Anda di halaman 1dari 228

DINAMIKA

TEKNIK

Pertemuan 1
1. Kontrak belajar
2. Pendahuluan

TEKNIK MESIN
STT SINAR HUSNI
Pertemuan 2
1. Dinamika Teknik
2. Dimensi & Satuan
3. Persamaan Gaya, Massa &
percepatan
2

TEKNIK MESIN
STT SINAR HUSNI
SOAL PRE TEST
 Apa yang dimaksud dengan dinamika teknik? Sebutkan
aplikasi nya dalam teknik mesin.
 Tuliskan dimensi & satuan dari massa (mass. m), bobot
(weight. w), gaya (force. f), Energi (energy. E), Daya
(power. P).

Keterangan:
1 . Tulis nama, no. mhs dan jawaban pada selembar kertas.
2. Waktu 10 menit

3
APA YANG ANDA LIHAT…?

4
DINAMIKA TEKNIK
 Konsep

 Aplikasi

5
DIMENSI & SATUAN

6
1. Massa (mass), (m) = kg
2. Bobot (Weight), (W)
m . g = kg . m/det2
= N (newton)
pengaruh gravitasi (g)
3. Gaya (force), (F)
m . a = kg . m/det2
= N (newton)
pengaruh akselerasi / percepatan (a)
7
4. Energi (energy), (E)
f.l =N.m
= Joule
Gaya x Jarak
5. Daya (power), (F)

Energi Joule
= = watt
time det ik

8
GAYA, MASSA & PERCEPATAN
 Konsep : gaya
gaya diperlukan untuk mengubah keadaan gerak
suatu benda
keadaan gerak : diam (tidak bergerak), bergerak
dengan kecepatan konstan, bergerak dengan percepatan
konstan

9
PERUBAHAN KEADAAN (STATE)
 diam menjadi bergerak
 bergerak menjadi diam

 bergerak dengan kecepatan konstan tertentu menjadi


bergerak dengan kecepatan yang berbeda
 hanya gaya yang menyebabkan perubahan kecepatan
(perubahan kecepatan : besarnya, arahnya, atau dua-
duanya)

10
kategori gaya

1. gaya sentuh (kontak):


- mendorong,
- menarik,
- menendang,
- memukul,
- menahan,
- gaya Normal,
- gesekan, dsb

2. gaya non-kontak
(field):
- gaya gravitasi,
- gaya listrik (gaya
coulomb),
- gaya magnet, dsb

11
BEBERAPA GAYA BEKERJA PADA
SEBUAH BENDA

F1 sampai dengan F4 disebut gaya luar


12
PENJUMLAHAN VEKTOR GAYA

resultan R   F  F1  F2  F3  F4

13
DUA KEMUNGKINAN HASIL

 F = 0
 benda tetap pada keadaan geraknya
 F ≠ 0
 benda berubah keadaan geraknya

14
SETIMBANG TRANSLASI
 jika jumlah semua gaya luar = 0, maka benda berada
dalam kesetimbangan translasi

F x 0
F y 0

F2 cos  2  F1 cos 1  0
F1 sin 1  F2 sin  2  0
15
MASSA
 massa adalah sifat yang dimiliki oleh benda, menentukan
seberapa sulitnya/sukarnya untuk mengubah
kecepatannya

a1
F m1

m1 a2

a2 m 2 a1
F m2

16
 dengan gaya yang sama, jika massa benda lebih besar,
percepatan semakin kecil
 percepatan berbanding terbalik dengan massa

17
MASSA DAN BOBOT (BERAT)
 massa tidak dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar objek
 massa adalah besaran skalar

 berat merupakan gaya tarik gravitasi yang besarnya


bergantung pada lokasi/lingkungan
 berat adalah besaran vektor

18
PERCEPATAN DAN GAYA

a
F m

2a
2F m

3a
3F m
19
PERCEPATAN DAN GAYA ...
 untuk massa yang sama, semakin besar gaya yang
diberikan, percepatan benda semakin besar
 percepatan berbanding lurus dengan gaya

20
CONTOH SOAL:

 Percepatan gravitasi di bulan adalah seperenam kali


percepatan gravitasi di bumi. Percepatan gravitasi di
bumi 10 N/kg, seorang altet angkat besi mampu
mengangkat beban yang massanya 180 kg. Berapa massa
beban yang mampu diangkat jika dilakukan di bulan ?

21
LATIHAN SOAL
 Contoh Soal:
 Percepatan gravitasi di bulan adalah seperenam kali percepatan gravitasi di bumi. Percepatan gravitasi di
bumi 10 N/kg, seorang altet angkat besi mampu mengangkat beban yang massanya 180 kg. Berapa massa
beban yang mampu diangkat jika dilakukan di bulan ?

Penyelesaian:
Diketahui    :  g  = 10 N/kg
                      g’ = 1/6 x 10 N/kg 
                      m = 180 kg
Ditanyakan :   m’  = …… ?
Jawab         :   Berat beban di bumi
                        w = m . g
                        w = 180 kg . 10 N/kg
                        w = 1800 N
 Berat beban yang mampu diangkat di bulan sama dengan di bumi yaitu 1800 N
 w’ = w
m’.g’ = 1800 N
m’.10/6 N/kg’ = 1800 N
m’ = 1800 N x 6/10 kg/N
m’ = 1080 kg
 Jadi beban yang mampu diangkat di bulan adalah 1080 kg.
22
 Latihan Soal (pre test & post test)
 Apakah yang dimaksud dengan dinamika teknik?
Sebutkan aplikasi nya dalam teknik mesin.
 Tuliskan dimensi & satuan dari massa (mass. m),
bobot (weight. w), gaya (force. f), Energi (energy. E),
Daya (power. P).
 Rangkumlah tentang materi persamaan yang telah di
uraikan?
 Tugas Paper

Buatlah paper tentang Kaidah Hukum Newton & d’


Alembert (di kumpul hari rabu, via email: 23
sutrisna.sttnas@gmail.com )
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 3

1. Hukum newton

24

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
Newton’s Laws of Motion
 First Law - A body remains in its state of motion unless acted
upon by an outside force
Partikel akan tetap diam atau terus bergerak lurus beraturan dengan
kecapatan tetap bila bila resultan gaya yang bekerja pada partikel
adalah nol ( ΣF = 0 )

 Second Law - A body acted upon by an external force will


change its momentum in the direction of the force such that the greater
the force the greater the change in momentum (F= ma).
Percepatan partikel berbanding lurus dengan gaya yang bekerja
padanya dan searah dengan gaya tersebut

 Third Law - Forces always occur in pairs, i.e. for every action
there is an equal and opposite reaction
Gaya aksi dan reaksi antara benda-benda yang saling mempengaruhi adalah
sama besar, berlawanan arah dan segaris (Faksi = Freaksi) 25
1ST LAW OF MOTION
(LAW OF INERTIA)

 An object at rest will stay at rest, and an object in


motion will stay in motion at constant velocity,
unless acted upon by an unbalanced force.

26
2ND LAW

27
KESETIMBANGAN GAYA PADA
PARTIKEL
 Ditinjau sebuah benda bermassa m yang dikenai gaya sebesar
F. Dengan menganggap gaya-gaya luar yang lain tidak ada,
maka benda tersebut akan bergerak dengan percepatan yang
tertentu. Dari hukum II Newton akan di dapatkan hukum
kesetimbangan gaya.
F = m.a
 Formula di atas, m.a dapat diterjemahkan sebagai gaya reaksi
dari gaya-gaya yang mempengaruhi. Formula di atas dapat
juga dituliskan sebagai:
F – m.a = 0
 Dengan kata lain jumlah gaya-gaya yang bekerja pada suatu
benda adalah nol.
28
Contoh 1.
 Sebuah benda diluncurkan pada sebuah papan yang dimiringkan dengan sudut 30°. Jika
gesekan diabaikan, tentukan besar percepatan benda tersebut.

Gaya-gaya yang bekerja searah bidang miring:


 Proyeksi gaya berat: w sinα
 Gaya akibat gerakan benda: m.a
Sehingga berlaku hukum kesetimbangan gaya pada arah bidang miring:
w sinα - m.a = 0
m.g sin 30° - m. a = 0
Percepatan benda dapat dicari dengan:
a = g sin 30°
a = 9,8 m/det2 x 0,5
a = 4,9 m/det2
29
 Contoh 2.
 Dua buah beban A dan B masing-masing mempunyai massa 1
kg dan 2 kg dihubungkan melalui sebuah katrol dengan sebuah
tali. Jika massa katrol dan tali serta gesekkan diabaikan, hitung
percepatan dan arah gerakan kedua beban tersebut.

30
 Latihan Soal (pre test & post test)
 Jelas kan tentang Hukum Newton yang anda ketahui? Dan
uraikan aplikasi nya dalam teknik mesin.
 Jelas kan tentang kaidah d’ Alembert yang anda ketahui? Dan
uraikan aplikasi nya dalam teknik mesin.
 Latihan soal.

 Tugas Paper
Buatlah paper tentang Gaya satis & dinamis (di kumpul
hari rabu, via email: sutrisna.sttnas@gmail.com )

31
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 4

Konsep & analisa


Gaya statis & dinamis

32

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
Latihan Soal (pre test & post test)
 Jelas kan tentang Gaya statis & Gaya dinamis ? Dan
uraikan aplikasi nya dalam teknik mesin.
 Latihan soal.

Tugas Paper
 Buatlah paper tentang kinetika partikel (di kumpul hari
rabu, via email: sutrisna.sttnas@gmail.com )

33
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 5

Kinetika Partikel

34

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
 Force & Acceleration
 Work & Energy

 Impuls & Momentum

35
Latihan Soal (pre test & post test)
 Jelas kan tentang Kinetika Partikel? Dan uraikan aplikasi
nya dalam teknik mesin.
Latihan soal.
Tugas Paper
 Buatlah paper tentang kinetika partikel (di kumpul hari
rabu, via email: sutrisna.sttnas@gmail.com )

36
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 6

Kerja & energi

37

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
PENGERTIAN ENERGI

38
SIFAT – SIFAT ENERGI

39
40
41
MACAM & JENIS ENERGI

42
43
HUKUM KEKEKALAN ENERGI

44
45
DAYA

46
47
Latihan Soal (pre test & post test)
 Jelas kan tentang Kerja & energi? Dan uraikan aplikasi
nya dalam teknik mesin.
Latihan soal.
Tugas Paper
 Buatlah paper tentang Impuls & momentum (di kumpul
hari rabu, via email: sutrisna.sttnas@gmail.com )

48
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 7

Impuls & momentum

49

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
PERUBAHAN
IMPULS
MOMENTUM

Berlaku hukum kelestarian


LENTING SEMPURNA
Momentum dan energi kinetik

Berlaku Hukum:
1. Kekekalan Momentum
TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN
(ada energi yang dibebaskan setelah
tumbukan)

TIDAK LENTING Berlaku hukum kelestarian momentum.


SAMASEKALI Setelah tumbukan kedua benda menyatu

SATU DIMENSI DUA DIMENSI 50


51
HUBUNGAN IMPULS DAN MOMENTUM
 Besar gaya yang bekerja pada benda selama terjadi tumbukan dapat
dilukiskan dengan grafik hubungan antara F dengan t, dengan
asumsi bahwa arah gaya adalah tetap.

F(t)

52
t1 t2 t
t
 Sebuah partikel bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v memiliki
momentum linear p yang merupakan perkalian antara kecepatan partikel itu
.
dengan massanya
v
m p = mv.
Menurut hukum Newton II resultan gaya yang bekerja pada sebuah
benda berbanding lurus dengan percepatan

F = ma.

d (mv) dp
F 
dt dt

dp=Fdt
53

Jia masing-masing diintegralkan maka diperoleh:


p2 t2

p1  p 2   dp   F .dt
p1 t1

Kelestarian Momentum Linear

Jika gaya eksternal resultan yang bekerja pada sistem sama dengan nol,
maka vektor momentum total sistem tetap konstan

dp
 0
dt
Untuk sistem partikel
p1  p 2  ........  p n  p

54
BEBERAPA PENGGUNAN PRINSIP MOMENTUM

 Dua buah balok A dan B yang bermassa mA dan mB,


yang dihubungkan oleh sebuah pegas dan terletak di atas
meja horisontal tanpa gesekan. Pegas kita regangkan
dengan menarik kedua balok kesamping seperti pada
gambar

A
B
x 55
O
Balok yang satu bermomentum positif ( A bergerak dalam arah +x) dan balok yang lain
bemomentum negative (B bergerak dalam arah –x) dari hokum kekekalan momentum
kita peroleh:

Momentum awal = momentum akhir

0  mB v B  m A v A
mB v B  m A v A
Atau mB
vA   vB
mA

56
TUMBUKAN

sebelum selama setelah

JENIS-JENIS TUMBUKAN

1. Tumbukan Lenting sempurna

Suatu tumbukan dikatakan lenting sempurna bila jumlahan tenaga


kinetik benda-benda yang bertumbukan baik sebelum dan sesudah
57
sumbukan sama.(Hukum kelestarian energi kinetic)
m2 m1 m2
m1
v1 v2

v’1
v’2

sebelum sesudah

Gambar 6.4. Tumbukan dua benda

momentun awal total : paw = m1v1 + m2v2

Ekaw = m1v12 + m2v22.


tenaga kinetik awal total :

momentum total kedua benda itu setelah tumbukan adalah

pak = m1v’1 + m2v’2

tenaga kinetik total setelah tumbukan adalah 58


Ekak = m1v’1 + m2v2’ .
2 2
paw = pak m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2 m1(v1 − v’1) = m2(v’2 − v2),

Ekaw = Ekak m1v12 + m2v22 = m1v’12 + m2v2’ 2 Atau

m1v12 − m1v’12 = m2v2’ 2 − m2v22 Atau

m1 (v1 − v’1)( v1 + v’1) = m2(v’2 − v2) (v’2 + v2)

Dari dua persamaan dalam kotak merah diperoleh

v'2 v'1
v1 + v’1 = v’2 + v2 atau  1
v2  v1

v'2 v'1
Secara umum perbandingan  e
v2  v1
59
2. Tumbukan Lenting sebagian

Setelah tumbukan ada sebagian energi mekanik yang berubah menjadi energi panas,
bunyi atau energi yang lain. Sehingga setelah tumbukan ada energi yang dibebaskan.
Hukum kelestarian energi mekanik tidak berlaku. Pada tumbukan ini dicirikan harga
elastisitasnya adalah 0<e<1

3. Tumbukan Tidak Lenting sama sekali


Setelah tumbukan kedua benda melekat menjadi satu dan bergerak dengan
kecepatan yang sama setelah tumbukan kedua benda menyatu . Harga e=0

60
BANDUL-BALISTIK

h
V’

v
61
Gambar 6.5 Bandul-Balistik untuk menentukan kecepatan peluru
Jika massa peluru adalah m dan massa bandul adalah M, dengan
kelestarian momentum diperoleh

mv  (m  M )v'
energi sistem akan berubah menjadi energi potensial peluru bersama
bandul hingga sampai pada puncak ayunan peluru-bandul

1
2
2
(m  M )v'  (m  M ) gh Atau v'  2 gh

Jika persamaan dalam kotak kuning digabung diperoleh :

mM
v 2 gh
m 62
TUMBUKAN DALAM DUA DIMENSI

y y

m1

vo
q
x x
m1 m2 j

63

m2
Klesterian momentum untuk masing-masing arah
Arah sumbu x : mm v o  m1v1 cos .  m2 v 2 cos .

Arah sumbu y : 0  m1v1 sin   m2 v 2 sin 

Jika tumbukan bersifat elastis 1 1 1


m1v o2  m1v12  m2 v 22
2 2 2

Tetapi jika tumbukan inelastis 1 1 1


m1vo  m1v1  m2 v22  Ei
2 2

2 2 2

Bola billiard dengan kecepatan 30 m/s menumbuk bola biliard II yang diam dan
bermassa sama. Setelah tumbukan, bola I bergerak menyimpang 30 o dari arah semula.
Carilah kecepatan masing-masing bola dan arah gerak bola II. (tumbukan dianggap
elastis)

64
Sebuah balok bermassa m1 = 2,0 kg bergerak sepanjang permukaan meja yang sangat licin
dengan laju 10 m/dt. Di depan balok pertama itu ada sebuah balok bermassa m2 = 5,0 kg
bergerak dengan laju 3,0 m/dt searah dengan balok pertama. Sebuah pegas dengan tetapan
k = 1120 N/m ditempelkan pada balok kedua sebagaimana diperlihatkan pada gambar
Berapa jauhkah pegas itu termampatkan pada saat terjadi tumbukan?

3,0 m/dt

10 m/dt

m1 m2

Kunci = 0,25 m 65
TENAGA PENDORONG ROKET
 Momentum awal roket P1=mv
 Pada saat t+dt kecepatan roket bertambah v+dv.Misal
 massa yang menyembur per satuan waktu. Massa
roket tinggal m- dt, massa bahan bakar yang
dilepaskan dt.
 Jika vr kecepatan roket relatif terhadap bahan bakar
yang menyembur.
 v’=v-vr
 Momentum akhirnya adalah (m- dt)(v+dv)
 Momentum bahan bakar yang tersembu adalah v’ dt 66
Maka berlaku :

-mgdt=((m- dt)(v+dv)+v’ dt)-mv


Jika m sangant besar maka dtdv dapat diabaikan
Maka: mdv=vr dt-mgdt\

dm=- dt, sehingga diperoleh:

dm
dv  vr  gdt
m
Dengan mengintegrasikan diperoleh:

v=-vrlnm-gt+C
Jika modan vo massa dan kec saat t=0 maka
vo=-vrlnmo+C 67

Dan v=vo-gt+vrln(mo/m)
KASUS NEUTRINO
 Jika dua benda terbang terpisah dg kecepatan v1 dan v2 maka
energi kinetiknya juga terpisah :
Q=K1 + K2 =1/2 m12 +1/2 m22
Momentum kedua partikel harus sama dengan nol sehingga:
m1v1 = -m2v2
Jika kedua persamaan dikuadratkan dan di bagi dua maka
diperoleh:

68
1/2M12V12=1/2M22V22
M1K1=M2K2
JIKA PERSAMAAN INI DIKOMBINASIKAN
DENGAN PERSAMAAN DI ATAS DIPEROLEH:

m1
K1  m2
m1  m2 Q K2  m1  m2 Q 69
Latihan Soal (pre test & post test)
 Jelas kan Impuls & momentum? Dan uraikan aplikasi nya
dalam teknik mesin.
Latihan soal.
Tugas Paper
 Buatlah paper tentang Rankuman materi dari perteuan 1 - 7 (di
kumpul hari rabu, via email: sutrisna.sttnas@gmail.com)

70
MOMENTUM
LINEAR
DAN
TUMBUKAN
71
MOMENTUM LINEAR :
p x  mv x

(9-1) p  mv p y  mv y (9-2)

p z  mv z
Laju perubahan momentum
Hukum Newton II :
dp
F (9-3)
dt
Bagaimanakah momentum benda yang terisolasi, yaitu tidak ada
gaya yang bekerja pada benda tersebut ?

