa bumi.
Video animasi dalam penatalaksanaan ini merupakan sebuah
aplikasi pendidikan yang bermanfaat dalam menambah wawasan,
pengetahuan, serta pemahaman anak upaya mengatasi dampak bencana
gempa bumi. salah satu keuntungan yang sangat signifikan adalah video
animasi ini dapat meningkatkan memori anak–anak sehingga mereka dapat
menghapal pelajaran materi dalam waktu yang lama dibandingkan dengan
metode pembelajaran konvensional. Media pembelajaran animasi ini sangat
menarik, interaktif, dan dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap
penatalaksanaan bencana gempa bumi (Saparwati, 2020)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tita Tri Famela dengan
judul “Pengaruh Edukasi Melalui Video Animasi Sibeta Terhadap Perilaku
Anak Tentang Kesiapsiagaan Bencan Gempa Bumi Di SDN 04 & SDN 08
Kota Bengkulu Tahun 2021” Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji paired T-independent untuk kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. uji paired T-independent untuk melihat perbedaan sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
nilai p = 0.000 < 5 %, artinya ada kenaikan rerata perilaku sesudah
dibandingkan dengan sebelum dilakukan intervensi edukasi video animasi
SIBETA. Hal ini menunjukkan ada pengaruh edukasi melalui video animasi
SIBETA terhadap perilaku anak tentang kesiapsiagaan bencana gempa
bumi di SDN 04 & SDN 08 Kota Bengkulu tahun 2021.(Tita Tri Pamela,
Erni Buston, 2021).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Saparwati yang berjudul
“Peningkatan Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Dengan Video Animasi
Pada Anak Usia Sekolah” didapatkan bahwa hasil perhitunganmelalui
analisis uji statistik menggunakan Wilcoxon, didapatkan nilai z sebesar -
5,712 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 <α
6

(0,05), ini dapat menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan


antara pengetahuan kesiapsiagaan bencana sebelum dan sesudah diberikan
pembelajaran menggunakan audio visual pada siswa Di SDN Candirejo 01
Tunas Patria Ungaran. Diketahui bahwa median tingkat pengetahuan
responden sebelum diberikan informasi kesiapsiagaan bencana dengan
menggunakan media audiovisual yakni sebesar 24,73 kemudian setelah
diberikan informasi tentang kesiapsiagaan bencana dengan menggunakan
media audiovisual dan mengalami peningkatan menjadi 76,21 (Saparwati,
2020). Berdasarkan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Angelina dengan judul
“Efektifitas Pemanfaatan Media Gambar Gerak dan Video Animasi
Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi Seimbang
Pada Balita” didapatkan perbedaan pengetahuan gizi seimbang pada balita
sebelum dan sesudah di lakukan pemberian media gambar bergerak dan
pemberian media animasi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ambarawa
Kabupaten Pringsewu pada tahun 2019 (p-value 0,000). Sedangkan untuk
hasil perubahan sikap menggunakan media gambar bergerak 2,55 dan
perubahan sikap dengan di lakukan pemberian media animasi sebesar 7,10.
Terdapat perbedaan sikap gizi seimbang pada balita sebelum dan sesudah
pemberian media gambar bergerak dan pemberian media animasi di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada
tahun 2019 (p-value 0,000). Berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa media animasi lebih efektif terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi seimbang (Angelina, 2019).
Berdasarkan dengan uraian permasalahan diatas dapat disimpulkan
bahwa edukasi video animasi dapat memberikan pengaruh yang baik
terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa,
oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
Pengaruh Edukasi Melalui Video Animasi Terhadap Pengetahuan
Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi Pada Siswa SD Negeri 15 Kota
Pagar Alam.
7

B. Rumusan Masalah
Masalah dari penelitian ini adalah Wilaya Sumatera Selatan
khususnya kota Pagaralam merupakan salah satu dari 6 daerah di provinsi
Sumatera Selatan yang rawan terjadi gempa bumi. Terjadinya gempa bumi
karena disebabkan oleh keberadaan patahan lokal yang merupakan bagian
dari sesar Sumatera yang memanjang dari Aceh sampai Lampung dengan
melewati kota Pagaralam. Keberadaan Gunung Dempo di Pagaralam dapat
memberikan ancaman gempa vulkanik dan kemungkinan tanah longsor.
Gempa bumi merupakan suatu hal yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya,maka dari itu perlu diupayakan kewaspadaan terhadap anak-
anak yang mungkin terkena dampak gempa bumi agar selalu siap siaga,
karena kebanyakan korban jiwa adalah anak-anak. Hal ini menarik
perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai apakah terdapat
pengaruh edukasi video animasi terhadap pengetahuan penatalaksanaan
bencana gempa bumi pada siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam.

C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Terdapat pengaruh edukasi video animasi terhadap pengetahuan
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD Negeri 15 Kota
Pagar Alam.
2) Tujuan Khusus
a Diketahui nilai pengetahuan sebelum dilakukan edukasi video
animasi terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa
bumi pada siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam .
b Diketahui nilai pengetahuan setelah dilakukan edukasi video
animasi terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa
bumi pada siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam .
c Diketahui pengaruh nilai pre test dan post test edukasi video animasi
terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi pada
siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam.
8

D. Ruang lingkup penelitian


Ruang lingkup penelitian ini merupakan ruang lingkup keperawatan
bencana yang dilaksanakan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
Edukasi Video Animasi Terhadap Pengetahuan penatalaksanaan Bencana
Gempa Bumi Pada Siswa SD. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa
sekolah dasar yang duduk dibangku kelas 4 dan 5 SD Negeri 15 Kota
Pagaralam yang berjumlah 60 siswa, sampel pada penelitian ini 60
siswa.Teknik sample menggunakan total sampling. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah edukasi video animasi sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan penatalaksanaan
bencana gempa bumi. Penelitian dilakukan pada 10 April 2023. Desain
penelitian adalah Pra Eksperimen dengan rancangan Pre test-post test one
group design, yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan.

E. Manfaat Penelitan
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
perkembangan ilmu keperawatan secara umum, dan Keperawatan Gawat
Darurat secara khusus, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan melalui “ Pengaruh edukasi video animasi terhadap
pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD Negeri
15 Kota Pagar Alam”.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ,wawasan dan manfaat
kepada penulis terkait pengaruh edukasi video animasi terhadap
pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD
Negeri 15 Kota Pagar Alam.
9

b. Bagi institusi Pendidikan


Sebagai salah satu bahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan
penelitian selanjutnya, dan bisa mengembangkan penelitian
mengenai pengaruh edukasi video animasi terhadap pengetahuan
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD Negeri 15
Kota Pagar Alam agar lebih baik dan dapat di terapkan di institusi.
c. Bagi institusi sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
membantu pihak dari sekolah dalam meningkatkan pengetahuan,
sikap dan tindakan siswa tentang penatalaksanaan bencana gempa
bumi.
d. Bagi penelitian selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dari hasil penelitian ini
dapat bermanfaat menjadi sumber informasi serta rujukan teori yang
dapat diteliti lebih lanjut lagi mengenai efektifitas dari penelitian
yang dilakukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bencana
1. Definisi Bencana
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana , Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan baik oleh factor alam atau factor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda,dan dampak
psikologis.
WHO mendefinisikan sebagai, segala kejadian yang
menyebabkan kerugian, gangguan ekonomi, kerugian jiwa manusia,dan
kemerosotan Kesehatan,serta pelayanan kesehatan dengan skala yang
cukup besar sehingga memerlukan bantuan penanganan lebih besar dan
lebih lanjut dari daerah lain yang tidak terkena dampak. Dari dua
definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga hal yang
penting yang merupakan unsur dari suatu bencana ,yaitu :
a. Fungsi normal darimasyarakat yang terkena bencana menjadi
terganggu.
b. Bencana melebihi kemampuan dan mekanisme masyarakat yang
terkena untuk melaksanakan fungsi sehari-hari.
c. Gangguan akibat bencana cukup besar sehingga tidak mungkin
masyarakat yang terkena mampu mengembalikan keadaan kembali
ke fungsi normal tanpa bantuan dari luar atau eksternal.
Bencana pada dasarnya tidak terjadi dengan tiba-tiba.Sebelum
bencana terjadi, kita mengenal potensi bencana atau ancaman bencana
yang di istilakan sebagai hazard. Dalam hal ini hazard adalah ancaman
bencana . Namun hazard sendiri belum tentu mengakibatkan bencana.
Baru akan terjadi bencana apabila hazard tersebut berinteraksi. Inilah

10
11

yang disebut sebagai insiden antara manusia, lingkungan, atau harta


benda dengan hazard, sehingga menimbulkan kerusakan (Aryono D.
Pusponegoro, 2016).
2. Klasifikasi Bencana
Bencana menurut klasifikasi penyebabnya dapat berasal dari
sumber-sumber alami (natural) seperti badai, suhu udara terlalu panas
atau terlalu dingin, banjir, gempa, tanah longsor, letusan gunung. Kabut
kematian karbon dioksida (CO₂) dan hydrogen sulfat H₂S) yang keluar
dari kedalaman danau Nyos (Cameron, Agustus 1986) juga merupakan
salah satu contoh bencana alam. Bencana dapat pula berpangkal pada
perbuatan manusia yang menimbulkan bahaya ( man-made hazard)
seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industry, terlepasnya materi
berbahaya ke dalam lingkungan, atau runtuhnya bangunan. Klasifikasi
lain adalah menurut kecepatan terjadi bencana yaitu, mendadak dan
bertahap. Sedangkan klasifikasi skala bobotnya terbagi menjadi besar
(major) dan kecil (minor).
Di dalam ketentuan mengenai bencana, Undang-Undang RI
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
mengategorikan bencana ke dalam bencana alam, bencana nonalam, dan
bencana social. Masing-masing diartikan sebagai berikut:
a. Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung Meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
b. Bencana Nonalam
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
12

c. Bencana Sosial
Bencana social adalah bencana yang diakibatkan oleh peristia atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh ulah manusia yang
meliputi konflik social antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat, dan terror (Purnawana, 2013).
3. Karakteristik Bencana
Bencana dapat dibedakan sesuai dengan karakteristik fisik utamanya
sebagai berikut :
a. Penyebab, penyebab bencana bisa berupa factor alam atau manusia.
b. Frekuensi, seberapa sering bencana ini terjadi.
c. Jangka waktu, beberapa bencana terjadi dalam durasi terbatas
(misalnya, letusan), sedangkan bencana yang lain mungkin terjadi
dalam jangka waktu yang lebih lama (misalnya, banjir dan
epidemic).
d. Kecepatan terjadi, bencana terjadi dengan cepat sebagai dampak dari
situasi, memberikan peringatan dalam waktu singkat, bahkan tidak
ada peringatan sama sekali, atau secara bertahap seperti dalam
bencana banjir, yang memungkinkan adanya waktu untuk
memberikan peringatan dan mungkin untuk mencegah atau
Langkah-langkah mitigasi. Bencana bisa terjadi berulang-ulang
selama jangka waktu tertentu seperti yang terjadi pada serangkaian
guncangan gempa bumi.
e. Ruang lingkup dampak, sebuah bencana bersifat local dan hanya
mempengaruhi daerah tertentu saja atau sekelompok penduduk di
dalam suatu masyarakat atau menyebar ke seluruh masyarakat yang
menyebabkan gangguan layanan dan fasilitas umum.
f. Potensi kerusakan, kapasitas perantara bencana (disaster agent)
yang menyebabkan skala kerusakan tertentu (berat, sedang, atau
ringan) dan jenis kerusakan (luka pada perorangan atau kerugian
harta benda), (Aryono D. Pusponegoro, 2016)
13

4. Siklus Bencana
Setelah memahami tentang pengertian bencana dan macam-
macam bencana maka untuk selanjutnya perlu mengetahui siklus
bencana. Bencana yang terjadi secara umum dapat digambarkan sebagai
suatu siklus. Seperti yang diinterprestasikan dalam gambar berikut ini.

Gambar. 2.1 Siklus Bencana

Berdasarkan gambar di atas, siklus penanggulangan bencana


dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Prabencana: pencegahan lebih difokuskan, kesiapsiagaan level
medium.
2. Bencana: pada saat kejadian/krisis, tanggap darurat menjadi kegiatan
terpenting.
3. Pascabencana: pemulihan dan rekonstruksi menjadi proses terpenting
setelah bencana.
Kegiatan-kegiatan manajemen bencana:
1. Pencegahan (Prevention)
Pencegahan merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
Misalnya:
14

a. Melarang pembakaran hutan dalam perladangan.


b. Melarang penambangan batu di daerah yang curam.
c. Melarang membuang sampah sembarangan.
2. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU
24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana.
Bentuk mitigasi:
a. Mitigasi struktural (membuat checkdam, bendungan, tanggul sungai,
rumah tahan gempa, dan lain-lain).
b. Mitigasi nonstruktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan,
dan lain-lain).
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007). Misalnya,
penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi,
rencana kontinjensi, dan sosialisasi peraturan/pedoman penanggulangan
bencana.
4. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang
(UU 24/2007), atau upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus:
a. Menjangkau masyarakat (accessible).
b. Segera (immediate).
c. Tegas tidak membingungkan (coherent).
15

d. Bersifat resmi (official).


5. Tanggap Darurat (Response)
Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan,
terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, dan
pengungsian.
6. Bantuan Darurat (Relief)
Bantuan darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang,
tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi, dan air bersih.

