Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK I.

P DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN GLOMERULONEFRITIS
AKUT (GNA) DI RUANGAN DX KAMAR VII
RUMAH SAKIT HKBP BALIGE

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
Pada Akademi Keperawatan HKBP Balige

Oleh :
Agnes Nainggolan
NPM : 110010004

AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE


2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ini

disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-III di

Akademi Keperawatan HKBP Balige dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Anak I.P Dengan Gangguan Sistem Perkemihan Glomerulonefritis Akut

(GNA)”. Karya tulis ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, dan dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih

yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Diak. L. Simanjuntak S.Kep.Ns, M.Kes, Direktris Akademi Keperawatan

HKBP Balige dan selaku pembimbing atas dukungan, perhatian, koreksi serta

saran dengan penuh perhatian dan kerja kerasnya memperjuangkan reguler B.

2. Seluruh staf Akademi Keperawatan HKBP Balige atas segala bantuan yang

telah diberikan.

3. Bapak dr. Tihar Hasibuan MARS selaku Direktur Rumah Sakit HKBP Balige

yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek

klinik keperawatan.

4. Ibu Diak. Solide Siahaan, AMK selaku kepala keperawatan di Rumah Sakit

HKBP Balige.

5. Staf Rumah Sakit HKBP Balige, khususnya perawat ruangan zaal Dx dan

zaal B1 atas kerjasama dan perhatian yang diberikan terhadap penulis.

6. Suami dan anak-anakku tercinta yang memberikan pengertian, dan dukungan

moril.
7. Teman-teman sesama mahasiswa AKPER HKBP regular A maupun reguler

B untuk kerjasama, dukungan dan doanya.

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan yang

diberikan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ini.

Sebagai hasil dari proses belajar penulis menyadari bahwa karya tulis ini

masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk lebih meningkatkan ilmu pengetahuan bagi penulis.

Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi siapa saja yang

berkenan membacanya.

Balige, Juni 2014

Penulis

Agnes Nainggolan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Agnes Nainggolan
Tempat/ Tanggal Lahir : Hutabarat, 13 Oktober 1978
Alamat : Jl. Somba Debata , Gang Saudara Balige
Agama : Kristen
Nama Suami : Ondo Linduat Ambarita, SKM
Nama Anak : Timothy Ambarita
Jonathan Ambarita
Nadine Ambarita

2. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1985-1991 : SD Negeri 173120 Hutabarat
Lulus dan Berijazah
Tahun 1991-1994 : SMP Negeri 4 Tarutung
Lulus dan Berijazah
Tahun 1994-1997 : SPK PEMDA Tarutung
Lulus dan Berijazah
Tahun 2011-2014 : Sedang mengikuti Program Diploma III
Keperawatan di Akper HKBP Balige.

3. RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 2000-2006 : Pegawai RS HKBP Balige
Tahun 2006-2008 : Staf Puskesmas Situmeang Habinsaran, Kec.
Sipoholon, Kab Tapanuli Utara
Tahun 2008-sekarang : Staf Puskesmas Tampahan, Kec. Tampahan
Kab. Toba Samosir

Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.


LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Ujian Sidang

Karya Tulis Ilmiah pada Akademi Keperawatan HKBP Balige

Pada Hari Senin, Tanggal 23 Juni 2014

Tim Penguji Tanda Tangan

Penguji 1 : Elfrida Nainggolan, AMK, SKM ( )

Penguji 2 : Dormarito Sihombing, S.Kep,Ns ( )

Penguji 3 : Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep,Ns. M.Kes ( )

Mengesahkan,

Direktris Akper HKBP Balige

Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep,Ns,M.Kes


LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan

Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Akademi Keperawatan HKBP Balige 2014

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

Diak. Lamria Simanjuntak S.Kep,Ns, M.Kes

Diketahui Oleh :

Direktris Akper HKBP Balige

Diak. Lamria Simanjuntak S.Kep, Ns, M.Kes


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal

tahap akhir dan penyebab tingginya angka morbiditas anak. Terminologi

glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa

kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada

struktur ginjal yang lain. (tacky.comcom.blogspot.com/2012/04/makalah

glomerulus-akut.html)

Glomerulonefritis akut dapat terjadi pada semua usia, tetapi yang

paling sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penelitian multisenter di Indonesia

memperlihatkan penderita glumerulonefritis akut terbanyak adalah antara

usia 2,5-15 tahun dengan usia rata-rata tertinggi adalah 8 tahun dan rasio

laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Angka kejadian glomerulonefritis sukar

ditentukan karena lebih banyak dijumpai dengan tanpa gejala. Di negara

maju glomerulonefritis berkurang akibat sanitasi yang lebih baik dan

pengobatan dini pada penyakit infeksi. Sedangkan di Indonesia lebih banyak

ditemukan pada golongan sosial ekonomi rendah yaitu 68,9%. (Konsensus

GNA pasca streptokokus 2012 oleh Prof.Dr.Syarifuddin Rauf dr. 1SpA(K),

dkk. Diunduh dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2013/12)

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut)

atau secara menahun (kronis). Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang

darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata,
kencing sedikit-sedikit (oliguria), dan berwarna merah. Penyakit ini

umumnya sekitar 80% sembuh spontan, 10% menjadi kronis dan 10%

berakibat fatal. (yumizone.wordpress’com 28 juli 2009)

Pada tahun 1995, di Indonesia dilaporkan terdapat 170 pasien yang

dirawat di rumah sakit pendidikan selama 12 bulan. Pasien yang terbanyak

dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta

(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). (Blog.spot.com)

Terdapat 12 orang pasien yang dirawat di Rumah Sakit HKBP sejak

Desember 2012 s/d April 2014 dengan usia antara 2,5-8 tahun. (Medical

Record RS. HKBP Balige)

Berdasarkan informasi diatas penulis tertarik untuk membuat suatu

karya tulis ilmiah yang diberi judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak

I.P Dengan Gangguan Sistem Perkemihan Glomerulonefritis Akut (GNA).

1.2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini dibatasi

hanya 1 (satu) pasien saja yaitu anak I.P perempuan, umur 4 tahun dengan

Gangguan Sistem Perkemihan Glomerulonefritis Akut yang dirawat di

Ruangan Dx Kamar VII Rumah Sakit HKBP Balige dari tanggal 11 April

2014 sampai dengan tanggal 16 April 2014.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran tentang pengelolaan Asuhan Keperawatan

pada pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan Glomerulonefritis

Akut (GNA) secara nyata dan komprehensif.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus adalah agar penulis dapat :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak I.P dengan Gangguan

Sistem Perkemihan Glomerulonefritis Akut (GNA).

b. Membuat diagnosa keperawatan pada anak I.P dengan Gangguan

Sistem Perkemihan Glomerulonefritis Akut (GNA).

c. Membuat intervensi keperawatan pada anak I.P dengan Gangguan

Sistem Perkemihan Glomerulonefritis Akut (GNA).

d. Melakukan implementasi keperawatan pada anak I.P dengan

Gangguan Sistem Perkemihan Glomerulonefritis Akut (GNA).

e. Melakukan evaluasi pada anak I.P dengan Gangguan Sistem

Perkemihan Glomerulonefritis Akut (GNA).

1.4. Metode Penulisan

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif,

melalui pendekatan :

1. Studi Kasus

Yaitu perawatan langsung pada pasien anak I.P dengan Gangguan Sistem

Perkemihan Glomerulonefritis Akut (GNA).


Adapun metode pengumpulan data dengan cara :

a. Observasi: melakukan pengamatan langsung pada pasien anak I.P

dengan Gangguan Sistem Perkemihan Glomerulonefritis Akut

(GNA).

b. Pemeriksaan Fisik: melakukan pemeriksaan fisik dengan tehnik

inspeksi (melihat), palpasi (menyentuh), perkusi (mengetuk), dan

auskultasi (mendengar).

c. Wawancara: melakukan tanya jawab langsung pada pasien dan

keluarga pasien.

2. Studi Kepustakaan

Yaitu mempelajari buku-buku (kepustakaan), internet searching, yang

berhubungan dengan Gangguan Sistem Perkemihan Glomerulonefritis

Akut.

3. Studi Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dari Medical Record (MR), status pasien serta

catatan keperawatan dan dokter.

1.5 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini terdiri dari 5 (lima) bab yang disusun secara berurutan yaitu:

Bab 1 : Pendahuluan

Yang meliputi latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan,

metode penulisan, sistematika penulisan.


Bab 2 : Landasan Teoritis

a. Konsep Dasar Medik

Yang meliputi, defenisi, anatomi fisiologi, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan

penunjang, penatalaksanaan.

b. Konsep Dasar Keperawatan

Yang meliputi, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan.

Bab 3 : Tinjauan kasus

Yang meliputi 1. Pengkajian Keperawatan, 2. Diagnosa

Keperawatan, 3. Intervensi Keperawatan, 4. Implementasi

Keperawatan, 5. Evaluasi Keperawatan.

Bab 4 : Pembahasan

Yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi

keperawatan.

Bab 5 : Kesimpulan dan Saran


BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1. Landasan Teoritis Medis

2.1.1 Defenisi

Glomerulonefritis akut adalah gangguan pada ginjal yang ditandai

dengan peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai filtrasi

cairan tubuh dan sisa-sisa pembuangan. (Suriadi dkk.2001)

Glomerulonefritis akut adalah suatu reaksi imunologis ginjal terhadap

bakteri/virus. (Ngastiyah, 2005)

Glomerulonefritis akut adalah suatu bentuk yang menunjukkan proses

inflmasi dan proliferasi glomeruli yang didahului oleh infeksi dan ditandai

dengan gejala-gejala seperti hematuri, edema, hipertensi dan oliguri yang

terjadi secara akut. (Syarifuddin Rauf dkk, 2011)

Glomerulonefritis akut adalah bentuk nefritis yang paling sering pada

masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah infeksi

streptokokus. (Sacharin, Rosa, 1999)

Glomerulonefritis akut adalah istilah yang secara luas digunakan

untuk mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi

pada glomerulus. Pada hampir semua tipe glomerulonefritis

immunoglobulin utama (IgG) dapat dideteksi pada dinding kapiler

glomerular. Akibat dari reaksi antigen- antibodi, molekul dibentuk dan

beredar di seluruh tubuh. Beberapa dari molekul ini terperangkap di

glomerulus dan mencetuskan respon inflamasi. ( Toto, Abdul, 2002)


2.1.2 Anatomi Fisiologi Ginjal

Sistem perkemihan (ginjal) terdiri dari organ-organ yang

memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan

salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis (kestabilan

lingkungan internal).

Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua

ureter yang membawa urine ke dalam kandung kemih untuk penampungan

sementara dan uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium

uretra eksternal. Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang

berwarna merah tua, terletak dikedua kolumna vertebralis. Ginjal kanan

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke

bawah oleh hati. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, tebalnya 6

cm dan beratnya 120-150 gram.

Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan

komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dan mengekskresiksn

solute air dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dilakukan dengan filtrasi

plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan rearbsorbsi sejumlah solute

dan air akan diekskresikan keluar tubuh sebagai air kemih melalui sistem

pengumpul.

a. Struktur Anatomi Ginjal

Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebar 6 cm, dan berat

120-150 gram. 95% orang dewasa memiliki jarak kutub ginjal antara

11-15 cm. Perubahan bentuk ginjal adalah merupakan tanda yang

penting karena kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan dengan


perubahan struktur. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua

daerah yang berbeda yaitu korteks di bagian luar dan medula di bagian

dalam.

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal

b. Struktur Mikroskopik Ginjal

Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat 1 juta

nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.

Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, yang mengitari rumbai kapiler

glomerulus, tubulus proksimal, lengkung henle, dan tubulus distal, yang

mengosongkan diri ke dalam duktus kolektivus.

Gambar 2.3 Nefron


1. Glomerulus

Glomerulus berupa kumpulan kapiler pembuluh darah yang memiliki celah-

celah, yang berfungsi untuk melakukan filtrasi (penyaringan) darah. Hasil

dari proses filtrasi ini disebut filtrat. Pembuluh darah yang menuju

glomerulus disebut arteriola aferen dan pembuluh darah yang meninggalkan

glomerulus disebut arteriola eferen.

2. Kapsula Bowman

Kapsula Bowman berfungsi untuk mengumpulkan filtrat yang dihasilkan

oleh gumerulus dan meneruskannya ke tubulus proksimal.

3. Tubulus Proksimal

Berbentuk seperti saluran berkelok-kelok, berfungsi untuk menyerap

(rearbsorbsi) bahan yang digunakan dari filtrat.

4. Tubulus Henle

Berbentuk huruf U dan memiliki bagian. Pada bagian ini terdapat bagian

yang menyerap air. Pada bagian inilah dimana diuretik kuat seperti

furosemid (lasix) bekerja.

5. Tubulus Distal

Berbentuk berkelok-kelok dan berfungsi untuk menyerap natrium dan

klorida dari filtrat

6. Tubulus Kolektivus

Sesuai dengan namanya bagian ini akan mengumpulkan urine yang

diproduksi oleh banyak nefron untuk seterusnya akan dialirkan ke kaliks

ginjal. Selanjutnya urine dari kaliks ginjal akan berlanjut dialirkan ke ureter.
c. Aliran Darah Ginjal

Aorta abdominalis bercabang menjadi arteri renalis kira-kira setinggi

vertebra lumbalis 2. Setiap arteri renalis bercabang sewaktu masuk ke

dalam hilus ginjal. Vena renalis menyalurkan darah ke dalam vena kava

inferior yang terletak di sebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis

masuk hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteria interlobaris yang

berjalan diantara piramid, selanjutnya membentuk arteria arkuata yang

melengkung melintasi basis piramid-piramid tersebut.

Arteria arkuata kemudian membentuk arteriola-arteriola interlloburalis

yang tersusun paralel dalam korteks. Arteriola interloburalis ini

selanjutnya membentuk arteriola aferen. Arteriola aferen akan berakhir

pada rumbai-rumbai kapiler yang disebut glomerulus. Glomerulus

bersatu membentuk arteriola eferen yang kemudian bercabang-cabang

membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan

kadang-kadang disebut kapiler peritubular.

Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan ke dalam

jalinan vena, selanjutnya menuju vena interloburalis, vena arkuata, vena

interlobaris dan vena renalis dan akhirnya mencapai vena kava inferior.
Gambar 2.2 Aliran Darah Ginjal

Gambaran Khusus Aliran Darah Ginjal

Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah per menit, suatu volume yang

sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml permenit). Lebih dari 90%

darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya

dialirkan ke medula.

Sifat khusus aliran darah ginjal adalah autoregulasi aliran darah melalui

ginjal. Arteriola aferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat

merubah resistemsinya sebagai respon sebagai respon terhadap

perubahan tekanan darah arteri, dengan demikian mempertahankan aliran

darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan. Hasilnya adalah dapat

mencegah terjadinya perubahan besar pada ekskresi solute dan air.

Saraf-saraf renal dapat menyebabkan vasokontriksi pada keadaandarurat

dan denagn demikian mengalirkan darah dari ginjal ke jantung, otak atau

otot rangka dengan mengorbankan ginjal.

2.1.3. Etiologi
- Radang pada glomeruli ginjal akibat non supratif, dari infeksi

streptokokus grup A, B hemolytik, yang merupakan penyabab GNA

yang paling umum pada anak prasekolah dan sekolah.

- Bakteri: streptokokus grup C, meningococcus, streptokokus viridans

- Virus: Hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza

- Parasit: Malaria dan toksoplasma. (www.Nefrologi Anak.

Blogspot.com).

2.1.4. Patofisiologi

Glomerulonefritis Akut (GNA) adalah akibat reaksi antigen

antibodi dengan jaringan glomerulus yang menimbulkan bengkakdan

kematian sel-sel kapiler (epitel, membran lapisan bawah dan

endotelium). Seluruh jaringan glomerulus, tubulus dan pembuluh darah

dipengaruhi dalm berbagai tingkat tanpa memperhatikan tipe GNA

yang ada. (Toto, Abdul Madjid).

Tanda dan gejala yang berefleksi kepada glomerulus dan terjadi

kebocoran sehingga protein masuk ke dalam urine yang disebut

proteinuri dan eritrosit yang menyebabkan hematuri. Karena proses

berlanjut terjadilah parut yang berakibat menurunnya filtrasi glomerulus

dan berdampak oliguri dan retensi air, sodium dan prodak sisa nitrogen.

Semuanya berdampak pada peningakatan volume cairan, edema, dan

asotemia yang ditampilkan melalui nafas pendek, edema, sakit kepala,

lemah dan anoreksia.


Gambar 2.4. Proses terjadinya proteinuria dan hematuria

2.1.5 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala

ringan tetapi tidak jarang anak datang dengan gejala berat. Kerusakan

pada kapiler glomerulus mengakibatkan hematuri, kencing berwarna

merah daging dan albuminuria. Kadang-kadang disertai edema ringan

yang terbatas di sekitar mata atau seluruh tubuh. Edema yang terjadi

berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus. Dipagi hari

sering terjadi edema pada wajah terutama edema periorbita, meskipun

edema paling nyata pada bagian anggota tubuh ketika menjelang siang.

Derajat edema biasanya tergantung pada berat peradangan glomerulus.

Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari

pertama, kemudian pada akhir minggu pertama menjadi normal kembali.

Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal tekanan darah akan tetap tinggi

selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan

penyakitnya menjadi kronis.


Suhu badan tidak terlalu tinggi tetapi dapat tinggi sekali pada hari

pertama, kadang-kadang gejala panas tetap ada walaupun tidak ada

gejala infeksi lain yang mendahuluinya. Gejala gastrointestinal seperti

muntah, tidak nafsu makan, konstipasi dan diare juga sering menyertai

penderita GNA.

2.1.6. Komplikasi

1. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari

2. Ensefalopati hipertensi yang mempunyai gejala seperti gangguan

penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang.

3. Gangguan sirkulasi berupa dispnoe, ortopnoe, terdapatnya ronkhi

basah dan pembesaran jantung.

4. Anemia karena adanya karena adanya hipervolemia.

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisis ditemukan leukosit, eritrosit di dalam urine, berat jenis

urine meningkat, proteinuria, albuminuria.

b. Pemeriksaan ureum dan kreatinin serum meningkat.

c. Pemeriksaan LED meningkat.

d. Terkadang terjadi anemia.

e. Elektrolit serum meningkat (natrium meningkat)

2.1.8. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan pada klien GNA adalah untuk melindungi

fungsi ginjal dan menangani komplikasi dengan tepat.


a. Pemberian Penicilin untuk mengurangi penyabaran infeksi

b. Anjurkan klien untuk tirah baring sampai kadar kreatinin dan

tekanan darah kembali normal

c. Diet rendah protein dan rendah natrium. Protein dibatasi jika terjadi

insufisiensi ginjal dan retensi nitrogen, natrium dibatasi jika terjadi

hipertensi, edema dan gagal jantung kongestif

d. Obat anti diuretik dan anti hipertensi boleh diberikan

e. Hitung keseimbangan cairan dan berat badan harian secara cermat.

Cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan

f. Jelaskan pada pasien tentang penjelasan dan penjadwalan tentang

rencana tindak lanjut terhadap tekanan darah, pemeriksaan

urinalisis dan kreatinin untuk menentukan perkembangan penyakit.

2.2. Konsep Teoritis Keperawatan

2.2.1. Pengkajian

a. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan/malaise

Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus otot

2. Sirkulasi

Tanda : hipertensi, pucat, edema

3. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih ( oliguri )

Tanda : perubahan warna urine (merah, kuning pekat)


4. Makanan/cairan

Gejala : edema, anoreksia, mual, muntah

Tanda : penurunan pengeluaran urine

5. Pernafasan

Gejala : nafas pendek

Tanda : takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman

pernafasan (pernafasan kusmaul)

6. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri pinggang, sakit kepala

Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah

b. Pengkajian perpola

1. Pola nutrisi dan metabolik

Suhu badan normal, hanya panas saat hari pertama sakit. Dapat

terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan

air, edema pada seluruh tubuh dan paling khas pada sekitar mata.

Adanya mual, muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi

yang tidak adekuat.

2. Pola eliminasi

Eliminasi urine, gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa

metabolisme tidak diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air

dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang

menyebabkan oliguria sampai anuria, proteinuri, hematuri,

defekasi, konstipasi atau diare.


3. Pola aktivitas dan latihan

Pada klien dengan kelemahan dan kehilangan tonus akibat adanya

hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat mutlak selama

dua minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah sudah

normal. GNA munculnya tiba-tiba sehingga orangtua tidak

mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.

4. Pola tidur dan istirahat

Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena

adanya uremia, keletihan, kelelahan, kelemahan otot dan

kehilangan tonus.

5. Kognitif dan perseptual

Peningkatan ureum darah menyebabakan kulit bersisik kasar dan

rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi

ensefalopati hipertensi, hipertermi, terjadi pada hari pertama sakit.

6. Persepsi diri

Klien cemas dan takut karena urinnya berwarna merah, edema dan

perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh lagi seperti

semula.

7. Hubungan peran

Anak tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh dari

lingkungan perawatan yang baru serta kondisi kritis menyebabkan

anak diam.
8. Nilai keyakinan

Klien berdoa minta kesembuhan sebelum tidur.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

haluaran urine dan retensi cairan natrium.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksia.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,

anemia, retensi cairan natrium dan disfungsi ginjal.

5. Potensial terjadi infeksi lokal maupun sistemik berhubungan

dengan depresi sistem immun.

2.2.3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

haluaran urine dan retensi cairan natrium

Tujuan : Klien tidak menunjukkan kelebihan volume

cairan

Kriteria hasil :- Tidak memperlihatkan tanda-tanda kelebihan

cairan dan elektrolit

- Intake dan output dalam keadaan seimbang


Tabel 2.1. Diagnosa Keperawatan 1

Intervensi Rasional
- Ukur dan catat intake dan output. - Keseimbangan cairan positf
- Timbang berat badan setiap hari dengan peningkatan berat badan
dengan timbangan dan waktu menunjukkan retensi cairan.
yang sama.
- Monitor tanda dan gejala - Keseimbangan positif
kelebihan cairan. menunjukkan kebutuhan evaluasi
lebih lanjut.
- Catat jumlah dan karakteristik - Jumlah karakteristik urine
urine. menunjukkan adanya
ketidakseimbangan cairan.
- Beri diuretik (kolaborasi dengan - Dimaksudkan untuk
dokter). menghilangkan edema.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksia dan pembatasan diet.

Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil : Mual, muntah, dan anoreksia hilang, diet dapat

dihabiskan.

Tabel 2.2 Diagnosa Keperawatan 2

Intervensi Rasional
- Kaji status nutrisi dan - Menyediakan data dasar untuk
perubahan berat badan. memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
- Kaji pola diet nutrisi pasien - Pola diet dulu dan sekarang dapat
dipertimbangkan dalam menyusun
menu.
- Kaji faktor yang dapat - Memberi informasi mengenai faktor
menyebabkan anoreksia, lain yang dapat diubah/dihilangkan
mual/muntah. untuk meningkatan masukan diet.
- Menyediakan makanan - Mendorong peningkatan masukan
kesukaan pasien dalam batas- diet.
batas diet.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan

Tujuan : Pasien dan keluarga dapat mengerti tentang kondisi

dan penanganan.

Kriteria hasil : Pasien dapat melakukan penanganan dini dan

paham tentang penyakitnya.

Tabel 2.3 Diagnosa Keperawatan 3


Intervensi Rasional
- Jelaskan fungsi renal dan - Pasien dapat belajar tentang
konsekuensi GNA sesuai dengan GNA dan penanganan.
tingkat pemahaman dan kesiapan
pasien untuk belajar
- Bantu pasien untuk - Pasien dapat melihat bahwa
mengidentifikasi cara memahami kehidupannya tidak harus
berbagai perubahan akibat berubah akibat penyakit.
penyakit dan penanganan yang
mempengaruhi hidupnya.

4. Intoleransi aktivitas berhubungaan dengan keletihan, anemia, retensi

natrium dan disfungsi ginjal.

Tujuan : Pasien dapat toleransi dengan aktivitas yang dianjurkan

Kriteria hasil : Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap.


Tabel 2.4 Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi Rasional
- Kaji faktor yang menimbulkan - Menyediakan informasi tentang
keletihan seperti anemia, indikasi tingkat keletihan.
ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
- Tingkatkan kemandirian dalam - Meningkatkan aktivitas ringan/
aktivitas perawatan diri yang dapat sedang dan memperbaiki harga
ditoleransi, bantu jika terjadi diri.
keletihan.
- Anjurkan aktivitas alternatif sambil - Mendorong latihan dan
istirahat. aktivitas dalam batas-batas
yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat.
- Anjurkan untuk istirahat yang - Istirahat yang adekuat dapat
adekuat. mengurangi penggunaan
energi berlebihan.

5. Potensial terjadi infeksi (lokal, sistemik) berhubungan dengan

penekanan sistem immun.

Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi sekunder setelah

asuhan keperawatan dilakukan.

Kriteria hasil : Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan.

Tabel 2.5 Diagnosa Keperawatan 5


Intervensi Rasional
- Pantau jumlah leukosit - Indikasi adanya infeksi
- Pantau suhu setiap 4 jam - Memonitor suhu untuk
mengantisifikasi infeksi.
- Pantau karakteristik urine - Urine keruh menunjukkan adanya
ISK.
- Gunakan dan anjurkan tehnik - Tehnik cuci tangan yang baik dapat
cuci tangan yang baik memutus rantai penularan infeksi.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1. Biodata

A. Identitas Pasien

Nama pasien : Anak I.P

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 4 tahun

Agama : Kristen

Pendidikan : Belum sekolah

Alamat : Laguboti

Ruangan/kamar : Zaal DX/ VII

Tanggal masuk : 11 April 2014

Tanggal pengkajian : 12 April 2014

No. Register : 20.42.48

Nama penanggung jawab : Ny. P.S

Hubungan keluarga : Ibu kandung

3.1.2. Keluhan Utama

Kencing sedikit-sedikit berwarna kuning pekat, bengkak pada perut, kaki

dan kedua kelopak mata

3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Kencing berdarah dialami pasien 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat kencing sedikit-sedikit, nyeri saat BAK, pinggang sebelah kiri


terasa sakit. Bengkak pada kedua kelopak mata, perut dan kaki, riwayat

nyeri menelan tidak ada. Mual/ muntah, anoreksia. Buang air besar normal.

Suhu 38oc, pernafasan 26x/menit, nadi 100x/menit, tekanan darah

140/90mmHg. Tinggi badan 103 cm, berat badan 15,5kg.

3.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut pengakuan ibu pasien, pasien tidak pernah mengalami penyakit

yang menyebabkan pasien sampai dihospitalisasi. Pasien hanya mengalami

batuk pilek biasa.

a. Riwayat Kelahiran

Pasien lahir spontan dibantu oleh bidan, lahir di rumah. Usia kehamilan

cukup bulan, berat badan lahir 3500 gr panjang badan 50 cm, segera

menangis, kelainan tidak ada. Saat ini pasien dalam masa pertumbuhan/

perkembangan fase/tahap usia pra sekolah.

b. Riwayat Imunisasi

Orangtua os mengaku bahwa imunisasi pasien lengkap yaitu, BCG 1x,

Polio1,2,3,4, DPT HB 1,2,3, Campak 1x.

c. Riwayat Tumbuh Kembang

Saat ini pasien menjalani tahap usia pra sekolah. Pasien tidak pernah sakit

parah dan dirawat di rumah sakit (hospitalisasi). Pasien mengalami tumbuh

kembang dengan normal. Tinggi badan dan berat badan sesuai dengan

usia. Kemampuan berkomunikasi/berbicara sesuai dengan usia.

Gerakan/motorik baik, dapat berjalan ketika usia 1 tahun. Bila bermain

dengan teman-temannya pasien senang menjadi guru.


3.1.5. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Tabel 3.1 Pola Kebiasaan Sehari-hari

No Pola Sebelum Sakit Ketika Sakit


1 a.Makan :
- Diet Makanan biasa Bubur
- Komposisi Nasi, lauk, sayur Bubur nasi, lauk
- Makanan yang disukai Mi instan, jajanan Tidak ada
- Selera makan Baik Tidak ada
- Makanan pantangan Tidak ada Makanan dari luar yang
tidak ada dalam program
diet
b.Minum :
- Jenis Air putih + susu Air putih
- Jumlah perhari 700cc + 200cc/ hari 750 cc/ hari
- Minuman yang disukai Ale-ale, oblada Tidak ada

- Minuman pantangan Tidak ada Minuman yang tidak ada


dalam program diet
2 Tidur :
- Kebiasaan tidur malam 8-10 jam/ hari 6-8 jam
- Kebiasaan tidur siang 1-2 jam/ hari 2-4 jam
- Kesulitan tidur Tidak ada Tidur terganggu karena
- Cara mengatasinya sering buang air kecil
3 a.Eliminasi BAK :
- Frekuensi 5-6 x/ hari 8-10 x/ hari
- Jumlah 700 cc / hari 500 cc/ hari
- Warna Kuning Kuning pekat seperti teh
Khas
- Bau Khas Oliguri, proteinuri,
- Kelainan Tidak ada hematuri, leukosituri
- Lain-lain
b.Eliminasi BAB
- Frekuensi 1-2 x/ hari 1 x/ 3 hari
- Jumlah Normal Sedikit

- Konsistensi Lembek Keras


- Warna Kuning kecoklatan Kuning
- Bau Khas Khas
- Kelainan Tidak ada Konstipasi
- Lain-lain Pasien dapat BAB setelah
diberikan mikrolax sup
c.Personal hygiene
- Kebiasaan mandi 1x/ hari Dilap 2 x/ hari
- Pemeliharaan gigi dan mulut 1x/ hari 1 x/ hari
- Pemeliharaan rambut 1 x/ 2 hari
- Pemeliharaan kuku Kuku pendek Kuku pendek dan bersih

- Masalah dalam melakukan Pasien dibantu oleh Pasien dibantu oleh

personal hygiene orangtua dalam perawat dan keluarga


melakukan personal dalam melakukan
hygiene personal hygiene

3.1.6. Pengkajian Keluarga

Pasien adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Pasien

berkomunikasi dalam bahasa tradisional (batak toba) dan bahasa

Indonesia. Pasien diasuh oleh ibu yang bekerja seharian sebagai petani dan

ayah bekerja di luar kota sebagai seorang karyawan di perusahaan swasta.

Bila ibu dan ayah bekerja pasien dititipkan di rumah kakek neneknya.

Keluarga yakin bahwa Tuhan akan menyembuhkan anaknya melalui

perawatan dokter dan perawat. Kehidupan ekonomi keluarga kelas

menengah ke bawah. Orangtua sedikit cemas dengan penyakit anak I.P

yang sebelumnya tidak pernah sakit parah sampai dirawat di rumah sakit,

tapi mereka yakin bahwa anaknya akan sembuh.


Genogram

Keterangan

: Laki – Laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal Serumah

: Meninggal

3.1.7. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda - tanda vital : kesadaran compos mentis.

TD : 100/70 mmHg RR : 26 x permenit

Suhu : 37 oc HR : 112 x permenit


3.1.8. Pemeriksaan Head to Toe

Kepala dan rambut : Bentuk bulat, ukuran proporsional, tidak ada

benjolan/ massa pada kepala. Rambut pendek

ikal dan berwarna hitam, distribusi merata,

kebersihan baik.

Mata : Kelopak mata odema, refleks kornea ada

normal, konjungtiva anemis, pupil isokor, tidak

ada sekret. Tidak menggunakan alat bantu.

Hidung : Tidak ada sekret dan perdarahan

Leher : Tidak terjadi peningkata vena jugularis.

Telinga : Tidak ada sekret, pendengaran baik.

Mulut : Bersih, tidak ada tanda perdarahan dan

peradangan pada gusi, mukosa mulut agak

kering

Thorak : Pergerakan simetris, suara nafas vesikuler di

kedua lapangan paru, tidak terdengar suara

nafas tambahan seperti wheezing dan ronchi.

Frekwensi nafas 26 x permenit.

Abdomen : Ascites ada minimal, tidak terdapat massa atau

benjolan, turgor kulit baik, peristaltik normal.

Kulit : Warna sawo matang, tidak ada kelainan seperti

pruritus, turgor kulit baik.

Jantung : Tidak ada pembesaran jantung, frekwensi 112x

permenit, reguler.
Genitalia : Jenis kelamin perempuan, perineum bersih,

tidak memakai kateter.

Extremitas atas : Bentuk simetris, pergerakan normal, kekuatan

otot baik, pada tangan sebelah kanan terpasang

infus D5% + Meylon 25mcq 4 tts permenit

tetesan mikro.

Extremitas bawah : Bentuk simetris, pergerakan normal, odema ada

minimal.

3.1.9. Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 3.2. Pemeriksaan laboratorium

Hasil Nilai normal


- Hb, 9,8 g/Dl 10-16g/Dl
- Leukosit, 12.400 9000-12.000/mm3
- LED, 18 mm/jam 5-10 mm/jam
- Ureum, 50 mg% 10-50mg%
- Kreatinin, 1,3 mg% 0,6-1,5mg%
URINALISIS
- Leukosit +++ (500 leu/L) Negatif
- Urobilinogen +- (17 umol/L) Negatif
- Protein ++ (1.0g/L) Negatif

- PH 5,5 4,8-7,4

- Blood +++ (200ery/ul) Negatif

- Berat jenis 1.030 1.015-1.025


3.1.10. Therapi farmakologi

Tabel 3.3 Therapi Farmakologi

Nama obat Efek obat


- IVFD, D5% + meylon 25 (+) untuk memperbaiki kekurangan akibat
mcq 4 tts/menit, tetesan insuffiensi sekresi korteks adrenal akibat
mikro. gangguan fungsi.
(-) penghentian pengobatan yang tiba-tiba
dapat menyebabkan demam, mialgia,
dan malaise.
- Inj Ceftriaxon 750 mg /12 (+) pengobatan untuk infeksi yang
jam disebabkan oleh mikroorganisme.
(-) urtikaria, pruritus, ruam pada kulit.
- Inj Lasix 20 mg /12 jam (+) untuk mengurangi odema dan acites.
(-) dapat menimbulkan reaksi alergi,
gangguan pendengaran, depresi sumsum
tulang.
- Inj Kliran 3 mg /12 jam (+) untuk mengurangi mual dan muntah.
(-) sakit kepala, perasaan panas pada kepala
dan epigastrium, konstipasi.
- Captopril tab 2x6,25 (+) sebagai anti hipertensi.
(-) hipotensi, neutropenia, ruam, pruritus.
- Spironolakton 2x25mg (+) untuk mengurangi retensi cairan,
hipertensi.
(-) muntah, diare, kram perut, kering mulut,
haus, pusing, sakit kepala.
- Cupanol 3x1,5 cth (+) meredakan nyeri dan demam.
(-) reaksi hematologi, kulit dan reaksi alergi
lainnya.

3.2. Analisa Data


Tabel 3.4. Analisa data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Menurut pengakuan ibu Penurunan haluaran urine dan Kelebihan volume
pasien sudah dua retensi cairan natrium cairan
minggu bengkak pada
wajah, perut dan kaki,
kencing sedikit-sedikit.
DO: Odema pada kedua
kelopak mata, ascites,
odema pada kaki,
kencing sedikit-sedikit.
BB : 15,5 kg
2 DS: Pasien mengatakan tidak Anoreksia Perubahan nutrisi
selera makan, mual dan kurang dari
muntah kebutuhan tubuh
DO: Makanan yang
disediakan tidak habis.
Pasien mampu
menghabiskan hanya 4
sendok makanannya.
3 DS: Ibu pasien mengatakan Kurang informasi Kurang pengetahuan
bahwa dia tidak tentang kondisi
mengetahui penyakit apa penanganan
yang dialami anaknya.
DO: Ibu pasien sering
bertanya apa penyakit
anaknya dan
penyebabnya
Pasien tidak segera
dibawa ke rumah sakit.
4 DS: Pasien mengatakan Penurunan fungsi ginjal dan Intoleransi aktivitas
terasa sakit dan sulit saat kelemahan fisik
berkemih, pinggang
sebelah kiri terasa sakit.
DO: Warna urine kuning
pekat seperti teh, pasien
kesakitan saat berkemih.
Proteinuri (++), hematuri
(+++), oliguri.
DS :
5 DO: Leukosit 12.400/mm3, Penekanan sistem immun Resiko terjadi infeksi
LED 18 mm/jam, HB local maupun
9,7 gr/dL, proteinuri (+ sistemik
+), hematuri (+++)

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine

dan retensi cairan natrium ditandai dengan odema pada kedua kelopak

mata, odema pada kaki, ascites dan oliguri.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual, muntah, ditandai dengan makanan yang disediakan tidak

habis.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan

kurang informasi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan

kelemahan fisik ditandai dengan proteinuri (++), hematuri (+++),

leukosituri(+++), oliguri.

5. Resiko terjadi infeksi lokal maupun sistemik berhubungan dengan

penekanan sistem immun ditandai dengan peningkatan pada leukosit

12.400 /mm3, LED 18 mm/jam, anemia 9,7 gr/dL, proteinuri (++),

hematuri (+++)
3.4. Asuhan Keperawatan
Nama klien : Anak I.P Diagnosa Medis : GNA
Umur : 4 Tahun Ruangan : Dx
Tanggal : 12 April 2014 No. Register : 20.42.48
Tabel 3.5 Standar Asuhan Keperawatan
N D.K Perencanaan
Implementasi Evaluasi Paraf
o Tujuan Intervensi Rasional
1 I Pasien mendapat Pukul 09.00 wib S: Pasien mengatakan
cairan yang tepat. - Ukur dan catat - Keseimbangan cairan - Mengukur dan mencatat bengkak masih ada,
intake dan output. positif dengan peningkatan intake dan output.( 500 cc) kencing sedikit-
- Timbang berat berat badan menunjukkan - Mengukur berat badan sedikit.
badan setiap hari dengan retensi cairan. pasien O: Kencing sedikit-
timbangan dan waktu (15,5 kg) sedikit seperti
yang sama. mengedan, ascites
- Monitor tanda dan - Keseimbangan positif Pukul 09.30 wib masih ada, odema,
gejala kelebihan cairan. menunjukkan kebutuhan - Memonitor tanda dan pada kedua
evaluasi lebih lanjut. gejala kelebihan cairan kelopak mata dan
pada kaki.
- Catat jumlah dan - Jumlah dan karakteristik Pukul 10.00 wib A: masalah belum
karakteristik urine. urine menunjukkan adanya - Mencatat jumlah dan teratasi.
ketidakseimbangan cairan. karakteristik urine 500 cc / 24 P: Intervensi
jam, warna kuning pekat. dilanjutkan.
Pukul 11.00 wib
- Memberikan injeksi
lasix 20 mg/12 jam.
Pukul 13.30 wib
2 II Kebutuhan nutrisi - Berikan diuretik - Dimaksudkan untuk Pukul 09.00 wib S: Pasien mengatakan
terpenuhi. (kolaborasi dengan menghilangkan odema dan - Mengkaji status nutrisi mual dan mau
dokter). ascites. dan perubahan berat badan muntah pada saat
makan.
- Kaji status nutrisi dan - Menyediakan data dasar O: Pasien tampak
perubahan berat badan. untuk memantau perubahan -Mengkaji pola diet nutrisi lemas dan
dan mengevaluasi intervensi. pasien. menunjukkan
prilaku mau
- Kaji pola diet nutrisi - Pola diet dulu dan muntah, makanan
pasien. sekarang dapat -Mengkaji faktor yang dapat yang disajikan
dipertimbangkan dalam menyebabkan anoreksia, mual tidak habis. Pasien
menyusun menu. dan muntah. hanya bisa
menghabiskan 4
- Kaji faktor yang dapat Pukul 10.00 wib sendok
menyebabkan anoreksia, - Memberi informasi -Menganjurkan pada keluarga makanannya.
mual dan muntah. mengenai faktor lain yang pasien untuk memberikan A: Masalah belum
dapat diubah/ dihilangkan makanan kesukaan pasien tetapi teratasi.
untuk meningkatkan masukan dalam batas diet.
diet.
- Menyediakan makanan P: Intervensi
kesukaan pasien dalam - Mendorong peningkatan - Mengkaji keadaan dilanjutkan.
batas- batas diet. masukan diet. umum pasien, kesadaran
- Kolaborasi dengan ahli compos mentis.
gizi dalam pemenuhan - Pola diet yang dapat TD,120/80mmHg, T 36,8, HR
nutrisi. dikonsumsi pasien sesuai 112 x / menit, RR 26 x / menit.
dengan selera pasien.
3 III Pasien dan Pukul 14.30 wib
keluarga dapat - Berikan obat-obat anti Pukul 12.00 wib S: Pasien/ keluarga
mengerti tentang vomitus sesuai program - Untuk mengurangi mual - Memberikan injeksi pasien mengatakan
kondisi dan dokter. dan muntah pasien. Kliran 20 mg / 12 jam mulai dapat
penanganan memahami
- Berikan makanan dalam Pukul 12.30 wib penyakit yang
porsi kecil dan frekwensi - Untuk menghindari mual - Memberi pasien makan dialami oleh
sering. dan muntah. porsi kecil tapi sering. anaknya.
- Jelaskan fungsi renal dan O: Keluarga (ibu)
konsekuensi GNA sesuai - Pasien dapat belajar - Menjelaskan fungsi pasien kelihatan
dengan tingkat tentang GNA dan penanganan renal dan konsekuensi GNA semangat dalam
pemahaman dan kesiapan terhadap pasien merawat anaknya.
pasien untuk -belajar. A: Masalah belum
- Bantu pasien untuk teratasi
- Menjelaskan pada P: Intervensi
mengidentifikasi cara - Pasien dan keluarga dapat
keluarga dan pasien untuk
memahami berbagai melihat bahwa kehidupannya
perubahan akibat tidak harus berubah oleh mengidentifikasi cara dilanjutkan.
penyakit dan penanganan karena penyakit memahami berbagai perubahan
yang tepat. akibat penyakit dan penanganan
- Kaji tanda-tanda vital yang tepat.
- Mengkaji keadaan
umum pasien. Kesadaran
compos mentis, keadaan lemah.
TD, 110/80 mmHg, RR, 26 x/
menit. HR, 112 x/ menit.

4 IV Pasien dapat - Kaji faktor yang Pukul 14.00 wib


toleransi dengan menimbulkan keletihan - Menyediakan informasi Pukul 10.00 wib S: Pasien mengatakan
aktivitas yang seperti anemia, tentang indikasi tingkat - Membantu melakukan badan masih terasa
dianjurkan ketidakseimbangan cairan keletihan. aktivitas ringan seperti makan, lemah
dan elektrolit. mengganti pakaian, berjalan ke Bila beraktivitas
kamar mandi. mudah lelah
- Tingkatkan kemandirian O: Pasien kelihatan
dalam aktivitas perawatan Pukul 11.30 wib mudah kelehan bila
diri yang dapat - Meningkatkan aktivitas - Menganjurkan pasien beraktvitas
ditoleransi, bantu jika ada ringan/ sedang dan untuk meningkatkan A: Masalah belum
keletihan. memperbaiki harga diri. kemandirian dalam aktivitas teratasi
perawatan diri yang dapat P: Intervensi
ditoleransi dan membantu dilanjutkan
- Anjurkan aktivitas
alternatif sambil istirahat. pasien bila terjadi keletihan.

- Mendorong latihan dan - Menganjurkan aktivitas


- Anjurkan untuk istirahat aktivitas dalam batas-batas alternatif sambil istirahat.
yang adekuat. yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat.
- Istirahat yang adekuat - Menganjurkan pasien
- Pantau jumlah leukosit dapat mengurangi energi untuk istirahat yang adekuat
5 V Klien tidak Pantau suhu setiap 4 jam berlebihan. S: Pasien mengatakan,
mengalami Pukul 12.00 wib batuk, flu tidak ada.
infeksi sekunder - Memantau jumlah Gatal-gatal pada
setelah asuhan - Gunakan dan anjurkan - Indikasi adanya infeksi leukosit, (12.400/mm ) 3
tubuh tidak ada
keperawatan teknik cuci tangan yang Memonitor suhu untuk O: Batuk, flu tidak
dilakukan baik mengantitisifikasi infeksi. ada. Tidak tampak
- Menganjurkan kepada tanda-tanda pruritus
- Tehnik cuci tangan yang keluarga dan pasien untuk Suhu tubuh normal
baik dapat memutus rantai melakukan teknik cuci tangan 36,7oc.
infeksi yang baik. Leukosit 12.400
(karena adanya
infeksi primer)
A: masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
3.5 Catatan Perkembangan

Tabel 3.6 Catatan Perkembangan Ke-1

Nama klien : Anak I.P Diagnosa Medis : GNA


Umur : 4 tahun Ruangan : Dx

Tgl No. DX.


Catatan perawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
12 I Pukul 08.00 wib Pukul 12.00 wib
April -Operan dengan shift S: Pasien mengatakan
2014 malam perut masih
-Merapikan dan bengkak, kencing
membersihkan ruangan sedikit-sedikit dan
perawatan pasien terasa sakit waktu
Pukul 09.00wib buang air kecil
-Mendampingi dokter visite O: Ascites masih ada
-Mencatat intake (750 cc) / minimal, odema
24 jam, output (500cc) / 24 pada kedua kelopak
jam mata dan kaki
-Mencatat karakteristik Kelihatan
urine sedikit-sedikit dan mengedan saat
warna buang air kecil dan
kuning pekat volume urine
-Mengukur tanda vital sedikit berwarna
TD 120/80 mmHg, RR 26 kuning pekat
x/ menit, HR 112x/ menit A: Masalah belum
suhu 370C teratasi
Pukul 10.00 wib P: Intervensi
-Menimbang berat badan dilanjutkan
pasien 15,5 kg.
-Memonitor kelebihan
cairan (ascites dan odema
pada kelopak mata masih
ada)

Pukul 11.00 wib


-Memberikan injeksi Lasix
20 mg / 12 jam IV
II Pukul 10.30 wib Pukul 13.30 wib
-Membersihkan dan S: Pasien mengatakan
mengganti baju pasien mual, belum selera
yang basah karena muntah makan
O: Pasien kelihatan
Pukul 11.00 wib seperti mau mntah
-Memberikan injeksi kliran saat memakan
20 mg / 12 jam / IV makanannya
-Memberikan pengertian Porsi yang
pada pasien bahwa tidak disediakan tidak
boleh sembarangan habis
memakan makanan dari Pasien hanya
luar menghabiskan 4
sendok
Pukul 12.30 wib makanannya
-Memberikan pasien makan A: Masalah belum
dengan porsi kecil tapi teratasi
sering P: Intervensi
-Memberikan semangat dan dilanjutkan
pujian kepada pasien agar
pasien dapat menghabiskan
makanannya.

Pukul 13.00 wib


-Memberikan obat
captopril tablet 2x2,65 dan
spironolakton tablet
2x25mg
III Pukul 09.30 wib Pukul 14.00 wib
-Memberikan penjelasan S: Pasien/keluarga
pada keluarga pasien mengatakan masih
tentang penyakit anaknya kurang mengerti
-Menganjurkan pada pasien mengapa anaknya
untuk melakukan aktivitas bisa mengalami
ringan di tempat tidur penyakit ini
O: Keluarga bertanya-
tanya tentang
penyakit pasien.
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan

IV Pukul 11.30 wib S: Badan terasa lemas,


-Membantu pasien buang bila melakukan
air kecil (volume urine akivitas mudah lelah
sedikit warna kuning O: Pasien masih
pekat) kelihatan lemas dan
tiduran
Pukul 11.45 wib A: Masalah belum
-Menganjurkan pasien teratasi
untuk istirahat yang P: Intervensi
adekuat dilanjutkan

Pukul 13.30 wib


-Memantau tanda vital
TD 110/70 mmHg, RR 24
x / menit, HR 112 x /
menit, suhu 36,70c
V Pukul 08.00 wib Pukul 14.30 wib
-Memantau tanda-tanda S: Pasien mengatakan
infeksi lokal maupun tidak ada demam, batuk
sistemik ataupun flu.
Pukul 13.45 wib O: Demam tidak ada,
-Memberikan penjelasan suhu 36,7 oc, tidak
pada pasien dan keluarga dijumpai tanda-tanda
pasien untuk melakukan pruritus, leukosit
teknik cuci tangan yang 12400/ mm3.
baik untuk pencegahan A: Masalah sebagian
penyebaran infeksi teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Tabel 3.7. Catatan Perkembangan Hari Ke-2

Nama Klien : Anak I.P Diagnosa Medis : GNA

Umur : 4 tahun Ruangan : DX

Tgl No. DX.


Catatan perawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
13 I Pukul 09.00 wib Pukul 12.00 wib
April -Mencatat intake 750 cc/ 24 S: Pasien mengatakan
2014 jam, output 750 cc/ 24 jam bengkak pada kelopak
Odema pada kelopak mata mata dan perut berkurang
berkurang, ascites O: Odema pada kelopak
berkurang mata berkurang, ascites
-Menimbang berat badan minimal
pasien 15,3 kg A:Masalah teratasi
-Memantau tanda vital sebagian
Keadaan umum lemah, P: Intervensi dilanjutkan
kesadaran compos mentis.
TD 110/70 mmHg, RR 26
x / menit, HR 112 x /
menit, suhu 370c.
Pukul 11.00 wib
-Memberikan injeksi Lasix
20mg / 12 jam / IV
-Mencatat karakteristik
urine
(Volume urine sedikit-
sedikit dan berwarna
kuning pekat)
II Pukul 08.30 wib Pukul 13.30 wib
-Mengkaji selera makan S: Pasien mengatakan
pasien muntah
(pasien mengatakan belum Belum ada selera
ada selera makan, mual, makan
muntah) O: Pasien kelihatan
-Mengkaji status nutrisi seperti mau muntah
pasien saat memakan
(Pasien anemis, badan makanannya.
lemas) Porsi yang disediakan
Pukul 09.30 wib tidak habis. Pasien
-Memberikan mikrolax sup menghabiskan hanya
(pasien sudah 3 hari tidak 6 sendok
BAB) makanannya.
-Membantu pasien buang air A: Masalah belum
besar, volume sedikit. teratasi
Pukul 11.00 wib P: Intervensi dilanjutkan
-Memberikan injeksi Kliran
3 mg / 12 jam / IV
Pukul 12.15 wib
-Memberikan pasien makan
porsi kecil tapi sering
Pasien kelihatan mau
muntah waktu memakan
makanannya
-Makanan yang disajikan
masih bersisa, pasien
memakan makanannya 6
sendok.
Pukul 13.30 wib
-Memberikan obat captopril
tab 2 x 2,65 mg dan
spironolakton tablet 2x25
mg

Pukul 10.00 wib Pukul 10.30 wib


III -Memberikan penyuluhan S:
pada keluarga pasien O: Keluarga pasien
tentang penyakit dan cara memberikan respon
penanganannya tentang penjelasan
yang telah diberikan
dengan melontarkan
pertanyaan
Keluarga bias
menjawab pertanyaan
yang diajukan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
IV Pukul 09.30 Pukul 14.00 wib
-Membantu pasien untuk S: Pasien mengatakan
melakukan aktivitas ringan badan masih terasa
di tempat tidur seperti lemas, bila melakukan
duduk turun dari tempat aktivitas mudah lelah.
tidur. O: Pasien nampak
Pukul 11.00 wib kelelahan bila
-Menganjurkan pasien untuk beraktivitas
istirahat adekuat Pasien masih tiduran
Pukul 13.30 wib A: Masalah belum
-Memantau tanda vital teratasi
TD 120/70 mmHg, RR 24 P: Intervensi dilanjutkan
x / menit, HR 112 x /
menit, suhu 36,8 0c.
V Pukul 08.00 wib Pukul 14.30 wib
-Memantau tanda-tanda S: Pasien dan leuarga
infeksi sekunder mengatakan bahwa
-Memantau suhu tubuh mereka sudah
o
pasien 36’7 c melakukan cuci
-Menerangkan pada pasien tangan yang benar dan
tentang teknik cuci tangan menghindarkan pasien
yang benar. dari asap rokok.
Pukul 14.00 wib O: Tanda-tanda infeksi
-Memberikan penjelasan tidak ada seperti
pada pasien/keluarga agar demam, batuk dan flu
pasien dihindarkan dari A: Masalah teratasi
asap rokok P: Intervensi dihentikan

Tabel 3.8. Catatan Perkembangan Hari Ke-3


Nama Pasien: Anak I.P Diagnosa Medis : GNA

Umur : 4 tahun Ruangan : Dx

Tgl No. DX
Catatan perawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
14 I Pukul 09.00 wib Pukul 12.00 wib
April -Mencatat intake cairan S: Pasien mengatakan
2014 700 cc/ 24 jam output bengkak pada
cairan 700 cc/ 24 jam kelopak mata tidak
-Menimbang berat badan ada lagi, bengkak
pasien 15 kg pada perut
berkurang.
Pukul 10.30 wib O: Odema pada
-Memonitor kelebihan kelopak mata
cairan (odema pada hilang, ascites
kelopak mata -, ascites minimal
berkurang) A: Masalah teratasi
-Mengukur tanda vital sebagian
TD 110/70 mmHg, RR 20 P: Intervensi
x / menit, HR 112 x/ dilanjutkan
menit, suhu 36,7oc.
Pukul 11.00 wib
-Memberikan injeksi Lasix
20 mg/ 12 jam/ IV
II Pukul 08.30 wib
-Mengkaji selera makan
pasien
(pasien mengatakan belum
ada selera makan, mual
masih ada)
-Mengkaji faktor yang
menyebabkan mual
-Memberikan makanan
kesukaan dalam batas diet

Pukul 11.00 wib


-Memberikan injeksi
Kliran 3 mg/ 12 jam/ IV

Pukul 12.15 wib


-Memberikan pasien
makan porsi kecil tapi
sering
-Memberikan pujian dan
semangat pada pasien
agar dapat menghabiskan
makanannya
-Pasien tidak dapat
menghabiskan
makanannya
-Menganjurkan pada
keluarga pasien untuk
membawa makanan dari
rumah dalam batas diet
yang dianjurkan

IV Pukul 09.30 wib Pukul 12.00 wib


- Menganjurkan S: Pasien mengatakan
aktivitas ringan di tempat badan masih terasa
tidur lemas
O: Pasien terlihat
Pukul 10.30 wib masih kelelahan
-Menganjurkan pada saat beraktivitas
pasien melakukan A: Masalah belum
aktivitas mandiri dalam teratasi
perawatan diri yang dapat P: Intervensi
ditoleransi seperti dilanjutkan
mengganti baju, menyisir
rambut, makan sendiri.

Tabel 3.9. Catatan perkembangan Hari Ke-4


Nama Pasien : Anak I.P Diagnosa Medis : GNA

Umur : 4 Tahun Ruangan : Dx

Tgl No. DX
Catatan perkembangan Evaluasi Paraf
Keperawatan
15 I Pukul 09.00 wib Pukul 13.00 wib
April -Mencatat cairan masuk 700 cc S: pasien mengatakan
2014 (air minum)/ 24 jam, cairan bengkak pada kelopak
keluar 700 cc/ 24 jam mata dan perut tidak ada
-Menimbang berat badan pasien lagi.
15 kg Buang air kecil masih
sedikit-sedikit
Pukul 09.30 wib O: Odema dan ascites tidak
-Mengukur tanda vital ada
TD 100/70 mmHg, RR 20 x/ Buang air kecil sedikit-
menit, HR 116 x/ menit, suhu sedikit dan berwarna
36,8oc. kuning pekat
BB 15kg
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
II Pukul 10.00 wib Pukul 14.00 wib
-Mengkaji selera makan pasien S: Pasien mengatakan sudah
(pasien mengatakan sudah mulai mulai selera makan
selera makan). Mual berkurang, muntah
tidak ada
Pukul 11.00 wib O: Makanan sudah mulai
-Memberikan injeksi Kliran 3 banyak dihabiskan
mg / 12 jam/IV Pasien dapat
Pukul 12.00 wib menghabiskan
-Memberikan pasien makan diet makanannya sampai
MB rendah garam, makanan setengah porsi
yang disajikan masih bersisa. Pasien tidak ada
-Menganjurkan pada keluarga menunjukkan tanda-tanda
agar memberikan makanan
tambahan dari rumah namun mau muntah
masih dalam batas diet. O: Masalah teratasi sebagian
Pukul 13.30 wib P: Intervensi dilanjutkan
-Memberikan obat Captopril tab
2x6,25 mg, Spironolakton tab
2x25 mg.
IV Pukul 10.30 wib Pukul 12.00 wib
-Membantu pasien dalam S: Pasien mengatakan badan
beraktivitas masih terasa lemas
-Menganjurkan pada pasien untuk Bila melakukan aktivitas
membuat jarak aktivitas dan mudah capek
waktu istirahat O: Pasien kelihatan mudah
-Menganjurkan pasien untuk capek saat melakukan
bedrest aktivitas
A: Masalah belum teratasi
Pukul 11.30 wib P: Intervensi dilanjutkan
-Mengukur tanda vital
TD 100/70 mmHg, RR 24x/
menit, HR 116x/menit, suhu
36,8oc.

Tabel 3.10. Catatan perkembangan Hari Ke-5

Nama : Anak I.P Diagnosa Medis : GNA


Umur : 4 tahun Ruangan : Dx

Tgl DX.
Catatan perkembangan Evaluasi Paraf
Keperawatan
16 I Pukul 09.00 wib Pukul 12.00 wib
April -Mengukur dan mencatat intake S: Pasien mengatakan bengkak
2014 cairan 900cc, output cairan tidak ada lagi
1050cc. O: Odema dan ascites hilang
-Menimbang berat badan pasien Keseimbangan cairan
(berat badan 15 kg) negatif
-Mencatat karakteristik urine Tanda dan gejala kelebihan
(urine masih berwarna kuning cairan tidak ada
pekat) A: Masalah teratasi
Pukul 11.00 wib P: Intervensi dihentikan
-Memberikan injeksi lasix 30
mg /12 jam / IV
-Memantau tanda dan gejala
kelebihan cairan
II Pukul 09.30 wib Pukul 14.00 wib
-Mengkaji selera makan pasien S: Pasien mengatakan sudah
(pasien mengatakan bisa mulai selera makan
menghabiskan makanannya Mual dan muntah tidak ada
sebagian) O: Pasien dapat menghabiskan
-Menganjurkan keluarga setengah bagian dari
menyadiakan makanan kesukaan makanan yang disajikan
pasien dalam batas diet tanpa menunjukkan
Pukul 11.00 wib karakter mau muntah
-Memberikan injeksi Kliran 3 mg/ A: Masalah teratasi
12 jam/ IV P: Intervensi dihentikan
Pukul 12.00 wib
-Memberikan pasien makan MB
rendah garam, makanan yang
disajikan habis setengah bagian.
IV Pukul 10.00 wib Pukul 13.00 wib
-Membantu pasien dalam S: Pasien mengatakan masih
beraktivitas kelelahan waktu
-Menganjurkan pasien untuk beraktivitas
melakukan aktivitas ringan O: Pasien masih kelihatan
seperti berjalan keluar ruangan mudah capek saat
perawatan melakukan aktivitasnya
Pukul 10.45 wib A: Masalah belum teratasi
-Mengukur tanda vital P: Intervensi dilanjutkan
TD 110/70mmHg, RR 24 x /
menit, HR 116 x/ menit, suhu
36,6oc
-Menganjurkan pasien untuk
istirahat

BAB 4

PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada anak I.P di ruangan

Dx RS HKBP Balige, penulis menemukan kesamaan teori dengan pengamatan

langsung.

Pada bab ini akan dibahas adanya kesenjangan antara teoritis dan kasus,

faktor pendukung dan penghambat terlaksananya asuhan keperawatan pada anak

I.P yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (intervensi),

implementasi dan evaluasi.

4.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan. Dalam

pengkajian pada pasien anak I.P penulis menggunakan metode observasi,

wawancara dan pemeriksaan fisik. Ketika melakukan pengkajian pada pasien

anak I.P penulis sama sekali tidak menemukan hambatan yang signifikan

yang mempengaruhi berjalannya proses keperawatan.

Pengkajian yang dilakukan pada pasien anak I.P tidak ditemukan

adanya kesenjangan dengan teoritis.

4.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon

individu keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan

potensial.

Adapun diagnosa yang dapat ditemukan dari kasus yang terjadi pada

pasien anak I.P dan ditemukan di teoritis adalah:


1. Resiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan retensi cairan

dan disfungsi ginjal ditandai dengan odema pada kedua kelopak mata,

odema pada kaki, ascites dan oliguri.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia ditandai dengan makanan yang disediakan tidak habis.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan

penyakit yang tidak diketahui.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan disfungsi ginjal

ditandai dengan proteinuri (++), hematuri (+++), oliguri.

5. Potensial terjadi infeksi lokal maupun sistemik berhubungan dengan

penekanan sistem immun ditandai dengan peningkatan pada leukosit

12.400/mm3, LED 18 mm/jam, anemia 9,8 g/dL, proteinuri (++), hematuri

(+++).

Maka semua diagnosa keperawatan yang terdapat dalam kasus terdapat di

teoritis.

4.3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan rencana tindakan asuhan

keperawatan yang dilakukan perawat atas pasien. Tindakan ini termasuk

intervensi yang diprakarsai oleh perawat, dokter dan intervensi kolaboratif

(Mc.Closky & Bulechek 1994).

Dalam melakukan intervensi keperawatan penulis dapat bekerjasama

dengan pasien, keluarga pasien, dokter, perawat ruangan dan tenaga


kesehatan lainnya, sehingga kesehatan pasien mendapat perbaikan dari

sebelumnya.

4.4. Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan pada pasien anak I.P hanya

sebagian masalah keperawatan yang dapat teratasi.

4.5. Evaluasi Keperawatan

Merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Dari rencana tindakan (intervensi) dan pelaksanaannya (implementasi)

pada kasus, ada empat masalah diagnosa keperawatan yang dapat teratasi,

yaitu :

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine

dan retensi cairan ditandai dengan odema pada kedua kelopak mata,

odema pada kaki, ascites dan oliguri.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, anoreksia ditandai dengan makanan yang disajikan tidak

habis.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan

dengan penyakit yang tidak diketahui.

4. Resiko terjadi infeksi lokal maupun sistemik berhubungan dengan

penekanan sistem immun ditandai dengan peningkatan pada leukosit

12400 /mm3 , peningkatan pada LED 18 mm/ jam, anemia 9,8 gr/dL,

proteinuri (++), hematuri (+++).

Sedangkan satu dari lima masalah diagnosa keperawatan hanya

sebagian yang dapat teratasi. Adapun diagnosa keperawatan tersebut adalah :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan disfungsi ginjal

ditandai dengan proteinuri (++), hematuri (+++), oliguri.

Masalah sebagian teratasi karena dari hari pertama dirawat di rumah sakit

sampai dengan hari kelima pasien anak I.P belum dapat toleransi dengan

aktivitas yang dianjurkan, pasien tampak lemas dan tiduran.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan tinjauan kasus pada pasien anak I.P dengan

glomerulonefritis akut (GNA) maka penulis dapat membuat kesimpulan

sebagai berikut:

1. Glomerulonefritis merupakan penyebab utama gagal ginjal yang ditandai

dengan peradangan pada kapiler glomerulus.

2. Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalah

rasa lelah, anoreksia, mual dan muntah, kadang demam, sakit kepala,

malaise. Gambaran yang paling sering ditemui adalah hematuri, oliguri,

edema, hipertensi.

3. Diet protein dibatasi bila terjadi insufisiensi ginjal, natrium dibatasi jika

terjadi hipertensi, edema dan gagal jantung kongestif. Antidiuretik dan anti

hipertensi boleh diberikan.

4. Penatalaksanaan glomerulonefritis akut adalah untuk melindungi fungsi

ginjal dan dapat menangani komplikasi dengan tepat.

5. Penderita GNA terbanyak antara usia 2,5 – 15 tahun dan paling banyak

diderita oleh laki-laki.

5.2. Saran

1. Bagi klien dan keluarga

a. Dapat mengenal gejala GNA sedini mungkin.

b. Mengetahui tindakan pencegahan terhadap penyakit GNA.

c. Segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.

2. Bagi perawat
Terus belajar tentang konsep penyakit dan asuhan keperawatan

glomerulonefritis akut sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan

secara professional kepada klien.

3. Bagi mahasiswa

Belajar terus menerus dengan banyak membaca, latihan menulis karya

tulis sederhana sesuai dengan teori yang diberikan pengajar.

4. Bagi institusi

Meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan informasi tentang

glomerulonefritis akut (GNA)


Daftar Pustaka

Abdul Madjid, T 2002 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Sistem Perkemihan, Gramedia, Jakarta

Ngastiyah, 2005 Perawatan anak sakit edisi 2, EGC, Jakarta

M. Rossa Saccharin,1996 Prinsip Keperawatan Pediatrik edisi2, EGC, Jakarta

Suriadi dan Rita Yuliani 2001 Asuhan Keperawatan pada Anak PT. Fajar

Interpratama Jakarta

tacky.comcom.blogspot.com/2012/04/makalah glomerulus-akut.html

http://pustaka.unpad.ac.id./wp.content/uploads/2013/12.Konsensus GNA pasca

streptokokus diakses tanggal 12 April 2014

yumizone.wordpress.com 28 Juli 2009 diakses 16 April 2014

nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/04/askep glomerulonefritis.html diakses 22

Mei 2014

sahrilramadhan.blogspot.com 2011/09/askep-glomerulonefritis.html diakses 22

Mei 2014

medical record RS HKBP Balige

blogspot.com diakses 12 April 2014

www.nefrologi anak.blogspot.com diakses 3 Mei 2014

www.dechacare.com/2013/09 diakses 14 Juni 2014

health.detik.com/Ags/2010 diakses 14 Juni 2014

nidarum.wordpress.com diakses 16 Juni 2014

http://belajaraskep.blogspot.com/2012/05 diakses 16 Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai