Dasar Dasar
Dasar Dasar
BAHAN KULIAH
DINAMIKA STRUKTUR
1. PENGGOLONGAN PEMBEBANAN
a. BEBAN STATIK :
- Tidak tergantung waktu
- Tetap intensitasnya, tempat bekerjanya, arah garis kerjanya.
Sehingga pengaruhnya juga tetap (tidak berubah-ubah).
- Penyelesaian bersifat tunggal (single solution).
P (t)
0 t
b. BEBAN DINAMIK :
- Mempunyai perubahan (variasi) yang cepat terhadap waktu (rapid time
variation) dan pada rentang waktu tertentu saja. Karena merupakan fungsi
waktu maka ditulis dalam bentuk (notasi) P (t), f (t), u (t), dst
- Tidak tetap intensitasnya, tempat bekerjanya, arah garis kerjanya.
- Menyebabkan timbulnya gaya inertia pada pusat massa dengan arah
berlawanan terhadap arah gerakan (menurut hukum d ‘Alembert’s).
fI m u
- Lebih kompleks dibandingkan dengan beban statik, baik dari segi bentuk
fungsi beban maupun akibat yang ditimbulkannya.
- Karena intensitasnya berubah-ubah maka pengaruhnya juga berubah-ubah
(tidak tetap) menurut waktu (time dependent).
Akibatnya : struktur akan bergetar (ada gerakan)
- Penyelesaian bersifat berulang-ulang (multiple solutions).
Akibatnya : penyelesaian lebih banyak, lebih lama dan lebih mahal.
- Beban angin :
- Beban gempa :
Jika sebagian dari parameter beban atau riwayat waktu (time history) yang
lengkap dari beban dapat didefinisikan secara statistik.
Contoh : getaran akibat angin, gerakan tanah akibat gempa.
(Clough, Penzien)
Untuk dapat melakukan analisis dinamik struktur terhadap beban dinamik maka
perlu dibuat suatu model matematis yang mencerminkan sifat-sifat mekanisnya.
Massa, kekakuan dan redaman merupakan dinamik karakteristik struktur. Pada
problem statik tidak semuanya dipakai, hanya kekakuan saja yang dipakai. Perlu
ada asumsi-asumsi agar karakteristik dinamik dapat dirumuskan dengan
sederhana.
a. Massa (mass) :
W
m= → W = berat
g
g = percepatan gravitasi
m = massa
= ρ (kg/m3) * g (m/dtk2)
= ρ * g (kg*m/dtk2) (1/m3)
=ρ*g N/m3
1
1 kgm = * kgf
g
Dalam kenyataan sehari-hari satuan massa (kg) telah dipergunakan secara luas
sebagai ukuran berat. Jika dinyatakan dalam kg, kata “berat” secara teknis
berarti “massa”. (Meriam – Kraige, Engineering Mechanics, Statics, Volume
1,2nd Edition)
Pemodelan massa :
i. Massa Tersebar (Distributed, Continuous) :
m3
3
m2
2
m1
b. Kekakuan (stiffness) :
Dalam analisis struktur statik maupun dinamik komponen struktur
dimodelkan sebagai pegas dengan kekakuan tertentu.
Prinsip Dasar Pegas :
Hubungan yang menyatakan bagaimana sebuah pegas ideal (yang
diasumsikan tidak mempunyai massa) elastis linier memanjang / memendek
karena suatu gaya secara matematik adalah sebagai berikut :
F = k * u → Hukum Hooke
k
1
0 u
Lo
Ll = Lo + u
Batang
penggantung
F*L
L u=
E*A
E*A
F= *u
L
dengan F = k * u , maka kekakuan ekuivalen penggantung adalah :
E*A
keq =
L
(penggantung dapat dianggap sebagai pegas dengan kekakuan ekuivalen k eq)
Kekakuan kombinasi :
Hubungan paralel : terjadi apabila pegas-pegas secara bersama-sama bertemu
suatu massa.
semua pegas akan berdeformasi sama besarnya.
u
k1
Kekakuan ekuivalen untuk n
Rigid pegas paralel :
k2
keq = k1 + k2 + … + kn
• F
•
•
kn
Hubungan seri : terjadi apabila pegas sebelum bertemu massa akan bertemu
dengan pegas lainnya dahulu
semua pegas umumnya akan berdeformasi tidak sama
besarnya
u
k1 k2 kn
••• F
u Diafragma
L 12 * E * I
keq = 3
L
u Diafragma u Diafragma
F F
L L
3* E * I
keq = 3
L
Apabila kedua ujung kolom berupa sambungan sendi (bebas berotasi relatif
terhadap diafragma) maka kekakuan yang diberikan oleh kolom pada arah
lateral adalah nol.
u P
fs
Lb
δ
E*A
P= *δ
Lb
dimana : E = modulus elastisitas pengekang
A = luas penampang pengekang
Lb = panjang pengekang mula-mula
δ = u * cos α
fs = P * cos α
E*A
= * δ * cos α
Lb
E*A
= * u * cos α * cos α
Lb
E*A
= * cos2 α * u
Lb
fs = kb * u
fs
kb = → kekakuan batang pengekang / pengaku (bracing)
u
E*A
= * cos2 α
Lb
(Anderson, Naeim)
Balok kantilever :
P
EI
A
B
P * L3
Lendutan pada ujung balok B : δB =
3* E * I
P
Kekakuan balok kantilever : k =
δ
P
=
P * L3
3* E * I
3* E * I
=
L3
P
A EI B
C
L/2 L/2
P * L3
Lendutan ditengah-tengah balok C : δC =
48 * E * I
P
Kekakuan balok dengan tumpuan sederhana : k =
δ
P
=
P * L3
48 * E * I
48 * E * I
=
L3
Balok dengan tumpuan jepit-jepit :
P
EI
A B
C
L/2 L/2
P * L3
Lendutan ditengah-tengah balok C : δC =
192 * E * I
P
Kekakuan balok dengan tumpuan jepit-jepit : k =
δ
P
=
P * L3
192 * E * I
192 * E * I
=
L3
c. Redaman (Damping) :
Redaman adalah pengurangan getaran sesuai dengan waktu.
Gaya redam C = c * u
c = koefisien redaman yang dinyatakan dalam rasio redaman
(damping ratio)
Harga pasti redaman tidak mungkin dapat ditentukan tetapi dapat diidealisasi
dengan equivalent viscous damping. Redaman viscos umumnya dipakai pada
problem dinamik yang frequency dependent, artinya persoalan respons suatu
struktur yang dipengaruhi oleh frekuensi beban.
Tabel Nilai-nilai Rasio Redaman untuk Berbagai Jenis dan Kondisi (Widodo,
2001)
Rasio
No Level Tegangan Jenis dan Kondisi
Redaman
(Stress Level) Struktur
ζ
1 Tegangan elastis atau
- Struktur baja las, beton
tegangan kurang ½ prategang, beton biasa
tegangan leleh retak rambut 2–3%
- Beton biasa retak minor 3–5%
- Struktur baja sambungan
baut, keling dan struktur
kayu dengan sambungan
baut, paku 5–7%
2 Tegangan sedikit - Struktur baja las, beton
dibawah tegangan leleh prategang tanpa
atau pada saat leleh kehilangan prategang 5–7%
secara total
- Beton prategang dengan 7 – 10 %
tegangan lanjut, beton
biasa
- Struktur baja dengan
sambungan baut, keling 10 – 15 %
atau struktur kayu dengan
sambungan baut 15 – 20 %
- Struktur kayu dengan
sambungan paku
Sumber : Newmark N.M., Hall W.J. (1982)
3. MACAM GETARAN
Getaran (Vibrasi)
c. Deformasi struktur tidak dipengaruhi oleh gaya aksial yang terjadi pada
kolom.
Pada pemodelan yang lain yaitu model bangunan penahan momen (moment
resisting building) kekakuan balok tidak tak terhingga, sehingga terjadi rotasi
pada joint. Jumlah massa (dan DOF) tak terhingga banyaknya.
DAFTAR PUSTAKA :