7. Pemulihan (Recovery)
a. Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana
dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan
semula.
b. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan
dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dan lain-lain).
8. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah langkah upaya yang diambil setelah kejadian
bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas
umum, dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda
perekonomian.
9. Rekonstruksi (Reconstruction)
Rekonstruksi merupakan program jangka menengah dan jangka
panjang guna perbaikan fisik, sosial, dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau
lebih baik dari sebelumnya.
Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah
kepentingan masyarakat, kita berharap berkurangnya korban nyawa dan
kerugian harta benda. Hal terpenting dari manajemen bencana ini adalah
adanya suatu langkah konkret dalam mengendalikan bencana sehingga
16

korban yang tidak kita harapkan dapat terselamatkan dengan cepat dan
tepat dan upaya untuk pemulihan pascabencana dapat dilakukan
secepatnya.
Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis
masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan
proses perbaikan total atas pengelolaan bencana, penegasan untuk
lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan lokal yang
berbentuk peraturan negara dan peraturan daerah atas manajemen
bencana. Hal yang tak kalah pentingnya dalam manajemen bencana ini
adalah sosialisasi kehatian-hatian, terutama pada daerah rawan
bencana.(Sholeh, 2022)

B. Konsep Bencana Gempa Bumi


1. Definisi Bencana Gempa Bumi
Istilah gempa bumi telah dikemukakan oleh para ahli khususnya
yang berkecimpung di bidang geologi. Salah satu teori yang hingga kini
bisa diterima oleh para ahli kebumuan untuk menjelaskan mekanisme
dan sebaran kejadian gempa bumi adalah teori lempeng tektonik (theory
of plate tectonic). Ada beberapa pengertian gempa bumi yang
dikemukakan oleh para ahli, di antaranya ialah sebagai berikut:
a. Menurut Pujianto (2007), gempa bumi merupakan salah satu
fenomena alam yang bisa disebabkan oleh buatan atau akibat dari
aktivitas manusia maupun dari akibat peristiwa alam. Akibat dari
kedua fenomena tersebut, tanah mengalami getaran hebat sebagai
efek dari menjalarnya gelombang energi yang terpancar dari pusat
gempa/focus. Energi yang keluar dari pusat gempa itu disebabkan
oleh peristiwa mekanik (tumbukan, gesekan, atau tarikan)ataupun
peristiwa khemis (ledakan akibat peristiwa reaksi reaksi kimia).
Kemudian,energi yang terjadi akibat peristiwa-peristiwa tersebut
menyebat ke segala arah pada media tanah.
17

b. Menurut Supartoyo dan Surono (2008), gempa bumi akan terjdi


apabila penumpukan energi pada batas lempeng yang bersifat
konvergen (bertumbukan), divergen (saling menjauh),transform
(berpapasan), atau pada sesar (patahan) dan blok batuan tersebut
tidak mampu lagi menahan batas elastisitasnya,sehingga akan
dilepaskan sejumlah energi dalam bentuk rangkaian gelombang
seismic yang dikenal sebagai gempa bumi.
c. Menurut Noor (2005), gempa bumi adalah getaran bumi yang terjadi
sebagai akibat dari terlepasnya energi yang terkumpul secara tiba-
tiba dalam batuan yang mengalami deformasi. Besarnya gelombang
yang beragam, mulai dari yang sangat kecil sehingga sulit dirasakan
hingga goncangan yang dahsyat, sehingga mampu meruntuhkan
bangunan yang kokoh.
d. Menurut Bakornas PB (2007), gempa bumi merupakan salah satu
dari berbagai macam bencana alam yang ada di Indonesia yang
bilamana penanganan maupun mitigasi yang dilakukan tidak baik,
maka akan menimbulkan ancaman korban jiwa maupun korban
materi.
Dari pendapat para ahli tersebut bisa ditarik sebuah kesimpulan
bahwa gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi dari bagian dalam
bumi, tempat sejumlah besar panas disimpan. Lalu, panas ini
mendorong plat bergerak. Ketika dua plat bergerak melawan satu sama
lain dan menghasilkan gesekan, maka menyebabkan energi menumpuk.
Pelepasan energi inilah yang memicu terjadinya gempa bumi. Dengan
kata lain, gempa bumi adalah pelepasan tekanan energi yang terjadi
secara keras dan tiba-tiba yang menyebabkan bergetarnya bumi dan
ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi (Rismawati,
2021).
18

2. Penyebab gempa bumi


Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi tersebut
dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Kemudian,
energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang
gempa bumi, sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan
bumi. Energi tersebut tidak terjadi secara tiba-tiba, dibutuhkan puluhan
ribu tahun untuk mengumpulkan energi sebanyak itu, tetapi hanya
dalam hitungan detik untuk melepaskannya.
Menurut Widodo (1999), terjadinya gempa disebabkan oleh
adanya kerusakan kerak bumi yang terjadi secara tiba-tiba. Fenomena
geologi ini biasanya diikuti dengan terjadinya patahan atau sesar (fault).
Patahan atau sesar itu diakibatkan adanya gerakan plat-plat tektonik atau
lapisan kerak bumi yang saling bertumbukan, bergeser, atau saling
menyusup satu dengan yang lain (subduksi). Akibatnya, struktur batuan
atau tanah mengalami kerusakan atau patah secara tiba-tiba bila batuan
tersebut tidak mampu menahan akumulasi energi atau tegangan yang
terjadi (Press, 2014).
3. Mekanisme Terjadinya Gempa Bumi
Gempa bumi bisa dimunculkan oleh beberapa kejadian atau
penyebabnya (Aki, 1972) adalah:
a. Gempa Vulkanik
Gempa bumi yang terjadi karena adanya aktifitas gunung api
seperti letusan gunung berapi. Gempa ini terjadi sebelum dan sesaat
adanya erupsi atau letusan gunung berapi dan getarannya sangat
dirasakan oleh manusia dan hewan sekitar gunung berapi itu berada.
Contohnya antara lain adalah gempa Gunung Merapi di Jawa
Tengah, Gempa Gunung Una-Una di Tomini Sulawesi Tengah dan
gempa Gunung Pericutin. Berikut mekanisme terjadinya getaran
yang disebabkan oleh aktivitas gunung api.
19

b. Gempa Tektonik
Kulit bumi terdiri dari lapisan-lapisan batuan. Tiap-tiap
lapisan memiliki kekerasan dan masa jenis yang berbeda satu sama
lain. Lapisan kulit bumi yang terdiri lempeng-lempeng tektonik
mengalami pergeseran satu sama lain akibat arus konveksi yang
terjadi dalam bumi. Pergeseran antar pelat ini menimbulkan
pengumpulan energi stress yang sewaktu- waktu akan lepas.
Pergeseran lempeng terdiri dari tiga tipe, pergeseran mendatar yang
mengakibatkan terjadinya patahan mendatar, pergeseran menunjam
yaitu salah satu lempeng menyusup ke lempeng lainnya (subduksi),
sehingga menciptakan lembah atau cekungan bumi dan pergeseran
tumbukan antar lempeng yang akan menciptakan gunung atau bukit
baru. Peristiwa pelepasan energi pada pergeseran lempengan inilah
yang disebut gempa tektonik.
c. Gempa Reruntuhan
Gempa bumi yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau
batuan lereng gunung dan memiliki energi potensial yang besar
ketika jatuh atau runtuh akan membuat bergetarnya permukaan
bumi. Inilah yang disebut gempa runtuhan.
d. Gempa Jatuhan
Bumi merupakan salah satu planet bumi yang ada dalam
susunan tata surya. Setiap hari bumi menerima hantaman meteor
atau benda langit lain. Namun ketika menerima meteor atau benda
langit lain yang besar bumi akan bergetar. Bergetar permukaan bumi
disebabkan jatuhnya benda langit inilah yang disebut gempa bumi
jatuhan, kejadian ini jarang terjadi. Kejadian terkahir adalah
dentuman keras yang terjadi di Provinsi Bali di bulan Januari 2021.
e. Gempa Nuklir
Getaran gempa yang dimunculkan dari aktifitas atau ledakan
nuklir, energi nuklir bisa memuncul getaran yang cukup besar
dengan jangkauan yang cukup luas, seperti uji coba senjata berbahan
20

nuklir oleh korea utara di tahun 2019. Uji coba nuklir ini
memunculkan energi setara dengan magnitude 6.3 dengan jangkuan
di Semanjung Korea (Jepang, China, Korea Selatan), (Press, 2014).

4. Dampak Kejadian Gempa Bumi Bagi Manusia Dan Lingkungan


Terjadinya getaran yang kuat dipermukaan bumi yang bisa di
sebut juga percepatan (m/detik²) akibat perambatan gelombang energi
dari sumber gempa ke permukaan akan memunculkan kerusakan pada
bangunan. Pusat gempa yang berada di subduction bisa memunculkan
tsunami yang besar tergantung energi dari gempa tersebut, gempa
dengan energi besar juga bisa memunculkan tanah longsor dan likuifaksi
karena getaran bisa. mengurangi tegangan tanah yang terjadi. Kejadian
gempa dengan energi besar akan memberi dampak yang sangat
merugikan bagi lingkungan dan manusia.
a. Getaran
Gempa bumi bisa memunculkan getaran dipermukaan bumu
(ground motion), getaran yang dirasakan di suatu tempat akan
berbeda dengan tempat yang lain karena dipengaruhi oleh jarak
dengan pusat gempa, jenis tanah lokasi, kedalaman pusat gempa dan
energi gempa itu sendiri.
Getaran yang akan akan memicu bangunan akan ikut bergoyang,
bangunan yang tidak direncanakan sesuai dengan standar bangunan
aman gempa akan berpotensi terjadi rusak berat hingga roboh atau
kegagalan struktur bangunan. Beberapa kejadian gempa yang
merusak dalam 5 tahun terakhir seperti: Gempa Palu di tahun 2018,
Gempa Bali di tahun 2018 dan Gempa Mamuju tahun 2021 dan
gempa lainnya.
b. Tsunami
Kejadian gempa yang mekanisme pergerakan antar 2 plat yang sifat
mendorong (subduction) yang terjadi di dalam laut dengan energi
21

yang besar, biasanya dengan magnitude > 6 sangat berpotensi terjadi


tsunami. Untuk lebih jelasnya akan dibahas di topik tsunami.
c. Tanah longsor
Tanah longsor juga bisa dipicu oleh adanya kejadian gempa karena
gempa memunculkan getaran pada tanah atau tebing, tebing yang
tidak memiliki stabilitas lereng yang baik akan sangat mudah
terjadinya longsor oleh getaran gempa. Lereng yang tandus akan
sangat mudah longsor apalagi didahului hujan dan disusul dengan
adanya getaran gempa.
d. Likuifaksi
Gempa besar akan memuncul getaran yang sangat kuat dalam satuan
percepatan gravitasi (gravity), percepatan tanah yang besar akan
mengakibatkan naiknya tegangan air pori tanah itu sendiri, kekuatan
tanah menurun dan kemampuan deposit tanah untuk menahan beban
menurun. Tegangan efektif tanah akibat beban siklik yang diterima
tanah dengan karakteristik berbutir, jenuh air dan kepadatan sedang
sampai lepas, dimana tanah tersebut mengalami perubahan sifat dari
solid ke liquid, kwjadian inilah yang dinamakan likuifaksi (Press,
2014).

C. Konsep Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi


Salah satu bencana alam yang kerap terjadi di negara kita adalah
gempa bumi. Oleh karena itu wajib untuk mengetahui penatalaksanaan
ketika terjadinya gempa bumi agar meminimalisasi resiko terjadinya hal-
hal yang tidak di inginkan. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada saat
terjadinya gempa bumi yaitu:(Sholeh, 2022)
1. Jika saat terjadi gempa bumi dan berada di dalam bangunan,
seperti rumah, sekolah ataupun bangunan bertingkat
a Guncangan akan terasa beberapa saat, selama jangka waktu itu,
upayakan keselamatan diri anda dengan cara berlindung di bawah
meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan
22

jendela kaca. Jika sudah aman cari jalan keluar dari bangunan
tersebut.
b Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilah di bawah
pintu. Bila sudah terasa aman, segera lari ke luar.
c Jika anda sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut
dan mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk
mencegah terjadinya kebakaran.
d Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng
atau material lain. Tetap lindungi kepala anda dan segera menuju ke
lapangan terbuka.
e Jangan berdiri di dekat tiang, pohon atau sumber listrik atau gedung
yang mungkin roboh dan cari tempat lapangan yang luas
f Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan, gunakalah
tangga darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di
dalam elevator, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk
panggilan kepada pengelola gedung.
g Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada
sudut bangunan.
h Apabila anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas
keamanan dan ikuti instruksi evakuasi.
2. Jika berada di dalam mobil
a Saat terjadi gempa bumi dengan kekuatan besar, anda akan
kehilangan kontrol terhadap mobil.
b Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri bahu jalan dan
berhentilah.
c Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memperhatikan
lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti
radio atau gawai.
3. Jika berada di luar rumah
a Merunduk dan lindungilah kepala
b Bergeraklah menjauh dari gedung dan tiang menuju daerah terbuka.
23

c Jangan melakukan tindakan apapun, tunggulah sampai keadaan


benar-benar tenang karena setelah gempa pertama biasanya ada
gempa susulan.
4. Jika berada di gunung atau pantai
Gempa dapat menimbulkan longsor di gunung atau
perbukitan.
a Jika berada di pegunungan, bergeraklah ke tempat yang aman seperti
lapangan terbuka yang jauh dari daerah lereng.
b Gempa di bawah laut bisa menimbulkan gelombang tsunami, jika
gempa itu terjadi, bergeraklah ke dataran yang lebih tinggi.
Setelah gempa bumi telah terjadi maka penting untuk
mengantisipasi peringatan tsunami pasca gempa bumi. Apabila mendengar
peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi menuju ke tempat tinggi,
seperti bukit dan bangunan tinggi. Dengarkanlah informasi dari sumber-
sumber yang terpercaya dan bertindaklah sesuai imbauan, karena seringkali
tersebar berita bohong atau hoax.

D. Konsep Anak Sekolah Dasar


1. Definisi Anak
Menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun
2002 pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak. Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun. Anak merupakan salah satu aset bangsa
yang akan meneruskan perjuangan suatu bangsa yang harus
diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Supartini, 2021).
Menurut Kartono (2007), anak dengan rentang umur 9-12 tahun
memiliki intensitas ingatan yang paling besar dan kuat. Daya menghafal
dan daya memorisasi (sengaja memasukkan dan melekatkan
pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Anak juga mampu
memuat jumlah materi ingatan yang paling banyak.(Keniten, 2018)
24

2. Tahap perkembangan kognitif


Menurut Supartini (2021), perkembangan kognitif (piaget)
dibahas berdasarkan dengan tahapan-tahapan sensori-motorik,
praoperasional, concrete operasional, formal operational. Berikut ini :
a. Tahapan sensoris-motorik (0-12 tahun)
Pada tahap ini, anak mengembangkan aktivitasnya dengan
menunjukkan perilaku sederhana yang dapat dilakukan oleh
seseorang secara berulang untuk meniru perilaku tertentu dari
lingkungannya. Jadi, perkembangan intelektual anak fase ini
dipelajari melalui sensasi dan pergerakan.
b. Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak berada di antara sensoris-motorik dan
operasional yang dimana anak dapat mulai mengembangkan sebab
dan akibat, trial and error, dan menginterpretasi benda atau
kejadian.
c. Concrete Operational (7-11 tahun)
Pada usia ini, pemikiran meningkat dan bertambah secara
logis / koheren, dimana anak mampu mengklarifikasi benda dan
perintah dan menyelesaikan sebuah masalah secara konkret dan
sistematis yang berdasarkan apa yang mereka terima dari
lingkungannya. Kemampuan berfikir seorang anak sudah rasional,
imajinatif, dan dapat menggali objek atau situasi lebih banyak
untuk memecahkan masalah.
d. Formal Operation (11-15 tahun)
Pada tahap ini, ditunjukkan dengan karakteristik dimana
kemampuan pada anak yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
atau fleksibel terhadap lingkungannya.
25

E. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan penginderaan atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga, hidung,
dan sebagainya).Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
dengan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga),
dan indera penglihatan (mata).
Untuk mengukur pengetahuan kesehatan adalah dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (Wawancara) atau
melalui pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan
kesehatan adalah "tingginya pengetahuan" responden tentang kesehatan,
atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang
variabel-variabel kesehatan
a. Tingkat Pengetahuan
Secara garis besar tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 6 yaitu :
1) Know (tahu)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya, seorang ibu
mengetahui bahwa jeruk banyak mengandung vitamin C. Sebagai
alat ukur untuk mengetahui bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2) Comprehension (memahami)
Memahami suatu objek tidak hanya sekedar tahu terhadap objek
tertentu, tidak hanya sekedar menyebutkan, akan tetapi orang
tersebut juga harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut.
3) Application (aplikasi/ penerapan)
Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
26

yang diketahuinya tersebut pada situasi yang lain. Misalnya,


seesorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus
dapat membuat perencanaan program kesehatan ditempat ia bekerja
atau dimana saja.
4) Analysis (analisis)
Adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapatdalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi yang menandakan bahwa seseorang sudah
sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah
dapat membedakan, atau memisahan, mengelompokkan, membuat
diagram (bagan) terhadap penegtahuan atas objek tersebut.
5) Synthesis (Sintesis)
Sistesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,
bahwa sintesis adalah suatu kemampuan untuk Menyusun formulasi
baru dari formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat
ringkasan dengan kata- kata sendiri tentag hal-hal yang telah dibaca
atau didengar.
6) Evaluation (evaluasi)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku dimasyarakat. (Pusphandani, 2013).
27

F. Konsep Edukasi (Pendidikan Kesehatan)


1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan bagian cabang dari ilmu
kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat
dari sisi seni, yaitu praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah
merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain.
Pendidikan kesehatan merupakan proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,
yang didalamnya terdapat usaha untuk dapat mengfasilitasi dalam
rangka perubahan perilaku masyarakat dalam program kesehatan
misalnya, pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi
lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan serta
kesehatan lainnya. Hal ini cukup efektif untuk proses perubahan
perilaku yang dinamis serta menjadi jembatan kesenjangan antara
informasi kesehatan dan praktek kesehatan, yang memotifasi seseorang
untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat
menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan
yang buruk dan membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
Beberapa para ahli mengemukakan pendapat tentang definisi
Pendidikan kesehatan diantaranya yaitu:
a. Lawrence Green: 1972
Pendidikan Kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan proses pemindahan
materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula perangkat
prosedur. Artinya perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam individu secara personal atau masyarakat itu sendiri.
b. Nyswander: 1947
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis, bukan proses pemindahan materi (pesan) dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.
28

c. Stuart: 1968
Pendidikan kesehatan adalah merupakan komponen program
kesehatan (kedokteran) yang isinya perencanaan untuk perubahan
perilaku, kelompok dan masyarakat sehubungan dengan pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
d. Menurut Craven dan Hirnle: 1996
Pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi,
dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan
cara member dorongan terhadap pengarahan diri (self direction),
aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru.
e. Joint Commission On Healh Education, USA: 1973
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan-kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan orang dan membuat
keputusan yang tepat sehubungan dengan pemeliharaan kesehatan.
f. Committee President on Health Education (1997) dalam Soekidjo
Notoatmodjo (1997):
Pendidikan kesehatan dalah proses yang menjembatani
kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktik kesehatan, yang
memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat
sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan
menghindari kebiasaan yang buruk dan membentuk kebiasaan yang
menguntungkan kesehatan.
g. Notoadmodjo, 2003
Pendidikan kesehatan adalah sebagai usaha atau kegiatan
untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan (perilakunya/mereka, untuk mencapai
kesehatannya/ kesehatan mereka secara optimal.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, maka
kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pendidikan kesehatan adalah
merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada diri
29

individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri


dalam mencapai tujuan hidup sehat dimasyarakat maupun
dilingkungan. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada
individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai
kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri menjadi lebih mandiri. Dengan demikian
pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu
individu, kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk
mencapai hidup sehat secara optimal (Pusphandani, 2013).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah-
masalah dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah
dengan dukungan dari luar.
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteran masyarakat.
Adapun cara untuk merumuskan tujuan secara efektif, salah
satunya yang terkenal adalah konsep SMART (specific, measurable,
achievable, realistic, time-based). Konsep ini pertama kali digunakan
oleh George T. Doran pada tahun 1981. Adalah dengan menentukan:

a. Specific
Tujuan yang Anda tetapkan harus jelas dan spesifik. Jelas akan
membantu menguraikan apa yang akan Anda lakukan, sedangkan
spesifik akan membuat segala upaya Anda fokus pada target yang
akan dicapai.
b. Measurable
Apa yang ingin Anda capai haruslah bisa diukur, misalnya seberapa
kuat, seberapa sering, seberapa banyak, atau seberapa dalam.
30

c. Achievable
Tujuan yang Anda tetapkan haruslah bisa dicapai. Dengan begitu
Anda akan berkomitmen untuk mencapainya dengan sungguh-
sungguh. Jangan sampai Anda menetapkan tujuan yang tidak
mungkin Anda capai.
d. Realistic
Realistis atau masuk akal adalah hal lain yang harus dipenuhi oleh
tujuan yang ingin Anda capai. Jangan membuat tujuan yang terlalu
sulit sehingga tidak mungkin Anda capai atau membuat tujuan yang
tidak sejalan dengan keinginan atau hasrat hati Anda.
e. Time-Based
Anda harus bisa menetapkan kapan tujuan tersebut harus dicapai.
Apakah minggu depan, tahun depan, atau lima tahun lagi. Dengan
adanya batasan waktu, Anda akan terpacu untuk segera memulai
melakukan tindakan (Pusphandani, 2013).
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup Pendidikan dapat dilihat dari berbagai dimensi
yaitu:
1. Dimensi Sasaran
Ruang lingkup pendidikan keshatan masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
2. Dimensi Tempat Pelaksanaannya
Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat
yang dengan sendirinya sasaran berbeda pula yaitu:
1) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid.
2) Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit atau Puskesmas dengan
sasaran pasien dan keluarga pasien.
31

3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran


buruh atau karyawan yang bersangkutan.
3. Dimensi tingkat pelayanan pendidikan kesehatan
Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan
kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan
(five levels of prevention) dari Leavel dan Clark, yaitu:
1) Promosi kesehatan (health promotion)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya
dalam kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan,
pemeriksaan kesehatan berkala, peningkatan gizi, dan kebiasaan
hidup sehat.
2) Perlindungan khusus (specific protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat. Misalnya tentang
pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap
penyakit, pada anak, maupun orang dewasa.
3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena
rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
kesehatan dan penyakit yang terjadi dimasyarakat.
4) Pembatasan cacat (disability limitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena
masyarakat sering didapat tidak mau melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas atau tidak mau melakukan
pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya secara tuntas. Pada
tingkat ini kegiatan meliputi perawatan untuk menghentikan
penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, serta fasilitas untuk
mengatasi cacat dan mencegah kematian.
32

5) Rehabilitasi (rehabilitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah
sembuh dari suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi
cacat. Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan latihan -
latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang baik dan benar
sesuai program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian
dan kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan
(Pusphandani, 2013).
4. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga kelompok
sasaran yaitu:
a. Sasaran primer (Primary Target).
Sasaran langsung pada masyarakat segala upaya
pendidikan/promosi kesehatan.
b. Sasaran sekunder (Secondery Target)
Sasaran para tokoh masyarakat adat, diharapkan kelompok ini
pada umumnya akan memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat sekitarnya.
c. Sasaran Tersier (Tersier Target)
Sasaran pada pembuat keputusan/ penentukebijakan baik
ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, diharapkan dengan
keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku
kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok
primer (Pusphandani, 2013).

G. Konsep Video Animasi

1. Pengertian

Menurut Usman Video Animasi dapat diartikan sebagai


serangkaian gambar yang satu dengan yang lainnya yang hanya berbeda
sedikit sehingga saat diputar akan seperti bergerak. Munawaroh
33

menjelaskan, media Video animasi merupakan rangkaian gambar atau


lukisan yang digerakkan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan minat siswa guna mencapai tujuan pengajaran yang efektif dan
efisien. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas animasi merupakan
serangkaian gambar atau lukisan yang dibuat sedemikian rupa agar
terlihat seperti nyata dan bisa bergerak, sehingga animasi dapat
meningkatkan minat dan perhatian siswa agar proses pengajaran
menjadi lebih efisien (Jannah, 2017).
2. Jenis Video Animasi

Menurut Munir (2012), ada beberapa jenis video animasi, yaitu:


a Video Animasi 2D
Video Animasi dua dimensi atau dwi-matra dikenal dengan
namaflat animation. Perkembangan animasi dua dimensi yang
cukup revolusioner berupa dibuat seperti film-film kartun. Kartun
sendiri berasal dari kata “Cartoon”, yang berarti gambar lucu.
b Video Animasi 3D
Video Animasi 3D merupakan pengembangan dari Video
animasi 2D (dua dimensi). Dengan Video animasi 3D karakter yang
diperlihatkan tampak sepeti hidup dan nyata, mendekati wujud
manusia aslinya.
c Stop Motion Video Animasi
Video Animasi ini merupakan kumpulan gambar yang di
foto gerakan per gerakan. Foto-foto tersebut digabungkan menjadi
gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton difilm.
d Video Animasi Tanah Liat
Video Animasi ini dikenali sebagai claymation karena
menggunakan clay (tanah liat) sebagai objek yang digerakkan.
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Stuart Blakton pada
tahun 1906. Animasi ini menggunakan plasticin, yaitu bahan lentur
seperti permen karet. Tokoh-tokoh dalam animasi clay dibuat
menggunakan rangka khusus untuk kerangka tubuhnya. Setelah itu,
34

di foto gerakan per gerakan. Foto-foto tersebut digabungkan menjadi


gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton difilm.
e Video Animasi Jepang (anime)
Video Anime merupakan sebuatan tersendiri untuk film
animasi jepang. Video Anime mempunyai karakter yang berbeda
dibandingkan dengan animasi buatan Eropa. Anime menggunakan
tokoh-tokoh karakter dan background yang digambar menggunakan
tangan dan sedikit bantuan dari komputer.
f. Animasi GIF
Animasi GIF merupakan teknik animasi sederhana yang
menggunakan prinsip animasi dasar yang berupa gambar-gambar
yang saling dihubungkan.
3. Kelebihan,Kekurangan dan Pemberian Media Video Animasi

a. Kelebihan media video animasi


1) Memperkecil ukuran objek yang secara fisik cukup besar dan
sebaliknya.
2) Memudahkan guru untuk menyajikan informasi mengenai
proses yang cukup kompleks.
3) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya
menggabungkan unsur audio dan visual.
4) Menarik perhatian siswa sehingga meningkatkan motivasi
belajarnya.
5) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan
untuk mengakomodasi respon pengguna.
6) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa
menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
b. Kekurangan media video animasi
1) Memerlukan biaya yang cukup mahal.
2) Memerlukan software khusus untuk membukanya.
35

3) Mememerlukan kreatifitas dan keterampilan yang cukup


memadai untuk mendesain animasi yang dapat secara efektif
digunakan sebagai media pembelajaran.
4) Tidak dapat menggambarkan realitas seperti video atau
fotografi (Amelia, 2021).
c. Pemberian media video Animasi
Media video animasi diberikan sebanyak 2 kali selama
penyuluhan, satu kali pemberian media video animasi selama 4
sampai 5 menit dengan cara menayangkan media audio visual
dengan infocus ( Tirtayanti, 2021 ).
Pengukuran kesiapsiagaaan diberikan media video animasi
dengan cara membagiakan dan mengisi kuesioner .lalu responden
menjawab kuesioner dan memberikan waktu selama 15 menit untuk
mengisi kuesioner. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan video
animasi yang berdurasi 4 menit 19 detik dan diulang sebanyak tiga
kali penayangan dalam satu kali pengumpulan data.Setelah
pemberian video edukasi, diberikan waktu 5 menit untuk istirahat
atau mencatat kembali isi video yang telah diberikan. Setelah itu,
peneliti kembali melakukan pengukuran kesiapsiagaan bencana
gempa bumi dengan cara mengisi kuesioner oleh responden dalam
waktu 15 menit ( Swarjana,2015).

H. Pengaruh Pemberian Video Animasi Terhadap Pengetahuan Siswa


Penelitian yang di lakukan oleh Saparwati yang berjudul
“Peningkatan Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Dengan Video Animasi
Pada Anak Usia Sekolah” didapatkan bahwa hasil analisis dari uji statistik
menggunakan Wilcoxon, didapatkan nilai z sebesar -5,712 dengan p-value
sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 <α (0,05), ini menunjukkan
bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara pengetahuan kesiapsiagaan
bencana sebelum dan sesudah di berikan pembelajaran menggunakan media
audio visual pada siswa Di SDN Candirejo 01 Tunas Patria Ungaran. dapat
36

diketahui bahwa median tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan


informasi tentang kesiapsiagaan bencana dengan menggunakan media
audiovisual sebesar 24,73 kemudian setelah diberikan informasi tentang
kesiapsiagaan bencana dengan menggunakan media audiovisual mengalami
peningkatan menjadi 76,21.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tita Tri Famela dengan
judul “Pengaruh Edukasi Melalui Video Animasi Sibeta Terhadap Perilaku
Anak Tentang Kesiapsiagaan Bencan Gempa Bumi Di SDN 04 & SDN 08
Kota Bengkulu Tahun 2021” Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji paired T-independent untuk kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. uji paired T-independent untuk melihat perbedaan sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
nilai p = 0.000 < 5 %, artinya ada kenaikan rerata perilaku sesudah
dibandingkan dengan sebelum dilakukan intervensi edukasi video animasi
SIBETA. Hal ini menunjukkan ada pengaruh edukasi melalui video animasi
SIBETA terhadap perilaku anak tentang kesiapsiagaan bencana gempa
bumi di SDN 04 & SDN 08 Kota Bengkulu tahun 2021 (Tita Tri Pamela,
Erni Buston, 2021).
37

I. Kerangka Teori
Bagan. 2.1 kerangka teori

Konsep Bencana Definis, Klasifikasi Bencana alam


bencana: (Gempa bumi)
1. Bencana alam
2. Bencana non
alam
3. Bencana sosial

Dampak
1. Kerusakan
lingkungan
Penatalaksanaan 2. Korban jiwa
bencana gempa bumi

Dapat mempengaruhi
Edukasi Melalui Video Pengetahuan Siswa
Animasi

Sumber : (Tita Tri Pamela, 2021)


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu penjelasan dan penggambaran


mengenai hubungan ataupun kaitan antara konsep maupun variabel-variabel
yang akan dilihat dan diukur saat melakukan penelitian (Notoatmodjo.,
2012)
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel bebas (variable independent) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel terikat (variable dependent) (Sugiyono,2016). Dalam penelitian
ini variabel independen adalah variabel intervensi Edukasi melalui
Video Animasi.
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel terikat (variable dependent) adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(variable independent) (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini variabel
dependen adalah pra test dan post test pengetahuan penatalaksanaan
bencana gempa bumi

Bagan. 3.1 kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Edukasi mealui video penatalaksanaan bencana
animasi gempa bumi

38
39

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjabaran mengenai batasan


variabel yang akan diteliti, atau tentang apa yang akan diukur oleh
variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo., 2012).

Tabel. 3.1 definisi operasional

No Veriabel Definisi Cara Alat Hasil Sekala


operasional ukur ukur
1 Variabel Video animasi Observas
Independen : merupakan sebuah i - - -
media edukasi
Edukasi video dengan
animasi mengaplikasikan
gambar, dan suara
yang diketahui
lebih baik dalam
memberikan
informasi.
pengetahuan
penatalaksanaan
bencana gempa
bumi
2 Variabel Segala sesuatu Ceklis Kuisi Median Rasio
Dependen : yang diketahui oner sebelum
oleh responden diberikan
Pengetahuan terkait dengan pendidika
penatalaksanaan penatalaksanaan n
bencana gempa bencana gempa kesehatan
bumi bumi. 11.00
Median
setelah
diberikan
pendidika
n
kesehatan
13.00
40

C. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh edukasi video animasi terhadap pengetahuan


penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD negeri 15 kota Pagar
Alam.
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan mengindetifikasi berupa kesulitan
yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2018). Penelitian
ini merupakan Pra Eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain ‘’one group pre-test & post-test’’ (Sugiyono:
2012). Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

O1 X O2

Gambar 4.1 Desain One Group Pretest Postest

Keterangan :
O1= Nilai pre-test (sebelum diberi perlakuan)
X = Treatmen yang diberikan (Variabel Independen)
O2= Nilai post- test (setelah diberikan perlakuan)

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi penelitian
Populasi adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
oleh peneliti (Nursalam, 2018). Populasi penelitian merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dari penelitian
ini adalah siswa sekolah dasar yang duduk dibangku kelas 4 dan kelas 5 SDN
15 Kota Pagar Alam dengan jumlah populasi sebanyak 60 orang.

41
42

2. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah bagian populasi yang dipergunakan dalam
penelitian dengan melakukan seleksi porsi dari populasi sehingga dapat
mewakili populasi yang diteliti (Nursalam, 2018).
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi dan jumlah sampel pada penelitian ini 60 responden.
Berikut table distribusu jumlah sampel.
Tabel 4.1
Distribusi Sampel Penelitian
Kelas Populasi Sampel
4 31 31
5 29 29
Total 60 60

a. Unit analisis dan responden


Unit analisis dalam penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu siswa
sekolah dasar yang duduk dibangku kelas 4 dan 5 SDN 15 Kota Pagar Alam,
dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden dalam
penelitian ini adalah seseorang yang menjadi sumber data penelitian yaitu
siswa.
b. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dalam
suatu populasi yang akan diteliti (Nursalam, 2018). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah :
1) Siswa kelas 4 dan 5 SD.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 15 Kota Pagar Alam.
43

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 10 April 2023.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subyek
dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Nursalam, 2018). Metode pengumpulan data dari
penelitian ini dengan metode wawancara yang menggunakan kuisioner
dengan 17 item pertanyaan. Ada beberapa tahapan yang dilakukan
peneliti dalam pengumpulan data, diantaranya:
1. Setelah mendapatkan izin persetujuan dari pembimbing dan penguji,
peneliti mengurus surat izin mengumpulkan data penelitian kepada
Administrasi IkesT Muhammadiya Palembang.
2. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian yang ditujukan ke
Sekolah SD Negeri 15 Kota Pagar Alam.
3. Setelah surat ijin penelitian dari Kepala Sekolah SDN 15 Kota Pagar
Alam, penelitian baru dilakukan yang diawali dengan pengumpulan
data primer yaitu memberikan kuesioner kepada responden.
Kemudian setelah data primer didapatkan, mencari data sekunder
dengan keadaan sekolah SDN 15 Kota Pagar Alam dan data jumlah
siswa melalui wali kelas masing-masing.
4. Selanjutnya, dilakukan pendekatan formal kepada wali kelas murid
kelas 4 dan 5 SDN 15 Kota Pagar Alam untuk meminta izin dan
bantuan dalam pengumpulan data.
5. Pendekatan dengan responden dan memberikan penjelasan tentang
maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Setelah responden
bersedia diteliti, responden diberikan lembar persetujuan menjadi
responden untuk ditandatangani.
44

6. Responden yang menjadi responden akan diberikan penjelasan


mengenai isi, tujuan serta cara pengisian kuesioner oleh peneliti. Hal
ini akan dijelaskan sampai responden mengerti, dan paham tentang
kuesioner yang akan diberikan.
7. Kerahasiaan terhadap responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini menjadi prioritas dengan cara tidak akan disebutkan
namanya dalam kuisioner maupun dalam laporan penelitian dan
penamaan hanya menggunakan kode (anonimaty).
8. Setelah responden setuju menjadi sampel dalam penelitian ini maka
peneliti melakukan pengukuran pengetahuan penatalaksanaan
bencana gempa bumi sebelum diberikan edukasi video animasi
dengan cara mengisi kuisioner (pre test) kelas 4 dan 5 SDN 15 Kota
Pagar Alam.
9. Memberikan edukasi video animasi dengan media video berdurasi 4
menit 19 detik yang di putar sebanyak 2 kali menggunakan proyektor
dengan pengeras suara speker, tentang penatalaksanaan dalam
menghadapi bencana gempa bumi kepada murid kelas 4 dan 5
SDN 15 Kota Pagar Alam.
10. Setelah pemberian edukasi video animasi maka peneliti kembali
melakukan pengukuran mengisi kuisioner (post test).
11. Setelah itu peneliti mengolah data dengan computerisasi

E. Instrumen pengumpulan data


Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam sosial yang diteliti (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini
digunakan video animasi dan lembar kuisioner untuk mengukur
pengetahuan penatalaksanaan terhadap bencana pada siswa sekolah dasar
dengan menggunakan parameter berdasarkan kajian LIPI-UNESCO/ISDR
2006 (UNESCO/ISDR, 2006).
45

1. Video Animasi
Video animasi adalah media yang sangat efektif untuk
melakukan pendidikan kesehatan, media ini dapat disimpan dan diputar
kembali.Video animasi yang berdurasi 4 menit 19 detik akan diputar
sebanyak 2 kali dengan mengnggunakan proyektor dan pengeras suara
agar pada saat pemutaran video tampilan dan suara lebih jelas, video
animasi tersebut menjelaskan terkait penatalaksanaan pada saat terjadi
bencana gempa bumi, apa saja yang harus dilakukan siswa apabila saat
terjadi gempa bumi.
2. Kuesioner penatalaksanaan bencana gempa bumi.
Pada penelitian ini digunakan metode wawancara yang
menggunakan kuisioner dengan 3 parameter yaitu parameter pertama te
sebanyak 5 pertanyaan tentang pengetahuan, parameter kedua sebanyak
11 pertanyaan tentang penatalaksanaan gempa bumi, dan parameter
ketiga sebanyak 1 pertanyaan tentang peringatan bencana, jadi jumlah
pertanyaan sebanyak 17. Responden harus memilih salah satu jawaban
dengan memberikan tanda ceklis pada kolom ‘ya’ jika pertanyaan
menurut responden benar dan kolom ‘tidak’ jika pertanyaan menurut
responden salah.
a. Uji validitas
Uji validitas adalah pengukuran dari pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data
(Nursalam,2018).Validitas suatu pengukuran senantiasa
berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan darialat ukur yang
digunakan. Untuk pengujian validitas angket digunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment angka, yaitu nilai rhitung
dibandingkan dengan nilai rtabel, dimana suatu item (pernyataan)
dikatakan valid bila nilai rhitung > r . Uji validitas dilaksanakan di
SD Negeri 35 Kota Pagar Alam dengan jumlah 30 responden pada
46

27 Maret 2023 yang terdiri dari 20 soal. Dengan hasil uji valid
pengamatan pada rTabel didapakan nilai dari sample (N) = 30 sebesar
>0,36. Sehingga mendapatkan hasil uji validitas bahwa A1,A3 dan
A4 nilai (rHitung)< daripada (rTabel)maka tidak valid
danA2,A5,A6,A8,A9,A10,A11,A12,A13,A14,A15,A16,A17,A8
,A19,A20,A22 menghasilkan nilai (rHitung)> daripada (rTabel).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument dalam penelitan ini 17
pertanyaan valid dan 3 tidak valid.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah kesaman hasil pengukuran atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati
berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2018). Angket
penelitian ini dihitung dengan teknik analisis varian yang
dikembangkan oleh Cronbach Alpha, adapun rumusnya sebagai
berikut:
Ketentuan uji reliabilitas adalah bila r Alpha > r tabel, maka
instrumen tersebut reliabel. Sebaliknya, bila r Alpha < r tabel maka
instrumen tersebut tidak reliabel. Kuesioner dikatakan reliable jika
nilai Cronbach alpha >0.6. Sehingga dapat disimpulkan nilai
Cronbach’s Alfa yang di dapat yaitu 0.935 > 0.6 maka instrument
dalam penelitian ini Reliable.
F. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah satu upaya untuk
memprediksi data dan menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat
dianalisis lebih lanjut dan mendapatkan data siap untuk disajikan.
Menurut Setiadi (2013), langkah-langkah pengolahan data yaitu:
47

a. Editing
Sebelum data diolah lebih lanjut, sangat perlu dilakukan
pemeriksaan (editing) data untuk menghindari kekeliruan atau
kesalahan data. Langkah- langkah yang dilakukan dalam editing
adalah memeriksa kembali matriks pengumpul data yang telah
terkumpul mengenai identitas siswa. Apabila ada data yang belum
lengkap, diperbaiki, diperjelas, dan bila ditemukan kejanggalan dari
data yang diperoleh, maka segera dikembalikan kepada responden
dan bila memungkinkan responden dimintai keterangan saat itu juga.

b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan. Peneliti memberikan kode
pada setiap responden untukmemudahkan dalam pengolahan data dan
analisa data. Peneliti juga memberikan kode pada lembaran kuisioner
untuk mempermudah pengolahan data. Kegiatan yang dilakukan
setelah data diedit kemudian diberi kode. Coding dilakukan pada
nomor urut responden dan jawaban responden. Jika responden
menjawab ya = 1 dan jika menjawab tidak = 0. Coding yang
digunakan untuk jenis kelamin adalah kode 0 = laki-laki dan kode
1= perempuan.
c. Sorting
Sorting adalah memilih atau mengelompokkan data menurut
jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Misalnya: menurut daerah
sampel, menurut tanggal,dan sebagainya.
d. Entry
Setelah kuisioner sudah terisi penuh dan benar dan sudah
melalui tahap coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses
data yang diteliti agar dapat dianalisis. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan program komputer SPSS for Windows dalam
48

pengolahan data responden.


e. Cleaning

Setelah data di entry ke dalam program, maka dilanjutkan


dengan proses cleaning yaitu memeriksa kembali data yang sudah di
entry untuk memastikan tidak ada kesalahan saat proses entry data.
f. Mengeluarkan informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.
2. Teknik analisis data
a. Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang menjelaskan
karakteristik tiap variabel yang diteliti Analisis univariat dapat
dilakukan untuk mendeskripsikan variabel karakteristik responden
(Sugiyono, 2016). Analisa yang dilakukan pada penelitian ini
dengan melihat karakteristik jenis kelamin,umur,kelas dan
pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi sebelum dan
setelah dilakukan edukasi video animasi penatalaksanaan bencana
gempa bumi.
b. Analisis bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi pada anak
sekolah dasar sebelum dan setelah diberikan edukasi video animasi
dengan menggunakan uji statistic. Sebelum dilakukan analisis
bivariat dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji
Colmogorov-Smirnov karena sampel <50 dengan pedoman
pengambilan keputusan jika nilai Sig. (signifikansi) p> 0,05 maka
data penelitian berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai Sig.
(signifikansi) p< 0,05 maka data penelitian tidak berdistribusi
normal, ketika data yang didapat normal maka peneliti akan
menggunakan uji statistik t- test dependen ( paired sampel t- test)
49

dan ketika data yang didapat tidak normal, maka akan menggunakan
uji alternatif Wilcoxon. Ketentuan pengambilan keputusan uji
adalah jika p value > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak, berarti
tidak ada pengaruh edukasi video animasi terhadap pengetahuan
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD N.15 Kota
Pagar Alam Jika p value < 0.05 maka Ho ditolak atau Ha diterima,
berarti ada pengaruh edukasi video animasi terhadap pengetahuan
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD N.15 Kota
Pagar Alam.

G. Etika Penelitian
Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang
dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-
prinsip etika penelitian. Prinsip etika penelitian menurut (Nursalam,
2018):
1. Autonomy/menghormati harkat dan martabat manusia
Autonomy berarti responden memiliki kebebasan untuk memilih
rencana kehidupan dan cara bermoral mereka sendiri (Potter, Patricia A
& Perry, 2005). Peneliti memberikan responden kebebasan untuk
memilih ingin menjadi responden atau tidak. Peneliti tidak memaksa
calon responden yang tidak bersedia menjadi responden.
2. Confidentiality/kerahasiaan
Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin
kemandirian klien (Potter, Patricia A & Perry, 2005). Kerahasian
responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kode
reponden dan inisial bukan nama asli responden.
3. Justice/keadilan
Justice berarti bahwa dalam melakukan sesuatu pada responden,
peneliti tidak boleh mebeda-bedakan responden berdasarkan suku,
50

agama, ras, status,sosial ekonomi, politik ataupun atribut lainnya dan


harus adil dan merata (Hidayat A.A , 2007). Peneliti menyamakan setiap
perlakuan yang diberikan kepada setiap responden tanpa memandang
suku, agama, ras dan status sosial ekonomi.
4. Beneficience dan non maleficience
Berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia (Hidayat
A.A, 2007). Penelitan keperawatan mayoritas menggunakan populasi
dan sampel manusia oleh karenaitu sangat berisiko terjadi kerugian
fisik dan psikis terhadap subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan
hendaknya tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan sampai
mengancam jiwa (Wasis, 2008). Penelitian ini memberikan manfaat
mengenai pemberian edukasi video animasi penatalaksanaan bencana
gempa bumi, apakah terdapat pengaruh terhadap pengetahuan
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada anak SD melalui pemberian
perlakuan dan pengisian kuesioner penatalaksanaan. Penelitian ini juga
tidak berbahaya karena responden hanya akan diberikan edukasi video
animasi dengan media video berdurasi 15 menit tentang
penatalaksanaan dalam menghadapi bencana gempa bumi dan
kuesioner untuk diisi sesuai dengan pilihan responden.
51

BAB V

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD Negeri 15 Pagar Alam
1. Sejarah SD Negeri 15 Pagar Alam
SD Negeri 15 Kota Pagar Alam adalah sebuah sekolah SD negeri
yang berlokasi di Desa Semidang Alas,Kelurahan Jokoh,Kec.Dempo
tengah ,Kota Pagar Alam. Dengan luas tanah milik 12,000m². SD Negeri
ini pertama kali berdiri pada tahun 1966.Pada waktu ini SD Negeri 15
Pagar Alam memakai panduan kurikulum pemerintah yaitu SD 2013.
SD Negeri 15 Pagar Alam dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang
Bernama bapak Markoni, S.Pd. ditangani oleh seorang operator yang
bernama bapak Peki Dowi Arzon.

SD Negeri 15 Pagar Alam mendapat status akreditasi grade B


dengan nilai 85 (akreditasi tahun 2021) dari BAN-S/M (Badan
Akreditasi Nasional) Sekolah/Madrasah. SD Negeri 15 Pagar Alam
memiliki fasilitas 8 ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang guru, 2 toilet
guru dan 2 toilet siswa .

2. Visi dan Misi SD Negeri 15 Pagar Alam

a. Visi
Mewujudkan siswa yang bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa,cerdas, terampil, berkualitas, berbudaya, berbudi pekerti luhur,
serta berwawasan lingkungan.

b. Misi
1) Menumbuhkan penghayatan dan dan pengamalan ajaran
agama.
2) Menumbuhkan semangat keunggulan dalam bidang imtaq
dan iptek.
52

3) Menumbuhkan pribadi yang berwawasan kebangsaan


menuju masa depan yang gemerlang.
4) Menumbuhkan, budaya bersih dan berwawasan lingkungan.

c. Tujuan
1) Mampu mengembangkan prestasi di bidang ilmu
pengetahuan teknologi dan seni budaya.
2) Mandiri dan mampu menciptakan lingkungan yang bersih
dan sehat.
3) Menyiapkan generasi yang berkualitas dalam menyongsong
masa depan Indonesia yang EMAS.
4) Menyiapkan generasi yang berbudi pekerti luhur.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 April 2023


di SD Negeri 15 Kota Pagar Alam kelas 4 dan 5 dengan jumlah
responden 60 orang. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk teks dan
table.

1. Analisa Univariat
a. Gambaran Karakteristik Usia danJenis Kelamin Responden

Tabel 5.1
Gambaran Karakteristik Usia Responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur 9 Tahun 14 23,3%


11 Tahun 14 23,3%
Total 60 100%

Tabel 5.1 menggambarkan karakteristik usia responden


berada pada rentang 9 –11 tahun. usia paling muda adalah 9 tahun
sebanyak 14 orang (23,3%) dan paling tua 11 tahun sebanyak (23,3%)
53

Tabel 5.2
Gambaran Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Karakteristik Fekuensi (n) Persentasi (%)

Jenis Kelamin Laki-Laki 31 51,7%

Perempuan 29 48,3%
Total 60 100%

Tabel 5.2 menggambarkan karakteristik jenis kelamin 60 orang


responden dimana 31 laki-laki (51,7%) dan 29 orang perempuan
(48,3%) Dimana angka tertinggi dengan yang berjenis kelamin laki-
laki.
b. Pengetahuan sebelum diberikan edukasi video animasi
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD Ngeri 15
Kota Pagar Alam
Tabel 5.3
Pengetahuan sebelum diberikan edukasi video animasi
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD Ngeri 15 Kota
Pagar Alam
Variabel Mean Median Min-Max
Pengetahuan sebelum 10.97 11.00 7-14
diberikan edukasi
video animasi
penatalaksanaan
bencana gempa bumi

Berdasarkan table 5.3 dapat dilihat bahwa nilai mean dan median
dari 60 responden sebelum diberikan edukasi video animasi sebesar
10.97 dan 11.00 dengan skor nilai minimal 7 dan nilai maksimum
14.
c. Pengetahuan setelah diberikan edukasi video animasi
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD Negeri 15
54

Kota Pagar Alam.


Tabel 5.4
Pengetahuan setelah diberikan edukasi video animasi
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD Ngeri 15 Kota
Pagar Alam
Variabel Mean Median Min-Max
Pengetahuan setelah 12.95 13.00 10-16
diberikan edukasi video
animasi
penatalaksanaan
bencana gempa bumi

Berdasarkan table 5.4 dapat dilihat bahwa nilai mean dan


median dari 60 responden sebelum diberikan edukasi video
animasi sebesar 12.95 dan 13.00 dengan skor nilai minimal
210dan nilai maksimum 16.
Grafik 5.1
Perbedaan pengetahuan siswa sebelum dan setelah dilakukan edukasi video
animasi penatalaksanaan bencana gempa bumi di SD Negeri 15 Pagar Alam

18
16
14
12
10
Pre test
8
Post test
6
4
2
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
55

Berdasarkan grafik 5.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 60


responden , nilai terendah pengetahuan siswa sebelum dilakukan edukasi
video animasi dimilki oleh responden 41 dengan nilai pengetahuan yaitu
(7) dan nilai tertinggi pengetahuan siswa sebelum dilakukan edukasi
video animasi dimiliki oleh responden ke 13,18 dan 19 dengan nilai
pengetahuan (14), sedangkan nilai terendah pengetahuan siswa setelah
dilakukan edukasi video animasi dimilki oleh responden 16,41,47 dan
52 dengan nilai pengetahuan yaitu ( 10) dan nilai tertinggi pengetahuan
siswa setelah dilakukan edukasi video animasi dimilki oleh responden
10,13,18 dan 38 dengan nilai pengetahuan (16). Dengan demikian dapat
disimpulkan selisih skor terendah dan tertinggi pre test dan post test
adalah (0 dan 5)

C. Analisa Bivariat

Tabel 5.5
Uji Normalitas
Variabel Kolmogrov-Sminov
Statistik N Sig
Pretest pengetahuan .142 60 .004
Post test pengetahuan .203 60 .000

Berdasarkan tabel 5.5 telah dilakukan uji normalitas data


menggunkan Uji Kolmogorov-Smirnov pada pre test diperoleh nilai
sig .004 dan post test diperoleh nilai sig .000 oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi tidak normal dikarenakan
Nilai signifikan <0,05.
Salah satu syarat dilakukanya pengujian perbedaan (Paired-t
test) adalah data tersebut memiliki distribusi yang normal. Untuk
mengetahui distribusi maka dilakukan uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui distribusi sebuah data, apakah berdistribusi normal atau
56

tidak. Uji normalitas data yang digunakan adalah Kolmogorov-


Smirnov dengan kesimpulan jika p Value >0,05, maka data
berdistribusi normal dan jika p Value <0,05, maka data berdistribusi
tidak nomal. Bila data berdistribusi tidak normal, maka dianjurkan
menggunakan Uji Alternatif Nonparametrik Wilcoxon Sign Test.

Tabel 5.6
Perbedaan Rerata Pengetahuan Dilakukan Edukasi Melalui Video Animasi
Tentang Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi di SD Negeri 15 Kota
Pagar Alam
Variabel N Median Min Max P-
value
Pretest 60 11.00 7 14
pengetahuan .001
edukasi
Post test 60 13.00 10 16
pengetahuan
edukasi

Berdasarkan tabel 5.6 hasil analisis diatas menunjukan nilai rata-rata


pengetahuan sebelum diberikan intervensi edukasi melalui video
animasi penatalaksanaan bencana gempa bumi nilai median 11,00.
Dan sesudah diberikan intervensi nilai median 13,00 jadi hasil
intervensi sebelum dan sesudah meningkat sebanyak 2.00 dengan
nilai p-value .001 lebih kecil alpha (α) 0.05 maka dapat disimpulkan
ada pengaruh edukasi video animasi terhadap pengetahuan
penatalaksanaan bencana gempa bumi pada siswa SD Negeri 15
Kota Pagar Alam.
57

BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat
a. Nilai pengetahuan sebelum dilakukan edukasi video animasi
terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi
pada siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam
Berdasarakan hasil penelitian dari 60 responden yaitu siswa
kelas 4 dan 5 SD Negeri 15 Pagar Alam didapatkan bahwa nilai
median pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi
sebelum diberikan edukasi video animasi adalah 11.00 dengan nilai
minimum 7 dan maksimum 14.
Gempa bumi adalah goncangan yang dapat mengguncang
suatu daerah mulai dari sebuah tingkat yang rendah sampai ke
tingkat yang tinggi hingga dapat membahayakan. Gempa dengan
skala yang tinggi dapat membuat luluh lantak apa yang ada di
permukaan bumi. Rumah, gedung, menara, jalan, jembatan, taman,
dan lain sebagainya dapat hancur rata dengan tanahjika terkena
gempa bumi yang besar .Ada beberapa penyabab terjadinyagempa
bumi, yaitu Disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
Disebabkan oleh materi lapisan litosfer yang terjepit ke dalam
mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km
dan,Disebabkan oleh pergerakan magma dalam gunung berapi
(Khambali 2017).
Pengetahuan merupakan suatu hasil yang dihasilkan setelah
individu melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui sebuah panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.
58

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat


penting dalam membentuk tindakan seseorang (Nurmala,2020)
Pengetahuan yang dimiliki membuat seseorang paham dan
melakukan langkah-langkah yang terjadi saat bencana. Upaya
peninggakatan pengetahuan dapat dilakukan dengan pemberian
pendidikan kesehatan tentang bencana gempabumi dan simulasi
menghadapi bencana. Pemberian pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan siswa sejak dini (Febriawati, 2020)
Karakteristik berdassrkan umur sebagian besar berada di
umur 10 tahun sebanyak 32 orang (53,3%), dan karakteristik
berdasarkan jenis kelamin kategori laki-laki sebanyak 31 orang
(51,7%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang (48,3%).
Data yang didapatkan menggambarkan karakteristik usia
responden yang terlibat dalam penelitian ini berada pada rentang
umur termuda 9 dan umur tertua 11 tahun. Perkembangan usia anak
dikategorikan dalam beberapa fase, salah satunya adalah masa anak
- anak akhir (9 – 12 tahun) dimana masa perkembangan kecerdasan
seperti keinginan memahami fenomena alam, kemampuan koreksi
dan memperhatikan perbedaan individu, kemampuan konsentrasi
yang meningkat, kesiapan mempelajari konsep belajar, dan
kecenderungan bebas dari orangtua, Farida (2014).
Menurut Notoatmodjo (2011) usia mempengaruhi daya
tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperolehnya akan semakin membaik.
Menurut pendapat Nurhasim (2013) beberapa orang beranggapan
bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Namun, dizaman sekarang apapun jenis kelamin seseorang, bila
seseorang tersebut masih produktif dan berpendidikan maka
59

seseorang tersebut akan cenderung mempunyai tingkat pengetahun


yang baik. Rendahnya nilai pengetahuan awal responden dapat
disebabkan oleh faktor usia dan tingkat pendidikan. Responden pada
penelitian ini merupakan anak sekolah dasar yang masih berusia 9-
12 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Ndama (2019)
menjelaskan bahwa responden yang berada di kelas IV, V, VI
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang kesiapsiagaan
bencana (Ndama et al., 2019).
Bentuk penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang penatalaksanaan bencana gempa bumi adalah melalui
promosi kesehatan, yang dilakukan dengan pemutaran video. Media
Audiovisual adalah media yang merupakan kombinasi audio dan
visual atau biasa disebut media pandang dengar. Contoh dari media
audio visual adalah program video/ televisi pendidikan, video/
televisi intruksional, dan program slide suara (soun slide). Media
video sebagai media elektronik yang memiliki unsur audio-visual
(narasi, musik, dialog, sound efect, gambar atau foto, teks, animasi,
grafik) bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan pengetahuan
sasaran khususnya pada siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Saparwati, M., Trimawati, &
Wijayanti, (2020) pengetahuan kesiapsiagaan bencana sebelum dan
setelah diberikan video animasi kesiapsiagaan bencana di SDN
Candirejo 01, dimana didapat nilai median sebelum diberikan video
animasi mendapatkan skor yang buruk dengan hasil yaitu 24,73.
Penelitian yang dilakukan oleh Tita Tri Pamela, (2021)
dengan judul pengaruh edukasi melalui video animasi SIBETA
terhadap perilaku anak tentang kesiap siagaan bencana gempa bumi
di SDN 04 & SDN 08 Kota Bengkulu tahun 2021, dengan rerata
nilai pengetahuan kesiapsiagaan bencana gempa bumi sebelum
60

dilakukan edukasi mendapatkan skor yang cukup baik dengan hasil


sebesar 41.68.
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan jurnal diatas bahwa
usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi pengetahuan,dan juga
pengaruh edukasi melalui video animasi terhadap pengetahuan
penalaksanaan bencana gempa bumi hal ini yang mendasari peneliti
yang berpendapat bahwa data demografi dengan pengetahuan siswa
dapat mempengaruhi pengetahuan dikarenakan semakin rendah
tingkat pada pendidikan seseorang, semakin sulit pula dalam
menerima informasi, seseorang yang belum cukup umur akan
mempengaruhi kematangan dalam berfikir dan menerima
informasi.

b. Nilai pengetahuan setelah dilakukan edukasi video animasi


terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi
pada siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam
Berdasarakan hasil penelitian dari 60 responden yaitu siswa
kelas 4 dan 5 SD Negeri 15 Pagar Alam didapatkan bahwa nilai
median pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi
sebelum diberikan edukasi video animasi adalah 13.00 dengan nilai
minimum 10 dan maksimum 16.
Kurangnya pengetahuan pada sebagian besar responden
tentang kesipasiagaan bencana tersebut salah satunya dapat dilihat
dari indicator pengetahuan terhadap kesiapsiagaan bencana
(70.51%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden masih belum mengerti dan memahami
tentang definisi bencana secara umum maupun khusus, dimana
sebagian besar responden masih banyak yang beranggapan bahwa
bencana adalah segala sesuatu yang diakibatkan oleh kejadian alam
61

saja seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami dan lain


sebagianya. Pengetahuan tentang berbagai macam bentuk bencana
alam tersebut menurut peneliti dikarenakan banyaknya berita dan
informasi tentang beberapa kejadian bencana alam yang sering
dialami di Indonesia saat ini, sehingga hal tersebut berpengaruh
terhadap pengetahuan responden tentang macam-macam bencana
alam walaupun pengetahuan mereka hanya sebatas mengerti tentang
berbagai bentuk bencana yang sering terjadi dari informasi yang
mereka terima. Akan tetapi informasi mengenai kebencaan termasuk
mitigasinya, ternyata belum pernah mereka terima, umumnya
mereka mengetahui tentang bencana dari berbagai media seperti
Koran dan TV, sehingga pemahamannya pun sangat terbatas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Priyanto (2013), yang
menyatakan bahwa pengetahuan terkait dengan persiapan
menghadapi bencana pada kelompok rentan bencana menjadi focus
utama. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa kesiapan
menghadapi bencana ini seringkali terabaikan dan yang belum
memiliki pengalaman langsung dengan bencana.11,12,13 Seperti
pendapat Twigg (2007), bahwa apabila pengetahuan manusia akan
bahaya, kerentanan, risiko dan kegiatan-kegiatan pengurangan
risiko cukup memadai maka akan dapat menciptakan aksi
masyarakat yang efektif (baik secara sendiri maupun bekerjasama
dengan para pemangku kepentingan lainnya) dalam menghadapi
bencana.
Upaya peningkatan kesiapan anak tentang kesiapsiagaan
dalam evakuasi gempa bumi perlu dilakukan pemberian edukasi
tentang kesiapasiagaan dalam evakuasi bencana gempa bumi
menggunakan media video animasi. Video dapat meningkatkan
pengetahuan anak yang berdampak positif terhadap sikap yang
62

terbentuk. Perubahan sikap dipengaruhi oleh faktor pengetahuan


dan kepercayaan yang didapatkan dari hasil penginderaan, salah
satunya didapatkan pada saat proses belajar. kesiapan yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada kesiapan yang tidak
didasari pengetahuan (Narayana et al., 2022).
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya banyak
korban dan kerugian saat gempa bumi adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat dan anak-anak tentang bencana, sikap atau
perilaku yang mengakibatkan penurunan sumber daya alam, dan
kurangnya kesiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana
tersebut. Selain dipengaruhi oleh faktor diatas, gempa bumi juga
dipengaruhi oleh tingkat resiko bencana, potensi bencana, upaya
mitigasi dan kesiapan dalam mengahadapi bencana, kemampuan
dan sumberdaya yang tersedia (Rustam et al., 2022).
Memberikan edukasi pengetahuan pada siswa terutama pada
anak umur 9-10 tahun mudah di terima oleh para pelajar serta lebih
menarik dalam menyampaikan materi yang ada melalui media
video. Penyebaran pengetahuan tentang mitigasi bencana akan lebih
mudah tersebar dan dapat saling bertukar informasi serta mendapat
apresiasi dari karya media pembelajaran yang telah di buat hal ini
akan memicu anak untuk terus belajar dan berkarya dalam membuat
media pembelajaran sendiri (Maharani, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Saparwati, M., Trimawati, &
Wijayanti, (2020) pengetahuan kesiapsiagaan bencana sebelum dan
setelah diberikan video animasi kesiapsiagaan bencana di SDN
Candirejo 01, dimana didapat nilai median setelah diberikan video
animasi mendapatkan skor yang baik dengan hasil yaitu 76,21
Penelitian yang dilakukan oleh Tita Tri Pamela, (2021)
dengan judul pengaruh edukasi melalui video animasi SIBETA
63

terhadap perilaku anak tentangkesiapsiagaan bencana gempa bumi


di SDN 04 & SDN 08 Kota Bengkulu, dengan rerata nilai
pengetahuan kesiapsiagaan bencana gempa bumi setelah dilakukan
edukasi mendapatkan skor yang baik dengan hasil sebesar 45.18.
Berdasarkan hasil penelitian dari teori yang ada diatas maka
peneliti berasumsi bahwa usia dan jenis kelamin ikut berpengaruh
terhadap pengetahuan siswa terhadap penetalaksanaan bencana
gempa bumi dimana pada usia tersebut siswa masih banyak yang
belum tau terhadap penatalaksanaan bencana gempa bumi
dikarenakan keterbatasan informasi tentang penatalaksanaan
bencana gempa bumi, pembelajaran melalui edukasi video animasi
terhadap pengetahuan penalaksanaan bencana gempa bumi
memiliki dampak positif terhadap pengetahuan bencana gempa
bumi sehingga anak-anak akan lebih paham dan mengerti tentang
upaya penalataksanaan bencana gempa bumi.

c. Pengaruh nilai pre test dan post test edukasi melalui video
animasi terhadap pengetahuan penatalaksanaan bencana
gempa bumi pada siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa adanya peningkatan
nilai rerata pengetahuan setelah diberikannya edukasi melalui video
animasi yaitu dengan rerata nilai pengetahuan kesiapsiagaan
bencana gempa bumi sebelum dilakukan edukasi sebesar 11,00
setelah diberikan intervensi rerata pengetahuan naik menjadi 13,00.
Berdasarkan hasil uji Alternatif Nonparametrik Wilcoxon Sign Test
menunjukkan nilai p value 0.001 (p value < 0,05) artinya ada
pengaruh rerata pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi.
64

Hal ini dapat membuktikan bahwa setelah diberikan


pemberian informasi dengan menggunakan media audio visual
tentang penanganan bencana, terjadi peningkatan pengetahuan
terhadap penatalaksanaan siswa dalam menghadapi bencana gempa
bumi menurut KPBI (2011). Menyebutkan bahwa salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi penatalaksanaan siswa adalah faktor
pengetahuan. Pengetahuan tentang penatalaksanaan bencana dapat
ditingkatkan dengan melalui pemberikan pelatihan penanggulangan
bencana.
Peneliti observasi dan wawancara sebelum memberikan
edukasi melalui video animasi, Namun kenyataannya bahwa
pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi anak masih
sangat kurang sehingga mengakibatkan banyak anak menjadi
korban bencana gempa bumi. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor mengingat kurangnya pengetahuan kita mengenai pentingnya
pengetahuan kesiapsiagaan bencana gempa bumi bagi anak,
pengetahuan kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang masih sangat
kurang, media dan metode pembelajaran yang kurang variatif.
Banyak dari anak-anak masih belum mampu menyebutkan dan
mengenal lingkungan yang ada disekitar mereka serta apa yang
harus dilakukan ketika bencana terjadi. Berbagai hambatan ini
tentunya dapat berpengaruh terhadap sikap anak ketika menghadapi
bencana atau ancaman. Dengan adanya pembelajaran kesiapsiagaan
bencana melalui video animasi bertujuan untuk meningkatkan
pengetehauan kesiapsiagaan anak, sehingga anak memiliki
pengetahuan atau bekal yang cukup apabila suatu ancaman atau
bencana terjadi (Pamela et al., 2021).
Edukasi kebencanaan bagi anak diberikan, agar mereka
secara dini dapat menyerap pengetahuan jenis bencana dan
65

bagaimana penanggulangannya secara dini. Dengan melalui video


animasi yang diharapkan materi yang dimuat dalam video animasi
memudahkan anak menangkap suatu informasi Pemerintah
memiliki kewajiban untuk mengurangi risiko terhadap anak dengan
cara mempersiapkan anak dan keluarga dalam menghadapi bencana
(Yunaidi, 2020).
Animasi pemutaran video dapat membantu meningkatkan
pengetahuan seseorang secara signifikan, sehingga media ini dapat
digunakan dalam pembelajaran kesiapsiagaan bencana gempa
dengan memperhatikan video yang lebih menarik dan tidak
membosankan. Setelah pemutaran video, responden setidaknya
mengalami peningkatan kesiapsiagaan gempa dalam kategori sangat
siap pada siswa SD (Amri et al., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian Saparwati, M., Trimawati, &
Wijayanti, (2020) pengetahuan kesiapsiagaan bencana sebelum dan
diberikan video animasi kesiapsiagaan bencana di SDN Candirejo
01, dimana didapat nilai median sebelum yaitu 24,73 dan median
setelah diberikan video animasi yaitu 76,21 dengan nilai p-value
sebesar 0,000 <a 0,05 ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara pengetahuan kesiapsiagaan bencana sebelum dan
setelah diberikan pembelajaran menggunakan video animasi pada
siswa SDN Candirejo 1.
Hasil penelitian Tita Tri Pamela, (2021) menunjukkan
bahwa adanya peningkatan nilai rerata pengetahuan setelah
diberikannya edukasi melalui video animasi “SIBETA” yaitu
dengan rerata nilai pengetahuan kesiapsiagaan bencana gempa bumi
sebelum dilakukan edukasi sebesar 41.68, setelah diberikan
intervensi rerata pengetahuan naik menjadi 45.18. Berdasarkan hasil
uji statistik t independent menunjukkan nilai p value 0.000 (p value
66

≤ 0,05) artinya ada pengaruh rerata pengetahuan sebelum dan


sesudah dilakukan intervensi.
Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa pengaruh edukasi
melalui video animasi terhadap pengetahuan penalaksanaan
bencana gempa bumi pada siswa SD memfokuskan pada
peningkatkan pengetahuan penatalaksaan bencana gempa bumi
melalui video animasi yang diharapkan materi yang dimuat dalam
video animasi memudahkan anak menangkap suatu informasi atau
pengetahuan serta menarik minat dan perhatian anak dalam
pembelajaran dikarenakan video animasi merupakan media yang
menyenangkan dan mudah dipaham.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan karena beberapa hambatan yang


ditemui oleh peneliti, salah satunya adalah keterbatasan waktu penelitian
karena bersamaan dengan persiapan ujian nasional sehingga sample yang
seharusnya kelas 4,5 dan 6 sehingga Cuma kelas 4 dan 5 saja kendala waktu
lain juga dikarenakan siswa mau libur pembagian rapot sehingga waktu
penelitian di percepat , keterbatasan tempat juga menjadi hambatan karena
tempat penelitian yang berada jauh di luar kota ,dan juga keterbatasan dalam
pengawasan pada siswa yang yang masih bertanya dan melihat jawaban
teman sebelahnya.
67

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Diketahui hasil nilai median pengetahuan siswa sebelum dilakukan
edukasi video animasi penatalaksanaan bencana gempa bumi dengan
median 11.00

2. Diketahui hasil nilai median pengetahuan siswa sebelum dilakukan


edukasi video animasi penatalaksanaan bencana gempa bumi dengan
median 13.00
3. Diketahui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p value =
0,001 < 0,05 yang artinya ada pengaruh nilai rerata pengetahuan
setelah dibandingkan dengan sebelum dilakukan intervensi edukasi
video animasi . terhadap pengetahuan anak tentang penatalaksanaan
bencana gempa bumi di SDN 15 Kota Pagar Alam tahun 2023.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran dari
penulis yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya :
1. Bagi Para Siswa
Siswa diharapkan dapat menyebarluaskan informasi yang telah
diberikan, kepada teman temannya mengenai bencana gempa bumi dan
upaya perlindungan diri saat terjadi bencana gempa bumi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan di area sekolah.
2. Bagi Para Guru di SDN 15 Kota Pagar Alam
Mempertimbangkan dan meningkatkan pemberian materi
khususnya mengenai kebencanaan kepada siswa dengan
mengembangkan metode yang lebih menarik, beragam, efektif dan
68

efisien guna mempersiapkan siswa dalam menghadapi bencana yang


bisa datang kapan saja.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperhatikan hal-hal
yang dapat mengganggu proses penelitian seperti waktu , tempat, akses
yang mudah di jangkau dan pengawasan yang lebih sehingga penelitian
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang di harapkan. Penelitian
ini diharapkan menjadi bahan ajaran dan acuan untuk peneliti
selanjutnya untuk menyempurnakan variabel yang belum ada seperti
sikap dan tindakan yang dapat menggunakan metode dan pembelajaran
yang lebih menarik.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi. (2020). Penentuan Kawasan rawan gempabumi untuk mitigasi bencana


geologi di wilayah sumatera bagian selatan). Palembang.

Amelia, M. (2021). Pengaruh Edukasi Melalui Video Animasi “ECAMI” Terhadap


Perilaku Anak Sekolah Dasar Tentang Kesiapsiagaan Dalam Evakuasi
Bencana Tsunami di Kota Bengkulu Tahun 2021.

Angreini, S., & Supratman, E. (2021). Visualisasi Data Lokasi Rawan Bencana Di
Provinsi Sumatera Selatan Menggunakan Tableau. 2(2), 135–147.

Aryono D. Pusponegoro, dan A. S. (2016). Kegawatdaruratan dan Bencana (Salim


Shah). Rayyana Komunikasindo. www.rayyana.com

BPS. (2021). Badan Pusat Statistik (BPS). In


https://www.bps.go.id/indicator/168/954/1/banyaknya-desa-kelurahan-
menurut-jenis-bencana-alam-dalam-tiga-tahun-terakhir.html.

DIBI. (2022). Pengaruh Gempa Terhadap Aktivitas Gunung Api Dempo : Tidak
mempengaruhi aktivitas GAD. In data informasi bencana indonesia (DIBI).

Febriawati. (2020). Pendidikan Kesehatan Dan Pelatihan Tanggap Bencana Gempa


Pada Guru. 6(1), 79–87.

Fisu, A. A., & Didiharyono, D. (2019). Penandaan Batas Area Perhutanan Sosial
Dengan Pendekatan Partisipatif Pada Desa Ilanbatu Uru Kabupaten Luwu. To
Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 28–37.

Haifani, A. M. (2020). Manajemen resiko bencana gempabumi (studi kasusu


gempabumi Yogyakarta 27 mei 2006). Yogyakarta.

Jannah, N. (2017). Efektivitas Penggunaan Media Animasi Terhadap Hasil Belajar


Siswa Kelas V.

Keniten, I. ayu diah nareswari. (2018). Pengaruh Pemberian Edukasi dengan


Metode School Watching terhadapKesiapsiagaan Siswa
dalamMenghadapiBencana di SDN 16 Kesiman Denpasar.

Maharani, N., & Andika, K. A. (2020). Tingkat pengetahuan siswa tentang


kesiapsiagaan bencana gempa bumi di smpn 3 kuta selatan badung provinsi
bali. Journal of Science Education , 32-38.

Maharani, N. (2020). Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Kesiapsiagaan Bencana

69
70

Gempa Bumi Di SMPN 3 Kuta Selatan Badung Provinsi Bali. PENDIPA


Journal of Science Education, 4(3), 32–38.
https://doi.org/10.33369/pendipa.4.3.32-38

Mulyana, A. (2018). Hubungan Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Siswa Tenatang


Penanggulangan Bencana Gempa Bumi di SMK Bhakti kencana tasikmalaya.
2(November).

Muthalib, I. S. (2018). Sosialisasi Budaya K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)


untuk Usia Dini di Tingkat Sekolah Dasar IKIP 2 Kota Makassar. . . Jurnal
Tepat: Applied Technology Journal for Community Engagement and Services,
1(1), 17–22.

Narayana, I. G. A., Sukarja, I. M., Sukawana, I. W., & Juniari, N. M. (2022).


Edukasi Media Audiovisual Meningkatkan Kesiapsiagaan Siswa Dalam
Menghadapi. Jurnal Gema Keperawatan |Volume, 15(2), 160–171.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2018). 75 Konsep dan penerapan metodologi.pdf. In Tim


EditorSalemba Medika (Ed.), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan (2nd ed.).

Pamela, T., Buston, & Nugroho. (2021). Pengaruh Edukasi Melalui Video Animasi
“SIBETA” Terhadap Perilaku Anak Tentang Kesiapsiagaan Bencana Gempa
Bumi Di SDN 04 & SDN 08 Kota Bengkulu Tahun 2021.

Potter, Patricia A & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 4th
edn. Jakarta: EGC.

Press, G. M. U. (2014). Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran


Parangtritis (Sunarno, M).

Purnawana, R. (2013). Manejemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan Dalam


Kejadian Bencana. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pusphandani, C. T.-M. E. (2013). Kesehatan Lingkungan dan K3.


www.nuhamedika.com

Rismawati, R. (2021). Panduan Keselamatan Saat Gempa Bumi (Yanuar). DIVA


Press.

Rustam, E., Mutthalib, N. U., Rahman, H., & K, E. P. K. (2022). PENGARUH


EDUKASI MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI MELALUI VIDEO
ANIMASI. 3(3), 2756–2764.
71

Sangkala, M. S., & Gerdtz, M. F. (2018). Disaster preparedness and learning needs
among community health nurse coordinators in South Sulawesi Indonesia.
Australasian Emergency Care,. Https://Doi.Org/10.1016/j.Auec.2017.11.002,
21(1), 23–30.

Saparwati, M., Trimawati, & Wijayanti, F. (2020). Peningkatan pengetahuan


kesiapsiagaan bencana dengan video animasi pada anak usia sekolah. Pro
Health Jurnal Ilmiah Kesehatan , 23–28.

Setyaningrum, Y. I., & Sukma, G. I. (2020). Peningkatan Pengetahuan Siswa


Sma/Smk Malang Melalui Pendidikan Bencana Gempa Bumi Dengan Metode
Simulasi. Indonesian Journal for Health Sciences, 4(2), 68.
Https://Doi.Org/10.24269/Ijhs.V4i2.2414, 4(2), 68.

Sholeh, M. N. (2022). Struktur bangunan tahan gempa bumi. Penerbit Pustaka


Pranala.

Simandalahi, T., Alwi, N. P., Sari, I. K., & Prawata, A. H. M. (2019). Edukasi
Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Melalui Pendidikan Kesehatan. Jurnal
Abdimas Saintika, 1(1), 51–56.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Supartini, Y. (2021). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.

Tita Tri Pamela, Erni Buston, N. N. (2021). Pengaruh Edukasi Melalui Video
Animasi “SIBETA” Terhadap Perilaku Anak Tentang Kesiapsiagaan Bencana
Gempa Bumi Di SDN 04 & SDN 08 Kota Bengkulu. 19.
tita3pamela.key@gmail.com

UNESCO/ISDR, L. –. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam


Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan
Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Wulandari W, Wakhid A, S. M. (2019). Gambaran Kesiapsiagaan Bencana pada


Remaja. Jurnal Gawat darurat. 1, 1–6.

Yunaidi.S. Pentingnya Edukasi Siaga Bencana Sejak Dini [Internet]. BNPB.

2020. Available from : https://siaga.bnpb.go.id/hkb/berita/pentingnya-

edukasi-siaga-bencana- sejak-dini
72

LAMPIRAN
73
74
75
76
77
78
79
80

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi

A. Pengantar
Pokok bahasan : Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi
Sasaran : Siswa kelas 4 dan 5 SD N15 Kota Pagar Alam
Hari, tanggal : Juli 2023
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang kelas
Penyuluh : Mahasiswa IkestMP

B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan penatalaksanaan bencana
gempa bumi dengan video animasi, siswa diharapkan dapat siap siaga
bila terjadi gempa bumi

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan tentang penatalaksanaan bencana gempa
bumi pada siswa, diharapkan siswa untuk:
a. Mengetahui pengertian gempa bumi
b. Mengetahui klasifikasi gempa bumi
c. Mengetahui penyebab gempa bumi
d. Mengetahui daerah rawan gempa bumi
e. Mengetahui penatalaksanaan saat terjadi gempa bumi
81

C. Sasaran
Siswa kelas 4 dan 5 SD N15 Kota Pagar Alam

D. Materi Pengajaran
Materi penyuluhan meliputi:
a. Pengertian gempa bumi
b. Klasifikasi gempa bumi
c. Penyebab gempa bumi
d. Dampak Kejadian Gempa Bumi Bagi Manusia Dan Lingkungan
e. Penatalaksanaan saat terjadigempa bumi

E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab dan diskusi ini dan metode ini maksudkan untuk
memotivasi dan mengingatkan keterlibatan perserta penyuluhan

F. Media
1. Proyektor
2. Laptop
3. Speaker

G. Materi
Terlampir

H. Proses Kegiatan/Rencana Pembelajaran


No Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta Metode & Waktu
Media
82

1 Kegiatan Pra Penyuluhan 1) Menjawab salam Ceramah 5 menit


1) Persiapan materi pembuka dan
2) Persiapan media penutup
pembelajaran 2) Menyimak
3) Kontrak Waktu informasi yang
4) Persiapan media disampaiakan oleh
pembelajaran penyuluh
5) Kontrak waktu 3) Menjawab
6) Persiapan pertanyaan
tempat/lingkungan 4) Mengajukan
dan sarana prasana pertanyaan
lainnya.
Pembukaan
a. Menyampaikan
salam
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menyampaikan
kontrak waktu
e. Apersepsi
2 Pelaksanaan:
a) Mengisi lembar Menanyakan hal- Kuesioner
kuesioner hal yang belum
sebelum di putar jelas
video animasi
(Pre Test) dengan 15
1) Menjelaskan mengguna menit
tentang kan video
83

pengertian gempa a. Mendengarkan,


bumi memperhatika
2) Menjelaskan b. Menanyakan hal-
tentang klasifikasi hal yang belum
gempa bumi jelas
3) Menjelaskan
tentang penyebab
gempa bumi
4) Dampak Kejadian
Gempa Bumi
Bagi Manusia
Dan Lingkungan
5) Menjelaskan
tentang
penatalaksanaan
saat terjadi gempa
bumi
b) mengisi lembar Kuesioner
kuesioner setelah
di putar video
animasi (Post
Test)
3 Evaluasi Menjawab pertanyaan Tanya 10
1) Mengevaluasi Jawab menit
penerimaan
informasi
2) Memberikan
pertanyaan lisan
84

4 Penutup
a. Menyimpulkan a. Aktif bersama • Menden 5 menit
hasil penyuluhan dalam garkan
b. Mengucapkan menyimpulkan • Menjaw
terimakasih b. Membalas salam ab
Atas perhatian sasaran Salam
Memberikan salam
Total waktu 30
menit
85

Lembar Instrumen Pengumpulan Data

Judul penelitian : Pengaruh edukasi melalui video animasi terhadap


pengetahuan penatalaksanaan bencana gempa bumi pada
siswa SD Negeri 15 Kota Pagar Alam
Tanggal pengisian :

Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan/pernyataan dengan memberi tanda check list (√) pada
jawaban yang sesuai.
2. Semua pertanyaan/pernyataan harus di jawab.
3. Setiap pertanyaan/pernyataan di isi dengan satu jawaban.
4. Jawaban saudara/adik pada setiap pertanyaan/ pernyataan tidak akan
mempengaruhi nilai saudara/adik dalam pembelajaran disekolah.
5. Bila ada yang kurang dimengerti, silahkan bertanya kepada peneliti.

A. Pengkajian Data Demografi


1. Nama Inisial :
2. Jenis kelamin :
Laki-laki Perempuan
3. Umur : Tahun
4. Kelas :
VI V
B. Kuesioner Penatalaksanaan Bencana Gempa Bumi Pada Siswa Sekolah
Dasar
Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list/contreng (√) pada kolom
“ya” jika pernyataan menurut anda benar atau kolom “tidak” jika menurut anda
salah pada pertanyaan maupun pernyataan di bawah ini.
86

No Pertanyaan/Pernyataan Ya Tidak
I. Pengetahuan
1 Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam.
2 Bangunan yang roboh saat terjadi gempa merupakan
ciri gempa yang kuat.
3 Gempa bumi adalah bencana yang dapat dicegah.

4 Bencana dapat menyebabkan kerugian harta benda


dan korban jiwa.
5 Perlu mengenali bagian bangunan dan tempat-tempat
evakuasi.
II. Penatalaksanaan gempa bumi
6 Apakah anda perlu menyelamatkan barang
kesayangan seperti mainan saat terjadi gempa?
7 Apakah berlindung di dekat jendela cukup aman saat
terjadi gempa?
8 Apakah berlindung di dekat papan tulis cukup aman
agar tidak terkena gempa?
9 Berlindung di bawah kolong meja merupakan
tindakan yang aman saat terjadi gempa bumi.
10 Apakah berlari ke lapangan terbuka saat terjadi
gempa adalah tindakan yang tepat untuk
menyelamatkan diri?
11 Berlarian keluar kelas dengan panik dan berdesakan
saat terjadi gempa bumi.
12 Melindungi kepala dengan benda yang ada seperti
buku atau merunduk dengan kedua tangan.
87

13 Ketika berada di luar menjauh dari


gedung,pepohonan dan tiang saat terjadi gempa bumi
apakah tindakan yang tepat?
14 Harus tetap memperhatikan jalan tempat kita
berpijak adalah langka yang kurang tepat pada saat
berlari ketika gempa terjadi.
15 Jika sedang berada di dekat pegunungan atau di
pantai ketika terjadi gempa, kita menjauh dari tempat
tersebut.
16 Jika sedang berkendara sebaiknya kita minggir dan
berhenti di tempat itu sampai gempa bumi redah.
III. Peringatan bencana
17 Jika ada pemberitahuan bencana gempa kita harus
teriak dan menangis
88

A0 A0 A0 A0 A0 A0 A0 A0 A0 A1 A1 A1 A1 A1 A1 A2 TOT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 A11 A12 A13 4 5 6 7 8 A19 A20 A21 2 AL
A01 Pears 1 0.0 0.2 0.0 0.1 0.1 - 0.2 0.0 0.0 - - - 0.2 0.0 0.1 - - 0.14 0.14 0.14 0.2 0.15
on 18 66 41 89 40 0.1 14 00 92 0.05 0.05 0.05 45 18 40 0.0 0.1 0 0 0 95 1
Correl 21 2 2 2 69 89
ation
Sig. 0.9 0.2 0.8 0.4 0.5 0.5 0.3 1.0 0.6 0.81 0.81 0.81 0.2 0.9 0.5 0.7 0.4 0.53 0.53 0.53 0.1 0.50
(2- 37 31 56 00 35 92 38 00 83 7 7 7 73 37 35 60 00 5 5 5 82 3
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 3O 30 30 30 30 30 30
A02 Pears 0.0 1 0.2 0.0 .56 .52 0.2 0.4 .56 .49 .524 .524 .524 .43 0.2 0.3 0.3 0.3 .716 .716 .716 0.0 .674
on 18 66 41 7** 4* 59 11 7** 8* * * * 7* 14 32 11 78 ** ** ** 92 **

Correl
ation
Sig. 0.9 0.2 0.8 0.0 0.0 0.2 0.0 0.0 0.0 0.01 0.01 0.01 0.0 0.3 0.1 0.1 0.0 0.00 0.00 0.00 0.6 0.00
(2- 37 31 56 06 12 45 58 06 18 2 2 2 42 38 31 60 83 0 0 0 83 1
tailed)
N 30 30 30 30 30 3 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A03 Pears 0.2 0.2 1 .48 0.3 0.2 0.1 0.2 0.1 0.3 - - - 0.2 0.0 0.2 0.0 0.3 0.21 0.21 0.21 - 0.26
on 66 66 2* 25 11 58 66 08 28 0.01 0.01 0.01 31 41 11 59 25 1 1 1 0.1 4
Correl 0 0 0 38
ation
Sig. 0.2 0.2 0.0 0.1 0.3 0.4 0.2 0.6 0.1 0.96 0.96 0.96 0.3 0.8 0.3 0.7 0.1 0.34 0.34 0.34 0.5 0.23
(2- 31 31 23 39 47 81 31 31 36 5 5 5 02 56 47 93 39 7 7 7 41 5
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A04 Pears 0.1 .56 0.3 - 1 .64 0.3 .56 .63 .48 .647 .647 .647 0.2 0.3 .46 0.3 .45 .832 .832 .832 0.2 .802
on 89 7** 25 0.1 7** 65 7** 6** 8* ** ** ** 77 78 2* 65 5* ** ** ** 93 **

Correl 08
ation
Sig. 0.4 0.0 0.1 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.1 0.00
(2- 00 06 39 31 01 95 06 01 21 1 1 1 11 83 30 95 34 0 0 0 86 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A05 Pears 0.1 .52 0.2 0.2 .64 1 .54 .52 .83 .82 .624 .624 .624 0.3 .52 .81 .76 .46 .812 .812 .812 .62 .876
on 40 4* 11 11 7** 0** 4* 2** 1** ** ** ** 16 4* 2** 0** 2* ** ** ** 3** **

Correl
ation
89

Sig. 0.5 0.0 0.3 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 35 12 47 47 01 09 12 00 00 2 2 2 52 12 00 00 30 0 0 0 02 0
tailed)
N 30 30 30 30 3 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30
A06 Pears - 0.2 0.1 0.1 0.3 .54 1 0.2 0.3 0.3 0.35 0.35 0.35 0.2 .44 .54 .65 .54 .540 .540 .540 0.1 .573
on 0.1 59 58 58 65 0** 59 65 56 4 4 4 03 9* 0** 0** 8** ** ** ** 60 **

Correl 21
ation
Sig. 0.5 0.2 0.4 0.4 0.0 0.0 0.2 0.0 0.1 0.10 0.10 0.10 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.4 0.00
(2- 92 45 81 81 95 09 45 95 04 6 6 6 66 36 09 01 08 9 9 9 76 5
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A07 Pears 0.2 0.4 0.2 0.0 .56 .52 0.2 1 .56 .49 .524 .524 .524 0.2 0.4 0.3 .50 0.3 .524 .524 .524 0.2 .598
on 14 11 66 41 7** 4* 59 7** 8* * * * 45 11 32 0* 78 * * * 95 **

Correl
ation
Sig. 0.3 0.0 0.2 0.8 0.0 0.0 0.2 0.0 0.0 0.01 0.01 0.01 0.2 0.0 0.1 0.0 0.0 0.01 0.01 0.01 0.1 0.00
(2- 38 58 31 56 06 12 45 06 18 2 2 2 73 58 31 18 83 2 2 2 82 3
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A08 Pears 0.0 .56 0.1 0.1 .63 .83 0.3 .56 1 .68 .832 .832 .832 .46 .56 .64 .73 .45 .832 .832 .832 .48 .884
on 00 7** 08 08 6** 2** 65 7** 3** ** ** ** 2* 7** 7** 0** 5* ** ** ** 8* **

Correl
ation
Sig. 1.0 0.0 0.6 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 00 06 31 31 01 00 95 06 00 0 0 0 30 06 01 00 34 0 0 0 21 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A09 Pears 0.0 .49 0.3 0.3 .48 .82 0.3 .49 .68 1 .424 .424 .424 0.3 0.2 .82 .62 .48 .623 .623 .623 .58 .694
on 92 8* 28 28 8* 1** 56 8* 3** * * * 70 95 1** 4** 8* ** ** ** 1** **

Correl
ation
Sig. 0.6 0.0 0.1 0.1 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.04 0.04 0.04 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 83 18 36 36 21 00 04 18 00 9 9 9 90 82 00 02 21 2 2 2 05 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
90

A10 Pears - .52 - - .64 .62 0.3 .52 .83 .42 1 1.00 1.00 .50 .52 .43 .57 0.2 .812 .812 .812 .42 .848
on 0.0 4* 0.0 0.2 7** 4** 54 4* 2** 4* 0** 0** 4* 4* 6* 4** 77 ** ** ** 4* **

Correl 52 10 31
ation
Sig. 0.8 0.0 0.9 0.3 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0 0.2 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 17 12 65 02 01 02 06 12 00 49 0 0 17 12 43 05 11 0 0 0 49 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A11 Pears - .52 - - .64 .62 0.3 .52 .83 .42 1.00 1 1.00 .50 .52 .43 .57 0.2 .812 .812 .812 .42 .848
on 0.0 4* 0.0 0.2 7** 4** 54 4* 2** 4* 0** 0** 4* 4* 6* 4** 77 ** ** ** 4* **
Correl 52 10 31
ation
Sig. 0.8 0.0 0.9 0.3 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0 0.2 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 17 12 65 02 01 02 06 12 00 49 0 0 17 12 43 05 11 0 0 0 49 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A12 Pears - .52 - - .64 .62 0.3 .52 .83 .42 1.00 1.00 1 .50 .52 .43 .57 0.2 .812 .812 .812 .42 .848
on 0.0 4* 0.0 0.2 7** 4** 54 4* 2** 4* 0** 0** 4* 4* 6* 4** 77 ** ** ** 4* **
Correl 52 10 31
ation
Sig. 0.8 0.0 0.9 0.3 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0 0.2 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 17 12 65 02 01 02 06 12 00 49 0 0 17 12 43 05 11 0 0 0 49 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A13 Pears 0.2 .43 0.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 .46 0.3 .504 .504 .504 1 0.2 .50 0.3 0.0 .504 .504 .504 0.3 .549
on 45 7* 31 31 77 16 03 45 2* 70 * * * 45 4* 54 92 * * * 70 **
Correl
ation
Sig. 0.2 0.0 0.3 0.3 0.2 0.1 0.3 0.2 0.0 0.0 0.01 0.01 0.01 0.2 0.0 0.1 0.6 0.01 0.01 0.01 0.0 0.00
(2- 73 42 02 02 11 52 66 73 30 90 7 7 7 73 17 06 82 7 7 7 90 8
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A14 Pears 0.0 0.2 0.0 - 0.3 .52 .44 0.4 .56 0.2 .524 .524 .524 0.2 1 0.3 .50 0.1 .524 .524 .524 0.0 .551
on 18 14 41 0.1 78 4* 9* 11 7** 95 * * * 45 32 0* 89 * * * 92 **
Correl 84
ation
Sig. 0.9 0.3 0.8 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.01 0.01 0.01 0.2 0.1 0.0 0.4 0.01 0.01 0.01 0.6 0.00
(2- 37 38 56 11 83 12 36 58 06 82 2 2 2 73 31 18 00 2 2 2 83 8
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
91

A15 Pears 0.1 0.3 0.2 .43 .46 .81 .54 0.3 .64 .82 .436 .436 .436 .50 0.3 1 .76 .46 .624 .624 .624 .62 .718
on 40 32 11 1* 2* 2** 0** 32 7** 1** * * * 4* 32 0** 2* ** ** ** 3** **
Correl
ation
Sig. 0.5 0.1 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.04 0.04 0.04 0.0 0.1 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 35 31 47 45 30 00 09 31 01 00 3 3 3 17 31 00 30 2 2 2 02 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A16 Pears - 0.3 0.0 0.2 0.3 .76 .65 .50 .73 .62 .574 .574 .574 0.3 .50 .76 1 0.3 .574 .574 .574 .42 .697
on 0.0 11 59 77 65 0** 0** 0* 0** 4** ** ** ** 54 0* 0** 65 ** ** ** 8* **
Correl 69
ation
Sig. 0.7 0.1 0.7 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.1 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 60 60 93 12 95 00 01 18 00 02 5 5 5 06 18 00 95 5 5 5 47 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A17 Pears - 0.3 0.3 0.3 .45 .46 .54 0.3 .45 .48 0.27 0.27 0.27 0.0 0.1 .46 0.3 1 .462 .462 .462 0.0 .509
on 0.1 78 25 25 5* 2* 8** 78 5* 8* 7 7 7 92 89 2* 65 * * * 98 *
Correl 89
ation
Sig. 0.4 0.0 0.1 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.21 0.21 0.21 0.6 0.4 0.0 0.0 0.03 0.03 0.03 0.6 0.01
(2- 00 83 39 39 34 30 08 83 34 21 1 1 1 82 00 30 95 0 0 0 66 6
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A18 Pears 0.1 .71 0.2 - .83 .81 .54 .52 .83 .62 .812 .812 .812 .50 .52 .62 .57 .46 1 1.00 1.00 .42 .969
on 40 6** 11 0.0 2** 2** 0** 4* 2** 3** ** ** ** 4* 4* 4** 4** 2* 0** 0** 4* **
Correl 10
ation
Sig. 0.5 0.0 0.3 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 35 00 47 65 00 00 09 12 00 02 0 0 0 17 12 02 05 30 0 0 49 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A19 Pears 0.1 .71 0.2 - .83 .81 .54 .52 .83 .62 .812 .812 .812 .50 .52 .62 .57 .46 1.00 1 1.00 .42 .969
on 40 6** 11 0.0 2** 2** 0** 4* 2** 3** ** ** ** 4* 4* 4** 4** 2* 0** 0** 4* **
Correl 10
ation
Sig. 0.5 0.0 0.3 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.0 0.00
(2- 35 00 47 65 00 00 09 12 00 02 0 0 0 17 12 02 05 30 0 0 49 0
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
92

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A20 Pears 0.2 0.0 - 0.0 0.2 .62 0.1 0.2 .48 .58 .424 .424 .424 0.3 0.0 .62 .42 0.0 .424 .424 .424 1 .507
on 95 92 0.1 95 93 3** 60 95 8* 1** * * * 70 92 3** 8* 98 * * * *
Correl 38
ation
Sig. 0.1 0.6 0.5 0.6 0.1 0.0 0.4 0.1 0.0 0.0 0.04 0.04 0.04 0.0 0.6 0.0 0.0 0.6 0.04 0.04 0.04 0.01
(2- 82 83 41 73 86 02 76 82 21 05 9 9 9 90 83 02 47 66 9 9 9 6
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOT Pears 0.1 .67 0.2 0.0 .80 .87 .57 .59 .88 .69 .848 .848 .848 .54 .55 .71 .69 .50 .969 .969 .969 .50 1
AL on 51 4** 64 78 2** 6** 3** 8** 4** 4** ** ** ** 9** 1** 8** 7** 9* ** ** ** 7*
Correl
ation
Sig. 0.5 0.0 0.2 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0
(2- 03 01 35 30 00 00 05 03 00 00 0 0 0 08 08 00 00 16 0 0 0 16
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil pengamatan pada rTabel didapakan nilai dari sample (N) = 30 sebesar >0,36. Sehingga mendapatkan hasil uji validitas bahwa A1,A3 dan
A4 nilai (rHitung)< daripada (rTabel)maka tidak valid dan A2,A5,A6,A7,A8,A9,A10,A11,A12,A13,A14,A15,A16,A17,A18,A29,A20
menghasilkan nilai (rHitung) > daripada (rTabel). Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument dalam penelitan ini 17 pertanyaan valid dan 3
tidak valid.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.935 20
93

Dikatakan reliable jika nilai Cronbach alpha >0.6. Sehingga dapat disimpulkan nilai Cronbach’s Alfa yang di dapat yaitu 0.935> 0.6 maka
instrument dalam penelitian ini Reliable.
94

Pre Test
NO. nama jenis umur kelas A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 TOTAL
inisial kelamin 4
1 Z P 9 4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 10
2 A L 10 4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 11
3 A L 10 4 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 11
4 A L 9 4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12
5 A L 10 4 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 12
6 N P 9 4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 11
7 T L 9 4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13
8 N L 9 4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
9 P L 9 4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
10 D P 10 4 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 13
11 B P 9 4 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 12
12 R P 10 4 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13
13 V P 10 4 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
14 D P 10 4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 9
15 Z P 9 4 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 10
16 O P 10 4 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 10
17 N P 10 4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 11
18 A L 10 4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
19 I L 10 4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 14
20 Y L 10 4 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 10
21 R L 10 4 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 11
22 M L 10 4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 12
23 A L 9 4 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 10
24 M L 10 4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 11
25 A L 9 4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 9
95

26 P L 9 4 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 12
27 A P 10 4 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11
28 F L 9 4 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 11
29 S P 10 4 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 11
30 A L 9 4 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 9
31 A L 9 4 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 10
32 N P 10 5 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 11
33 Z L 11 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12
34 A P 10 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 10
35 A P 10 5 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 11
36 T L 11 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 9
37 A L 11 5 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
38 F P 10 5 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12
39 I P 11 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 10
40 F P 11 5 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12
41 R L 10 5 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 7
42 A P 11 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12
43 F P 11 5 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 10
44 A P 11 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11
45 M L 10 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11
46 R L 10 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11
47 M L 10 5 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 9
48 D L 11 5 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13
49 A P 10 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 10
50 S P 11 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12
51 E P 10 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12
52 A P 11 5 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 8
53 A L 11 5 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 10
54 E P 11 5 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 9
96

55 F P 10 5 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 10
56 R L 10 5 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 10
57 H P 10 5 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 11
58 M P 10 5 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 9
59 M L 10 5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 11
60 R L 11 5 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 11

Post Test
A1 A2 A3 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A19 TOTAL Selisih

1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 3
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 3
1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 13 2
1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 12 0
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 1
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 13 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 2
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 2
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 3
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 13 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15 2
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 2
1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 3
97

1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 3
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 10 0
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 14 0
1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 11 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 13 2
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 13 1
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 4
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 3
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 13 1
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 2
1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 13 2
1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 2
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 11 2
1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 12 2
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 0
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 13 2
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 5
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 2
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 4
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 2
98

1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 13 1
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 10 3
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 2
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 12 2
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 3
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 13 2
1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 10 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 2
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 3
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 13 1
1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 12 0
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 10 2
1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 11 1
1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 13 4
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 3
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 13 3
1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 12 1
1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 13 4
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 13 2
1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 11 0
99
100
101

OUTPUT
1. Analisa Univariat

Statistics
jeniskelamin umur kelas
N Valid 60 60 60
Missing 0 0 0
Mean 10.00 4.48
Std. Error of Mean .089 .065
Median 10.00 4.00
Mode 10 4
Std. Deviation .689 .504
Variance .475 .254
Range 2 1
Minimum 9 4
Maximum 11 5
Sum 600 269

jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 31 51.7 51.7 51.7
P 29 48.3 48.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 9 14 23.3 23.3 23.3
10 32 53.3 53.3 76.7
11 14 23.3 23.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
102

kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4 31 51.7 51.7 51.7
5 29 48.3 48.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
103

2. Analisa Univariat

Descriptives
Statistic Std. Error
pre test pengetahuan Mean 10.97 .189
95% Confidence Interval for Lower Bound 10.59
Mean Upper Bound 11.34
5% Trimmed Mean 10.96
Median 11.00
Variance 2.134
Std. Deviation 1.461
Minimum 7
Maximum 14
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness -.075 .309
Kurtosis .117 .608
post test pengetahuan Mean 12.95 .189
95% Confidence Interval for Lower Bound 12.57
Mean Upper Bound 13.33
5% Trimmed Mean 12.94
Median 13.00
Variance 2.150
Std. Deviation 1.466
Minimum 10
Maximum 16
Range 6
Interquartile Range 2
Skewness .056 .309
Kurtosis .134 .608

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre test pengetahuan .142 60 .004 .957 60 .032
post test pengetahuan .203 60 .000 .931 60 .002
a. Lilliefors Significance Correction
104

pre test pengetahuan

post test pengetahuan


105

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post test pengetahuan - pre Negative Ranks 0a .00 .00
test pengetahuan Positive Ranks 53b 27.00 1431.00
Ties 7c
Total 60
a. post test pengetahuan < pre test pengetahuan
b. post test pengetahuan > pre test pengetahuan
c. post test pengetahuan = pre test pengetahuan

Test Statisticsa
post test
pengetahuan -
pre test
pengetahuan
Z -6.414b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122

Anda mungkin juga menyukai