Tingkat Bunga
Tingkat Bunga
Tingkat Bunga
Empat factor paling mendasar yang memengaruhi biaya uang adalah; (1) Peluang
Produksi merupakan peluang investasi pada asset produktif penghasil kas, (2) Preferensi
waktu untuk konsumen saat ini dibandingkan dengan penghematan konsumsi, (3) Risiko
(Risk) dalam konteks pasar keuangan peluang suatu investasi memberikan imbal hasil yang
rendah atau negative, (4) Inflasi (inflation) yaitu jumlah kenaikan harga dari waktu ke
waktu.
Ketika uang di gunakan, nilai di masa depanakan dipengaruhi oleh inflasi yang ikut
berperan: Makin tinggi tingkat inflasi yang diharapkan, makin besar imbal hasil dalam nilai
uang yang diminta.
Jadi, kita melihat bahwa tingkat bunga yang dibayarkan kepada penabung bergantung
pada (1) tingkat imbal hasil yang diharapkan akan diterima oleh produsen atas modal yang
diinvestasikan, (2) preferensi waktu penabung untuk konsumsi saat ini dibandingkan masa
depan, (3) tingkat riiko pinjaman, dan (4) tingkat inflasi yang diharapkan di masa depan.
Peminjam memberikan penawaran atas pasokan modal utang yang tersedia dengan
menggunakan tingkat bunga: Perusahaan dengan peluang investasi yang paling
menguntungkan akan bersedia dan mampu membayar nilai tertinggi untuk modal. Jadi,
perushaan tersebut cenderung menarik utang modalmenjauh dari perusahaan yang tidak
efisien dan perusahaan yang produknya tidak diminati. Pada saat yang sama, kebijakan
pemerintah juga dapat memengaruhi alokasi modal tingkat bunga.
Gambar 3.1 Tingkat bunga sebagai fungsi penawaran dan permintaan untuk
pendanaan
Tungkat bunga jangka pendek sangat responsive terhadap kondisi ekonomi terkini,
sementara tingkat bunga jangka Panjang terutama mencerminkan ekspektasi jangka Panjang
terhadap inflasi. Hasilnya tingkat bunga jangka pendek sering kali di atas atau dibawah bunga
jangka Panjang.
Pada umumnya, tingkat bunga kuotasi (nominal) pada suatu utang, r, terdiri atas
tingkat bunga riil bebas risiko, r*, ditambah beberapa premi yang mencermintkan inflasi,
risiko efek, likuiditas (daya jualnya), dan tahun-tahun jatuh temponya. Hungannya dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Dimana:
r = Tingkat bunga kuotasi atau tingkat bunga nominal atas efek tertentu.
r* = Tingkat bunga riil bebas risiko. Tingkat ini merupakan tingkat bunga yang
akan diberikan akan di berikan oleh efek tanpa risiko di suatu kondisi yang
tidak terdapat inflasi.
RRF = r* + IP. Ini merupakan tingkat yang ditentukan dari efek bebas risiko
seperti efek pemerintah AS, yang sangat likuid dan juga bebas dari sebagian
besar jenis risiko.
IP = premi inflasi (inflation premium).
DRP = premi risiko gagal bayar (default risk premium)
LP = Premi likuiditas. Atau daya jual (liquidity premium)
MRP = premi risiko jatuh t empo (maturnity risk premium).
Struktur jangka waktu tingkat bunga (Term structure of interest rates) adalah
hubungan antara imbal hasil obligasi dan jatuh temponya. Hal ini menjelaskan antara tingkat
bunga jangka Panjang dan jangka pendek.
Inflasi yang diharapkan memiliki pengaruh khusus yang penting terhadap bentuk kurva
imbal hasil, khususnya kurva untuk efek pemerintah AS. Efek pemerintah pada dasarnya
tidak memiliki risiko gagal bayar atau likuiditas sehingga imbal hasil untuk obligasi
pemerintah yang jatuh tempo dalam t tahun dapat dinyatakan sebagai berikut:
Obligasi korporasi memasukkan premi risiko gagal bayar (DRP) dan premi likuiditas
(LP), maka dari itu imbal hasil korporasi dapat ditulis:
Spread imbal hasil obligasi korporasi = imbal hasil obligasi korporasi – imbal hasil
obligasi pemerintah
= DRPt + LPt
Pada baian sebelumnya, kita melihat bahwa kemiringan kurva imbal hasil
bergantung pada 2 faktor utama, yaitu: (1) ekspektasi mengenai inflasi masa depan, dan
(2) pengaruh jatuh tempo pada risiko obligasi.
Teori harapan murni (pure expectation theory) adalah suatu teori yang
menyatakan bahwa bentuk kurva imbal hasil tergantung pada ekspektasi investor tentang
tingkat bunga di masa depan.
Faktor-faktor Internasional.
Defisit Perdagangan luar negri adalah situasi yang terjadi ketika negara
menginpor lebih dari yang di ekspor.
Aktivitas Bisnis
Keputusan pendanaan akan mudah jika kita dapat membuat perkiraan tingkat
bunga masa depan yang akurat. Tingkat bunga memang selalu berfluktuasi. Kebijakan
keuangan yang optimal akan sangat bergantung pada sifat asset perusahaan—semakin
mudah perusahaan menjual asetnya untuk menghasilkan kas, maka makin layak bagi
perusahaan tersebut untuk menggunakan utang jangka pendek. Hal ini menjelaskan
mengapa perusahaan sebaiknya mendanai asset lancar seperti (persediaan dan piutang)
dengan utang jangka pendek sedangkan untuk mendanai asset tetap (Gedung dan
peralatan) dangan menggunakan utang jangka panjang.