(9-4) dp  Fdt
Impuls
tf
(9-5) p  p f  p i   Fdt
ti
72
IMPULS :
tf Impuls suatu gaya F sama dengan
(9-6) I   Fdt  p perubahan momentum benda.
ti

Teorema Impuls-Momentum
F

Gaya rata-rata :

1 t
F   Fdt
f

(9-7)
t t
t
i

ti tf
I  p  Ft (9-8)

Untuk F konstan :

I  p  Ft (9-9)
73
KEKEKALAN MOMENTUM LINIER
UNTUK SISTEM DUA PARTIKEL
p1 = m1v1 Hukum Newton III
dp dp
F12  1 F21  2 F12   F21
dt dt
F12  F21  0
m1
dp1 dp 2 d
F12  0 ( p1  p 2 )  0
dt dt dt
F21
P  p1  p 2  konstan (9-10)

m2 Pix  Pfx Piy  Pfy Piz  Pfz


p2 = m2v2
Momentum partikel di dalam
p1 suatu sistem tertutup selalu tetap
P  p1  p 2
Hukum kekekalan momentum

p2 m1v1i  m2 v 2i  m1v1 f  m2 v 2 f (9-11)

p1i  p 2i  p1 f  p 2 f (9-12) 74
TUMBUKAN
Interaksi antar partikel yang berlangsung
dalam selang waktu yang sangat singkat
Gaya impulsiv

Diasumsikan jauh lebih besar


Kontak langsung dari gaya luar yang ada
F12 F21
m1 m2
Hukum Newton III dp
F (9-3)
F12 F12   F21
dt
p
+
Proses hamburan p1  tt12F12 dt
++ p1   p 2
p 2  tt12F21dt
He4 F21 p1  p 2  0
F  ( p1  p 2 )  0 P  p1  p 2  konstan

F12 Pada setiap tumbukan jumlah momentum sistem


sesaat sebelum tumbukan adalah sama dengan
t
jumlah momentumnya sesaat setelah tumbukan
F21
75
Hukum kekekalan momentum berlaku pada setiap tumbukan
KLASIFIKASI TUMBUKAN
Tumbukan Lenting Sempurna Berlaku hukum kekekalan momentum
dan kekekalan energi

Tumbukan Lenting Sebagian Energi mekanik berkurang


(tak berlaku hukum kekekalan energi mekanik)

Tumbukan Tak Lenting sama sekali Setelah tumbukan kedua partikel menyatu

Untuk tumbukan tak lenting sama sekali dalam satu dimensi

Sebelum tumbukan Setelah tumbukan

v2i v1i vf
m2 m1
m1 + m2

Hukum kekekalan momentum : m1v1i  m2 v2i  ( m1  m2 )v f (9-13)


m1v1i  m2 v2i
vf  (9-14) 76
m1  m2
UNTUK TUMBUKAN LENTING SEMPURNA DALAM SATU DIMENSI
Sebelum tumbukan Setelah tumbukan
v2i v1i
v2f v1f
m2 m1
m2 m1

Hukum kekekalan momentum :


 m  m2   2m2 
v1 f   1 v1i    (9-20)
m1v1i  m2 v2i  m1v1 f  m2 v2 f (9-15) m
 1  m2 m
 1  m2
1 m v2  12 m2 v22i  12 m1v12f  12 m2 v22 f
2 1 1i (9-16)  2m1   m  m1 
v2 f   v1i   2  (9-21)
m1 ( v12i  v12f )  m2 ( v22 f  v22i )  m1  m2   m1  m2 
m1 ( v1i  v1 f )(v1i  v1 f )  m2 ( v2 f  v2i )(v2 f  v2i ) (9-17)
m1 ( v1i  v1 f )  m2 ( v2 f  v2i ) (9-18)
v1i  v1 f  v2 f  v2i
v1i  v2i  ( v1 f  v2 f ) (9-19)
77
TUMBUKAN DALAM DUA DIMENSI
v1f sin 
v1f

Sebelum tumbukan Setelah tumbukan v1f cos 


m1

v1i 
m1 

m2 v2f cos 
m2

-v2f sin  v2f

Komponen ke arah x : m1v1i  m1v1 f cos  m2 v2 f cos (9-24a)


0  m1v1 f sin   m2 v2 f sin  (9-24b)

Jika tumbukan lenting sempurna : 12 m1v12i  12 m1v12f  12 m2 v22 f (9-24a)


78
PUSAT MASSA SISTEM
PARTIKEL

PM x

79
Y

m
2 m1 y1  m2 y2
y2  yc 
m1  m2
m1
yc
y1
X

Bagaimana jika massanya lebih dari dua ?

n n
m1 y1  m2 y2      mn yn  mi yi  mi yi
yc   i 1n  i 1
m1  m2      mn M
 mi
i 1
Bagaimana jika massanya tersebar di dalam ruang ?

80
n
 mi yi
yc  i 1
M
n
 mi xi
xc  i 1 rc  xc ˆi  yc ˆj  zc kˆ
M
n  mi xi ˆi   mi yi ˆj   mi zi kˆ
 mi zi rc 
M
zc  i 1
M
 mi ( xi ˆi  yi ˆj  zi kˆ )
rc 
M
 mi ri ri  xi ˆi  yi ˆj  zi kˆ
rc 
M

Bagaimana untuk benda pejal (sistem partikel kontinyu) ?

81
Z

rc 
 ri mi
M
m  ri mi
 PM rc  lim
i mi 0 M
ri
rc 1
rc   rdm
X M

1
Y xc   xdm
M
1
yc   ydm
M
1
zc   zdm
M

82
GERAK SISTEM PARTIKEL
drc 1 dr
  mi i   i i
mv
Kecepatan : v c 
dt M dt M

Momentum : Mv c   mi vi   p = P

dv c 1 dv 1
Percepatan : ac    mi i   miai
dt M dt M
dP
Mac   mi ai   Fi 
dt
dP P  Mv c  konstan
 Fi  0 0
dt

83
84
v v+v

( M  m) v  M ( v  v )  m( v  v e )

Mv  v e m

Untuk interval waktu yang sangat pendek :

Mdv  ve dm Massa bahan bakar


M+m M yang terbakar
dm  dM
Pengurangan
ve Mdv   v e dM massa roket
pi  ( M  m) v
vf Mf dM
Kecepatan bahan
v - ve
v i
dv   v e M i M
m
bakar relatip terhadap  Mi 
roket v f  v i  v e ln 
M f  85
 
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 10

Impact
(tumbukan)

86

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
Impact = a collision between two bodies which occurs in a
verry small interval of time, and during which the two
bodies exert on each other relatively large force

Tubrukan (tumbukan) diantara 2 benda yang terjadi pada


interval waktu yang sangat kecil dan selama dua benda
saling mendesak satu sama lain dengan gaya yang
relative besar

87
88
PADA BENDA BERGERAK, DIDESKRIPSIKAN
DENGAN BESARAN-BESARAN YANG TELAH
DIPELAJARI ANTARA LAIN

 Posisi
 Jarak

89
 Kecepatan
Ada yang merupakan
 Percepatan
besaran vektor ada yang
 Waktu tempuh
 Energi kinetik
merupakan besaran skalar
 Perpindahan
 Laju
 Gaya total
BESARAN YANG MERUPAKAN UKURAN MUDAH
ATAU SUKARNYA SUATU BENDA MENGUBAH
KEADAAN GERAKNYA (MENGUBAH KECEPATANNYA,
DIPERLAMBAT ATAU DIPERCEPAT)  MOMENTUM

Definisi momentum :

90
Hasil kali massa dan kecepatan

 
p=m v
Momentum  besaran vektor , satuannya kg.m/s
CONTOH SOAL :
 Berapa besar momentum burung 22 g yang terbang
dengan laju 8,1 m/s?
 Gerbong kereta api 12.500 kg berjalan sendiri di atas

91
rel yang tidak mempunyai gesekan dengan laju
konstan 18,0 m/s. Berapa momentumnya?
 Jika suatu peluru memiliki massa 21,0 g ditembakkan
dan memiliki laju 210 m/s, berapa momentumnya?
LAJU PERUBAHAN MOMENTUM SEBUAH
BENDA SAMA DENGAN GAYA TOTAL YANG
DIBERIKAN PADANYA

 p 
F 
t

92
   
 mv  mv m v  v0 
F  0

t t

v 
m  ma Hk. Newton II
t
CONTOH
Mencuci mobil: perubahan momentum dan gaya.

Air keluar dari selang


dengan debit 1,5 kg/s dan
laju 20 m/s, dan diarahkan
pada sisi mobil, yang
menghentikan gerak
majunya, (yaitu, kita
abaikan percikan ke
belakang.) Berapa gaya
yang diberikan air pada
mobil?

93
PENYELESAIAN
Kita ambil arah x positif ke kanan. Pada setiap sekon, air dengan
momentum px = mvx = (1,5 kg)(20 m/s) = 30 kg.m/s berhenti pada
saat mengenai mobil.
Besar gaya (dianggap konstan) yang harus diberikan mobil untuk
merubah momentum air sejumlah ini adalah

p pakhir  pawal 0  30 kg.m/s


F    30 N
t t 1,0 s

Tanda minus menunjukkan bahwa gaya pada air berlawanan


arah dengan kecepatan asal air. Mobil memberikan gaya
sebesar 30 N ke kiri untuk menghentikan air, sehingga dari
hukum Newton ketiga, air memberikan gaya sebesar 30 N pada
mobil.
94
KEKEKALAN MOMENTUM ,
TUMBUKAN
Momentum total dari suatu sistem benda-benda
yang terisolasi adalah konstan

95
Sistem sekumpulan benda yang
berinteraksi satu sama lain

suatu sistem di mana gaya yang


Sistem
ada hanyalah gaya-gaya di antara
terisolasi
benda-benda pada sistem itu
sendiri
JENIS TUMBUKAN (BERDASAR KEKAL-
TIDAKNYA ENERGI KINETIK SELAMA
PROSES TUMBUKAN)

 Lenting
(tenaga kinetik kekal)

96
 Tidak Lenting
(energi kinetik total setelah tumbukan selalu lebih kecil dari
tenaga kinetik total sebelum tumbukan)
97
Tumbukan Lenting :
•Momentum kekal
•Energi kinetik kekal

1 2 1 1 2 1
m1v1  m2v 2  m1v '1  m2v '22
2
2 2 2 2

98
CONTOH
Bola bilyar dengan massa m yang bergerak dengan laju v
bertumbukan dari depan dengan bola kedua yang
massanya sama dan sedang dalam keadaan diam (v2 = 0).
Berapa laju kedua bola setelah tumbukan, dengan
menganggap tumbukan tersebut lenting?

Penyelesaian

Hk Kekekalan Momentum :
mv  0  mv '1 mv '2
 v  v '1 v '2
(1)
 v  v '1  v '2
Hk Kekekalan Energi Kinetik:
1 2 1 2 1 2 2 2 2
mv  0  mv '1  mv '2  v  v '1  v '2
2 2 2
 v 2  v '12  v '22 (2)
99
PERSAMAAN (2) DAPAT
2
DITULIS : v  v '1 
 v  v '1  v ' 2

Gunakan Persamaan (1) : v '2  v  v '1   v '22

Diperoleh : v  v '1  v '2 (3)


v  v '1  v  v '1
Persamaan (1) = Persamaan (3)  2  v '1  0
 v '1  0

Kemudian dari persamaan (1) (atau (3)) diperoleh


v '2  v
Bola 1 diberhentikan oleh tumbukan, sementara bola 2
mendapat kecepatan awal bola 1.
100
TUMBUKAN TIDAK LENTING
• Momentum kekal
• Energi kinetik total setelah tumbukan lebih
kecil dari energi kinetik total sebelum
tumbukan

•Tumbukan tidak lenting sama sekali :


kecepatan kedua benda setelah tumbukan sama
•Tumbukan tidak lenting

101
CONTOH
Sebuah gerbong kereta 10.000 kg yang berjalan
dengan laju 24,0 m/s menabrak gerbong lain
yang sejenis yang sedang dalam keadaan diam.
Jika kedua gerbong tersebut tersambung sebagai

102
akibat dari tumbukan, berapa kecepatan bersama
mereka?

hitung berapa besar energi kinetik awal yang


diubah menjadi energi panas atau bentuk energi
lainnya !
Sebelum tumbukan

Sesudah tumbukan

103
PENYELESAIA
N
Momentum total sistem sebelum tumbukan
p1  m1v1  m2v 2
 (10.000 kg)(24,0 m/s)+(10.000 kg)(0 m/s)
 2,40  105 kg  m/s
Kedua gerbong menyatu dan bergerak dengan
kecepatan yang sama, misal v.
Momentum total sistem setelah tumbukan
p2  (m1  m2 )  v  p1  2,40  105 kg  m/s
Selesaikan untuk v, ketemu V = 12 m/s

104
ENERGI KINETIK AWAL :
1 2 1 2
EK1  m1v1  0  (10.000 kg)  24,0 m/s 
2 2
 2,88  106 J

105
Energi kinetik setelah tumbukan :
1 2 1 2
EK 2   m1  m2   v   20.000 kg 12,0 m/s 
2 2
 1,44  106 J
Energi yang diubah menjadi bentuk lain :

2,88  106 J  1,44  106 J  1,44  106 J


106
107
108
TUMBUKAN DAN IMPULS
Ketika terjadi tumbukan, gaya
biasanya melonjak dari nol pada
saat kontak menjadi nilai yang

Gaya, F
sangat besar dalam waktu yang
sangat singkat, dan kemudian
dengan drastis kembali ke nol lagi.
Grafik besar gaya yang diberikan
satu benda pada yang lainnya pada 0
Waktu, t
saat tumbukan, sebagai fungsi
waktu, kira-kira sama dengan yang
ditunjukkan oleh kurva pada
gambar. Selang waktu Δt biasanya
cukup nyata dan sangat singkat.

109
p kedua ruas dikalikan dengan Δt
F
t
F  t  p
 Impuls  perubahan momentum

Gaya rata-rata F yang bekerja selama selang waktu


Δt menghasilkan impuls yang sama (F Δt) dengan
gaya yang sebenarnya.

110
TUMBUKAN PADA DUA ATAU TIGA
DIMENSI
Kekekalan momentum dan energi juga bisa diterapkan pada
tumbukan dua atau tiga dimensi, dan sifat vektor momentum
sangat penting. Satu tipe umum dari tumbukan yang tidak
berhadapan adalah di mana sebuah partikel yang bergerak
(disebut proyektil) menabrak partikel kedua yang diam (partikel
"target"). Ini merupakan situasi umum pada permainan seperti
bilyar, dan untuk eksperimen pada fisika atom dan nuklir
(proyektil, dari pancaran radioaktif atau akselerator energi-
tinggi, menabrak inti target yang stasioner).

y m1
p’1
m1
’1
’2 x
p1 m2 p’2

m2
111
KEKEKALAN MOMENTUM PADA TUMBUKAN 2
DIMENSI
Pada arah sumbu-x:
p1x  p2 x  p '1x  p '2 x
 m1v1  m1v '1 cos  '1   m2v ' 2cos  '2 

112
Karena pada awalnya tidak ada gerak pada arah sumbu-
y, komponen-y dari momentum adalah nol

p1y  p2 y  p '1y  p '2 y


 0  m1v '1 sin  '1   m2v '2 sin  '2 
CONTOH
Tumbukan bola bilyar pada 2-dimensi.
Sebuah bola bilyar yang bergerak dengan laju v1 = 3,0 m/s pada
arah +x (lihat gambar) menabrak bola lain dengan massa sama
yang dalam keadaan diam. Kedua bola terlihat berpencar
dengan sudut 45° terhadap sumbu x (bola 1 ke atas dan bola 2
ke bawah). Yaitu, '1 = 45° dan '2 = -45°. Berapa laju bola-bola
tersebut (laju keduanya sama) ?

y m1
p’1
m1
’1
 ’2 x
p1 m2 p’2

m2

113
PENYELESAI
AN

Sumbu-x :  
mv1  mv '1 cos 45  mv '2 cos 45  
Sumbu-y : 0  mv '1 sin  45   mv '2 sin  45 

m saling menghilangkan.
Dari persamaan untuk sumbu-y :

v '2  v '1
 
sin 45
 v '1 
 
 sin 45 
v'
 
sin 45
  
  sin 45 

1

Setelah tumbukan, kedua bola mempunyai laju yang


sama
114
Dari persamaan untuk sumbu-x :

     
v1  v '1 cos 45  v '2 cos 45  2v '1 cos 45
v1 3,0 m/s
 v '1  v '2    2,1 m/s
 
2cos 45 2 0,707 

115
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 10

kinetika benda tegar


(pers. Umum gerak, kerja & energi

116

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
BENDA TEGAR

117
APA BEDA PARTIKEL DENGAN BENDA
TEGAR ?

In contrast to the forces on a particle, the


forces on a rigid-body are not usually
concurrent and may cause rotation of the
body (due to the moments created by the
forces).
Forces on a particle

For a rigid body to be in equilibrium, the


net force as well as the net moment
about any arbitrary point O must be
equal to zero.
 F = 0 and  MO = 0 118

Forces on a rigid body


Benda Tegar Biasanya Memiliki Tumpuan

119
Benda Tegar Biasanya Memiliki Tumpuan

120
Macam-macam Tumpuan dan Reaksinya

121
Contoh Menggambar FBD nya

Idealized model Free body diagram

122

Lho kok ada beban yang segiempat, apa itu?


Beban Terdistribusi

123
Mencari Gaya Resultan pada Beban Terdistribusi

 Mencari titik berat dari beban terdistribusi


 Gaya resultan sama dengan luasan dari beban
terdistribusi
 Gaya resultan terletak pada titik berat beban
terdisribusi

124
Kalo beban terdistribusinya berbentuk segitiga ?

100 N/m FR

12 m x

1. FR = ____________ 2. x = __________.

A) 12 N B) 100 N A) 3 m B) 4 m

C) 600 N D) 1200 N C) 6 m D) 8 m

125
Prosedur Menyelesaikan Soal

 Gambar FBD dari soal


 Jangan lupa kasih perjanjian tandanya
 Gambar gaya reaksi yang ada
 Kalo ada beban terdistribusi, cari dulu besar gaya
resultan, dan posisinya
 Hitung besar gaya reaksi di tumpuan, menggunakan

 Fx = 0  Fy = 0  Mo = 0
titik O itu titik apa? Yang mana?

126
Contoh Soal 1
Given: Weight of the boom =
125 lb, the center of
mass is at G, and the
load = 600 lb.
Find: Support reactions at A
and B.
Plan:
1. Put the x and y axes in the horizontal and vertical directions,
respectively.
2. Draw a complete FBD of the boom.
3. Apply the EofE to solve for the unknowns. 127
Contoh Soal 1 (Jawaban)

AY FBD of the boom:


AX A
1 ft 3 ft 5 ft
1 ft
D
40° B G
FB 125 lb 600 lb

+ MA = - 125  4 - 600  9 + FB sin 40  1 + FB cos 40  1 = 0


FB = 4188 lb or 4190 lb

 + FX = AX + 4188 cos 40 = 0; AX = – 3210 lb


 + FY = AY + 4188 sin 40 – 125 – 600 = 0; AY = – 1970 lb128
Contoh Soal 2
SOLUTION:
• Create a free-body diagram for the crane.
• Determine B by solving the equation
for the sum of the moments of all
forces about A. Note there will be no
contribution from the unknown
reactions at A.
• Determine the reactions at A by
A fixed crane has a mass of 1000 kg solving the equations for the sum of
and is used to lift a 2400 kg crate. It all horizontal force components and
is held in place by a pin at A and a all vertical force components.
rocker at B. The center of gravity of
the crane is located at G. • Check the values obtained for the
reactions by verifying that the sum of
Determine the components of the the moments about B of all forces is129
reactions at A and B. zero.
Contoh Soal 2 (jawaban)
• Determine B by solving the equation for the
sum of the moments of all forces about A.
 M A  0 :  B1.5m   9.81 kN2m 
 23.5 kN6m   0
B  107.1 kN

• Determine the reactions at A by solving the


equations for the sum of all horizontal forces
• Create the free-body diagram.
and all vertical forces.
 Fx  0 : Ax  B  0
Ax  107.1 kN

 Fy  0 : Ay  9.81 kN  23.5 kN  0
Ay  33.3 kN
130
• Check the values obtained.
Contoh Soal 3

M A  0  .400 m ( B y )  120 N (.275 m)  225 N (.500 m)


+  120 N (.275 m)  225 N (.500 m)
By 
 .400 m
B y  363.75 N 
+Fy  0  Ay  120 N  363.75 N  225 N
Ay  18.75 N 131

Ay  18.75 N 
Contoh Soal 4

Given: The loading on the beam as


shown.
Find: Support reactions at A and B.

132
Contoh Soal 4 (jawaban)

SOLUTION:
• Taking entire beam as a free-body,
determine reactions at supports.  F y 0 :
MA  0: Ay  90 kN  54 kN  117 kN  54 kN  0
D7.2 m  90 kN1.8 m  54 kN4.2 m Ay  81 kN
 54 kN8.4 m  0
133

D  117 kN
Contoh Soal 5

Tentukan Reaksi di A dan B

134
Soal Tantangan

Given: The loading on the beam as shown.


Find: Reaction at B and A 135
Soal Tantangan (2)

Tentukan Reaksi di A dan C


136
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 12

percepatan & perlambatan

137

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
ACCELERATION-DECCELERATION

138
WHAT IS SPEED?
 A way of describing “how fast” something is moving.
 More technically, speed is the rate of change of an
objects position with respect to time.

139
CALCULATION OF SPEED
 There are a couple of different ways to calculate
speed
 Average speed, S, is simply the change in
position, x, divided by the time, t, taken to travel
that distance…
x xF  xI
S 
t t F  t I

Maximum Speed = 62 mph


140
APPLICATIONS OF SPEED: BRITISH THRUST SSC
MAX SPEED = 763 MPH

141
APPLICATIONS OF SPEED: SUPERSONIC FLIGHT
MAX SPEED = 1650 MPH (MACH 2.2)

142
APPLICATIONS OF SPEED: SKY DIVER
TERMINAL VELOCITY = 200 MPH

143
SAMPLE PROBLEM: SPEED
 A runnerruns a 400
meter race in a time
of 50 seconds.
What is her average
speed?

S
xF  xI
 S
400  0 m
tF  tI 50  0s
 S 8 m
s
144
WHAT IS ACCELERATION?
 A way of describing how fast something is speeding up
or slowing down.
 More technically, acceleration is the rate of change of an
objects speed with respect to time.

145
CALCULATION OF ACCELERATION
 As with speed, there are a couple of different
ways to calculate acceleration
 Average acceleration, a, is simply the time rate of
change of speed, S,…
S S F  S I
a 
t tF  tI

146
APPLICATIONS OF ACCELERATION:
LAMBORGHINI
ACCEL. = 15.38 MPH/SEC = 22.56 FT/SEC^2
Engine: 6 liter, V12
Horsepower: 550 @ 7100 RPM
Maximum Speed: 210 MPH
0-60: 3.9 sec
0-100: 8.8 sec
Price: $275,000

147
APPLICATIONS OF ACCELERATION: SPACE
SHUTTLE ACCEL. = 64.87 MPH/SEC = 95.14
FT/SEC^2
Speed Attained: > 17,500 MPH
Time to Low Orbit: 11 min.
Time to Space: 45 min.

148
SAMPLE PROBLEM:
ACCELERATION
 A motorcycle turns the corner
of a race track at 85 MPH and
then speeds up to 150 MPH on
the straightaway. Knowing that
it took 5 seconds to change
speed, what is the average
acceleration?

a
SF  SI
 a
150  85MPH
tF  tI 5  0s
 a  13 MPH
s
149
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 13

Dinamika benda tegar

150

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
KECEPATAN SUDUT
DAN PERCEPATAN SUDUT
lintasan titik P
Panjang busur lintasan : s  r (10.1a)
P Posisi sudut :  s r (10.1b)
r
 Kecepatan sudut rata-rata :
    (10.2)
 2 1
t2  t1 t
Kecepatan sudut sesaat :
 d (10.3)
  lim 
t 0 t dt
Percepatan sudut rata-rata :
Q,t2
  1  (10.4)
P,t1   2 
r t2  t1 t
r 
 Percepatan sudut sesaat :
 d 151
  lim  (10.5)
t 0 t dt
GERAK ROTASI UNTUK PERCEPATAN SUDUT TETAP
konstan
d  (t ) t
 o d  0 dt
dt
 (t )  o  t
 (t )  o  t (10.6)

d  (t ) t

dt
o d  0 dt
 (t ) t
o d  0 (o  t )dt

 (t )   o  o t  12 t 2 (10.7)

 2  o2  2 (   o ) (10.8)
GLBB
v (t )  vo  at
s ( t )  so  vo t  12 at 2 Adakah relasi antara besaran sudut dan besaran linier ?
152
2
v  vo2  2a ( s  so )
RELASI BESARAN SUDUT DAN LINIER
Kecepatan linier :
 ds
v d
v dt vr
P s  r dt
r v  r (10.9)
panjang lintasan

Percepatan tangensial :
dv d
at  r
dt dt
 a t  r (10.10)
at
Percepatan radial :
a P v2
ar   r 2 (10.11)
ar r

a  at2  ar2  r 2 2  r 2 4  r  2   4 (10.12)


153
ENERGI KINETIK ROTASI
Energi kinetik partikel ke i : vi  ri
 Ki  12 mi vi2
vi
Energi kineti seluruh benda :
mi
ri K   Ki   12 mi vi2  12  mi ri2 2


K  12  mi ri2  2 (10.13)
Momen kelembaman
m I   mi ri2 (10.14)

K  12 I 2 (10.15)

Momen kelembaman untuk benda pejal :


I  lim  r 2 m   r 2 dm (10.16)
rapat massa : m0

m dm
  lim  dm  dV I   r 2 dV
V 0 V dV 154
TEOREMA SUMBU SEJAJAR
Jika Ic adalah momen kelembaman benda terhadap sumbu putar yang
melalui pusat massanya, maka momen kelembaman benda terhadap
sembarang sumbu putar yang sejajar dan berjarak d dari sumbu tersebut
adalah : I  I  Md 2 (10.17)
c

C
d

O 155
MOMEN
F GAYA 3

F1
  rF sin 
  Fd (10.18)
r sin   d

r3 d1 r1  net   1   2  F1d1  F2 d 2

d2 Bagaimana keterkaitan momen gaya dengan besaran sudut ?


r2 F2 cos    Ft r

Ft  mat   ( mat ) r
at  r   ( mr ) r
  ( mr 2 )
F2
F2 sin    I (10.19)
Ft

r
m
156
USAHA DAN ENERGI
Usaha : 
F dW  F  ds  ( F sin  )rd 
F sin
dW   d
 d d d d
ds   I  I I I 
dt d dt d
d P
dW  I d
t
W   I d
o

 12 I t2  12 I o2

Usaha yang dilakukan oleh gaya luar untuk memutar benda tegar terhadap
sumbu tetap sama dengan perubahan energi kenetik rotasi benda tersebut !
157
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK
Pertemuan 14

Gaya & Momen inersia

158

TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
1.1 PENDAHULUAN

Fisika :
 Ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda dialam, gejala-
gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda
dialam .

 Fisika merupakan ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari sifat-


sifat dan interaksi antar materi dan radiasi.

 Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada


pengamatan eksperimental dan pengukuran kuantitatif (Metode
Ilmiah).

159

1.2
Fisika

Klasik Kuantum
(sebelum 1920) (setelah 1920)
 Posisi dan Momentum  Ketidak pastian Posisi
partikel dapat ditetapkan dan Momentum
secara tepat partikel
 ruang dan waktu  ruang dan waktu
merupakan dua hal yang merupakan satu
terpisah kesatuan

Hukum Newton Dualisme


Gelombang-Partikel
160
Teori Relativitas Einsten
1.3
1.2 BESARAN DAN SATUAN

 Besaran :
Sesuatu yang dapat diukur  dinyatakan dengan angka (kuantitatif) Contoh :
panjang, massa, waktu, suhu, dll.

 Mengukur :
Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang sejenis yang
ditetapkan sebagai satuan.
Besaran Fisika baru terdefenisi jika :  ada nilainya (besarnya)
 ada satuannya
contoh : panjang jalan 10 km

satuan
161
nilai
1.4
 Satuan :
Ukuran dari suatu besaran ditetapkan sebagai satuan.
Contoh :  meter, kilometer  satuan panjang
 detik, menit, jam  satuan waktu
 gram, kilogram  satuan massa
 dll.

 Sistem satuan : ada 2 macam


1. Sistem Metrik : a. mks (meter, kilogram, sekon)
b. cgs (centimeter, gram, sekon)
2. Sistem Non metrik (sistem British)

 Sistem Internasional (SI)


Sistem satuan mks yang telah disempurnakan  yang paling
banyak dipakai sekarang ini.
Dalam SI :
Ada 7 besaran pokok berdimensi dan 2 besaran pokok tak
berdimensi 162

1.5
7 Besaran Pokok dalam Sistem internasional (SI)

NO Besaran Pokok   Satuan    Singkatan Dimensi   


1 Panjang Meter m L
2 Massa Kilogram kg M
3 Waktu Sekon s T
4 Arus Listrik Ampere A I
5 Suhu Kelvin K θ
6 Intensitas Cahaya Candela cd j
7 Jumlah Zat Mole mol N

Besaran Pokok Tak Berdimensi

NO Besaran Pokok   Satuan    Singkatan Dimensi  


1 Sudut Datar Radian rad -
2 Sudut Ruang Steradian sr - 163

1.6
 Dimensi
Cara besaran itu tersusun oleh besaran pokok.
- Guna Dimensi :
1. Untuk menurunkan satuan dari suatu besaran
2. Untuk meneliti kebenaran suatu rumus atau persamaan

- Metode penjabaran dimensi :

1. Dimensi ruas kanan = dimensi ruas kiri


2. Setiap suku berdimensi sama

 Besaran Turunan
Besaran yang diturunkan dari besaran pokok.

164

1.7
Contoh :
a. Tidak menggunakan nama khusus

NO Besaran    Satuan   
1 Kecepatan meter/detik
2 Luas meter 2

b. Mempunyai nama khusus

NO Besaran    Satuan    Lambang


1 Gaya Newton N
2 Energi Joule J
3 Daya Watt W
4 Frekuensi Hertz Hz

165

1.8
Besaran Turunan dan Dimensi

NO Besaran Pokok   Rumus   Dimensi


1 Luas panjang x lebar [L]2  
2 Volume panjang x lebar x tinggi [L]3  
 massa
3 Massa Jenis [m] [L]-3 
volume
 perpindahan
4 Kecepatan waktu [L] [T]-1  
 
kecepatan
5 Percepatan
  waktu [L] [T]-2
6 Gaya massa x percepatan [M] [L] [T]-2 
7 Usaha dan Energi gaya x perpindahan [M] [L]2 [T]-2  
8 Impuls dan Momentum gaya x waktu [M] [L] [T]-1 

166

1.9
Faktor Penggali dalam SI

NO Faktor  Nama   Simbol


1 10 -18 atto a 
2 10 -15 femto f 
3 10 -12 piko p
4 10 -9 nano n
5 10 -6 mikro μ
6 10 -3 mili m 
7 10 3 kilo K
8 10 6 mega M
9  10 9 giga G
10 10 12 tera T

167 1.10
Contoh Soal
1. Tentukan dimensi dan satuannya dalam SI untuk besaran turunan berikut :
a. Gaya
b. Berat Jenis
c. Tekanan
d. Usaha
e. Daya

Jawab :
berat Gaya MLT -2
a. Gaya = massa x percepatan b. Berat Jenis = = =
volume Volume L3
=M x LT -2
= MLT -2 satuan = MLT-2 (L-3)
kgms-2 = ML-2T-2 satuan kgm-2

gaya MLT -2
c. Tekanan = luas = L2= MLT satuan kgm s
-2 -1 -1

d. Usaha = gaya x jarak = MLT -2 x L = ML 2 T -2 satuan kgm-2s-2

e. Daya = usaha = ML 2 T -2 = ML T satuan kgm s


2 -1 -2 -1

waktu T
168

1.11
2. Buktikan besaran-besaran berikut adalah identik :
a. Energi Potensial dan Energi Kinetik
b. Usaha/Energi dan Kalor

Jawab :

a. Energi Potensial : Ep = mgh


Energi potensial = massa x gravitasi x tinggi
= M x LT-2 x L = ML2T-2
Energi Kinetik : Ek = ½ mv2
Energi Kinetik = ½ x massa x kecepatan2
= M x (LT-1) 2
= ML2T-2

Keduanya (Ep dan Ek) mempunyai dimensi yang sama  keduanya identik

b. Usaha = ML2T-2
Energi = ML2T-2
Kalor = 0.24 x energi = ML2T-2
169
Ketiganya memiliki dimensi yang sama  identik
1.12
LEARNING OUTCOMES
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa
akan mampu :
 Menghitung momen inersia arah x dan y dari
penampang majemuk dengan koordinat
Cartesian & Polar
TIK - 3

170
CONTOH SOAL
 Momen inersia suatu bentuk bidang terhadap
sumbu x dan y di bidangnya masing - masing
didefinisikan dengan integral-integral (KOORDINAT
CARTESIAN)

Ix   y 2dA

Iy   x 2dA
a
2
dA  bdy,Ix  2  by 2 dy  ba 3 / 12....(a)
0

171
y

dy
x dA a/2
y
r y
x x
0 c

a/2

x1

172
 Melalui cara yang sama, dengan mengambil
momen inersia terhadap sumbu y diperoleh:

Iy  ab 3 / 12....(b)
 Rumus (a) dapat digunakan pula untuk
menghitung momen inersia Ix jajaran genjang
atau belah ketupat (gambar a)

173
 Belah ketupat ini dapat dipandang sebagai
bentuk empat persegi panjang, lihat garis putus-
putus, dengan suatu pergeseran tertentu untuk
setiap elemen tertentu (berarsir) yang sejajar
dengan sumbu x.

 Transformasiini tidak mengubah luas elemen


ataupun jaraknya dari sumbu x, maka harga Ix
untuk empat persegi panjang akan sama
harganya dengan belah ketupat.
174
y
y

dy
a/2
y x1
dy
x h
c y
x
a/2

x1

175
 Dalam menghitung momen inersia sebuah
segitiga terhadap alasnya (gambar b), maka
untuk suatu elemen pada jarak y dari alas,
b(h  y )dy
dA 
h

 Dan diperoleh:
h
Ix  b / h y 2 (h  y )dy  bh3 / 12
0

176
MOMEN INERSIA POLAR
 Momen inersia luas relatif terhadap garis atau
sumbu tegak lurus bidang luas disebut momen
inersia polar simbul J.

 Momen inersia luas pada bidang X Y terhadap


sumbu Z adalah:

177
I    2 dA
Jz   r 2 dA
  ( x 2  y 2 )dA
  x 2 dA   y 2 dA
 Ix  Iy

178
KULIAH
DINAMIKA TEKNIK

179 Pertemuan ke-14


TEKNIK MESIN
STTNAS YOGYAKARTA
 Sebuah roda gila (flywheel) adalah sebuah massa berputar yang
digunakan sebagai penyimpan tenaga dalam mesin.
 Energi kinetik dari sebuah benda berputar adalah 1/2Iw2 di
mana I adalah momen kelembaman dari suatu massa terhadap
suatu sumbu putaran dan w adalah percepatan sudutnya.
 Jika kecepatan dari mesin ditambah, tenaga akan tersimpan
dalam roda gila, dan jika kecepatannya dikurangi, tenaga akan
dikeluarkan oleh roda gila.

180
 Ada 2 macam mesin yang mendapatkan keuntungan dari
penggunaan sebuah roda gila yaitu :
1. generator listrik yang digerakkan oleh sebuah motor bakar
2. mesin press pembuat lubang

181
 Momen puntir yang diberikan ke generator berubah-ubah
karena adanya langkah tenaga hanya terdapat sekali dalam
setiap dua kali putaran mesin.
 Voltase kelu­aran dari suatu generator adalah fungsi dari
kecepatan, suatu perubahan dalam vol­tase akan
mengakibatkan suatu kedipan dalam cahaya lampu.
 Sebuah roda gila diguna­kan dalam hal seperti ini untuk
menjamin kecepatan dan momen puntir yang cukup
merata dari generator.
182
 Proses pembuatan lubang membu­tuhkan sejumlah tenaga
yang besar dalam keadaan mesin berjalan cepat dan tiba-
tiba, dan jika roda gila tidak digunakan semua teraga ini
harus dilakukan oleh sebuah motor, yang akan
memerlukan tenaga yang besar.
 Dengan menggunakan sebuah roda gila, motor yang jauh
lehih kecil dapat digunakan.
 Hal ini karena tenaga dari motor disim­pan dalam sebuah
roda gila selama selang waktu antara proses pembuatan
lubang dan tersedia untuk digunakan pada waktu proses
pembuatan lubang terjadi.
183
 Adalah variasi dari kecepatan yang diperlukan dan
didefinisikan sebagai :

184
185
misalkanlah bahwa kecepatan sudutnya bervariasi, di mana V1
adalah kecepatan maksimum dari pelek, V2 adalah kecepatan
minimum dari pelek, dan V adalah kecepatan rata-rata pelek,
maka: 186
atau 2V = V1 + V2 ……pers1
Mengingat koefisien fluktuasi dalam kecepatan
Maka ……pers2

Umpamakan bahwa seluruh massa M dari roda gila berpusat pada jari
rata-rata R. Maka tenaga kinetis(KE) pada kecepatan V1 dan V2
adalah:

187
188
 Dalam sebuah roda gila aktual tidak semua massanya dipusatkan
pada peleknya se­perti telah kita asumsikan, tetapi sebuah roda gila
biasanya dirancang sedemikian hingga hampir semua massanya ada
dalam peleknya, sehingga tenaga kinetisnya akan menjadi lebih besar
pada suatu kecepatan sudut yang tertentu. Dalam persamaan-
persamaan di atas, M adalah massa efektif dari roda gila pada
peleknya dan sama dengan massa dari pelek ditambah efek dari
semua lengan dan porosnya.
 Mengingat tegangan-tegangan dalam pelek dan lengan adalah
dischabkan oleh gaya-gaya sentrifugal yang merupakan fungsi dart
kecepatan, kecepatan pelek V biasanya dibatasi sampai 30 m/detik
untuk besi tuang dan 40 m/detik untuk baja. Berat jenis dari besi
tuang ada­lah 7090 kg/m3 dan baja adalah 7830 kg/m2

189
 Sebagai suatu contoh dari analisa sebuah roda gila kita akan menentukan
ukuran dari roda gila yang perlu untuk digunakan dalain sebuah mesin
press pem­buat lubang. Suatu diagram dari sebuah mesin press ditunjukkan
dalam Gambar, di mana sebuah peluncur dari mekanisme engkol-peluncur
bekerja sebagai penembus (punch) untuk memaksa segumpal metal dari
pelat melalui lubang dari cetakan. Mesin press tersebut dapat membuat
lubang sebanyak 30 lubang per menit dan berarti waktu yang diperlukan
untuk pembuatan 1 lubang adalah 2 detik.

 Kita akan mengumpamakan bahwa waktu nyata yang diperlukan untuk


membuat lubang adalah 1/6 interval waktu keseluruhan kerja pembuatan
lubang, atau waktu pembuatan lubang yang nyata adalah 1/6 (2) = 1/3 detik.
Sebuah lubang dengan diameter 20 mm harus dibuat pada pelat baja 102
yang tebalnya 13 mm. Motor penggeraknya berjalan dengan 900
putaran/menit dan melalui roda gigi reduksi akan memberikan 30 kerja
pembuatan lubang per menit.

190
Jawab
:

191
Gambar dibawah menunjukkran sebuah tipa kurva yang menggambarkan hubungan antara
gaya vs perpindahan untuk suatu langkah pembuatan lubang dalam sebuah material yang kenyal
seperti baja. Luasan di bawah kurva gaya vs perpindahan gerak dalam Gambar dibawah, kira-kira
dapat dianggap merupakan sebuah segitiga,

192
maka lzerja yang dilakukan untuk pembuatan suatu lubang
adalah:

Jadi

ANALISA TANPA RODA GILA Tenaga rata-rata yang diperlukan selama kerja pem­buatan
lubang, dengan mengasumsikan kurva gaya lintasan dalam Gambar (b) adalah siku-siku, adalah:

193
Akan tetapi, mengingat P dalam Gambar (a) adalah dua kali yang ada dalam
Gambar (b), tenaga sesaat maksimum nyatanva kira-kira adalah 9840 W.

ANALISA DENGAN RODA GILA Jika sebuah roda gila digunakan, tenaga motor
dapat dikurangi cukup banyak. Gambar (c) menunjukkan bahwa waktu pem­buatan
lubang adalah 2 detik dan waktu pembuatar lubang yang nyata adalah 1/3 detik.
Jika sebuah roda gila digunakan jumlah tenaga yang sama untuk tiap periode harus
diberikan dan dinyatakan oleh luasan FGIE. Jadi dengan sebuah roda gila tenaga
sehesar 1640 J diberikar. dalam 2 detik, ini menunjukkan bahwa diperlukan tenaga
motor = 1640/2 = 840 W. Selama 1/3 detik interval pembuatan lubang, mo­tor
memberikan tenaga yang dinyatakan oleh luasan AHIE, yang besar = 273 J, tetapi
tenaga yang diperlukan untuk pembuatan lubang dinyatakan oleh luasan ABODE.
yang besarnya 1640 J. Jadi tenaga yang harus diambil oleh roda gila adalah 1640 –
273 = 1367 J. Jadi kita lihat bahwa tenaga yang diberikan oleh motor selama kerja
pembuatan lubang adalah 273/1640 = 1/6 dari jumlah total tenaga yang diperlukan
selama seluruh periode.

194
 Untuk menentukan massa dan ukuran dari roda gila, kita umpamakan diameter
pelek rata-rata = 900 mm, maka kecepatan pelek rata-rata akan sama dengan:

195
196
Sebagai contoh lain dari penggunaan sebuah roda gila, marilah kita
perhatikan suatu roda gila yang diperlukan dalarn sebuah mesin
empat langkah satu silinder. Dalam Gambar momen puntir keluaran
digambarkan terhadap posisi dari engkol. Empat langkah dari torak
terjadi selama sebuah periode dan hanya ada satu kali langkah tenaga
untuk 2 putaran. Momen puntir keluaran kombinasi adalah jumlah
momen punter yang disebabkan oleh tekanan gas dan momen puntir
kelembaman. Tekanan gas pada torak dapat diperoleh dari suatu
diagram indikator. yang memberikan gambaran tentang te­kanan gas
sebagai funesi dari posisi torak. Momen puntir keluaran yang
disebabkan kare­na tekanan gas dapat diperoleh dari analisa gaya
statis dan digambarkan terhadap (ver­sus) posisi menyudut dari
engkol. Momen puntir kelembaman keluarannya diperoleh dari
analisa tentang gaya kelembaman.

197
Luasan yang terletak di atas garis momen puntir nol menyatakan kerja positif
yang dilakukan oleh mesin. dan luasan di bawahnva menyatakan kerja
negatif. Momen puntir rata-ratanya diperoleh dengan menjumlahkan secara
ilmu hitung luasan-luasan ini dan membaginya dengan lintasan engkol pada
720°. Jika ada sebuah mesin yang digerakkan oleh mesin motor (engine)
memberikan momen puntir penahan yang sama dengan momen puntir rata-
rata, sesuatu peralatan harus ditambahkan untuk meratakan kurva mo­men
puntir kombinasi. Tujuan dari suatu roda gila adalah memberikan momen
puntir keluaran yang merata (uniform). Luasan yang ditandai dengan garis-
garis miring di atas garis momen puntir rata-rata menyatakan adanya
kelebihan tenaga yang disebabkan ka­rena kecepatan yang bertambah dan
kelebihan tenaga ini tersimpan dalam roda gila, dan luasan yang ditandai
dengan garis-garis miring di bawah garis momen puntir rata-rata me­
nyatakan adanya kekurangan tenaga yang disebabkan karena berkurangnya
kecepatan dan kekurangan tenaga ini diambil dari roda gila. Besar relatif
dari luasan yang ditandat dengan garis-garis miring dalam gambar
diberikan oleh jumlah luasan seperti ditunjukkan dalam gambar.

198
Untuk menentukan tenaga yang harus disimpan dalam roda gila kita hams
menentu­kan posisi di mana kecepatan engkolnya maksimum dan minimum.
Pertama-tama kita seakan-akan percaya bahwa kecepatan akan minimum
pada awal dari lanakah tenaga dan maksimum pada akhir dari langkah
tenaga. Bagaimanapun juga dari penyelidikan Gambar kita akan melihat
bahwa ini bukaniah posisi-posisi yang benar. Jika kita mu­lai pada titik A
dan pergi ke titik B, kita melihat bahwa luasan di bawah kurva mo­men
puntir kombinasi adalah negatif, menunjukkan adanya pengurangan pada
tenaga, jadi kecepatannya berkurang. Maka sewaktu kita pergi dari B ke C,
kita akan melihat bahwa luasannya positif, menunjukkan adanya kelebihan
tenaga, jadi kecepatannya ber­tambah. Oleh karena itu kecepatan maksimum
dan minimum terjadi pada suatu posisi di mana kurva momen puntir
kombinasinya memotong kurva momen puntir rata-rata.

199
Untuk menentukan titik-titik di mana kecepatannya maksimum dan minimum,
se­cara kasar kita akan memulainya di titik D, suatu titik awal di mana kurva
momen puntir kombinasinya memotong kurva rata-rata dan kita sebut
kecepatan di sini = ωl . Pada titik ini energi kinetiknya adalah E1, dan pada
waktu kita meneruskannya ke titik A, karena kelebihan tenaga = 100, tenaga
pada A adalah E1 + 100. Maka sewaktu kita me­neruskan ke titik B, ada
kekurangan tenaga 75 unit. dan jadi pada waktu di B. tenaga telah
berkurang menjadi E1 + 25. Pada puncak dari gambar, tingkat tenaga
relatifnya dinyatakan untuk tiap perpotongan, dan kita melihat bahwa
kecepatan maksimum ter­jadi di titik A, di mana merupakan suatu titik yang
tenaganya adalah maksimum, dan kecepatan minimum terjadi pada titik E,
di mana tenaganya adalah minimum. Kemudian perubahan tenaga
maksimum diberikan oleh jumlah secara ilmu hitting dari luasan yang
diarsir di antara titik-titik ini, ini adalah tenaga yang digunakan dalam
persamaan 5.

200
Roda Gila pada Kopling
 Roda gila sering disebut juga roda gaya, roda penerus, adalah sebuah komponen berupa sebuah
piringan yang dipasangkan pada flensa  di ujung roda poros engkol. Bagian tepi roda gila
biasanya memiliki cincin bergerigi untuk pertautan dengan roda gigi motor starter pada saat
motor dihidupkan. Karena itu tanpa roda gila hampir tidak mungkin menghidupkan mesin.
Kalaupun hidup, putaran mesin menjadi tidak teratur. Bobot yang dimiliki roda gila inilah yang
menyebabkan putaran poros engkol mantap dan halus. Bobot roda gila pada mesin mobil
penumpang berkisar 7.5-50 KG.
 Sirip pengimbang pada poros engkol sering dimanfaatkan untuk membuat putaran mesin
menjadi lebih merata. Beberapa merek mobil juga memakai mesin yang dilengkapi alat
peredam getaran sehingga putaran mesin menjadi sangat halus. Bentuk peranti ini mirip roda
gila, tetapi ukurannya lebih kecil dan dipasang diujung poros engkol bagian depan.
 Roda gila dipasang kokoh pada ujung poros engkol sehingga tidak mudah bergeser dari
dudukannya. Ini untuk menjamin agar roda gila, mesin , dan kode penyalaan tetap pada posisi
yang benar. Selain itu, tepat ditengah roda gila ada lubang kecil. Bantalan peluru ini bertugas
menahan ujung bagian depan poros kopling.
 Fungsi lain dari roda gila adalah sebagai tempat pemasangan kopling. Kopling terpasang pada
roda gila berikut tempurung yang seputar sisi sekrupnya pada roda gila. Permukaan salah satu
201
roda gila dibubut sangat halus. Jadi disamping sebagai alat untuk meneruskan atau
menyalurkan tenaga dari mesin ke poros gardan melalui kopling.
202
HUBBLE’S LAW
 Hubble interpreted redshift-distance relationship as a linear
increase of the recession velocity of external galaxies with their
distance
 Mathematically, the Hubble law is

v=Hd
where v=velocity and d=distance
 Modern measurement gives the Hubble constant as H=72
km/s/Mpc
 In fact, Hubble’s interpretation is only “sort of” correct
 What really increases linearly with distance is simply
wavelength of light observed, and this redshift is due to the
cosmological expansion of space over the time since the light
left the distant galaxy and arrived at the Milky Way!
203
SPACE TIME STRUCTURE – THE METRIC EQUATION

Metric is invariant f, g, h Metric coefficients


r 2  x 2  y 2
2 2 2
sphere
r  f x  2 g xy  hy
r 2  R 2  2  R 2 cos 2  2
204
2 2 2 2
s   c t   ct x  x
2D space-time metric
POSSIBLE GEOMETRIES FOR THE
UNIVERSE
 The Cosmological Principles constrain the
possible geometries for the space-time that
describes Universe on large scales.
 The problem at hand - to find curved 4-d space-
times which are both homogeneous and
isotropic…
 Solution to this mathematical problem is the
Friedmann-Robertson-Walker (FRW) metric.

205
COSMOLOGICAL PRINCIPLE

 Universe is homogeneous – every place in the


universe has the same conditions as every other place,
on average.
 Universe is isotropic – there is no preferred direction
in the universe, on average.
 Ignoring details…
 All matter in universe is “smoothed” out
 ignore details like stars and galaxies, but deal with a
smooth distribution of matter

206
OBSERVATIONAL EVIDENCE FOR
HOMOGENEITY AND ISOTROPY
 Let’s look into space…
see how matter is
distributed on large
scales.
 “Redshift surveys”…
 Make 3-d map of galaxy
positions
 Use redshift & Hubble’s
law to determine distance

207
Each point
is a bright
galaxy

CfA redshift
survey 208
Las Campanas
Redshift survey

209
FRIEDMANN-ROBERTSON-WALKER
METRIC
 A “metric” describes how the space-time intervals relate to local
changes in the coordinates
 We are already familiar with the formula for the space-time interval in
flat space (generalized for arbitrary space coordinate scale factor R):

 s 2
 (ct) 2
 R 2
x 2

In terms of radius and angles instead of x,y,z, this is written: y 2
 z 2

s2  (ct) 2  R 2 r 2   2  sin 2  ( ) 2 
 General solution for isotropic, homogeneous curved space is:


2 2 2
 r 2
2 2 2

s  (ct)  R     sin  ( ) 
 1 kr
2

 And in fact, in general the scale factor may be a function of time, i.e.
R(t)
210

CURVATURE IN THE FRW METRIC
 This introduces the curvature constant, k
 Three possible cases…

Spherical spaces (closed; k=+1)

211
Flat spaces (open; k=0)

Hyperbolic spaces (open; k=-1)

212
MEANING OF THE SCALE
FACTOR, R.
 Scale factor, R, is a central concept!
 R tells you how “big” the space is…
 Allows you to talk about changing the size of the space (expansion
and contraction of the Universe - even if the Universe is infinite).
 Simplest example is k=+1 case (sphere)
 Scale factor is just the radius of the sphere

213
R=0.5 R=1 R=2
 What about k=-1 (hyperbolic) universe?
 Scale factor gives “radius of curvature”

R=1 R=2

 For k=0 universe, there is no curvature… shape is unchanged as 214


universe changes its scale (stretching a flat rubber sheet)
CO-MOVING COORDINATES.
 What do the coordinates x,y,z or r,, represent?
 They are positions of a body (e.g. a galaxy) in the space that describes the
Universe
 Thus, x can represent the separation between two galaxies
 But what if the size of the space itself changes?
 EG suppose space is sphere, and has a grid of coordinates on surface, with
two points at a given latitudes and longitudes 1,1 and 2,2
 If sphere expands, the two points would have the same latitudes and
longitudes as before, but distance between them would increase
 Coordinates defined this way are called comoving coordinates

215
 Ifa galaxy remains at rest relative to the overall
space (i.e. with respect to the average positions of
everything else in space) then it has fixed co-
moving coordinates.
 Consider two galaxies that have fixed co-moving
coordinates.
 Let’sdefine a “co-moving” distance D
 Then, the real (proper) distance between the galaxies is
d=R(t) D

216
Galaxies and galaxy clusters gravitationally bound. Their meter
length does not change with expansion

R (t ) D

R(t  t ) D
217
218
219
220
221
HUBBLE LAW

222
EXPANSION RATE

223
224
225
HUBBLE TIME

Hubble
sphere
DH

226
SCALE FACTOR –ROBERTSON WALKER
METRIC
 According to GR, the possible space-time intervals in a homogeneous, isotropic
Universe are the FRW metric forms with k=0 (flat), k=1 (spherical), k=-
1(hyperbolic):
2 2 2
 r 2
2 2 2

s  (ct)  R(t)  2
   sin  ( ) 
1 kr 
 The scale factor R(t) describes the relative expansion of space as a function of
time.
 Both physical distances between galaxies and wavelengths of radiation vary
 proportional to R(t).
 d(t) =Dcomoving R(t)
 (t)=emitted R(t)/R(emitted)
 Observed redshift of radiation from distant source is related to scale factor at
emission time (t) and present time (t0) by 1+z=R(t0)/R(t)
 Hubble observed that Universe is currently expanding; expansion can be
characterized by H=(Rt)/R
 For nearby galaxies, v=dH0 ,where the present value of the Hubble parameter is
227
approximately H0 =70 km/s/Mpc
INTERPRETATION OF HUBBLE LAW
IN TERMS OF RELATIVITY
 New way to look at redshifts observed by Hubble
 Redshift is not due to velocity of galaxies
 Galaxies are (approximately) stationary in space…
 Galaxies get further apart because the space between them is
physically expanding!
 The expansion of space, as R(t) in the metric equation, also affects the
wavelength of light… as space expands, the wavelength expands and
so there is a redshift.
 So, cosmological redshift is due to cosmological expansion
of wavelength of light, not the regular Doppler shift from
local motions.

228

Anda mungkin juga menyukai