Anda di halaman 1dari 5

3.

Tingkat Bunga

3.1 Biaya Uang

Empat factor paling mendasar yang memengaruhi biaya uang adalah; (1) Peluang
Produksi merupakan peluang investasi pada asset produktif penghasil kas, (2) Preferensi
waktu untuk konsumen saat ini dibandingkan dengan penghematan konsumsi, (3) Risiko
(Risk) dalam konteks pasar keuangan peluang suatu investasi memberikan imbal hasil yang
rendah atau negative, (4) Inflasi (inflation) yaitu jumlah kenaikan harga dari waktu ke
waktu.

Ketika uang di gunakan, nilai di masa depanakan dipengaruhi oleh inflasi yang ikut
berperan: Makin tinggi tingkat inflasi yang diharapkan, makin besar imbal hasil dalam nilai
uang yang diminta.

Jadi, kita melihat bahwa tingkat bunga yang dibayarkan kepada penabung bergantung
pada (1) tingkat imbal hasil yang diharapkan akan diterima oleh produsen atas modal yang
diinvestasikan, (2) preferensi waktu penabung untuk konsumsi saat ini dibandingkan masa
depan, (3) tingkat riiko pinjaman, dan (4) tingkat inflasi yang diharapkan di masa depan.

3.2 Tingkat Bunga

Peminjam memberikan penawaran atas pasokan modal utang yang tersedia dengan
menggunakan tingkat bunga: Perusahaan dengan peluang investasi yang paling
menguntungkan akan bersedia dan mampu membayar nilai tertinggi untuk modal. Jadi,
perushaan tersebut cenderung menarik utang modalmenjauh dari perusahaan yang tidak
efisien dan perusahaan yang produknya tidak diminati. Pada saat yang sama, kebijakan
pemerintah juga dapat memengaruhi alokasi modal tingkat bunga.
Gambar 3.1 Tingkat bunga sebagai fungsi penawaran dan permintaan untuk
pendanaan

Tungkat bunga jangka pendek sangat responsive terhadap kondisi ekonomi terkini,
sementara tingkat bunga jangka Panjang terutama mencerminkan ekspektasi jangka Panjang
terhadap inflasi. Hasilnya tingkat bunga jangka pendek sering kali di atas atau dibawah bunga
jangka Panjang.

3.3 Faktor Penentu Tingkat Bunga Pasar

Pada umumnya, tingkat bunga kuotasi (nominal) pada suatu utang, r, terdiri atas
tingkat bunga riil bebas risiko, r*, ditambah beberapa premi yang mencermintkan inflasi,
risiko efek, likuiditas (daya jualnya), dan tahun-tahun jatuh temponya. Hungannya dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Tingkat bunga kuotasi = r = r* + IP + DRP + LP + MRP

Dimana:
r = Tingkat bunga kuotasi atau tingkat bunga nominal atas efek tertentu.
r* = Tingkat bunga riil bebas risiko. Tingkat ini merupakan tingkat bunga yang
akan diberikan akan di berikan oleh efek tanpa risiko di suatu kondisi yang
tidak terdapat inflasi.
RRF = r* + IP. Ini merupakan tingkat yang ditentukan dari efek bebas risiko
seperti efek pemerintah AS, yang sangat likuid dan juga bebas dari sebagian
besar jenis risiko.
IP = premi inflasi (inflation premium).
DRP = premi risiko gagal bayar (default risk premium)
LP = Premi likuiditas. Atau daya jual (liquidity premium)
MRP = premi risiko jatuh t empo (maturnity risk premium).

3.3.1 Tingkat Bunga Riil Bebas Risiko, r*


Tingkat bunga riil bebas risiko, r* merupakan tingkat bunga yang akan
diberikan oleh efek tanpa risiko jika tidak diperkirakan terjadi inflasi. Tingkat
bunga riil bebas risiko tidak statis. Tingkat ini akan berubah sepanjang waktu
bergantung pada kondisi perekonomian, khususnya (1) pada tingkat imbal hasil
yang diharapkan akan diterima oleh perusahaan dan peminjam lainnya atas asset
produktif., (2) [pada preferensi waktu seseorang untuk melakukan konsumsi saat
ini atau masa depan.
3.3.2 Tingkat Bunga Bebas Risiko Nominal, atau Tingkat bunga Bebas Risiko
Kuotasi, rRF = r* + IP
Tingkat bunga bebas risiko kuotasi atau nominal merupakan tingkat bunga
atas efek yang bebas dari seluruh risiko; r RF diproksikan oleh tingkat bunga T-bills
atau tingkat bunga T-bond; rRF juga memasukkan premi inflasi.
3.3.3 Premi Inflasi (IP)
Premi inflasi adalah premi yang jumlahnya sama dengan inflasi yang
diharapkan investor dengan menambah tingkat imbal hasil bebas risiko riil.
Ketika investor meminjamkan uang, maka mereka membuat premi inflasi
(inflation premium-IP) yang jumlahnya sama dengan rata-rata tingkat inflasi yang
diharapkan selama umur efek itu ke dalam tingkat yang dikenakan. Tingkat bunga
actual atas efek pemerintah bebas gagal bayar jangka pendek, r T-bill, akan menjadi
tingkat risiko riil, r*, ditambah premi inflasi (IP):
rTbill = rRF = r* + IP

3.3.4 Premi Risiko Gagal Bayar (DRP)


Premi risiko gagal bayar adalah selisih antara tingkat bunga kuotasi pada
obligasi pemerintah dan obligasi korporasi dengan waktu jatuh tempo, likuiditas,
dan fitur-fitur lainnya dengan tingkat kematangan dan daya jual yang sama.
3.3.5 Premi Likuiditas (LP)
Premi likuiditas adalah premi yang ditambahkan ke tingkat bunga
berimbang pada efek jika efek tersebut tidak dapat dikonversi menjadi kas secara
cepat dan dekat dengan “nilai pasar wajar”-nya
3.3.6 Risiko Tingkat Bunga dan Premi Risiko Jatuh Tempo (MRP)
Risiko tingkat bunga adalah risiko kerugian modal yang ditanggung
investor karena adanya perubahan tingkat bunga. Sebagai ketentuan umum, risiko
tingkat bunga obligasi suatu perusahaan lebih tinggi apabila jatuh temponya lebih
lama.
Premi risiko jatuh tempo adalah premi yang mencerminkan risiko
tingkat bunga. Dampak dari premi risiko jatuh tempo adalah meningkatkan
tingkat bunga obligasi jangka panjang relatif terhadap tingkat bunga obligasi
jangka pendek.
Risiko tingkat bunga Reinvestasi adalah risiko bahwa penurunan tingkat
bunga akan menyebabkan imbal hasil yang lebih rendah ketika obligasi telah
jatuh tempo dan dananya direinvestasikan.
3.4 Struktur Jangka Waktu Tingkat Suku Bunga

Struktur jangka waktu tingkat bunga (Term structure of interest rates) adalah
hubungan antara imbal hasil obligasi dan jatuh temponya. Hal ini menjelaskan antara tingkat
bunga jangka Panjang dan jangka pendek.

3.5 Apa Yang Menentukan Bentuk Kurval Imbal Hasil?

Inflasi yang diharapkan memiliki pengaruh khusus yang penting terhadap bentuk kurva
imbal hasil, khususnya kurva untuk efek pemerintah AS. Efek pemerintah pada dasarnya
tidak memiliki risiko gagal bayar atau likuiditas sehingga imbal hasil untuk obligasi
pemerintah yang jatuh tempo dalam t tahun dapat dinyatakan sebagai berikut:

Imbal hasil obligasi pemerintah = r*t + IPt + MRPt

Gambar 3.2 Ilustrasi Kurva Imbal Hasil Treasury

Obligasi korporasi memasukkan premi risiko gagal bayar (DRP) dan premi likuiditas
(LP), maka dari itu imbal hasil korporasi dapat ditulis:

Imbal hasil obligasi korporasi = r*t + IPt + MRPt + DRPt + LPt

Spread imbal hasil obligasi korporasi = imbal hasil obligasi korporasi – imbal hasil
obligasi pemerintah
= DRPt + LPt

3.6 Menggunakan Kurval Imbal Hasiluntuk Memperkirakan Tingkat Bunga


Masa Depan

Pada baian sebelumnya, kita melihat bahwa kemiringan kurva imbal hasil
bergantung pada 2 faktor utama, yaitu: (1) ekspektasi mengenai inflasi masa depan, dan
(2) pengaruh jatuh tempo pada risiko obligasi.

Teori harapan murni (pure expectation theory) adalah suatu teori yang
menyatakan bahwa bentuk kurva imbal hasil tergantung pada ekspektasi investor tentang
tingkat bunga di masa depan.

3.7 Faktor-Faktor Ekonomi Makro yang Memengaruhi Tingkat Bunga

 Kebijakan Federal Reserve

 Defisit atau Surplus Anggaran Pemerintah

 Faktor-faktor Internasional.

Defisit Perdagangan luar negri adalah situasi yang terjadi ketika negara
menginpor lebih dari yang di ekspor.

 Aktivitas Bisnis

3.8 Tingkat Bunga dan Keputusan Bisnis

Keputusan pendanaan akan mudah jika kita dapat membuat perkiraan tingkat
bunga masa depan yang akurat. Tingkat bunga memang selalu berfluktuasi. Kebijakan
keuangan yang optimal akan sangat bergantung pada sifat asset perusahaan—semakin
mudah perusahaan menjual asetnya untuk menghasilkan kas, maka makin layak bagi
perusahaan tersebut untuk menggunakan utang jangka pendek. Hal ini menjelaskan
mengapa perusahaan sebaiknya mendanai asset lancar seperti (persediaan dan piutang)
dengan utang jangka pendek sedangkan untuk mendanai asset tetap (Gedung dan
peralatan) dangan menggunakan utang jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai